DI LINGKUNGAN KEMENDIKBUDRISTEK
1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Modul ini memuat substansi Peta Proses Bisnis, Organisasi dan Tata Kerja, Uraian
Jabatan dan Reformasi Birokrasi Internal (RBI) di lingkungan Kemendikbudristek.
Mata pelatihan ini disajikan secara interaktif menggunakan metode pembelajaran
kombinasi (blended learning), belajar mandiri (e-learning) dan secara klasikal (tatap
muka). Dalam e-learning peserta mempelajari bahan ajar secara mandiri dan melalui
forum diskusi. Pembelajaran klasikal atau tatap muka, peserta mendalami materi
yang diperoleh dari e-learning dengan didampingi oleh fasilitator. Pada
pembelajaran tatap muka ini berbagai metode diterapkan antara lain ceramah,
diskusi, penugasan mandiri/kelompok. Di akhir pembalajaran tatap muka diakhiri
dengan evaluasi hasil pembelajaran. Keberhasilan peserta pelatihan dinilai
berdasarkan kemampuannya dalam memahami materi mata pelatihan, sikap, dan
keterampilannya selama mengikuti pelatihan.
B. DESKRIPSI SINGKAT
C. HASIL BELAJAR
E. MATERI
2
ORGANISASI KEMENDIKBUDRISTEK
Indikator keberhasilan:
Peserta pelatihan diharapkan dapat menjelaskan tentang (1) dasar pembentukan
kelembagaan dan klaster kementerian; (2) prinsip pembentukan/penataan organisasi
kementerian; dan (3) tugas, fungsi, dan susunan unit organisasi di lingkungan
Kemendikbudristek.
Organisasi tidak bergerak dalam ruang hampa, tetapi bergerak dalam suatu ruang
wilayah dimana berbagai aktivitas kehidupan. Oleh karena itu setiap organisasi
pasti terkena dampak lingkungan eksternalnya, meskipun dengan intensitas yang
berbeda beda. Misalnya, ada tekanan perkembangan teknologi dan perubahan
kebijakan pemerintah. Ada pula tekanan karena diterbitkannya peraturan
perundang-undangan baru oleh pemerintah yang bagaimanapun harus ditaati oleh
organisasi. Kesemuanya itu menuntut kesiapan organisasi melakukan perubahan
dan berbagai penyesuaian, bukan hanya untuk kepentingan kesinambungan
kehidupan organisasi, akan tetapi juga agar lebih kompetitif.
Dalam UUD 1945 khususnya Pasal 17 mulai dari ayat (1) sampai dengan ayat (4)
disebutkan bahwa:
1. Tugas:
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi mempunyai tugas
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendidikan, kebudayaan,
ilmu pengetahuan, dan teknologi untuk membantu Presiden dalam
menyelenggarakan pemerintahan negara.
2. Fungsi:
Dalam melaksanakan tugas, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi menyelenggarakan fungsi :
a. perumusan dan penetapan kebijakan di bidang pendidik dan tenaga
kependidikan, pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan
menengah, pendidikan vokasi, pendidikan tinggi, dan kebudayaan;
b. perumusan dan penetapan kebijakan di bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi;
a. Sekretariat Jenderal
Sekretariat Jenderal mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi
pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi
kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian.
5) Biro Hukum
g. Inspektorat Jenderal
Inspektorat Jenderal mempunyai tugas menyelenggarakan pengawasan
intern di lingkungan Kementerian.
Inspektorat Jenderal menyelenggarakan fungsi:
1) penyusunan kebijakan teknis pengawasan intern di lingkungan
Kementerian;
2) pelaksanaan pengawasan intern di lingkungan Kementerian terhadap
kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan
kegiatan pengawasan lainnya;
3) pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan
Menteri;
4) pelaksanaan pengawasan teknis bidang pendidikan dan kebudayaan di
daerah;
5) penyusunan laporan hasil pengawasan di lingkungan Kementerian;
6) pelaksanaan administrasi Inspektorat Jenderal; dan
7) pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
2) Inspektorat I
Inspektorat I mempunyai tugas melaksanakan perumusan kebijakan
teknis dan pengawasan intern terhadap kinerja, keuangan,
kepegawaian, dan barang milik negara di lingkungan Kementerian serta
pengawasan teknis penyelenggaraan pendidikan dan kebudayaan di
daerah sesuai wilayah kerjanya.
Dalam melaksanakan tugas, Inspektorat I menyelenggarakan fungsi:
a) penyiapan perumusan kebijakan teknis pengawasan internal;
b) penyusunan rencana, program, kegiatan, dan anggaran
Inspektorat;
3) Inspektorat II
Inspektorat II mempunyai tugas melaksanakan perumusan kebijakan
teknis dan pengawasan intern terhadap kinerja, keuangan,
kepegawaian, dan barang milik negara di lingkungan Kementerian serta
pengawasan teknis penyelenggaraan pendidikan dan kebudayaan di
daerah sesuai wilayah kerjanya.
Dalam melaksanakan tugas, Inspektorat II menyelenggarakan fungsi:
a) penyiapan perumusan kebijakan teknis pengawasan internal;
b) penyusunan rencana, program, kegiatan, dan anggaran
Inspektorat;
c) pelaksanaan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan
pengawasan lain terhadap kinerja, keuangan, kepegawaian, dan
barang milik negara;
d) pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu;
e) pelaksanaan pencegahan korupsi;
f) pengawasan teknis penyelenggaraan pendidikan dan kebudayaan
di daerah sesuai wilayah kerjanya; dan
g) penyusunan laporan hasil pengawasan.
4) Inspektorat III
Inspektorat III mempunyai tugas melaksanakan perumusan kebijakan
teknis dan pengawasan intern terhadap kinerja, keuangan,
kepegawaian, dan barang milik negara di lingkungan Kementerian serta
pengawasan teknis penyelenggaraan pendidikan dan kebudayaan di
daerah sesuai wilayah kerjanya.
Dalam melaksanakan tugas, Inspektorat III menyelenggarakan fungsi:
a) penyiapan perumusan kebijakan teknis pengawasan internal;
5) Inspektorat IV
Inspektorat IV mempunyai tugas melaksanakan perumusan kebijakan
teknis dan pengawasan intern terhadap kinerja, keuangan,
kepegawaian, dan barang milik negara di lingkungan Kementerian serta
pengawasan teknis penyelenggaraan pendidikan dan kebudayaan di
daerah sesuai wilayah kerjanya.
Dalam melaksanakan tugas, Inspektorat IV menyelenggarakan fungsi:
a) penyiapan perumusan kebijakan teknis pengawasan internal;
b) penyusunan rencana, program, kegiatan, dan anggaran
Inspektorat;
c) pelaksanaan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan
pengawasan lain terhadap kinerja, keuangan, kepegawaian, dan
barang milik negara;
d) pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu;
e) pelaksanaan pencegahan korupsi;
f) pengawasan teknis penyelenggaraan pendidikan dan kebudayaan
di daerah sesuai wilayah kerjanya; dan
g) penyusunan laporan hasil pengawasan.
6) Inspektorat Investigasi
Inspektorat Investigasi mempunyai tugas melaksanakan perumusan
kebijakan teknis dan audit investigasi terhadap pengaduan masyarakat
atau pegawai atas dugaan korupsi, kolusi, dan nepotisme di lingkungan
Kementerian.
Pusat-Pusat
Staf Ahli
Staf Ahli berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri dan secara
administratif dikoordinasikan oleh Sekretaris Jenderal.
1. Pembentukan UPT
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi dapat
mengusulkan pembentukan UPT, dengan memenuhi persyaratan kondisi
sebagai berikut:
a. melaksanakan Tugas Teknis Operasional dan/atau Tugas Teknis Penunjang
yang bersifat pelaksanaan dan menjadi tanggung jawab dari Kementerian
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. menghasilkan barang dan/atau jasa yang diperlukan oleh masyarakat
dan/atau instansi pemerintah;
Terdapat 2 (dua) tipe susunan organisasi UPT Balai Guru Penggerak, yaitu :
a. Balai Guru Penggerak Tipe A dengan susunan organisasi terdiri atas :
1) Kepala;
2) Subbagian Umum; dan
3) Kelompok Jabatan Fungsional.
b. Balai Guru Penggerak Tipe B dengan susunan organisasi terdiri atas :
1) Kepala; dan
2) Kelompok Jabatan Fungsional.
Dalam rangka mewujudkan tata kelola perguruan tinggi yang baik dan penyesuaian
perkembangan dan kebutuhan organisasi, saat ini Biro Organisasi dan Tata Laksana,
Sekretariat Jenderal sedang menyusun rancangan Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan tentang Pedoman Organisasi Perguruan Tinggi Negeri. Adapun
beberapa substansi yang akan diatur di dalam Permendikbud ini meliputi:
b. Institut
berjumlah 13, yang meliputi :
1) Institut Teknologi Bandung
2) Institut Teknologi Sepuluh November
3) Institut Pertanian Bogor
4) Institut Teknologi Kalimantan
5) Institut Teknologi Sumatera
6) Institut Teknologi Bacharuddin Jusuf Habibie
c. Politeknik
Berjumlah 44, yang meliputi :
1) Politeknik Negeri Malang
2) Politeknik Negeri Bandung
3) Politeknik Negeri Jakarta
4) Politeknik Negeri Semarang
5) Politeknik Negeri Medan
6) Politeknik Negeri Samarinda
7) Politeknik Negeri Bali
8) Politeknik Negeri Padang
9) Politeknik Negeri Ujung Pandang
10) Politeknik Negeri Manado
11) Politeknik Negeri Ambon
12) Politeknik Negeri Lampung
13) Politeknik Negeri Pontianak
14) Politeknik Negeri Jember
15) Politeknik Negeri Banjarmasin
16) Politeknik Negeri Lhokseumawe
17) Politeknik Negeri Kupang
18) Politeknik Negeri Batam
19) Politeknik Negeri Bengkalis
20) Politeknik Negeri Madiun
21) Politeknik Negeri Sambas
22) Politeknik Negeri Ketapang
23) Politeknik Negeri Tanah Laut
d. Akademi Komunitas
Berjumlah 5, yang meliputi :
1) Akademi Komunitas Negeri Pacitan
2) Akademi Komunitas Negeri Aceh Barat
3) Akademi Komunitas Negeri Putra Sang Fajar Blitar
4) Akademi Komunitas Negeri Rejang Lebong
5) Akademi Komunitas Negeri Seni dan Budaya Yogyakarta
DAFTAR ISI
1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Modul ini memuat substansi Peta Proses Bisnis, Organisasi dan Tata Kerja, Uraian
Jabatan dan Reformasi Birokrasi Internal (RBI) di lingkungan Kemendikbudristek.
Mata pelatihan ini disajikan secara interaktif menggunakan metode pembelajaran
kombinasi (blended learning), belajar mandiri (e-learning) dan secara klasikal (tatap
muka). Dalam e-learning peserta mempelajari bahan ajar secara mandiri dan melalui
forum diskusi. Pembelajaran klasikal atau tatap muka, peserta mendalami materi
yang diperoleh dari e-learning dengan didampingi oleh fasilitator. Pada
pembelajaran tatap muka ini berbagai metode diterapkan antara lain ceramah,
diskusi, penugasan mandiri/kelompok. Di akhir pembalajaran tatap muka diakhiri
dengan evaluasi hasil pembelajaran. Keberhasilan peserta pelatihan dinilai
berdasarkan kemampuannya dalam memahami materi mata pelatihan, sikap, dan
keterampilannya selama mengikuti pelatihan.
B. DESKRIPSI SINGKAT
C. HASIL BELAJAR
D. INDIKATOR KEBERHASILAN
E. MATERI
2
PETA PROSES BISNIS DAN PROSEDUR
OPERASIONAL STANDAR ADMINISTRASI
PEMERINTAHAN (POS AP)
Indikator keberhasilan:
Setelah mengikuti pembelajaran peserta pelatihan dapat (1) memahami landasan hukum
penyusunan peta proses bisnis instansi pemerintah; (2) menjelaskan pengertian tentang peta
proses bisnis, suppliyer, proses, input, output, dan customer (3) memahami
kegunaan/manfaat peta proses bisnis instansi pemerintah.
Gambar 1
Alur Ketatalaksanaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi
Peta Organisasi
MANDAT RENSTRA Proses dan Tata POS AP Otomatisasi
Bisnis Kerja
Gambar 2
Alur Penyusunan Peta Proses Bisnis
Tahap
Tahap
Persiapan
Pengemba-
dan
ngan
Perencanaan
Tahap Tahap
Pemantauan/ Penerapan/
Evaluasi implementasi
Gambar 3
Alur Penyusunan POS AP
Tahap
Persiapan
(2)
PENILAIAN
KEBUTUHAN
(5)
(3)
PEMANTAUAN
DAN PENGEMBANGAN
POS
EVALUASI
(4)
INTEGRASI/
PENERAPAN POS
DALAM
BIROKRASI
pertama yang harus dilakukan. Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam pembentukan tim yaitu,
a) Tim yang dibentuk harus dilengkapi dengan berbagai kelengkapan seperti
kewenangan dan tanggung jawab
b) Keanggotaan tim dibatasi
c) Tim harus dilengkapi dengan struktur yang jelas dan lebih bersifat fungsional
d) Tim harus sudah merumuskan apa yang menjadi tujuannya.
3) Pengembangan POS AP
Pengembangan POS AP pada dasarnya meliputi lima tahapan proses kegiatan
yaitu,
a) Pengumpulan Informasi dan Identifikais Alternatif
b) Analisis dan Pemilihan Alternatif
c) Penulisan POS AP
d) Pengujian dan Riviu POS AP
e) Pengesahan POS AP
Gambar 4
Contoh Halaman Judul Dokumen POS
Lambang
Kemendikbudristek
Tahun
2022 Pembuatan
b) Unsur Prosedur
Unsur prosedur dibagi menjadi dua bagian, yaitu Bagian Identitas dan Bagian
Flowchart.
Bagian identitas
Bagian Identitas dari unsur prosedur dapat dijelaskan sebagai berikut:
(1) Logo dan Nama unit Kerja
(2) Nomor POS AP
(3) Tanggal Pembuatan
(4) Tanggal Revisi
(5) Tanggal Efektif
(6) Pengesahan oleh pejabat yang berkompeten pada tingkat satuan kerja
(7) Judul POS AP, judul
(8) Dasar hukum
(9) Keterkaitan
(10) Peringatan
(11) Kualifikasi Pelaksana
(12) Peralatan dan Perlengkapan
(13) Pencatatan dan Pendataan
Kepmendikbudristek Nomor 125/M/2021 tentang Prosedur Operasional Standar Administrasi Pemerintahan Generik Ketatausahaan
Kemendikbudristek
Bagian Flowchart
Bagian Flowchart merupakan uraian mengenai langkah-langkah (prosedur)
kegiatan beserta mutu baku dan keterangan yang diperlukan. Format POS AP yang
dipersyaratkan memiliki format yang telah distandarkan tidak seperti format POS
pada umumnya. Adapun format POS AP yang dipergunakan dalam Kebijakan
Reformasi Birokrasi adalah sebagai berikut:
(1) Menggunakan Format Diagram Alir Bercabang (Branching Flowcharts),
untuk menstandarkan format maka seluruh prosedur pelakanaan tugas dan
fungsi administrasi pemerintahan dibuat dalam bentuk diagram alir bercabang
(branching flowcharts) termasuk juga prosedur yang singkat dengan/atau tanpa
pengambilan keputusan.
(2) Menggunakan hanya Lima Simbol Flowcharts
Simbol yang digunakan hanya terdiri dari 5 (lima) simbol, yaitu simbol dasar
flowcharts (Basic Symbol of Flowcharts) dan 1 (satu) simbol penghubung ganti
halaman (Off-Page Conector). Simbol tersebut adalah sebagai berikut:
(a) Simbol Kapsul/Terminator ( ) untuk mendeskripsi kegiatan mulai dan
akhir;
Tabel
Sub-Fungsi Keluaran/ Judul
No. Tugas Fungsi Aspek
(Kegiatan) Produk POS
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Keterangan:
(1) Kolom 1
Nomor diisi dengan nomor urut tugas (sebaiknya dengan huruf kapital A);
(2) Kolom 2
Tugas diisi dengan Tugas berdasarkan Peraturan yang ada (sebaiknya diisi sesuai peraturan
yang ada dengan diberi nomor Arab, misal 1, 2, 3, ……);
(3) Kolom 3
Fungsi diisi dengan Fungsi berdasarkan Peraturan yang ada (sebaiknya diisi sesuai dengan
peraturan yang ada dengan diberi nomor huruf abjad kecil, misal: a, b, c, …..);
(4) Kolom 4
Uraian Tugas diisi dengan Uraian Tugas yang merupakan bagian dari Fungsi yang ada dengan
diberi angka Arab berkurung satu misal: 1), 2), 3), … (Uraian tugas atau rincian tugas ini
umumnya telah ada berdasarkan peraturan pimpinan instansi yang bersangkutan);
(5) Kolom 5
Kegiatan diisi dengan Nama Kegiatan yang merupakan perwujudan riil dari Uraian Tugas
yang ada dengan diberi huruf kecil berkurung satu misal: a), b), c), …;
(6) Kolom 6
Output diisi dengan Output Final yang dihasilkan dari penelusuran end-product sesuai
struktur organisasi dan diberi nomor angka arab dalam kurung, misal: (1), (2), (3), …;
(7) Kolom 7
Aspek Kegiatan diisi dengan Aspek kegiatan yang terkait dengan Output yang bersangkutan
baik aspek keseluruhan (makro) maupun aspek parsial (mikro). Aspek ini biasanya berupa
fungsi manajemen, misal: penyusunan, pelaksanaan, evaluasi, pelaporan, publikasi,
distribusi);
(8) Kolom 8
Judul POS diisi judul POS yang terdiri dari unsur Output final dan Aspek kegiatan.
4) Penerapan POS AP
Prinsip penerapan POS AP:
a) Konsisten, POS AP harus dilakukan secara konsisten dari waktu ke waktu oleh
siapa pun, dan dalam kondisi yang relatif sama oleh seluruh jajaran organisasi
pemerintahan.
b) Komitmen, POS AP harus dilaksanakan dengan komitmen penuh dari seluruh
tataran organisasi, dari tingkatan yang paling rendah dan tertinggi
c) Perbaikan berkelanjutan, penyusunan POS AP harus terbuka terhadap
penyempurnaan-penyempurnaan untuk memperoleh prosedur yang benar-
benar efisien dan efektif
d) Mengikat, POS AP harus mengiat pelaksana dalam melaksanakan tugasnya
sesuai dengan prosedur standar yang telah di tetapkan
e) Partisipasi, seluruh pelaksana melaksanakan peran-peran tertentu dalm setiap
prosedur yang distandarkan
f) Dokumentasi, seluruh prosedur yang telah distandarkan harus
terdokumentasikan dengan baik sehingga dapat selalu dijadikan acuan atau
referensi bagi setiap pihak yang memerlukan.
Keberhasilan penerapan tergantung pada kebehasilan proses simulasi dan
pengujian pada tahapan pengembangan POS AP.
BAB
3
SISTEM KERJA PADA UNIT KERJA DI
LINGKUNGAN KEMENDIKBUDRISTEK
Indikator keberhasilan:
Setelah mengikuti pembelajaran peserta pelatihan dapat (1) memahami landasan hukum
penyesuaian sistem kerja pada unit kerja di lingkungan Kemendikbudristek; (2) menjelaskan
maksud, tujuan, dan ruang lingkup sistem kerja (3) memahami penugasan dalam tim sesuai
mekanisme system kerja.
A. PENDAHULUAN
B. PENGERTIAN
1. Sistem kerja adalah serangkaian prosedur dan tata kerja yang membentuk
suatu proses aktivitas pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi.
2. Penyesuaian sistem kerja adalah perbaikan dan pengembangan mekanisme
kerja dan proses bisnis pegawai aparatur sipil negara dengan memanfaatkan
sistem pemerintahan berbasis elektronik.
3. Pejabat fungsional adalah pegarvai aparatur sipil negara yang menduduki
jabatan fungsional.
4. Pimpinan unit kerja adalah pejabat pimpinan tinggi madya, pejabat pimpinan
tinggi pratama, pejabat administrator, pejabat pengawas, atau pejabat
fungsional yang diangkat untuk memimpin suatu unit kerja.
5. Penugasan adalah penunjukan atau pengajuan sukarela pejabat fungsional dan
pelaksana untuk melaksanakan tugas tertentu sesuai dengan kompetensi,
keahlian dan/atau keterampilan.
6. Sistem Pemerintah Berbasis Elektronik yang selanjutnya disingkat SPBE adalah
penyelenggaraan pemerintahan yang memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi untuk memberikan layanan kepada pengguna SPBE.
D. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup sistem kerja pada unit kerja di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi terdiri atas:
1. Kedudukan;
2. Penugasan;
3. Pelaksanaan tugas;
Pelaksanaan tugas dalam tim kerja diperlukan adanya pembagian tanggung
jawab
b. Ketentuan terkait SPBE diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 132 Tahun
2022 tentang Arsitektur Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik dan
E. PROSES BISNIS
1. Penugasan kepada pejabat fungsional atau pelaksana lintas unit kerja harus
melalui persetujuan masing – masing pimpinan unit kerja;
2. Penugasan pejabat fungsional atau pelaksana dilakukan melalui:
3. Penugasan pejabat fungsional atau pelaksana dapat ditugaskan secara
individu dengan mengedepankan profesionalisme, kompetensi, dan
kolaborasi berdasarkan keahlian dan/ atau keterampilan;
4. Tim kerja yang anggotanya berasal dari lintas organisasi, pejabat fungsional
atau pelaksana yarlg berperan sebagai ketua tim diutamakan dari unit kerja
yang bertanggung jawab terhadap pembentukan tim kerja tersebut;
5. Pejabat fungsional atau pelaksana yang mendapat penugasan dalam tim kerja
lintas unit kerja tetap mengutamakan dan melaksanakan tugas tim kerja dari
substansi utama;
6. Pejabat fungsional atau pelaksana yang mendapat penugasan dalam tim kerja
lintas unit kerja tetap melaporkan pertanggung jawaban pelaksanaan tugas
kepada pimpinan unit kerja dari substansi utama.
7. Mekanisme penugasan pejabat fungsional atau pelaksana dalam tim kerja
lintas unit keia mengacu kepada peraturan perundang-undangan.
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
UNIT 1. TATA NASKAH DINAS
BAB 1. PENDAHULUAN .......................................................................................................................1
A. Latar Belakang .................................................................................................................. 1
B. Deskripsi Singkat .............................................................................................................. 2
C. Hasil Belajar ...................................................................................................................... 2
D. Indikator Keberhasilan ..................................................................................................... 2
E. Materi ............................................................................................................................... 2
BAB 2. TATA NASKAH DINAS ..............................................................................................................3
A. Dasar Hukum .................................................................................................................... 3
B. Pengertian ........................................................................................................................ 3
C. Jenis-Jenis Naskah Dinas .................................................................................................. 4
D. Derajat dan Klasifikasi Penyampaian Naskah Dinas ......................................................... 8
E. Pencantuman Alamat Naskah Dinas ................................................................................ 9
F. Penomoran dan Pengkodean Naskah Dinas .................................................................. 10
G. Penggunaan Kertas, Amplop, dan Tinta ……………………………………………....................12
H. Ketentuan Jarak Spasi, Jenis dan Ukuran Huruf, serta Kata Penyambung…………………..13
I. Penentuan Batas Ruang Tepi ………………………………………………… ……………….14
K. Penomoran Halaman pada Naskah Dinas ……………...……………………………………….15
L. Tembusan pada Naskah Dinas ………………………………………………………………….15
UNIT 1
TATA NASKAH DINAS
TATA NASKAH DINAS
UNIT
BAB
1
UNIT
BAB
PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang
B. Deskripsi Singkat
C. Hasil Belajar
D. Indikator Keberhasilan
E. Materi
Dalam rangka mencapai tujuan pelatihan yang diharapkan, isi bahan ajar ini diuraikan ke dalam
beberapa bagian pembahasan yaitu:
Pokok dan Subpokok Bahasan:
1. Tata Naskah Dinas.
2. Bentuk Kepala Naskah Dinas.
3. Bentuk Cap Jabatan Dan Cap Dinas.
4. Kewenangan Penandatanganan Naskah Dinas.
5. Fungsi Lembar disposisi.
UNIT
BAB
12
UNIT
BAB
B. Pengertian
1. Administrasi umum adalah rangkaian kegiatan administrasi yang meliputi tata naskah
dinas, penamaan lembaga, singkatan dan akronim, kearsipan, serta tata ruang
perkantoran.
2. Naskah Dinas adalah informasi tertulis sebagai alat komunikasi kedinasan yang dibuat
dan/atau dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang di Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
3. Tata naskah dinas adalah pengelolaan informasi tertulis yang meliputi pengaturan jenis,
format, penyiapan, pengamanan, pengesahan, dan penyampaian naskah dinas, serta media
yang digunakan dalam kedinasan.
4. Format adalah susunan dan bentuk naskah yang menggambarkan tata letak dan
redaksional, serta penggunaan lambang negara, logo, dan cap dinas.
5. Penandatangan naskah dinas adalah pejabat yang menandatangani naskah dinas sesuai
dengan tugas dan tanggungjawab kedinasan pada jabatannya.
6. Instansi pemerintah adalah kementerian, lembaga pemerintah non kementerian,
sekretariat negara, lembaga setingkat Menteri.
d) Surat Edaran
Surat edaran merupakan naskah dinas yang memuat pemberitahuan tentang
hal tertentu yang penting dan mendesak.
1) Nota Dinas
Nota dinas merupakan naskah dinas yang bersifat internal dari atasan kepada
bawahan atau dari bawahan kepada atasan langsung atau yang setingkat dan
berisikan catatan atau pesan singkat tentang pelaksanaan tugas dan fungsi.
2) Surat Dinas
Surat dinas merupakan naskah dinas yang berisi pelaksanaan tugas atau kegiatan
pejabat dalam menyampaikan informasi kedinasan kepada pihak lain, baik di
dalam maupun di luar instansi yang bersangkutan.
3) Surat Undangan
Surat undangan merupakan naskah dinas yang berisi pemberitahuan kepada
pejabat atau seseorang untuk menghadiri suatu acara kedinasan pada waktu dan
tempat yang telah ditentukan.
5) Surat Keterangan
Surat keterangan merupakan naskah dinas yang berisi informasi atau keterangan
mengenai hal atau seseorang untuk kepentingan kedinasan.
6) Surat Pernyataan
Surat pernyataan merupakan naskah dinas yang menyatakan kebenaran suatu
hal mengenai pegawai atau pejabat yang menandatangani surat pernyataan
disertai pertanggungjawaban atas pernyataan tersebut.
7) Surat Pengantar
Surat pengantar merupakan naskah dinas yang digunakan untuk mengantarkan
atau menyampaikan dokumen, barang, dan/atau bahan lain yang dikirimkan.
8) Pengumuman
Pengumuman merupakan naskah dinas yang berisi pemberitahuan mengenai
suatu hal yang ditujukan kepada para pegawai atau pemangku kepentingan
terkait.
9) Perjanjian Internasional
Perjanjian internasional merupakan naskah dinas yang berbentuk perjanjian
dalam bentuk dan nama tertentu, yang diatur dalam hukum internasional yang
dibuat secara tertulis serta menimbulkan hak dan kewajiban di bidang hukum
publik.
Derajat naskah dinas dalam tata naskah dinas kemendikbudristek dapat di kategorikan atas:
1. Derajat Naskah Dinas
Sifat naskah dinas dapat dikelompokkan menjadi dua:
a. Sangat Rahasia
Naskah Dinas Sangat Rahasia adalah naskah dinas yang informasinya membutuhkan
tingkat pengamanan yang tertinggi dan mempunyai hubungan erat dengan keamanan
dan keselamatan negara serta hanya diketahui oleh pejabat yang berhak menerima.
Naskah dinas sangat rahasia diberikan kode SRHS.
b. Rahasia
Naskah Dinas Rahasia adalah naskah dinas yang informasinya membutuhkan
pengamanan khusus dan mempunyai hubungan erat dengan keamanan kedinasan serta
hanya diketahui oleh pejabat yang berwenang atau yang ditunjuk. Naskah dinas rahasia
diberikan kode RHS.
c. Biasa
Naskah Dinas Biasa adalah naskah dinas yang informasinya dibuka untuk umum tidak
membawa dampak apapun terhadap keamanan negara.
Pencantuman kata penyapa seperti Bapak, Ibu, dan Saudara di depan nama jabatan dan gelar
tidak diperlukan, baik pada sampul maupun pada surat.
Nomor naskah dinas berfungsi untuk mengetahui jenis kegiatan yang berhubungan dengan
surat, mempermudah pengarsipan, dan menemukannya kembali jika sewaktu waktu
diperlukan atau dibutuhkan.
Nomor naskah dinas berfungsi sebagai alat petunjuk bagi petugas arsip, alat untuk mengetahui
unit asal surat, alat pengukur kegiatan instansi yang berkaitan dengan surat-menyurat pada
periode tertentu, dan sebagai alat referensi.
Nomor naskah dinas terdiri atas nomor urut naskah dinas dan kode naskah dinas. Ketentuan
tentang penomoran dan pengkodean naskah dinas sebagai berikut.
1. Ketentuan Penomoran Naskah Dinas
Dalam penulisannya, nomor naskah dinas tidak diikuti dengan tanda titik atau
tanda hubung lainnya.
75/F.F4/KB.00.04/2022
1077/A6.2/RHS/TU/2019
b. Kode Naskah Dinas ditulis setelah nomor urut Naskah Dinas dengan urutan kode
jabatan atau kode unit organisasi, kode unit Kerja, kode SRHS atau RHS apabila bersifat
rahasia, kode hal, dan tahun pembuatan naskah dinas yang penulisannya masing-
masing dibatasi dengan garis miring.
Contoh:
a. Surat yang berasal dan ditandatangani Menteri
25/MPK/PR.00.02/2022
b. Surat yang berasal dan ditandatangani oleh pejabat pimpinan tinggi madya yang bersifat
rahasia
156/G/RHS/WS.01.00/2022
Kertas, amplop, dan tinta merupakan media atau sarana surat-menyurat untuk merekam
informasi dalam komunikasi kedinasan.
1. Penggunaan Kertas
a. Kertas yang digunakan untuk kegiatan dinas, seperti surat-menyurat, penggandaan, dan
dokumen pelaporan adalah kertas HVS minimal 70 gram.
b. Pembuatan Naskah Dinas dari konsep awal hingga konsep akhir yang dibubuhi paraf
tidak boleh menggunakan kertas bekas, karena Naskah Dinas dari konsep awal sampai
dengan konsep akhir yang ditandatangani merupakan satu berkas arsip.
c. Naskah Dinas yang bernilai guna sekunder atau permanen, harus menggunakan kertas
dengan standar kertas permanen:
1) Gramatur minimal 70 gram/ m2;
2) Ketahanan sobek minimal 350 mN;
3) Ketahanan lipat minimal 2,42 (metode schopper) atau 2,18 (metode MIT);
4) pH pada rentang 7,5-10;
5) Kandungan alkali kertas minimal 0,4 mol asam/kg; dan
6) Daya tahan oksidasi mengandung bilangan kappa minimal 5.
d. Kertas yang digunakan untuk Naskah Dinas ukurannya disesuaikan dengan jenis Naskah
Dinas yang terdiri atas :
1) Naskah Dinas arahan menggunakan kertas F4 berukuran 210 x 330 mm;
2) Naskah Dinas korespondensi menggunakan kertas A4 yang berukuran 297 x 210
mm ( 8¼ x 11¾ inci);
3) Naskah Dinas khusus menggunakan kertas A4 yang berukuran 297 x 210 mm ( 8¼ x
11¾ inci);
4) Naskah Dinas lainnya menggunakan kertas A4 yang berukuran 297 x 210 mm ( 8¼
x 11¾ inci);
5) Laporan menggunakan kertas A4 yang berukuran 297 x 210 mm ( 8¼ x 11¾ inci);
dan
6) Telaah staf menggunakan kertas A4 yang berukuran 297 x 210 mm ( 8¼ x 11¾ inci).
2. Amplop
Amplop adalah sarana kelengkapan penyampaian Naskah Dinas, terutama untuk Naskah
Dinas keluar Unit Organisasi, Unit Kerja, dan Unit Pelaksana Teknis (UPT). Ukuran, bentuk,
dan warna sampul yang digunakan untuk surat-menyurat di lingkungan Unit Organisasi,
Unit Kerja, dan UPT diatur sesuai dengan keperluan unit kerja masing-masing dengan
mempertimbangkan efisiensi.
a. Ukuran
Ukuran amplop yang digunakan untuk pengiriman Naskah Dinas disesuaikan dengan
jenis, ukuran dan ketebalan Naskah Dinas yang akan didistribusikan.
b. Warna
Amplop Naskah Dinas menggunakan kertas berwarna putih atau coklat muda.
c. Cara melipat dan memasukkan surat ke dalam amplop
Naskah Dinas yang siap untuk dikirim dilipat sesuai ukuran amplop dengan
mempertemukan sudut-sudutnya agar lipatannya lurus dan rapi dengan kepala Naskah
Dinas menghadap ke depan ke arah penerima atau pembaca Naskah Dinas. Pada amplop
yang mempunyai jendela kertas kaca, kedudukan alamat tujuan pada kepala Naskah
Dinas harus tepat pada jendela amplop.
3. Tinta
Tinta yang digunakan untuk penulisan Naskah Dinas berwarna hitam, sedangkan untuk
warna tinta yang digunakan dalam pembubuhan paraf dan tanda tangan berwarna biru
atau hitam
b. Jenis huruf pada Naskah Dinas peraturan perundang-undangan diatur sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Jenis huruf Naskah Dinas prosedur operasional standar disesuaikan dengan isi dan
ukuran dalam format prosedur operasional standar.
3. Ketentuan Kata Penyambung
a. Kata penyambung merupakan kata yang digunakan sebagai tanda bahwa teks masih
berlanjut pada halaman berikutnya.
b. Kata penyambung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditulis pada akhir setiap
halaman pada baris terakhir teks di sudut kanan bawah halaman dengan urutan kata
penyambung dan 3 (tiga) buah titik.
c. Kata penyambung itu diambil persis sama dari kata pertama halaman berikutnya.
d. Jika kata pertama dari halaman berikutnya menunjuk pasal atau diberi garis bawah atau
dicetak miring, kata penyambung juga harus dituliskan sama.
e. Kata penyambung tidak digunakan untuk pergantianbagian
c. Pencabutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu mencabut Naskah Dinas
tertentu karena bertentangan atau tidak sesuai lagi dengan peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi, khusus, atau Naskah Dinas yang baru ditetapkan.
d. Pembatalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu menyatakan bahwa seluruh
materi Naskah Dinas tidak diberlakukan lagi melalui suatu pernyataan pembatalan
dalam Naskah Dinas yang baru.
e. Ralat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu perbaikan yang dilakukan terhadap
sebagian materi Naskah Dinas melalui pernyataan ralat dalam Naskah Dinas yang baru.
2. Tata cara perubahan, pencabutan, pembatalan, dan ralat pada Naskah Dinas dapat dilakukan
dengan cara:
a. Perubahan, pencabutan, pembatalan, dan ralat Naskah Dinas yang bersifat mengatur
dilakukan dengan Naskah Dinas yang setingkat atau lebih tinggi;
b. Pejabat yang berhak menentukan perubahan, pencabutan, dan pembatalan adalah
pejabat yang menandatangani Naskah Dinas tersebut atau oleh pejabat yang lebih tinggi
kedudukannya;
c. ralat yang bersifat kekeliruan kecil, seperti salah ketik, dilaksanakan oleh pejabat yang
menandatangani Naskah Dinas.
3. pihak yang diberi tembusan ditulis di bawah kata tembusan, dan apabila yang diberi
tembusan lebih dari satu diberi nomor urut dengan angka Arab sejajar dengan kata
tembusan;
4. pihak yang diberi tembusan tidak didahului singkatan Yth. atau diikuti frasa sebagai laporan
atau sebagai arsip
Rangkuman
1. Naskah dinas dikelompokkan menjadi: naskah dinas arahan, naskah dinas korespodensi,
naskah dinas khusus, laporan, dan telaahan staf.
2. Sifat dan derajat surat adalah pengelompokkan perlakuan terhadap pemrosesan naskah dinas.
3. Alamat nakah dinas pada sampul ditulis lengkap dan jelas, sedangkan pada isi surat cukup
disebutkan nama kota tempat naskah dinas dibuat.
4. Penomoran naskah dinas adalah penomoran dengan angka arab tanpa kombinasi huruf
maupun angka lain.
5. Penggunaan kode hal pada naskah dinas tidak identik dengan unit organisasi.
6. Kode hal merupakan salah satu sistem dalam penataan berkas arsip.
UNIT
BAB
13
UNIT
BAB
Indikator keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta pelatihan diharapkan dapat menjelaskan bentuk-
A.bentuk
Lambang
kepala Kementerian
naskah dinas Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Lambang kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi adalah Tut Wuri
Handayani, dibuat dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Lambang Kementerian dibuat sesuai dengan Kepmen nomor 0398/M/1977 Bidang Segi
Lima (Biru Muda)
2. Semboyan Tut Wuri Handayani
3. Belencong Menyala Bermotif Garuda
4. Buku
5. Warna, warna putih pada ekor dan sayap garuda dan buku berarti suci, bersih tanpa
pamrih. Warna kuning emas pada nyala api berarti keagungan dan keluhuran pengabdian.
Warna biru muda pada bidang segi lima berarti pengabdian yang tak kunjung putus
dengan memiliki pandangan hidup yang mendalam (pandangan hidup Pancasila).
4. Kepala Naskah Dinas Unit Kerja yang lokasinya terpisah dari organisasi induknya
Nama Unit Kerja yang dipimpin oleh pimpinan tinggi pratama di Unit Organisasi tidak
dicantumkan pada kepala Naskah Dinas, kecuali Unit Kerja pejabat pimpinan tinggi pratama di
Unit Organisasi yang lokasinya terpisah dari Unit Organisasi induknya
Kepala Naskah Dinas LLDikti menggunakan lambang Kementerian, nama Kementerian, nama
LLDikti, alamat, dan garis penutup secara simetris
Rangkuman
1. Kepala naskah dinas Menteri dicantumkan lambang negara
2. Kepala naskah dinas Unit Utama Sekretariat Jenderal dicantumkan lambang kementerian,
nama kementerian dan alamat unit organisasi
3. Kepala naskah dinas Unit Utama selain Sekretariat Jenderal atau unit kerja yang dipimpin
pejabat pimpinan tinggi pratama atau Unit Pelaksana Teknis atau unit kerja yang terpisah dari
unit organisasi induknya dicantumkan lambang kementerian, nama kementerian, unit
organisasi, dan alamat.
