EXECUTIVE SUMMARY i
Studi Kelayakan Pengolahan Air Limbah Industri
IV.4. Rencana Anggaran Biaya ..................................................................................... IV-19
IV.5. Analisa Kelayakan Teknis ..................................................................................... IV-20
IV.6. Rencana Pentahapan Pembangunan ................................................................... IV-20
BAB V ANALISA NON TEKNIS ........................................................................................ V-1
V.1. Analisa Kelayakan Lingkungan ................................................................................. V-1
V.2. Analisa Sosial............................................................................................................ V-2
V.3. Analisa Operasional dan Pemeliharaan IPAL ........................................................... V-3
V.3.1. Analisa Operasional Skenario I dan Skenario II ............................................. V-3
V.3.2. Analisa Operasional Skenario III .................................................................... V-5
V.4. Skenario IPAL Terpilih .............................................................................................. V-8
V.5. Analisis Biaya Operasional dan Pemeliharaan IPAL ................................................. V-8
V.6. Analisis Resiko (SWOT) IPAL ................................................................................... V-9
V.6.1. Strategi Meminimalisir Resiko Pembangunan IPAL ..................................... V-10
V.7. Saran Tindak Dalam Pengolahan dan Pengelolaan Air Limbah Industri ................. V-11
V.7.1. Pemeliharaan Bangunan Pengolahan Air Limbah ........................................ V-11
V.7.2. Pemeliharaan Saluran Perpipaan Air Limbah .............................................. V-11
V.7.3. Pemeliharaan Manhole ................................................................................ V-12
V.7.4. Monitoring .................................................................................................... V-12
V.7.5. Upaya Pengendalian .................................................................................... V-13
BAB VI ANALISA EKONOMI DAN FINANSIAL ............................................................... VI-1
VI.1. Analisis Ekonomi ..................................................................................................... VI-1
VI.2. Analisis Finansial .................................................................................................... VI-4
VI.3. Strategi dan Kebijakan Investasi ............................................................................. VI-8
EXECUTIVE SUMMARY ii
Studi Kelayakan Pengolahan Air Limbah Industri
DAFTAR TABEL
Tabel II.1. Analisis SWOT Pengembangan Industri di area KKJSM ............................................ II-1
Tabel III.1. Penggunaan Lahan Berdasarkan Blok ..................................................................... III-1
Tabel III.2. Plotting Industri di Masing-Masing Blok ................................................................... III-4
Tabel III.3. Debit Air Limbah Industri ......................................................................................... III-5
Tabel III.4. Baku Mutu Influen IPAL Kawasan Industri KKJSM .................................................. III-7
Tabel III.5. Baku Mutu Air Limbah Sesuai SK Gub Jatim No. 45/2002 .................................... III-10
Tabel IV.1. Dimensi Unit Pengolahan Air Limbah Pada Blok A ................................................. IV-4
Tabel IV.2. Dimensi Unit Pengolahan Air Limbah Pada Blok B ................................................. IV-4
Tabel IV.3. Dimensi Unit Pengolahan Air Limbah Pada Blok D ................................................. IV-5
Tabel IV.4 Dimensi Unit Pengolahan Air Limbah Pada IPAL Komunal ...................................... IV-9
Tabel IV.5. Dimensi dan Panjang Pipa Air Limbah Pada Skenario I ........................................ IV-17
Tabel IV.6. Dimensi dan Panjang Pipa Air Limbah Pada Skenario II....................................... IV-19
Tabel IV.7. Rekapitulasi Biaya Investasi Infrastruktur dan Perpipaan Air Limbah ................... IV-19
Tabel VI.1. Analisa Kelayakan Lingkungan Terhadap Pembangunan IPAL ............................... V-1
Tabel V.2. Analisa Sosial Terhadap Pembangunan IPAL .......................................................... V-2
Tabel V.3. Kebutuhan Tenaga Kerja Skenario I ......................................................................... V-3
Tabel V.4. Kebutuhan Tenaga Kerja Skenario II ........................................................................ V-4
Tabel V.5. Kebutuhan Energi Skenario I .................................................................................... V-4
Tabel V.6. Kebutuhan Energi Skenario II ................................................................................... V-5
Tabel V.7. Kebutuhan Tenaga Kerja Skenario III ....................................................................... V-6
Tabel V.8. Kebutuhan Energi Skenario III .................................................................................. V-7
Tabel V.9. Analisis SWOT IPAL KKJSM .................................................................................... V-9
Tabel V.10. Strategi Untuk Meminimalisir Resiko IPAL ............................................................ V-10
Tabel VI.1. Perhitungan EIRR 3 Skenario Ekonomi ................................................................... VI-3
Tabel VI.2. Perhitungan NPV, EIRR, FIRR, BC ratio, dan Payback Period ................................ VI-5
Tabel VI.3. Skenario Pengelolaan Investasi IPAL ...................................................................... VI-9
EXECUTIVE SUMMARY iv
Studi Kelayakan Pengolahan Air Limbah Industri
BAB I PENDAHULUAN
Pada rencana wilayah, Pengembangan Kawasan Industri di Kawasan Kaki Jembatan Sisi
Madura akan dibangun dalam lahan sebesar ± 320 Ha terbagi atas 3 (tiga) cluster yang
terletak di sebelah utara kawasan untuk kavling sedang-campuran dan besar, sedangkan
cluster dibagian selatan kawasan untuk kavling kecil.
Air limbah dari pabrik disalurkan ke sistem air limbah kawasan lalu diolah di Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL). Kawasan Industri harus secara ketat menerapkan nilai
ambang batas (NAB) air limbah yang boleh disalurkan ke IPAL. Jika NAB lebih besar dari
ketentuan kawasan, pihak pabrik harus melakukan pre-treatment terlebih dahulu. Dari
IPAL kawasan, air limbah yang telah diolah dibuang ke badan penerima/sungai dengan
mengikuti parameter air limbah yang ditetapkan oleh Pemerintah.
