Anda di halaman 1dari 17

NAMA : GITA AYU SHAVIRA

NIM : A35121060
KELAS : B
MATA KULIAH : SIG

1. Taksonomi system informasi.

1. Sistem informasi Non-Spasial


Sistem Informasi Non-Spasial adalah jenis sistem informasi yang tidak melibatkan
data spasial atau informasi geografis. Dalam konteks ini, "spasial" merujuk pada data
yang memiliki komponen lokasi geografis, seperti koordinat geografis (garis lintang
dan garis bujur) atau data yang terkait dengan lokasi fisik di Bumi.

Sistem Informasi Non-Spasial memusatkan perhatian pada data yang bersifat tekstual,
numerik, atau atribut, tetapi tidak mencakup elemen-elemen spasial. Berikut adalah
beberapa contoh Sistem Informasi Non-Spasial dan area penggunaannya:
1. Sistem Informasi Manajemen (SIM):
 Deskripsi: Sistem Informasi Manajemen membantu manajer dalam
mengelola operasi bisnis dan membuat keputusan strategis.
 Contoh Penggunaan Non-Spasial: Melacak inventaris, mengelola data
pelanggan, mencatat transaksi keuangan, dan memantau kinerja karyawan.
2. Sistem Pendukung Keputusan (SPK):
 Deskripsi: Sistem Pendukung Keputusan membantu pengambilan keputusan
dengan menyediakan informasi dan analisis.
 Contoh Penggunaan Non-Spasial: Analisis penjualan berdasarkan produk,
pemodelan prediksi keuangan, dan peramalan permintaan pasar.
3. Sistem Informasi Keuangan (SIK):
 Deskripsi: Sistem Informasi Keuangan mengelola informasi keuangan
organisasi.
 Contoh Penggunaan Non-Spasial: Pencatatan transaksi keuangan,
pembuatan laporan keuangan, dan pengelolaan anggaran.
4. Sistem Informasi Sumber Daya Manusia (SISDM):
 Deskripsi: Sistem Informasi Sumber Daya Manusia mengelola informasi
terkait karyawan dan manajemen sumber daya manusia.
 Contoh Penggunaan Non-Spasial: Pengelolaan data karyawan, pencatatan
absensi, evaluasi kinerja karyawan, dan manajemen pelatihan.
5. Sistem Informasi Pelanggan (SIP):
 Deskripsi: Sistem Informasi Pelanggan mengelola informasi tentang
pelanggan dan interaksi dengan mereka.
 Contoh Penggunaan Non-Spasial: Pelacakan preferensi pelanggan,
manajemen basis data pelanggan, dan analisis kepuasan pelanggan
berdasarkan umpan balik.
6. Sistem Informasi Penjualan (SIP):
 Deskripsi: Sistem Informasi Penjualan mencakup pengelolaan informasi
terkait penjualan produk atau layanan.
 Contoh Penggunaan Non-Spasial: Pencatatan penjualan, analisis tren
penjualan, manajemen inventaris produk, dan pemantauan kinerja penjualan
.
Dalam semua contoh ini, data yang dikelola dan dianalisis tidak memiliki
komponen spasial. Mereka berfokus pada informasi internal organisasi, proses bisnis,
dan interaksi dengan pelanggan dan karyawan, tanpa mempertimbangkan lokasi
geografis dari data tersebut. Sistem Informasi Non-Spasial ini penting untuk berbagai
organisasi dan bisnis di seluruh dunia untuk mengelola operasi sehari-hari dan
membuat keputusan yang lebih baik berdasarkan informasi yang akurat dan relevan.

2. Sistem Informasi Spasial


a. Non Geografi
Sistem Informasi Spasial Non-Geografi adalah jenis sistem
informasi yang menggunakan konsep dan teknologi GIS (Geographic
Information Systems) untuk mengelola dan menganalisis data spasial,
meskipun data tersebut bukanlah data geografis tradisional. Dalam
konteks ini, "spasial" merujuk pada data yang memiliki komponen
lokasi relatif, bukan hanya data geografis seperti garis lintang dan garis
bujur. Sistem Informasi Spasial Non-Geografi mungkin melibatkan data
yang memiliki koordinat atau informasi lokasi relatif tanpa keterkaitan
langsung dengan geografi fisik.