4. Kepala naskah Perguruan Tinggi Negeri dicantumkan lambang PTN sesuai dengan statuta
masing-masing PTN, nama PTN, dan alamat.
BAB
4
BAB
Indikator keberhasilan
CAP JABATAN DAN CAP DINAS
4
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta pelatihan diharapkan dapat: 1) menjelaskan arti
pentingnya cap jabatan menteri dan cap dinas; 2) Menerapkan cap jabatan dan cap dinas
Indikator keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta pelatihan diharapkan dapat: 1) menjelaskan arti
pentingnya
Cap jabatancap
danjabatan menteri
cap dinas dancap
adalah cap atau
dinas;stempel
2) Menerapkan cap jabatan oleh
yang dipergunakan dan cap dinastertentu
pejabat
menurut kewenangannnya untuk memenuhi keabsahan suatu naskah dinas dalam melaksanakan
tugas sesuai dengan jabatannya pada unit organisasi, unit kerja, unit pelaksana teknis, dan
perguruan tinggi negeri.
A. Cap Jabatan
Cap jabatan adalah cap atau stempel yang dipergunakan oleh pejabat tertentu untuk
memenuhi keabsahan suatu naskah dinas dalam melaksanakan tugas sesuai dengan
jabatannya.
1. Contoh Cap Jabatan Menteri
B. Cap dinas
Cap dinas adalah cap atau stempel yang dipergunakan oleh setiap pejabat untuk memenuhi
keabsahan suatu Naskah Dinas.
1. Contoh cap dinas Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi yang
dipergunakan oleh Staf Ahli dan Sekretariat Jenderal.
Rangkuman
1. Cap jabatan hanya dimiliki dan digunakan oleh Menteri
2. Cap dinas digunakan oleh pejabat selain Menteri
3. Cap jabatan dan cap dinas merupakan salah satu bentuk pengesahan dari naskah dinas
4. Cap dinas merupakan identitas organisasi unit pembuat naskah dinas
BAB
5
BAB
Indikator keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta pelatihan diharapkan dapat menjelaskan
kewenangan penandatanganan naskah dinas
A. Kewenangan Penandatanganan
Kewenangan pendatanganan naskah dinas merupakan hak dan kewajiban yang dimiliki oleh
pejabat untuk menandatangani naskah dinas sesuai dengan tugas dan tanggung jawab
kedinasan yang melekat pada jabatannya.
Penandatangan naskah dinas korespondensi yang ditujukan kepada unit organisasi di
lingkungan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi ditandatangani oleh
pejabat yang setingkat eselonisasinya dengan pejabat yang dituju.
Dalam pelaksanaan penandatanganan naskah dinas, apabila pejabat penanggung jawab naskah
dinas berhalangan untuk menandatangani, maka penandatanganan naskah dinas dapat
didelegasikan atau dilimpahkan oleh pejabat yang lain dengan menyertakan surat keputusan
atau surat kuasa.
Pendelegasian wewenang penandatanganan naskah dinas dapat didelegasikan atau
dilimpahkan ketika pejabat yang menandatangani naskah dinas berhalangan, karena tugas
kedinasan, cuti, dan belum diangkat secara definitif.
4. Kewenangan penandatanganan Naskah Dinas korespondensi yang ditujukan kepada unit kerja
di dalam Unit Organisasi:
a. Naskah Dinas korespondensi pemimpin Unit Organisasi jabatan pimpinan tinggi madya yang
ditujukan kepada pemimpin unit kerja jabatan pimpinan tinggi pratama di bawahnya
ditandatangani oleh pemimpin Unit Organisasi pejabat pimpinan tinggi madya yang
bersangkutan;
b. dalam hal pemimpin Unit Organisasi jabatan pimpinan tinggi madya sebagaimana dimaksud
pada huruf a berhalangan, penandatanganan dapat dilimpahkan atau diserahkan kepada
pejabat setingkat di bawahnya dengan penyebutan a.n. dan apabila pejabat yang diberi
wewenang menandatangani berhalangan, penandatanganan dapat dilimpahkan atau
diserahkan kepada pejabat setingkat di bawahnya dengan penyebutan u.b. setelah
pencantuman a.n.;
c. Naskah Dinas korespondensi pemimpin unit kerja jabatan pimpinan tinggi pratama yang
ditujukan kepada pemimpin unit kerja pimpinan tinggi pratama lainnya ditandatangani oleh
pemimpin unit kerja pejabat pimpinan tinggi pratama yang bersangkutan; dan
d. dalam hal pemimpin unit kerja jabatan pimpinan tinggi pratama yang bersangkutan
sebagaimana dimaksud pada huruf c berhalangan, penandatanganan dapat dilimpahkan atau
diserahkan kepada pejabat setingkat di bawahnya dengan penyebutan a.n. dan apabila
pejabat yang diberi wewenang menandatangani berhalangan, penandatanganan dapat
dilimpahkan atau diserahkan kepada pejabat setingkat di bawahnya dengan penyebutan u.b.
setelah pencantuman a.n.
1. Penulisan dan pencantuman a.n. dan u.b. pada Naskah Dinas keputusan, ditentukan
sebagai berikut:
a. A.N. ditulis dengan huruf kapital, masing-masing diakhiri titik, dan digunakan hanya
jika yang berwenang menandatangani keputusan melimpahkan atau menyerahkan
penandatanganan keputusan kepada pejabat setingkat di bawahnya;
b. U.B. ditulis dengan huruf kapital, masing-masing diakhiri titik, dan digunakan jika
pejabat yang diberi kuasa menandatangani keputusan melimpahkan atau
menyerahkan kembali kepada pejabat setingkat di bawahnya.
2. Penulisan dan pencantuman a.n., u.b., Plt., dan Plh. pada Naskah Dinas korespondensi
ditentukan sebagai berikut:
a. a.n. ditulis dengan huruf kecil, masing-masing diakhiri titik, dan digunakan hanya
jika yang berwenang menandatangani melimpahkan atau menyerahkan
penandatanganan kepada pejabat setingkat di bawahnya;
b. u.b. ditulis dengan huruf kecil, masing-masing diakhiri titik, dan digunakan jika
pejabat yang diberi kuasa menandatangani melimpahkan atau menyerahkan
kembali kepada pejabat setingkat di bawahnya;
c. Plt. ditulis dengan P huruf besar, kemudian lt ditulis huruf kecil, diakhiri titik, dan
digunakan untuk seorang pejabat yang ditunjuk untuk melaksanakan tugas
jabatan, tetapi belum ditunjuk secara definitif; dan
d. Plh. ditulis P huruf besar, kemudian lh ditulis dengan huruf kecil, diakhiri titik,
digunakan jika pejabat yang berwenang menandatangani berhalangan untuk
waktu tertentu karena tugas dinas dan/atau cuti, dan melimpahkan atau
menyerahkan penandatanganan kepada pejabat setingkat di bawahnya selama
pejabat tersebut tidak berada di tempat.
Nama Pejabat
NIP
2. u.b. (untuk beliau); penulisan u dan b dengan huruf kecil dan masing-masing diakhiri
titik, dipergunakan jika pejabat yang diberi kuasa menandatangani surat memberikan
kuasa lagi kepada pejabat setingkat di bawahnya.
Nama Pejabat
NIP
3. Plt. (pelaksana tugas); penulisan P dengan huruf kapital, huruf l dan huruf t
penulisannya dengan huruf kecil dan diakhiri titik, dipergunakan untuk seorang
pejabat yang ditunjuk untuk melaksanakan tugas jabatan tetapi belum ditunjuk secara
definitif.
Nama Pejabat
NIP
4. Plh. (pelaksana harian); penulisan P dengan huruf kapital, huruf l dan huruf h
penulisannya dengan huruf kecil dan diakhiri titik, dipergunakan jika pejabat yang
berwenang menandatangani surat berhalangan untuk waktu tertentu karena tugas
dinas, menguasakan penandatanganan surat kepada pejabat setingkat di bawahnya
selama pejabat tersebut tidak berada di tempat.
Nama Pejabat
NIP
Rangkuman
1. Tanda tangan merupakan salah satu bentuk pengesahan naskah dinas
2. Penandatanganan adalah pejabat yang berwenang terhadap isi yang tertera pada naskah dinas.
3. Apabila penanggung jawab dan penandatanganan naskah dinas berhalangan dapat diwakili
oleh pejabat lainnya dengan surat keputusan atau surat kuasa.
BAB
6
BAB
DISPOSISI
Indikator keberhasilan
7
Setelah mengikuti pelatihan in peserta pelatihan diharapkan dapat
mengimplementasikan penggunaan lembar disposisi
Indikator keberhasilan
Setelah mengikuti pelatihan in peserta pelatihan diharapkan dapat
mengimplementasikan penggunaan lembar disposisi
Naskah dinas dalam penggunaanya diproses dan dilakukan sesuai dengan prosedur yang
berlaku. Pemrosesan naskah dinas tersebut memerlukan lembar perintah dari pimpinan unit
organisasi yang menangani naskah dinas tersebut yang disebut dengan lembar disposisi.
Disposisi adalah petunjuk tertulis mengenai tindak lanjut pengelolaan naskah dinas
korespondensi, ditulis secara jelas pada lembar disposisi, tidak pada naskah asli. Lembar
disposisi merupakan satu kesatuan dengan naskah dinas yang bersangkutan.
Catatan :
Jakarta, …………………………….....
Jakarta, ………….....
Sekretaris Jenderal,
Nama Pejabat
NIP
BAB
7
BAB
Indikator keberhasilan
Setelah mengikuti pelatihan ini peserta pelatihan diharapkan dapat mengimplementasikan tata
A. naskah
Alur dinas elektronik
Kerja
Dalam pengelolaan naskah dinas elektronik untuk tahun 2019 sudah di undangkan sebuah
peraturan menteri terkait dengan tata naskah dinas elektronik, yang sebelumnya merupakan
bagian dari peraturan menteri tentang tata naskah dinas. Di dalam peraturan ini terdapat
ruang lingkup yang mengatur mengenai diantaranya adalah media perekaman naskah dinas,
struktur naskah dinas, penyiapan naskah dinas, pengabsahan dan autentikasi, pengamanan,
serta pengiriman. selain itu terdapat pula mengenai desain sistem dan spesifikasi sistem
naskah dinas elektronik.
Pada desain sistem terdapat beberapa alur kerja dalam pengelolaan naskah dinas
elektronik, sebagai berikut:
1. Surat Masuk
Pelaksana
No Kegiatan Pengadministrasi Administrator/ Penata Usaha
Pimpinan
Persuratan Pengawas /Sekretarias
Membubuhkan stempel
2 b
penerimaan surat masuk
Mengklasifikasikan surat c
3
sesuai dengan isi surat
Melakukan pemindaian
(Scanning) dokumen dan e dan f
5 menginput identitas surat
pada aolikasi persuratan
elektronik
Melakukan pengecekan
6 g
ulang informasi surat
2. Disposisi
Alur disposisi merupakan kelanjutan dari penanganan surat masuk atau disposisi
lanjutan, pembuat disposisi merupakan pejabat struktural yang menerima surat masuk
atau merupakan disposisi lanjutan.
Proses disposisi dimulai ketika pejabat membuka surat dan ingin menindaklanjuti
maksud dan tujuan isi surat. Pejabat pembuat disposisi mengisi formulir disposisi dengan
sejumlah pilihan perintah disposisi yang terdapat dalam pangkalan data terpusat. Dalam
pendisposisian ini pejabat dapat melihat isi surat yang telah di unggah kedalam sistem,
kemudian pimpinan atau unit pengolah dapat melihat secara langsung isi instruksi melalui
sistem, apabila dierlukan penerima disposisi dapat meneruskan disposisi lanjutan kepada
bawahannya, atau dapat langsung memberikan laporan kepada pemberi disposisi.
3. Surat Keluar
Pelaksana
No Langkah Kegiatan Pengadministrasi Pengadministrasi
Pengawas administrator Pimpinan Caraka
Persuratan Persuratan
1 Menerima /menyusun
konsep surat 1) dan 2)
Tidak
Tidak
Ya
4 Memeriksa dan
menandatangani konsep 3) dan 4)
surat
5 Memberi nomor surat Ya
keluar 5)
6 Menyiapkan kelengkapan
surat 6)
8 Mengirim surat
8)
9
Menyimpan arsip tanda 9)
serah terima surat
Mekanisme pembuatan surat keluar yang tidak melalui proses disposisi diawali
dengan pembuatan konsep surat. Pengadministrasi persuratan menyusun konsep surat
seauai dengan arahan pimpinan, kemudian diperiksa oleh pengawas atau administrator
untuk memastikan kesesuaian dengan peraturan dan perundang undangan mengenai tata
naskah dinas di lingkungan Kemendikbud dan arahan pimpinan. Apabila terjadi kesalahan,
maka dikembalikan ke pengadministrasi persuratan untuk diperbaiki. Konsep surat yang
sudah benar diparaf sebagai persetujuan yang diteruskan kepada administrator untuk
diperiksa selanjutnya apabila terjadi kesalahan dikembalikan kepada pengawas untuk
diperbaiki, konsep yang sudah benar maka akan diparaf dan diteruskan kepada pimpinan
untuk ditandatangani. Pimpinan melakukan pemeriksaan konsep yang telah diajukan
administrator untuk memastikan kesesuaian dengan ketentuan. Apabila sudah sesuai maka
surat akan ditandatangani dan surat yang salah akan dikembalikan kepada administrator
untuk diperbaiki. Pengadministrasi persuratan memberikan nomor dan tanggal melalui
sistem setelah surat ditandatangani oleh pimpinan. Pengadministrasi persuratan mengirim
secara elektronik atau mengirim secara manual melalui jasa ekspedisi atau caraka serta
membuat tanda serah surat untuk disimpan
B. Persyaratan
a. Koneksi internet
b. Peladen / server
c. Dinding api
d. Komputer klien
e. Pemindai
f. Printer/ alat cetak
2. Suprastruktur
a. Pengelola naskah dinas elektronik
b. Admin unit
c. Prosedur Operasional Standar (POS)
C. Spesifikasi Sistem
2. Spesifikasi nonfungsional
a. Keamanan sistem
Sistem pengelolalan naskah dinas elektronik yang berada di kemendikbud
menjamin proses autentikasi secara aman dengan melakukan pengecekan nama
dan kata sandi sehingga sistem dapat mengenali pengguna berdasarkan
kewenangan yang telah ditentukan untuk setiap pengguna.
DAFTAR PUSTAKA
Kemendikbud, (2015) Peraturan Menteri pendidikan dan Kebudayaan Nomor 74 Tahun 2015
tentang Tata Naskah Dinas di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
Jakarta: Kemendikbud
Kemendikbud, (2015) Peraturan Menteri pendidikan dan Kebudayaan Nomor 11 Tahun 2015
tentang Organisasi dan Tata Kerja di lingkungan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, Jakarta: Kemendikbud
UNIT 2
BAHASA INDONESIA UNTUK
SURAT MENYURAT KEDINASAN
TATA NASKAH DINAS
BAB
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Deskripsi Singkat
Mata pelatihan ini memfasilitasi peserta dalam penggunaan bahasa Indonesia dalam naskah
dinas yang meliputi penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, ejaan, bentuk kata,
pilihan kata, teknik penyusunan kalimat, teknik penyusunan paragraf, dan penggunaan bahasa
Indonesia dalam naskah dinas di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Pembelajaran dilaksanakan dengan mengacu pembelajaran andragogi dengan mengedepankan
bagaimana menerapkan penggunaan bahasa Indonesia dalam naskah dinas dengan baik dan
benar.
C. Hasil Belajar
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diharapkan mampu menerapkan kaidah bahasa
Indonesia yang baik dan benar dalam menyusun naskah dinas terkait dengan pelaksanaan tugas
jabatannya.
35
D. Indikator Keberhasilan
E. Materi Pokok
36
BAB
2
BAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN
BENAR
Indikator keberhasilan:
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diklat diharapkan mampu:
1) memahami ragam bahasa; 2) menjelaskan arti pentingnya bahasa Indonesia yang baik dan
benar; dan 3) menerapkan bahasa Indonesia yang baik dan benar di lingkungan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan
A. Ragam Bahasa
Untuk mempermudah memahami pengertian bahasa Indonesia yang balk dan benar, lebih
dahulu perlu dijelaskan masalah ragam bahasa karena kedua konsep itu saling terkait. Artinya,
dengan memahami konsep ragam bahasa, peserta akan menjadi lebih mudah memahami
konsep bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Bahasa Indonesia di dalam praktik penggunaannya sebenarnya beragam-ragam. Ragam bahasa
yang dimaksud di sini adalah variasi penggunaan bahasa yang timbul karena sarana, situasi, dan
bidang pemakaian yang berbeda-beda.
Berdasarkan sarana pemakaiannya, ragam bahasa dapat dibedakan atas ragam lisan dan
ragam tulis. Kedua ragam ini memiliki perbedaan. Unsur-unsur bahasa yang digunakan di dalam
ragam lisan cenderung tidak selengkap ragam tulis karena informasi yang disampaikan secara
lisan dapat diperjelas dengan menggunakan intonasi atau tekanan suara, gerak-gerik anggota
badan atau ekspresi wajah, serta situasi tempat komunikasi itu berlangsung. Hal-hal semacam
itu tidak terdapat pada ragam bahasa tulis. Oleh karena itu, agar informasi yang disampaikan
secara tertulis menjadi jelas, unsur-unsur bahasa yang digunakannya harus lengkap. Jika unsur-
unsur kebahasaan itu tidak lengkap, ada kemungkinan informasi yang disampaikan pun menjadi
tidak jelas dan sulit dipahami secara tepat.
37
Sementara itu, jika dilihat dari tingkat keresmian situasi penggunaannya, ragam bahasa dapat
dibedakan atas ragam resmi dan ragam tidak resmi atau ragam formal dan ragam informal.
Ragam resmi atau ragam formal merupakan ragam bahasa yang digunakan dalam situasi
penggunaan bahasa yang resmi, sedangkan ragam tidak resmi atau ragam informal digunakan
dalam situasi yang tidak resmi. Ragam resmi ditandai dengan penggunaan unsur-unsur
kebahasaan yang memperlihatkan tingkat kebakuan yang tinggi. Sebaliknya, ragam tidak resmi
ditandai dengan penggunaan unsur-ursur kebahasaan yang memperlihatkan tingkat kebakuan
yang rendah.
Pada gilirannya jika kedua faktor pembeda ragam bahasa itu dipadukan, akan ditemukan ragam
bahasa lisan resmi dan ragam bahasa lisan yang tidak resmi. Di samping itu, ada pula ragam
bahasa tulis yang resmi dan ragam bahasa tulis yang tidak resmi. Ragam bahasa lisan yang
bersifat resmi, antara lain, digunakan dalam pembicaraan pada seminar, simposium, pidato,
dan rapat dinas, sedangkan ragam lisan yang tidak resmi, antara lain, digunakan dalam
pembicaraan di rumah, di kantin, dan dalam transaksi jual beli di pasar. Sementara itu, ragam
bahasa tulis yang resmi, antara lain, digunakan dalam penulisan skripsi, surat dinas, laporan
dinas, laporan penelitian, dan laporan hasil pemeriksaan, sedangkan ragam tulis yang tidak
resmi, antara lain, digunakan dalam menulis buku harian, catatan pribadi, dan surat-surat
pribadi. Dalam hal tersebut, ragam bahasa lisan yang resmi pada dasarnya hampir sama dengan
ragam bahasa tulis yang resmi, terutama dalam hal tingkat kebakuan dan kelengkapan unsur
kebahasaan yang digunakan.
Selain yang telah dibahas di atas, ragam bahasa dapat pula dibedakan dari segi norma
penggunaannya. Dari segi normanya ini ragam bahasa dapat dibedakan atas ragam baku dan
ragam tidak baku. Ragam baku adalah ragam bahasa yang digunakan sesuai dengan norma atau
kaidah yang berlaku, baik kaidah ejaan maupun tata bahasa, sedangkan ragam tidak baku
adalah ragam bahasa yang menyimpang atau tidak sesuai dengan kaidah yang berlaku.
Jika dikaitkan dengan sarana penggunaannya, dapat ditemukan adanya ragam lisan baku dan
ragam lisan tidak baku. Begitu juga ada ragam tulis baku dan ragam tulis yang tidak baku.
Ragam lisan baku penggunaannya sesuai dengan ragam lisan resmi, dan ragam lisan tidak baku
penggunaannya sesuai dengan ragam lisan tidak resmi. Demikian pula ragam tulis baku yang
penggunaannya sesuai dengan ragam tulis resmi dan ragam tulis tidak baku penggunaannya
sesuai dengan ragam tulis tidak resmi. Oleh karena itu, ragam baku kadang-kadang juga
diidentikkan dengan ragam resmi.
Pengidentikan semacam itu sebenarnya tidak masalah karena keduanya memang bersesuaian,
terutama dalam hal penggunaannya, yakni antara ragam baku dan ragam resmi, juga antara
ragam tidak baku dan ragam tidak resmi. Hal itu berarti bahwa ragam baku memang digunakan
untuk keperluan penggunaan bahasa yang resmi, sedangkan ragam tidak baku digunakan untuk
keperluan penggunaan bahasa dalam situasi yang tidak resmi.
Lebih lanjut, ragam bahasa dapat pula dibedakan berdasarkan bidang penggunaannya.
Berdasarkan itu, ragam bahasa dapat dibedakan atas ragam sastra, ragam hukum, ragam
38
jurnalistik, ragam ekonomi, ragam teknologi, dan sebagainya sesuai dengan bidang
penggunaannya. Dalam hal itu, tiap-tiap ragam tersebut tentu mempunyai ciri yang berbeda.
Ragam bahasa dapat pula dibedakan dari segi pendidikan. Berdasarkan itu, ragam bahasa dapat
dibedakan atas ragam terdidik dan ragam tidak terdidik. Penandanya adalah bahwa orang yang
terdidik cenderung dapat mengucapkan kata-kata secara fasih dan dapat menyusun kalimat
secara teratur dan sistematis. Sebaliknya, orang yang tidak terdidik cenderung tidak dapat
melakukan hal itu secara tepat.
Konsep bahasa Indonesia yang baik dan benar pada dasarnya tidak dapat dilepaskan dari
konteks penggunaan bahasa Indonesia yang beragam-ragam seperti yang telah dijelaskan di
atas. Bahasa Indonesia yang baik, dalam hal ini, adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesuai
dengan situasi penggunaannya, sedangkan bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa
Indonesia yang digunakan sesuai dengan kaidah yang berlaku. Dengan demikian, bahasa
Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan situasi
dan sekaligus sesuai pula dengan kaidahnya. Meskipun demikian, selama ini tidak sedikit
pemakai bahasa yang beranggapan bahwa pengertian bahasa Indonesia yang baik dan benar
sama dengan bahasa Indonesia yang baku. Anggapan semacam itu tentu saja tidak tepat
karena kedua konsep tersebut sebenarnya mengandung pengertian yang berbeda.
Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar pada dasarnya meliputi seluruh situasi, baik
resmi maupun tidak resmi. Jika situasi penggunaan bahasa itu bersifat resmi, bahasa yang
digunakannya pun harus dapat mencerminkan keresmian situasi itu. Dalam hal ini, bahasa yang
dapat mencerminkan keresmian itu adalah bahasa yang baku. Sebaliknya, jika situasi
penggunaan bahasanya tidak resmi, bahasa yang digunakannya pun tidak harus bahasa yang
baku. Bahasa yang tidak baku juga dapat digunakan dalam situasi yang tidak resmi itu.
Berbeda dengan hal di atas, bahasa Indonesia yang baku adalah bahasa Indonesia yang
digunakan sesuai dengan kaidah atau norma yang berlaku. Bahasa yang baku seperti itu hanya
lazim digunakan dalam situasi yang resmi. Oleh karena itu, bahasa yang baku kadang-kadang
juga disebut bahasa resmi. Karena hanya digunakan di dalam situasi yang resmi, bahasa yang
baku hanya merupakan salah satu bagian dari bahasa Indonesia yang baik dan benar.
39
40
BAB
3
EJAAN, BENTUK KATA, DAN PILIHAN KATA
DALAM NASKAH DINAS
Indikator keberhasilan:
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diklat diharapkan mampu menerapkan:
1) kaidah penulisan huruf dan kata; 2) kaidah penulisan serapan, singkatan, dan akronim; 3)
kaidah penggunaan tanda baca; serta 4) bentuk kata dan pilihan kata yang benar dalam
penulisan naskah dinas
Naskah dinas adalah suatu jenis naskah yang digunakan untuk keperluan kedinasan, yaitu
sebagai alat komunikasi kedinasan dalam bentuk tertulis. Sebagai alat komunikasi kedinasan,
bentuk naskah dinas dapat berupa laporan dinas, peraturan perundang-undangan, dan surat-
surat dinas. Karena digunakan untuk keperluan kedinasan, naskah dinas merupakan alat
komunikasi tertulis yang resmi. Oleh karena itu, bahasa yang digunakannya pun haruslah
bahasa yang dapat mencerminkan keresmian, yaitu bahasa yang baku.
Bahasa yang baku, sebagaimana yang telah dijelaskan pada Bab I, merupakan ragam bahasa
yang digunakan sesuai dengan kaidah, baik kaidah ejaan (tata tulis), tata bentukan kata, pilihan
kata, tata kalimat, maupun tata paragraf. Untuk memahami penggunaan bahasa Indonesia yang
sesuai dengan tuntutan itu, berikut ini disajikan kaidah-kaidah bahasa tersebut satu per satu.
Ejaan yang digunakan dalam bahasa Indonesia saat ini adalah Ejaan Bahasa Indonesia yang
diresmikan berdasarkan Permendikbud No. 50 Tahun 2015 tentang Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia. Dalam hal ini, yang dimaksud ejaan adalah kaidah bahasa yang mengatur
41
penulisan huruf, penulisan kata, penggunaan tanda baca, dan penulisan unsur serapan.
Pengaturan tersebut secara lebih teperinci dijelaskan pada bagian berikut.
1. Penulisan Huruf
Penulisan huruf yang diatur dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas dua macam, yaitu
penulisan huruf miring dan penulisan huruf kapital.
a. Huruf Miring
Huruf miring dalam bahasa Indonesia digunakan untuk hal-hal berikut.
1) Huruf miring digunakan untuk menuliskan judul buku, nama majalah, dan nama
surat kabar yang terdapat di dalam teks.
Misalnya: buku Pedoman Penulisan Laporan Dinas; majalah Tempo;
harian Kompas
2) Huruf miring digunakan untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, kata, atau
kelompok kata di dalam suatu teks.
Misalnya: Huruf pertama kata abad adalah a.
Surat tugas itu harus segera dikirimkan.
3) Huruf miring digunakan untuk menuliskan nama ilmiah, ungkapan, kata, atau istilah
asing/daerah.
Misalnya: LTP atau audit finding sheets adalah himpunan dan sintesis dari data
dan informasi yang diolah selama melakukan tugas pemeriksaan.
Kata pelanggan digunakan sebagai padanan kata customer. Kebutuhan
pokok manusia itu meliputi pangan, sandang, dan papan
b. Huruf Kapital
Dalam bahasa Indonesia penggunaan huruf kapital ada dua macam, yaitu kapital
seluruhnya dan kapital pada awal kata saja. Huruf kapital seluruhnya digunakan untuk
menuliskan
1) judul utama,
2) judul judul bab,
3) judul kata pengantar,
4) judul daftar isi, dan
5) judul daftar pustaka.
Sementara itu, huruf kapital pada awal kata digunakan sebagai huruf pertama untuk hal-
hal berikut.
1) Huruf kapital digunakan untuk menulis ungkapan yang berhubungan dengan nama
Tuhan, agama, dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Misalnya: Allah, Tuhan Alquran
Yang Mahakuasa Injil
rahmat-Nya Islam
hamba-Mu Kristen
2) Huruf kapital digunakan untuk menulis nama gelar kehormatan, keturunan, dan
keagamaan yang diikuti nama orang.
42
Misalnya: Sultan Hasanuddin Imam Syafi'i
Haji Ahmad Nabi Musa
3) Huruf kapital digunakan untuk menuliskan unsur nama jabatan dan pangkat yang
diikuti nama orang, instansi, atau tempat.
Misalnya: Sekretaris Jenderal PBB Kapten Purnomo
Bupati Rembang Gubernur DKI Jakarta
4) Huruf kapital digunakan untuk menuliskan nama bangsa, suku bangsa, bahasa, dan
geografi.
Misalnya: bangsa Indonesia Jalan Kartini No. 17
suku Sunda Selat Lombok
bahasa Jawa Danau Toba
5) Huruf kapital digunakan untuk menuliskan nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan
peristiwa bersejarah;
Misalnya: tahun Masehi hari Natal
bulan Januari Perang Dunia I
hari Kamis Sumpah Pemuda 1928
6) Huruf kapital digunakan untuk menuliskan unsur nama orang, negara, lembaga,
organisasi, dan dokumen resmi.
Misalnya: Imam Gazali
Amerika Serikat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Undang-Undang Dasar 1945
7) Huruf kapital digunakan untuk menulis kata kekerabatan yang digunakan sebagai
sapaan.
Misalnya: Atas perhatian Bapak, kami ucapkan terima kasih.
Surat Saudara sudah kami terima dengan baik.
2. Penulisan Kata
Penulisan kata dibedakan atas kata tunggal dan gabungan kata. Penulisan kata-kata tunggal
tidak ada masalah karena kata-kata seperti itu ditulis terpisah dari unsur yang lain, baik
unsur yang terdapat di depan maupun di belakangnya.
a. Gabungan Kata
Berbeda dengan kata tunggal, gabungan kata yang unsur-unsurnya berupa unsur bebas
atau unsur yang dapat berdiri sendiri sebagai kata ada yang ditulis terpisah, yaitu jika
tidak berimbuhan atau hanya berimbuhan awalan/akhiran, tetapi ada pula yang ditulis
serangkai, yaitu jika mendapat imbuhan awalan dan akhiran sekaligus. Cara penulisan
yang sesuai dengan aturan tersebut disebut baku, sedangkan yang tidak sesuai dengan
itu disebut tidak baku. Dalam naskah dinas, cara penulisan yang harus diikuti adalah
yang baku, seperti yang tampak pada contoh berikut.
43
Penulisan yang Baku Tidak Baku
serah terima serahterima/serah-terima
tata usaha tatausaha/tata-usaha
uji coba ujicoba/uji-coba
kerja sama kerjasama/kerja-sama
peran serta peranserta/peran-serta
juru tulis jurutulis/juru-tulis
daya cipta dayacipta/daya-cipta
tolok ukur tolokukur/tolok-ukur
sumber daya sumberdaya/sumber-daya
Meskipun gabungan kata seperti itu mendapat imbuhan, penulisannya tetap dipisah
apabila imbuhan itu hanya berupa awalan atau akhiran.
Misalnya:
Penulisan yang Baku Tidak Baku
bertanggung jawab bertanggungjawab/bertanggung-jawab
bekerja sama bekerjasama/bekerja-sama
diuji coba diujicoba/diuji-coba
berperan serta berperanserta/berperan-serta
berdaya guna berperanserta/berperan-serta
berdaya guna berdayaguna/berdaya-guna
berterima kasih berterimakasih/berterima-kasih
sebar luaskan sebarluaskan/sebar-luaskan
beri tahukan beritahukan/beri-tahukan
tanda tangani tandatangani/tanda-tangani
Apabila gabungan kata seperti itu mendapat imbuhan awalan dan akhiran sekaligus,
penulisannya digabungkan menjadi satu kata.
Misalnya:
Penulisan yang Baku Tidak Baku
penandatanganan penanda tanganan/penanda-tanganan
pertanggungjawaban pertanggungan jawab/ pertanggung-jawaban
diserahterimakan diserah terimakan/diserah-terimakan
kesalahpahaman kesalah pahaman/kesalah-pahaman
ketidakhadiran ketidak hadiran/ketidak-hadiran
penyalahgunaan penyalah gunaan/penyalah-gunaan
Berbeda dengan itu, gabungan kata yang salah satu unsurnya berupa unsur terikat
ditulis serangkai dalam satu kata.
Misalnya:
Penulisan yang Baku Tidak Baku
subsektor sub sektor/sub-sektor
subbagian sub bagian/sub-bagian
nonmigas non migas/non-migas
nonformal non formal/non-formal
44
Penulisan yang Baku Tidak Baku
pramuniaga pramu niaga/pramu-niaga
narapidana nara pidana/nara-pidana
narasumber nara sumber/nara-sumber
pascasarjana pasca sarjana/pasca-sarjana
purnajual purna jual/purna-jual
prasejarah pra sejarah/pra-sejarah
antarkota antar kota/antar-kota
tunawisma tuna wisma/tuna-wisma
dwifungsi dwifungsi
saptapesona sapta pesona/sapta-pesona
dasawarsa dasa warsa/dasa-warsa
b. Bentuk di
Bentuk di dalam bahasa Indonesia memiliki dua kategori, yaitu sebagai awalan dan
sebagai kata depan. Sebagai awalan, bentuk di- ditulis serangkai dengan unsur yang
mengikutinya. Ciri-cirinya adalah (1) merupakan kata kerja dan (2) berpasangan dengan
awalan me-.
Misalnya:
ditulis menulis
dilaksanakan melaksanakan
diantisipasi mengantisipasi
Sebagai kata depan, bentuk di ditulis terpisah dari unsur yang mengikutinya. Ciri-cirinya
adalah (1) menyatakan makna 'tempat', (2) berpasangan dengan ke dan dari, dan (3)
menjadi jawaban pertanyaan di mana.
Misalnya:
di samping ke samping dari samping
di kantor ke kantor dari kantor
di atas ke atas dari atas
di bawah ke bawah dari bawah
c. Bentuk per
1) Bentuk per ditulis terpisah dari unsur yang mengikutinya jika berarti
(a) 'mulai', (b) 'demi', (c) 'tiap', dan (d) 'melalui'.
Misalnya:
(a) Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April.
(b) Semua orang yang diduga terlibat peristiwa itu dipanggil satu per satu.
(c) Harga saham PT Bunaken Rp25.000,00 per lembar.
45
(d) Pesan itu saya terima per telepon.
2) Bentuk per ditulis serangkai dengan unsur yang mengikutinya jika menyatakan
bilangan pecahan atau sebagai imbuhan.
Misalnya:
dua pertiga pertanian
tiga perempat perkebunan
satu persepuluh persegi
d. Bentuk pun
1) Bentuk pun ditulis terpisah dari unsur yang mengikutinya jika berarti 'juga' atau
'saja'.
Misalnya:
(a) Temuannya pun tidak perlu diragukan lagi.
(b) Produk dalam negeri pun tidak kalah kualitasnya.
(c) Siapa pun tidak perlu meragukan temuan itu.
(d) Jangankan bersaing, bertahan pun perusahaan itu sulit.
2) Bentuk pun ditulis serangkai jika sudah terpadu benar dengan unsur yang
diikutinya.
Misalnya:
walaupun meskipun bagaimanapun
biarpun sungguhpun kendatipun
ataupun maupun adapun
e. Bentuk Ulang
Bentuk ulang dalam bahasa Indonesia ditulis ulang dengan menggunakan tanda hubung
(-), bukan angka dua.
Misalnya:
Penulisan yang Baku Tidak Baku
terus-menerus terus menerus
prinsip-prinsip prinsip prinsip
tiap-tiap tiap tiap
masing-masing masing masing
46
3. Penulisan Unsur Serapan
Sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan di dalam Pedoman Umum Pembentukan
Istilah, bahasa asing dapat dimanfaatkan sebagai salah satu sumber dalam pengembangan
bahasa Indonesia, khususnya memperkaya kosakata dan istilah. Dalam hal ini, unsur bahasa
asing itu dapat dimanfaatkan melalui penerjemahan, penyerapan atau penyesuaian ejaan,
dan penyerapan sekaligus dengan penerjemahan.
Beberapa contoh unsur bahasa asing yang dimanfaatkan melalui penerjemahan adalah
sebagai berikut.
shophouse -----> ruko (rumah toko)
industrial estate -----> kawasan industri
balanced budget -----> anggaran berimbang
input -----> masukan
output -----> keluaran
cross reference -----> rujuk silang
Berikut ini adalah beberapa contoh unsur bahasa asing yang dimanfaatkan melalui
penyerapan atau penyesuaian ejaan.
agent -----> agen
energy -----> energi
standardization -----> standardisasi
apartment -----> apartemen
variable -----> variabel
Di samping itu, ada pula unsur bahasa asing yang dimanfaatkan melalui penerjemahan yang
sekaligus disertai pula dengan penyerapan.
Misalnya:
subdivision -----> subbagian
inflation rate -----> laju inflasi
accumulation of cost -----> akumulasi biaya
active trading -----> perdagangan aktif
database -----> pangkalan data
Seperti yang tampak pada contoh di atas, unsur serapan dalam bahasa Indonesia ditulis
sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia. Hal itu karena unsur serapan tersebut sudah
menjadi warga kosakata atau istilah bahasa Indonesia sehingga tidak lagi ditulis dengan
huruf miring.
47
4. Penulisan Singkatan dan Akronim
Singkatan ialah kependekan yang berupa huruf atau gabungan huruf yang dilafalkan huruf
demi huruf. Cara penulisan singkatan ada tiga macam, yaitu singkatan umum yang diambil
dan huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik, kecuali singkatan nama
orang dan singkatan nama gelar. Dengan demikian, singkatan umum ditulis dengan huruf
kapital tanpa tanda titik, sedangkan singkatan nama orang dan nama gelar ditulis dengan
huruf kapital dan masing-masing diikuti tanda titik.
Misalnya:
a) KPK [ka-pe-ka]
PT [pe-te]
DPR [de-pe-er]
SMP [es-em-pe]
b) Subandrio, S.H. (Sarjana Hukum)
Susilowati, S.E. (Sarjana Ekonomi)
Hermawan P.S. (Putra Sampurna)
Berbeda dengan itu, meskipun diambil dan huruf awal kata, singkatan khusus yang terdiri
atas dua huruf ditulis dengan huruf kecil dan masing-masing diikuti tanda titik, sedangkan
singkatan khusus yang terdiri atas tiga huruf ditulis dengan huruf kecil dan diikuti satu tanda
titik.
Misalnya:
a) a.n. [atas nama], bukan a/n
u.p. [untuk perhatian], bukan u/p
d.a. [dengan alamat], bukan d/a
s.d. [sampai dengan], bukan s/d
b) sdr. [saudara]
dst. [dan seterusnya]
dsb. [dan sebagainya]
dll. [dan lain-lain]
Akronim ialah kependekan yang berupa gabungan huruf awal, suku kata, atau huruf awal
dan suku kata yang ditulis dan dilafalkan seperti kata biasa. Cara penulisan akronim ada tiga
macam, yaitu (a) akronim yang diambil dari huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital
tanpa tanda titik, (b) akronim yang berupa gabungan suku kata yang menjadi nama diri
ditulis dengan huruf awal kapital, dan (c) akronim yang berupa gabungan suku kata yang
tidak menjadi nama diri ditulis dengan huruf kecil seluruhnya.