Selain proses pengolahan, juga terdapat pengelolaan mengingat bahwa air limbah
merupakan suatu proses usaha dan membutuhkan investasi yang cukup besar dalam
implementasinya. Untuk itu diperlukan perencanaan yang terstruktur. Pada tahap awal
perlu dilakukan studi kelayakan (feasibility study), sekaligus untuk melihat berapa besar
investasi yang harus ditanamkan dan sejauh mana investasi tersebut dapat mendatangkan
keuntungan. Hasil dari kegiatan Studi Kelayakan ini adalah untuk penyiapan lelang
investasi kepada calon investor yang berminat menanamkan modalnya di bidang
pengelolaan air limbah industri.
Maksud dari pelaksanaan kegiatan Studi Kelayakan Pengolahan Air Limbah Industri
adalah mendapatkan perencanaan awal dari pengolahan air limbah industry di KKJSM
yang layak, baik dari segi teknis dan operasionalnya demi kelestarian dan pengendalian
lingkungan hidup, serta dapat menjadi kegiatan usaha yang menguntungkan untuk
investasi.
Tujuan dari pelaksanaan kegiatan Studi Kelayakan Pengolahan Air Limbah Industri adalah
a. Mengidentifikasi jenis-jenis industri dan hasil limbah industri pada kawasan yang
direncanakan.
a. Tersedianya Pra Desain Bangunan Pengolahan Air Limbah Industri dan perhitungan
nilai investasi.
b. Terumuskannya hasil analisis kelayakan meliputi kelayakan teknis; kelayakan
ekonomi; kelayakan keuangan; kelayakan lingkungan; kelayakan resiko; serta analisis
pengusahaan/pengelolaan.
c. Tersedianya dokumen lelang investasi pengolahan air limbah industri.
Sesuai dengan KAK, lingkup pekerjaan “Studi Kelayakan Pengolahan Air Limbah Industri”
dibagi menjadi dua bagian, yaitu lingkup wilayah dan lingkup kegiatan.
1. Lingkup Wilayah
Lingkup wilayah pekerjaan “Studi Kelayakan Pengolahan Air Limbah Industri” adalah di
Kawasan Kaki Jembatan Suramadu Sisi Madura. Penyedia jasa dalam melaksanakan
kegiatan berada di wilayah Surabaya – Madura, sedangkan pengguna jasa di kantor
Badan Pelaksana - Badan Pengembangan Wilayah Suramadu (BP-BPWS), Surabaya.
2. Lingkup Kegiatan
a. Penyusunan kriteria, karakteristik dan konsep pengolahan air limbah industri yang
sesuai.
b. Analisa rencana pembuangan effluen pengolahan air limbah ke kolam
penampungan atau badan air penerima (saluran pembuangan umum).
c. Analisa dan perhitungan prakiraan debit influen air limbah beserta rencana
pentahapannya.
d. Analisa dan evaluasi terhadap cakupan dan pembagian daerah pelayanan
pengolahan air limbah industri, serta rekomendasi terhadap infrastuktur yang
diperlukan.
e. Penyusunan Pra Desain sarana dan prasarana Pengolahan Air Limbah serta
rencana biaya konstruksi.
f. Analisa sistem pengelolaan termasuk biaya operasi dan pemeliharaan.
g. Analisa kelayakan teknis, ekonomi, finansial dan lingkungan, terhadap sistem
pengolahan air limbah yang diusulkan dalam bentuk nilai ERR Economy Rate of
Dasar hukum dari pelaksanaan kegiatan Studi Kelayakan Pengolahan Air Limbah Industri
adalah sebagai berikut:
Berbagai analisis internal dan eksternal yang ada di Kabupaten Bangkalan tidak jauh
berbeda dengan yang mungkin akan terjadi di area KKJSM. Di satu sisi, perkembangan
industri di area KKJSM akan mampu meningkatkan pendapatan daerah Kabupaten,
pendapatan perkapita penduduk, dan meningkatkan roda perekonomian kabupaten-
kabupaten lain di sekitarnya. Sementara itu, di sisi lain masih banyak kendala-kendala
seperti sulitnya pembebasan lahan, terbatasnya sarana prasarana, kurangnya dukungan
dari pemerintah daerah setempat yang mengakibatkan kawasan ini tidak berkembang
sesuai dengan yang telah direncanakan sebelumnya. Matriks analisis SWOT untuk area
KKJSM dapat dilihat pada Tabel berikut.
Dengan menimbang beberapa analisis dan trend industri baik yang ada di Jawa Timur dan
Kabupaten Bangkalan serta analisis mengenai kultur dan lingkungan daerah setempat,
maka potensi industri yang cukup layak untuk dikembangkan di area KKJSM adalah
sebagai berikut:
Dengan mengacu pada kajian perkembangan industri dan analisis SWOT, maka
rekapitulasi permasalahan-permasalahan yang ada di KKJSM dapat diuraikan sebagai
berikut:
1. Belum dilakukannya pembebasan lahan, sehingga menyebabkan terhambatnya
pembangunan kawasan industri.
2. Terbatasnya sarana dan prasarana di KKJSM
3. Kurang terampilnya masyarakat lokal
Berdasarkan Permenperin No. 35 tahun 2010, pola penggunaan lahan untuk kawasan
industri dibagi menjadi:
Pada umumnya setiap kapling harus mengikuti peraturan BCR (Building Coverage Ratio)
sesuai yang ditetapkan oleh Perda setempat. Jika disesuaikan dengan penggunaan lahan
70%:30%, maka pembagian luas lahan kawasan industri di masing-masing blok dapat
dilihat pada Tabel III.1 berikut.
III.1
Berdasarkan skenario penggunaan lahan yang telah dijelaskan pada subbab sebelumnya,
dan rencana pembagian blok IPAL, maka plotting jenis industri di masing-masing blok
dapat dilihat pada Tabel III.2.
Pembagian jenis industri ini dimaksudkan untuk memudahkan proses pengolahan air
limbah yang dihasilkan oleh masing-masing industri.
