Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat serta rahmat-Nya, sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Kami juga berterima kasih untuk semua pihak yang
telah berperan membantu dalam proses pembuatan makalah sampai saat ini. Terima kasih
juga kami sampaikan kepada Bapak Nursakti Adhi Pratomoatmojo, ST, M.Sc dan Ibu Ketut
Dewi Martha Erli Handayeni, ST., MT. selaku dosen pada mata kuliah Sistem Transportasi ,
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini dengan penyampaian materi dalam
mata kuliah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa dalam makalah ini. Maka dari itu kami
memohon maaf yang sebesar-besarnya untuk kesalahan yang ada dalam makalah ini, serta
diharapkan adanya kritikan dan saran yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Sekian dari kami, semoga dengan adanya makalah ini bisa memberikan manfaat yang besar
bagi penulis maupun pembacanya.
Tim Penulis
2
Daftar Isi
1 Pendahuluan ................................................................................................................ 8
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 8
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................ 9
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................................. 9
1.4 Ruang Lingkup Penelitian ................................................................................... 10
1.5 Sistematika Penulisan ......................................................................................... 10
2 Tinjauan Pustaka ....................................................................................................... 11
2.1 Aksesibilitas ....................................................................................................... 11
2.2 Indikator Aksesibilitas ........................................................................................ 12
2.3 Spatial Separation Measure ................................................................................. 15
2.4 Metode Srugess .................................................................................................. 17
3 Hasil Survey .............................................................................................................. 18
3.1 Gambaran Umum Wilayah Studi ........................................................................ 18
3.2 Teknik Memperoleh Data ................................................................................... 19
3.3 Teknik Mengolah Data ....................................................................................... 19
3.3.1 Komponen Jarak .......................................................................................... 20
3.3.2 Komponen Waktu........................................................................................ 22
3.3.3 Komponen Biaya ......................................................................................... 22
3.4 Desain Survei Penelitian ..................................................................................... 22
3.5 Kerangka Berpikir .............................................................................................. 24
4 Pembahasan ............................................................................................................... 26
4.1 Penentuan Kode Rute ......................................................................................... 26
4.2 Analisis Komponen Jarak ................................................................................... 27
4.2.1 Analisis Titik Asal dengan Menentukan Centroid ........................................ 27
4.2.2 Analisis Jarak Tiap Rute .............................................................................. 29
4.2.3 Analisis Jarak Tiap Centroid Kelurahan ....................................................... 36
4.3 Analisis Komponen Waktu ................................................................................. 40
4.3.1 Data Waktu Tempuh Berdasarkan Survei Primer ......................................... 40
4.3.2 Analisis Waktu Tempuh Tiap Rute .............................................................. 42
4.3.3 Analisis Waktu Tempuh Tiap Centroid Kelurahan ....................................... 47
4.4 Analisis Komponen Biaya .................................................................................. 51
3
4.4.1 Data Biaya Berdasarkan Survei Primer ........................................................ 51
4.4.2 Analisis Biaya Tiap Rute ............................................................................. 55
4.4.3 Analisis Biaya Tiap Centroid Kelurahan ...................................................... 59
4.5 Analisis Nilai Total Aksesibilitas ........................................................................ 64
4.5.1 Analisis Nilai Total Aksesibilitas Tiap Rute................................................. 64
4.5.2 Analisis Nilai Total Aksesibilitas Tiap Centroid Kelurahan ......................... 75
5 Kesimpulan & Rekomendasi...................................................................................... 80
5.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 80
5.2 Rekomendasi ...................................................................................................... 82
4
DAFTAR TABEL
5
DAFTAR PETA
Peta 1 - Jarak Euclidean RSAL dr.Ramelan dan RKZ Terhadap Titik Centroid Kelurahan di
Kecamatan Wonokromo ................................................................................................... 30
Peta 2 - Jarak Sebenarnya dari RSAL dr.Ramelan Terhadap Titik Centroid Kelurahan di
Kecamatan Wonokromo ................................................................................................... 30
Peta 3 - Jarak Sebenarnya dari RKZ Terhadap Titik Centroid Kelurahan di Kecamatan
Wonokromo ...................................................................................................................... 31
6
DAFTAR GAMBAR
7
BAB 1
PENDAHULUAN
1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Sistem transportasi adalah merupakan suatu bentuk keterkaitan antara
penumpang, barang, sarana, dan prasarana yang berinteraksi dalam rangka
perpindahan orang atau barang yang tercakup dalam suatu tatanan baik secara alami
maupun rekayasa. Karakteristik lokasi prasarana yang tetap seperti terminal, ruas jalan
dan persimpangan jalan harus diikutsertakan dalam analisis, karena pelayanan
transportasi tidak ada disetiap tempat dan dari jenis dan kualitas yang sama, terutama
dilakukan dengan menggunakan konsep jaringan transportasi yang sesuai untuk
memenuhi kebutuhan perjalanan (Warpani, 1990).
8
Kecamatan Wonokromo memiliki 6 Kelurahan. Kelurahan tersebut adalah
Ngagel, Ngagelrejo, Darmo, Sawunggaling, Wonokromo, Jagir. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui bagaimana Aksesibilitas menuju Rumah Sakit Angkatan
Laut (RSAL) Dr. Ramelan dan RS Katholik ST. Vincentius a Paulo (RKZ) Surabaya
dari masing-masing Kelurahan di Kecamatan Wonokromo. Untuk mengetahui
Aksesibilitas menuju kedua Rumah Sakit tersebut, Penelitian ini menggunakan Indeks
Aksesibilitas. Nantinya akan diuraikan bagaimana Aksesibilitas dengan
menggunakan kendaraan pribadi.
9
3. Menentukan klasifikasi nilai aksesibilitas berdasarkan biaya terhadap Rumah
Sakit Angkatan Laut (RSAL) Dr. Ramelan dan RS Katholik ST. Vincentius a
Paulo (RKZ) Surabaya dari titik centroid kelurahan
4. Menentukan nilai total aksesibilitas menggunakan kendaraan roda dua dan roda
empat terhadap Rumah Sakit Angkatan Laut (RSAL) Dr. Ramelan dan RS
Katholik ST. Vincentius a Paulo (RKZ) Surabaya dari titik centroid kelurahan
10
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2 Tinjauan Pustaka
2.1 Aksesibilitas
Menurut Black (1981) Aksesibilitas merupakan sebuah konsep suatu ukuran
kenyamanan atau kemudahan mengenai cara lokasi tata guna lahan berinteraksi satu
sama lain dan “mudah” atau “sulitnya” lokasi tersebut dapat dijangkau oleh sistem
jaringan transportasi. Menurut Magribi bahwa aksesibilitas adalah ukuran kemudahan
yang meliputi waktu, biaya, dan usaha dalam melakukan perpindahan antara tempat-
tempat atau kawasan dari sebuah sistem (Magribi, 1999).