Misalnya:
a) SIM, FISIP, STIE.
b) Bappenas, Kemendibud, Kadin.
c) raker, rapim, siskamling, tilang.
48
5. Penggunaan Tanda Baca
Tanda baca merupakan unsur yang penting dalam penggunaan bahasa tulis, lebih-lebih
dalam tulisan resmi seperti pada naskah dinas. Dalam hubungan itu, penggunaan tanda
baca yang tidak tepat dapat menimbulkan salah informasi. Misalnya, penggunaan tanda
baca pada kalimat berikut akan mempengaruhi informasi yang disampaikan.
a) Menurut kabar, burung Pak Amat mati.
b) Menurut kabar burung, Pak Amat mati.
c) Menurut kabar burung, Pak, Amat mati.
Penempatan tanda baca yang berbeda menyebabkan ketiga kalimat tersebut mengandung
informasi yang berbeda pula. Informasi yang terkandung pada kalimat (a) yang mati adalah
burung Pak Amat, pada kalimat (b) yang mati adalah Pak Amat, sedangkan pada kalimat (c)
yang mati adalah Amat.
Agar terhindar dari kesalahan dalam penggunaan tanda baca, berikut disajikan beberapa
jenis penggunaan tanda baca.
a. Tanda Titik (.)
Tanda titik digunakan untuk
1) mengakhiri kalimat;
2) memisahkan angka jam, menit, dan detik; serta
3) memisahkan nama penulis, tahun penerbitan, dan judul buku dalam penulisan
daftar pustaka.
b. Tanda Koma (,)
Tanda koma digunakan untuk
1) memisahkan unsur-unsur dalam suatu perincian;
2) memisahkan kalimat setara, yang ditandai dengan kata penghubung tetapi,
melainkan, dan sedangkan;
3) memisahkan anak kalimat dari induknya jika anak kalimat itu
4) mendahului induk kalimatnya;
5) menandai penghubung antarkalimat;
6) memisahkan kata seru;
7) memisahkan bagian-bagian alamat yang ditulis ke samping; dan
8) mengapit keterangan tambahan atau keterangan aposisi.
c. Tanda hubung (-)
Tanda hubung digunakan untuk hal-hal berikut.
1) Tanda hubung digunakan untuk menghubungkan ke dengan angka Arab atau
angka biasa.
Misalnya:
tahap ke-2, atau tahap II bukan tahap ke-II
HUT Ke-I0 atau HUT X, bukan HUT Ke-X
2) Tanda hubung digunakan untuk merangkaikan se- dengan kata berikutnya yang
dimulai dengan huruf kapital, angka dengan -an, dan singkatan dengan imbuhan.
Misalnya:
(a) Se- dengan Kata Berhuruf Kapital
49
se-DKI Jakarta
se-Indonesia
(b) Angka dengan -an
tahun 1990-an
uang 5.000-an
(c) Singkatan Berhuruf Kapital dengan Imbuhan
ber-KTP DKI
di-PTUN-kan
ber-SIM palsu
(d) Imbuhan Bahasa Indonesia dan Kata Asing
di-recall
di-smash
Dalam melaksanakan tugasnya, para aparatur sipil negara perlu memahami bentukbentuk kata
yang benar dalam bahasa Indonesia, yaitu yang sesuai dengan kaidah pembentukan kata. Hal
itu perlu diperhatikan karena bentuk-bentuk kata yang benar atau yang baku itulah yang harus
digunakan dalam penulisan naskah dinas, termasuk dalam penulisan laporan hasil pemeriksaan.
Dalam konteks tersebut, pembentukan kata dalam bahasa Indonesia dapat dilakukan dengan
pengimbuhan, pengulangan, penggabungan imbuhan dan pengulangan, serta penggabungan
kata dasar dan kata dasar atau penggabungan unsur terikat dan kata dasar. Ketentuan tersebut
dijelaskan secara ringkas pada bagian berikut.
1. Pembentukan Kata dengan Pengimbuhan
Pengimbuhan adalah proses penambahan imbuhan pada kata dasar atau bentuk dasar
tertentu dalam pembentukan kata. Dalam bahasa Indonesia, imbuhan yang dapat
ditambahkan pada kata dasar ada empat macam. Pertama, imbuhan yang ditambahkan
pada awal kata atau yang lazim disebut awalan (prefiks); kedua, imbuhan yang
ditambahkan pada akhir kata atau yang lazim disebut akhiran (sufiks); ketiga, imbuhan yang
ditambahkan pada awal dan akhir kata atau yang lazim disebut gabungan imbuhan
(konfiks); dan keempat, imbuhan yang ditambahkan pada tengah kata atau yang lazim
disebut sisipan (infiks). Beberapa contoh pembentukan kata dengan imbuhan tersebut
dapat diperhatikan di bawah ini.
a. Awalan (Prefiks)
50
Dalam bahasa Indonesia pembentukan kata dengan imbuhan yang berupa awalan
dapat dilakukan dengan menambahkan awalan itu pada kata dasar. Awalan-awalan
yang dapat digunakan dalam pembentukan kata bahasa Indonesia, antara lain, tampak
pada contoh berikut.
meN- -----> menulis, membaca, memantau
peN- -----> penulis, pembaca, pemantau
di- -----> ditulis, dibaca, dipantau
ber- -----> bertapa, bermain, belajar
per- -----> pertapa, pemain, pelajar
ter- -----> terpaksa, tersenyum, terpandai
se- -----> senada, sejalan, seirama
ke- -----> ketua, kedua, ketiga
Di antara awalan-awalan tersebut ada yang bentuknya dapat berubah sesuai dengan
lingkungan bunyi yang dimasukinya. Awalan yang bentuknya dapat berubah adalah
meN-, peN-*, ber-, per-, dan ter-. Awalan meN- dapat berubah menjadi me- jika
ditambahkan pada kata dasar yang berawal dengan huruf /m, n, ng, ny, r, w, y/; menjadi
mem- jika ditambahkan pada kata dasar yang berhuruf /p, b, f v/; menjadi men- jika
ditambahkan pada kata dasar yang berawal dengan huruf /t, d, c, j, z, sy/; menjadi
meny- jika ditambahkan pada kata dasar yang berawal dengan huruf /s/; menjadi
meng- jika ditambahkan pada kata dasar yang berawal dengan huruf /k, g, h, kh, vokal/;
menjadi menge- jika ditambahkan pada kata dasar yang bersuku tunggal. Contohnya
dapat diperhatikan berikut ini.
m meN- + minum -----> meminum
n meN- + nilai ----->menilai
ng meN- + nganga ----->menganga
ny meN- + nyanyi ----->menyanyi
meN- -----> me- r meN- + rawat ----->merawat
1 meN- + lepas -----> melepas
w meN- + wangi -----> mewangi
y meN- + yakin +i ----->meyakini
p meN- + pupuk ----->memupuk
b meN- + bawa ----->membawa
meN- -----> mem- f meN- + fitnah ----->memfitnah
v meN- + vonis ----->memvonis
Awalan meN- dan peN- digunakan dalam modul ini dengan pertimbangan bahwa bunyi
nasal (yang dilambangkan dengan N kapital) itulah yang dapat mengalami perubahan
menjadi 0 (zero), m, n, ng, dan ny sesuai dengan lingkungan bunyi (homorgen) yang
dimasukinya. Untuk menyebut awalan yang sama, penulis lain ada yang menggunakan
meng- dan peng- , dan ada pula yang menggunakan me- dan pe-.
t meN- + tulis -----> menulis
d meN- + dapat- -----> mendapat
c meN- + catat -----> mencatat
51
meN- -----> men- j meN- + jaga -----> menjaga
z meN- + ziarah +i -----> meziarahi
sy meN- + syukur +i -----> mensyukuri
meN- -----> meny- s meN- + sapu -----> menyapu
k meN- + kupas -----> mengupas
g meN- + garis -----> menggaris
h meN- + hardik -----> menghardik
kh meN- + khayal -----> mengkhayal
meN- -----> meng- a meN- + ajak -----> mengajak
i meN- + iris ----->mengiris
u meN- + ukur ----->mengukur
e meN- + elak ----->mengelak
o meN- + olok -----> mengolok
meN- -----> meng- kata dasar bersuku tunggal
mN- + cat -----> mengecat
Perubahan awalan meN- pada contoh tersebut berlaku pula bagi awalan peN- karena,
seperti halnya awalan meN-, awalan peN- pun dapat berubah menjadi pe-, pem-, pen-,
peng-, peny-, dan penge- jika ditambahkan pada kata dasar yang berawal dengan huruf-
huruf tersebut. Dalam kenyataannya, bentukan kata yang berawalan peN- memang
mempunyai pertalian bentuk dengan bentukan kata yang berawalan meN-.
Berdasarkan contoh tersebut, dapat pula diketahui bahwa huruf awal pada kata dasar
bahasa Indonesia ada yang berubah/luluh jika kata dasar itu digabungkan dengan
awalan meN- atau peN-. Huruf awal kata dasar yang dimaksud adalah /k, p, t, s/. Sejalan
dengan itu, bentukan kata sejenis mengkupas, mempopulerkan, mentaati, dan
mensukseskan merupakan bentuk kata yang tidak benar karena huruf k, p, t, s pada
awal kata dasarnya tidak diluluhkan. Bentukannya yang benar adalah mengupas,
memopulerkan, menaati, dan menyukseskan. Meskipun demikian, jika huruf k, p, t, s
itu sudah bergabung dengan konsonan lain sehingga membentuk gugus konsonan,
huruf awal yang berupa gugus konsonan itu tidak luluh. Contohnya dapat diperhatikan
berikut ini.
meN-/peN- + kritik -----> mengkritik/pengkritik
meN-/peN- + proses -----> memproses/pemroses
meN-/peN- + tradisi -----> mentransfer/pentransfer
meN-/peN- + skors -----> menskors/penskors
Namun, di antara gugus konsonan itu terdapat perkecualian, khususnya pada gugus
konsonan /pr/. Dalam hal ini, gugus konsonan /pr/ tidak luluh jika ditambah awalan
meN-, tetapi huruf awal /p/ pada gugus konsonan itu luluh jika ditambah awalan peN-,
seperti yang tampak pada kata pemroses, pemrotes, dan pemroduksi. Peluluhan /p/ itu
didasarkan pada pertimbangan kemudahan pelafalan dalam bahasa Indonesia.
52
Seperti yang telah disebutkan di atas, selain awalan meN- dan peN-, awalan ber-
bentuknya juga dapat berubah sesuai dengan lingkungan bunyi yang dimasukinya.
Dalam hal ini, awalan ber- dapat berubah menjadi be- dan bel- atau tetap menjadi ber-
. Awalan ber- berubah menjadi be- jika digabungkan dengan kata dasar yang berawal
dengan huruf /n/ atau kata dasar yang suku kata pertamanya mengandung bunyi [ed].
Awalan ber- menjadi bel- jika digabungkan dengan kata dasar ajar, dan awalan bertetap
menjadi ber- jika digabungkan dengan kata dasar selain yang telah disebutkan itu.
Misalnya:
ber- + roda -----> beroda
ber- + rasa -----> berasa
be- ber- + kerja -----> bekerja
ber- + ternak -----> beternak
ber- -----> bel- ber- + ajar -----> belajar
ber- ber- + kabung -----> berkabung
ber- + tanya -----> bertanya
Awalan lain yang dapat mengalami perubahan adalah awalan per- dan ter-. Seperti
halnya awalan ber-, awalan per- juga dapat berubah menjadi pe- dan pel- atau tetap
menjadi per-, sedangkan awalan ter- hanya dapat berubah menjadi te-. Dalam hal ini,
awalan per- berubah menjadi pe- jika digabungkan dengan kata yang mempunyai
pertalian bentuk dengan kata lain yang berawalan ber-; awalan per- menjadi pel- jika
digabungkan dengan kata dasar ajar; dan awalan per-tidak berubah jika digabungkan
dengan kata dasar tapa dan tanda. Sementara itu, awalan ter- berubah menjadi te- jika
digabungkan dengan kata dasar yang berawal dengan huruf Id, dan tetap menjadi ter
jika digabungkan dengan kata dasar yang lain.
Misalnya:
per- per- + tapa -----> pertapa
per- -----> per- + tanda -----> pertanda
pel- per- + ajar -----> pelajar
pe- per- + tinju -----> petinju
per- + tani -----> petani
ter- + rasa -----> terasa
te- ter- + rekam -----> terekam
ter- -----> ter- + raba -----> teraba
ter- ter- + indah -----> terindah
ter- + tanam -----> tertanam
b. Akhiran (Sufiks)
Akhiran merupakan suatu jenis imbuhan yang ditambahkan pada akhir kata dasar.
Bentuk imbuhan yang berupa akhiran dalam bahasa Indonesia, antara lain, -kan, -an, -
i, -nya, -wan, -man, dan -wati, seperti yang tampak pada contoh berikut.
kan -----> umumkan, sampaikan, sambungkan
-an -----> kubangan, hubungan, sambungan
i- -----> kunjungi, temui, tandai
-nya -----> katanya, padanya, umumnya
53
-wan -----> karyawan, dermawan, budayawan
-man -----> seniman, budiman
-wati -----> karyawati, peragawati, seniwati
Dalam penggunaannya, imbuhan tersebut relatif tidak menimbulkan masalah. Oleh
karena itu, imbuhan yang berupa akhiran itu tidak akan dibahas lebih lanjut di sini.
Pembentukan kata dengan gabungan imbuhan tersebut juga relatif tidak banyak
masalah, kecuali yang berupa gabungan meN-...-kan, meN-...-i, dan peN-...-an. Namun,
kaidah mengenai hal itu (perubahan meN- dan peN-) sudah diuraikan di atas sehingga
tidak perlu dibahas lagi.
d. Sisipan (Infiks)
Sisipan merupakan imbuhan yang tidak produktif lagi dalam bahasa Indonesia. Bentuk
sisipan yang kita kenal hanya ada tiga, yaitu sebagai berikut.
-el- -----> geletar, geligi, gelantung
-em- -----> gemuruh, gemetar
-er- -----> gerigi
54
2. Pembentukan Kata dengan Pengulangan
Pengulangan juga dapat digunakan dalam pembentukan kata, yaitu dengan cara mengulang
sebagian atau seluruh kata itu. Dalam hal ini, tidak sedikit pengulangan yang disertai
dengan pengimbuhan.
Misalnya:
tamu -----> tetamu`
rata -----> rerata
rumah -----> rumah-rumah
satu -----> satu-satu
bermain -----> bermain-main
buka -----> buka-bukaan
kait -----> kait-mengait
Adapun pembentukan kata yang dilakukan dengan penggabungan kata dasar dan kata
dasar umumnya berupa gabungan kata.
Misalnya:
tanda tangan, rumah sakit, terima kasih
tanggung jawab, kerja sama, sumber daya
peran serta, sepak bola, ruang tamu
55
D. Pilihan Kata
Pilihan kata merupakan hal yang penting dalam berbahasa karena pilihan kata yang digunakan
akan menentukan kejelasan informasi yang disampaikan. Jika pilihan kata yang tidak tepat, hal
itu selain dapat menyebabkan ketidakefektifan bahasa yang digunakan dan terganggunya
kejelasan informasi, juga dapat menimbulkan kesalahpahaman terhadap informasi yang
disampaikan. Untuk itu, agar dapat memilih kata secara tepat, kita perlu memahami kriteria
pemilihan kata dalam bahasa Indonesia. Kriteria yang dimaksud adalah sebagai berikut.
(1) Ketepatan
(2) Kecermatan
(3) Keserasian
1. Ketepatan
Ketepatan dalam pemilihan kata berkaitan dengan kemampuan memilih kata yang dapat
mengungkapkan gagasan secara tepat dan gagasan itu dapat diterima secara tepat pula
oleh pembaca/pendengarnya. Dengan kata lain, pilihan kata yang digunakan hendaknya
mampu mewakili gagasan secara tepat sehingga dapat menimbulkan pemahaman yang
sama pada pikiran pembaca/pendengarnya.
Untuk dapat menentukan pilihan kata yang tepat seperti itu, kita dituntut untuk mampu
memahami hal-hal berikut.
a. Perbedaan Makna Denotasi dan Konotasi
b. Perbedaan Makna Kata-Kata yang Bersinonim
c. Penggunaan Kata atau Ungkapan Eufemisme
d. Penggunaan Kata-Kata Generik dan Spesifik
e. Penggunaan Kata-Kata Konkret dan Abstrak, Baik yang Generik maupun yang Spesifik
2. Kecermatan
Kecermatan dalam pemilihan kata berkaitan dengan kemampuan memilih kata yang benar-
benar diperlukan untuk mengungkapkan gagasan tertentu. Agar dapat memilih kata secara
cermat, kita dituntut untuk mampu memahami ekonomi bahasa dan menghindari
penggunaan kata-kata yang dapat menyebabkan kemubaziran serta penggunaan kata yang
berlebihan atau yang berbunga-bunga.
Dalam kaitan itu, yang dimaksud ekonomi bahasa adalah kehematan dalam penggunaan
unsur-unsur kebahasaan. Dengan demikian, kata atau ungkapan yang lebih hemat atau
lebih singkat itulah yang sebaiknya digunakan daripada kata atau ungkapan yang lebih
panjang karena hal itu lebih ekonomis.
Misalnya:
mengadakan penyerangan -----> menyerang
mengajukan saran -----> menyarankan
melakukan kunjungan -----> mengunjungi
Sementara itu, penyebab terjadinya kemubaziran kata juga perlu dipahami. Hal itu
dimaksudkan agar kita dapat memilih dan menggunakakan kata secara cermat sehingga
56
dapat terhindar dari penggunaan kata yang mubazir itu. Penyebab kemubaziran kata yang
dimaksud, antara lain, adalah sebagai berikut.
a. Penggunaan Kata Bermakna Jamak Secara Ganda
Dalam bahasa Indonesia ada sejumlah kata yang sudah bermakna jamak. Namun,
dalam penggunaannya, kata-kata yang sudah bermakna jamak itu masih sering disertai
kata ulang yang juga bermakna jamak, misalnya banyak temuan-temuan atau beberapa
masalah-masalah. Kata banyak dan beberapa sudah bermakna jamak, begitu pula kata
ulang temuan-temuan dan masalah-masalah. Dengan demikian, penggunaan makna
jamak seperti itu tentu berlebihan. Kata-kata yang sudah bermakna jamak itu, selain
banyak dan beberapa, juga ada berbagai, para, semua, segala, segenap, seluruh,
sejumlah, dan sebagian besar. Agar tidak menimbulkan kemubaziran, kata-kata
semacam itu tidak perlu diikuti kata ulang yang bermakna jamak.
57
saling menembak saling memukul
baku tembak baku pukul
d. Konteks Kalimat
Konteks kalimat dalam penggunaan bahasa dapat pula menyebabkan kemubaziran
suatu kata. Maksudnya adalah bahwa suatu kata yang kehadirannya tidak diperlukan
dalam konteks kalimat tertentu akan menjadi mubazir. Contohnya adalah penggunaan
kata daripada yang bukan dalam kalimat perbandingan atau penggunaan kata tanya
seperti di mana atau yang mana yang bukan dalam kalimat tanya. Di samping itu, juga
penggunaan kata tentang atau mengenai di belakang predikat yang berupa kata kerja
transitif, misalnya membahas atau membicarakan (*tentang).
3. Keserasian
Keserasian dalam pemilihan kata berkaitan dengan kemampuan memilih dan
menggunakan kata-kata yang sesuai dengan konteks pemakaiannya. Konteks pemakaian
kata itu dapat berupa konteks kebahasaan dan dapat pula berupa konteks nonkebahasaan.
Sehubungan dengan keserasian yang menyangkut konteks kebahasaan, hal-hal yang perlu
dipertimbangkan meliputi keserasian atau kelayakan
a) penggunaan bentuk gramatikal suatu kata,
b) penggunaan idiom,
c) penggunaan kata atau ungkapan idiomatik,
d) penggunaan majas, dan
e) penggunaan kata atau ungkapan yang lazim.
58
BAB
4
TEKNIK PENYUSUNAN KALIMAT
DALAM NASKAH DINAS
Indikator keberhasilan:
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diklat diharapkan mampu:
1) menyusun kalimat dengan pola, struktur, dan informasi yang lengkap; 2) menggunakan
kalimat dengan pola, struktur, dan kalimat yang lengkap dalam penulisan naskah dinas di
lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
A. Pengertian Kalimat
Dalam kegiatan berbahasa, unsur-unsur kebahasaan yang digunakan sebenamya tidak berupa
kata-kata secara lepas, tetapi kata-kata itu terangkai dalam suatu susunan yang sesuai dengan
kaidah sehingga membentuk rangkaian kata yang dapat mengungkapkan gagasan, pengalaman,
perasaan, atau pikiran yang lengkap. Rangkaian kata yang dapat mengungkapkan gagasan,
pengalaman, perasaan, atau pikiran yang lengkap itulah yang disebut kalimat.
Sehubungan dengan hal tersebut, sebuah kalimat dapat dipahami dari tiga hal, yaitu penanda,
informasi, dan struktur atau susunannya. Ketiga hal itu membentuk satu kesatuan yang tidak
terpisah-pisahkan.
Jika dilihat dari segi penandanya, kalimat (dalam ragam tulis) diawali dengan huruf kapital dan
diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru. Sementara itu, jika dilihat dari segi
informasinya, kalimat merupakan rangkaian kata yang mengandung informasi relatif lengkap.
Sebagai contoh, perhatikan rangkaian kata berikut!
1) Surat tugas itu sudah ditandatangani.
2) Surat tugas yang sudah ditandatangani itu.
Dari segi penandanya, kedua rangkaian kata tersebut sudah memenuhi syarat sebagai kalimat
karena sudah diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Namun, dari segi
informasinya, apakah kedua rangkaian kata itu sudah memenuhi syarat sebagai kalimat?
59
Jika dilihat dari segi informasinya, ternyata rangkaian kata (1) sudah lengkap, sedangkan (2)
belum lengkap. Kelengkapan rangkaian kata (1) ditandai dengan adanya kelompok kata sudah
ditandatangani, yang merupakan jawaban pertanyaan bagaimana surat tugas itu. Berbeda
dengan itu, rangkaian kata (2) belum lengkap karena belum ada jawaban dari pertanyaan
bagaimana surat tugas yang sudah ditandatangani itu. Rangkaian kata (2) akan memiliki
informasi yang lengkap jika ditambah unsur lain, misalnya hilang, sehingga rangkaian kata itu
menjadi Surat tugas yang sudah ditandatangani itu hilang. Dengan demikian, dari segi
informasinya, rangkaian kata (1) sudah memenuhi syarat sebagai kalimat, sedangkan (2) belum.
Rangkaian kata (2) dapat menjadi kalimat jika sudah ditambah unsur lain, misalnya hilang,
seperti yang sudah dicontohkan di atas.
Bagaimana dengan persyaratan ketiga, yaitu struktur atau susunannya? Jika dilihat dari segi
strukturnya, kalimat (dalam ragam tulis resmi) sekurang-kurangnya mengandung dua unsur,
yaitu subjek dan predikat. Dari segi strukturnya ini, rangkaian kata (1) juga sudah memenuhi
syarat sebagai kalimat karena sudah ada unsur subjek, yaitu surat tugas itu, dan unsur predikat,
yaitu sudah ditandatangani. Sementara itu, rangkaian kata (2) baru memenuhi unsur subjek,
yaitu surat tugas yang sudah ditandatangani itu, sedangkan predikatnya belum ada. Dengan
demikian, dari segi stukturnya, rangkaian kata (2) belum memenuhi syarat sebagai kalimat
karena belum ada predikatnya. Rangkaian kata (2) itu dapat menjadi kalimat jika sudah
dilengkapi dengan predikat, misalnya hilang.
Susunan kalimat pada ragam tulis memang sekurang-kurangnya harus mengandung unsur
subjek dan predikat. Namun, jika predikatnya berupa kata kerja transitif, sebuah kalimat—
selain memerlukan unsur subjek dan predikat—juga memerlukan unsur lain, yaitu yang disebut
objek. Sebagai contoh, perhatikan rangkaian kata berikut.
PT Sekar Ayu memproduksi jamu Cap Kelinci.
Unsur PT Sekar Ayu pada kalimat (3) merupakan subjek dan memproduksi merupakan
predikat. Akan tetapi, karena memproduksi merupakan kata kerja transitif, rangkaian kata PT
Sekar Ayu memproduksi belum dapat disebut kalimat meskipun sudah berunsur subjek dan
predikat. Dengan demikian, rangkaian kata itu akan menjadi kalimat jika sudah dilengkapi
dengan objek, yaitu jamu Cap Kelinci, seperti yang tampak pada kalimat (3). Dalam hal ini,
yang dimaksud kata kerja transitif adalah. kata kerja yang memerlukan kehadiran unsur lain
sebagai objek. Kata kerja seperti itu ditandai dengan awalan meN- yang dapat dipasifkan
menjadi di-.
60
B. Unsur Kalimat
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, unsur-unsur kalimat dapat berupa subjek, predikat, dan
objek. Di samping itu, unsur kalimat ada pula yang berupa pelengkap dan keterangan. Secara
singkat, ciri-ciri unsur kalimat itu dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Subjek
Unsur kalimat yang disebut subjek dapat diketahui dari jawaban pertanyaan apa atau
siapa. Dalam kalimat Surat tugas itu sudah ditandatangani, misalnya, jawaban pertanyaan
apa yang sudah ditandatangani adalah surat tugas itu. Dengan demikian, unsur surat tugas
itu dalam kalimat tersebut merupakan subjek.
Pada contoh lain, misalnya, Semua aparatur sipil negara harus mematuhi peraturan,
jawaban pertanyaan siapa yang harus mematuhi peraturan adalah semua aparatur sipil
negara. Dengan demikian, subjek dalam kalimat tersebut adalah semua aparatur sipil
negara.
2. Predikat
Unsur predikat dalam kalimat dapat diketahui dari jawaban pertanyaan bagaimana atau
apa yang dilakukan (oleh subjek). Dalam kalimat yang dicontohkan di atas, misalnya,
jawaban pertanyaan bagaimana surat tugas itu adalah sudah ditandatangani, dan jawaban
apa yang dilakukan semua aparatur sipil negara adalah harus mematuhi. Dengan demikian,
sudah ditandatangani merupakan predikat dalam kalimat Surat tugas itu sudah
ditandatangani dan harus mematuhi merupakan predikat kalimat Semua aparatur sipil
negara harus mematuhi peraturan.
3. Objek
Objek merupakan unsur kalimat yang pada umumnya bersifat wajib (tidak dapat
dihilangkan) dan dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif. Unsur yang disebut objek ini
hanya terdapat pada kalimat yang predikatnya berupa kata kerja transitif. Sebagai contoh,
perhatikan rangkaian kata berikut!
a. PT Sekar Ayu memproduksi jamu Cap Kelinci.
b. Semua aparatur sipil negara harus mematuhi peraturan.
Unsur jamu Cap Kelinci pada kalimat a dan peraturan pada kalimat b merupakan objek karena
unsur-unsur itu keberadaannya dalam kalimat tidak dapat dihilangkan. Apabila unsur tersebut
dihilangkan, kalimatnya menjadi tidak lengkap. Di samping itu, unsur tersebut juga dapat
menjadi subjek dalam kalimat pasif, seperti yang tampak pada perubahannya di bawah ini.
a. Jamu Cap Kelinci diproduksi PT Sekar Ayu.
b. Peraturan harus dipatuhi semua aparatur sipil negara.
61
4. Pelengkap
Seperti halnya objek, unsur kalimat yang disebut pelengkap keberadaannya juga bersifat
wajib atau tidak dapat dihilangkan. Perbedaannya adalah bahwa objek dapat menjadi
subjek dalam kalimat pasif, sedangkan pelengkap tidak dapat menjadi subjek dalam kalimat
pasif karena kalimatnya tidak dapat dipasifkan. Pada kalimat a berikut pelengkapnya adalah
Pancasila dan pada kalimat b pelengkapnya pejabat.
Misalnya:
a. Negara kita berdasarkan Pancasila.
b. Teman saya sekarang menjadi pejabat.
5. Keterangan
Keterangan merupakan unsur kalimat yang keberadaannya bersifat tidak wajib sehingga
unsur itu dapat dihilangkat tanpa mempengaruhi keberterimaan struktur kalimatnya. Pada
kalimat Teman saya sekarang menjadi pejabat, misalnya, unsur sekarang merupakan
keterangan. Unsur itu dapat dihilangkan tanpa mempengaruhi keterterimaan kalimat,
misalnya menjadi Teman saya menjadi pejabat.
Ciri unsur keterangan yang lain adalah bahwa unsur itu posisinya dapat dipindah-pindah di
depan, di tengah, atau di akhir kalimat tanpa memengaruhi makna. Sebagai contoh,
perhatikan rangkaian kata berikut!
a. Teman saya sekarang menjadi pejabat.
b. Sekarang teman saya sekarang menjadi pejabat.
c. Teman saya menjadi pejabat sekarang.
Sebuah kalimat dikatakan memiliki unsur yang lengkap jika sekurang-kurangnya mengandung unsur
subjek dan predikat. Namun, jika predikatnya berupa kata kerja transitif, sebuah kalimat—selain
memerlukan unsur subjek dan predikat—juga memerlukan unsur lain, yaitu objek. Kemudian, jika
predikatnya berupa kata kerja intransitif, sebuah kalimat—selain memerlukan unsur subjek dan
predikat—juga memerlukan unsur lain, yaitu pelengkap. Kelengakapn unsur kalimat seperti itu
sering kurang diperhatikan dalam penggunaan bahasa Indonesia. Akibatnya, muncul kalimat-
kalimat yang tidak lengkap seperti yang terdapat pada contoh berikut ini.
(1) Dalam bab ini akan membahas metode pengumpulan data.
(2) Pembangunan itu untuk menyejahterakan masyarakat.
Jika dilihat dari segi informasinya, kalimat (1) dan (2) sudah mengungkapkan informasi yang jelas.
Namun, jika dilihat dan segi strukturnya, kedua kalimat itu tidak lengkap. Kalimat (1) dikatakan tidak
lengkap karena unsur-unsurnya hanya terdiri atas keterangan (dalam bab ini), predikat (akan
membahas), dan objek (metode pengumpulan data). Dengan demikian, unsur subjeknya tidak ada.
Unsur bab ini sebenarnya dapat menjadi subjek jika kata dalam yang ada di depannya dihilangkan.
Sejalan dengan itu, kalimat (1) dapat menjadi kalimat lengkap jika diubah menjadi (la) berikut.
(la) Bab ini akan membahas metode pengumpulan data.
Di samping itu, jika kata dalam digunakan, kalimatnya harus diubah menjadi pasif, yaitu menjadi
seperti (lb) atau (1c) berikut.
(lb) Dalam bab ini akan dibahas metode pengumpulan data.
62
(1c) Metode pengumpulan data akan dibahas dalam bab ini.
Dalam susunan (lb) dan (1c) unsur dalam bab ini menjadi keterangan, akan dibahas menjadi
predikat, dan metode pengumpulan data menjadi subjek.
Sementara itu, kalimat (2) juga tidak lengkap karena hanya terdiri atas unsur subjek (pembangunan
itu) dan keterangan (untuk menyejahterakan masyarakat). Dengan demikian, kalimat (2) itu tidak
memiliki predikat. Agar menjadi lengkap, kalimat (2) itu harus ditambah predikat, misalnya, dengan
menghilangkan kata untuk atau menambahkan kata baru, misalnya, dilakukan atau bertujuan
sehingga kalimatnya menjadi seperti berikut.
(2a) Pembangunan itu menyejahterakan masyarakat.
(2b) Pembangunan itu dilakukan untuk menyejahterakan masyarakat.
(2c) Pembangunan itu bertujuan menyejahterakan masyarakat.
Pola dasar kalimat yang dimaksud dalam hal ini adalah model atau bentuk kalimat yang mendasari
bentukan kalimat lain yang lebih luas atau lebih panjang. Sebagai contoh, perhatikanlah kalimat
berikut!
(1) Pada kesempatan itu Bupati menyerahkan sejumlah tanda penghargaan kepada warga
masyarakat yang telah berjasa terhadap daerahnya.
(2) Menurut rencana, pelatihan yang diselenggarakan oleh Pusdiklat Pegawai Kemendikbud ini
akan diperpanjang hingga bulan depan.
Jika dilihat dari segi jumlah kata yang digunakan, kalimat (1) dan (2) cukup panjang. Meskipun
demikian, pola dasar kalimat itu sebenarnya cukup singkat, yaitu sebagai berikut.
(1a) Bupati menyerahkan tanda penghargaan. (SPO)
(2a) Pelatihan ini akan diperpanjang. (SP)
Pola dasar yang singkat tersebut, yakni SPO pada (la) dan SP pada (2a), oleh penggunanya diperluas
dengan keterangan-keterangan tertentu sehingga kalimat yang singkat tersebut menjadi kalimat
panjang, yakni (1) dan (2). Mengapa pengguna merasa perlu memperluas kalimat yang singkat
tersebut?
Perluasan pola dasar kalimat semacam itu dilakukan karena keperluan untuk mengungkapkan
tambahan informasi. Dengan hanya menggunakan pola dasar SPO (1 a), misalnya, pengguna bahasa
merasa belum dapat. mengungkapkan informasi secara lengkap. Hal itu karena di dalam pola dasar
(la) itu belum terungkap informasi mengenai kapan penghargaan itu diserahkan, kepada siapa
diserahkannya, dan berapa jumlahnya. Untuk melengkapi informasi itu, pengguna bahasa merasa
perlu menambahkan kelompok kata pada kesempatan itu, kepada warga masyarakat yang telah
berjasa terhadap daerahnya, dan sejumlah sehingga pola dasar (la) itu berubah menjadi panjang
seperti pada kalimat (1) di atas. Dengan pola dasar (2a), yaitu Pelatihan ini akan diperpanjang,
pengguna bahasa pun tampaknya merasa belum dapat menggungkapkan informasi yang lengkap
karena di dalamnya belum ada informasi mengenai dasar perpanjangan, siapa penyelenggara
pertemuan, dan sampai kapan perpanjangan itu dilakukan. Oleh karena itu, dirasa perlu
menambahkan keterangan menurut rencana, yang diselenggarakan Pusdiklat Pegawai
Kemendikbud, dan hingga bulan depan untuk melengkapi kalimat tersebut. Oleh karena itu, pola
dasar (2a) menjadi kalimat panjang seperti yang tampak pada kalimat (2) di atas.
63
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap kalimat bahasa Indonesia, pola dasar kalimat sekurang-
kurangnya terdiri atas empat kategori, yaitu sebagai berikut.
1. Pola Dasar SP (Subjek dan Predikat)
Misalnya:
a. Pekerjaan ini melelahkan.
b. Surat tugas itu sudah dikirimkan.
c. Dosennya sudah hadir.
2. Pola Dasar SPO (Subjek, Predikat, dan Objek)
Misalnya:
a. Pimpinan menugasi saya.
b. Rapim besok akan membahas masalah disiplin pegawai.
c. Mereka sedang mengerjakan tugas dari dosen.
3. Pola dasar SPPel. (subjek-predikat-pelengkap)
Misalnya:
a. Penduduk Indonesia berjumlah 220 juta jiwa.
b. Indonesia termasuk negara berkembang.
c. Beliau menjadi rektor.
4. Pola dasar SPOPel. (subjek-predikat-objek-pelengkap)
Misalnya:
a. Amerika mengirimi Indonesia bantuan tenaga ahli.
b. Pimpinan kantor menghadiahi saya komputer.
c. Mereka membawakan saya oleh-oleh.
Pola-pola dasar kalimat tersebut dapat diperluas menjadi kalimat-kalimat panjang dengan
menambahkan keterangan-keterangan tertentu, dengan menggabungkan dua pola atau lebih, atau
dengan mengubah strukturnya dalam bentuk aktif-pasif, dan sebagainya. Dengan cara seperti itu,
pola dasar kalimat yang terbatas tersebut dapat dikembangkan menjadi kalimat-kalimat yang tidak
terbatas. Dalam hal itu, perlu pula ditambahkan bahwa keterangan tidak termasuk bagian dari pola
dasar kalimat karena keberadaan keterangan tidak bersifat wajib.
Di dalam pengembangannya, meskipun ditambah dengan sejumlah keterangan, sebuah kalimat
akan tetap menjadi kalimat yang efektif, sistematis, dan mengungkapkan informasi yang jelas asal
didasarkan pada pola yang jelas. Jika pengembangan itu dilakukan dengan menambah keterangan,
yang paling aman keterangan tersebut ditempatkan pada awal atau pada akhir kalimat agar kalimat
hasil pengembangan itu tetap sistematis.
Kalimat pada dasarnya dapat dibedakan menjadi berbagai jenis. Namun, berdasarkan polanya,
jenis kalimat itu hanya terdiri atas dua macam, yaitu kalimat tunggal dan kalimat majemuk.
64
1. Kalimat Tunggal (Simpleks)
Kalimat tunggal atau simpleks adalah jenis kalimat yang terdiri atas satu pola dasar, baik
SP, SPO, SPPel, maupun SPOPel. berikut perubahannya. Dengan demikian, betapa pun
panjangnya sebuah kalimat, jika hanya mengandung satu pola dasar, tetap disebut kalimat
tunggal (simpleks). Beberapa contohnya tampak pada sejumlah kalimat yang telah dibahas
di atas.
Permasalahan yang sering terjadi pada kalimat tunggal atau kalimat simpleks adalah bahwa
kalimat itu kadang-kadang tidak lengkap dan kadang-kadang pula tidak tersusun dalam pola
urutan yang benar. Contoh kalimat yang tidak lengkap sudah dibahas di atas, sedangkan
contoh kalimat yang tidak tersusun dengan baik dapat dilihat di bawah ini.
(1) Masalah itu kami sudah laporkan kepada pimpinan.
(2) Pelaksanaan tugas itu akan dilaksanakan bulan depan.
Kalimat (1) dikatakan tidak tersusun dengan baik karena antara kata ganti (kami) dan kata
kerjanya (laporkan) terdapat sisipan kata sudah. Dalam bentuk pasif seperti itu, unsur kata
ganti dan kata kerjanya seharusnya tidak disisipi oleh kata apa pun sehingga susunannya
yang benar tampak seperti pada kalimat (1a) berikut.
(1a) Masalah itu sudah kami laporkan kepada pimpinan.
Jika sesudah kata ganti kami akan disisipi kata sudah, susunannya harus diubah menjadi
kalimat aktif seperti yang tampak pada kalimat berikut.
(1 b) Kami sudah melaporkan masalah itu kepada pimpinan.
Kalimat (2) di atas, yaitu Pelaksanaan tugas itu akan dilaksanakan bulan depan,
dikatakan tidak tepat karena terdapat kesalahan dalam pernalaran, yaitu bahwa
pelaksanaan tugas seharusnya dimulai, bukan dilaksanakan. Dalam hal itu, yang
dilaksanakan adalah tugas, bukan pelaksanaan. Dengan demikian, jika pernalarannya
dicermatkan, kalimat (2) dapat menjadi kalimat yang tersusun dengan baik, seperti yang
tampak pada perubahannya berikut ini.