CAD/CAM
CAD/CAM (Computer-Aided Design/Computer-Aided
Manufacturing) adalah dua teknologi yang berbeda, namun, ada
overlap dalam konsep CAD/CAM yang memungkinkan
penggunaan informasi spasial tanpa memerlukan keterkaitan
geografis langsung. Dalam konteks CAD/CAM, informasi spasial
non-geografi merujuk pada data yang memiliki dimensi spasial
(misalnya, panjang, lebar, tinggi) tanpa perlu memiliki koordinat
geografis.
b. Sistem Informasi Geografis
Adalah sistem komputer yang dirancang untuk mengumpulkan,
menyimpan, mengelola, menganalisis, dan menyajikan data geografis
atau spasial. Data geografis melibatkan informasi tentang lokasi dan
atribut dari objek-objek fisik atau fenomena di Bumi. Sistem Informasi
Geografis mengintegrasikan teknologi komputer, perangkat keras
(hardware), perangkat lunak (software), dan data geografis untuk
mendukung pengambilan keputusan dan analisis spasia
Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk liputan lahan, penduduk,
dan sosioekonomi adalah aplikasi SIG yang mengintegrasikan data
spasial dan atribut terkait untuk memberikan pemahaman yang
mendalam tentang interaksi antara manusia dan lingkungan di suatu
wilayah. Dalam konteks ini, SIG digunakan untuk mengumpulkan,
mengelola, menganalisis, dan memvisualisasikan data terkait lahan,
populasi, dan aspek sosioekonomi dari suatu area. Berikut adalah
beberapa cara di mana SIG dapat digunakan untuk bidang-bidang ini:
1. Liputan Lahan:
Pemetaan Penggunaan Lahan: Menyajikan informasi
tentang penggunaan lahan, termasuk area pertanian, hutan,
perkotaan, dan lain-lain.
Pemantauan Perubahan Lahan: Melacak perubahan
dalam penggunaan lahan dari waktu ke waktu, membantu
dalam perencanaan lingkungan dan pelestarian alam.
Analisis Kerentanan Lingkungan: Mengidentifikasi area
yang rentan terhadap bencana alam atau degradasi
lingkungan.
2. Populasi:
Pemetaan Distribusi Penduduk: Menyajikan data
tentang distribusi spasial penduduk di berbagai wilayah
administratif.
Analisis Pertumbuhan Penduduk: Menggunakan data
historis untuk memodelkan dan memprediksi pertumbuhan
penduduk di wilayah-wilayah tertentu.
Penyusunan Model Aksesibilitas: Menganalisis
aksesibilitas penduduk ke layanan publik, seperti rumah
sakit, sekolah, atau pusat perbelanjaan.
3. Sosioekonomi:
Analisis Indeks Kemiskinan: Menentukan wilayah-
wilayah dengan tingkat kemiskinan tinggi dan memahami
faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kemiskinan.
Pemetaan Pendidikan dan Pengangguran: Menyajikan
data tentang tingkat pendidikan dan tingkat pengangguran di
berbagai wilayah.
Pemantauan Kesejahteraan Sosial: Mengidentifikasi
komunitas yang memerlukan bantuan sosial dan
memperkenalkan program-program untuk mendukung
mereka.
4. Integrasi Data:
Integrasi Data Spasial dan Atribut: Menggabungkan
data spasial dengan atribut demografis dan sosioekonomi
untuk mendapatkan gambaran komprehensif tentang suatu
wilayah.
Analisis Korelasi: Menganalisis korelasi antara faktor-
faktor sosioekonomi dan penggunaan lahan, membantu
dalam memahami hubungan kompleks di antara mereka.
5. Pengambilan Keputusan:
Perencanaan Pembangunan Wilayah: Mendukung
proses perencanaan pembangunan wilayah dengan
memberikan informasi yang diperlukan kepada pembuat
kebijakan.
Evaluasi Dampak: Mengevaluasi dampak proyek-
proyek pembangunan terhadap populasi, lahan, dan kondisi
sosioekonomi di wilayah tertentu.

Dengan mengintegrasikan data dari berbagai sumber ke


dalam sistem informasi geografis, analisis yang mendalam
dan pemahaman yang lebih baik tentang interaksi kompleks
antara manusia dan lingkungan dapat dicapai. SIG
memainkan peran kunci dalam membantu pembuat
kebijakan dan peneliti untuk membuat keputusan yang
berbasis data dan berkelanjutan.
2.

1. Data Retrieval
Dalam konteks analisis GIS (Geographic Information Systems), "data retrieval"
mengacu pada proses mengambil data spasial dan atribut dari sumber penyimpanan data
untuk tujuan analisis. Ini melibatkan menemukan, mengidentifikasi, dan mengambil data
yang diperlukan untuk digunakan dalam proyek GIS. Proses pengambilan data ini penting
karena analisis GIS membutuhkan akses ke data geografis yang akurat dan relevan.

Berikut adalah beberapa poin kunci tentang data retrieval dalam analisis GIS:
1. Sumber Data:
 Data spasial dapat berasal dari berbagai sumber seperti peta digital, citra
satelit, data GPS, atau data lain yang mencakup informasi geografis.
 Data atribut melibatkan informasi tambahan yang terkait dengan fitur-fitur
geografis. Misalnya, dalam peta jalan, atribut dapat mencakup nama jalan,
jenis jalan, dan informasi lainnya yang relevan.