Aksesibilitas merupakan salah satu bagian dari analisis interaksi kegiatan dengan
sistem jaringan transportasi yang bertujuan untuk memahami cara kerja sistem
tersebut dan menggunakan hubungan analisis antara komponen sistem untuk
meramalkan dampak lalu lintas beberapa tata guna lahan atau kebijakan transportasi
yang berbeda. Aksesibilitas sering dikaitkan dengan jarak, waktu tempuh dan biaya
perjalanan (Suthanaya, 2009).
Salah satu variabel yang dapat dinyatakan apakah tingkat aksesibilitas itu
tinggi atau rendah dapat dilihat dari banyaknya sistem jaringan yang tersedia pada
daerah tersebut. Semakin banyak sistem jaringan yang tersedia pada daerah tersebut
maka semakin mudah aksesibilitas yang didapat begitu pula sebaliknya semakin
rendah tingkat aksesibilitas yang didapat maka semakin sulit daerah itu dijangkau dari
daerah lainnya (Bintarto, 1989).
11
dalam suatu wilayah menjadi tidak merata (heterogen) dan faktor jarak bukan satu-
satunya elemen yang menentukan tinggi rendahnya tingkat aksesibilitas (Miro, 2004).
Ada yang menyatakan bahwa aksesibilitas dapat dinyatakan dengan jarak. Jika suatu
tempat berdekatan dengan tempat lainnya, dikatakan aksesibilitas antara kedua tempat
tersebut tinggi. Sebaliknya, jika kedua tempat itu sangat berjauhan, aksesibilitas
antara keduanya rendah. Jadi, tata guna lahan yang berbeda pasti mempunyai
aksesibilitas yang berbeda pula karena aktivitas tata guna lahan tersebut tersebar
dalam ruang secara tidak merata (heterogen) (Tamin, 1997).
12
berdekatan dengan tempat lainnya, dikatakan aksesibilitas antara kedua tempat
tersebut tinggi. Sebaliknya jika berjauhan aksesibilitas antara keduanya rendah. Selain
jarak dan waktu, biaya juga merupakan beberapa indikator aksesibilitas. Apabila
antara dua tempat memiliki waktu tempuh yang pendek maka dapat dikatakan kedua
tempat itu memiliki aksesibilitas yang tinggi. Biaya juga dapat menunjukkan tingkat
aksesibilitas. Biaya disini dapat merupakan biaya gabungan yang menggabungkan
waktu dan biaya sebagai ukuran untuk hubungan transportasi (Mohammed, 2010).
Bintarto (1989) mengatakan salah satu variabel yang dapat dinyatakan apakah
tingkat aksesibilitas itu tinggi atau rendah dapat dilihat dari banyaknya sistem jaringan
yang tersedia pada daerah tersebut. Semakin banyak sistem jaringan yang tersedia
pada daerah tersebut maka semakin mudah aksesibilitas yang didapat begitu pula
sebaliknya semakin rendah tingkat aksesibilitas yang didapat maka semakin sulit
daerah itu dijangkau dari daerah lainnya (Mohammed, 2010). Sumaatmadja (1988)
mengatakan faktor yang mempengaruhi fungsi rendahnya aksesibilitas adalah
topografi, sebab dapat menjadi penghalang bagi kelancaran untuk mengadakan
interaksi di suatu daerah. (Mohammed, 2010).
13
Kemampuan untuk pertukaran antara semua
mode dalam jaringan transportasi
Ketinggian trotoar
Topografi
Waktu menunggu
Kapasitas
Lingkungan Pencahayaan
Tempat Menunggu
Keamanan
14
Informasi perjalanan
15
2001). Langkah- langkah Spatial Separation Measures dapat digunakan untuk menilai
kemudahan akses ke area stasiun menggunakan berbagai indikator untuk disabilitas
perjalanan terutama jarak, waktu, dan biaya. Indikator yang mempengaruhi dalam
spatial separation measures adalah :
1. Jarak
Gambar 1 - Indikator Jarak
2. Waktu Tempuh
Gambar 2 - Indikator Waktu Tempuh
3. Biaya
Biaya perjalanan dapat mempengaruhi keputusan seseorang untuk
menggunakan jenis kendaraan. Beberapa pengeluaran berupa biaya langsung
16
yang perlu diperhatikan dalam penentuan biaya perjalanan menurut Keputusan
Menteri Perhubungan No. KP 348 Tahun 2019 adalah sebagai berikut:
K ≈ 1+3,322 log n
BAB 3
METODE PENELITIAN
17
3 Hasil Survey
3.1 Gambaran Umum Wilayah Studi
Penelitian ini memiliki batas ruang lingkup Kota Surabaya, lebih tepatnya
kawasan Kecamatan Wonokromo. Kecamatan Wonokromo memiliki enam
kelurahan yaitu:
1. Kelurahan Ngagel
2. Kelurahan Ngagelrejo
3. Kelurahan Darmo
4. Kelurahan Sawunggaling
5. Kelurahan Wonokromo
6. Kelurahan Jagir
18
menuju RSAL Dr. Ramelan dan RKZ Surabaya dengan angkutan pribadi berupa
kendaraan roda empat dan kendaraan roda dua.
19
3. Penentuan jarak sebenarnya dari titik centroid ke RSAL dan
RKZ menggunakan arcGIS dengan tools network analyst.
4. Analisis indeks aksesibilitas dengan menggunakan metode
Spatial Separation Measures (menggunakan rumusnya dari
Lake and Huzayyin (1979))
Dengan keterangan :
20
Alur cara menentukan titik centroid menggunakan aplikasi ArcGIS
adalah sebagai berikut :
21
3.3.2 Komponen Waktu
Teknik pengolahan data yang dipergunakan untuk indikator waktu
tempuh menggunakan metode Sturgess adalah metode yang digunakan bila
data yang digunakan terlalu banyak, dan metode ini digunakan untuk
menghitung interval atau mengklasifikasikan data. Setelah menghitung nilai
indeks aksesibilitas, maka nilai-nilai tersebut akan diklasifikasikan dengan
metode sturgess.