(2a) Pelaksanaan tugas itu akan dimulai bulan depan.
(2b) Tugas itu akan dilaksanakan bulan depan.
2. Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah jenis kalimat yang terdiri atas dua pola dasar atau lebih. Dengan
demikian, perbedaannya dengan kalimat tunggal terletak pada jumlah pola yang
digunakannya. Kalimat tunggal hanya memiliki satu pola dasar, sedangkan kalimat
majemuk memiliki dua pola dasar atau lebih.
65
Kalimat majemuk ini masih dapat dibedakan lagi atas (a) kalimat majemuk setara, (b)
kalimat majemuk tidak setara/bertingkat, dan (c) kalimat majemuk campuran. (Dalam Tata
Bahasa Baku digunakan istilah kalimat simpleks (tunggal), kalimat majemuk setara
(majemuk), kalimat majemuk bertingkat (kompleks), dan kalimat majemuk kompleks
(majemuk campuran). Secara singkat, ketiga jenis kalimat majemuk itu akan dibahas pada
bagian berikut.
a. Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang unsur-unsurnya memiliki
kedudukan yang sejajar atau setara. Oleh karena itu, unsur pembentuknya—yang
berupa pola dasar tertentu—tidak ada yang menjadi induk kalimat atau anak kalimat.
Hal itu karena semua unsurnya memiliki kedudukan yang setara atau sejajar.
Kalimat majemuk setara umumnya ditandai dengan adanya kata penghubung tertentu
yang menandai kesetaraan. Kata penghubung yang menandai hubungan kesetaraan
itu adalah sebagai berikut.
dan tetapi
atau sedangkan
lalu melainkan
kemudian
Kata penghubung penanda kesetaraan itu termasuk dalam kategori penghubung
intrakalimat. Oleh karena itu, fungsinya selalu menghubungkan bagian yang satu dan
bagian lain dalam sebuah kalimat. Dengan demikian, tidak dibenarkan kata penghubung
tersebut digunakan pada awal kalimat karena hal itu berarti memisahkan, bukan
menghubungkan bagian-bagian dalam sebuah kalimat, seperti yang tampak pada contoh
berikut.
(1) Menanam padi itu mudah. Tetapi tidak semua orang dapat melakukannya.
(2) Tuti sangat periang dan pandai bergaul. Sedangkan adiknya pendiam dan pemalu
(3) Meskipun banyak lapangan kerja baru yang dibuka, tetapi masalah pengangguran
tetap belum dapat teratasi.
Susunan dan cara penulisan ketiga kalimat majemuk tersebut, yaitu (1)— (3), tidak benar
karena pada kalimat (1) dan (2) kata penghubung tetapi dan sedangkan masing-masing
ditempatkan pada awal kalimat. Kata penghubung tersebut seharusnya ditempatkan di
tengah kalimat dan didahului dengan tanda koma, bukan tanda titik, seperti yang tampak
pada (la) dan (2a) berikut.
(la) Menanam padi itu mudah, tetapi tidak semua orang dapat melakukannya.
(2a) Tuti sangat periang dan pandai bergaul, sedangkan adiknya pendiam dan pemalu
Berbeda dengan itu, penggunaan kata penghubung tetapi di tengah kalimat dan kata
penghubung meskipun pada awal kalimat menyebabkan kalimat (3) di atas menjadi rancu.
Agar tidak rancu dan susunannya benar, salah satu dari kedua kata penghubung itu harus
dihilangkan, seperti yang tampak pada perbaikannya di bawah.
(3a) Meskipun banyak lapangan kerja baru yang dibuka, masalah pengangguran
tetap belum dapat teratasi.
(3b) Banyak lapangan kerja baru yang dibuka, tetapi masalah pengangguran tetap
66
belum dapat teratasi.
b. Kalimat Majemuk Tidak Setara/Bertingkat
Kalimat majemuk yang tidak setara kadang-kadang juga disebut kalimat majemuk
bertingkat. Kalimat majemuk ini dikatakan tidak setara karena unsur-unsurnya
memang memiliki kedudukan yang tidak sejajar. Unsur yang satu menjadi bagian inti,
sedangkan unsur yang lain menjadi bagian yang tidak inti. Bagian yang inti itu disebut
induk kalimat, sedangkan yang tidak inti disebut anak kalimat.
Kalimat majemuk yang tidak setara dapat dikenali dari kata penghubung yang
digunakannya. Dalam hal ini, kata penghubung yang menandai ketidaksetaraan, antara
lain, adalah sebagai berikut.
jika agar meskipun
kalau supaya walaupun
apabila sebab sebelum
andaikata akibat sesudah
seandainya karena setelah
bahwa sehingga seusai
Kata-kata penghubung tersebut harus digunakan sesuai dengan hubungan makna yang
dinyatakannya. Jika penggunaan kata penghubung tersebut tidak tepat, strukturnya
pun dapat dipastikan tidak benar. Beberapa contohnya tampak pada kalimat berikut.
(1) Dari hasil penelitian di laboratorium membuktikan bahwa obat ini tidak
berbahaya.
(2) Karena biaya produksinya tinggi sehingga perusahaan itu sering rugi.
Kalimat (1) dan (2) susunannya tidak benar karena di dalam kalimat majemuk itu tidak
ada bagian yang menjadi intinya. Kedua bagian yang menjadi unsurnya masing-masing
memiliki kata penghubung. Oleh karena itu, agar susunannya menjadi benar, salah
satu kata penghubung itu harus dihilangkan seperti yang tampak pada perubahannya
di bawah.
(la) Hasil penelitian di laboratorium membuktikan bahwa obat ini tidak berbahaya.
(1b) Dari hasil penelitian di laboratorium terbukti bahwa obat ini tidak berbahaya.
(2a) Karena biaya produksinya tinggi, perusahaan itu sering rugi.
(2b) Biaya produksinya tinggi sehingga perusahaan itu sering rugi.
67
c. Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat majemuk campuran merupakan kalimat majemuk hasil penggabungan antara
kalimat majemuk setara dan majemuk yang tidak setara. Meskipun demikian, kalimat
majemuk campuran ini tetap memiliki susunan yang benar karena di antara unsur-
unsurnya masih ada yang menjadi bagian inti. Sebagai contoh, perhatikan kalimat
berikut!
(1) Setelah selesai melakukan pemeriksaan, kami segera pulang, sedangkan
Herman dan kawan-kawan masih mempunyai kegiatan lain di kantor.
(2) Karena ingin cepat sampai di rumah, kami terpaksa naik ojek, tetapi beberapa
teman yang lain tidak mau.
Unsur kami segera pulang pada kalimat (1) dan kami terpaksa naik ojek pada kalimat
(2) merupakan unsur inti yang menjadi induk kalimatnya. Oleh karena itu, kedua
kalimat majemuk tersebut tetap merupakan kalimat yang benar walaupun di
dalamnya terdapat dua kata penghubung. Kedua kata penghubung itu berasal dari
kalimat majemuk yang menjadi unsur penggabungnya. Sejalan dengan itu, jika
dikembalikan pada kalimat majemuk asalnya, kedua kalimat majemuk campuran
tersebut menjadi seperti berikut.
(la) Setelah selesai melakukan pemeriksaan, kami segera pulang.
(lb) Kami segera pulang, sedangkan Herman dan kawan-kawan masih mempunyai
kegiatan lain di kantor.
(2a) Karena ingin cepat sampai di rumah, kami terpaksa naik ojek.
(2b) Kami terpaksa naik ojek, tetapi beberapa teman yang lain tidak mau.
68
BAB
5
TEKNIK PENYUSUNAN PARAGRAF
DALAM NASKAH DINAS
Indikator keberhasilan:
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diklat diharapkan mampu:
menerapkan kaidah penyusunan paragraf yang baik dengan aneka jenisnya dalam penulisan
naskah dinas di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
A. Pengertian Paragraf
Dalam bahasa Indonesia istilah paragraf lazim pula disebut alinea. Kedua istilah itu mengacu pada
konsep yang sama, yaitu rangkaian beberapa kalimat yang mengandung satu kesatuan gagasan.
Dalam hal ini, walaupun paragraf diartikan sebagai rangkaian beberapa kalimat yang mengandung
satu kesatuan gagasan, pada kenyataannya ada paragraf yang hanya terdiri atas satu kalimat.
Penanda Paragraf
Secara umum istilah paragraf hanya terdapat pada ragam bahasa tulis karena jalinan kalimat yang
membentuk sebuah paragraf cenderung hanya dapat diidentifikasi dalam bentuk tertulis. Dalam
ragam lisan, cukup sulit mengidentifikasi apakah jalinan kalimat yang diucapkan seseorang itu
berupa paragraf atau bukan. Oleh karena itu, penyebutan paragraf dalam hal ini merujuk pada
ragam bahasa tulis.
Pada ragam bahasa tulis ada dua jenis penanda yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi
paragraf. Pertama, paragraf ditandai dengan permulaan kalimat yang menjorok ke dalam. Paragraf
seperti ini lazim disebut paragraf bertakuk. Dengan permulaan kalimat yang menjorok ke dalam,
pembaca dengan mudah dapat mengenali paragraf. Bahkan, jika perlu, kita pun dapat dengan
mudah menghitung jumlah paragraf dalam sebuah tulisan.
Penanda paragraf yang kedua adalah perenggangan, yaitu dengan memberi jarak tertentu antara
paragraf yang satu dan yang lain. Lebar renggangan itu umumnya lebih lebar daripada renggangan
jarak spasi yang digunakan dalam tulisan yang bersangkutan.
69
B. Paragraf yang Baik
Sebagai suatu bentuk pengungkapan gagasan, sebuah paragraf yang baik hendaknya dapat
memenuhi kriteria kesatuan, kepaduan, ketuntasan, keruntutan, dan konsistensi sudut
pandang. Kriteria tersebut secara berturut-turut akan dibahas di bawah ini.
1. Kesatuan
Sebagai satu kesatuan gagasan, sebuah paragraf yang baik hendaknya hanya mengandung
satu gagasan utama, yang diikuti beberapa gagasan pengembang atau penjelas. Oleh
karena itu, rangkaian kalimat yang terjalin dalam sebuah paragraf hanya mempersoalkan
satu masalah atau satu gagasan utama. Dengan demikian, jika dalam satu paragraf terdapat
dua gagasan utama atau lebih, tiaptiap gagasan utama itu seharusnya diungkapkan dalam
paragraf yang berbeda. Sebaliknya, jika ada dua buah paragraf hanya mengandung satu
gagasan utama, kedua paragraf itu sebaiknya digabungkan menjadi satu.
2. Kepaduan
Untuk mendukung satu kesatuan gagasan, sebuah paragraf harus memperlihatkan
kepaduan hubungan antarkalimat yang terjalin di dalamnya. Kepaduan seperti itu dapat
diketahui dari susunan kalimat yang sistematis, logis, dan mudah dipahami. Kepaduan itu
dapat dicapai jika jalinan kalimat-kalimatnya terangkai secara rapi dan Baling terkait,
misalnya dengan menggunakan beberapa sarana perangkai kalimat dalam paragraf.
Sarana prangkai kalimat dalam paragraf, antara lain, berupa, pengulangan (kata kunci),
penggantian, penghubung antarkalimat, dan keparalelan struktur.
a. Pengulangan
Kepaduan paragraf dapat dibangun dengan mengulang kata yang sama yang
merupakan kata kunci. Kata atau ungkapan yang sama itu sesekali dapat diulang
kembali dalam kalimat berikutnya.
Misalnya:
Di lingkungan kita terdapat begitu banyak sampah. Sudah tentu keberadaan sampah
itu menimbulkan masalah. Untuk mengatasi masalah itu, Minggu lalu kami
mengadakan rapat. Dalam rapat itu ada berbagai hal yang kami bicarakan. Salah satu
di antaranya adalah masalah pemeriksaan yang telah dilakukan di PT Agung Sejahtera.
b. Penggantian
Selain dengan mengulang kata kunci, kepaduan paragraf juga dapat dibangun dengan
menggunakan penggantian atau kata lain yang bersinonim dengan kata kunci,
misalnya virus HIV sesekali dapat disebut virus itu, virus penyebab AIDS, virus tersebut,
atau virus yang mematikan itu. Penggantian dapat pula dilakukan dengan
menggunakan kata ganti dan kata penunjuk.
70
c. Penghubung Antarkalimat
Selain dengan menggunakan pengulangan kata kunci dan penggantian, kepaduan
paragraf juga dapat dibangun dengan menggunakan penghubung antarkalimat.
Penghubung antarkalimat yang dimaksud, antara lain, tampak pada contoh berikut.
oleh karena itu, oleh sebab itu,
dengan demikian, meskipun demikian,
jadi, namun,
akan tetapi, di samping itu.
selain itu, dengan kata lain
d. Keparalelan
Keparalelan yang dimaksud adalah adanya kesejajaran bentuk atau struktur
pengungkapan informasi. Jika pada bagian yang satu bentuknya aktif, bagian yang lain
pun harus demikian. Begitu pula sebaliknya, jika bagian yang satu berbentuk pasif, agar
sejajar, bagian yang lain pun harus berbentuk pasif seperti yang tampak pada contoh
berikut.
Setelah mendapat izin dari pemerintah daerah, warga mulai membangun fasilitas
umum di lahan itu. Konon untuk membangun fasilitas umum. yang berupa gedung olah
raga itu warga harus mengeluarkan tidak kurang dari SOO juta rupiah yang digali dari
dana swadaya murni. Awalnya tidak ada yang mempersoalkan hal itu, tetapi setelah
daerah itu berkembang menjadi permukiman yang maju dengan amat pesat banyak
pihak yang mulai mengungkit status tanah dan bangunan itu. Bahkan, dengan dalih
bahwa karena sudah tidak sesuai dengan kemajuan dan keadaan sekitarnya,
pemerintah daerah akan memugar dan mengambil alih pengelolaannya.
3. Keruntutan
Runtut berarti berurutan secara sistematis. Dalam paragraf, keruntutan dalam penyajian
informasi dilakukan dengan mengemukakan informasi secara runtut dalam pola urutan
yang mudah diikuti pembaca. Ada beberapa model urutan penyajian informasi dalam
paragraf dan tiap model mempunyai kelebihannya masing-masing. Model yang dimaksud,
antara lain, adalah model urutan waktu, urutan tempat, urutan umum-khusus atau khusus-
umum, urutan pertanyaan dan jawaban, serta urutan sebab-akibat.
4. Ketuntasan
Sebuah paragraf yang baik juga harus dapat mengungkapkan gagasan secara tuntas.
Artinya, paragraf itu harus dapat menyajikan informasi secara lengkap sehingga pembaca
tidak dibuat bertanya-tanya tentang kelanjutannya. Sebagai contoh, kalau dalam perincian
atau penjelasan digunakan kata pertama, berarti sekurang-kurangnya harus ada kata
kedua, dan bisa juga ada ketiga, tidak seperti pada paragraf berikut: ada kata pertama,
tetapi kata kedua tidak ada.
Ada beberapa cara yang dapat mencegah penyebaran demam berdarah. Pertama,
memberantas tempat berkembang biak nyamuk penyebar demam berdarah. Seperti kita
71
ketahui bersama, nyamuk demam berdarah biasanya berkembang biak di air yang
menggenang. Oleh karena itu, benda-benda yang dapat menampung air harus dikubur
dalam tanah, bak-bak penampungan air harus ditutup rapat, dan selokan-selokan yang
mampat harus dialirkan. Dengan demikian, nyamuk-nyamuk itu tidak akan mempunyai
sarang untuk berkembang biak.
C. Jenis Paragraf
Paragraf pada dasarnya dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis. Pembedaan jenis paragraf
itu dapat didasarkan pada fungsi, strktur informasi, dan gaya penyajiannya. Secara singkat,
jenis-jenis paragraf itu dijelaskan sebagai berikut.
1. Berdasarkan Fungsinya
Berdasarkan fungsinya, paragraf dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu paragraf
pembuka, pengembang, dan penutup. Ketiga jenis paragraf tersebut secara ringkas dapat
dijelaskan sebagai berikut.
a. Paragraf Pembuka
Paragraf pengantar pembuka merupakan jenis paragraf yang berfungsi mengantarkan
pembaca pada pokok persoalan yang akan dikemukakan. Sebagai pengantar, paragraf
ini hendaknya dibuat semenarik mungkin agar dapat memikat perhatian atau minat
pembaca. Di samping itu, paragraf ini hendaknya juga mempunyai kemampuan
menghubungkan pikiran pembaca dengan pokok masalah yang akan disajikan
selanjutnya.
b. Paragraf Pengembang
Paragraf pengembang merupakan jenis paragraf yang berfungsi mengembangkan
pokok persoalan yang telah ditentukan. Di dalam paragraf ini pula penulis
72
menyatakan pokok pikiran yang akan disampaikan dan sekaligus menerangkan atau
mengembangkannya. Pengembangan itu dapat dilakukan dengan cara menganalisis
permasalahan yang dikemukakan dan sekaligus dapat pula memberikan bukti-
buktinya.
c. Paragraf Penutup
Paragraf penutup merupakan jenis paragraf yang berfungsi mengakhiri tulisan atau
sebagai penutup karangan. Isinya dapat berupa suatu simpulan atau rangkuman yang
menandai berakhirnya suatu bahasan.
2. Berdasarkan Strukturnya
Berdasarkan struktur informasinya, paragraf secara umum dapat dibedakan menjadi dua
jenis, yaitu paragraf induktif dan paragraf deduktif. Kedua jenis paragraf tersebut secara
ringkas akan dijelaskan sebagai berikut.
a. Paragraf Induktif
Paragraf induktif adalah suatu jenis paragraf yang menempatkan informasi utama—
yang terkandung pada kalimat topik—pada akhir paragraf. Dengan demikian, struktur
paragraf ini diawali dengan beberapa kalimat penjelas yang mendukung informasi
utama. Setelah itu, barn informasi utama ditampilkan pada bagian akhir. Paragraf ini
sering disebut sebagai paragraf yang diawali dengan informasi yang khusus ke
informasi yang umum. Sebagai contoh, perhatikan paragraf berikut!
Komputer dapat dijadikan alat hiburan. Banyak komputer yang dilengkapi dengan
fasilitas gambar tiga dimensi dan tata suara yang memukau. Hal itu sejalan dengan
perkembangan dunia internet. Oleh karena itu, beberapa komputer kini dirancang
dengan mutu dan fungsi yang makin meningkat sesuai dengan aplikasinya.
b. Paragraf Deduktif
Paragraf deduktif boleh dikatakan sebagai kebalikan dari paragraf induktif. Kalau
paragraf induktif menampilkan informasi utama pada akhir paragraf, paragraf
deduktif menampilkan informasi utama pada awal paragraf. Informasi utama itu
kemudian diikuti dengan informasi penjelas yang terungkap pada kalimat-kalimat
pengembang. Orang sering menyebut paragraf ini diawali dengan hal yang umum ke
hal yang bersifat khusus. Sebagai contoh, perhatikan paragraf berikut.
Kondisi kebun binatang Taru, Solo, makin memprihatinkan. Koleksi satwa
di objek wisata tepian Bengawan Solo itu banyak yang tidak terawat.
Beberapa binatang di sana tampak kurus. Kemarin seekor komodo
bantuan Presiden pun mati.
Dalam penataan informasi pada paragraf sebenarnya tidak hanya dikenal adanya
paragraf induktif dan deduktif. Di samping itu, ada pula paragraf yang bersifat
campuran. Artinya, paragraf diawali dengan informasi penjelas lebih dahulu,
kemudian informasi utama ditempatkan di tengah, dan diakhiri dengan informasi
penjelas lagi.
Berkenaan dengan hal tersebut, dalam mengungkapkan informasi, sebenarnya
73
penulis tidak perlu terpaku pada salah satu jenis paragraf tersebut. Model yang mana
pun dapat digunakan sesuai dengan penataan informasi yang dikehendaki oleh
penulis. Jadi, jenis paragraf tersebut sebenarnya bersifat teoretis dan fleksibel. Dalam
hubungan itu, yang lebih penting adalah bahwa penyajian informasi dalam paragraf
itu dilakukan secara runtut dengan menggunakan kalimat-kalimat yang saling terkait
dan mengacu pada satu kesatuan gagasan.
74
c. Pemerian/Deskripsi
Pemerian atau deskripsi merupakan gaya tulisan yang bertujuan untuk
menggambarkan sejelas-jelasnya suatu objek sehingga pembaca seolah-olah
mengalami sendiri sesuatu yang digambarkan itu.
Sebuah mobil bercat biru yang ditumpangi oleh sepasang muda-mudi
meluncur dengan pelan menyusuri jalan kampung. Kondisi jalan sudah
sepi. Sesekali saja ada truk yang lewat. Udara di sekitar jalan itu masih
terasa lembab dan basah akibat hujan sore tadi.
d. Bahasan/Argumentasi
Bahasan atau argumentasi merupakan corak tulisan yang bertujuan membuktikan
pendapat penulis dan meyakinkan atau memengaruhi pembaca agar is menerima
pendapatnya. Perbedaannya dengan eksposisi adalah bahwa argumentasi berusaha
meyakinkan pembaca dengan bukti-bukti atau alasan yang logis, sedangkan eksposisi
berusaha menjelaskan sesuatu kepada pembaca.
Kedisiplinan berlalu lintas masyarakat Jakarta cenderung menurun. Hal
itu terbukti pada bertambahnya jumlah pelanggaran yang tercatat di
kepolisian. Selain itu, jumlah korban yang meninggal akibat kecelakaan
pun makin meningkat. Oleh karena itu, kesadaran masyarakat terhadap
kedisiplinan berlalu lintas perlu ditingkatkan.
Di samping keempat jenis tersebut, berdasarkan gaya penyajiannya, sebenamya masih
ada satu lagi yang dapat dikelompokkan ke dalam jenis itu, yaitu paragraf persuasi.
Paragraf ini menggambarkan gaya penulisan yang bertujuan mempengaruhi atau
membujuk pembaca agar pembaca terbujuk sehingga mau mengikuti keinginannya.
Paragraf jenis ini biasanya digunakan dalam komunikasi iklan dan kampanye.
75
76
BAB
6
PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA
DALAM NASKAH DINAS
Indikator keberhasilan:
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diklat diharapkan mampu:
menyusun naskah dinas dengan format yang benar dan bagian-bagian yang lengkap dengan
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Penulisan naskah dinas harus mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
74 Tahun 2015 tentang Tata Naskah Dinas. Dalam peraturan ini dijelaskan tentang jenis naskah dinas
dan format yang harus diikuti. Oleh karena itu, jangan mulai menulis naskah dinas sebelum Anda
membaca peraturan tersebut.
1. Pengertian dan Jenis Naskah Dinas Pengaturan
Sebagaimana tercancum dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 74
Tahun 2015, naskah dinas adalah informasi tertulis sebagai alat komunikasi kedinasan yang
dibuat dan/atau dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang di lingkungan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan. Dalam Pasal 2 diperinci bahwa naskah dinas terdiri atas beberapa
jenis berikut: (1) naskah dinas pengaturan, (2) naskah dinas penetapan, (3) naskah dinas
penugasan, (4) naskah dinas korespondensi, (5) naskah dinas khusus, dan (6) naskah dinas
elektronik.
Dalam modul ini tidak dibahas semua jenis surat dinas tersebut, tetapi hanya dipilih dua jenis
naskah dinas, yaitu (1) naskah dinas pengaturan dan (2) naskah dinas korespondensi. Naskah
dinas pengaturan dibagi menjadi tiga, yaitu (1) peraturan, (2) surat edaran, dan (3) prosedur
operasional standar administrasi pemerintahan. Selanjutnya, naskah dinas korespondensi
dibagi menjadi lima, yaitu (1) nota dinas, (2) memo, (3) surat dinas, (4) surat undangan, dan (5)
surat pengantar. Dalam modul ini dibahas naskah dinas pengaturan dan hanya dipilih peraturan
serta naskah dinas korespondensi dan hanya dipilih surat dinas.
77
2. Format Naskah Dinas Pengaturan
Di atas sudah dinyatakan bahwa Anda jangan mulai menulis naskah dinas sebelum
membaca Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 74 Tahun 2015 tentang
Tata Naskah Dinas. Dalam peraturan ini format naskah dinas sudah ditentukan. Oleh karena
itu, kita harus mengikuti format yang ditentukan jika kita menulis naskah dinas. Kita tidak
bisa membuat format sendiri atau mengikuti format surat yang dibuat oleh kementerian
atau instansi lain.
Hal yang harus diingat adalah bahwa format naskah dinas pengaturan, dalam hal ini naskah
peraturan, ditentukan sebagai berikut: (1) kepala, (2) judul, (3) pembukaan, (4) batang
tubuh, (5) penutup, dan (6) lampiran (jika diperlukan). Kepala surat (kop surat) peraturan
sama dengan kepala naskah dinas yang lain, termasuk kepala surat dinas. Aturan dan
contohnya sudah dicantumkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 74 Tahun 2015. Contoh penulisan judul juga sudah dicantumkan dalam peraturan
tersebut. Bagian pembukaan berupa konsiderans menimbang, mengingat, dan
memutuskan. Contoh penulisannya juga sudah dicantumkan dalam peraturan itu.
Penulisan batang tubuh yang terdiri atas pasal dan ayat juga sudah dicontohkan. Begitu
pula penulisan penutup dan lampiran.
78
Frasa sistem pendidikan nasional dan standar pendidikan nasional ditulis dengan huruf kecil
semua karena bukan nama. Ketentuan ejaan ini tidak sama dengan ketentuan dalam
peraturan perundang-undangan. Hal seperti itu juga harus kita ketahui jika kita menulis
peraturan perundang-undangan.
Contoh lain tentang kaidah penulisan peraturan perundang-undangan adalah penulisan
perincian dalam rumusan pasal atau ayat. Di bawah ini diberikan contohnya.
Pasal 5
…………………………..
(1) ...
(2) ...
(3) ...
(4) Bagian peraturan terdiri atas:
a. kepala;
b. judul;
c. pembukaan;
d. batang tubuh;
e. penutup; dan
f. lampiran (jika diperlukan).
Pasal 5 ayat (4) di atas terdapat enam perincian. Penulisan perincian yang diawali dengan
huruf kecil seperti itu sudah sesuai dengan kaidah Ejaan Bahasa Indonesia Karena perincian
itu masih merupakan bagian kalimat. Namun, bagian akhir perincian yang diikuti tanda titik
koma tidak sesuai dengan kaidah ejaan. Seharusnya digunakan tanda koma. Perhatikan
contoh di bawah ini!
Perincian di atas diakhiri dengan tanda koma karena hanya merupakan kata atau kelompok
kata (frasa). Adapun perincian yang berupa klausa diakhiri dengan tanda titik koma.
Perhatikan contoh berikut!
79
Nah, apa itu klausa? Klausa adalah satuan gramatikal yang mengandung predikat dan
berpotensi menjadi kalimat. Secara mudah dapat ditentukan bahwa yang disebut klausa di
dalamnya terdapat predikat. Kebanyakan kata kerja atau verba berfungsi sebagai predikat.
Kata mengadakan, membuat, mengumpulkan dan menyusun pada perincian di atas
merupakan predikat sehingga termasuk klausa. Karena perincian itu termasuk lausa, bukan
frasa, digunakan titik koma pada akhir perincian. Itu kaidan Ejaan Bahasa Indonesia yang
berlaku secara umum. Akan tetapi, dalam penulisan rumusan peraturan perundang-
undangan berlaku aturan khusus seperti yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan,
80
sistematis sesuai dengan aturan yang berlaku dalam penyusunan surat. Untuk itu,
pengonsep surat hendaknya mempunyai pengetahuan dasar tentang suratmenyurat,
memahami prosedur surat-menyurat, dan memiliki keterampilan tentang teknik
penyusunan surat.
b. Surat sebaiknya disusun secara sederhana dan tidak terlalu panjang karena surat yang
panjang dan bertele-tele dapat menjemukan pembacanya. Oleh karena itu, pengonsep
surat perlu memahami prinsip-prinsip dasar komposisi dan mampu menerapkannya
dengan baik. Selain itu, penulis juga dituntut memiliki kemampuan bernalar dengan baik
dan memahami masalah-masalah yang menjadi pokok surat.
c. Surat sebaiknya disusun secara jelas, lugas, dan komunikatif agar dapat dipahami secara
tepat sesuai dengan maksud yang dikehendaki oleh penulis. Surat dikatakan jelas jika isi
atau informasi yang disampaikan di dalam surat mudah dipahami dan unsur-unsurnya
pun dinyatakan secara tegas atau eksplisit. Surat dikatakan lugas jika bahasa yang
digunakan langsung mengungkapkan pokok persoalan yang akan disampaikan, tidak
berbunga-bunga atau berbasabasi. Untuk itu, pengonsep surat harus mempunyai
wawasan dan kemampuan berbahasa Indonesia dengan baik dan benar serta mampu
menggunakannya secara tepat.
d. Surat sebaiknya mencerminkan sikap yang adab dan sopan. Artinya, pernyataan yang
digunakan sopan, simpatik, serta tidak menyinggung perasaan penerima surat.
e. Surat sebaiknya bersih dan rapi. Untuk itu, kertas yang digunakan harus pula bersih,
diketik rapi, dan tidak terdapat coretan atau bekas hapusan. Jika dalam pengetikan
terdapat kesalahan, kertas surat sebaiknya diganti, bukan dihapus karena bekas
hapusan biasanya tampak kotor.
81
atas beberapa jenis. Berdasarkan ruang lingkupnya, surat dinas di lingkungan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan terdiri atas surat yang memiliki ruang lingkup intern dan
ekstern. Surat dinas yang memiliki ruang lingkup intern adalah surat dinas yang digunakan
sebagai sarana komunikasi di dalam lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
misalnya nota dinas, surat pemberitahuan, pengumuman, surat edaran, dan instruksi.
Sementara itu, surat dinas yang memiliki ruang lingkup ekstern adalah surat dinas yang
ditujukan kepada instansi atau pihak-pihak di luar instansi/lembaga.
Berdasarkan informasinya, surat dinas di lingkungan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan terdiri atas beberapa jenis berikut.
82
6. Bagian-Bagian Surat Dinas
Surat dinas atau surat resmi yang digunakan di Indonesia lazimnya mempunyai bagian-
bagian sebagai berikut.
g. Salam Pembuka
h. Paragraf Pembuka
i. Paragraf Isi
j. Paragraf Penutup
k. Salam Penutup
l. Tanda Tangan
m.Nama Jelas
n. Nama Jabatan
o. Tembusan
p. Inisial Inisial
Secara berturut-turut bagian-bagian surat itu akan dibahas secara lebih terperinci di bawah ini
berikut penggunaan bahasanya.
a. Kepala Surat/Kop Surat
Kepala surat lazim pula disebut kop surat. Di dalamnya terdapat hal-hal sebagai berikut.
(1) Nama Instansi
(2) Alamat Instansi
(3) Nomor Telepon dan Faksimile
(4) Nomor Kotak Pos
(5) Nomor Kode Pos
(6) Alamat Pos-el (E-mail) dan Laman (Website)
(7) Lambang atau Logo Instansi
Kepala surat semacam itu berfungsi untuk memberikan informasi kepada penerima surat
mengenai nama, alamat, nomor telepon, faksimile, dan keterangan lain yang berkaitan
dengan instansi pengirim surat. Di samping itu, kepala surat sekaligus berfungsi pula
sebagai sarana untuk memperkenalkan atau mempromosikan instansi pengirim surat.
83
Nama instansi dan unsur-unsur alamat yang ditulis ke samping dipisahkan dengan tanda
koma, bukan tanda hubung. Selain itu, kata jalan tidak disingkat menjadi atau dan kata
telepon pun ditulis lengkap, tidak disingkat menjadi Telp. atau Tlp. Begitu pula faksimile,
kata itu sebaiknya ditulis lengkap, tidak disingkat menjadi fax ataupun faks. Perhatikan
contoh penulisan kepala surat yang benar berikut ini!
b. Tanggal Surat
Tanggal surat perlu dicantumkan pada setiap surat dinas. Fungsinya adalah untuk
memberitahukan kepada penerima surat tentang waktu penulisan surat itu. Dalam
penulisannya, tanggal surat, bulan, dan tahun dicantumkan secara lengkap, tidak disingkat.
Namun, kata tanggal, bulan, dan tahun tidak perlu dicantumkan. Selain itu, di dalam kepala
surat dinas biasanya sudah tercantum nama kota tempat instansi itu berada. Oleh karena
itu, nama kota tersebut tidak perlu lagi dicantumkan di depan tanggal.
Contoh:
Salah Benar
Tanggal 25 Bulan Februari Tahun 2020 25 Februari 2020
Bandung, 21-02-2020 21 Februari 2020
24 Februari '20 24 Februari 2020
c. Nomor Surat
Nomor surat selalu dicantumkan pada setiap surat dinas yang keluar. Dalam hubungan itu,
nomor surat berfungsi untuk mengetahui jenis kegiatan yang berhubungan dengan surat,
mempermudah pengarsipan, dan menemukannya kembali jika sewaktu-waktu diperlukan.
Selain itu, nomor surat juga berfungsi sebagai
(1) alat petunjuk bagi petugas arsip,
(2) alat untuk mengetahui unit asal surat,
(3) alat pengukur kegiatan instansi yang berkaitan dengan surat-menyurat pada periode
tertentu, dan
(4) alat referensi.
Dalam penulisannya, nomor surat tidak diikuti dengan tanda titik atau tanda titik dan tanda
hubung.
Contoh:
Salah Benar
Nomor: 3546/F8/C.11/2020 Nomor: 3546/F8/C.11/2020.
Nomor: 3546/F8/C.11/2020.-
84
d. Lampiran
Kata lampiran digunakan untuk memberitahukan kepada penerima surat bahwa ada
sesuatu yang disertakan bersama surat. Oleh karena itu, jika memang tidak ada sesuatu
yang disertakan, kata lampiran tidak perlu dicantumkan.
Contoh:
Salah Benar
Lampiran: 5 (lima) lembar Lampiran: Lima lembar
Lampiran: Satu (1) berkas Lampiran: Satu berkas
Lampiran: -
e. Hal Surat
Hal surat atau pokok surat berfungsi untuk memberitahukan kepada penerima surat
tentang pokok masalah yang ditulis di dalam surat. Agar efektif, hal surat sebaiknya tidak
ditulis terlalu panjang, tetapi jelas dan dapat mencakup seluruh isi surat. Berkenaan dengan
itu, kata yang sebaiknya digunakan adalah hal, bukan perihal karena peri- berarti 'hal'.
Dengan demikian, perihal berarti 'hal-hal'.
Contoh:
Salah Hal: Undangan untuk menghadiri Rakernas tanggal 5 Mei 2018
Hal: Permohonan tenaga pengajar untuk mengajar pada Diklatpim III Angkatan X
Benar Hal: Rakernas
Hal: Permohonan tenaga pengajar
g. Salam Pembuka
Salam pembuka selain merupakan tanda hormat penulis surat kepada penerima surat, juga
merupakan salah satu penanda surat yang sopan dan beradab. Pencantuman salam pembuka
itu dianjurkan pada sebelah kiri sejajar dengan margin kiri.
Misalnya:
Dengan hormat,
Bapak ... yang terhormat,
Salam sejahtera,
Assalamu ‘alaikum w.w.
85
h. Paragraf Pembuka
Paragraf pembuka merupakan bagian pengantar yang berfungsi untuk mengantarkan
pembaca pada permasalahan utama yang ditulis. Dengan demikian, fungsi utama paragraf
pembuka adalah untuk menghubungkan pikiran pembaca dengan pokok masalah yang
disampaikan.
Berkenaan dengan hal tersebut, kalimat pertama yang digunakan pada paragraf pembuka
bergantung pada surat yang ditulis. Kalau surat yang ditulis itu merupakan surat pertama,
kalimat yang digunakan pada awal paragraf tentu berbeda dengan surat balasan. Kalimat
permulaan pada paragraf pembuka surat yang baru pertama ditulis (bukan surat balasan)
dapat dimulai dengan pernyataan seperti berikut.
a. Kami beri tahukan kepada Saudara bahwa ….
b. Sesuai dengan pembicaraan kita pada tanggal ….
c. Melalui surat ini kami informasikan bahwa ….
d. Sesuai dengan arahan Bapak tanggal ….
Berbeda halnya dengan itu, kalimat permulaan pada paragraf pembuka surat yang berupa
surat balasan dapat dimulai dengan ungkapan seperti berikut.
a. Sehubungan dengan surat Saudara Nomor 005/1180/I/Bangda, tanggal 25
Maret 2020, kami beri tahukan hal-hal berikut.
b. Melalui surat ini kami beri tahukan bahwa ….
c. Surat Saudara Nomor 005/1180/1/Bangda, tanggal 20 Maret 2020, sudah kami
terima dengan baik. Sehubungan dengan itu, kami beri tahukan bahwa ….
d. Sesuai dengan surat Saudara Nomor …tanggal …, tentang ….
e. Berkenaan dengan surat Saudara Nomor …, tanggal …, tentang ….
Dalam surat balasan, permulaan kalimat seperti berikut hendaknya tidak digunakan pada
paragraf pembuka karena tidak sesuai dengan kaidah tata kalimat bahasa Indonesia.
a. Membalas surat Saudara Nomor ..., tanggal …, tentang ….
b. Merujuk surat Saudara Nomor …, tanggal …, tentang ….
c. Menunjuk surat Saudara Nomor …, tanggal …, tentang ….
d. Menjawab surat Saudara Nomor …, tanggal …, tentang ….
i. Paragraf Isi
Paragraf isi dapat dipandang sebagai bagian inti dari sebuah surat. Pada paragraf ini penulis
mengemukakan pokok persoalan yang ingin disampaikan. Pokok persoalan itu diharapkan
memperoleh tanggapan, jawaban, atau reaksi yang positif sesuai dengan harapan penulis
surat. Sehubungan dengan itu, paragraf isi hendaknya hanya mengungkapkan satu
masalah. Oleh karena itu, jika ada dua masalah atau lebih, masing-masing hendaknya
diungkapkan dalam paragraf yang berbeda.
Ada kalanya paragraf isi sekaligus menyatu dengan paragraf pembuka. Jenis paragraf
semacam itu biasanya terdapat dalam surat undangan, seperti yang tampak pada contoh
berikut.
86
Kami beri tahukan kepada Saudara bahwa kami akan menyelenggarakan Diklatpim III dan
IV Angkatan IV pada tanggal 11—15 Mei 2020. Sehubungan dengan itu, kami
mengharapkan kehadiran Saudara dalam rapat persiapan yang akan dilaksanakan
pada hari : Selasa
tanggal : 1 Mei 2020
pukul : 09.00—12.00
acara : Pemantapan Persiapan Diklat
tempat : Pusdiklat Pegawai, Jalan Raya Ciputat-Parung
Km 19, Bojongsari, Depok, Jawa Barat.
