Anda di halaman 1dari 5

______________________________________________________________________________________

JURNAL SURVEYING DAN GEODESI , Vol.X, No.1, Januari 2000 hal. 33


DESAIN KONSEPTUAL BASIS DATA SIG:
APA YANG HARUS DIPERHATIKAN ?
D. Muhally Hakim
Jurusan Teknik Geodesi, Institut Teknologi Bandung
Jl. Ganesha 10, Bandung 40132
dmhakim@gd.itb.ac.id dan famhakim@indo.net.id
ABSTRAK
Kemampuan yang dimiliki SIG yang berkaitan dengan query dan
pemodelan sangat tergantung pada struktur basis data SIG yang
bersangkutan. Berbeda dengan basis data non-spasial, basis data SIG
berisikan data yang lebih variatif baik dari jenis maupun sifat datanya
Untuk mencapai struktur basis data SIG yang baik sehingga diperoleh
kinerja yang optimum perlu sekali diperhatikan tahapan-tahapan desain
yang ada yang harus diikuti dengan seksama. Ada tiga tahapan desain
yaitu desain konseptual, logikal, dan fisikal. Pada kesempatan penulisan
ini akan dibahas tahapan desain awal yaitu desain konseptual. Hal yang
harus diperhatikan pada desain konseptual: peruntukan basis data, level
basis data, elemen data spasial dan non-spasial, sumber data, usia data,
daerah studi, kerangka dasar spasial, dan domain data non-spasial.
I. PENDAHULUAN
Ada dua kemampuan yang dimiliki oleh SIG yaitu pertama berkaitan dengan query
infomasi, dan kedua berkaitan dengan pemodelan analisis spasial [Burrough, 1986].
Keduanya sangat ditentukan oleh struktur basis data spasial yang dimiliki oleh SIG
bersangkutan. Dari segi teknis, banyak SIG yang dibangun yang tidak dapat
menunjukkan kinerja yang optimum karena kesalahan pengorganisasian struktur basis
datanya [United Nations, 1996].
Dalam konteks basis data secara umum, basis data yang baik harus memiliki antara lain
[Healey, 1991; Howe, 1991]:
sistem berbagi pakai data diantara berbagai pengguna berbeda (data sharing system);
sistem kontrol dan pembakuan untuk data masukan;
sistem validasi data agar supaya konsistensi elemen-elemen data dapat dicapai;
sistem penorganisasian dan strukturisasi data dengan redundancy minimum;
sistem sekuriti sehingga kerusakan data dapat dicegah seminimum mungkin.
Dalam lingkup SIG ketentuan di atas menjadi lebih kuat lagi kaitannya mengingat basis
data yang dibuat akan berisikan data yang lebih variatif baik dari jenis maupun sifat
datanya. Untuk mencapai kualitas basis data yang baik ada beberapa tahapan yang
harus dilalui dan dicermati pada saat proses desain dilakukan. Seperti diilustrasikan
pada Gambar 1, tahapan yang dimaksud adalah tahapan desain konseptual, desain
logikal, dan desain fisikal [United Nations, 1996].
Pada kesempatan penulisan ini hanya dibahas tentang tahapan desain konseptual saja.
Untuk kedua terakhir dari tahapan yaitu desain logikal dan desain fisikal, akan dibahas
dan dikemukakan pada lain kesempatan.
______________________________________________________________________________________
JURNAL SURVEYING DAN GEODESI , Vol.X, No.1, Januari 2000 hal. 34
Gambar 1 - Tahapan Desain Basis Data SIG
II. DESAIN KONSEPTUAL
Aktivitas yang dilakukan pada tahap desain konseptual adalah identifikasi dan analisis
jenis-jenis aplikasi yang harus ada yang terkait dengan keinginan pengguna, serta
klarifikasi dan inventarisasi apa-apa saja yang menjadi tujuan akhir dari basis data yang
akan dibangun. Semakin jelas hal-hal ini didefinisikan, semakin mudah pelaksanaan
desain pada tahapan selanjutnya yaitu tahapan desain logikal. Pada tahapan desain
konseptul ini pemilihan dan penentuan perangkat lunak dan perangkat keras yang akan
digunakan belum dipermasalahan (software and hardware free) [Howe, 1991]
Ada beberapa hal pokok yang perlu dipertimbangkan yang menyangkut desain
konseptual, yaitu [United Nations, 1996]:
1. Penetapan Peruntukan Basis Data
2. Level Basis Data Spasial
3. Elemen Spasial Pada Basis Data
4. Elemen Non-spasial Pada Basis Data
5. Sumber Data Spasial dan Non-spasial
6. Usia Data
7. Pendefinisian Daerah Studi
8. Kerangka Spasial
9. Domain Data Non-spasial
Penjelasan tentang butir-butir permasalahan desain konseptual di atas dijabarkan dalam
sub-sub bab berikut ini.