2. Query Spatial:
 Pengguna GIS dapat menggunakan kueri spatial untuk mencari fitur-fitur
geografis dalam wilayah tertentu. Kueri ini memungkinkan pengguna
mengambil data spasial yang sesuai dengan kriteria tertentu. Contohnya
adalah mencari semua rumah di suatu kota atau menemukan sungai dalam
radius tertentu dari suatu lokasi.
3. Integrasi Data:
 Setelah data diambil, proses integrasi mungkin diperlukan untuk
menggabungkan data spasial dengan data atribut atau mengintegrasikan
data dari berbagai sumber.
4. Data Formats:
 Proses pengambilan data juga melibatkan memastikan bahwa data yang
diambil sesuai dengan format dan standar yang diperlukan untuk analisis
GIS. Ini termasuk memeriksa proyeksi koordinat, jenis file, dan struktur
data.
5. Preprocessing:
 Kadang-kadang, data yang diambil memerlukan preprocessing untuk
memastikan konsistensi dan integritas. Ini bisa melibatkan pemrosesan data
spasial seperti penyatuan (merging) atau pemotongan (clipping) untuk
menghasilkan data yang sesuai dengan kebutuhan analisis.
6. Pembersihan Data:
 Sebelum data dapat digunakan dalam analisis GIS, seringkali perlu
dilakukan pembersihan data untuk menghilangkan nilai yang hilang, outlier,
atau kesalahan lainnya yang dapat mempengaruhi hasil analisis.
Dengan data spasial dan atribut yang telah diambil dan disiapkan dengan benar,
analis GIS dapat melanjutkan ke tahap analisis seperti overlay, analisis spasial, dan
visualisasi untuk mendapatkan wawasan yang berguna dari data geografis tersebut.
2.Map Generalization
Map generalization dalam analisis GIS (Geographic Information Systems) adalah proses
penyederhanaan data geografis dengan tujuan menciptakan representasi peta pada skala yang lebih
kecil tanpa mengorbankan informasi penting. Pada dasarnya, map generalization adalah seni dan
ilmu dalam menyajikan informasi spasial yang kompleks dalam bentuk yang mudah dimengerti
dan digunakan oleh pengguna.
Berikut adalah beberapa teknik yang digunakan dalam map generalization:
1. Simplifikasi Geometris:
 Line Simplification: Mengurangi jumlah vertex pada garis, membuang rincian
yang tidak relevan dan mempertahankan bentuk garis yang penting.
 Polygon Simplification: Mengurangi jumlah vertex pada batas wilayah atau
polygon tanah dengan cara yang serupa seperti line simplification.
2. Aggregasi:
 Polygon Aggregation: Menggabungkan polygon kecil menjadi polygon yang lebih
besar. Misalnya, menggabungkan beberapa wilayah administratif ke dalam satu
wilayah.
 Point Aggregation: Menggabungkan titik-titik yang dekat satu sama lain ke dalam
satu simbol untuk mengurangi keruwetan dan memperjelas peta.
3. Eliminasi Rincian:
 Eliminasi Rincian Atribut: Menghilangkan atribut atau informasi tambahan yang
tidak diperlukan pada skala peta yang lebih kecil.
 Eliminasi Rincian Spasial: Menghilangkan detail spasial yang tidak penting,
seperti tributari kecil pada peta sungai skala besar.
4. Penggantian Representasi:
 Point to Area: Menggantikan titik dengan simbol area yang merepresentasikan
area di sekitarnya.
 Line to Area: Menggantikan garis dengan area untuk menyederhanakan
representasi peta.
5. Pengaturan Label:
 Label Displacement: Menggerakkan label dari titik ke lokasi yang lebih jelas dan
tidak bertabrakan dengan objek lain.
 Label Overposting: Mengatur label agar tidak menutupi objek lainnya pada peta.
6. Reduksi Kerumitan Topologi:
 Topological Simplification: Menyederhanakan topologi jaringan, khususnya pada
peta jalan, untuk memastikan bahwa representasi peta tetap logis meskipun detilnya
dikurangi.
7. Pemotongan (Clipping) dan Penyatuan (Merging):
 Pemotongan (Clipping): Memotong data spasial berdasarkan batas tertentu,
menghasilkan representasi yang lebih sederhana.
 Penyatuan (Merging): Menggabungkan beberapa fitur menjadi satu fitur yang
lebih besar, mengurangi kompleksitas peta.
Map generalization adalah proses kompleks yang melibatkan keseimbangan antara
mempertahankan informasi penting dan membuat peta mudah dimengerti oleh pengguna.
Penggunaan teknik-teknik di atas bervariasi tergantung pada kebutuhan peta, tujuan
penggunaan, dan skala peta yang diinginkan.