Kata hari, tanggal, pukul, acara, dan tempat pada isi surat tersebut yang betul ditulis
dengan huruf awal kecil, seperti pada contoh di atas, karena kata-kata tersebut masih
merupakan bagian dari kalimat sebelumnya. Oleh karena itu, tidak benar jika huruf awal
kata-kata tersebut ditulis dengan huruf kapital seperti yang tampak pada contoh berikut.
Kami beri tahukan kepada Saudara bahwa kami akan menyelenggarakan Diklatpim III dan
IV Angkatan IV pada tanggal 11—15 Mei 2020. Sehubungan dengan itu, kami
mengharapkan kehadiran Saudara dalam rapat persiapan yang akan dilaksanakan pada
Hari : Selasa
Tanggal : 1 Mei 2020
Pukul : 09.00—12.00
Acara : Pemantapan Persiapan Diklat
Tempat : Pusdiklat Pegawai, Jalan Raya Ciputat-Parung
Km 19, Bojongsari, Depok, Jawa Barat.
Pada paragraf isi seperti yang dicontohkan di atas penggunaan kata pukul dan jam
hendaknya dibedakan. Untuk menunjukkan waktu seperti pada contoh tersebut, kata yang
lebih tepat digunakan adalah pukul, bukan jam. Hal itu karena kata jam dalam komunikasi
resmi tidak digunakan untuk menyatakan waktu, tetapi digunakan untuk menyatakan
lamanya waktu (durasi), misalnya Rapat itu berlangsung selama tiga jam.
87
j. Paragraf Penutup
Paragraf penutup merupakan bagian akhir dari sebuah surat. Paragraf ini berfungsi untuk
menyatakan bahwa surat sudah selesai. Oleh karena itu, paragraf ini biasanya
mengungkapkan harapan dan ucapan terima kasih.
Contoh: (Benar)
(1) Atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima kasih.
(2) Atas perhatian dan kehadiran Saudara, kami ucapkan terima kasih.
(3) Atas perhatian dan kesediaan Saudara, kami ucapkan terima kasih.
(4) Atas perhatian dan kerja sama Bapak, kami sampaikan terima kasih.
(5) Mudah-mudahan jawaban kami bermanfaat bagi Saudara.
Contoh: (Salah)
(1) Atas perhatiannya, diucapkan terima kasih.
(2) Demikian atas bantuan Saudara, kami ucapkan terima kasih.
(3) Demikian harap maklum, dan atas perhatian dan kerja samanya, diucapkan terima
kasih.
(4) Harap maklum adanya.
Kalimat penutup yang pertama (1) salah karena menggunakan kata ganti -nya. Kata ganti -
nya merupakan kata ganti orang ketiga, sedangkan kita berkomunikasi dengan orang
kedua, yaitu bapak, ibu, atau saudara. Oleh karena itu, berterima kasihnya pun sebaiknya
kepada orang kedua tersebut, bukan kepada orang ketiga. Atas dasar itu, kalimat (1) lebih
tepat diungkapkan sebagai berikut.
Kalimat (2) — (4) juga tidak benar. Frasa demikian, demikian harap maklum, dan harap
maklum adanya tidak diperlukan dalam penutup surat karena frasa itu hanya merupakan
pengulangan yang mubazir. Seharusnya, digunakan kalimat langsung seperti berikut.
88
k. Salam Penutup
Salam penutup dicantumkan pada sudut kanan bawah, tepatnya di antara paragraf
penutup dan tanda tangan pengirim surat. Salam penutup ini dapat diibaratkan sebagai
ucapan permisi atau pamitan setelah seseorang bertamu atau berkomunikasi dengan orang
lain. Contoh salam penutup yang dapat digunakan, antara lain, sebagai berikut.
Salam kami,
Hormat kami,
Salam takzim,
Wasalam,
l. Tanda Tangan
Tanda tangan merupakan pelengkap surat dinas yang bersifat wajib karena sebuah surat
belum dapat dianggap sah jika belum ditandatangani oleh pejabat yang berwenang. Untuk
surat-surat dinas di Indonesia, tanda tangan penulis surat lazimnya juga dilengkapi dengan
cap atau stempel instansinya sebagai penanda keresmian.
Contoh: (Salah)
(Tanda tangan)
IR. PUTRANTO SH
NIP:197810262001031002
89
n. Tembusan
Tembusan berfungsi untuk memberitahukan kepada penerima surat bahwa surat yang
sama juga dikirimkan kepada pihak lain yang dipandang perlu mengetahui isi surat yang
bersangkutan. Jika tidak ada pihak lain yang diberi tembusan, kata tembusan tidak perlu
dicantumkan.
Sehubungan dengan hal tersebut, jika pihak yang diberi tembusan lebih dari satu,
pencantumannya disertai dengan nomor urut. Namun, jika pihak yang ditembusi hanya
satu, nomor urut itu tidak perlu dicantumkan. Di samping itu. Kata seperti Kepada Yth. atau
Yth. serta arsip tidak perlu dicantumkan. Sebagai contoh, perhatikan penulisan tembusan
yang benar berikut ini.
Contoh: (Benar)
Tembusan:
1. Sekretaris Jenderal
2. Kepala Biro Organisasi
3. Kepala Biro Keuangan
Contoh: (Salah)
Tembusan
1. Kepada Yth. Sekretaris Jenderal (sebagai laporan)
2. Kepada Yth. Kepala Biro Organisasi
3. Kepada Yth. Kepala Biro Keuangan
o. Inisial
Inisial adalah tanda atau kode pengenal yang berupa singkatan, yaitu singkatan nama
pengonsep surat dan pengetik surat. Inisial ini bermanfaat untuk mengetahui nama
pengonsep dan pengetik surat sehingga—jika terjadi kekeliruan dalam surat itu—pimpinan
dengan mudah dapat mengecek dan mengembalikannya kepada yang bersangkutan untuk
diperbaiki. Penempatan inisial biasanya di pojok kiri bawah, tepatnya di bawah tembusan
(jika surat yang bersangkutan ada tembusannya).
Misalnya: AM/ra
90
8. Bahasa Indonesia dalam Surat Dinas
Bagian yang amat penting di dalam surat adalah pesan atau informasi yang akan
disampaikan kepada penerima surat. Dalam hubungan itu, agar pesan atau informasi
tersebut mudah dipahami, surat hendaknya ditulis dengan menggunakan bahasa yang
efektif. Bahasa yang efektif adalah bahasa yang sederhana, lugas, dan dapat
mengungkapkan pesan secara tepat sesuai dengan maksud yang ingin dikemukakan oleh
penulis.
Kesederhanaan itu ditandai dengan penggunaan kata-kata yang lazim, mudah dipahami,
dan tidak berlebihan, sedangkan kelugasan yang dimaksud ditandai dengan penggunaan
kata-kata yang tidak mengandung makna ganda atau makna tambahan. Sementara itu,
ketepatan yang dimaksud berkaitan dengan penggunaan kata-kata yang dapat mewakili
pikiran penulis secara tepat dan mampu menimbulkan pemahaman yang sama pada pikiran
pembacanya.
Sehubungan dengan hal tersebut, penggunaan bahasa yang efektif di dalam surat dinas
telah dibahas secara terintegrasi dengan pembicaraan tentang bagian-bagian surat. Hal itu
dilakukan karena keefektifan penggunaan bahasa tersebut, antara lain, tampak pada
bagian-bagian surat, seperti yang telah diuraikan di atas.
91
92
PENUTUP
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ragam bahasa adalah variasi
penggunaan bahasa. Variasi itu terjadi karena sarana berbahasa dan situasi penggunaan
bahasa yang berbeda-beda. Di samping itu, bidang penggunaan bahasa yang berbeda-
beda dapat pula menyebabkan timbulnya ragam bahasa yang berbeda. Perbedaan-
perbedaan itulah yang menimbulkan variasi atau ragam bahasa.
Sementara itu, bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa Indonesia yang digunakan
sesuai dengan situasi penggunaannya, sedangkan bahasa Indonesia yang benar adalah
bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan kaidahnya. Sejalan dengan itu, bahasa
Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan
situasi dan sekaligus sesuai pula dengan kaidahnya.
Ejaan merupakan kaidah bahasa yang mengatur penulisan huruf, penulisan kata, dan
penggunaan tanda baca. Penulisan huruf yang diatur meliputi penulisan huruf miring
dan huruf kapital, sedangkan penulisan kata meliputi penulisan gabungan kata dan
penulisan bentuk di, per, dan pun. Sementara itu, penggunaan tanda baca yang diatur
meliputi tanda titik, tanda koma, tanda hubung, dan lain-lain.
Kata dalam bahasa Indonesia dapat dibentuk dengan pengimbuhan yang berupa
awalan, akhiran, sisipan, serta gabungan awalan dan akhiran. Selain itu, kata dapat pula
dibentuk dengan pengulangan dan penggabungan kata atau unsur terikat.
Pilihan kata merupakan hal yang penting dalam berbahasa karena pilihan kata yang tidak
tepat dapat menimbulkan salah penafsiran atau salah informasi. Oleh karena itu, agar
dapat memilih kata secara tepat, kriteria ketepatan, kecermatan, dan keserasian hams
benar-benar dipertimbangkan dalam penggunaan bahasa.
Kalimat pada ragam bahasa tulis merupakan unsur kebahasaan yang diawali dengan
huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru. Sementara
itu, jika dilihat dari segi informasinya, kalimat merupakan rangkaian kata yang
mengandung informasi relatif lengkap. Kelengkapan itu ditandai dengan adanya unsur
subjek dan predikat. Namun, jika predikatnya berupa kata kerja transitif, kalimat juga
harus mengandung unsur objek.
Dalam bahasa Indonesia, kalimat akan tetap tersusun secara sistematis jika didasarkan
pada pola dasar yang jelas. Pola dasar yang dimaksud adalah pola (1) SP, (2) SPO, (3)
SPPe1., dan (4) SPOPe1. dengan segala variasinya.
Kalimat yang hanya terdiri atas satu pola dasar seperti itu disebut kalimat tunggal,
sedangkan yang terdiri atas dua pola atau lebih disebut kalimat majemuk. Kalimat
majemuk dapat dikelompokkan atas kalimat majemuk setara, tidak setara/bertingkat,
dan kalimat majemuk campuran.
93
Paragraf pada dasarnya merupakan satu kesatuan informasi yang terjalin dari beberapa
kalimat. Kalimat-kalimat yang terjalin dalam paragraf itu harus terpadu agar dapat
mendukung informasi utama yang ingin disampaikan. Oleh karena itu, kesatuan dan
kepaduan merupakan syarat utama bagi sebuah paragraf yang baik.
Dalam pengungkapan informasi pada paragraf tersebut ada beberapa jenis yang lazim
digunakan. Jenis-jenis paragraf itu dapat dibedakan berdasarkan fungsi, struktur
informasi, dan gays pengungkapannya. Penggunaan jenis-jenis paragraf tersebut amat
bergantung pada keinginan penulis sesuai dengan keperluan informasi yang ingin
disampaikan.
Surat dinas merupakan sarana komunikasi tertulis yang berisi masalah kedinasan, baik
yang berupa pemberitahuan, penjelasan, permintaan, pernyataan, maupun penugasan,
dari instansi yang satu ke instansi yang lain atau dari instansi tertentu kepada
perseorangan. Sebagai sarana komunikasi kedinasan, surat dinas mempunyai fungsi dan
kriteria tertentu yang perlu diperhatikan.
Surat dinas terdiri atas beberapa bagian, mulai dari kepala surat sampai dengan
penanda tangan surat dan tembusan. Dalam penyusunan surat dinas, bagian-bagian
surat tersebut hendaknya diikuti dan ditulis dengan lengkap dalam format yang telah
ditentukan oleh instansi masing-masing.
Surat dinas hendaknya ditulis dengan menggunakan bahasa yang efektif agar pesan atau
informasi yang akan disampaikan dapat dipahami secara tepat oleh penerima surat.
Untuk itu, penulis surat selain perlu memahami materi yang ditulis dan kaidah tata
persuratan, juga perlu memahami kaidah penggunaan bahasa Indonesia yang benar.
94
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan et al. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Mustakim. 2016. Bahasa Indonesia untuk Pejabat Pemerintah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Mustakim.2016. Seri Penyuluhan: Bentuk dan Pilihan Kata. Jakarta: Pusat Pembinaan, Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia.
Jakarta.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2015. Pedoman Umum Pembentukan Istilah.
Jakarta: Balai Pustaka.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Buku Praktis Bahasa Indonesia. Jilid I.
Jakarta: Balai Pustaka.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Buku Praktis Bahasa Indonesia. Jilid II.
Jakarta: Balai Pustaka.
Qodratillah, Meity Taqdir. 2016. Seri Penyuluhan: Tata Istilah. Jakarta: Pusat Pembinaan, Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
Sasangka, S.S.T. Wisnu. 2016. Seri Penyuluhan: Kalimat. Jakarta: Pusat Pembinaan, Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
Sriyanto. 2016. Seri Penyuluhan: Ejaan. Jakarta: Pusat Pembinaan, Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa.
Suladi. 2016. Seri Penyuluhan: Paragraf. Jakarta: Pusat Pembinaan, Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa.
Tim Penyusun. 2016. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa.
95
96
Contoh Surat
Dengan hormat,
Kami beri tahukan kepada Bapak bahwa Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, akan
menyelenggarakan kegiatan Pengiriman Sastrawan Berkarya di Daerah. Melalui kegiatan tersebut,
diharapkan bahwa sastrawan dapat menghasilkan karya yang menggambarkan, antara lain,
potensi, kondisi, dan kearifan lokal daerah setempat. Kegiatan tersebut akan dilaksanakan oleh satu
orang sastrawan di Dompu pada 26 April—15 Mei 2020.
Sehubungan dengan hal di atas, kami mohon dukungan dan kerja sama Pemerintah
Kabupaten Dompu. Kami memerlukan satu orang staf Pemerintah Kabupaten Dompu untuk
membantu aktivitas sastrawan selama tinggal di Dompu.
Atas perhatian dan kerja sama Bapak, kami ucapkan terima kasih.
Hormat kami,
Kepala Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra,
97
Contoh Surat yang Perlu Diperbaiki
98
99
100
101
TRANSFORMASI
DIGITAL DI
LINGKUNGAN
KEMENDIKBUDRISTEK
PELATIHAN PEMBEKALAN PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA
PENULIS MODUL:
1. Dr. Tarman Budianto, M.Pd.
2. Sunarto, M.Si.
3. Agus Triarso, S.Kom, M.Pd.
Sebagian besar isi modul ini menyadur dari modul utama sebagai berikut (Daftar Buku
Rujukan Utama):
Frida Kusumastuti, dkk., 2021, Modul Etis Bermedia Digital, Kementrian Komunikasi dan
Informatik Republik Indonesia, Japelidi, Siberkreasi, Penerbit Direktorat Jenderal
Aplikasi Informatika, Kementerian KOMINFO.
Gilang J. A., dkk., 2021, Modul Aman Bermedia Digital, Kementrian Komunikasi dan Informatik
Republik Indonesia, Japelidi, Siberkreasi, Penerbit Direktorat Jenderal Aplikasi
Informatika, Kementerian KOMINFO.
Rizki Amelia, 2021, Modul Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil: Modul Smart ASN,
Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia.
Santi I. A., dkk., 2021, Modul Budaya Bermedia Digital, Kementrian Komunikasi dan Informatik
Republik Indonesia, Japelidi, Siberkreasi, Penerbit Direktorat Jenderal Aplikasi
Informatika, Kementerian KOMINFO.
Zainuddin Muda Z. Monggilo., dkk., 2021, Modul Cakap Bermedia Digital, Kementrian
Komunikasi dan Informatik Republik Indonesia, Japelidi, Siberkreasi, Penerbit
Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika, Kementerian KOMINFO.
1
DAFTAR I SI
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 3
A. Deskripsi Singkat ............................................................................................................. 4
B. Kompetensi Dasar ........................................................................................................... 4
C. Indikator Keberhasilan ................................................................................................. 4
D. Panduan Penggunaan Modul ...................................................................................... 5
BAB II KONSEP LITERASI DIGITAL .............................................................................. 6
A. Pengertian Literasi Digital ........................................................................................... 6
B. Lingkup Literasi Digital ................................................................................................ 9
C. Rangkuman ...................................................................................................................... 12
D. Latihan Soal ..................................................................................................................... 13
BAB III KECAKAPAN BERMEDIA DIGITAL (Digital Skills) ................................. 14
A. Perangkat Keras dan Perangkat Lunak ................................................................ 14
B. Mesin Pencarian Informasi, Cara Penggunaan dan Pemilahan Data ......... 17
C. Aplikasi Percakapan dan Media Sosial .................................................................. 23
D. Rekam Jejak Digital di Media .................................................................................... 25
E. Rangkuman ....................................................................................................................... 28
F. Latihan Soal ...................................................................................................................... 29
BAB IV BUDAYA BERMEDIA DIGITAL (Digital Culture) ..................................... 30
A. Nilai Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika di Dunia Digital.............................. 31
B. Digitalisasi Kebudayaan Melalui Pemanfaatan TIK .......................................... 35
C. Rangkuman ....................................................................................................................... 37
D. Latihan Soal ...................................................................................................................... 38
BAB V ETIKA BERMEDIA DIGITAL (Digital Ethics) .............................................. 39
A. Informasi Hoax ............................................................................................................... 42
B. Ujaran Kebencian .......................................................................................................... 44
C. Perundungan .................................................................................................................. 46
D. Rangkuman ...................................................................................................................... 49
E. Latihan Soal ..................................................................................................................... 49
BAB VI KEAMANAN BERMEDIA DIGITAL (Digital Safety) ................................. 50
A. Melindungi Perangkat Digital .................................................................................... 51
B. Perlindungan Identitas Digital dan Data Pribadi .............................................. 53
C. Rangkuman ....................................................................................................................... 56
D. Latihan Soal ..................................................................................................................... 56
BAB VII IMPLEMENTASI LITERASI DIGITAL DAN IMPLIKASINYA ................. 57
A. Percepatan Transformasi Digital ............................................................................. 57
B. Implementasi Literasi Digital di tempat Kerja.................................................... 59
C. Rangkuman ....................................................................................................................... 62
D. Latihan Soal ...................................................................................................................... 63
BAB VIII TRANSFORMASI DIGITAL DI KEMENDIKBUDRISTEK ....................... 64
A. Pengertian Transformasi Digital .............................................................................. 64
B. Mindset Transformasi Digital.................................................................................... 65
C. Arsitektur Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik Kemendikbudristek
D. Peran PPPK dalam Transformasi Digital Kemendikbudristek ..................... 89
E. Rangkuman ....................................................................................................................... 90
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 91
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
utamanya dalam literasi digital untuk mewujudkan transformasi digital birokrasi menuju
birokrasi kelas dunia.
Menurut Vial (2019), transformasi digital memberikan lebih banyak informasi,
komputasi, komunikasi, dan konektivitas yang memungkinkan berbagai bentuk
kolaborasi baru di dalam jaringan dengan aktor yang terdiversifikasi. Realitas baru ini
menawarkan potensi luar biasa untuk inovasi dan kinerja dalam organisasi. Berbagai
tantangan di ruang digital harus diimbangi dengan literasi digital yang mumpuni. Modul
ini bukan hanya sebagai buku panduan semata, namun diharapkan para peserta
Pelatihan Pembekalan Pegawai Pemerintah Dengan Perjanjian Kerja (P3K) mampu
mengikuti dan beradaptasi dengan perubahan yang terjadi secara cepat. Sehingga
terwujudlah kinerja yang bukan hanya cakap di dunia nyata namun juga cakap di dunia
digital.
A. Deskripsi Singkat
Mata Pelatihan ini merupakan bagian dari Pembelajaran Pelatihan Pembekalan
Pegawai Pemerintah Dengan Perjanjian Kerja (P3K). Materi ini merupakan uapaya untuk
membangun kompetensi penguasaan dan pemanfaatan teknologi informasi beserta
informasinya sebagai kapasitas yang built-in (tertanam) dalam diri ASN dengan literasi
digital. Mata pelatihan ini membahas tentang konsep literasi digital, kecakapan bermedia
digital (Digital Skills), budaya bermedia digital (Digital Culture), etika bermedia digital
(Digital Ethics), aspek keamanan bermedia digital (Digital Safety), serta implementasi
literasi digital dan implikasinya.
B. Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti mata pelatihan ini peserta diharapkan mampu
mengaktualisasikan kemampuan kecakapan digital dasar pada perspektif literasi digital
ASN.
C. Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta dapat:
1) Menjelaskan konsep literasi digital;
2) Menelaah kecakapan bermedia digital (Digital Skills);
3) Menafsirkan budaya bermedia digital (Digital Culture);
4) Menerapkan etika dalam bermedia digital (Digital Ethics);
5) Menguraikan aspek keamanan bermedia digital (Digital Safety);
6) Menelaah implementasi literasi digital dan implikasinya.
4
D. Panduan Penggunaan Modul
Pencapaian tujuan pembelajaran modul Literasi Digital dapat tercapai dengan
optimal dengan melakukan hal-hal sebagai berikut:
1) Baca dan pahami terlebih dahulu indikator dari setiap pokok materi yang
sedang dipalajari;
2) Baca dan pahami setiap pembahasan dengan seksama;
3) Sarikan pokok-pokok materi yang sedang dipelajari;
4) Lakukan diskusi dan bersimulasi dengan rekan sejawat dalam membahas kasus
serta menginternalisasi nilai-nilai dasar literasi digital yang disajikan;
5) Lakukan validasi/refleksikan pengetahuan anda dengan menjawab soal
Latihan soal yang disajikan pada setiap materi;
6) Tetap pelihara semangat belajar, semoga pembelajaran anda menyenangkan.
5
BAB II
KONSEP LITERASI DIGITAL
6
Istilah literasi digital pada awalnya digunakan tahun 1980 an, Secara umum
bermakna kemampuan untuk berhubungan dengan informasi hipertekstual dalam arti
membaca non-sekuensial atau nonurutan berbantuan komputer (Bawden, 2001). Istilah
literasi digital mulai popular sekitar tahun 2005 (Davis & Shaw, 2011) Literasi digital
bermakna kemampuan untul berhubungan dengan informasi hipertekstual dalam arti
bacaan tak berurut berbantuan komputer. Gilster (2007) kemudian memperluas konsep
literasi digital sebagai kemampuan memahami dan menggunakan informasi dari
berbagai sumber digital.; dengan kata lain kemampuan untuk membaca, menulis dan
berhubungan dengan informasi dengan
menggunakan teknologi dan format yang ada
pada masanya. Definisi literasi digital dapat
kita temukan pada thesis dari Douglas Alan
Jonathan Belshaw berjudul What is digital
literacy? A Pragmatic investigation. Dalam
thesis doktoralnya mengulas secara lengkap
tentang konsep pengertian literasi digital.
Walaupun di setiap negara memiliki definisi
literasi digital yang berbeda-beda karena
menyangkut sistem kebijakan dan kemajuan
teknologinya, akan tetapi pada dasarnya
memiliki konsep dasar yang sama yaitu
kemampun dalam menggunakan dan
memahami pemanfaatan teknologi
komunikasi dan informasi misalnya dalam
Sumber: https://gln.kemdikbud.go.id mendukung dunia pendidikan dan ekonomi.
literasi digital itu bukan hanya sekedar kemampuan mencari, menggunakan dan
menyebarkan informasi akan tetapi, diperlukan kemampuan dalam membuat informasi
dan evaluasi kritis, ketepatan aplikasi yang digunakan dan pemahaman mendalam dari
isi informasi yang terkandung dalam konten digital tersebut. Disisi lain literasi digital
mencakup tanggung jawab dari setiap penyebaran informasi yang dilakukannya karena
menyangkut dampaknya terhadap masyarakat.
Paul Gilster dalam bukunya yang berjudul Digital Literacy (1997), menyatakan
bahwa literasi digital adalah kemampuan untuk memahami dan menggunakan informasi,
7
dalam berbagai bentuk dan sumber yang sangat luas yang diakses melalui piranti
komputer. Sementara itu, menurut UNESCO (2011), literasi digital adalah kecakapan (life
skills) yang tidak hanya melibatkan kemampuan penggunaan perangkat teknologi,
informasi dan komunikasi, tetapi juga melibatkan kemampuan untuk dalam
pembelajaran bersosialisasi, sikap berpikir kritis, kreatif, serta inspiratif sebagai
kompetisi digital.Seiring kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK),
Literasi digital di Indonesia perlu ditingkatkan. Dengan begitu, masyarakat bisa
meningkatkan kemampuan kognitifnya sehingga keterampilan yang dimiliki tidak hanya
sebatas mengoperasikan gawai. Menurut buku Kerangka Literasi Digital Indonesia yang
dimaksud dengan literasi digital adalah kemampuan menggunakan TIK untuk
menemukan, mengevaluasi, memanfaatkan, membuat, dan mengkomunikasikan
informasi dengan kecakapan kognitif dan teknikal. Dengan literasi digital, kita akan
mampu berpikir kritis, memecahkan masalah, berkomunikasi dengan lebih lancar, serta
dapat berkolaborasi dengan banyak orang.
8
Hal ini sangat diperlukan di tengah
gencarnya serbuan informasi.
Berdasarkan data dari Kementerian
Komunikasi dan Informatika
(Kemenkominfo) selama periode Agustus
2018-Agustus 2021 ada 8.878 temuan isu
hoaks. Selain itu, literasi digital
memainkan peran penting untuk
mengoptimalkan potensi ekonomi digital
nasional. Namun, masih ada pekerjaan
rumah untuk mendorong daya saing
digital dan menyiapkan masyarakat
dalam menghadapi transformasi digital.
Berdasarkan data Digital Competitiveness
Index 2020 misalnya, posisi Indonesia
masih berada di urutan 56 dari 63 negara.
Sementara dalam Indeks Internet Inklusif
2021 pada kategori readiness yang
terkait kapasitas mengakses internet,
termasuk keterampilan, penerimaan
budaya, dan kebijakan pendukung,
Indonesia berada di peringkat 74 dari
120 negara.
9
digital ini terjadi dalam sistem pembelajaran sosio-teknis yang efisien serta prinsip-
prinsip pembelajaran dasar yang dapat disesuaikan dan dimanfaatkan untuk
pembelajaran pendidikan yang adil.
Steve Wheeler (2012) dalam tulisannya yang berjudul Digital Literacies For
Engagement In Emerging Online Cultures, mengidentifikasi ada sembilan elemen penting
dalam dunia litersi digital.
1. Social Networking: Kehadiran situs jejaring sosial adalah salah satu contoh yang ada dalam
social networking atau kehidupan sosial online. Kini tiap individu yang terlibat dalam
kehidupan sosial online akan selalu dihadapkan adanya layanan tersebut
2. Transliteracy Transliteracy: Transliteracy Transliteracy diartikan sebagai kemampuan
memanfaatkan segala platform yang berbeda khususnya untuk membuat konten,
mengumpulkan, membagikan hingga mengkomunikasikan melalui berbagai media sosial,
grup diskusi, smartphone dan berbagai layanan online yang tersedia.
3. Maintaining Privacy: Hal penting dalam literasi digital adalah tentang maintaining
privacy atau menjaga privasi dalam dunia online. Memahami dari segala jenis cybercrime
seperti pencurian online lewat kartu kredit (carding), mengenal ciri-ciri situs palsu
(phishing), penipuan via email dan lain sebagainya. Menampilkan identitas online hanya
seperlunya saja untuk menghindari sesuatu hal yang tidak di inginkan.
4. Managing Digital Identity: Managing digital identity berkaitan dengan bagaimana cara
menggunakan identitas yang tepat diberbagai jaringan sosial dan platform lainya.
5. Creating Content: Creating content berkaitan dengan suatu ketrampilan tentang
bagaimana caranya membuat konten di berbagai aplikasi online dan platform misalnya di
PowToon, Prezi, blog, forum, dan wikis. Selain itu mencakup kemampuan menggunakan
berbagai platform e-learning.
6. Organising and Sharing Content; Organising and sharing content adalah mengatur dan
berbagi konten informasi agar lebih mudah tersebarkan. Misalnya pada pemanfaatan situs
social bookmarking memudahkan penyebaran informasi yang bisa diakses oleh banyak
pengguna di internet.
7. Reusing/repurposing Content; Mampu bagaimana membuat konten dari berbagai jenis
informasi yang tersedia hingga menghasilkan konten baru dan dapat dipergunakan kembali
untuk berbagai kebutuhan. Misalnya seorang guru yang membuat konten tentang mata
pelajaran tertentu dengan lisensi creative common. Kemudian konten tersebut di unggah
di website Slideshare sehingga akan banyak yang mengunduhnya. Lalu konten tersebut
10
bisa digunakan oleh orang lain yang membutuhkan dengan menambahkan informasi atau
pengetahuan baru agar lebih lengkap sesuai kebutuhannya.
8. Filtering and Selecting Content Kemampuan mencari, menyaring dan memilih informasi
dengan tepat sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan misalnya lewat berbagai mesin
pencari di internet.
9. Self-Broadcasting Self broadcasting bertujuan untuk membagikan ide-ide menarik atau
gagasan pribadi dan konten multimedia misalnya melalui blog, forum atau wikis. Hal
tersebut adalah bentuk partisipasi dalam masyarakat sosial online.
11
Digital skill merupakan
kemampuan individu
dalam mengetahui,
memahami, dan
menggunakan perangkat
keras dan piranti lunak
TIK serta sistem operasi
digital dalam kehidupan
sehari-hari. Digital
safety merupakan
kemampuan user dalam
mengenali,
mempolakan,
menerapkan,
menganalisis,
menimbang dan
meningkatkan
kesadaran perlindungan
Sumber: https://gln.kemdikbud.go.id data pribadi dan
keamanan Smart ASN digital dalam kehidupan sehari-hari. Digital culture
merupakan kemampuan individu dalam membaca, menguraikan, membiasakan,
memeriksa, dan membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka
Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari dan digitalisasi kebudayaan melalui
pemanfaatan TIK. Sementara itu, digital ethicsmerupakan kemampuan individu
dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan,
mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola etika digital (netiquette)
dalam kehidupan sehari-hari.
C. Rangkuman
Literasi digital adalah kemampuan menggunakan TIK untuk menemukan,
mengevaluasi, memanfaatkan, membuat, dan mengkomunikasikan informasi
dengan kecakapan kognitif dan teknikal. Kominfo menjabarkan literasi digital ke
dalam 4 kompetensi yaitu kecakapan menggunakan media digital (digital skills),
12
budaya menggunakan digital (digital culture), etis menggunakan media digital
(digital ethics), dan aman menggunakan media digital (digital safety).
D. Latihan Soal
1. Lakukan pemetaan konsep dan definisi literasi digital berdasarkan
literatur ilmiah dengan menggunakan mesin pencari yang tersedia dalam
ekosistem digital !
2. Lakukan identifikasi literasi digital di lingkup kerja organisasi anda !
3. Lakukan pemetaan analisis faktor-faktor yang dapat mempengaruhi literasi
digital pada organisasi anda !
4. Rumuskan strategi dalam meningkatkan literasi digital pada organisasi anda !
13
BAB III
KECAKAPAN BERMEDIA DIGITAL (Digital Skills)
Kemampuan berpikir kritis tentang media dan data merupakan salah satu poin
penting kompetensi ASN yang dinilai urgen untuk didorong peningkatannya. Sebagai
pilar dalam indeks informasi dan literasi data, ASN dipandang perlu dalam mengakses,
mencari, menyaring, dan memanfaatkan setiap data dan informasi yang diterima dan
didistribusikan dari dan ke berbagai platform digital yang dimilikinya (Katadata Insight
Center & Kementerian Komunikasi dan Informatika, 2020). ASN tidak cukup hanya
mampu mengoperasikan berbagai perangkat TIK dalam kehidupannya sehari-hari, tetapi
juga harus bisa mengoptimalkan penggunaannya untuk sebesar-besar manfaat dalam
memberikan pelayanan publik. Tantangan utama ASN di era modern dewasa ini adalah
penggunaan internet dan
media digital yang tak
hanya memberikan
manfaat bagi
penggunanya, namun
juga membuka peluang
terhadap beragam
persoalan. Kurangnya
kecakapan digital dalam
menggunakan perangkat
keras dan perangkat
lunak menimbulkan penggunaan media digital yang tidak optimal. Oleh karena itu pada
BAB VI, akan dibahas tentang perangkat keras dan perangkat lunak (perangkat dan fitur
proteksi), mesin pencarian informasi, cara penggunaan dan pemilahan data, aplikasi
percakapan dan media sosial dan rekam jejak digital di media.
14
Pengetahuan dasar mengenai lanskap digital meliputi berbagai perangkat keras
dan perangkat lunak. Fungsi perangkat keras dan perangkat lunak saling berkaitan
sehingga tidak bisa lepas satu sama lain. Kita tidak bisa mengakses dunia digital tanpa
fungsi jadi keduanya. Dengan demikian, kita perlu mengetahui dan memahami fungsi
perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan dalam mengakses dunia digital.
Salah satu perangkat keras yang sering kali digunakan dalam dunia digital adalah
komputer. Komputer yang paling dekat dengan kehidupan kita adalah komputer pribadi.
Komputer merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut komputer yang didesain
untuk penggunaan individu (Wempen, 2015). Jadi, komputer yang kita jumpai di rumah
maupun di kantor sering kali diasosiasikan sebagai komputer pribadi.
Perangkat keras (hardware) merupakan semua bagian fisik dari computer yang
dapat dilihat dan diraba atau disentuh. Perangkat keras dibagi menjadi beberapa bagian,
yaitu input, output, penyimpanan data, penulisan data, dan unit proses (CPU). Perangkat
input adalah komponen yang mengirim data ke komputer. Beberapa contoh adalah
sebagai berikut. Keyboard adalah perangkat yang memungkinkan pengguna
memasukkan data input. Tata letak keyboard mirip dengan mesin tik dengan tombol
tambahan. Perangkat input lain adalah mouse. Terdiri dari tombol kiri, kanan mouse, dan
roda. Itu tidak dapat digunakan untuk memasukkan teks ke dalam komputer. Menurut
gerakan mouse, dimungkinkan untuk mengontrol posisi kursor di layar. Joystick, Pena
Ringan, Pemindai, Mikrofon, dan Pembaca Kode Batang juga merupakan contoh untuk
perangkat input. Perangkat output adalah perangkat periferal yang menerima data dari
komputer. Ini bisa berupa tampilan, proyeksi atau media lainnya. Beberapa contoh
adalah sebagai berikut. Monitor adalah Unit Tampilan Visual (VDU) yang menampilkan
data atau visual dari komputer. Printer membantu untuk mencetak rincian ke dalam
kertas.
Perangkat penyimpanan sekunder adalah perangkat yang menyimpan data hingga
data dihapus atau diganti. Perangkat ini menyimpan data secara permanen. Oleh karena
itu, mereka adalah memori nonvolatile. Dengan kata lain, mematikan perangkat tidak
akan menghapus data di perangkat penyimpanan sekunder. Hard disk, CD, DVD, Floppy
disk, Solid State Drive adalah beberapa contoh untuk perangkat penyimpanan sekunder.
Sementara itu, komponen internal adalah elemen yang secara langsung terhubung
dengan fungsi utama komputer. CPU, RAM, ROM, dan motherboard adalah beberapa
contoh. CPU adalah unit eksekusi utama komputer. Ini membagi lebih lanjut menjadi dua
15
komponen: Unit Aritmatika dan Logika (ALU) dan Unit Kontrol (CU). ALU melakukan
perhitungan matematis dan operasi logis. Control Unit (CU) membawa sinyal kontrol
untuk mengoperasikan komponen lain. RAM yang merupakan singkatan dari Random
Access Memory yang menyimpan data, program dan hasil program untuk CPU untuk
melakukan tugas. Dimungkinkan untuk melakukan operasi baca dan tulis dalam RAM.
Pada pokok bahasan ini tidak terlalu detail membicarakan terkait dengan hardware.
Namun ASN secara dasar perlu memahami berbagai bentuk komputer pribadi.
Variasi bentuk ini berkaitan
dengan perbedaan fungsi dan
kemampuan. Berikut ini
beberapa kategori untuk mesin
komputer yang sering kita jumpai
(Wempen, 2015).
Untuk mengoperasikan
perangkat keras diperlukan
perangkat lunak. Sebaliknya,
pengoperasian dari perangkat
lunak juga tidak bisa dilakukan
tanpa adanya perangkat keras.
Perangkat lunak (software)
merupakan suatu program yang
digunakan untuk mengatur kerja
hardware agar dapat berjalan
sebagaimana fungsinya.
Hardware tidak dapat digunakan
oleh pengguna tanpa ada bantuan
dari software. Dengan begitu,
kedua perangkat ini saling
membutuhkan dan melengkapi.
Salah satu perangkat lunak yang
kita butuhkan dalam perangkat keras kita adalah sistem operasi.
Sistem operasi adalah istilah perangkat lunak yang memiliki kemampuan untuk
mengoperasikan berbagai aplikasi dan mengatur fungsi komputer agar dapat kita
16
gunakan (Wempen, 2015). Sejarah sistem operasi sudah dimulai sejak tahun 1950-an dan
terus berkembang sepanjang waktu (Liquid Technology, 2019). Sistem operasi yang
digunakan untuk komputer desktop berbeda dengan sistem operasi untuk telepon pintar.
Beberapa sistem operasi yang sering digunakan dalam komputer desktop dan notebook
adalah Microsoft Windows, Mac OS, dan Linux (Wempen, 2015).
Sistem operasi tersebut biasanya berkaitan dengan perangkat keras yang
digunakan. Sedangkan sistem operasi yang sering digunakan dalam tablet dan telepon
pintar adalah Android dan iOS (Wempen, 2015). Salah satu fungsi dari sistem operasi
adalah berkomunikasi dengan perangkat keras komputer. Agar dapat berkomunikasi,
sistem operasi dibantu oleh device drivers. Device drivers ini membantu agar sistem
operasi dapat diterjemahkan perangkat keras dan juga sebaliknya. Ketika kita memasang
perangkat keras, sistem operasi memiliki teknologi yang disebut dengan plug-and-play
yang langsung mengidentifikasi perangkat dan lokasi driver (Wempen, 2015). Dalam hal
ini, perangkat tersebut sudah dilengkapi satu set perangkat keras, perangkat lunak, dan
drivers yang bisa langsung digunakan saat proses instalasi selesai.
Selain sistem operasi, perangkat lunak lain yang digunakan adalah aplikasi.
Aplikasi merupakan perangkat lunak yang didesain untuk fungsi dan tujuan tertentu,
mulai dari yang bertujuan produktif hingga hiburan (Wempen, 2015). Adanya aplikasi ini
membuat kita dapat memaksimalkan penggunaan komputer. Beberapa aplikasi
komputer yang bisa kita gunakan adalah untuk produktivitas bisnis, grafis, video, audio,
pendidikan, komunikasi, hobi, permainan, dan perangkat pengembangan (Wempen,
2015). ASN perlu memahami logika dasar dari perangkat lunak dan perangkat keras ini
agar dapat memaksimalkan dalam melakukan pelayanan sesuai dengan tugas masing-
masing.