2.1. Penetapan Peruntukan Basis Data
Pokok permasalahan penentuan dan penetapan peruntukan basis data SIG yang akan
dibangun perlu dinyatakan secara jelas dalam bentuk judul/nama pekerjaan yang tegas
yang terkait langsung dengan permasalahan sebenarnya [United Nations, 1996]. Misalnya
Basis data SIG untuk perencanaan kota pada level makro, Basis data SIG untuk
manajemen air bersih, Basis data SIG untuk manajemen daerah pesisir, dan lainnya.
Aspek penting yang terkait dengan hal ini adalah dengan adanya pernyataan penetapan
judul/nama yang jelas dari proyek maka permasalahan pokok dari basis data SIG yang
dirancang dan aplikasi yang diinginkan dapat dengan mudah dibuat koridor pokok
permasalahannya.
______________________________________________________________________________________
JURNAL SURVEYING DAN GEODESI , Vol.X, No.1, Januari 2000 hal. 35
2.2. Level Basis Data Spasial
Level basis data spasial merupakan indikasi data secara detil pada basis data sesuai
dengan maksud dan tujuan atau peruntukan SIG dibuat. Detil data pada level nasional
akan berbeda dengan detil data pada level makro, demikian juga dengan level meso, dan
level mikro. Secara spasial, detil data pada setiap level terkait dengan skala peta yang
dipakai. Menurut [United Nations, 1996], dan sejalan dengan UUTR detil data pada
setiap level adalah seperti terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Level Basis Data
Level Detil Data Skala Peta Data Non-spasial
Mikro Daerah Proyek 1:25.000/1:10.000+ Tingkat Desa
Meso Kabupaten/Kodya 1:50.000/1:25.000 Tingkat Desa/Kecamatan
Makro Propinsi 1:250.000 Tingkat Kabupaten
Nasional Seluruh Negara 1:500.000/1:1.000.000 Tingat Propinsi
2.3. Elemen Spasial Pada Basis Data
Elemen data dasar spasial yang harus ada pada basis data yang disesuaikan dengan
kebutuhan yang terkait dengan maksud dan tujuan, serta peruntukan SIG dibuat.
Elemen data dasar spasial diperoleh dari berbagai sumber data. Elemen data dasar dapat
dibedakan menjadi dua jenis yaitu elemen utama yang didigitasi atau dimasukan
langsung dari sumbernya, dan elemen turunan yang diturunkan dari elemen utama, mis.
data lereng (slope) diturunkan dari data garis kontur ketinggian dan titik tinggi. Dari SIG
satu ke SIG lainnya elemen-elemen data pada masing-masing basis data akan berbeda.
Sebagai ilustrasi dapat dilihat Tabel 2 elemen data spasial untuk masing-masing SIG A
dan SIG B.
2. 4. Elemen Non-spasial Pada Basis Data
Elemen non-spasial merupakan data statistik numerik/deskriptif yang (harus) ada pada
basis data SIG. Seperti halnya data spasial, pendefinisian/penentuan dan pengadaan
data non-spasial tergantung kepada maksud dan tujuan, serta peruntukan SIG yang
dibuat. Sebagai contoh data non-spasial untuk SIG hutanan industri akan terdiri dari
data spesies pohon, tahun tanam, data produksi; data non-spasial untuk SIG perkotaan
akan terdiri dari data sistem pelayanan, data kependudukan per desa, data sektor
ekonomi kota, dll.
2.5. Sumber Data Spasial dan Non-spasial
Identifikasi sumber data merupakan isu yang penting pada saat desain dilakukan.
Dengan demikian dapat diinventarisasi dan diklarifikasi aktivitas pengumpulan data,
dan yang tidak kalah penting bagaimana sistem pendinian data harus dilakukan.
______________________________________________________________________________________
JURNAL SURVEYING DAN GEODESI , Vol.X, No.1, Januari 2000 hal. 36
Tabel 2 Elemen Data Pada Basis Data SIG A dan B
SIG A SIG B
Data Jenis Sumber Data Jenis Sumber
A. Set Data Utama A. Set Data Utama
Titik Tinggi
Titik Peta
Topografi
Titik Tinggi
Titik Peta Topografi
Geomorfologi
Poligon Inderaja
Garis Pantai
Garis Peta Top
Land Use Tahunan
Poligon Inderaja
Geomorfologi
Poligon Inderaja
Jalan K.A.