Berdasarkan data jenis dan kluster industri yang telah disebutkan pada subbab
sebelumnya, maka kuantitas dan kualitas air limbah yang dapat masuk ke dalam IPAL
kawasan dapat dijelaskan sebagai berikut.
Dalam penentuan kuantitas air limbah industri yang masuk ke dalam IPAL Kawasan, pada
umumnya digunakan metode 85% jumlah konsumsi air bersih yang digunakan oleh industri
yang bersangkutan. Namun karena kawasan industri ini belum terbangun, maka
penentuan kuantitas maksimum air limbah. menggunakan standar dari Permen LH No. 3
Tahun 2010.
Dalam peraturan tersebut, kuantitas air limbah maksimum yang dihasilkan masing-masing
industri dinyatakan sebesar 0,8 L/dt per hektar kawasan terpakai. Beberapa industri
tertentu, seperti industri perakitan, jasa, konveksi, pengepakan seperti yang ada di blok C
tidak menggunakan banyak air bersih untuk proses produksinya. Oleh karena itu,
mayoritas air limbah yang dihasilkan oleh industri-industri tersebut hanya berasal dari
kegiatan domestik industri. Debit air limbah dapat dilihat pada Tabel III.3.
Masing-masing industri berbeda karakteristik air limbahnya, hal tersebut tergantung dari
jenis proses produksi yang digunakan atau produk yang dihasilkan. Secara fisika,
parameter air limbah dibagi 4 (empat) yaitu temperatur, warna, bau, dan kekeruhan.
Sedangkan pada parameter kimia terdapat BOD5, COD, minyak dan lemak, TDS, TSS,
total nitrogen, ammonia, pH, dll.
Industri-industri tertentu seperti industri cat dan pewarnaan serta batik, air limbahnya
sebagian mengandung logam berat yang sulit untuk diolah hanya dengan pengolahan
biologis saja. Oleh karena itu, perlu adanya pre-treatment awal sebelum masuk ke dalam
unit IPAL kawasan.
Baku mutu influen IPAL disesuaikan dengan kriteria baku mutu effluent air limbah industri
yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Daerah setempat, dalam hal ini SK Gubernur Jawa
Timur.
Dengan mengacu pada hal-hal tersebut di atas, maka kriteria baku mutu influen yang
direncanakan untuk IPAL di kawasan industri KKJSM adalah sebagai berikut:
Selain itu untuk menjaga kinerja dan proses pengolahan pada IPAL, ada bahan-bahan
yang tidak diperbolehkan masuk ke dalam saluran air limbah (sewerage) kawasan, yaitu:
Mengacu pada Keputusan Gubernur Jatim No. 45 Tahun 2002, baku mutu limbah cair
industri yang dapat dibuang ke badan air harus memenuhi kriteria seperti yang terlihat
pada Tabel III.5.
Kelas I Untuk bahan baku air minum atau peruntukan lain yang sama
dengan kegunaan tersebut
Kelas II Untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar,
peternakan, air untuk mengairi pertamanan, atau peruntukan lain yang sama
dengan kegunaan tersebut
Kelas III Untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk
mengairi pertamanan, atau peruntukan lain yang sama dengan kegunaan tersebut
Masing-masing golongan baku mutu limbah cair harus dibuang sesuai dengan kriteria
kelas badan air (contoh: golongan limbah I harus dibuang ke badan air kelas I, golongan
limbah II harus dibuang ke badan air kelas II, begitu seterusnya).
Dalam studi ini, direncanakan air limbah yang sudah terolah (effluen IPAL) akan dibuang
ke dalam baku mutu badan air kelas II. Penetapan batas atas baku mutu yang tinggi ini
untuk mengantisipasi apabila suatu saat terjadi fluktuasi debit atau kuantitas, dan shut
down IPAL yang menyebabkan tidak terolahnya air limbah dengan baik, maka persyaratan
ini masih sesuai untuk dibuang badan-badan air yang memiliki kelas di bawah yang
direncanakan sebelumnya.
Pendaur ulangan air limbah yang telah terolah untuk keperluan lain dengan tingkat kualitas
air yang lebih tinggi, dapat dimungkinkan dengan cara menggunakan tambahan
pengolahan air limbah lanjutan.
B Kimia
1 pH mg/L 6-9 6-9 6-9 6-9
2 Besi (Fe) mg/L 5 10 15 20
3 Mangan (Mn) mg/L 0,5 2 5 10
4 Barium (Ba) mg/L 1 2 3 5
5 Tembaga (Cu) mg/L 1 2 3 5
6 Seng (Zn) mg/L 5 10 15 20
7 Krom heksavalen (Cr6+) mg/L 0,05 0,1 0,5 2
8 Krom total (Cr total) mg/L 0,1 0,5 1 2
9 Cadmium (Cd) mg/L 0,01 0,05 0,1 1
10 Raksa (Hg) mg/L 0,001 0,002 0,005 0,01
11 Timbal (Pb) mg/L 0,1 0,5 1 3
12 Timah putih (Sn) mg/L 2 3 4 5
13 Arsen (As) mg/L 0,05 0,1 0,5 1
14 Selenium (Se) mg/L 0,01 0,05 0,5 1
15 Nikel (Ni) mg/L 0,1 0,2 0,5 1
16 Kobalt (Co) mg/L 0,2 0,4 0,6 1
17 Sianida (CN) mg/L 0,05 0,1 0,5 1
18 Sulfida (H2S) mg/L 0,01 0,06 0,1 1
19 Fluorida (F) mg/L 1,5 15 20 30
20 Klorin bebas (Cb) mg/L 0,02 0,03 0,04 0,05
21 Amonia Bebas (NH3-N) mg/L 0,5 1 5 20
22 Nitrat (NO3-N) mg/L 10 20 30 50
23 Nitrit (NO2-N) mg/L 0,06 1 3 5
24 BOD5 mg/L 30 50 150 300
25 COD mg/L 80 100 300 600
26 Detergent anionik mg/L 0,5 1 10 15
27 Phenol mg/L 0,01 0,05 1 2
28 Minyak dan lemak mg/L 1 5 15 20
29 PCB mg/L NIHIL NIHIL NIHIL NIHIL
Sumber : SK Gub Jatim No. 45/2002
Baku mutu effluen yang diharapkan
Pada perencanaannya karena area kawasan industri dibatasi oleh jalan arteri primer
nasional, maka untuk mempermudah proses penyaluran air limbah IPAL akan dibuat di
masing-masing blok.