17
Internet telah menghubungkan manusia dari berbagai lokasi. Internet juga
semakin mudah diakses oleh banyak manusia. Pendahulu dari internet adalah ARPANET,
sebuah proyek dari United States of America Departement of Defense/ Kementerian
Pertahanan Amerika Serikat (DOD) pada 1969 sebagai eksperimen terkait teknologi
jejaring yang reliabel (Levine & Young, 2010). Teknologi ini kemudian semakin
berkembang sehingga bisa diakses oleh banyak orang. Beberapa perkembangan dari
waktu ke waktu adalah peralatan koneksi yang semakin murah dan ringan (Levine &
Young, 2010). Hal ini tentu dapat mempermudah pengguna dalam mengaksesnya.
Dewasa ini penggunaan internet mengalami pertumbuhan setiap tahunnya.
Perkembangan teknologi memicu terjadinya kenaikan jumlah pengguna internet. Kini,
internet dapat memberikan kemudahan bagi hampir semua bentuk kegiatan, mulai
belajar, bekerja, berbisnis,
maupun untuk tujuan
lainnya. Dalam
menggunakan internet,
salah satu aktivitas yang
sering kita lakukan adalah
menggunakan mesin
pencarian informasi untuk
menunjang kegiatan. Hasil
survei yang dikeluarkan
oleh Hootsuite dan We are
Social di tahun 2020 menunjukkan bahwa Google menempati peringkat pertama sebagai
mesin pencarian informasi yang paling banyak diakses. Ia lebih banyak diakses secara
mobile dibandingkan melalui komputer. Situs ini digunakan oleh semua kelompok usia
hampir secara merata. Pengguna terbanyak ada pada kelompok usia 25-34 tahun yaitu
sebesar 32%. Sedangkan penggunaan Google pada kelompok usia lainnya berkisar antara
9 hingga 17% (Hootsuite & We Are Social, 2021).
Mengacu pada data tersebut, maka penggunaan mesin pencarian informasi
menjadi salah satu hal yang krusial untuk dipahami. Aktivitas pencarian informasi di
internet melalui mesin pencarian informasi akrab dikenal dengan istilah ‘searching’ atau
‘googling’. Walaupun aktivitas ini sering dilakukan sehari-hari, tetapi berbagai
permasalahan mendasar masih sering dihadapi oleh pengguna mesin pencarian
18
informasi. Sering kali waktu hanya terbuang untuk menyeleksi ribuan hasil penelusuran
mesin pencarian informasi karena penggunaan kata kunci yang kurang spesifik. Bahkan,
kita bisa saja mengeklik situs palsu hasil penelusuran mesin pencarian informasi secara
tidak sadar. Untuk dapat memaksimalkan penggunaan mesin pencarian informasi, mari
kita perlu mengenal lebih dalam mengenai mesin pencarian informasi beserta
kompetensi digital yang dibutuhkan.
Mesin pencarian informasi adalah situs yang memiliki kemampuan untuk
mencari halaman situs web di internet berdasarkan basis data dengan bantuan kata
kunci. Google, Yahoo, Bing, Baidu, dan Yandex adalah beberapa jenis mesin pencarian
informasi yang populer di
dunia. Google masih berada
pada peringkat pertama
mesin pencarian informasi
terfavorit, baik di dunia
maupun Indonesia. Dilansir
dari Statcounter (2021)
sebanyak 98,32% masyarakat Indonesia memilih menggunakan Google. Hanya kurang
dari 2% populasi masyarakat Indonesia yang menggunakan Yahoo, Bing, Yandex,
DuckDuckGo, dan Ecosia. Mesin pencarian Google memiliki beberapa kelebihan sebagai
berikut:
1) Memiliki waktu penyediaan informasi yang cepat.
2) Menyediakan informasi dari berbagai sumber sekaligus.
3) Memiliki banyak fitur pendukung untuk optimalisasi pencarian informasi.
4) Terkoneksi dengan pihak ketiga sehingga dapat menyediakan informasi lebih detail.
5) Menyediakan pencarian dengan berbagai bahasa.
Selanjutnya, kita perlu memahami proses kerja mesin pencarian informasi, apa
saja fitur yang ditawarkan, serta bagaimana cara penggunaannya. Banyak orang
beranggapan jika kita menggunakan mesin pencarian informasi maka secara otomatis
mesin pencarian informasi akan mencari ke seluruh situs web. Sebenarnya cara kerja
mesin pencarian informasi adalah dengan melakukan penelusuran informasi
19
berdasarkan basis data atau daftar situs
web yang dikelolanya. Hal tersebut
menyebabkan hasil penelusuran yang
berbeda jika kita menggunakan mesin
pencarian informasi yang berbeda,
walaupun mengetikkan kata kunci yang
sama. Mesin pencarian informasi
memiliki tiga tahapan kerja sebelum
menyajikan informasi yang kita
butuhkan. Pertama, penelusuran
(crawling), yaitu langkah ketika mesin
pencarian informasi yang kita akses
menelusuri triliunan sumber informasi di internet. Penelusuran tersebut tentu mengacu
pada kata kunci yang diketikkan pada mesin
pencarian informasi. Kedua, pengindeksan
(indexing), yakni pemilahan data atau informasi
yang relevan dengan kata kunci yang kita
ketikkan. Ketiga, pemeringkatan (ranking),
yaitu proses pemeringkatan data atau informasi
yang dianggap paling sesuai dengan yang kita
cari.
Cara pertama untuk menggunakan
mesin pencarian informasi yaitu kita dapat
langsung mengunjungi laman mesin
pencarinya. Situs ini dapat diakses melalui
komputer maupun secara mobile di HP kita. Jika
kita menggunakan Google, ketikkan google.com
(versi default) atau google.co.id (versi
berbahasa Indonesia). Jika kita menggunakan
Yahoo, maka ketikkan yahoo.com, atau mesin
pencarian
Kedua, ketikkan kata kunci pencarian.
Ketikkan kata kunci sesuai dengan hal yang ingin ditemukan. Pilihlah kata atau istilah
20
yang populer digunakan. Sebagai contoh, lebih baik menggunakan kata kunci ’pelayanan
publik’ dibandingkan menggunakan kalimat deskripsi seperti ’pelayanan di sektor
publik’. Tidak perlu mencemaskan hal-hal kecil seperti ejaan dan penulisan huruf kapital.
Mesin pencarian informasi secara otomatis akan menggunakan ejaan yang paling umum,
walaupun kita salah mengetik kata kunci. Selain dengan mengetikkan kata kunci, kita
juga dapat melakukan pencarian informasi menggunakan suara. Mesin pencarian
informasi seperti Google dapat mendeteksi suara kita hanya dengan menyebutkan kata
kunci pencarian. Untuk menggunakan fitur suara ini, terlebih dahulu kita perlu
menyesuaikan setelan bahasa pada mesin pencari dan mengatur fitur microphone pada
gawai kita agar hasil pencarian sesuai dengan kebutuhan kita. Ketiga, tinjau kembali hasil
pencarian yang ditemukan. Hasil pencarian melalui mesin pencarian informasi bisa saja
sesuai atau tidak sesuai dengan yang kita harapkan. Berikut adalah tips dan trik yang lain
agar pencarian di Google lebih akurat dan efektif:
1. Gunakan tab: Pengguna google pasti tidak asing dengan tab web, gambar, berita,
video. Tab tersebut dapat mempersempit pencarian kalian. Gunakan tab gambar jika
kalian memerlukan gambar, tab berita untuk mencari berita, dan sebagainya.
2. Gunakan tanda petik: Saat mencari suatu yang spesifik, gunakan tanda petik (") untuk
meminimalkan tebakan pencarian di Google. Ketika kita memasukkan parameter
pencarian dalam tanda petik, itu akan memberitahu mesin pencari agar mencari
keseluruhan frase. Misalnya, jika kita mencari inovasi pelayanan publik, Google akan
mencari segala hal yang berkaitan dengan tiga kata itu. Namun jika kita mengetikkan
“inovasi pelayanan publik”, Google akan mencari frasa itu persis seperti yang kita
ketik. Ini memudahkan kita menemukan informasi yang mungkin terkubur di bawah
konten lain jika tidak diurutkan dengan benar.
3. Gunakan tanda hubung: Ketika kita mencari kata-kata yang berkesan ambigu, coba
gunakan tanda hubung. Itu akan membantu kita mempersempit pencarian. Seperti
contoh ketika kita mengetik mustang di Google, hasil yang muncul antara mobil dan
kuda. Tapi jika kita mengetik mustang-kuda maka hasil yang akan muncul hanya
seputar kuda mustang saja.
4. Gunakan titik dua untuk mencari situs tertentu: Jika kita ingin mencari suatu hal di
situs tertentu kita bisa mempersempit pencarian dengan menggunakan titik dua (:).
Contohnya cari pemberitaan seputar Merdeka belajar di Kemendikbud.go.id, kita
21
hanya perlu ketik: Merdeka Belajar: Kemendikbud. Hasil pencarian yang muncul
hanya akan pemberitaan tentang Merdeka Belajar di Kemendikbud saja.
5. Gunakan google untuk mengerjakan matematika: Tips ke lima ini cukup menarik
bukan? Google dapat kita gunakan untuk mengerjakan matematika, namun hanya
matematika dasar saja. Contohnya, ketik 9*10:2+100. Hasil yang muncul adalah
kalkulator yang menampilkan jawaban dari hitungan tersebut.
6. Cari beberapa kata sekaligus: Google ternyata paham bahwa kita mungkin tidak akan
menemukan hal yang kita cari dalam satu kata, maka dari itu Google dapat mencari
lebih dari satu kata untuk mempersempit pencarianmu. Rumusnya ketik seperti
contoh ini, “Cara Mudah Menjadi ASN yang tangguh”. Hasil yang ditemukan hanya
akan berkaitan dengan Cara mudah menjadi ASN yang Tangguh saja. Jangan lupa
gunakan tanda petik untuk mencari frasa sesuai urutan.
7. Cari hal yang berkaitan dengan angka: bagi ASN yang tertarik dengan statistik akan
menganggap tips ini berguna. Hal ini karena akan membantu kita mempersempit
pencarian yang berhubungan dengan angka yang mereka cari. Misalnya ketik,
Presiden Indonesia..2007. Hasil yang muncul adalah Susilo Bambang Yudhoyono.
8. Gunakan kata-kata penting: Menggunakan kata-kata yang terlalu panjang akan
membatasi pencarian kita sehingga apa yang kita cari tidak maksimal. Oleh sebab itu
gunakan kata kunci untuk mempersingkat waktu pencarian. Lebih baik mengetik
“ATM terdekat” dibanding mengetik “Di mana saya bisa menjumpai ATM di dekat
sini”. Hal ini terkait dengan mekanisme kerja dari mesin pencarian yang kita
gunakan.
9. Temukan file tertentu: Google dapat membantu kamu menemukan file yang kamu
cari. Kamu hanya perlu menambahkan kata filetype (pdf/power point) di belakang
kalimat yang ingin kamu cari. Contohnya, “komunikasi efektif pdf. Maka tautan yang
akan muncul dari hasil pencarian kita adalah pdf tentang komunikasi efektif.
10. Cari konversi uang: Ketika kita perlu mencari konversi uang dari dolar ke rupiah
dengan cepat? Google bisa melakukannya. Ketik saja dolar ke rupiah atau sebaliknya
maka hasilnya akan muncul. Cara ini juga berlaku untuk mencari konversi besaran
matematika seperti kilogram ke liter. Hal ini akan mempermudah ASN dalam
menjalankan tugas sesuai keperluan kita masing masing.
22
C. Aplikasi Percakapan dan Media Sosial
Aplikasi percakapan dan media sosial adalah salah satu bagian dari
perkembangan teknologi yang disebut sebagai tolok ukur yang sangat menarik yang
memiliki kaitan dengan berbagai aspek. Kita sering tidak menyadari bahwa kemampuan
penggunaan aplikasi percakapan dapat
memunculkan beragam permasalahan jika
tidak diikuti dengan kompetensi
penggunanya. Kompetensi tersebut, yakni:
mengakses, menyeleksi, memahami,
menganalisis, memverifikasi,
mengevaluasi, mendistribusikan,
memproduksi, berpartisipasi, dan
berkolaborasi (Kurnia dkk., 2020). Di
antara kompetensi tersebut, terdapat tujuh
kompetensi yang berkaitan langsung
dengan penggunaa n aplikasi percakapan,
yakni: mengakses, menyeleksi, memahami, memverifikasi, memproduksi,
mendistribusikan, berpartisipasi, serta berkolaborasi.
Kebebasan untuk mengakses aplikasi percakapan dan media sosial perlu
diimbangi dengan kemampuan pengguna untuk mengakses sebuah aplikasi percakapan.
Pengguna perlu setidaknya memahami empat dimensi persiapan, yaitu: pertama, akses
terhadap internet. Aplikasi
percakapan dan media sosial
bagaimanapun adalah platform
digital yang membutuhkan internet
agar bisa beroperasi. Internet ini
bisa didapatkan jika menggunakan
gawai yang kompatibel serta
tersedia paket data yang bisa dibeli.
Sebagian besar media sosial di Indonesia berbasis aplikasi percakapan. Hal ini
menunjukkan bahwa media sosial berkaitan dengan aplikasi percakapan. Namun, media
sosial dan aplikasi percakapan sebenarnya memiliki perbedaan. Kedua, syarat dan
ketentuan penggunaan aplikasi. Ia merupakan sekumpulan peraturan yang dibuat oleh
23
pembuat aplikasi percakapan dan media sosial yang harus disetujui dan dipenuhi oleh
calon pengguna sebelum menggunakan aplikasi tersebut. Maka dari itu, sangat penting
untuk membaca syarat dan ketentuan yang diberikan oleh aplikasi sebelum menekan
tombol setuju (Monggilo dkk., 2020). Selain itu, dalam sebuah grup percakapan, admin
biasanya memiliki ketentuan atau aturan, maka sangat penting untuk memahami siapa
saja yang menjadi anggota grup tersebut, agar menjadi filter dalam menerima berbagai
informasi yang ada di dalam grup-grup aplikasi percakapan (Monggilo dkk., 2020).
Ketiga, membuat dan/atau membuka akun. Setelah memahami ketentuan
penggunaannya, hal yang perlu dilakukan berikutnya adalah masuk (sign in)
menggunakan akun yang dimiliki. Jika belum memilikinya, maka perlu mendaftar
terlebih dahulu (sign up). Mendaftarkan akun membutuhkan data-data pribadi tertentu,
misalnya nama lengkap, nomor telepon, surel, usia, jenis kelamin, tanggal lahir, asal
negara, dan lainnya. Proses inilah yang harus diwaspadai, terutama bila data-data pribadi
tersebut terhubung dengan data bank maupun dompet digital.
Keempat, metode akses. Umumnya dua metode dalam mengakses sebuah aplikasi,
yaitu melalui aplikasi mobile yang dipasang ke perangkat kita dan/atau browser. Untuk
mengakses melalui aplikasi gawai pengguna hanya perlu membuka aplikasi gawai yang
telah dipasang. Sedangkan melalui browser, pengguna perlu membuka alamat laman dari
aplikasi yang ingin diakses terlebih dulu. Pilihannya dapat disesuaikan dengan
kebutuhan kita masing-masing.
Aparatur Sipil Negara sebagai bagian dari pemerintah merupakan referensi bagi
masyarakat yang diharapkan bisa menjadi panutan bagi masyarakat itu sendiri. Salah
satunya adalah memberikan teladan beretika dalam menggunakan media sosial, hal itu
dapat dilihat di era teknologi sekarang, ASN memanfaatkan media sosial dalam
berhubungan antar sesama. Namun, di dalam menggunakan media sosial tersebut
haruslah memiliki etika dalam internet. Jangan sekali-sekali menyebarluaskan berita
bohong (hoax) dan ujaran kebencian.
Sejalan dengan pesatnya kemajuan tekhnologi saat ini, salah satunya adalah
tekhnologi informasi membuat semua orang dapat dengan mudah dan cepat menerima
dan menyebarluaskan informasi melalui media sosial. Banyaknya pengguna media sosial
di Indonesia, dapat menjadi peluang bagi instansi pemerintah untuk menyebarluaskan
informasi mengenai inovasi yang memudahkan masyarakat. Pemanfaatan Media Sosial
sebagai sarana komunikasi bahkan sudah menjangkau dalam sistem tata pemerintahan.
24
Sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) yang menjalankan tata pemerintahan tentunya
harus memperhatikan beberapa hal dalam pemanfaatan Media Sosial tersebut guna
menjaga atau menjunjung tinggi Nilai Dasar, Kode Etik dan Kode Perilaku ASN, serta
pembinaan Profesi ASN. Beberapa hal yang dimaksud diantaranya :
1) Memegang teguh Ideologi Pencasila, setia dan mempertahankan Undang-undang
Dasar Negara Republik Indonesia 1945 serta Pemerintah yang sah, mengabdi pada
Negara dan Rakyat Indonesia serta menjalankan tugas secara profesional dan tidak
berpihak;
2) Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur, memegang teguh nilai
dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan Integritas ASN;
3) Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan Negara, memberikan informasi
secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang memerlukan informasi
terkait kepentingan kedinasan;
4) Tidak menyalahgunakan informasi intern negara untuk mendapat atau mencari
keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang lain;
5) Menggunakan sarana media sosial secara bijaksana, serta diarahkan untuk
mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
6) Memastikan bahwa informasi yang disebarluaskan jelas sumbernya, dapat
dipastikan kebenarannya, dan tidak mengandung unsur kebohongan;
7) Tidak membuat dan menyebarkan berita palsu (hoax), fitnah, provokasi,
radikalisme, terorisme dan fornografi melalui media sosial atau media lainnya;
8) Tidak memproduksi dan menyebarluaskan informasi yang memiliki muatan yang
menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok
masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras dan antar golongan (SARA),
melanggar kesusilaan, perjudian, penghinaan dan/atau pencemaran nama baik,
pemerasan dan/atau pengancaman.
25
sehari-hari. Kemudahan teknologi pun ternyata memiliki sisi yang perlu kita waspadai,
yakni jejak-jejak kita di dunia maya. Jejak-jejak inilah yang disebut dengan jejak digital
(digital footprints).
Jejak digital memiliki sisi positif dan juga sisi negatif yang perlu kita waspadai.
Jejak digital dan keberadaan fisik orang-orang sekarang dapat dilacak dengan mudah
sehingga seseorang kini harus melindungi anonimitas mereka secara daring dan juga
luring dengan lebih menyeluruh. Jejak digital dikategorikan dalam dua jenis, yakni jejak
digital yang bersifat pasif dan jejak digital yang bersifat aktif.
1) Jejak digital pasif adalah jejak data yang kita tinggalkan secara daring dengan tidak
sengaja dan tanpa sepengetahuan kita. Biasanya digunakan untuk mencari tahu
profil pelanggan, target iklan, dan lain sebagainya. Jejak ini tercipta saat kita
mengunjungi situs web tertentu dan server web mungkin mencatat alamat IP kita,
yang mengidentifikasi penyedia layanan Internet dan perkiraan lokasi.
2) Jejak digital aktif mencakup data yang dengan sengaja kita kirimkan di internet atau
di platform digital. Contohnya seperti mengirim email, mempublikasikan di media
sosial, mengisi formulir daring, dan lain sebagainya. Hal-hal tersebut berkontribusi
pada jejak digital aktif kita karena kita memberikan data untuk dilihat dan/atau
disimpan oleh orang lain. Semakin banyak email yang kita kirim, semakin banyak
jejak digital kita.
26
Jejak digital pun bisa disalahgunakan. Penyalahgunaan jejak digital adalah
pemanfaatan jejak digital secara negatif. Netsafe mencatat beberapa hal negatif yang
muncul dari
penyalahgunaan jejak
digital yang paling sering
dilaporkan oleh pengguna
internet, antara lain:
empublikasikan informasi
pribadi yang mengarah ke
penindasan atau pelecehan
daring, serta menerbitkan
informasi pribadi atau
bisnis yang digunakan
untuk serangan manipulasi
psikologis.
Modus
penyalahgunaan jejak
digital lain yang juga sering dilakukan adalah menerbitkan atau berbagi informasi yang
merusak reputasi, seperti kehilangan pekerjaan. Modus lain adalah dengan menerbitkan
atau berbagi gambar atau video yang digunakan untuk sexting, pemerasan, pelecehan
berbasis gambar (terkadang disebut revenge porn) atau insiden pemerasan. Untuk
perilaku semacam ini ancaman hukumannya bisa berlapis dan menyentuh hukum
tentang pencemaran nama baik bahkan juga pemerasan.
Dalam konteks kehidupan digital, kita tidak pernah hidup sendiri. Di luar sana ada
orang-orang yang mungkin sudah menangkap tampilan layar atau mengarsipkan
dokumen pribadi yang pernah kita unggah. Jika kejadiannya seperti ini, maka hampir
mustahil untuk menghapus jejak ini secara utuh. Untuk itu, kita harus berhati-hati ketika
melakukan sesuatu di dunia digital. Di masa sekarang, dengan media sosial yang sudah
menjadi keseharian, kita menjadi sangat mudah memberikan komen dan
mempublikasikan sesuatu. Rekam jejak digital sendiri merupakan jejak data yang
tertinggal saat seseorang menggunakan internet. Bentuk jejak digital bisa bermacam-
macam, mulai dari situs yang pernah dikunjungi, surel yang dikirimkan dan berbagai
informasi yang sempat dibagikan secara daring. Apapun yang tampak pada unggahan
27
media sosial, akan sangat berpengaruh pada citra diri atau image di mata audiens. Berikut
ini adalah tips dan trik agar membiasakan diri untuk meninggalkan jejak rekam digital
yang positif, antara lain:
1) Memeriksa jejak digital: Cari diri sendiri di situs pencarian untuk mengecek seperti
apa jejak digital. Apabila terdapat jejak digital yang kurang baik, sebaiknya segera
hapus agar tidak ada orang yang melihatnya.
2) Bijak sebelum menulis: Beberapa hal yang tampil dalam internet bukan hanya
sekadar tentang diri sendiri. Tetapi cara berperilaku juga kerap terekam secara
otomatis di intenet. Karena itu diperlukan pemikiran yang matang sebelum menulis
atau mengunggah sesuatu.
3) Bangun citra diri yang bermanfaat: Gunakan media sosial untuk hal yang positif.
Salah satunya adalah dengan menampilkan keahlian dan buat dalam bentuk konten
berupa tulisan, gambar, atau video sehingga dapat berguna bagi orang banyak. Hal
tersebut akan membuat citra diri secara positif di dunia maya.
4) Soroti sifat dan kualitas yang menarik: Menggunakan internet dan media sosial untuk
menonjolkan atribut kualitas terbaik, seseorang akan memungkinkan dilihat secara
positif.
E. Rangkuman
Tantangan utama ASN di era modern dewasa ini adalah penggunaan internet dan
media digital yang tak hanya memberikan manfaat bagi penggunanya, namun juga
membuka peluang terhadap beragam persoalan. Kurangnya kecakapan digital dalam
menggunakan perangkat keras dan perangkat lunak menimbulkan penggunaan media
digital yang tidak optimal.
Perangkat keras dan perangkat lunak saling membutuhkan dan melengkapi. Salah
satu perangkat lunak yang kita butuhkan dalam perangkat keras kita adalah sistem
operasi Untuk mengoperasikan perangkat keras diperlukan perangkat lunak. Sebaliknya,
pengoperasian dari perangkat lunak juga tidak bisa dilakukan tanpa adanya perangkat
keras. Perangkat lunak (software) merupakan suatu program yang digunakan untuk
mengatur kerja hardware agar dapat berjalan sebagaimana fungsinya. Hardware tidak
dapat digunakan oleh pengguna tanpa ada bantuan dari software.
Dalam menggunakan internet, salah satu aktivitas yang sering kita lakukan adalah
menggunakan mesin pencarian informasi untuk menunjang kegiatan. kerja mesin
28
pencarian informasi adalah dengan melakukan penelusuran informasi berdasarkan basis
data atau daftar situs web yang dikelolanya. Hal tersebut menyebabkan hasil
penelusuran yang berbeda jika kita menggunakan mesin pencarian informasi yang
berbeda, walaupun mengetikkan kata kunci yang sama. Mesin pencarian informasi
memiliki tiga tahapan kerja sebelum menyajikan informasi yang kita butuhkan yaitu:
penelusuran (crawling), pengindeksan (indexing), dan pemeringkatan (ranking).
Kebebasan untuk mengakses aplikasi percakapan dan media sosial perlu
diimbangi dengan kemampuan pengguna untuk mengakses sebuah aplikasi percakapan.
Pengguna perlu setidaknya memahami empat dimensi persiapan, yaitu: pertama, akses
terhadap internet. Kedua, syarat dan ketentuan penggunaan aplikasi. Ketiga, membuat
dan/atau membuka akun, dan keempat, metode akses.
Kemudahan teknologi pun ternyata memiliki sisi yang perlu kita waspadai, yakni
jejak-jejak kita di dunia maya. Jejak-jejak inilah yang disebut dengan jejak digital (digital
footprints). Rekam jejak digital sendiri merupakan jejak data yang tertinggal saat
seseorang menggunakan internet. Bentuk jejak digital bisa bermacam-macam, mulai dari
situs yang pernah dikunjungi, surel yang dikirimkan dan berbagai informasi yang sempat
dibagikan secara daring
F. Latihan Soal
1. Lakukan pemetaan konsep dan isu-isu terkini tentang kecakapan digital
(digital skill) di tempat kerja berdasarkan literatur ilmiah dengan
menggunakan mesin pencari yang tersedia dalam ekosistem digital!
2. Uraikan kembali secara singkat pemahaman anda tentang tentang perangkat
keras dan perangkat lunak (perangkat dan fitur proteksi)!
3. Uraikan kembali secara singkat pemahaman anda mesin pencarian informasi
dan cara penggunaan dan pemilahan data!
4. Uraikan kembali secara singkat pemahaman anda aplikasi percakapan dan
media sosial!
5. Uraikan kembali secara singkat pemahaman anda rekam jejak digital di
media!
29
BAB IV
BUDAYA BERMEDIA DIGITAL (Digital Culture)
30
menggunakan perkembangan
teknologi untuk mengambil uang
dari rekening orang lain yang
tidak dia kenal. Ada pun dari segi
penipuan sudah banyak orang
yang menipu dengan
memanfaatkan perkembangan
teknologi melalui internet dan
sudah banyak yang menjadi
korban. Oleh karena itu, kita
sebagai ASN perlu mamahami
budaya bermedia digital. Digital
Culture merupakan kemampuan individu dalam membaca, menguraikan, membiasakan,
memeriksa, dan membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka
Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari).
31
dipengaruhi oleh Pendidikan karakter. Transformasi digital yang semakin maju dan
canggih memang mempunyai banyak manfaat untuk perkembangan di berbagai aspek
kehidupan. Seperti yang terjadi di masa pandemi ini, terdapat banyak manfaat dari digital
komunikasi tantangan yang cukup berarti apabila itu dijalankan dan partisipan tidak
dapat mengikutinya. Kini terdapat berbagai teknologi digital yang dapat digunakan untuk
menambah dan meningkatkan strategi pekerjaan serta pembelajaraan dan kesehatan
masyarakat.
Sebagai bangsa Indonesia diwajibkan untuk memiliki sikap dan perilaku yang
menjunjung nilai nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Keduanya menjadi landasan
yang kuat dalam bersosialisasi di masyarakat baik secara tatap muka maupun melalui
kegiatan dalam jaringan (daring). Manusia harus memiliki mental yang tangguh dan
memiliki prinsip dalam menjalankan tugas tugas berkomunikasi dengan orang lain. Sikap
Pancasila ditunjukkan dalam berkegiatan kemanusiaan dalam berbagai kegiatan, salah
satu aplikasinya melalui media sosial yaitu melalui penggunaan nilai nilai Pancasila
dalam berkomunikasi antar sesama manusia. Terutama dalam menjalankan tugas tugas
sebagai duta bangsa dalam kesenian dan teknologi serta dalam menjalankan tugas
sebagai duta pariwisata untuk mempromosikan produk dalam negeri.
Indikator pertama dari kecakapan dalam Budaya Digital (Digital Culture) adalah
bagaimana setiap individu menyadari bahwa ketika memasuki Era Digital, secara
otomatis dirinya telah menjadi warga negara digital. Dalam konteks keIndonesiaan,
sebagai warga negara digital, tiap individu memiliki tanggung jawab (meliputi hak dan
kewajiban) untuk melakukan seluruh aktivitas bermedia digitalnya berlandaskan pada
nilai-nilai kebangsaan, yakni Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Hal ini karena
Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika merupakan panduan kehidupan berbangsa,
bernegara dan berbudaya di Indonesia.
Pancasila, sebagaimana dimuat dalam Pembukaan UUD 1945 dan dipertegas
dalam UU UU No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
32
sebagai sumber dari segala
sumber hukum negara,
merupakan dasar negara
Republik Indonesia, baik dalam
arti sebagai dasar ideologi
maupun filosofi bangsa. Artinya,
setiap materi muatan kebijakan
negara, termasuk UUD 1945,
tidak boleh bertentangan dengan
nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila. Begitu pun
dalam kehidupan berbudaya,
berbangsa dan bernegara
masyarakat Indonesia, termasuk
juga kehidupan bermedia digital.
Beragama dan beribadah kemudian menjadi hak setiap warga negara. Kendati
demikian, ada dampak logis dari hak. Yakni, kewajiban untuk menghormati agama dan
ibadah orang lain. Artinya, kita tidak boleh memaksakan agama, keyakinan dan cara
beribadah tertentu kepada orang lain, tidak melakukan perundungan baik verbal
maupun nonverbal berdasarkan agama, tidak boleh menghalangi ibadah orang lain dan
merusak sarana prasarana ibadah. Di ruang digital, kecakapan budaya digital terkait nilai
Ketuhanan Yang Maha Esa dimulai dengan kemampuan untuk mengakses,
mengeksplorasi dan sekaligus menyeleksi informasi tentang agama dan kepercayaan
dari sumber yang kredibel, dan memungkinkan adanya kajian multi perspektif. Hal ini
penting agar kita tidak terjebak dalam filter bubble atau echo chamber, sebuah kondisi
yang membentuk penyeragaman pemikiran, adanya ketergantungan pada produsen
pesan dan resistensi pada pemikiran berbeda (Mustikaningtyas, 2018).
Di ruang digital, kecakapan budaya digital terkait nilai Kemanusiaan Yang Adil dan
Beradab dimulai dengan kesadaran bahwa setiap kita adalah setara. Tidak ada
pembedaan jenis kelamin, ras, agama, status sosial, kelompok politik, disabilitas fisik dan
pembedaan lainnya dalam hal akses memperoleh informasi di ruang digital. Kita
33
diharapkan memiliki pengetahuan yang cukup tentang definisi konten yang berisi
penghinaan, perendahan, pengucilan, perundungan terhadap kelompok tertentu. Kita
juga diharapkan meluaskan toleransi, misalnya perbedaan pandangan politik, perbedaan
pilihan gaya hidup, perbedaan orientasi seksual, perbedaan cara beribadah dan lain
sebagainya, dengan membuka akses informasi terhadap isu-isu minoritas di ruang
publik.
Pada pengamalan sila ketiga, kita diingatkan untuk mengutamakan Indonesia di
atas kepentingan lainnya, untuk selalu menjalin kerjasama, beraliansi daripada
berseteru, mengusahakan konsolidasi daripada memprovokasi konflik. Mempromosikan
keberagaman dan meminimalisir prasangka juga stereotip. Hal ini selaras dengan nilai
Bhinneka Tunggal Ika, yang arti ansih nya berbeda tapi tetap satu, merayakan
keberagaman sebagai kekayaan yang menguatkan bukan melemahkan.
Di ruang digital, kecakapan budaya digital terkait nilai Persatuan Indonesia
dimulai dengan kesadaran untuk bangga menjadi warga negara Indonesia. Kita harus
mampu mengakses, mengeksplorasi, menyeleksi dan mengelaborasi pengetahuan
tentang Indonesia. Hal ini ditujukan agar pemahaman tentang Indonesia yang kita miliki
menumbuhkan rasa cinta kepada Tanah Air. Kita juga diharapkan memiliki pengetahuan
yang cukup tentang batasan ujaran kebencian (hate speech) yang memprovokasi
polarisasi/perpecahan. Disinformasi dan malinformasi adalah jalan yang kerap dipilih
sebagai cara memprovokasi. Selain itu, kita juga harus memahami konsep misinformasi,
disinformasi dan malinformasi.
Di ruang digital, kecakapan budaya digital terkait nilai Kerakyatan yang Dipimpin
oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan, dimulai dengan
kesadaran untuk mengetahui, mengeksplorasi, menyeleksi dan mengelaborasi informasi
publik yang berhak diakses dari lembaga publik sebagai pertanggungjawaban
transparansi dan akuntabilitasnya. Demokrasi digital juga menjamin adanya prinsip
egaliter, sehingga kita harus belajar untuk memberi ruang bagi setiap orang untuk bebas
berekspresi. Jika berbeda pandangan, maka bukalah ruang diskusi yang sehat untuk
membangun pemahaman bersama, seperti yang diproyeksikan Thomas Friedman di
buku The World is Flat (2005).
Pada pengamalan sila Ke-5, kita diharapkan mampu mengembangkan sikap
kekeluargaan, kerjasama, kerja keras, peduli sesama, tidak mengeksploitasi orang lain,
tidak bersikap boros dan bermewah-mewahan (Andrianni & Rianto, 2019). Nilai lainnya
34
adalah menghargai hasil karya orang lain, dan berkolaborasi mewujudkan kemajuan
yang merata di seluruh Indonesia (Mahardika, 2018, hal. 283-285). Di ruang digital,
kecakapan budaya digital terkait nilai Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia,
dimulai dengan kesadaran untuk memahami regulasi dan kebijakan tentang ranah
digital, di Indonesia ditetapkan UU ITE yang telah mengalami revisi di tahun 2016, juga
UU Kebebasan Memperoleh Informasi. Selain itu di ruang digital kita harus memahami
nettiquette, sebuah panduan etika berperilaku sebagai warga negara digital. Bergotong-
royong di ruang digital berarti kita harus memahami konsep kolaborasi yang dapat
mewujudkan kemajuan yang merata di seluruh Indonesia.
Apabila kita gagal memahami konsep dasar nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal
Ika dan menginternalisasikannya dalam berbagai ruang, termasuk ruang digital, maka
terdapat berbagai dampak yang akan berpotensi muncul sebagai berikut:
1) Tidak mampu memahami batasan
kebebasan berekspresi dengan
perundungan siber, ujaran kebencian,
pencemaran nama baik atau provokasi
yang mengarah pada segregasi sosial
(perpecahan/polarisasi) di ruang digital;
2) Tidak mampu membedakan keterbukaan
informasi publik dengan pelanggaran
privasi di ruang digital;
3) Tidak mampu membedakan misinformasi,
disinformasi dan malinformasi.
35
bangun hingga tidur. Sekaligus, memberi ide tentang semua pelajaran hidup yang dapat
diterima. Melalui media, termasuk media digital, gagasan masyarakat tentang kehidupan
disampaikan kepada masyarakat luas.
Secara umum, media massa menyajikan ide-ide budaya dalam tiga cara ya
berkaitan satu sama lain. Pertama, media membantu kita untuk mengidentifikasi dan
mendiskusikan kode perilaku yang dapat diterima dalam masyarakat. Kedua, media
mempelajari apa dan siapa yang diperhitungkan di dunia kita, serta mengapa mereka
begitu penting. Ketiga, media menentukan apa yang dipikirkan orang lain tentang kita,
dan apa dipikirkan orangorang “seperti kita” memikirkan orang lain (Turow, 2018).
Bentuk budaya terdiri dari praktik, produk, dan perspektif. Praktik berarti pola
interaksi sosial, atau perilaku. Praktik melibatkan penggunaan produk. Praktik mewakili
pengetahuan tentang "apa yang harus dilakukan kapan dan dimana," serta bagaimana
berinteraksi dalam budaya tertentu. Sementara, produk adalah kreasi berwujud atau
tidak berwujud dari budaya tertentu. Produk mencerminkan perspektif budaya. Contoh
produk berwujud adalah lukisan, karya patung, ukiran, karya sastra, dan lain-lain.
Sementara, produk tak berwujud terdiri dari dongeng lisan, tarian, ritual sakral, sistem
pendidikan, hukum, dan masih banyak lagi. Perspektif sendiri lebih cenderung pada hal-
hal yang filosofis, yakni makna, sikap, nilai, keyakinan, gagasan yang mendasari praktik
budaya dan produk budaya masyarakat. Perspektif budaya mewakili pandangan
sekelompok masyarakat tentang dunia. Rangkaian praktik, produk, dan perspektif
budaya secara utuh adalah prasyarat untuk melakukan kegiatan literasi digital dalam
ruang budaya.
Beragam sajian dalam bentuk foto, video, maupun tulisan, saat ini tersebar di
semua lini media digital kita. Pada tahapan ini, kita sebenarnya sudah punya modal untuk
memproduksi konten budaya dalam kehidupan sehari-hari. Di sinilah tantangan yang
kita hadapi menjadi lebih kompleks. Di satu sisi, kita dituntut untuk menghargai segala
perbedaan. Di lain pihak, kita juga dituntut memprioritaskan upaya menjaga konten
budaya yang diproduksi. Dalam proses produksi konten, jangan lupa ada pihak lain, atau
orang lain dalam konteks budaya yang berbeda, yang mungkin tidak nyaman ketika
kegiatan ritual budaya maupun ibadah kepercayaan/keagamaannya diekspos. Saat kita
hendak membuat foto maupun video tentang pemeluk Kong Hu Cu yang sedang berdoa
di Klenteng, misalnya, belum tentu lho mereka berkenan untuk diabadikan kegiatannya.
36
Maka, menjadi kewajiban pihak yang memproduksi konten budaya tersebut untuk
mendapatkan ijin dari individu-individu yang hendak diekspos kegiatannya.
Kemampuan produksi budaya dalam ruang digital membutuhkan dua
keterampilan sekaligus, yakni keterampilan menghasilkan produk budayanya itu sendiri,
kemudian memproduksinya dalam bentuk tampilan digital. Media sosial memiliki
kemampuan untuk menayangkan produksi budaya dalam bentuk audio visual seperti
terlihat di berbagai saluran Youtube, Facebook, Twitter, Instagram TV dan lain-lain.
Secara khusus, beberapa pengisi konten Youtube (Youtuber) bahkan mendedikasikan
dirinya untuk pengembangan konten budaya di Indonesia. Ini adalah sikap yang sangat
terpuji, perwujudan dari produksi budaya di ruang digital.