Garis Peta
Topografi
Sungai
Poligon Peta Topografi
Sungai
Poligon Peta
Topografi
Jaringan Jalan
Garis Peta Topografi
Jaringan Jalan
Garis Peta
Topografi
Garis Kontur
Garis Peta Topografi
Batas Kampung
Poligon Hasil Survey
Batas Administrasi
Poligon Hasil Survey
Garis Kontur
Garis Peta
Topografi
Batas Administrasi
Poligon Hasil Survey
B. Set Data Turunan B. Set Data Turunan
Peta Lereng (slope)
Poligon Diturunakan
dari data
kontur dan
titik tinggi
Peta Lereng (slope)
Poligon Diturunakan
dari data
kontur dan titik
tinggi
Perubahan Land Use
Poly Integrasi dari
beberapa
data land
use tahunan
2.6. Usia Data
Isu tentang usia data yang dipakai penting manakala periode (lifetime) basis data yang
dibangun akan didefinisikan. Dalam hal ini jangan sampai terjadi basis data yang dibuat
berisikan data yang tidak valid untuk aplikasi yang dirancang karena usia datanya
sudah usang (obsolote). Sebagai contoh, jika aplikasi yang dibuat menyangkut studi
(penelaahan) tentang dampak polusi terhadap daerah urban, maka data polusi yang
dipakai harus data saat sekarang (data terkini). Pemakaian data lama akan membuat
anlisis dampak menjadi tidak efektif [United Nations, 1996].
2.7. Pendefinisian Daerah Studi
Adanya pendefinisikan/penentuan daerah studi yang jelas akan sangat membantu dalam
pembatasan basis data yang akan dibuat, dan juga akan sangat membantu dalam desain
logikal untuk elemen-elemen spasial. Elemen spasial yang harus didefinisikan antara
lain tergantung kepada luas daerah studi. Sebagai contoh, apabila daerah studi tiba-tiba
diperluas sampai mencakup daerah pesisir maka elemen spasial harus ditambah dengan
elemen garis pantai dan elemen area hutan bakau yang sebelum perluasan mungkin
tidak didefinisikan.
2.8. Kerangka Spasial
Kerangka spasial menyangkut pendefinisian kerangka dasar untuk set data yang akan
ada pada sistem basis data. Sebagian besar dari set data spasial umumnya terkait posisi
dan lokasinya pada sistem lintang bujur geografis sebagaimana dibuat dan
divisualisasikan pada sistem peta topografi, atau biasa dikatakan sebagai sistem data
yang memiliki georeferensi. Dengan demikian basis data spasial perlu tetap mengikuti
aturan baku yang ada yang diterapkan pada sistem lembar peta topografi.
Sebagai contoh, dalam hal pendigitasian data untuk basis data diperlukan prosedur
registrasi baku yang secara umum melibatkan titik-titik registrasi. Titik-titik registrasi
yang diperlukan dapat diambil (digunakan) titik-titik pojok peta yang merupakan titik
______________________________________________________________________________________
JURNAL SURVEYING DAN GEODESI , Vol.X, No.1, Januari 2000 hal. 37
perpotongan garis gratikul yang diketahui (dicantumkan) nilai koordinatnya. Sehingga
dengan cara ini dapat dilakukan transformasi dari sistem mesin sebagai media
pengambila data ke sistem peta yang kelak akan disimpan dalam sistem basis data.
2.9. Domain Data Non-spasial
Domain data non-spasial dalam kaitan ini adalah menyangkut penentuan level data yang
akan dikelola melalui basis data. Umumnya set data non-spasial akan tersedia pada level
yang berbeda-beda. Untuk itu dalam hal pengelolaan data non-spasial sebaiknya
diambil unit yang levelnya paling bawah. Apabila diperlukan, level-level di atasnya
kemudian dapat diabstraksi dari level yang paling bawah.
III. PENUTUP
Sebagai penutup perlu dijelaskan bahwa desain konseptual pada proses pembuatan dan
pengembangan basis data spasial perlu dibuat dengan hati-hati dan secermat mungkin.
Hasil dari proses desain ini disamping akan membuka jalan untuk tahap desain
berikutnya juga akan mencirikan kinerja dari basis data yang dibuat yaitu dari luaran
yang dihasilkan dikaitkan dengan maksud dan tujuan atau peruntukan SIG dibuat.
Hasil dari proses desain konseptual adalah set data yang kelak akan disimpan pada
sistem basis data yang match dengan aplikasi dan sistem operasi SIG yang dibuat. Set
data pokok ini, yang terdiri dari set data dasar yang bersifat topografis dan tematis
dengan elemen spasial utama dan elemen spasial turunan, ditambah dengan jenis data
non-spasial, dalam terminologi basis data SIG dikenal dengan set data fundamental
(fundamental data set)
DAFTAR PUSTAKA.
Burroughs, P.A., 1986. Principles of Geographical Information Systems for Land Resource
Assessment, Oxford University Press,
Howe, D.R., 1991. Data Analysis For Data Base Design, Second Edition, Edward Arnold,
London, 317 pp.
United Nations, 1996. Manual On GIS For Planners And Decision Makers, Chapter 4,
ESCAP, New York, pp. 43-57.

Anda mungkin juga menyukai