Jika dilihat dari keuntungan dan kerugian masing-masing unit pengolahan, maka untuk
tahap awal digunakan pengolahan seperti yang ditampilkan pada diagram alir berikut:
Resirkulasi Lumpur
Pengolahan Lumpur
Perencanaan pra-design IPAL Kawasan Industri dibuat dalam 3 skenario, sebagai berikut:
IV.2
Bozem yang terdapat pada bagian akhir unit pengolahan berfungsi sebagai tempat
penampungan sementara untuk air limbah yang sudah terolah. Debit air yang berada di
bozem diperkirakan sebesar 80% dari debit air limbah influen yang masuk ke dalam sumur
pengumpul. Perkiraan 80% debit tersebut diperhitungkan dari jumlah lumpur yang telah
dipisahkan dari unit pengolahan. Waktu tinggal air yang ada di bozem direncanakan
selama 2 hari.
Karena baku mutu air limbah terolah yang ada di dalam bozem sudah seperti baku mutu
badan air kelas II, maka air didalam bozem tersebut dapat dimanfaatkan untuk keperluan
lain, seperti: pemadaman kebakaran, irigasi taman-taman yang ada di sekitar kawasan
industri, ataupun untuk wisata air.
Layout desain IPAL pada blok A, B, dan D, dapat dilihat pada Gambar IV.3 hingga
Gambar IV.5
IV.3
IV.4
V.5
Tabel IV.4 Dimensi Unit Pengolahan Air Limbah Pada IPAL Komunal
Jumlah H Luas Per Total Luas
No. Bangunan P (m) L (m) D (m)
(unit) (m) Bangunan (m2) (m2)
1 Sumur Pengumpul 1 4,26 4,26 3,00 18,14 18,14
2 Bak Pengendap I 3 9,24 4,62 4,21 42,65 127,96
3 Bak Aerasi 6 25,68 8,56 3,30 219,90 1.319,42
4 Bak Pengendap II 2 4,65 16,65 217,70 435,41
5 Sludge Drying Bed 8 16,7 5,6 0,8 93,25 745,97
6 Bozem 1 250,4 83,47 4 20.899,68 20.899,68
Luas Lahan 23.546,58
Luas lahan 25% (untuk kantor, lab, gudang, taman, rumah penyimpanan lumpur, dll) 5.886,64
Total lahan (m2) 29.433,22
Total lahan (ha) 2,94
Total lahan dibulatkan (ha) 3
Sumber : Hasil Analisa
Sama seperti pada skenario I, bozem yang terdapat pada bagian akhir unit pengolahan
berfungsi sebagai tempat penampungan sementara untuk air limbah yang sudah terolah.
Waktu tinggal air yang ada di bozem direncanakan selama 2 hari. Layout IPAL Komunal
dapat dilihat pada Gambar IV.7.
IV.6
IV.7
Resirkulasi Lumpur
Pengolahan Lumpur
Gambar IV.8. Diagram Alir Proses Pengolahan Air Limbah Dengan Pengolahan
Lanjutan
Gambar IV.9. Diagram Alir Proses Pengolahan Air Dengan Teknologi Membran
IV.11
Kelebihan:
1. Dapat diandalkan untuk mengolah air dengan kualitas effluen yang sangat baik.
Pada umumnya reverse osmosis membran digunakan untuk proses desalinasi air
laut. Akan tetapi untuk air limbah, penggunaan membran dapat menyaring
mineral-mineral yang ada dalam air yang dapat mengganggu proses yang ada
dalam boiler industri.
2. Energi yang dibutuhkan cukup kecil bila dibandingkan dengan jenis-jenis
pengolahan yang lain
3. Biaya yang dibutuhkan cukup efektif terutama jika melihat kualitas air yang
dihasilkan (biaya yang dikeluarkan sesuai dengan hasil air olahan yang diterima)
Kekurangan:
A. Skenario I
Pada skenario I, jaringan perpipaan air limbah dibuat terpisah sesuai dengan perencanaan
IPAL di masing-masing blok. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar IIV.12. Sementara
dimensi dan panjang pipa utama yang mengalirkan air limbah ke IPAL dapat dilihat pada
Tabel IV.5.
IV.12
Kecepatan Beda
ø Pipa Panjang aliran Kemiringan
Blok Jalur Ketinggian
(%)
(mm) m (m/dt) Kontur (m)
A A4 150 1000 0,73 2,5 0,25
A8 150 900 0,58 2,5 0,28
A16 200 900 0,74 2,5 0,28
A17 300 1000 0,80 2,5 0,25
A20 100 700 0,66 2,5 0,36
A21* 150 500 0,66 2,5 0,50
A23 100 1000 0,66 2,5 0,25
B. Skenario II
Pada skenario II, pada awalnya jaringan perpipaan air limbah dibuat terpisah di masing-
masing blok. Namun, pada tahap akhir masing-masing air limbah dari blok B dan D akan
dipompa menuju IPAL komunal di blok A. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar IV.13.