22
aksesibilitasnya
23
pribadi dan Grab
24
Sumber: Hasil Analisis, 2020
25
4 Pembahasan
4.1 Penentuan Kode Rute
Rute dalam penelitian ini ialah berupa link yang menghubungkan setiap node
yang berupa titik centroid dari setiap kelurahan dan rumah sakit tujuan. untuk
mempermudah dalam proses analisa dan pengolahan data, dilakukan penentuan kode
rute pada setiap link yang digunakan sebagai penghubung antar node yang digunakan
dalam penelitian. Penentuan kode rute dapat dilihat pada tabel berikut.
26
Centroid Kelurahan Ngagelrejo NR.KZ
Kelurahan -7.29073561025282 ,
Darmo 112.735099067089
Kelurahan -7.28707451196088 ,
Ngagel 112.745774320158
27
Kelurahan -7.29921751457387 ,
Sawunggaling 112.726733300618
Kelurahan -7.29783135907912 ,
Ngagelrejo 112.749661626074
Kelurahan -7.30520331724755 ,
Jagir 112.742580073588
Kelurahan -7.30509081199792 ,
Wonokromo 112.731543225324
28
4.2.2 Analisis Jarak Tiap Rute
4.2.2.1 Analisis Jarak Euclidean dan Jarak Sebenarnya
Tabel 6 - Jarak Euclidean dan Sebenarnya Tiap Rute
Jarak Jarak
Tujuan Asal Kode Rute
Euclidean (m) Sebenarnya
29
Peta 1 - Jarak Euclidean RSAL dr.Ramelan dan RKZ
Terhadap Titik Centroid Kelurahan di Kecamatan Wonokromo
Peta 2 - Jarak Sebenarnya dari RSAL dr.Ramelan Terhadap Titik Centroid Kelurahan di
Kecamatan Wonokromo
30
Sumber: Hasil Analisis, 2020
Peta 3 - Jarak Sebenarnya dari RKZ Terhadap Titik Centroid Kelurahan di Kecamatan
Wonokromo
31
Sumber: Hasil Analisis, 2020
1 𝑎𝑖𝑗
𝐴𝑖 = 𝛴
𝑛 − 1 𝑑𝑖𝑗
Keterangan
Ai = Indeks Aksesibilitas
32
dij = Jarak Sebenarnya antara Titik Centroid dan Tujuan
1 555.9455884
𝐴𝑖 𝐽. 𝐴𝐿 = 𝑥 =0.181130
5 613.862787
1 897.017634
𝐴𝑖 𝑊. 𝐴𝐿 = 𝑥 =0.054429
5 3296.125565
1 1694.664256
𝐴𝑖 𝑆. 𝐴𝐿 = 𝑥 = 0.096703
5 3504.890670
1 2018.946364
𝐴𝑖 𝐷. 𝐴𝐿 = 𝑥 =0.155822
5 2591.343278
1 2499.718032
𝐴𝑖 𝑁. 𝐴𝐿 = 𝑥 =0.152590
5 3276.378355
1 1684.901983
𝐴𝑖 𝑁𝑅. 𝐴𝐿 = 𝑥 =0.128572
5 2620.938991
1 1725.72886
𝐴𝑖 𝐽. 𝐾𝑍 = 𝑥 =0.143877
5 2398.890342
1 1626.630108
𝐴𝑖 𝑊. 𝐾𝑍 = 𝑥 =0.140238
5 2319.808269
1 1361.624685
𝐴𝑖 𝑆. 𝐾𝑍 = 𝑥 =0.117160
5 2324.388413
1 102.9519507
𝐴𝑖 𝐷. 𝐾𝑍 = 𝑥 =0.106037
5 194.180722
1 1246.49031
𝐴𝑖 𝑁. 𝐾𝑍 = 𝑥 =0.066592
5 3743.678486
1 1789.427022
𝐴𝑖 𝑁𝑅. 𝐾𝑍 = 𝑥 =0.093620
5 3822.724831
33
Jumlah Kelas = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 12
= 1 + (3,3 x 1,079)
= 1 + 3,5607
= 4,5607 ≈ 5
0.181130 − 0.054429
= 5
0.126701
= 5
= 0.025340
Rentang Indeks
Klasifikasi Aksesibilitas Nilai Aksesibilitas
Aksesibilitas
34
0.1557916 - 0.1811318 Sangat rendah 1
Jarak
Kode Jarak Indeks
Tujuan Asal Euclidean Klasifikasi Nilai
Rute Sebenarnya Aksesibilitas
(m)
J.AL Sangat
Jagir 555.9455884 613.862787 0.181130
Rendah 1
W.AL Sangat
Wonokromo 897.017634 3296.125565 0.054429
Tinggi 5
RSAL
Sawunggaling S.AL 1694.664256 3504.890670 0.096703 Tinggi 4
Dr.
Ramelan
D.AL Sangat 1
Darmo 2018.946364 2591.343278 0.155822
rendah
35
N.KZ Sangat
Ngagel 1246.490313 3743.678486 0.066592
Tinggi 5
Berdasarkan hasil analisis dan klasifikasi yang dilakukan terhadap jarak dari masing-
masing rute dengan tujuan RSAL dr. Ramelan dan RKZ, didapatkan bahwa aksesibilitas
tertinggi diperoleh oleh rute Wonokromo-RSAL dr.Ramelan dan juga Ngagel-RKZ dengan
masing-masing indeks aksesibilitasnya adalah 0.054429 dan 0.066592. Sedangkan untuk
aksesibilitas terendah diperoleh oleh rute Jagir-RSAL dr.Ramelan dan Darmo-RSAL
dr.Ramelan dengan masing-masing indeks aksesibilitasnya adalah 0.181130 dan 0.155822.