3.Map Abstractions
Map abstractions dalam analisis GIS (Geographic Information Systems) merujuk pada teknik-
teknik untuk menyederhanakan data spasial dan atribut pada peta dengan cara yang membuatnya lebih
mudah dimengerti tanpa mengorbankan informasi penting. Proses ini melibatkan pengurangan
kompleksitas data geografis untuk menciptakan representasi visual yang lebih jelas dan efektif. Beberapa
teknik map abstractions melibatkan:

1. Simplifikasi Geometris:
 Line Simplification: Mengurangi jumlah vertex pada garis untuk mengurangi
kompleksitas dan mempertahankan bentuk garis yang penting.
 Polygon Simplification: Mengurangi jumlah vertex pada batas wilayah atau
polygon untuk menyederhanakan bentuk dan mengurangi jumlah detail pada peta.
2. Aggregasi:
 Polygon Aggregation: Menggabungkan beberapa polygon ke dalam satu polygon
yang lebih besar untuk mengurangi jumlah objek pada peta.
 Point Aggregation: Menggabungkan titik-titik yang dekat satu sama lain menjadi
satu simbol untuk mengurangi keruwetan pada peta.
3. Eliminasi Rincian:
 Eliminasi Rincian Atribut: Menghilangkan atribut yang tidak relevan atau kurang
penting pada peta yang lebih umum.
 Eliminasi Rincian Spasial: Menghilangkan detail spasial yang tidak diperlukan
pada peta, seperti tributari kecil dari sungai.
4. Penggantian Representasi:
 Point to Area: Menggantikan titik dengan simbol area untuk menyederhanakan peta
yang memiliki banyak titik.
 Line to Area: Menggantikan garis dengan area untuk membuat peta lebih jelas dan
mudah dimengerti.
5. Penataan Label:
 Label Displacement: Menggeser label agar tidak tumpang tindih dengan objek lain
pada peta.
 Label Overposting: Mengatur label agar tidak menutupi objek lain, membuatnya
lebih mudah terbaca.
6. Penyederhanaan Topologi:
 Topological Simplification: Mengurangi kompleksitas topologi data, terutama pada
data jaringan seperti jalan, sambil mempertahankan logika dasar jaringan tersebut.
7. Pemotongan dan Penyatuan:
 Pemotongan (Clipping): Memotong data spasial berdasarkan batas tertentu,
menghasilkan representasi yang lebih sederhana.
 Penyatuan (Merging): Menggabungkan beberapa fitur menjadi satu fitur yang lebih
besar, mengurangi kerumitan peta.
Map abstractions sangat penting dalam pembuatan peta yang efektif dan mudah dimengerti
oleh pengguna. Dengan menggunakan teknik-teknik ini, peta dapat disederhanakan sejauh
mungkin untuk kebutuhan tertentu tanpa kehilangan informasi yang kritis atau mengurangi
pemahaman tentang wilayah yang direpresentasikan.
4.Map Sheet Manipulation
Map sheet manipulation dalam analisis GIS (Geographic Information Systems) melibatkan
pengaturan dan manipulasi lembar peta untuk membuat tata letak dan presentasi yang efisien dan
informatif. Proses ini melibatkan beberapa teknik dan strategi untuk mengorganisasi, menyusun,
dan mengelola lembar peta. Berikut adalah beberapa aspek penting dari map sheet manipulation
dalam GIS analysis:
1. Pembuatan Lembar Peta (Map Sheets):
 Pemotongan Data: Membagi data spasial ke dalam lembar peta yang lebih kecil dan
terkelola dengan baik.
 Penyusunan Wilayah: Mengatur lembar peta berdasarkan wilayah geografis atau
administratif, mempertimbangkan batas-batas alami atau batas administratif.
2. Generalisasi Peta (Map Generalization):
 Simplifikasi Geometris: Mengurangi kompleksitas garis, batas, dan objek untuk
membuat peta lebih bersih dan mudah dimengerti.
 Aggregasi: Menggabungkan objek kecil menjadi objek yang lebih besar untuk
mengurangi keruwetan pada peta.
3. Penataan Layout:
 Penyusunan Objek: Menata objek-objek pada lembar peta, termasuk garis, simbol,
dan teks, untuk menciptakan tata letak yang jelas dan informatif.
 Pengaturan Skala: Menyesuaikan skala peta pada lembar peta agar sesuai dengan
kebutuhan pengguna dan menjaga proporsi yang akurat antara objek.
4. Penyusunan Label dan Anotasi:
 Penataan Label: Mengatur label agar mudah dibaca tanpa tumpang tindih dengan
objek lainnya, seringkali menggunakan teknik seperti displacement atau
overposting.
 Anotasi: Menyertakan informasi tambahan seperti panah arah, simbol kunci, atau
teks penjelasan untuk memperkaya peta.