Salah satu kompetensi penting literasi digital adalah partisipasi. Partisipasi
literasi digital dalam seni budaya tradisional dan kontemporer bisa dilakukan dengan
banyak cara. Salah satu cara yang paling manjur adalah bergabung dengan berbagai
kelompok seni budaya tradisional & kontemporer, serta menjadi bagian dari kelompok
penjaga dan pelestari bahasa daerah di masing-masing daerah. Setiap Kota/Kabupaten
di Indonesia biasanya memiliki lembaga pusat kebudayaan daerah. Nah, kita dapat
berpartisipasi dengan cara bergabung dalam jaringan-jaringan tersebut. Harus diakui, ini
tidak mudah, karena tidak semua pusat kebudayaan daerah memiliki media digital.
Sehingga, menjalin jaringan tidak begitu saja mudah dilakukan. Namun, apabila kita bisa
mengembangkan jaringan tersebut, berpartisipasilah dengan mendorong agar lembaga
budaya atau komunitas ini memiliki media digital, sehingga mampu menghadirkan seni,
budaya dan bahasa daerah mereka dalam ruang digital yang lebih luas.
Setelah mempelajari digitalisasi dan perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi, kita diharapkan bisa memperdalam gagasan kebudayaan Indonesia yang
ditampilkan di ruang digital. Selain itu, kita juga bisa melakukan penyebarluasan praktik,
produk dan perspektif kebudayaan secara digital dengan lebih luas. Jangan lupa, nilai
Bhinneka Tunggal Ika dan multikulturalisme bangsa Indonesia harus menjadi acuan
utama. Segala perbedaan yang ada dalam budaya Indonesia, mesti disikapi dengan
bijaksana. Mendiskusikan beragam perbedaan budaya dengan sifat terbuka dan saling
menerima adalah kunci utama agar budaya Indonesia tetap terjaga.
C. Rangkuman
Globalisasi memungkinkan kita untuk berkomunikasi tanpa batas ruang dan
waktu dengan orang yang berbeda budaya melalui platform media baru berbasis digital,
37
seperti media sosial. Memahami konteks ke-Indonesiaan sebagai warga digital, kita
menyadari urgensi internalisasi Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam aktivitas
bermedia digital. Melandasi diri ketika produksi dan distribusi konten digital,
berpartisipasi dan berkolaborasi dengan nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika akan
mengarahkan kita pada aktivitas digital yang pancasilais dalam pilihan kegiatannya.
Sebagai bangsa Indonesia diwajibkan untuk memiliki sikap dan perilaku yang
menjunjung nilai nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Keduanya menjadi landasan
yang kuat dalam bersosialisasi di masyarakat baik secara tatap muka maupun melalui
kegiatan dalam jaringan (daring).
Salah satu kompetensi penting literasi digital adalah partisipasi. Partisipasi
literasi digital dalam seni budaya tradisional dan kontemporer bisa dilakukan dengan
banyak cara. Salah satu cara yang paling manjur adalah bergabung dengan berbagai
kelompok seni budaya tradisional & kontemporer, serta menjadi bagian dari kelompok
penjaga dan pelestari bahasa daerah di masing-masing daerah. Setiap Kota/Kabupaten
di Indonesia biasanya memiliki lembaga pusat kebudayaan daerah. Nah, kita dapat
berpartisipasi dengan cara bergabung dalam jaringan-jaringan tersebut. Harus diakui, ini
tidak mudah, karena tidak semua pusat kebudayaan daerah memiliki media digital.
Sehingga, menjalin jaringan tidak begitu saja mudah dilakukan. Namun, apabila kita bisa
mengembangkan jaringan tersebut, berpartisipasilah dengan mendorong agar lembaga
budaya atau komunitas ini memiliki media digital, sehingga mampu menghadirkan seni,
budaya dan bahasa daerah mereka dalam ruang digital yang lebih luas.
D. Latihan Soal
1. Lakukan pemetaan konsep dan isu-isu terkini tentang budaya bermedia digital
(Digital Culture) di tempat kerja berdasarkan literatur ilmiah dengan menggunakan
mesin pencari yang tersedia dalam ekosistem digital!
2. Lakukan identifikasi berbagai kasus diruang digital oleh ASN yang tidak sesuai
dengan nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika!
3. Lakukan analisis penyebab dari pelanggaran nilai dari kasus yang teridentifikasi
pada nomor 1!
4. Rumuskan strategi implementasi nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika di
ruang digital pada ruang lingkup unit kerja masing-masing!
38
BAB V
ETIKA BERMEDIA DIGITAL (Digital Ethics)
39
bersama dari setiap kelompok masyarakat, sehingga menunjukkan apa yang pantas dan
tidak pantas sebagai pedoman sikap dan perilaku anggota masyarakat.
Etika kontemporer adalah etika elektronik & online menyangkut tata cara,
kebiasaan, dan budaya yang berkembang karena teknologi yang memungkinkan
pertemuan sosial budaya secara lebih luas dan global. Etika The Good Play Program
diwujudkan dalam perilaku partisipatif yang bertanggung jawab pada orang lain. Maka
ruang lingkup etika dalam modul ini adalah menyangkut pertimbangan perilaku yang
dipenuhi kesadaran, tanggung jawab, integritas (kejujuran), dan nilai kebajikan. Baik itu
dalam hal tata kelola, berinteraksi, berpartisipasi, berkolaborasi dan bertransaksi
elektronik. Tanggung jawab berkaitan dengan dampak atau akibat yang ditimbulkan dari
suatu tindakan. Maka
bertanggung jawab artinya
adalah kemauan menanggung
konsekuensi dari perilakunya.
Digital Ethics adalah kemampuan
individu dalam menyadari,
mencontohkan, menyesuaikan
diri, merasionalkan,
mempertimbangkan, dan
mengembangkan tata kelola etika
digital (netiquette) dalam
kehidupan sehari-hari. Digital
ethics merupakan panduan berperilaku terbaik di ruang digital membawa individu untuk
bisa menjadi bagian masyarakat digital, berada di domain ‘kolektif, informal’.
Etika penggunaan media sosial tersebut diatur dalam Surat Keputusan Bersama
Tentang Penanganan Radikalisme Dalam Rangka Penguatan Wawasan Kebangsaan Pada
Aparatur Sipil Negara yang ditandatangani 6 menteri dan 5 pimpinan lembaga/instansi
pada bulan November 2019. Adapun jenis-jenis pelanggaran bermedia sosial di kalangan
ASN yang disepakati dalam SKB 11 instansi tersebut adalah sebagai berikut:
1) Penyampaian pendapat baik lisan maupun tulisan dalam format teks, gambar, audio,
atau video, melalui media sosial yang bermuatan ujaran kebencian terhadap salah
satu suku, agama, ras, dan antar golongan;
40
2) Penyebarluasan pendapat yang bermuatan ujaran kebencian sebagaimana pada
angka 1 dan 2 melalui media sosial (share, broadcast, upload, retweet, repost, dan
sejenisnya)
3) Tanggapan atau dukungan sebagai tanda setuju pendapat pada muatan ujaran
kebencian dengan memberikan likes, dislike, love, retweet, atau comment di media
sosial.
4) Pemberitaan yang menyesatkan baik secara langsung maupun melalui media sosial.
5) Penyebarluasan pemberitaan yang menyesatkan baik secara langsung maupun
melalui media sosial
Selanjutnya, sesuai dengan rilis BKN Nomor 006/V/2018 ada enam aktivitas
ujaran kebencian berkategori pelanggaran berkategori pelanggaran disiplin ASN, yakni :
1) Menyampaikan pendapat baik lisan maupun tertulis lewat media sosial yang
bermuatan ujaran kebencian terhadap Pancasila, Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia Tahun 1945, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI, dan Pemerintah;
2) Menyampaikan pendapat baik lisan maupun tertulis lewat media sosial yang
mengandung ujaran kebencian terhadap salah satu suku, agama, ras, dan
antargolongan;
3) Menyebarluaskan pendapat yang bermuatan ujaran kebencian (pada poin 1 dan 2)
melalui media sosial (share, broadcast, upload, retweet, repost instagram dan
sejenisnya);
4) Mengadakan kegiatan yang mengarah pada perbuatan menghina, menghasut,
memprovokasi, dan membenci Pancasila, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
Tahun 1945, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI, dan Pemerintah;
5) Mengikuti atau menghadiri kegiatan yang mengarah pada perbuatan menghina,
menghasut, memprovokasi, dan membenci Pancasila, Undang- Undang Dasar
Republik Indonesia Tahun 1945, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI, dan Pemerintah;
6) Menanggapi atau mendukung sebagai tanda setuju pendapat sebagaimana pada poin
1 dan 2 dengan memberikan likes, dislike, love, retweet, atau comment di media
sosial.
Sejalan dengan pesatnya kemajuan tekhnologi saat ini, salah satunya adalah
tekhnologi informasi membuat semua orang dapat dengan mudah dan cepat menerima
dan menyebarluaskan informasi melalui sosial media. Sejatinya media sosial adalah
media berbasis internet yang bersifat dua arah dan terbuka bagi siapa saja, yang
41
memungkinkan para penggunanya dengan mudah berinteraksi, berpartisipasi,
berdiskusi, berkolaborasi, berbagi, serta menciptakan dan berbagi isi. Dalam bermedia
sosial kita harus tetap mengerti adanya perbedaan. Teknologi dan media sosial
memberikan kesempatan untuk kita dapat bertransformasi menjadi institusi
pemerintahan yang lebih transparan dan akuntabel. Lantas apa yang harus kita lakukan?
Ketentuan terkait bijak dalam bermedia sosial telah diatur. Dengan demikian jadilah
seseorang yang berprestasi untuk instansi kita. Bagaimana caranya? mulai lah dari sikap
bijak. Gunakan media sosial untuk hal-hal yang positif, menjadi inspirasi dalam berbagai
kalangan, mengharumkan citra baik dan memberikan informasi. Hindari hate speech, isu
sara, menjaga netralitas dan integritas, berprilaku sesuai norma kesopanan dan
kesusilaan. Kita sebagai ASN dimana peraturan melekat pada diri kita.
A. Informasi Hoax
Salah satu konten negatif yang mendapat perhatian adalah hoaks. Hoaks, sebuah
kata yang tidak asing lagi bagi kita. Kata ini sangat populer belakangan ini di Indonesia.
Berbagai peristiwa besar sering diiringi oleh kemunculan hoaks, misalnya seperti
peristiwa politik, bencana alam, ekonomi, sosial dan kesehatan. Jika kita kilas balik,
kehadiran hoaks kita rasakan pada tahun 2016-2017 saat pemilihan kepala daerah
(Pilkada) di Jakarta (Rahayu, Utari, & Wijaya, 2019; Supriatma, 2017; Utami, 2018). Pada
masa Pilkada tersebut, hoaks banyak beredar untuk menjatuhkan dan memenangkan
masing-masing calon pemimpin kepala daerah.
42
Pergerakan hoaks dipermudah oleh penggunaan media sosial yang masif oleh
masyarakat. Menurut Utami (2018), pergerakan hoaks ditentukan oleh keberadaan
media sosial. Sebelum
ada media sosial, kontrol
informasi ada di media
massa sehingga ada
pihak resmi yang
menyaring isi informasi.
Namun di era media
sosial, kontrol informasi
ini sepenuhnya ada di
tangan masyarakat.
Sayangnya kebebasan
akses ini tidak diimbangi
oleh kemampuan
pengguna informasi.
Supriatma (2017)
mengatakan bahwa
hoaks memanfaatkan
masyarakat yang tidak
memiliki pengetahuan atau awam dalam mengelola informasi. Saat kita berkomunikasi
dan bertransaksi di dunia digital kita dituntut untuk mampu menyeleksi dan
menganalisis informasi apa saja yang akan kita sampaikan dengan lawan bicara kita di
dunia digital. Karena yang kita hadapi adalah sama-sama manusia yang punya hati dan
rasa. Sehingga kita harus cermat menyeleksi kaidah menggunakan bahasa yang tepat,
misalnya berkomunikasi dengan orang yang lebih tua, sepantaran usia, atau yang lebih
muda baik melalui email atau media sosial, sebaiknya bahasa yang digunakan kita
sesuaikan dengan konteks masing-masing. Pada kompetensi ini kita dapat memakainya
untuk memilih dan memilah perilaku yang sesuai dengan netiket maupun perilaku yang
tidak sesuai dengan netiket.
43
B. Ujaran Kebencian
Meskipun interaksi di dunia digital dimana kita semua dapat mengekspresikan
diri kita dengan lebih bebas tanpa batas karena efek borderless dari internet, bukan
berarti kita dapat melakukan apapun yang kita kehendaki. Seperti halnya etika dalam
kehidupan bermasyarakat, sanksi yang dapat diperoleh terhadap suatu pelanggaran
etika atau norma-norma yang berlaku adalah sanksi sosial dan sanksi hukum. Sanksi
sosial bisa saja berupa teguran atau bahkan dikucilkan dari kehidupan bermasyarakat.
Demikian pula bila terjadi pelanggaran netiket, maka sanksi yang akan diterima bisa
dikucilkan dari kehidupan komunitas masyarakat digital. Jika pelanggaran etika tersebut
berkembang menjadi pelanggaran hukum maka perangkat-perangkat hukumlah yang
akan berbicara tentang sanksi yang diberikan, contohnya Undang- Undang Informasi dan
Transaksi Elektronik (UU ITE) yang mengatur tentang informasi serta transaksi
elektronik. Jadi, siapapun yang melanggar ketentuan-ketentuan yang telah dituangkan
dalam UU ITE tersebut dapat terkena sanksi hukum tanpa pandang bulu.
Ujaran kebencian atau hate speech adalah ungkapan atau ekspresi yang
menganjurkan ajakan untuk mendiskreditkan, menyakiti seseorang atau sekelompok
orang dengan tujuan membangkitkan permusuhan, kekerasan, dan diskriminasi kepada
orang atau kelompok tersebut (Gagliardone, Gal, Alves, & Martinez, 2015). Pada banyak
kasus, ujaran kebencian ini dapat membakar massa untuk melakukan kekerasan fisik
terhadap sasaran dari ujaran tersebut. Penghasut membuat konten ujaran kebencian
dengan sengaja mengubah fakta-fakta atau disinformasi. Kata-kata atau gambar, video,
audio dipilih yang bersifat memojokkan kelompok atau seseorang. Konten tersebut bisa
bertahan lama di dunia maya karena ada peran pengguna internet yang terhasut. Para
pengguna ini akan meneruskan konten ini ke orang-orang lain, dan seterusnya
menggelinding ke mana-mana, bahkan viral. Konten tersebut lalu dibicarakan di dunia
nyata (offline) secara intensif, bahkan disertai provokasi. Jadi bermula dari hasutan yang
terus-menerus di dunia maya, akhirnya dapat bermuara pada tindakan kekerasan fisik.
44
Kalau informasi yang kita baca bernada ujaran kebencian dan tidak etis kita bisa
langsung mencurigai berita tersebut. Teliti terlebih dahulu siapa yang menyampaikan
informasi dengan cara mengecek sumber beritanya di Google News. Kita bisa memeriksa
apakah informasi tersebut diberitakan oleh media yang dapat dipercaya, apabila tidak
dapat divalidasi oleh sumber resmi yang lain, kemungkinan besar berita itu palsu.
Kemudian cek apakah gambar sesuai dengan konteks di Google Images. Kita bisa
menelusuri gambar yang kita dapat melalui Google Images. Gambar tersebut akan dicari
di database untuk melihat apakah sudah pernah muncul di internet, kapan beredarnya,
konteks kemunculannya, dan apakah gambar itu diselewengkan dari tujuan aslinya.
Selanjutnya verifikasi topik
pesan lewat Fact Check Tools.
Kalau kita curiga tentang
keabsahan sebuah topik,
gunakan Fact Check Explorer,
di sini kita bisa menelusuri dan
memverifikasi topik tertentu
yang kita curigai. Telusuri
referensi artikelnya. Berita
palsu memakai judul yang sensasional dan terkadang tidak etis untuk menarik perhatian
pembaca. Tapi kalau kita teliti seringkali detailnya informasi di dalamnya tidak konsisten
dengan judulnya. Lalu yang terakhir perhatikan URL nya karena terdapat beberapa situs
yang mirip dengan nama sebuah web, atau alamatnya mirip dengan media mainstream
padahal sama sekali tidak ada hubungan diantara keduanya.
Kita melakukan cross check untuk menguji kebenaran suatu informasi. Langkah
verifikasi akan mengurangi resiko menjadi korban dari konten negatif. Kita menguji
kebenarannya dengan mencari informasi dari sumber-sumber lain yang kredibel.
Sumber yang kredibel adalah yang memiliki rekam jejak yang baik, memiliki keahlian di
bidangnya, dan kita ketahui tidak memiliki bias kepentingan. Kompetensi ini sebenarnya
menunjukkan bahwa kita adalah pemain aktif dalam mengelola informasi. Kita tidak mau
menelan mentah-mentah berbagai informasi yang kita peroleh. Upaya verifikasi ini
dilakukan karena secara mendasar ada dorongan dari diri kita sendiri untuk
mengkonsumsi informasi yang benar dan memberi manfaat bagi kita, bukan informasi
bohong, penipuan, mengandung unsur kejahatan, atau menjebak kita.Prinsip kehati-
45
hatian yang kita lakukan secara tidak langsung juga dapat berimbas pada orang-orang
yang mengirimkan informasi yang salah.
C. Perundungan (cyberbullying)
Pernah mendengar kata cyberbullying? Di antara kita sudah ada yang pernah
mendengarnya. Kata tersebut diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia sebagai
perundungan di dunia maya. Pengertiannya, tindakan agresif dari seseorang atau
sekelompok orang terhadap orang lain yang lebih lemah (secara fisik maupun mental),
dengan menggunakan media digital. Tindakan ini bisa dilakukan terus menerus oleh yang
bersangkutan (UNICEF, n.d.).
Korbannya bisa mengalami depresi mental. Bentuk perundungan ini dapat berupa
doxing (membagikan data personal seseorang ke dunia maya); cyberstalking (mengintip
dan memata-matai seseorang di dunia maya); dan revenge porn (membalas dendam
melalui penyebaran foto/video intim/vulgar seseorang. Selain balas dendam,
perundungan ini juga untuk memeras korban). Perundungan ini bisa memunculkan rasa
takut si korban, bahkan dapat terjadi kekerasan fisik di dunia nyata/offline (Dhani,
2016).Perundungan ini sering kita temui di dunia maya dan ini merupakan masalah
serius bagi kesehatan dan keselamatan para pengguna internet. Ada beberapa jenis
cyberbullying di Indonesia, antara lain :
1) Flaming: Tindakan flaming merupakan sebuah tindakan seperti provokasi, ujaran
kebencian, mengejek dan menyinggung perasaan orang lain. Caranya, mengirim
pesan yang berisi beberapa kata-kata frontal dan penuh kemarahan.
2) Harassment: Tindakan harassment berupa gangguan yang pelaku lakukan secara
terus menerus, dengan mengirim pesan singkat melalui platform chatting dll. Kata-
kata yang tertulis selain menyudutkan juga menghasut orang lain untuk bersikap
sama. Tujuan dari sikap pelaku adalah membuat target merasa gelisah.
3) Denigration: Denigration merupakan pencemaran nama baik, di mana pelaku akan
mengumbar kejelekan orang lain.
4) Cyberstalking: Merupakan sebuah tindakan dengan sengaja memata-matai dan
bertujuan untuk membuat korban merasa depresi dan takut.
5) Impersonation: Merupakan tindakan meniru atau menjadi orang lain dan
mengirimkan pesan-pesan yang menyakiti korban. Biasanya pelaku menggunakan
akun palsu dan aksinya beraksi di sosial media seperti instagram atau twitter.
46
6) Outing and trickery: Outing adalah tindakan yang menyebarkan aib/ rahasia orang
lain, dapat berupa foto-foto atau isi chat orang lain. Akibatnya korban merasa malu
atau depresi. Sementara trickey merupakan tindakan membujuk orang lain agar
mendapatkan rahasia calon target. Tujuannya adalah untuk mempermalukan target
di depan umum. Dalam beberapa kasus pelaku outing juga melakukan trickey.
Secara psikologis, akibat cyber bullying lebih buruk daripada perundungan biasa.
Sebab, cyberbullying meninggalkan jejak digital dengan jangkauan lebih luas. Bahkan
orang lain yang tidak kenal sekalipun dapat turut berkomentar, seolah seluruh dunia
sedang menyerang. Berikut beberapa akibat tindakan cyber bullying bagi korban, antara
lain :
a) Memunculkan perasaan ingin bunuh diri
Korban cyberbullying yang terluka, malu, putus asa akan memilih untuk menarik
diri dari lingkungan. Bahkan tidak sedikit yang mencoba untuk menyalahkan
dirinya. Jika perasaan depresi tersebut terus menghantui dan bertambah parah,
maka tidak menutup kemungkinan akan memunculkan pikiran bunuh diri.
b) Kehilangan minat
Menjadi korban perundungan dapat menyebabkan korban kehilangan minat
pada sesuatu. Penyebabnya karena perasaan malu untuk bertemu dengan orang
lain.
c) Lingkungan akan mengucilkan korban
Dampak cyberbullying memang nyata. Orang lain yang berada di lingkungan
korban tanpa sadar akan turut menyerang dan menambah komentar-komentar
buruk. Bahkan orang yang tak kenal dekat dengan korban pun ikut menyerang
hanya karena postingan muncul di beranda sosial media mereka. Akibatnya,
korban bullying akan semakin terkucilkan dan mendapat perlakuan yang tidak
menyenangkan lainnya.
d) Kesehatan fisik menurun
Komentar negatif yang terus menerus akan membuat korban menjadi stress,
lelah pikiran dan juga fisik.
47
Cara Mengatasi Cyberbullying
Perundungan ini sangat berdampak negative, sehingga kita sebagai ASN harus
dapat mengantisipasi dan menghindari perbuatan perundungan. Berikut adalah
beberapa rekomendasi tindakan untuk para korban cyberbullying.
1) Mencari bantuan dari orang yang kita percaya
Ketika kita merasa telah menjadi korban cyberbullying, sebaiknya segera
melaporkan tindakan pelaku kepada orang yang kita percayai. Misalnya saja
orangtua atau keluarga terdekat lainnya.
2) Blokir akun sosial media pelaku
Cara mengatasi cyber bullying lainnya adalah Kita bisa langsung memblokir akun
sosial media pelaku dan melaporkannya ke pihak sosial media tersebut. Kita bisa
memberikan alasan mengapa komentar tersebut Kita laporkan. Jadi, jika ada akun
yang berkomentar buruk dan menghina Kita, jangan ragu untuk memblokir atau
melaporkannya, ya! Karena sosial media seperti facebook/ instagram akan merespon
laporan Kita dan segera menghapus postingan yang mengganggu.
3) Melapor kepada pihak berwajib
Agar cyberbullying tidak berlanjut lama, Kita sebaiknya juga melaporkan kepada
pihak yang berwajib. Kumpulkan bukti-bukti berupa tangkapan layar komentar
negatif dari pelaku atau isi chatting. Semua pelaku perundungan dunia maya akan
mendapatkan sanksi sesuai hukum yang berlaku.
4) Mengaktifkan mode filter komentar
Agar Kita tidak menjadi korban cyberbullying, maka cegah dengan mengaktifkan
pengaturan filter komentar. Sehingga komentar yang bertujuan untuk menghina
tidak akan terlihat oleh orang lain.
5) Setting sosial media menjadi privat akun
Cara mengatasi dan mencegah kasus cyberbullying adalah dengan mengatur sosial
media menjadi privat akun. Pastikan akun-akun pengikut merupakan kenalan,
seperti teman dekat atau keluarga saja.
Dengan demikian, kita sebagai ASN dapat memilah dan mengatasi berbagai
konten negatif baik berupa hoax, ujaran kebencian maupun perundungan, sehingga kita
dapat menjalankan tugas dengan maksimal di tengah ancaman konten negative di dunia
digital.
48
D. Rangkuman
Dalam beraktivitas di internet, terdapat etika dan etiket yang perlu diikuti oleh
pengguna. Keduanya wajib dipahami, ditaati, dan dilaksanakan oleh pengguna selama
mengakses layanan internet. Digital Ethics adalah kemampuan individu dalam
menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan, dan
mengembangkan tata kelola etika digital (netiquette) dalam kehidupan sehari-hari.
Digital ethics merupakan panduan berperilaku terbaik di ruang digital membawa
individu untuk bisa menjadi bagian masyarakat digital, berada di domain ‘kolektif,
informal’. Teknologi dan media sosial memberikan kesempatan untuk kita dapat
bertransformasi menjadi institusi pemerintahan yang lebih transparan dan akuntabel.
Lantas apa yang harus kita lakukan? Ketentuan terkait bijak dalam bermedia sosial telah
diatur. Dengan demikian jadilah seseorang yang berprestasi untuk instansi kita.
Bagaimana caranya? mulai lah dari sikap bijak. Gunakan media sosial untuk hal-hal yang
positif, menjadi inspirasi dalam berbagai kalangan, mengharumkan citra baik dan
memberikan informasi. Hindari hate speech, isu sara, menjaga netralitas dan integritas,
berprilaku sesuai norma kesopanan dan kesusilaan. Kita sebagai ASN dimana peraturan
melekat pada diri kita.
E. Latihan Soal
1. Lakukan pemetaan konsep dan isu-isu terkini tentang etika bermedia digital
(Digital Ethics) di tempat kerja berdasarkan literatur ilmiah dengan
menggunakan mesin pencari yang tersedia dalam ekosistem digital!
2. Silahkan identifikasi kasus terkait dengan etika dalam dunia digital yang
dilakukan oleh ASN!
3. Selanjutnya lakukan analisis dari kasus yang teridentifikasi tersebut dengan
menguraikan beberapa hal berikut ini:
a. Deskripsi kasusnya (etika dalam dunia digital yang dilakukan oleh ASN)
b. Petakan para pihak yang terlibat!
c. Rumuskan strategi penanganan serta atisipasi dari kasus tersebut!
49
BAB VI
KEAMANAN BERMEDIA DIGITAL (Digital Safety)
50
sering terjadi. Oleh karena
itu kita sebagai ASN perlu
memahami aspek
keamanan bermedia
digital (Digital Safety).
Digital Safety merupakan
panduan bagi individu
agar dapat menjaga
keselamatan dirinya
berada pada domain
‘single, formal’ karena
sudah menyentuh instrumen-instrumen hukum positif. Membahas tentang
keamanan digital berarti membahas berbagai aspek keamanan, mulai dari
menyiapkan perangkat yang aman hingga menyediakan panduan untuk
berperilaku di media digital yang rendah risiko. Pemahaman tentang keamanan
digital dapat meningkatkan kemampuan individu dalam mengenali pentingnya
keamanan digital, mengenali faktor-faktor risiko di dunia digital, mempolakan
berbagai potensi dan ancaman yang biasa muncul dalam kehidupan digital serta
menerapkan keterampilan literasi digital untuk bisa mendukung aktivitas
bermedia digital yang aman dan nyaman.
51
perangkat untuk membuatnya mampu bekerja dengan baik. Kedua komponen ini saling
terkait sehingga upaya pengamanannya pun dilakukan secara berkesinambungan.
Proteksi perangkat digital pada dasarnya merupakan perlindungan yang
bertujuan untuk melindungi perangkat digital dari berbagai ancaman malware. Malware,
singkatan dari malicious software, adalah perangkat lunak yang dirancang untuk
mengontrol perangkat secara diam-diam, bisa mencuri informasi pribadi milik kita atau
uang dari pemilik perangkat. Perangkat lunak perusak telah digunakan untuk mencuri
sandi dan nomor akun dari ponsel, komputer, tablet dengan cara membebankan biaya
palsu pada akun pengguna, dan bahkan melacak lokasi dan aktivitas pengguna tanpa
sepengetahuan mereka.
Dalam menjalankan upaya penipuan, peretas biasanya menyamarkan malware
sebagai aplikasi seluler yang tampak aman di toko aplikasi dan situs web. Misalnya kita
selama ini mengenal aplikasi permainan Angry Birds sebagai aplikasi yang aman. Peretas
kemudian berusaha membuat program tiruan yang berisi malware dengan iming-iming
semua level yang berbayar bisa terbuka secara gratis. Aplikasi tiruan ini biasanya
diedarkan di luar toko aplikasi resmi. Ketika pengguna mengunduhnya, tanpa dia sadari
pengguna itu tengah memasukkan aplikasi tiruan yang membahayakan perangkat digital
dan data yang ada di dalamnnya.
Pemahaman mengenai proteksi perangkat digital harus dimiliki oleh pengguna
perangkat seperti telepon pintar, tablet, dan komputer karena aktivitas penggunaan
perangkat tersebut sangat rentan dan memiliki banyak risiko yang kemudian bisa terjadi
dikemudian hari. Risiko lainnya yang mungkin saja terjadi pada perangkat digital yang
kita miliki jika tidak diproteksi dengan benar adalah kegiatan mengakses data dan
dokumen pribadi yang bisa dilakukan oleh orang yang paham teknologi dan informasi,
seperti kasus viral di media sosial yang dihebohkan dengan aksi tukang servis handphone
yang membongkar galeri pelanggan demi mencari foto dan video bugil terungkap dan
kemudian viral. Modus mereka adalah melihat-lihat file foto dan video di telepon pintar
yang sudah diperbaiki dengan harapan menemukan foto atau video bugil dari
pemiliknya.
52
Perangkat digital yang beredar saat ini sebenarnya sudah dirancang supaya aman
meskipun digunakan oleh pengguna yang awam sekalipun. Untuk proteksi perangkat
keras, kita mengenal beberapa fitur, seperti kata sandi, autentikasi dengan sidik jari,
maupun autentikasi wajah. Sedangkan perangkat lunak dilindungi oleh sistem pengaman
bawah sistem operasi yang ada pada perangkat. Prinsipnya, selama kita selalu
menggunakan produk yang asli, sistem
operasi ini akan terus memperbarui
diri agar mampu mengimbangi
berbagai varian malware baru. Namun
kita sebagai pengguna seringkali
mengabaikan fitur-fitur tersebut dan
lebih memilih untuk tidak
memasangnya pada perangkat digital yang kita miliki. Bahkan terkadang memilih
menggunakan software bajakan atau mengunduh aplikasi dari situs yang tidak bisa
dipercaya keamanannya. Praktik semacam ini lah yang kerap kali membuat perangkat
digital kita menjadi mudah dibobol oleh peretas.
53
jika terjadi serangan atau kebocoran data pada sistem yang mereka miliki. Berikutnya
yang tidak kalah pentingnya si pemilik data itu sendiri. Mereka juga harus diberikan
sosialisasi dan pemahaman. Jangan sampai regulasinya sudah ada, pengendalinya sudah
mematuhi aturan, tetapi pemilik datanya dengan mudah mengumbar data pribadinya,
setelah tiga pihak tersebut, pihak terakhir yang berperan dalam pelindungan data pribadi
ialah aparat penegak hukum.
Data pribadi yang bocor dan akun yang diretas adalah contoh ancaman keamanan
digital yang bisa membuat identitas digital dan data pribadi bisa dimanfaatkan pihak lain
untuk beragam kepentingan di luar pengetahuan penggunanya serta ada kemungkinan
merugikan penggunanya. Padahal dalam menggunakan platform digital yang
penggunanya sangat masif, terkumpulnya data pengguna menjadi big data, membuka
peluang bocornya identitas digital dan data pribadi baik dalam proses penyimpanan
maupun pemrosesan (Winarsih & Irwansyah 2020). Identitas digital pada dasarnya
adalah identitas seseorang sebagai pengguna platform media digital (Monggilo, Kurnia,
& Banyumurti 2020). Terdapat dua jenis identitas digital baik yang terlihat maupun tidak
terlihat.
Identitas digital yang
terlihat tidak selalu identik dengan
identitas kita dalam kehidupan
nyata yang merupakan rangkuman
karakteristik kita baik yang
bersifat tetap maupun tidak tetap
(Monggilo, Kurnia & Banyumurti
2020). Identitas tetap berupa
nama, tempat lahir, tanggal lahir, jenis kelamin, dan nama orang tua dan biasanya tercatat
di berbagai kartu identitas seperti Kartu Keluarga (KK) dan Kartu Tanda Penduduk
(KTP). Sedangkan identitas tidak tetap misalnya pekerjaan, alamat tinggal maupun
penampilan fisik seperti warna rambut yang bisa berubah dengan cepat dan biasanya
jarang tercatat di kartu identitas kecuali alamat tempat tinggal.
54
Berbeda dengan
identitas di dunia nyata,
identitas digital bukanlah
suatu kesatuan
karakteristik melainkan
gabungan beragam
identitas parsial (Monggilo,
Kurnia & Banyumurti
2020). Artinya ada
identitas digital yang sama
dengan identitas kita di
dunia nyata, ada yang
berbeda. Misalnya saja, orang bisa mencantumkan nama, alamat, tempat tanggal lahir di
platform digital sesuai aslinya, ada yang tidak. Bahkan ada yang meramu identitas
digitalnya dengan sebagian identitas asli sebagian samaran. Hal-hal yang harus kita
lakukan untuk menjaga identitas digital kita:
1. Pertama, sebagai pengguna platform digital, kita bisa menggunakan identitas asli
atau samaran, namun kita wajib bertanggung jawab atas pilihan tersebut. Pastikan
juga hanya menampilkan identitas digital yang “aman”. Hindari untuk menampilkan
identitas digital yang seolah aman tapi tidak seperti tanggal lahir kita dan nama ibu
kandung. Sebab, identitas tersebut biasanya digunakan dalam transaksi perbankan
yang tentu hanya kita saja yang boleh menggunakannya.
2. Kedua, pastikan keamanan surat elektronik kita sebagai identitas digital utama yang
kita gunakan untuk mengakses berbagai platform digital dengan secara rutin
memastikan sandi diperbaharui. Selain itu, sebelum bergabung dalam platform
digital tertentu (application admission), pastikan kita memahami identitas digital kita
akan dikelola dengan baik dan aman. Kita juga wajib membaca syarat yang harus kita
sepakati saat mendaftar akun platform digital dengan detail serta sadar akan
risikonya. Kita juga harus memastikan memahami seluruh jaminan privasi dan
keamanan platform tersebut.
3. Ketiga, pastikan kita melindungi identitas digital kita di berbagai akun platform
digital yang kita gunakan. Konsolidasikan keamanannya misalnya dengan tidak
menggunakan sandi sama namun hubungkan satu akun dengan lainnya dengan
55
perlindungan yang maksimal untuk saling mengunci. Ketiga langkah di atas penting
untuk melindungi identitas digital yang kita miliki agar tidak terjadi kerugian di masa
mendatang. Namun begitu, kita juga perlu melindungi identitas digital milik orang
lain baik keluarga atau teman maupun orang lain dengan cara menghargai privasi
mereka serta tidak melakukan invasi ke dalam sistem keamanan platform digital
mereka.
C. Rangkuman
Semakin tingginya aktivitas masyarakat dalam mengakses berbagai layanan di
Internet menjadi angin segar karena aktivitas ini dapat membuka peluang masyarakat
untuk lebih berdaya. Namun di sisi lain tingginya aktivitas digital juga membuka potensi
buruk. Pemahaman mengenai proteksi perangkat digital harus dimiliki oleh pengguna
perangkat seperti telepon pintar, tablet, dan komputer karena aktivitas penggunaan
perangkat tersebut sangat rentan dan memiliki banyak risiko yang kemudian bisa terjadi
dikemudian hari. Sebagai pengguna platform digital, kita pasti menyimpan dan
mengelola identitas digital dan data pribadi ke dalam platform tersebut. Persoalannya,
perlindungan terhadap identitas digital dan data pribadi ini masih jadi persoalan di
berbagai belahan dunia (Sammons & Cross, 2017). Oleh karena itu, kita sebagai ASN perlu
memahami tentang keamanan digital sehingga dapat mengantisipasi ancaman keamanan
digital dalam melaksanakan tugas.
D. Latihan Soal
1. Lakukan pemetaan konsep dan isu-isu terkini tentang keamanan bermedia digital
(Digital Safety) di tempat kerja berdasarkan literatur ilmiah dengan menggunakan
mesin pencari yang tersedia dalam ekosistem digital!
2. Lakukan identifikasi berbagai kasus terkait potensi keamanan digital di lingkup unit
kerja masing-masing!
3. Lakukan analisis penyebab dari kasus yang teridentifikasi pada nomor 1!
4. Rumuskan strategi mitigasi yang bisa dilakukan dari kasus tersebut agar berbagai
dampak dari ancaman keamanan digital dapat diminimalisir/diantisipasi!
56
BAB VII
IMPLEMENTASI LITERASI DIGITAL DAN IMPLIKASINYA
57
distance learning, web-based learning, dan e-learning (Kuntarto dan Asyhar, 2016). Guna
mendukung percepatan transformasi digital, ada 5 langkah yang harus dijalankan, yaitu:
1) Perluasan akses dan peningkatan infrastruktur digital.
2) Persiapkan betul roadmap transportasi digital di sector-sektor strategis, baik di
pemerintahan, layanan publik, bantuan sosial, sektor pendidikan, sektor kesehatan,
perdagangan, sektor industri, sektor penyiaran.
3) Percepat integrasi Pusat Data Nasional.
4) Persiapkan kebutuhan SDM talenta digital.
5) Persiapan terkait dengan regulasi, skema-skema pendanaan dan pembiayaan
transformasi digital dilakukan secepat-cepatnya
Reformasi birokrasi salah satunya diwujudkan melalui akselerasi pemanfaatan
dukungan teknologi informasi secara intensif dan masif. Oleh karena itu transformasi
digital dalam pelayanan publik harus diikuti dengan perubahan mindset. Transformasi
digital ini juga mencakup bagaimana mengintegrasikan seluruh area layanan sehingga
mampu menciptakan suatu nilai tambah yang memberikan kepuasan kepada masyarakat
sebagai pengguna layanan.
Penyederhanaan birokrasi pemerintah menjadi momentum yang tepat untuk
mendukung upaya peningkatan kompetensi dan keahlian Aparatur Sipil Negara (ASN),
terutama dalam pemahaman dan penguasaan teknologi informasi. Terlebih di era
Revolusi Industri 4.0 dan pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) saat ini, ASN
semakin dituntut meningkatkan literasi digitalnya dalam mewujudkan digitalisasi
pemerintahan melalui pemanfaatan kecerdasan buatan (artificial intelligence).
Pentingnya percepatan transformasi digital pemerintah yang berfokus pada
empat hal. Pertama, percepatan penyelesaian regulasi, pedoman dan standar teknis
implementasi sistem pemerintahan berbasis elektronik. Kedua, penyelesaian
pembangunan dan pengembangan infrastruktur digital dan percepatan integrasi sistem
aplikasi pemerintahan (E-Goverment) yang terpadu dan terintegrasi secara nasional.