Dimensi dan panjang pipa pada skenario II ini dapat dilihat pada Tabel IV.6
IV.13
Kecepatan Beda
ø Pipa Panjang aliran Kemiringan
Blok Jalur Ketinggian
(%)
(mm) m (m/dt) Kontur (m)
A A4 150 1000 0,73 2,5 0,25
A8 150 900 0,58 2,5 0,28
A16 200 900 0,74 2,5 0,28
A17 300 1000 0,80 2,5 0,25
A20 400 700 0,66 2,5 0,36
A21* 400 500 0,71 2,5 0,50
A23 100 1000 0,66 2,5 0,25
Rekapitulasi anggaran biaya untuk 3 skenario dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel IV.7. Rekapitulasi Biaya Investasi Infrastruktur dan Perpipaan Air Limbah
Biaya Investasi Biaya Investasi
Kebutuhan
Rekapitulasi Infrastruktur IPAL Infrastruktur IPAL &
Lahan (ha)
& Pipa ($) Pipa (Rp)
Masing-masing skenario jika ditinjau dari kelayakan teknis, dianggap LAYAK karena hasil
effluen air limbah sudah memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan. Akan tetapi jika
ditinjau dari nilai ekonomis dan keefisienan, maka skenario I dan II LEBIH LAYAK
diaplikasikan di kawasan industri KKJSM daripada skenario III.
Pembangunan IPAL akan dilakukan bertahap sesuai dengan perkembangan industri. Pada
tahap awal, IPAL akan dibangun 50%, (dalam artian terdapat 1 Sumur Pengumpul, 1 Bak
Pengendap I, 3 Bak Aerasi, 1 Bak Pengendap II, 3 Sludge Drying Bed, dan bozem). Jika
dalam perkembangannya kapasitas IPAL yang ada sudah tidak mencukupi maka bisa
dibangun beberapa unit penglahan tambahan.
1 Lingkungan Secara ekonomi pembangunan IPAL dianggap LAYAK. Adanya IPAL dapat sangat
Ekonomi penting untuk keberlangsungan usaha industri (mempermudah perijinan usaha, dll).
Selain itu, IPAL dapat menjadi lapangan usaha baru bagi masyarakat sekitar.
2 Lingkungan Perlu adanya penambahan barrier (tanaman, bozem, dll) di sekitar lokasi IPAL
Sosial Budaya untuk meminimalisir potensi dampak negatif yang dihasilkan.
3 Lingkungan Teknologi pengolahan air limbah yang akan digunakan harus sesuai dengan kriteria
Teknologi kualitas air limbah yang akan diolah dan kualitas effluen yang diinginkan. Pada
skenario I dan II, teknologi dibuat seefisien dan seefektif mungkin untuk memenuhi
baku mutu badan air golongan II yang ditentukan oleh Pemerintah. Sementara
untuk skenario III, teknologi yang dipilih merupakan teknologi yang paling efektif
dan efisien untuk mendaur ulang air limbah menjadi air produksi. Sehingga pada
parameter ini masing-masing skenario dianggap LAYAK untuk peruntukannya
masing-masing.
4 Lingkungan Perlu adanya analisis lebih lanjut mengenai kajian dampak lingkungan (AMDAL)
Ekologi untuk IPAL.
Beberapa dampak sosial yang dapat timbul pada saat pra konstruksi, konstruksi, pasca
konstruksi, serta pengoperasian IPAL dapat dijelaskan pada analisis berikut.
B. Kebutuhan Energi
Pada skenario I dan II, kebutuhan energy yang tinggi terdapat pada pengoperasian
pompa di unit saluran pengumpul, di bak pengendap I dan II, serta untuk tenaga
aerator pada bak aerasi. Sementara pada unit pengolahan lumpur, energy listrik
dibutuhkan untuk menjalankan pompa lumpur dan belt filter press untuk pengeringan
awal lumpur.
Jumlah Personil
No. Posisi Personil (orang)
1 Kepala IPAL 1
2 Tenaga keuangan 2
3 Tenaga administrasi 2
Kepala seksi (laboratorium, IPAL, saluran & monitoring, mekanikal,
4
administrasi&keuangan) 5
5 Tenaga laboratorium 2
Tenaga supervisi (laboratorium, IPAL, saluran, monitoring,
6
mekanikal) 5
7 Mandor (saluran, monitoring, mekanikal) 3
8 Tenaga operator IPAL 9
9 Tenaga pemeliharaan saluran dan bangunan pendukung 6
10 Tenaga monitoring air limbah 4
11 Tenaga mekanik 4
13 Tenaga keamanan 3
TOTAL 45
Sumber: Hasil Analisa
1 Kepala instansi 1
2 Tenaga keuangan 2
3 Tenaga administrasi 2
4 Kepala seksi 5
5 Tenaga laboratorium 2
6 Tenaga supervisi (laboratorium, IPAL, saluran, monitoring, mekanikal) 5
7 Mandor (IPAL, saluran, monitoring, mekanikal) 4
8 Tenaga operator IPAL 4
9 Tenaga pemeliharaan saluran dan bangunan pendukung 4
10 Tenaga monitoring air limbah 4
11 Tenaga mekanik 1
12 Tenaga keamanan 1
TOTAL 35
Sumber: Hasil Analisa
Kepala IPAL
Pelaksana Pelaksana
Gambar V.1. Diagram Alir Struktur Organisasi IPAL Pada Skenario I dan II
Pada skenario III, karena unit pengolahannya lebih kompleks daripada skenario I dan II,
maka tingkat keahlian tenaga kerja serta energy yang diperlukan juga semakin besar.
B. Kebutuhan Energi
Kebutuhan energi untuk pengolahan pendahuluan (seperti pada skenario II) ditambah
dengan teknologi membran dapat dilihat pada tabel berikut.
Kepala IPAL
Pelaksana Pelaksana
Gambar V.2. Diagram Alir Struktur Organisasi IPAL Pada Skenario III
Berdasarkan analisis teknis dan non teknis yang telah dijelaskan sebelumnya, maka
skenario pengolahan air limbah industri yang menurut pihak Konsultan paling layak adalah
skenario II (IPAL Komunal di lokasi Blok A). Secara teknis pengelolaan IPAL yang terpadu
dalam 1 lokasi lebih mudah, selain itu biaya untuk kebutuhan energi dan pemeliharaan
IPAL lebih murah daripada skenario-skenario yang lain.
Biaya yang harus diperhatikan dalam sistem operasional dan pemeliharaan IPAL antara
lain:
Biaya operasional dan pemeliharaan IPAL berbeda-beda setiap tahunnya, tergantung dari
nilai depresiasi dan inflasi.