5. Pengelolaan Legend dan Skala:
 Legend (Legenda): Menyajikan simbol dan keterangan untuk memahamkan makna
dari simbol-simbol pada peta.
 Skala (Scale Bar): Menambahkan skala grafis atau teks untuk memberikan referensi
visual tentang seberapa besar area yang dicakup oleh peta.
6. Pemrosesan Topologi:
 Topological Cleaning: Memastikan data memiliki topologi yang bersih dan akurat,
termasuk penghilangan simpul ganda, pemotongan garis, dan penataan simpul pada
jaringan data.
7. Penyajian Data Multitemporal atau Multiobjek:
 Penyusunan Data Temporal: Menyusun data spasial dari berbagai waktu ke dalam
satu tata letak, memungkinkan perbandingan visual.
 Penyusunan Data Multiobjek: Menggabungkan data dari berbagai sumber atau
tema (seperti data populasi dan data cuaca) pada satu lembar peta.
Map sheet manipulation melibatkan kreativitas dan keahlian dalam menyajikan data
geografis secara efisien dan efektif. Dengan mengoptimalkan layout, tata letak, dan
representasi visual, map sheets dapat memberikan informasi yang jelas dan mudah
dimengerti kepada pengguna.
5. Buffer Gneration
Buffer generation dalam analisis GIS (Geographic Information Systems) adalah
teknik untuk membuat zona buffer, yaitu area berbentuk cincin atau lingkaran sekitar objek
geografis tertentu. Zona buffer ini sering digunakan dalam analisis spasial untuk
menunjukkan area yang berada dalam jarak tertentu dari objek tertentu. Teknik ini
memiliki banyak aplikasi, termasuk analisis jarak, analisis distribusi, dan analisis
ketidakhomogenan spasial. Berikut adalah cara buffer generation dilakukan dalam GIS
analysis:
1. Menentukan Objek atau Fasilitas:
 Pertama, Anda harus menentukan objek atau fasilitas yang akan dijadikan pusat
buffer. Objek ini bisa berupa titik (seperti lokasi toko), garis (seperti jalan), atau
area (seperti wilayah konservasi).
2. Menentukan Jarak Buffer:
 Tentukan jarak radius buffer yang diinginkan dari objek tersebut. Jarak buffer
bisa dalam satuan meter, kilometer, atau satuan lainnya tergantung pada skala
data dan kebutuhan analisis.
3. Buffer Generation:
 Menggunakan perangkat lunak GIS, Anda dapat membuat buffer dengan
menentukan objek atau fasilitas sebagai input dan mengatur parameter jarak
buffer. Sebagian besar perangkat lunak GIS memiliki alat atau fungsi bawaan
untuk membuat buffer.
 Buffer bisa berbentuk cincin di sekitar objek titik atau lingkaran di sekitar objek
garis dan area.
4. Tipe Buffer:
 Fixed Distance Buffer: Buffer dengan jarak tetap dari objek pusat. Semua titik
pada buffer ini berada pada jarak yang sama dari objek pusat.
 Variable Distance Buffer: Buffer dengan jarak yang bervariasi dari objek pusat.
Ini bisa mencakup buffer berbentuk elips atau buffer dengan jarak yang
bervariasi berdasarkan atribut objek.
5. Overlapping Buffers:
 Dalam beberapa kasus, Anda mungkin ingin membuat buffer yang saling
tumpang tindih. Ini bisa dilakukan dengan memberikan jarak buffer yang
bervariasi atau dengan membuat buffer tambahan dan menumpuknya di atas
buffer yang sudah ada.
6. Analisis Buffer:
 Setelah buffer dibuat, Anda dapat melakukan berbagai analisis menggunakan
zona buffer ini, seperti identifikasi objek yang berada dalam buffer,
perbandingan jumlah objek di dalam buffer, atau analisis dampak jika suatu
peristiwa terjadi di dalam buffer.
Contoh penerapan buffer generation termasuk menentukan area layanan dalam analisis
pusat perbelanjaan (buffer di sekitar lokasi pusat perbelanjaan), analisis dampak
lingkungan (buffer di sekitar lokasi konstruksi), atau analisis kejahatan (buffer di
sekitar lokasi kejahatan untuk menentukan area yang mungkin terpengaruh). Buffer
generation adalah salah satu teknik analisis spasial yang paling umum digunakan dalam
GIS.
6.Polgygon Overlay And Dissolve
"Polygon overlay" dan "dissolve" adalah dua operasi penting dalam analisis GIS
(Geographic Information Systems) yang melibatkan manipulasi dan penggabungan data spasial
pada objek poligon. Mari kita bahas keduanya lebih lanjut:
1. Polygon Overlay:
Polygon overlay adalah proses di mana dua atau lebih layer poligon digabungkan untuk
membuat lapisan baru yang berisi fitur-fitur hasil dari perpotongan, gabungan, perbedaan,
atau identifikasi dari lapisan-lapisan tersebut. Ada beberapa jenis operasi overlay,
termasuk:
 Perpotongan (Intersection): Memperoleh area yang bersamaan antara dua atau
lebih poligon. Area ini merupakan hasil dari potongan dari semua poligon yang
bersangkutan.