36
4.2.3.2 Perhitungan Nilai Indeks Aksesibilitas Tiap Centroid
Kelurahan Menggunakan Metode Sturgess
Perhitungan nilai indeks aksesibilitas dalam penelitian
ini menggunakan metode Spatial Separation (Lake and
Huzayyin, 1979). Untuk mengukur tingkat aksesibilitas, maka
digunakan rumus berikut ini :
1 𝑎𝑖𝑗
𝐴𝑖 = 𝛴
𝑛 − 1 𝑑𝑖𝑗
Keterangan
Ai = Indeks Aksesibilitas
1 2281.67444
𝐾𝑒𝑙𝑢𝑟𝑎ℎ𝑎𝑛 𝐽𝑎𝑔𝑖𝑟 = 𝑥 =0.15147
5 3012.753129
1 2523.647742
𝐾𝑒𝑙𝑢𝑟𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑊𝑜𝑛𝑜𝑘𝑟𝑜𝑚𝑜 = 𝑥 =0.08987
5 5615.933834
1 3056.288941
𝐾𝑒𝑙𝑢𝑟𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑆𝑎𝑤𝑢𝑛𝑔𝑔𝑎𝑙𝑖𝑛𝑔 = 𝑥 =0.10486
5 5829.279083
1 2121.898315
𝐾𝑒𝑙𝑢𝑟𝑎ℎ𝑎𝑛 𝐷𝑎𝑟𝑚𝑜 = 𝑥 =0.08641
5 4911.151547
1 3746.208346
𝐾𝑒𝑙𝑢𝑟𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑁𝑔𝑎𝑔𝑒𝑙 = 𝑥 =0.13202
5 5675.268697
1 3474.329005
𝐾𝑒𝑙𝑢𝑟𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑁𝑔𝑎𝑔𝑒𝑙𝑟𝑒𝑗𝑜 = 𝑥 =0.10784
5 6443.663822
37
4.2.3.3 Klasifikasi Indeks Aksesibilitas Tiap Centroid Kelurahan
Setelah menghitung nilai indeks aksesibilitas, hasil dari nilai-
nilai tersebut akan diklasifikasikan dengan metode Sturgess. Berikut
adalah rumus metode sturgess:
= 1 + 3,3 log 12
= 1 + (3,3 x 1,079)
= 1 + 3,5607
= 4,5607 ≈ 5
0.151467734 − 0.086411437
= 5
0.06506
= 5
= 0.01301
Rentang Indeks
Klasifikasi Aksesibilitas Nilai Aksesibilitas
Aksesibilitas
38
0.12546 - 0.13846 Rendah 2
Jarak Indeks
Jarak
Tujuan Asal Euclidean Aksesibilita Klasifikasi Nilai
Sebenarnya
(m) s
3012.75312 Sangat
Jagir 2281.674448 0,15147
9 Rendah 1
5615.93383 Sangat
Wonokromo 2523.647742 0,08987
4 Tinggi 5
Sawunggalin 5829.27908
3056.288941 0,10486
g 3 Tinggi 4
RKZ dan
RSAL 4911.15154 Sangat 5
Darmo 2121.898315 0,08641
7 Tinggi
5675.26869 Rendah 2
Ngagel 3746.208346 0,13202
7
6443.66382 Tinggi 4
Ngagelrejo 3474.329005 0,10784
2
39
indeks aksesibilitasnya adalah 0.08987 dan 0.08641. Sedangkan untuk
kelurahan dengan aksesibilitas terendah diperoleh oleh Kelurahan Jagir
dengan nilai indeks aksesibilitas 0,15147.
40
S.AL 11 menit 13 11:32:02 11:42:07
Sawunggaling 40 detik menit — —
21 detik 11:43:42 11:55:28
41
N.KZ 5 menit 8 menit 11:55:10 12:03:07
Ngagel 31 detik 10 detik — —
12:00:46 12:11:17
42
RS Katholik ST. Sawunggaling S.KZ 285 449
Vincentius a
Paulo (RKZ) Darmo D.KZ 140 237
= 112
43
Setelah penghitungan tersebut, maka bisa dibuat klasifikasi
indeks aksesibilitasnya, hasilnya adalah sebagai berikut :
= 112,8 ≈ 113
44
237 - 439 Sangat Tinggi 5
45
Wonokromo W.AL 511 Rendah 2 602 Rendah 2
46
sama yaitu Darmo-RKZ selama 140 detik untuk sepeda motor dan 237
detik untuk mobil. Sedangkan waktu tempuh terlama tercatat pada rute
yang sama yaitu Sawunggaling-RSAL selama 700 detik untuk sepeda
motor dan 801 detik untuk mobil. Dapat diketahui berdasarkan data
hasil analisis bahwasannya jarak adalah faktor paling dominan dalam
mempengaruhi indikator waktu tempuh. Namun selain itu, waktu
tempuh dapat pula dipengaruhi oleh kepadatan lalu lintas, lama lampu
merah, lebar jalan, lebar moda kendaraan, dan kecepatan arus rata-rata.
47
4.3.3.1 Perhitungan Nilai Indeks Aksesibilitas Tiap Centroid
Kelurahan dengan Metode Sturgess
Metode sturgess adalah metode yang digunakan apabila data yang
digunakan terlalu banyak, dan metode ini digunakan untuk menghitung interval
atau mengklasifikasikan data. Setelah menghitung nilai indeks aksesibilitas, maka
nilai-nilai tersebut akan diklasifikasikan dengan metode sturgess. Berikut ini
adalah rumus metode sturgess :
= 49,6 ≈ 50
48
371,6 - 421,5 Cukup 3
= 58,7 ≈ 59
49
4.3.3.2 Klasifikasi Indeks Aksesibilitas Tiap Centroid Kelurahan
Setelah memperoleh data melalui survei primer, data tersebut
kemudian diolah dalam satuan detik dan diklasifikasikan berdasarkan
tabel klasifikasi hasil dari perhitungan sturgess sehingga kemudian
diperoleh nilai aksesibilitas dari setiap titik centroid kelurahan. Berikut
merupakan tabel hasil analisis nilai aksesibilitas tiap centroid kelurahan
berdasarkan indikator waktu tempuh.
50
Berdasarkan hasil analisis aksesibilitas berdasarkan indikator waktu tempuh tiap
kelurahan, didapatkan bahwa Kelurahan Darmo memiliki nilai total aksesibilitas tertinggi
menuju RSAL Dr Ramelan maupun RKZ dengan nilai 5 untuk kedua jenis moda transportasi,
sedangkan Kelurahan Ngagelrejo dan Sawunggaling memiliki nilai total aksesibilitas
terendah menuju RSAL Dr Ramelan maupun RKZ dengan nilai 1 untuk kedua jenis moda
transportasi. Nilai aksesibilitas tiap centroid kelurahan ini dipengaruhi oleh perhitungan
waktu tempuh tiap rute menuju rumah sakit dan seberapa strategis letak kelurahan terhadap
kedua rumah sakit baik RSAL Dr.Ramelan maupun RKZ.