Analisis resiko dalam pembangunan IPAL dapat dijabarkan melalui metode SWOT seperti
yang terlihat pada tabel berikut.
2 Adanya PermenLH No. 3/2010 tentang Baku 2 Jika pengolahan air limbah tidak baik,
Mutu Air Limbah Bagi Kawasan Industri maka akan menimbulkan dampak
lingkungan
1 Kawasan Industri KKJSM berada pada lokasi 1 Jika pertumbuhan industri di KI KKJSM
strategis, sehingga dapat mendorong lambat, maka akan memperpanjang
pertumbuhan investasi payback period investasi IPAL
2 Biaya investasi dan OM dari IPAL Kawasan 2 Adanya penolakan dari masyarakat
lebih murah daripada menggunakan IPAL setempat mengenai potensi dampak
individu lingkungan
Dengan meninjau analisis resiko IPAL seperti yang telah disebutkan pada subbab
sebelumnya, maka strategi yang dapat digunakan untuk meminimalisir resiko-resiko
tersebut dapat dilihat pada Tabel berikut.
3. Pembuatan embung
Pemeliharaan bangunan pengolahan air limbah bertujuan untuk menjaga kinerja masing-
masing unit agar kualitas effluen yang dihasilkan tetap sesuai dengan baku mutu yang
dipersyaratkan. Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Monitoring air limbah minimum 2 kali dalam sebulan untuk industri-industri yang
berpotensi melakukan pencemaran ringan.
2. Monitoring air limbah selama 24 jam untuk industri-industri yang berpotensi melakukan
pencemaran berat.
3. Mewajibkan tiap-tiap industri yang menghasilkan limbah minyak yang tinggi untuk
memasang bangunan penangkap lemak (grease trap). Adanya minyak akan
menyebabkan air limbah berwarna hitam dan menjadi lebih berbau, jika bercampur
dengan limbah detergen ataupun bahan kimia yang lain.
4. Pengurasan lumpur di tiap-tiap unit pengolahan, disesuaikan dengan kriteria unit
pengolahan yang telah direncanakan. Pengurasan dapat pula dilakukan setiap hari jika
lumpur yang terdapat pada unit pengolahan jumlahnya sudah cukup banyak.
5. Pemeliharaan alat-alat pendukung, seperti pompa, aerator, maupun membran
disesuaikan dengan spesifikasi dari pabrik masing-masing.
Pada prinsipnya, perawatan pada saluran adalah untuk menjaga agar saluran tetap bersih
dan tahan lama. Ada hal yang perlu diingat pada sistem pengaliran air limbah bahwa
saluran tidak dapat melakukan pembersihan secara otomatis, karena itulah perlu dilakukan
pembersihan secara manual yang juga harus mempertimbangkan mengenai kondisi air
limbah dan saluran itu sendiri, jumlah pekerja, kondisi cuaca, serta kebutuhan biaya.
Selain itu, tujuan dari pemeliharaan saluran air limbah di kawasan industri adalah sebagai
berikut :
Manfaat yang dapat diperoleh dari adanya pemeliharaan saluran adalah sebagai berikut:
1. Para penghuni kawasan dan sekitarnya merasa aman dan nyaman karena penerapan
pencegahan sistem pemeliharaan saluran air kotor dilaksanakan secara baik dan terus
menerus.
2. Mengurangi membrane dari industri di dalam kawasan maupun penduduk sekitar di luar
kawasan
Pada perawatan saluran khususnya untuk tiap manhole, pembersihan dapat dilakukan
antara 8 bulan hingga 1 tahun sekali. Pembersihan manhole dapat dilakukan saat musim
kemarau, sehingga tidak terjadi infiltrasi air hujan ke dalam manhole yang mengakibatkan
naiknya kuantitas air limbah yang masuk ke IPAL. Pada saat musim hujan, pekerjaan yang
dapat dilakukan oleh karyawan/operator hanya pengecekan ketinggian air pada rumah
pompa, serta pengambilan sampah di sekitar manhole.
V.7.4. Monitoring
Kegiatan monitoring tidak hanya ditujuan untuk menganalisis kualitas air limbah yang
masuk ke dalam saluran ataupun IPAL kawasan, tetapi juga menindak lanjuti keluhan dari
masyarakat sekitar ataupun industri tentang dampak lingkungan (kebisingan, pencemaran
air, dll).
Monitoring dilakukan setiap hari pada bak kontrol masing-masing industri. Maksud dari
adanya kegiatan ini adalah untuk menjaga kinerja unit pengolah air limbah, serta
Proses perhitungan kelayakan ekonomi dan keuangan proyek Instalasi Pengolahan Air
Limbah sudah memperkirakan seluruh biaya yang timbul dan manfaat yang timbul dari
kegiatan investasi dan operasi serta memperkirakan selisih atau membandingkan antara
biaya dan manfaat selama tahun proyeksi.
a) Seluruh potensi retribusi yang dapat diterima oleh lembaga pengelola sebagai
akibat dari pelayanan Air Limbah sudah diperkirakan berdasarkan perkiraan
jumlah pertumbuhan industri yang akan masuk dalam kawasan dan perkiraan tarif
retribusi rata rata setiap tahun.
B. Jenis manfaat proyek yang dapat diukur dengan nilai uang (Tangible)
Manfaat Tangible proyek dapat dibedakan sebagai manfaat langsung (direct) dan manfaat
tidak langsung (indirect). Secara umum manfaat Tangible proyek pengembangan sarana
dan prasarana Air Limbah adalah sebagai berikut:
a) Manfaat Langsung
C. Jenis manfaat proyek yang tidak dapat diukur dengan nilai uang (Intangible)
a) Proyek dikatakan layak ekonomi apabila manfaat ekonomi lebih besar dibanding
dengan biaya yang ditimbulkan baik berupa biaya operasional maupun biaya
pengembalian modal;
c) Apabila hasil perhitungan EIRR proyek menghasilkan angka prosentase (%) lebih
besar dari discount factor, maka perhitungan tersebut merekomendasikan bahwa
proyek layak diterima dalam pengertian melaksanakan proyek (Do Something)
lebih baik dibanding tidak melaksanakan proyek (Do Nothing);
d) Apabila hasil perhitungan EIRR proyek menghasilkan angka prosentase (%) lebih
kecil dari discount factor, maka proyek ditolak. Proyek ini perlu direvisi skala
investasinyaagar tidak over investment.