 Gabungan (Union): Menggabungkan semua poligon dari dua atau lebih layer ke
dalam satu lapisan. Area yang tumpang tindih akan dijadikan satu objek dalam
lapisan gabungan.
 Perbedaan (Difference): Menghasilkan poligon yang mewakili area yang terdapat
pada satu poligon tetapi tidak ada di poligon lain.
 Identifikasi (Symmetrical Difference): Menghasilkan poligon yang mewakili
area yang tidak tumpang tindih di antara dua layer poligon.
Operasi overlay ini membantu dalam analisis spasial seperti analisis konflik lahan,
identifikasi area yang tumpang tindih, dan analisis kerapatan area.
2. Dissolve:
Dissolve adalah operasi yang menggabungkan poligon berdekatan yang memiliki nilai
atribut yang sama ke dalam satu objek poligon yang lebih besar. Dengan kata lain, dissolve
menggabungkan objek-objek dengan atribut yang sama menjadi objek yang lebih besar.
Operasi dissolve sering digunakan dalam konteks penyajian peta dan analisis statistik di
tingkat agregat.
Contoh penggunaan dissolve melibatkan menggabungkan poligon berbasis wilayah
administratif yang memiliki nilai atribut yang sama ke dalam satu wilayah yang lebih besar.
Hasil dari operasi dissolve adalah peta yang lebih bersih dan lebih mudah dimengerti,
dengan objek yang memiliki nilai atribut yang sama digabungkan ke dalam objek yang
lebih besar.
Penting untuk diingat bahwa hasil dari operasi dissolve bergantung pada atribut yang
digunakan sebagai dasar untuk penggabungan. Dalam banyak kasus, dissolve dilakukan
berdasarkan satu atau beberapa kolom atribut yang memiliki nilai yang sama untuk objek-
objek yang akan digabungkan.
Kedua operasi ini, polygon overlay dan dissolve, adalah komponen penting dalam analisis
GIS yang memungkinkan pemodelan dan representasi data spasial yang lebih kompleks
dan informatif.
7.Grid Cell Analysis – Network Analysis
"Grid cell analysis" dan "network analysis" adalah dua pendekatan yang berbeda dalam
analisis GIS (Geographic Information Systems) yang masing-masing memiliki fokus pada analisis
data spasial dalam konteks grid cell dan jaringan. Mari bahas keduanya secara lebih rinci:
1. Grid Cell Analysis:
Grid cell analysis melibatkan analisis data geografis yang telah dibagi ke dalam sel-sel
(grid cells) beraturan. Setiap sel grid mewakili area geografis tertentu dan dapat digunakan
untuk menghitung statistik, mengidentifikasi pola, dan melakukan analisis lainnya.
Pendekatan ini sering digunakan untuk analisis berbasis luas (area) di mana informasi
dipresentasikan dalam bentuk grid atau raster. Beberapa teknik yang digunakan dalam grid
cell analysis meliputi:
 Zonal Statistics: Menghitung statistik (seperti rata-rata, jumlah, atau deviasi
standar) dari atribut di dalam zona-zona yang didefinisikan oleh sel-sel grid.
 Surface Analysis: Menganalisis permukaan topografi atau fenomena lainnya yang
direpresentasikan dalam bentuk raster.
 Cellular Automata: Model matematika yang digunakan untuk memodelkan
perubahan spasial dan temporal di dalam grid cells.
Grid cell analysis berguna dalam analisis fenomena yang dapat diukur atau dinilai pada
resolusi spasial tertentu. Data raster, seperti citra satelit atau model cuaca, sering kali
dianalisis menggunakan pendekatan ini.
2. Network Analysis:
Network analysis melibatkan analisis data geografis yang direpresentasikan sebagai
jaringan (network) yang terdiri dari simpul (nodes) dan ruas jalan (edges). Pendekatan ini
sangat berguna untuk analisis yang melibatkan perjalanan, rute, jarak, dan waktu di dalam
sistem jaringan. Beberapa teknik yang digunakan dalam network analysis meliputi:
 Routing: Menemukan rute terpendek atau tercepat antara dua simpul di dalam
jaringan, sering digunakan dalam navigasi atau perencanaan rute.
 Service Area Analysis: Mengidentifikasi area yang dapat diakses dalam waktu
tertentu dari suatu lokasi tertentu, penting dalam perencanaan layanan seperti pusat
kesehatan atau pusat distribusi.
 Location-Allocation: Menentukan lokasi optimal untuk fasilitas baru berdasarkan
permintaan dan lokasi pelanggan yang ada.