Tabel 21 - Biaya Menuju RSAL Dr. Ramelan & RKZ Menggunakan Kendaraan Pribadi
(Grab & Go-Jek)
51
ing -
D.AL Rp12.000,
Darmo Rp9.000,- Rp8.800,- Rp12.000,-
-
N.AL Rp14.500,
Ngagel Rp9.100,- Rp9.350,- Rp15.000,-
-
NR.AL Rp12.000,
Ngagelrejo Rp8.800,- Rp9.500,- Rp12.500,-
-
52
Penghitungan biaya kendaraan pribadi menggunakan perhitungan dari
aplikasi Go-Jek dan Grab dikarenakan biaya yang dikenakan pada aplikasi
sudah mencakup biaya langsung yang sebagaimana dijelaskan dalam
Keputusan Menteri Dinas Perhubungan No. KP 348 Tahun 2019 berupa
penyusutan kendaraan, bunga modal kendaraan, biaya pengemudi (dalam
konteks kendaraan pribadi, jika menggunakan supir), asuransi baik kendaraan,
pengemudi atau penumpang, pajak, bahan bakar, ban, servis kendaraan, biaya
penyusutan telepon seluler dan biaya pulsa/kuota internet. Sebagian besar
komponen biaya langsung yang termasuk dalam biaya ojek atau taksi online
juga termasuk dalam komponen biaya yang seharusnya diperhitungkan ketika
menggunakan kendaraan pribadi yang tidak mungkin dilakukan karena
kerumitan dan ketidak-efisienan perhitungan yang dilakukan secara riil yang
disebabkan oleh kecilnya persentase yang termasuk dalam perjalanan dari titik
centroid masing-masing kelurahan kedua rumah sakit yang dituju.
Tabel 22 - Rata-Rata Biaya Menuju RSAL Dr. Ramelan dan RKZ dengan Moda
Transportasi Pribadi
Kode Sepeda
Keterangan Mobil
Rute Motor
53
Asal Tujuan Rata-Rata Rata-Rata
54
Dr Ramelan merupakan Kelurahan Sawunggaling. Hal ini dapat terjadi karena
adanya penghitungan tertentu yang dimiliki oleh aplikasi Grab & Go-Jek
dalam menghitung biaya, misalnya ditentukan oleh kepadatan jalan,
ketersediaan driver (pengemudi), atau hal lainnya yang tidak diketahui
dikarenakan tidak tersedianya data yang melampirkan perhitungan biaya hasil
penghitungan aplikasi baik dari Grab ataupun Go-Jek. Untuk mencapai RKZ,
Kelurahan Jagir menunjukkan harga paling mahal karena jaraknya yang paling
jauh dari tujuan sedangkan menggunakan moda transportasi pribadi jenis
motor, seluruh kelurahan sisanya memiliki harga yang sama yakni Rp8.900,-.
Hal yang sama juga terjadi untuk mobil, Kelurahan Wonokromo,
Sawunggaling, dan Darmo juga memiliki biaya yang sama, sebesar Rp11.500,-
yang merupakan biaya terkecil untuk mencapai RKZ menggunakan kendaraan
pribadi jenis mobil.
= 4,5607 ≈ 5
55
(𝟏𝟏𝟎𝟎𝟎−𝟕𝟎𝟎𝟎)
= 𝟓
𝟒𝟎𝟎𝟎
= 𝟓
= 800
= 1900
56
Setelah penghitungan tersebut, maka bisa dibuat klasifikasi indeks
aksesibilitasnya untuk moda kendaraan pribadi jenis sepeda motor dengan hasil sebagai
berikut :
57
Kode Keterangan Sepeda Motor Mobil
Rute
Asal Tujuan Rata-Rata Klasifikasi Rata-Rata Klasifikasi
58
D.KZ Darm Rp8.900,- Cukup 3 Rp11.500,- Tinggi 4
o
Berdasarkan hasil analisis dan klasifikasi yang dilakukan terhadap biaya dari
masing-masing centroid kelurahan dengan tujuan RSAL Dr Ramelan dan RKZ,
didapatkan bahwa secara umum, aksesibilitas menuju RSAL Dr Ramelan
menggunakan moda kendaraan pribadi jenis motor memiliki aksesibilitas yang
cukup sedangkan menggunakan mobil memiliki kriteria aksesibilitas yang bervariasi
namun kriteria aksesibilitas rendah mendominasi. Untuk tingkat aksesibilitas
menuju RKZ, menggunakan motor tingkat aksesibilitas yang dimiliki sebagian besar
berupa cukup terkecuali dari Kelurahan Jagir dikarenakan jaraknya yang paling jauh.
Menggunakan mobil, tingkat aksesibilitas yang dimiliki bervariasi dengan dominasi
aksesibilitas termasuk tinggi tinggi.
59
RKZ dan Wonokromo Rp8.975,- Rp12.875,-
RSAL
Sawunggaling Rp8.950,- Rp12.875,-
= 4,5607 ≈ 5
= 32,4
60
Setelah penghitungan tersebut, maka bisa dibuat klasifikasi
indeks aksesibilitasnya untuk moda kendaraan pribadi jenis sepeda
motor dengan hasil sebagai berikut :
=350
61
Rentang Waktu Tempuh Klasifikasi Aksesibilitas Nilai Aksesibilitas
(menit)
62
Ngagel Rp9.062,- Sangat 1 Rp13.500,- Sangat 1
Rendah rendah
63
harga termahal didapatkan dari Kelurahan Ngagel ke RS AL Dr.
Ramelan dengan biaya berkisar Rp9.225 dengan menggunakan roda dua
dan dengan menggunakan roda empat berkisar Rp14.750. Harga-harga
tersebut tentunya bukan suatu hal yang mutlak dimana terdapat banyak
faktor yang dapat mengubah harga-harga tersebut menjadi sebuah data
yang fluktuatif.
64
Tujuan Asal Titik Kode Nilai Aksesibilitas Total
Centroid Rute Nilai
Jarak Waktu Biaya Aksesibilitas
Sawunggaling S.AL 4 1 3 8
Darmo D.AL 1 3 3 7
Ngagel N.AL 2 2 3 7
Ngagelrejo NR.AL 3 2 3 8
Wonokromo W.KZ 2 3 3 8
Sawunggaling S.KZ 3 4 3 10
Darmo D.KZ 3 5 3 11
Ngagel N.KZ 5 4 3 12
Ngagelrejo NR.KZ 4 2 3 9
65
Gambar 6 - Grafik Total Nilai Aksesbilitas Kendaraan Roda Dua
1. Jagir
Titik centroid Jagir menuju RSAL memiliki total nilai aksesibilitas
sebesar 11 sedangkan Jagir menuju RKZ memiliki total nilai
aksesibilitas sebesar 5 yang berarti bahwa aksesibilitas titik
66
centorid Jagir menuju RSAL lebih tinggi dari aksesibilitas menuju
RKZ.