SKENARIO OPTIMIS:
Dari perhitungan Economic Internal Rate of Return (EIRR) menunjukkan angka sebesar
20,63%. Nilai Economic Internal Rate of Return menunjukkan angka yang lebih besar jika
dibandingkan dengan nilai Financial Internal Rate of Return (FIRR) yaitu sebesar 17,45%.
Hal ini berarti bahwa; proyek Investasi Pengolahan Air Limbah tidak hanya memberikan
manfaat finansial bagi investornya saja, melainkan juga akan memberikan manfaat
ekonomi secara keseluruhan yang jauh lebih besar dari pada manfaat finansialnya, seperti:
penghematan biaya dan waktu serta kesempatan – kesempatan yang disediakan untuk
meningkatkan pendapatan personal yang berkembang sebagai dampak langsung
sepanjang usia proyek. Biasanya World Bank dan Asian Development Bank menentukan
bahwa EIRR suatu proyek investasi harus mencapai 12% sebelum menyatakan sebuah
proyek itu dianggap menguntungkan secara ekonomis. EIRR untuk proyek Investasi
Pengolahan Air Limbah di KKJSM menunjukkan angka yang lebih besar dari angka yang
ditetapkan oleh Bank Dunia maupun Asian Development Bank. Untuk itu, proyek Investasi
Perngolahan Air Limbah di KKJSM layak diterima/dijalankan.
SKENARIO MODERAT:
Pada perhitungan Economic Internal Rate of Return (EIRR) menunjukkan angka sebesar
16,36% dan hasil perhitungan Benefit Cost Ratio (BCR) adalah sebesar 1,01. Berdasarkan
kedua kriteria ini, proyek Investasi Pengolahan Air Limbah di Kawasan Kaki Jembatan
Suramadu Sisi Madura (KKJSM) layak diterima, karena Economic Internal Rate of Return
menunjukkan angka yang lebih besar dari angkan yang ditentukan oleh Bank Dunia
SKENARIO PESIMIS:
Jika membandingkan hasil EIRR 13,39 % dengan project cost of capital sebesar
14%,maka jika ditinjau dari nilai EIRR yang lebih rendah jika dibandingkan dengan project
cost of capital maka sebaiknya perlu mempertimbangkan untuk menjalankan proyek
ini.Namun jika membandingkan dengan angka yang disyaratkan oleh Bank Dunia maupun
Asian Development Bank maka proyek ini masih layak secara ekonomi untuk dijalankan.
Mengingat pelanggan Air Limbah berasal dari dalam kawasan industri KKJSM ,maka
perkiraan pendapatan tarif retribusi Air Limbah mengikuti pertumbuhan industri yang ada di
dalam kawasan.
Proyeksi tarif retribusi air limbah pada tahun pertama sebesar Rp 4.500 per m3,dan naik
setiap tahun sebesar tingkat inflasi yaitu sebesar 9%.
a) Seluruh biaya investasi yang diperlukan dalam proyek Instalasi Pengolahan Air
Limbah sudah memperkirakan baik berupa investasi awal maupun investasi lanjutan
yang diperlukan sesuai tahapan pengembangan proyek termasuk investasi
penggantian (replacement) aset yang sudah usang;
b) Seluruh biaya umum dan administrasi yang diperlukan untuk membiayai operasi
lembaga pengelola sudah diperkirakan dalam Rp/Thn serta diproyeksikan selama
tahun proyeksi dengan memperhitungkan perkiraan tingkat inflasi dan pengembangan
kapasitas lembaga pengelola.
Dari hasil perhitungan besarnya Net Present Value, Financial Internal Rate of Return,
Economic Internal Rate of Return, Benefit Cost ratio dan Payback Period ditunjukkan pada
tabel berikut.
Tabel VI.2. Perhitungan NPV, EIRR, FIRR, BC ratio, dan Payback Period
ASUMSI OPTIMIS: Bahwa, pertumbuhan industri yang akan masuk dalam kawasan
industri setiap tahunnya adalah sebesar 10%, sehingga pada
tahun ke sepuluh, industri yang masuk ke Kawasan Kaki
Jembatan Suramadu Sisi Madura (KKJSM) sudah mencapai
100%.
Dengan menggunakan project cost of capital sebesar 14%, hasil perhitungan untuk asumsi
ini menunjukkan bahwa, besarnya Net Present Value (NPV) memberikan angka yang
positif, yang berarti bahwa nilai sekarang dari aliran kas (cashflow) adalah lebih besar dari
pada nilai sekarang dari pengeluaran investasi. Dengan demikian proyek investasi
pengolahan air limbah di Kawasan Kaki Jembatan Suramadu Sisi Madura Layak
diterima/dijalankan. Selain itu, dilihat dari besarnya Financial Internal Rate of Return
(FIRR) menunjukkan angka sebesar 17,45%. Angka ini lebih besar jika dibandingkan
dengan project cost of capital yaitu sebesar 14%, untuk itu proyek investasi pengolahan air
limbah layak diterima.
Dari perhitungan Profitability Indeks atau sering disebut juga dengan Benefit Cost Ratio
(BCR) menunjukkan angka lebih besar dari satu, yaitu sebesar 1,66. Angka ini
menunjukkan bahwa present value proceed mempunyai nilai sebesar 1,66 kali lebih besar
dari nilai present value outlay, dengan demikian proyek Investasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL) di KKJSM layak diterima/dijalankan. Selanjutnya hasil perhitungan Payback
Periode, jangka waktu yang disyaratkan untuk pengembalian investasi (initial cash
invesment) diperoleh angka sebesar 11 tahun. Hal ini berarti bahwa jangka waktu
pengembalian investasi menunjukkan jangka waktu yang jauh lebih pendek dari periode
investasi yang diproyeksikan,yaitu 30 tahun. Dengan demikian proyek Investasi
Pengolahan Air Limbah di KKJSM layak diterima/dilaksanakan.