Network analysis berguna dalam pemodelan transportasi, distribusi, dan pergerakan di
dalam sistem jaringan seperti jaringan jalan, pipa gas, atau jalur kereta api.
Kedua pendekatan ini adalah bagian integral dari analisis GIS dan digunakan dalam
berbagai konteks, tergantung pada jenis data dan pertanyaan analisis yang diajukan. Grid
cell analysis cocok untuk data raster dan analisis spasial berbasis grid, sementara network
analysis cocok untuk data jaringan dan pertanyaan analisis yang melibatkan transportasi
dan rute perjalanan.
8. Measurement
Dalam analisis GIS (Geographic Information Systems), pengukuran (measurement)
merujuk pada penggunaan teknik dan alat untuk mengukur properti-properti geografis, termasuk
jarak, area, panjang garis, elevasi, dan atribut lainnya yang dapat diukur pada objek geografis.
Pengukuran ini penting untuk berbagai jenis analisis spasial dan pemodelan. Berikut adalah
beberapa jenis pengukuran yang penting dalam GIS analysis:
1. Pengukuran Jarak:
 Euclidean Distance: Mengukur jarak langsung antara dua titik dalam ruang
Euclidean (garis lurus).
 Network Distance: Mengukur jarak antara dua lokasi pada jaringan jalan atau
jaringan transportasi lainnya. Ini mempertimbangkan rute jalan yang mungkin
diambil.
 Buffer Distance: Mengukur jarak dari objek ke zona buffer di sekitarnya.
2. Pengukuran Area:
 Perhitungan Area: Mengukur luas suatu area, baik itu polygon, raster cell, atau
objek geografis lainnya.
 Analisis Zona (Zonal Statistics): Mengukur luas dan atribut lainnya di dalam zona
atau wilayah tertentu.
3. Pengukuran Panjang Garis:
 Panjang Garis: Mengukur panjang garis atau jaringan garis yang terdiri dari
serangkaian titik.
 Perimeter: Mengukur panjang batas suatu area atau polygon.
4. Pengukuran Elevasi:
 Profil Elevasi: Mengukur variasi elevasi di sepanjang suatu garis atau rute tertentu.
 Perhitungan Kemiringan (Slope Calculation): Mengukur kemiringan
permukaan tanah atau lereng gunung.
5. Pengukuran Waktu:
 Waktu Perjalanan: Mengukur waktu yang diperlukan untuk perjalanan antara dua
lokasi pada jaringan jalan atau jaringan transportasi lainnya.
 Waktu Kejadian (Temporal Analysis): Mengukur waktu kejadian suatu peristiwa
geografis, seperti waktu datangnya hujan atau durasi perubahan suhu.
6. Pengukuran Atribut:
 Statistik Atribut: Mengukur statistik atribut, seperti rata-rata, median, atau deviasi
standar, pada suatu area atau zona tertentu.
 Korelasi Atribut: Mengukur korelasi antara atribut dari dua atau lebih objek
geografis.
Pengukuran ini dapat dilakukan menggunakan alat dan fungsi yang disediakan oleh
perangkat lunak GIS, yang memungkinkan analis untuk mendapatkan wawasan yang
mendalam tentang data geografis. Hasil pengukuran ini sering kali menjadi dasar untuk
analisis lanjutan, perencanaan wilayah, pengambilan keputusan, dan pemodelan
geospasial.
9.Digital Terrain Analysis
Analisis medan digital (digital terrain analysis) dalam GIS (Geographic Information
Systems) melibatkan pemahaman dan interpretasi medan atau topografi suatu wilayah
menggunakan data medan digital, seperti model elevasi digital (DEM - Digital Elevation Model).
Analisis ini memberikan wawasan tentang karakteristik topografi, termasuk lereng, elevasi, aspek,
dan curah hujan potensial di suatu wilayah. Berikut adalah beberapa konsep penting dalam digital
terrain analysis:
1. Pemodelan Medan Digital (Digital Elevation Modeling):
 Digital Elevation Model (DEM): DEM adalah representasi digital dari elevasi
permukaan bumi dalam bentuk grid atau raster. Analisis medan digital dimulai
dengan pemanfaatan data DEM yang dapat diperoleh dari penginderaan jauh atau
survei medan.
2. Pengolahan Data Medan Digital:
 Tangga Medan (Contour Lines): Kontur medan adalah garis yang menghubungkan
titik-titik dengan ketinggian yang sama. Dari kontur ini, informasi seperti lereng
dan bentuk permukaan dapat dihitung.
 Grid dan Raster Processing: Data medan digital sering kali dalam bentuk grid atau
raster. Proses seperti interpolasi, filtrasi, dan transformasi dilakukan untuk
memproses data ini.
3. Analisis Topografi:
 Lereng (Slope Analysis): Menghitung kemiringan lereng di berbagai bagian
wilayah menggunakan data DEM.