2. Wonokromo
Titik centroid Wonokromo menuju RSAL memiliki total nilai
aksesibilitas sebesar 10 sedangkan Wonokromo menuju RKZ
memiliki total nilai aksesibilitas sebesar 8 yang berarti bahwa
aksesibilitas titik centorid Wonokromo menuju RSAL lebih tinggi
dari aksesibilitas menuju RKZ.
3. Sawunggaling
Titik centroid Sawunggaling menuju RSAL memiliki total nilai
aksesibilitas sebesar 8 sedangkan Sawunggaling menuju RKZ
memiliki total nilai aksesibilitas sebesar 10 yang berarti bahwa
aksesibilitas titik centorid Sawunggaling menuju RKZ lebih tinggi
dari aksesibilitas menuju RSAL.
4. Darmo
Titik centroid Darmo menuju RSAL memiliki total nilai
aksesibilitas sebesar 7 sedangkan Darmo menuju RKZ memiliki
total nilai aksesibilitas sebesar 11 yang berarti bahwa aksesibilitas
titik centorid Darmo menuju RKZ lebih tinggi dari aksesibilitas
menuju RSAL.
5. Ngagel
Titik centroid Ngagel menuju RSAL memiliki total nilai
aksesibilitas sebesar 7 sedangkan Ngagel menuju RKZ memiliki
total nilai aksesibilitas sebesar 12 yang berarti bahwa aksesibilitas
titik centorid Ngagel menuju RKZ lebih tinggi dari aksesibilitas
menuju RSAL.
6. Ngagelrejo
Titik centroid Ngagelrejo menuju RSAL memiliki total nilai
aksesibilitas sebesar 8 sedangkan Ngagelrejo menuju RKZ
memiliki total nilai aksesibilitas sebesar 9 yang berarti bahwa
67
aksesibilitas titik centorid Ngagelrejo menuju RKZ lebih tinggi
dari aksesibilitas menuju RSAL.
Sawunggaling S.AL 4 1 2 7
Darmo D.AL 1 3 3 7
Ngagel N.AL 2 2 2 6
Ngagelrejo NR.AL 3 2 3 8
Wonokromo W.KZ 2 3 4 9
Sawunggaling S.KZ 3 4 4 11
Darmo D.KZ 3 5 4 12
Ngagel N.KZ 5 3 3 11
68
Ngagelrejo NR.KZ 4 1 2 7
1. Jagir
69
Titik centroid Jagir menuju RSAL memiliki total nilai aksesibilitas
sebesar 11 sedangkan Jagir menuju RKZ memiliki total nilai
aksesibilitas sebesar 5 yang berarti bahwa aksesibilitas titik centroid
Jagir menuju RSAL lebih tinggi dari aksesibilitas menuju RKZ.
2. Wonokromo
Titik centroid Wonokromo menuju RSAL memiliki total nilai
aksesibilitas sebesar 9 sedangkan Wonokromo menuju RKZ memiliki
total nilai aksesibilitas sebesar 9 yang berarti bahwa aksesibilitas titik
centroid Wonokromo menuju RSAL sama dengan aksesibilitas
menuju RKZ.
3. Sawunggaling
Titik centroid Sawunggaling menuju RSAL memiliki total nilai
aksesibilitas sebesar 7 sedangkan Sawunggaling menuju RKZ
memiliki total nilai aksesibilitas sebesar 11 yang berarti bahwa
aksesibilitas titik centorid Sawunggaling menuju RKZ lebih tinggi
dari aksesibilitas menuju RSAL.
4. Darmo
Titik centroid Darmo menuju RSAL memiliki total nilai aksesibilitas
sebesar 7 sedangkan Darmo menuju RKZ memiliki total nilai
aksesibilitas sebesar 12 yang berarti bahwa aksesibilitas titik centorid
Darmo menuju RKZ lebih tinggi dari aksesibilitas menuju RSAL.
5. Ngagel
Titik centroid Ngagel menuju RSAL memiliki total nilai aksesibilitas
sebesar 6 sedangkan Ngagel menuju RKZ memiliki total nilai
aksesibilitas sebesar 11 yang berarti bahwa aksesibilitas titik centorid
Ngagel menuju RKZ lebih tinggi dari aksesibilitas menuju RSAL.
6. Ngagelrejo
Titik centroid Ngagelrejo menuju RSAL memiliki total nilai
aksesibilitas sebesar 8 sedangkan Ngagelrejo menuju RKZ memiliki
total nilai aksesibilitas sebesar 7 yang berarti bahwa aksesibilitas titik
70
centorid Ngagelrejo menuju RSAL lebih tinggi dari aksesibilitas
menuju RKZ.
Asal Tujuan R2 R4 R2 R4 R2 R4 R2 R4
S.AL Sawun 4 4 1 1 3 2 8 7
71
ggaling
D.AL Darmo 1 1 3 3 3 3 7 7
N.AL Ngagel 2 2 2 2 3 2 7 6
NR.AL Ngagel
3 3 2 2 3 3 8 8
rejo
W.KZ Wonok
2 2 3 3 3 4 8 9
romo
S.KZ Sawun
3 3 4 4 3 4 10 11
ggaling
D.KZ Darmo 3 3 5 5 3 4 11 12
N.KZ Ngagel 5 5 4 3 3 3 12 11
NR.KZ Ngagel
4 4 2 1 3 2 9 7
rejo
72
Gambar 8 - Grafik Perbandingan Aksesibilitas Kendaraan Roda Dua dan Roda Empat
73
bernilai 7, yang berarti nilai aksesibilitas menggunakan kendaraan
roda dua lebih tinggi dibanding roda empat. Hal ini dikarenakan
perbedaan nilai indeks aksesibilitas biaya perjalanan yakni roda dua
sebesar 3 dan roda empat sebesar 2.