Pada asumsi ini, perhitungan Net Present Value menunjukkan angka yang positif, namun
nilainya relatif kecil yaitu sebesar 420.611. Sedangkan jangka waktu pengembalian
investasinya (payback periode) adalah selama 15 tahun. Berdasarkan kedua kriteria
tersebut, maka proyek Investasi Pengolahan Air Limbah di KKJSM layak
diterima/dijalankan, karena nilai Net Present Value-nya positif dan payback periode-nya
mempunyai jangka waktu yang lebih pendek dibandingkan dengan jangka waktu
pengembalian investasi yang diharapkan.
Dilihat dari besarnya Financial Internal Rate of Return (FIRR) menunjukkan angka
sebesar 14,05%. Walaupun angka ini menunjukkan nilai yang lebih besar jika
dibandingkan dengan tingkat project cost of capitalnya yaitu sebesar 14%, namun
perbedaannya sangat kecil sekali yaitu sebesar 0,05%, karena kecilnya perbedaan ini
mungkin saja bisa diabaikan sehingga proyek investasi bisa tidak layak. Namun untuk
konsistensi terhadap suatu kriteria investasi, maka proyek investasi pengolahan air limbah
di KKJSM bisa tetap layak diterima.
Pada perhitungan Economic Internal Rate of Return (EIRR) menunjukkan angka sebesar
16,36% dan hasil perhitungan Benefit Cost Ratio (BCR) adalah sebesar 1,01. Berdasarkan
kedua kriteria ini, proyek Investasi Pengolahan Air Limbah di Kawasan Kaki Jembatan
Suramadu Sisi Madura (KKJSM) layak diterima, karena Economic Internal Rate of Return
menunjukkan angka yang lebih besar dari angkan yang ditentukan oleh Bank Dunia
maupun oleh Asian Development Bank, dan angka Benefit Cost Ratio lebih besar dari
satu. Sedangkan dilihat dari jangka waktu pengembalian investasi menunjukkan jangka
waktu yang lebih pendek dari jangka waktu yang diharapkan. Dengan demikian atas dasar
kriteria ini, proyek investasi pengolahan air limbah di KKJSM layak diterima.
ASUMSI PESIMIS: bahwa, pertumbuhan industri yang akan masuk dalam kawasan
industri setiap tahunnya adalah sebesar 3 %, sehingga pada
Pada asumsi ini, berdasarkan tiga kriteria investasi yaitu; nilai Net Present Value, Financial
Internal Rate of Return dan nilai Benefit Cost Ratio dapat disimpulkan bahwa proyek
Investasi Pengolahan Air Limbah di KKJSM tidak layak diterima, karena angka yang
diperoleh dari perhitungan untuk kriteria tersebut menunjukkan angka yang lebih rendah
dari angka yang diharapkan. Nilai NPV-nya negatif sebesar -19.214.949, yang berarti nilai
sekarang dari cashflow lebih kecil dari nilai sekarang dari investasi. Nilai Financial Internal
Rate of Retun adalah sebesar 11,40%, lebih kecil dari tingkat project cost of capitalnya
yaitu sebesar 14%. Jika melihat hasil perhitungan Benefit Cost Ratio yang sebesar
0,61%,maka berdasarkan kriteria BCR proyek ini tidak layak untuk dijalankan sebab
menghasilkan BCR kurang dari satu.Jangka waktu pengembalian investasi/payback
periode selama 18 tahun.
Pada umumnya di setiap kawasan industri, payback investasi biaya IPAL menempel pada
harga jual lahan kawasan industri. Oleh karena itu, dapat dipastikan bahwa ada
keterkaitan kuat antara skenario pengembangan industri dan skenario investasi IPAL.
Skenario investasi IPAL direncanakan ada 3 (tiga) tahap, yang dapat dijelaskan pada tabel
berikut:
Tahap II Grup perusahaan atau satu IPAL kawasan bertahap atau terbatas. Pengelola
kluster jenis industri dapat berasal dari BPWS, Swasta, atau sistem
joint antara BPWS dan swasta
Tahap III Jumlah perusahaan dan industri Pembangunan IPAL kawasan yang komprehensif.
mencapai economies of scale Pengelola dapat berasal dari BPWS, Swasta, atau
sistem joint antara BPWS dan swasta
A. Tahap I
Pada tahap I, fokus pengembangan lebih diarahkan untuk menarik minat industri ringan
yang kering dan minim limbah. Pada tahap ini belum diperlukan pembangunan IPAL
komunal. Oleh karena itu, agar pembuangan air limbah tetap sesuai dengan baku mutu
yang dikeluarkan oleh pemerintah, maka tiap-tiap industri didorong untuk membangun
IPAL individu di perusahannya masing-masing.
Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian bagi BPWS adalah sebagai berikut: 1) tidak
diperlukannya pembebasan tanah untuk keperluan pembangunan IPAL kawasan; 2) perlu
antisipasi penyimpangan pengelolaan IPAL perusahaan; 3) perlu mitigasi resiko konflik
sosial antara IPAL perusahaan dan masyarakat.
B. Tahap II
Pada tahap ke II ini terdapat 3 (tiga) skenario pelaksanaan, yang masing-masing
skenarionya mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing untuk BPWS.
Skenario-skenario tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) IPAL dibangun dan dikelola oleh BPWS
C. Tahap III
Pada tahap III, jika jumlah perusahaan dan industri telah mencapai skala ekonomi, maka
perlu dilakukan pembangunan IPAL kawasan yang komprehensif. Pada tahap ini
sebaiknya IPAL dikelola oleh Investor swasta, karena pengelolaan IPAL bukan merupakan
tugas dan fungsi pokok dari BPWS. BPWS cukup menerima fees pengelolaan IPAL dari
investor swasta saja.