 Aspek (Aspect Analysis): Mengidentifikasi arah yang menghadap pada berbagai
lereng, penting dalam pemahaman pengaruh sinar matahari dan curah hujan di
wilayah tersebut.
 Profil Longsor (Landslide Profiling): Mengidentifikasi potensi daerah longsor
berdasarkan lereng dan topografi wilayah.
 Drainase (Hydrological Analysis): Mengidentifikasi pola aliran air, daerah resapan
air, dan pola drainase berdasarkan elevasi.
4. Analisis Hidrologi:
 Drainase Sub-Basin: Membagi wilayah menjadi sub-basin untuk analisis aliran air
dan identifikasi area yang rentan terhadap banjir.
 Aliran Permukaan (Surface Runoff): Mengidentifikasi pola aliran permukaan
berdasarkan topografi, membantu dalam perencanaan pengelolaan air dan banjir.
5. Analisis Visualisasi:
 Pembuatan Profil (Profile Visualization): Membuat profil melintasi wilayah
tertentu untuk memvisualisasikan perubahan elevasi.
 Model 3D dan Flythrough: Membuat model medan 3D untuk memvisualisasikan
topografi dengan realisme. Flythrough memungkinkan pengguna menjelajahi
wilayah secara virtual.
Digital terrain analysis penting dalam pemahaman risiko alam, perencanaan lingkungan,
perencanaan infrastruktur, dan keberlanjutan lingkungan. Informasi yang diperoleh dari
analisis ini membantu pengambilan keputusan terkait dengan perencanaan dan manajemen
wilayah.
10.Output Techniques
Teknik output dalam analisis GIS (Geographic Information Systems) merujuk pada
berbagai metode dan alat untuk memvisualisasikan dan menyajikan hasil analisis data geografis.
Output dalam GIS sangat penting karena membantu pemahaman dan interpretasi hasil analisis
secara efektif oleh pengguna. Berikut adalah beberapa teknik umum yang digunakan dalam
menciptakan output dalam GIS analysis:
1. Peta Tematik:
 Peta Choropleth: Menggunakan warna untuk menggambarkan data berdasarkan
wilayah atau unit geografis.
 Peta Graduated Symbol: Menggunakan simbol berukuran berbeda untuk
menggambarkan variasi data numerik.
 Peta Dot Density: Menggunakan titik atau simbol untuk menunjukkan distribusi
data pada peta.
2. Peta Kuantitatif:
 Peta Isoline: Menghubungkan titik dengan nilai yang sama, menciptakan garis
isoline untuk menunjukkan perubahan nilai secara spasial.
 Peta Heatmap: Menggunakan gradasi warna atau intensitas untuk menunjukkan
konsentrasi data pada peta.
 Peta Relief: Menggunakan warna atau shading untuk menunjukkan elevasi pada
peta topografi.
3. Penggunaan Diagram:
 Diagram Batang (Bar Chart): Menunjukkan perbandingan data kategori
menggunakan batang.
 Diagram Lingkaran (Pie Chart): Menunjukkan proporsi data kategori
menggunakan sektor lingkaran.
 Diagram Garis (Line Chart): Menunjukkan tren data numerik melalui garis.
4. Visualisasi 3D:
 Model 3D: Membuat representasi tiga dimensi dari objek geografis,
memungkinkan pengguna melihat relief dan bentuk wilayah dengan kedalaman.
 Flythrough: Menciptakan animasi yang memungkinkan pengguna menjelajahi
area geografis dalam tiga dimensi.
5. Infografik:
 Infografik Geospasial: Menggabungkan elemen-elemen grafis dan data geografis
dalam bentuk infografik untuk menyajikan informasi secara menarik dan mudah
dimengerti.
6. Tabel dan Laporan:
 Tabel: Menyajikan data dalam bentuk tabel dengan baris dan kolom,
memungkinkan pengguna untuk melihat data secara terstruktur.
 Laporan: Menghasilkan laporan yang menjelaskan hasil analisis, dapat mencakup
grafik, tabel, dan interpretasi.
7. Interaktif dan Web Mapping:
 Web Maps: Membuat peta yang dapat diakses melalui web, memungkinkan
pengguna untuk memilih lapisan, zoom, dan melihat informasi lebih lanjut.
 Aplikasi GIS Interaktif: Mengembangkan aplikasi interaktif dengan
fungsionalitas GIS, memungkinkan pengguna melakukan analisis dan visualisasi
data secara langsung.
Pemilihan teknik output tergantung pada tujuan analisis dan audiens yang dituju.
Penggunaan visualisasi yang tepat mempermudah pemahaman dan interpretasi hasil
analisis GIS, memungkinkan pengguna untuk membuat keputusan yang lebih baik
berdasarkan data geografis.

Anda mungkin juga menyukai