3. Pada rute Ngagel menuju RSAL nilai aksesibilitas menggunakan
kendaraan roda dua bernilai 7 sedangkan roda empat bernilai 6, yang
berarti nilai aksesibilitas menggunakan kendaraan roda dua lebih
tinggi dibanding roda empat. Hal ini dikarenakan perbedaan nilai
indeks aksesibilitas biaya perjalanan yakni roda dua sebesar 3 dan
roda empat sebesar 2.
4. Pada rute Wonokromo menuju RKZ nilai aksesibilitas
menggunakan kendaraan roda dua bernilai 8 sedangkan roda empat
bernilai 9, yang berarti nilai aksesibilitas menggunakan kendaraan
roda dua lebih rendah dibanding roda empat. Hal ini dikarenakan
perbedaan nilai indeks aksesibilitas biaya perjalanan yakni roda dua
sebesar 3 dan roda empat sebesar 4.
5. Pada rute Sawunggaling menuju RKZ nilai aksesibilitas
menggunakan kendaraan roda dua bernilai 10 sedangkan roda empat
bernilai 11, yang berarti nilai aksesibilitas menggunakan kendaraan
roda dua lebih rendah dibanding roda empat. Hal ini dikarenakan
perbedaan nilai indeks aksesibilitas biaya perjalanan yakni roda dua
sebesar 3 dan roda empat sebesar 4.
6. Pada rute Darmo menuju RKZ nilai aksesibilitas menggunakan
kendaraan roda dua bernilai 11 sedangkan roda empat bernilai 12,
yang berarti nilai aksesibilitas menggunakan kendaraan roda dua
lebih rendah dibanding roda empat. Hal ini dikarenakan perbedaan
nilai indeks aksesibilitas biaya perjalanan yakni roda dua sebesar 3
dan roda empat sebesar 4.
7. Pada rute Ngagel menuju RKZ nilai aksesibilitas menggunakan
kendaraan roda dua bernilai 12 sedangkan roda empat bernilai 11,
yang berarti nilai aksesibilitas menggunakan kendaraan roda dua
lebih tinggi dibanding roda empat. Hal ini dikarenakan perbedaan
74
nilai indeks aksesibilitas waktu tempuh perjalanan yakni roda dua
sebesar 4 dan roda empat sebesar 3.
8. Pada rute Ngagelrejo menuju RKZ nilai aksesibilitas menggunakan
kendaraan roda dua bernilai 9 sedangkan roda empat bernilai 7, yang
berarti nilai aksesibilitas menggunakan kendaraan roda dua lebih
tinggi dibanding roda empat. Hal ini dikarenakan perbedaan nilai
indeks aksesibilitas waktu tempuh perjalanan yakni roda dua
sebesar 2 dan roda empat sebesar 1 serta perbedaan nilai indeks
aksesibilitas biaya perjalanan yakni roda dua sebesar 3 dan roda
empat sebesar 2.
Jagir 1 3 2 6
Wonokromo 5 2 3 10
Sawunggaling 4 1 4 9
75
Darmo 5 5 5 15
Ngagel 2 2 1 5
Ngagelrejo 4 1 2 7
Dari tabel dan grafik diatas dapat diketahui total nilai aksesibilitas
menggunakan kendaraan roda dua untuk tiap centroid kelurahan. Semakin
tinggi total nilai yang diperoleh tiap centroid menunjukan semakin tinggi pula
tingkat aksesibilitasnya. Centroid Kelurahan Darmo memperoleh total nilai
aksesibilitas tertinggi sebesar 15 sebagai kelurahan yang paling aksesibel
sedangkan Kelurahan Ngagel memperoleh total nilai aksesibilitas terendah
sebesar 5 sebagai kelurahan yang paling tidak aksesibel. Nilai rata-rata dari
total nilai aksesibilitas sebesar 8,7 dan terdapat tiga centroid kelurahan diatas
rata-rata, yakni: Kelurahan Darmo dengan total nilai aksesibilitas 15,
76
Kelurahan Wonokromo dengan total nilai aksesibilitas 10, dan Kelurahan
Sawunggaling dengan total nilai aksesibilitas 9. Sedangkan tiga centroid
kelurahan lainnya menunjukan nilai dibawah rata-rata, yakni : Kelurahan
Ngagelrejo dengan total nilai aksesibilitas 7, Kelurahan Jagir dengan total nilai
aksesibilitas 6, dan Kelurahan Ngagel dengan total nilai aksesibilitas 5.
Jagir 1 4 3 8
Wonokromo 5 2 2 9
Sawunggaling 4 1 2 7
Darmo 5 5 5 15
Ngagel 2 2 1 5
Ngagelrejo 4 1 2 7
77
Gambar 10 - Grafik Total Nilai Aksesbilitas Kendaraan Roda Empat
Dari tabel dan grafik diatas dapat diketahui total nilai aksesibilitas
menggunakan kendaraan roda empat untuk tiap centroid kelurahan.
Semakin tinggi total nilai yang diperoleh tiap centroid menunjukan semakin
tinggi pula tingkat aksesibilitasnya. Centroid Kelurahan Darmo
memperoleh total nilai aksesibilitas tertinggi sebesar 15 sebagai kelurahan
yang paling aksesibel sedangkan Kelurahan Ngagel memperoleh total
nilai aksesibilitas terendah sebesar 5 sebagai kelurahan yang paling tidak
aksesibel. Nilai rata-rata dari total nilai aksesibilitas sebesar 8,5 dan
terdapat tiga centroid kelurahan diatas rata-rata, yakni: Kelurahan Darmo
dengan total nilai aksesibilitas 15, Kelurahan Wonokromo dengan total
nilai aksesibilitas 9, dan Kelurahan Jagir dengan total nilai aksesibilitas 8.
Sedangkan tiga centroid kelurahan lainnya menunjukan nilai dibawah rata-
rata, yakni : Kelurahan Ngagelrejo Kelurahan Sawunggaling dengan total
nilai aksesibilitas 7, dan Kelurahan Ngagel dengan total nilai aksesibilitas
5.
78
4.5.2.3 Perbandingan Aksesibilitas Kendaraan Roda Dua dengan
Roda Empat Pada Tiap Centroid Kelurahan
Tabel 35 - Klasifikasi Aksesibilitas Menggunakan Kendaraan Roda Empat
Waktu Biaya
Jarak
R2 R4 R2 R4 R2 R4 R2 R4
Jagir 1 1 3 4 2 3 6 8
Wonokromo 5 5 2 2 3 2 10 9
Sawunggaling 4 4 1 1 4 2 9 7
Darmo 5 5 5 5 4 5 14 15
Ngagel 2 2 2 2 1 1 5 5
Ngagelrejo 4 4 1 1 2 2 7 7
79
Gambar 11 - Grafik Perbandingan Aksesibilitas Kendaraan Roda Dua dan Roda Empat
80
1. Untuk klasifikasi aksesibilitas dari indikator jarak, waktu tempuh, dan biaya
didapatkan 5 kelas klasifikasi, yaitu sangat rendah, rendah, cukup, tinggi, dan
sangat tinggi. Masing-masing nilai tersebut sesuai urutannya adalah 1,2,3,4, dan 5.
2. Berdasarkan indikator jarak, aksesibilitas tertinggi diperoleh rute Wonokromo-
RSAL dan Ngagel-RKZ, sedangkan untuk aksesibilitas terendah diperoleh rute
Jagir-RSAL dan Darmo-RSAL. Dan centroid kelurahan yang memiliki
aksesibilitas sangat tinggi adalah Kelurahan Darmo, sedangkan centroid kelurahan
dengan aksesibilitas sangat rendah adalah Kelurahan Sawunggaling dan Kelurahan
Ngagelrejo.
3. Berdasarkan indikator waktu tempuh untuk roda dua dan roda empat, aksesibilitas
tertinggi diperoleh rute Darmo-RKZ, sedangkan aksesibilitas terendah diperoleh
rute Sawunggaling-RSAL. Dan centroid kelurahan yang memiliki aksesibilitas
sangat tinggi adalah Kelurahan Darmo dan Kelurahan Wonokromo, sedangkan
centroid kelurahan dengan aksesibilitas sangat rendah adalah Kelurahan Jagir.
4. Berdasarkan indikator biaya untuk roda dua dan roda empat, aksesibilitas tertinggi
diperoleh rute Jagir-RSAL, sedangkan aksesibilitas terendah diperoleh rute Jagir-
RKZ. Dan centroid kelurahan yang memiliki aksesibilitas sangat tinggi adalah
Kelurahan Darmo, sedangkan centroid kelurahan dengan aksesibilitas sangat
rendah adalah Kelurahan Ngagel.
5. Secara keseluruhan atau total nilai aksesibilitas, dari 12 rute yang dilakukan
analisis, diketahui bahwa untuk kendaraan roda dua, rute Ngagel-RKZ merupakan
rute dengan tingkat aksesibilitas tertinggi. Total nilai aksesibilitasnya adalah 12,
sedangkan rute Jagir-RKZ adalah rute dengan tingkat aksesibilitas terendah dengan
total nilai aksesibilitasnya 5. Dan centroid kelurahan yang memiliki total nilai
aksesibilitas tertinggi adalah Kelurahan Darmo dengan total nilai 15, sedangkan
centroid kelurahan yang memiliki total nilai aksesibilitas terendah adalah
Kelurahan Ngagel dengan total nilai 5.
6. Sedangkan untuk kendaraan roda empat, diketahui bahwa rute Darmo-RKZ
memiliki aksesibilitas tertinggi dengan total nilai aksesibilitasnya adalah 12.
Tingkat aksesibilitas terendah diperoleh rute Jagir-RKZ dengan total nilai
aksesibilitasnya adalah 5. Dan centroid kelurahan yang memiliki total nilai
aksesibilitas tertinggi adalah Kelurahan Darmo dengan total nilai 15, sedangkan
81
centroid kelurahan yang memiliki total nilai aksesibilitas terendah adalah
Kelurahan Ngagel dengan total nilai 5.
7. Tingkat aksesibilitas yang diukur dengan parameter/indikator jarak, waktu tempuh,
dan biaya untuk kendaraan roda dua dan roda empat tidak selalu memiliki nilai
yang sama. Hal ini juga dikarenakan adanya faktor eksternal seperti kepadatan lalu
lintas, lebar jalan, lama lampu merah, dsb. Selain itu, untuk indikator sendiri
terdapat banyak faktor di dalamnya yang menjadi pertimbangan.
8. Kondisi eksisting di kawasan dengan total nilai aksesibilitas rendah belum tentu
tidak terjangkau oleh fasilitas kesehatan rumah sakit tersebut karena setiap fasilitas
rumah sakit mempunyai area keterjangkauannya sendiri sesuai tipenya.
Keterjangkauan tersebut telah diatur dalam SNI atau regulasi yang ada.
5.2 Rekomendasi
Untuk meningkatkan aksesibilitas menuju fasilitas rumah sakit, dalam hal ini
RKZ dan RSAL dr. Ramelan dari Jagir, Sawunggaling, Ngagel, Wonokromo, dan
Ngagelrejo, dapat dilakukan perluasan kapasitas jalan dan pengurangan hambatan
jalan sehingga meningkatkan pengalaman pengguna jalan terkait komponen
aksesibilitas jenis waktu dan mengurangi waktu yang diperlukan untuk mencapai
sarana Kesehatan. Hal ini krusial dalam kebutuhan peningkatannya dikarenakan
faktor waktu merupakan faktor yang krusial dalam menentukan keselamatan
masyarakat ketika terjadi kejadian darurat.
Daerah pejalan kaki seperti trotoar atau zebra cross/tempat menyeberangan
perlu dibangun/dikembangkan lebih lanjut sehingga masyarakat yang sebenarnya
dapat mencapai daerah rumah sakit dengan jalan kaki tidak perlu menggunakan
kendaraan lagi dan menambah kepadatan kendaraan. Peningkatan kinerja shuttle
bus juga dapat dikembangkan lebih lanjut untuk meningkatkan waktu yang
diperlukan untuk mencapai fasilitas umum rumah sakit, misalnya dengan
menambahkan armada tambahan dan penggunaan real time tracker sehingga
masyarakat dapat memperkirakan waktu yang diperlukan dan jadwal selanjutnya.
Dari sisi pengguna dapat mempertimbangkan waktu-waktu tertentu dalam
melakukan perjalanan menuju rumah sakit jika tidak mendesak. Dapat pula
memulai perjalanan lebih awal untuk menghindari hambatan-hambatan lainnya,
sehingga dapat tiba tepat waktu menuju tempat tujuan. Bagi yang menggunakan
moda kendaraan pribadi roda empat, sebaiknya mempertimbangkan pula untuk
melakukan perjalanaan dengan kendaraan roda dua pada jam-jam tertentu untuk
menghindari kemacetan pada rute dengan aksesibilitas rendah jika memungkinkan.
82
83