Ketiga, penataan dan penyederhanaan struktur proses bisnis kementerian, lembaga, dan
pemerintah daerah, sebagai respon atas perubahan perilaku dan kebutuhan layanan
masyarakat di era digital. Keempat, peningkatan kapasitas dan kompetensi ASN,
utamanya dalam literasi digital untuk mewujudkan transformasi digital birokrasi menuju
birokrasi kelas dunia.
58
B. Implementasi Literasi Digital di tempat Kerja
Indonesia saat ini tengah mengalami perubahan kehidupan berbangsa dan
bernegara secara fundamental menuju ke sistem pemerintahan yang demokratis dan
transparan. Perubahan yang tengah dialami ini memberikan peluang bagi penataan
berbagai segi kehidupan berbangsa dan bernegara, dimana kepentingan rakyat dapat
kembali diletakkan pada posisi terdepan. Namun didalam setiap perubahan kehidupan
berbangsa dan bernegara, tentu akan disertai oleh berbagai bentuk ketidakpastian.
Ada tiga komponen utama dalam sistem pada model paling sederhana : sumber
daya manusia, proses dan teknologi. Adalah sebuah mitos teknologi terbaru selalu
menyelesaikan semua masalah dan suatu hal yang mustahil jika mengharapkan hasil
yang berbeda dengan melakukan cara yang sama dengan sebelumnya. Kata kuncinya
tepat guna. Namun itu tidak mudah karena
harus sesuai dengan domain proses, tujuan,
relasi bernilai dengan infratruktur yang kita
miliki jika ingin penerapan teknologi itu bisa
berhasil guna sekaligus tepat guna.
Teknologi tidak menggantikan manusia
seratus persen namun teknlogi dapat
membantu manusia untuk mengungkit
peningkatan kinerja dari sebuah proses
pembelajaran yang efektif.
Penerapan teknologi digital tidak bisa
dilepaskan dengan prilaku dan budaya yang
dimiliki actor dan peserta pembelajaran. Ada area pembelajaran yang dapat digantikan
Sumber : Educational Origami
secara elektronik dan ada knowledge transfer yang hanya efektif dilakukan dengan face
to face karena harus melakukan observasi dan action learning bagi pemanfaatan peran
emosi manusia untuk memindahkan informasi dari memori jangka pendek (STM) ke
memory jangka panjang (LTM) yang merubah cara pandang (paradigm shift). Hal ini
berdampak pada perubahan prilaku dalam proses bekerja tertentu melalui proses
simulasi dan pengalaman. Proses belajar dan mengajar berhubungan dengan banyak
dimensi pedagogy (art or science of teaching) dan interaksi kemanusiaan. Hubungan
bernilai antara SDM (pedagogy), Proses (konwledge content) dan Teknologi (e-learning
space) akan membentuk strategi pembelajaran digital yang bernilai, terkait dengan
59
diferensiasi setiap proses pembelajaran pada proses bisnis inti dan proses pendukung
organisasi.
Oleh karena itu Pemerintah harus mengupayakan berbagai strategic planning
diantaranya perencanaan reformasi birokrasi, kelancaran komunikasi dengan lembaga-
lembaga tinggi negara dan pemerintah daerah serta mendorong partisipasi masyarakat
luas, agar ketidakpastian tersebut tidak melahirkan perselisihan paham dan ketegangan
yang meluas, serta berpotensi menimbulkan permasalahan baru. Pemerintah juga akan
lebih terbuka terhadap derasnya aliran ekspresi aspirasi rakyat dan mampu menanggapi
secara cepat dan efektif.
Dalam mewujudkan pemerintahan berkelas dunia, tentunya ASN juga dituntut
untuk memberikan pelayanan publik yang berkualitas. Perkembangan teknologi
informasi terutama komputerisasi dan media sosial mempermudah cara kerja birokrasi.
Namun, di sisi lain, teknologi tersebut juga memfasilitasi masyarakat untuk
menyampaikan aspirasinya dan menuntut pelayanan yang lebih baik dari ASN.
Maka, ASN harus memberikan pelayanan masyarakat dengan meningkatkan SDM
yang profesional, tata kelola pemerintahan, dan budaya birokrasi yang berorientasi
kinerja dan pelayanan. Mau tidak mau ASN harus selalu open minded, terus melakukan
inovasi, dan menyederhanakan proses kerja. ASN harus memanfaatkan kemajuan
teknologi, pengetahuan, serta berkolaborasi dengan pihak-pihak terkait. Perubahan yang
sedang dijalani terjadi pada saat dunia sedang mengalami transformasi digital menuju
era masyarakat informasi. Kemajuan teknologi informasi yang demikian pesat serta
potensi pemanfaatannya secara luas, membuka peluang bagi pengaksesan, pengelolaan,
dan pendayagunaan informasi dalam volume yang besar secara cepat dan akurat.
Kenyataan telah menunjukkan bahwa penggunaan media elektronik merupakan
faktor yang sangat penting dalam berbagai transaksi internasional, terutama dalam
transaksi perdagangan. Ketidakmampuan menyesuaikan diri dengan kecenderungan
global tersebut akan membawa bangsa Indonesia ke dalam jurang digital divide, yaitu
keterisolasian dari perkembangan global karena tidak mampu memanfaatkan informasi.
Oleh karena itu penataan yang tengah dilaksanakan harus pula diarahkan untuk
mendorong bangsa Indonesia menuju masyarakat informasi.
Perubahan-perubahan di atas menuntut terbentuknya pemerintahan yang bersih,
transparan, dan mampu menjawab tuntutan perubahan secara efektif. Pemerintah harus
mampu memenuhi dua modalitas tuntutan masyarakat yang berbeda namun berkaitan
60
erat, yaitu (a) masyarakat menuntut pelayanan publik yang memenuhi kepentingan
masyarakat luas di seluruh wilayah negara, dapat diandalkan dan terpercaya, serta
mudah dijangkau secara interaktif, (b) masyarakat menginginkan agar asiprasi mereka
didengar. Dengan demikian Pemerintah harus memfasilitasi partisipasi dan dialog publik
di dalam perumusan kebijakan negara.
Tantangan dan hambatan dalam menjawab pelayanan publik yang prima
berkaitan dengan derasnya transformasi digital sekaligus menjawab birokrasi yang
smart, ramping, dan mampu bergerak cepat. Pemerintah pusat dan daerah harus mampu
membentuk dimensi baru ke dalam organisasi, sistem manajemen ASN, dan proses
kerjanya yang antara lain meliputi:
1) Selama ini pemerintah menerapkan sistem dan proses kerja yang dilandaskan pada
tatanan birokrasi yang kaku. Sistem dan proses kerja semacam itu tidak mungkin
menjawab perubahan yang kompleks dan dinamis, dan perlu ditanggapi secara
cepat. Oleh karena itu sejak kini, Pemerintah harus mengembangkan sistem dan
proses kerja yang lebih lentur/fleksibel untuk memfasilitasi berbagai bentuk
interaksi yang kompleks dengan lembaga-lembaga negara lain, masyarakat, dunia
usaha, dan masyarakat internasional.
2) Sistem manajemen ASN selama ini merupakan sistem hirarki kewenangan dan
komando sektoral yang bertele-tele, mengerucut dan panjang. Untuk memuaskan
kebutuhan masyarakat yang semakin beraneka ragam di masa sekarang ini harus
dikembangkan sistem manajemen ASN modern dengan organisasi berjaringan
sehingga dapat memperpendek lini pengambilan keputusan serta memperluas
rentang kendali. Selain itu, Pimpinan perangkat organisasi pemerintah juga perlu
memperhatikan transfomasi manajemen SDM Aparatur yang berfokus pada
pengembangan jabatan fungsional.
3) Pemerintah juga harus melonggarkan dinding pemisah yang membatasi interaksi
dengan sektor swasta, organisasi pemerintah harus lebih terbuka untuk membentuk
kemitraan dengan dunia usaha (public-private partnership).
4) Pemerintah harus mampu memanfaatkan kemajuan teknologi informasi untuk
meningkatkan kemampuan mengolah, mengelola, menyalurkan, dan
mendistribusikan informasi dan pelayanan publik.
Dengan demikian, Pemerintah akan terus mendorong proses transformasi menuju
e-government dalam bentuk SPBE. Melalui proses transformasi tersebut, pemerintah
61
dapat mengoptimasikan pemanfaatan kemajuan teknologi informasi untuk
mengeliminasi sekat-sekat organisasi birokrasi, serta membentuk jaringan sistem
manajemen dan proses kerja yang memungkinkan instansi-instansi pemerintah bekerja
secara terpadu untuk menyederhanakan akses ke semua informasi dan layanan publik
yang harus disediakan oleh pemerintah. Dampaknya adalah seluruh lembaga-lembaga
negara, masyarakat, dunia usaha, dan pihak-pihak berkepentingan lainnya dapat setiap
saat memanfaatkan informasi dan layanan pemerintah secara optimal.
C. Rangkuman
Transformasi digital memberikan lebih banyak informasi, komputasi, komunikasi,
dan konektivitas yang memungkinkan berbagai bentuk kolaborasi baru di dalam jaringan
dengan aktor yang terdiversifikasi. Pentingnya percepatan transformasi digital
pemerintah yang berfokus pada empat hal. Pertama, percepatan penyelesaian regulasi,
pedoman dan standar teknis implementasi sistem pemerintahan berbasis elektronik.
Kedua, penyelesaian pembangunan dan pengembangan infrastruktur digital dan
percepatan integrasi sistem aplikasi pemerintahan (E-Goverment) yang terpadu dan
terintegrasi secara nasional. Ketiga, penataan dan penyederhanaan struktur proses
bisnis kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah, sebagai respon atas perubahan
perilaku dan kebutuhan layanan masyarakat di era digital. Keempat, peningkatan
kapasitas dan kompetensi ASN, utamanya dalam literasi digital untuk mewujudkan
transformasi digital birokrasi menuju birokrasi kelas dunia.
Literasi digital tidak hanya diperlukan untuk memerangi hoaks dan ujaran
kebencian yang termasuk dalam kategori gangguan informasi (information disorder)
yang terdiri dari misinformasi, disinformasi dan malinformasi. Namun hoaks dan ujaran
kebencian adalah dampak dari minimnya literasi digital. Oleh karena ini sebagai seorang
ASN perlu mengambil peran dengan meningkatkan literasi digital, sehingga dalam
menjalankan fungsinya sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik dan sebagai
pelaksana kebijakan publik bisa berjalan dengan masksimal.
ASN harus memberikan pelayanan masyarakat dengan meningkatkan SDM yang
profesional, tata kelola pemerintahan, dan budaya birokrasi yang berorientasi kinerja
dan pelayanan. Mau tidak mau ASN harus selalu open minded, terus melakukan inovasi,
dan menyederhanakan proses kerja. Perubahan-perubahan di atas menuntut
terbentuknya pemerintahan yang bersih, transparan, dan mampu menjawab tuntutan
62
perubahan secara efektif. Pemerintah harus mampu memenuhi dua modalitas tuntutan
masyarakat yang berbeda namun berkaitan erat, yaitu (a) masyarakat menuntut
pelayanan publik yang memenuhi kepentingan masyarakat luas di seluruh wilayah
negara, dapat diandalkan dan terpercaya, serta mudah dijangkau secara interaktif, (b)
masyarakat menginginkan agar asiprasi mereka didengar. Dengan demikian Pemerintah
harus memfasilitasi partisipasi dan dialog publik di dalam perumusan kebijakan negara.
D. Latihan Soal
1. Lakukan identifikasi permasalahan pemanfaatan media digital dalam pelayanan di
unit kerja masing masing!
2. Lakukan analisis SWOT yang meliputi strengths (kekuatan), weaknesses (kelemahan),
opportunities (peluang) dan threats (ancaman) implementasi pemanfaatan media
digital dalam pelayanan di unit kerja masing masing
3. Rumuskan strategi implementasi pemanfaatan media digital dalam pelayanan di unit
kerja sesuai dengan rincian tugas masing-masing!
63
BAB VIII
TRANSFORMASI DIGITAL DI KEMENDIKBUDRISTEK
64
Sedangkan untuk transformasi digital di sektor publik dapat dicermati pada video
berikut.
https://youtu.be/h4iadFUmMCY
Ada banyak alasan mengapa organisasi harus go digital, setidaknya karena
seluruh dunia kini melakukannya. Setiap organisasi baru langsung menerapkan digital di
era modern ini karena proses lama sudah mulai ditinggalkan dan berpindah ke model
bisnis yang baru. Terjadinya "disrupsi digital" berdampak pada tertinggalnya bisnis lama,
mereka perlu memperbarui alur kerja untuk menyambut era transformasi digital.
Penggunaan teknologi digital dapat memberi manfaat besar bagi tim, budaya
perusahaan, dan produktivitas keseluruhan.
Ekosistem digital mengacu pada lingkungan di mana berbagai platform, aplikasi,
perangkat keras, dan perangkat lunak saling berinteraksi untuk menciptakan ekosistem
yang lebih besar. Istilah ini sering digunakan untuk menggambarkan hubungan antara
perusahaan, pelanggan, dan mitra bisnis dalam konteks teknologi informasi dan
komunikasi.
65
menanamkan pola pikir yang tepat bagaimana memanfaatkan perangkat digital untuk
mempercepat kerja sehari hari sehingga terjadi peningkatan kinerja.
Organisasi bisa membeli banyak peralatan teknologi, membangun plaform digital
untuk memudahkan atau mempercepat pekerjaan seperti membangun sistem informasi
manajemen atau sistem manajemen pembelajaran dan sejenisnya. Tetapi lebih penting
dari itu adalah membangun mindset cara kerja dengan transformasi digital. Karena
pembelian teknologi belum menjamin orang bisa mempergunakan teknologi tersebut
secara tepat dan optimal. Contoh sederhana, penggunaan Microsoft Office yang terdiri
dari Microsoft Word, Microsoft Excell, Microsoft PowerPoint, Microsoft Access, apakah di
organisasi kita sudah optimal memanfaatkannya? berapa persen penguasaan aplikasi-
aplikasi tersebut?
Faktor Keberhasilan Transformasi
Digital di Perusahaan | Arief Mustain,
Partner & Consultant CIAS
66
1) Sikap terbuka terhadap teknologi digital dan kemampuan untuk beradaptasi
dengan perubahan teknologi;
Setiap orang dalam organisasi yang
bertransformasi digital harus memiliki
mentalitas yang positif terhadap penggunaan
teknologi digital dan menyadari manfaatnya
dalam membantu mencapai tujuan dan
meningkatkan efisiensi. Ini melibatkan kemauan
untuk belajar dan mengadopsi teknologi baru,
serta kemampuan untuk memahami dan
menggunakan alat-alat digital yang relevan
dengan pekerjaan atau kehidupan sehari-hari.
Oleh karena itu, penting untuk dapat mengikuti
perkembangan teknologi, memperbarui
pengetahuan dan keterampilan, serta memahami
bagaimana menerapkan teknologi tersebut
secara efektif dalam konteks yang relevan.
Hal ini memungkinkan individu, organisasi, atau masyarakat untuk mengambil
keuntungan dari peluang baru yang ditawarkan oleh teknologi digital. Dengan memiliki
sikap terbuka dan kemampuan adaptasi, mereka dapat mengoptimalkan penggunaan
teknologi, meningkatkan efisiensi, inovasi, dan daya saing dalam lingkungan yang
semakin terhubung secara digital. Tulis jawaban anda disini.
67
2) Kemauan untuk terus belajar dan mengembangkan diri dalam era digital;
Teknologi terus berkembang dengan cepat,
dan pengetahuan serta keterampilan yang
relevan sekarang mungkin menjadi usang
dalam beberapa tahun ke depan. Maka,
kemampuan untuk belajar secara terus-
menerus dan mengikuti perkembangan
teknologi akan membantu individu untuk tetap
relevan dan beradaptasi dengan perubahan
yang terjadi di era digital.
Selain itu, mengembangkan diri juga penting
karena transformasi digital melibatkan
penerapan teknologi baru dan perubahan
dalam cara kerja yang mungkin membutuhkan
pengetahuan dan keterampilan baru. Misalnya,
organisasi dapat mengadopsi teknologi kecerdasan buatan (artifical intelligence), analitik
data (data analytical), atau komputasi awan (cloud computing). Dalam hal ini, individu
yang memiliki kemauan untuk mengembangkan diri dan belajar tentang teknologi-
teknologi ini akan memiliki keunggulan dalam menghadapi perubahan tersebut.
Kemauan untuk terus belajar dan mengembangkan diri membantu individu untuk
tetap fleksibel dan siap menghadapi perubahan karir atau peran yang terjadi sebagai
akibat dari transformasi digital.
68
Berpikir kreatif melibatkan
kemampuan melihat masalah atau
situasi dari sudut pandang yang
berbeda dan menghasilkan gagasan
yang orisinal dan tidak konvensional.
Berpikir kreatif melibatkan
kemampuan untuk mengidentifikasi
peluang dan tantangan dalam
menerapkan teknologi digital dalam
berbagai aspek kehidupan atau bisnis.
Ini dapat melibatkan menghasilkan
gagasan baru tentang bagaimana
teknologi digital dapat digunakan untuk
memperbaiki proses bisnis,
meningkatkan efisiensi operasional,
menciptakan pengalaman pengguna
yang lebih baik, atau mengembangkan produk dan layanan baru yang inovatif.
Kemampuan untuk berpikir inovatif penting dalam memanfaatkan teknologi digital
untuk transformasi digital. Berpikir inovatif melibatkan kemampuan menggabungkan
gagasan-gagasan baru dengan pemahaman mendalam tentang teknologi digital yang ada
dan potensinya. Ini mencakup kemampuan untuk mengeksplorasi dan menerapkan
teknologi digital yang baru dan baru muncul, serta mengadopsi pendekatan baru yang
menciptakan nilai tambah yang signifikan.
Kemampuan untuk berpikir kreatif dan inovatif dapat melihat peluang baru yang
ditawarkan oleh teknologi digital. Hal ini melibatkan kemampuan untuk menggabungkan
teknologi ini dengan pemahaman mendalam tentang bisnis atau kebutuhan pengguna
untuk menciptakan solusi baru dan pengalaman yang lebih baik.
Hal penting lainnya adalah mempromosikan lingkungan yang mendukung inovasi dan
kreativitas, termasuk mendorong kolaborasi dan eksperimen, serta membuka diri
terhadap gagasan dan pendekatan yang baru. Pelatihan dan pengembangan terus-
menerus juga dapat membantu individu dan organisasi untuk terus meningkatkan
kemampuan mereka dalam berpikir kreatif dan inovatif dalam memanfaatkan teknologi
digital untuk transformasi digital yang sukses.
69
4) Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan selalu mencari cara baru untuk
memaksimalkan teknologi digital;
Sikap dan karakteristik individu atau
organisasi yang memiliki dorongan kuat untuk
terus belajar, menjelajahi, dan menggali potensi
penuh teknologi digital sangat diperlukan dalam
konteks transformasi digital.
Rasa ingin tahu yang tinggi berarti memiliki
keinginan yang kuat untuk memahami lebih dalam
tentang teknologi digital, tren terkini, dan
perkembangan terbaru di bidang tersebut.
Individu atau organisasi dengan rasa ingin tahu
yang tinggi tidak puas dengan pengetahuan yang
sudah ada, tetapi selalu mencari informasi baru,
membaca sumber daya terbaru, mengikuti
perkembangan industri, dan menghadiri acara atau konferensi yang berkaitan dengan
teknologi digital. Mereka selalu berusaha untuk mengerti bagaimana teknologi digital
dapat diterapkan secara efektif dalam transformasi digital.
Selain itu, mereka selalu mencari cara baru untuk memaksimalkan teknologi digital.
Mereka berpikir di luar batasan dan mencari solusi inovatif untuk memanfaatkan
teknologi digital secara lebih efisien atau efektif dalam mencapai tujuan transformasi
digital. Mereka mungkin mencari cara untuk mengintegrasikan berbagai teknologi
digital, mengoptimalkan penggunaan alat atau platform tertentu, atau mengeksplorasi
aplikasi baru yang belum pernah dipikirkan sebelumnya.
Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan selalu mencari cara baru untuk
memaksimalkan teknologi digital memerlukan komitmen terus-menerus untuk belajar
dan mengikuti perkembangan teknologi digital. Memiliki minat mengikuti kursus atau
pelatihan, bergabung dengan komunitas atau forum yang berkaitan dengan teknologi
digital, serta terlibat dalam diskusi dan kolaborasi dengan orang-orang yang memiliki
minat yang sama.
70
5) Kemampuan untuk berkolaborasi dan berkomunikasi dengan baik dalam
lingkungan digital;
Kemampuan untuk
berkolaborasi dan berkomunikasi
dengan baik dalam lingkungan
digital adalah kemampuan yang
penting dalam konteks
transformasi digital. Transformasi
digital mengacu pada perubahan
yang luas dan mendalam dalam
cara organisasi beroperasi,
berinteraksi dengan pelanggan,
dan mengadopsi teknologi digital
untuk meningkatkan efisiensi dan
inovasi.
Dalam lingkungan digital, kolaborasi dan komunikasi yang efektif menjadi lebih
penting karena banyaknya pekerjaan yang dilakukan secara online, tim yang terpisah
secara geografis, dan peningkatan penggunaan alat-alat digital untuk bekerja bersama.
Berikut adalah beberapa hal yang perlu dipahami dalam konteks ini:
a. Berkolaborasi secara efektif: Kegiatan ini melibatkan penggunaan alat kolaborasi
online, seperti platform proyek, ruang kerja virtual, atau aplikasi chat, untuk
berkomunikasi dan berbagi dokumen secara real-time. Penting untuk memahami
bagaimana mengelola proyek secara terkoordinasi dengan anggota tim yang berbeda
secara geografis.
b. Komunikasi yang jelas dan terbuka: Dalam lingkungan digital, komunikasi
menjadi lebih kompleks karena kurangnya kontak tatap muka. Oleh karena itu,
penting untuk mengembangkan kemampuan komunikasi yang jelas dan efektif
melalui saluran digital. Ini berkaitan dengan penggunaan pesan teks, email, video
conference, atau panggilan suara untuk berkomunikasi dengan rekan kerja,
pelanggan, atau mitra bisnis. Kemampuan untuk menyampaikan pesan dengan jelas,
mendengarkan dengan baik, dan memberikan umpan balik yang konstruktif sangat
penting.
71
c. Keterampilan teknologi: Untuk berkolaborasi dan berkomunikasi dengan baik
dalam lingkungan digital, penting untuk memiliki keterampilan teknologi yang
memadai. Ini mencakup pemahaman tentang penggunaan alat kolaborasi online,
aplikasi bisnis, sistem manajemen proyek, dan platform komunikasi digital.
Memahami cara menggunakan alat-alat ini dengan efektif akan memungkinkan
kolaborasi yang lebih efisien dan komunikasi yang lebih baik.
d. Fleksibilitas dan adaptabilitas: Transformasi digital seringkali melibatkan
perubahan yang cepat dan kontinu dalam alat, proses, dan lingkungan kerja. Oleh
karena itu, penting untuk memiliki kemampuan fleksibilitas dan adaptabilitas yang
tinggi dalam lingkungan digital. Kemampuan untuk belajar dan menguasai teknologi
baru dengan cepat, beradaptasi dengan perubahan yang terjadi, dan bekerja dengan
berbagai alat dan platform digital akan sangat berharga dalam transformasi digital.
Kemampuan untuk berkolaborasi dan berkomunikasi dengan baik dalam lingkungan
digital menjadi inti dari perubahan organisasi yang sukses di era digital. Dengan
menggunakan alat dan teknologi digital dengan efektif, serta memperhatikan aspek-
aspek sosial dan manusia dari kolaborasi dan komunikasi, organisasi dapat mencapai
efisiensi yang lebih tinggi, inovasi yang lebih baik, dan keunggulan kompetitif dalam
transformasi digital mereka.
6) Memiliki landasan moral dan etik yang berbasis pada nilai-nilai agama, budaya,
tradisi, dan kearifan lokal, nasional dan internasional dalam penggunaan
teknologi digital;
Memiliki landasan moral dan
etik yang berbasis pada nilai-nilai
agama, budaya, tradisi, dan kearifan
lokal, nasional, dan internasional
dalam penggunaan teknologi digital
dalam konteks transformasi digital
mencerminkan pentingnya
mempertimbangkan aspek moral
dan etika dalam penerapan
teknologi digital.
72
Dalam transformasi digital, penggunaan teknologi digital semakin meluas dan
mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia. Oleh karena itu, penting untuk
mempertimbangkan implikasi moral dan etika dalam penggunaan teknologi digital.
Berikut adalah beberapa poin yang perlu dipahami dalam konteks ini:
a) Nilai-nilai agama: Penggunaan teknologi digital harus sejalan dengan nilai-nilai
agama yang dijunjung tinggi dalam masyarakat. Ini berarti memastikan bahwa
teknologi digital tidak digunakan untuk tujuan yang bertentangan dengan ajaran
agama atau merugikan nilai-nilai spiritual dan keagamaan.
b) Budaya, tradisi, dan kearifan lokal: Transformasi digital harus
mempertimbangkan konteks budaya, tradisi, dan kearifan lokal di setiap komunitas
atau negara. Penggunaan teknologi digital harus menghormati nilai-nilai budaya
setempat dan tidak merusak atau menghilangkan warisan budaya atau tradisional
yang penting bagi masyarakat.
c) Perspektif nasional dan internasional: Dalam penggunaan teknologi digital,
penting untuk memahami perspektif nasional dan internasional. Hal ini melibatkan
mematuhi hukum dan regulasi yang berlaku di negara-negara tertentu serta
mempertimbangkan implikasi global dari penggunaan teknologi digital, seperti
privasi data, keamanan siber, dan isu-isu hak asasi manusia.
d) Etika penggunaan teknologi: Transformasi digital harus berfokus pada penerapan
teknologi yang etis dan bertanggung jawab. Ini berarti mempertimbangkan
konsekuensi sosial, lingkungan, dan kemanusiaan dari penggunaan teknologi digital.
Misalnya, mempertimbangkan dampak ekologis teknologi digital dan memastikan
bahwa teknologi tidak digunakan untuk melanggar privasi atau memanipulasi
informasi.
Dengan memiliki landasan moral dan etik yang berbasis pada nilai-nilai agama,
budaya, tradisi, dan kearifan lokal, nasional, dan internasional, organisasi dapat
memastikan bahwa transformasi digital mereka dilakukan dengan mempertimbangkan
implikasi sosial, budaya, dan etis yang penting. Ini membantu menciptakan lingkungan
digital yang inklusif, berkelanjutan, dan mempromosikan nilai-nilai yang positif dalam
masyarakat.
73
7) Kemampuan untuk mengoptimalkan sumber daya dalam penggunaan teknologi
digital;
Kemampuan untuk
mengoptimalkan sumber daya
dalam penggunaan teknologi digital
dalam konteks transformasi digital
merujuk pada kemampuan
organisasi untuk menggunakan
sumber daya yang tersedia dengan
efisien dan efektif dalam
memanfaatkan teknologi digital
untuk mencapai tujuan bisnis atau
organisasional.
Berikut adalah beberapa aspek
yang perlu dipahami dalam konteks ini:
a) Pengelolaan infrastruktur teknologi: Untuk mengoptimalkan penggunaan
teknologi digital, organisasi perlu memiliki infrastruktur teknologi yang memadai.
Ini mencakup hardware, software, jaringan, dan sistem yang diperlukan untuk
mendukung operasi digital. Mengelola infrastruktur ini dengan baik, termasuk
perencanaan, pengadaan, instalasi, pemeliharaan, dan pembaruan, sangat penting
untuk memastikan bahwa sumber daya teknologi digunakan secara efisien.
b) Pemanfaatan cloud computing dan virtualisasi: Dalam transformasi digital,
penggunaan cloud computing dan virtualisasi dapat membantu organisasi
mengoptimalkan penggunaan sumber daya. Cloud computing memungkinkan akses
dan penggunaan sumber daya komputasi secara fleksibel dan sesuai kebutuhan,
menghindari pemborosan sumber daya fisik yang tidak dimanfaatkan sepenuhnya.
Virtualisasi memungkinkan beberapa sistem dan aplikasi berjalan pada satu server
fisik, mengoptimalkan penggunaan kapasitas dan energi.
c) Penggunaan analitik dan kecerdasan buatan: Menggunakan analitik dan
kecerdasan buatan (AI) dapat membantu organisasi mengoptimalkan penggunaan
sumber daya dalam transformasi digital. Dengan menganalisis data yang dihasilkan
oleh teknologi digital, organisasi dapat memperoleh wawasan yang berguna untuk
74
mengoptimalkan penggunaan sumber daya, seperti memprediksi permintaan,
mengoptimalkan rantai pasok, atau meningkatkan efisiensi operasional.
d) Pengelolaan data dan integrasi sistem: Mengelola data dengan baik dan
mengintegrasikan sistem-sistem yang ada adalah langkah penting dalam
mengoptimalkan penggunaan teknologi digital. Dengan memastikan data tersedia,
akurat, dan terintegrasi di seluruh organisasi, organisasi dapat mengambil
keputusan yang lebih baik dan menghindari duplikasi atau pemborosan sumber
daya.
e) Pemantauan dan pengukuran kinerja: Penting untuk memantau dan mengukur
kinerja penggunaan teknologi digital dalam mengoptimalkan sumber daya.
Melakukan evaluasi reguler terhadap penggunaan teknologi dan mengidentifikasi
area yang membutuhkan perbaikan dapat membantu organisasi mengoptimalkan
penggunaan sumber daya dan mengurangi pemborosan.
Dengan mengoptimalkan sumber daya dalam penggunaan teknologi digital,
organisasi dapat meningkatkan efisiensi operasional, mengurangi biaya yang tidak perlu,
meningkatkan produktivitas, dan mencapai keunggulan kompetitif dalam transformasi
digital mereka.
75
tetap termotivasi, memiliki semangat mandiri, dan mencari solusi kreatif dalam
mengatasi perubahan adalah kunci dalam mempertahankan daya tahan dan
produktivitas dalam transformasi digital.
c) Self-leadership (kepemimpinan diri): adalah kemampuan individu untuk
memimpin dan mengelola diri sendiri dalam mencapai tujuan dan berperan aktif
dalam transformasi digital. Self-leadership melibatkan kemampuan untuk
mengambil inisiatif, mengambil tanggung jawab, mengambil keputusan yang tepat,
dan mengarahkan diri sendiri dalam menghadapi perubahan. Dalam konteks
transformasi digital, self-leadership diperlukan karena perubahan teknologi
seringkali membutuhkan adaptasi dan pengambilan inisiatif untuk menghadapi
tantangan yang timbul.
Dengan memiliki self-regulation, self-motivation, dan self-leadership yang kuat,
individu atau tim dapat lebih siap dan mampu menghadapi perubahan dalam
transformasi digital. Mereka dapat mengatasi tantangan, mempertahankan motivasi, dan
memimpin diri sendiri untuk mencapai keberhasilan dalam
mengadopsi dan memanfaatkan teknologi digital.
76
disruptor melalui keterhubungan dengan internet sehingga mempengaruhi pola pikir,
nilai dan perilaku yang dianut. Mereka adalah tipe-tipe orang yang multitasking,
menyukai kehidupan yang dinamis dan bergerak cepat. Di sisi lain, kondisi saat ini di
sektor publik masih didominasi oleh kelompok usia 51 – 60 tahun. Dengan adanya hal
tersebut, maka akan menjadi tantangan bagi sektor publik untuk melakukan terobosan
dalam penyelenggaraan pemerintahan karena akan berhadapan dengan kaum milenial
yang kritis dan berekspektasi tinggi.
Tantangan lainnya yang dihadapi adalah adanya pandemi covid 19. Adanya
pandemi ini merubah seluruh tatanan kehidupan termasuk pendidikan, kebudayaan, riset
dan teknologi. Pandemi Covid-19 memicu adanya perubahan kultur dan mindset, dampak
dari perubahan kultur tersebut sangat memicu kreatifitas dan inovasi anggota organisasi
yang ada di dalam instansi tersebut. Saat ini, mayoritas penyelenggara pada sektor publik
mau tidak mau suka tidak suka harus mengikuti dan memanfaatkan teknologi sebagai
media komunikasi dan informasi yang efektif di masa pandemi. Misal perubahan
mekanisme kerja yang sebelumnya berorientasi di kantor, kemudian perlahan mulai
berubah menjadi bekerja rumah (work from home) atau flexible working arrangement.
Kendalanya adalah ketika sektor publik gamang teknologi, dan jengah dengan
keterpaksaan, maka esensi melayani masyarakat akan semakin hilang karena
terkungkung dengan beban. Yang perlu ditekankan bahwa bukanlah seberapa canggih
perangkat yang digunakan, akan tetapi seberapa besar keinginan ASN untuk
menyesuaikan pada tatanan baru. Selain itu persoalannya bukanlah sekadar kebijakan,
tapi terlebih pada komitmen ASN dan organisasi sektor publik untuk mengubah mind set
dan belajar hal baru.
Di era penuh ketidakpastian dan era digital seperti saat sekarang, tidak hanya
lingkungan kerja dan sistem sebuah organisasi yang dituntut untuk agile, akan tetapi
individu ASN didalamnya juga perlu dikembangkan agar memiliki kemampuan learning
agility agar dapat memenuhi tuntutan organisasi akan SDM yang agile. Kenapa learning
agility? Karena hanya individu ASN yang mau dan cepat mengembangkan kompetensinya
yang dapat memastikan organisasi mampu beradaptasi dalam setiap perubahan.
Sehingga sebuah organisasi bisa agile atau tidak tergantung pada learning agility individu
ASNnya.
Individu ASN dengan agility yang tinggi mengambil pelajaran yang tepat dari
pengalaman mereka dan menerapkan pelajaran tersebut disituasi-situasi baru, mereka
77
cenderung akan mencari tantangantantangan baru terus menerus, aktif mencari feedback
dari orang lain dengan tujuan untuk bertumbuh dan berkembang, cenderung merefleksi
diri, dan mengevaluasi pengalaman dan menarik kesimpulan. Learning agility terbagi
dalam empat dimensi yaitu: 1). People agility:sejauh mana ASN mengetahui dirinya
dengan baik, belajar dari pengalaman, memperlakukan orang lain secara konstruktif dan
resilien dalam tekanan perubahan; 2). Results agility: sejauh mana ASN yang
mendapatkan hasil di bawah kondisi yang sulit, menginspirasi orang lain, dan
membangun kepercayaan diri orang lain dengan kehadirannya; 3). Mental agility: sejauh
mana ASN berpikir tentang suatu masalah dari sudut pandang yang baru dan merasa
nyaman dengan ambiguitas, kompleksitas dan menjelaskan pemikiran mereka kepada
orang lain; 4) Change agility: tingkat yang mana ASN ingin tahu, memiliki gairah atas ide-
ide dan terlibat dalam aktivitas pengembangan keterampilan. Tidak hanya untuk
meningkatkan kompetensi ASN pada kondisi saat ini, learning agility juga mengakuisisi
kompetensi yang belum dibutuhkan akan tetapi relevan dengan kompetensi yang akan
dibutuhkan pada masa depan serta mengaplikasikan kompetensi baru tersebut mulai dari
sekarang dalam bentuk pola kerja yang berbeda dari sebelumnya. Sebagai gambaran,
learning agility juga menjadi faktor penilaian dalam talent committee dan memiliki bobot
sama besarnya dengan asesmen kompetensi. Nantinya talent commite mengklasifikasi
talenta berdasarkan tiga variabel yakni kinerja, kompetensi dan learning agility.
Merujuk pada kompetensi dan kemampuan yang harus dimiliki oleh ASN, baik
dalam setiap perkembangan dari segi keilmuan yang terjadi saat ini maupun peraturan
perudang-undangan dan kebijakan maka Kemendikbudristek menyelenggarakan
Pelatihan Literasi Digital bagi pegawai ASN di lingkungan Kemendikbudristek, dengan
harapan para ASN dapat memahami, mengetahui, mengupdate dan menerapkan
kompetensi yang diperoleh dan dimiliki pada tugas fungsi jabatannya, yang diharapkan
dapat memberikan dampak kinerja pada individu dan organisasi.
Dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun 2009 tentang pelayanan publik,
penyelenggaraan pelayanan publik harus berlandaskan pada asas kepentingan umum,
kepastian hukum, kesamaan hak, keseimbangan hak dan kewajiban, keprofesionalan,
partisipatif, persamaan perlakuan/tidak diskriminatif, keterbukaan, akuntabilitas,
fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan, ketepatan waktu serta kecepatan,
kemudahan dan keterjangkauan.
Upaya pencapaian efektifitas dalam pelayanan publik, dapat ditempuh dengan
78
penyelenggaraan sistem pelayanan terpadu. Sistem pelayanan terpadu merupakan satu
kesatuan proses pengelolaan pelayanan terhadap beberapa jenis pelayanan yang
dilakukan secara terintegrasi dalam satu tempat baik secara fisik maupun yang dilakukan
dengan memadukan pelayanan secara elektronik. Sejalan dengan asas penyelenggaraan
publik, tujuan dari penyelenggaraan sistem pelayanan terpadu, yaitu sebagai berikut.
1. Memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada masyarakat
2. Mendekatkan pelayanan kepada masyarakat
3. Memperpendek proses pelayanan
4. Mewujudkan proses pelayanan yang cepat, mudah, murah, transparan, pasti dan
terjangkau
5. Memberikan akses yang lebih luas kepada masyarakat untuk memperoleh pelayanan
Upaya peningkatan efektifitas pelayanan publik melalui pelayanan terpadu telah
dimulai sejak 2010 yaitu saat pemerintah memperkenalkan Pelayanan Terpadu Satu Atap
(PTSA) yang dikenal sebagai generasi pertama layanan terpadu di Indonesia. Kemudian
berevolusi menjadi Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) yang merupakan generasi
kedua. Yang saat ini sedang dikembangkan oleh pemerintah dan merupakan generasi
pelayanan terpadu ketiga yaitu Mal Pelayanan Publik (MPP). MPP dinilai sebagai langkah
pembaharuan bagi system pelayanan publik di Indonesia. Pelayanan pada MPP
dikombinasikan dengan teknologi informasi sebagai jawaban atas tantangan revolusi
industri 4.0 yang saat ini sedang dihadapi dunia.
Sebagai ASN kita dituntut untuk mampu beradaptasi dengan setiap perubahan.
Perubahan merupakan sesuatu yang mutlak tanpa terkecuali jika tidak ingin kehilangan
peluang di masa yang akan datang. Konsep tersebut tidak hanya berlaku pada individu
namun juga berlaku pada pemerintah. Birokrasi pemerintah perlu terus melakukan
perubahan dan pembenahan dalam melakukan tugasnya yaitu memberikan pelayanan
publik kepada masyarakat.
Dalam merespon perubahan global, tidak hanya teknologi saja yang semakin maju,
namun masyarakat juga menjadi semakin modern. Indonesia mulai meninggalkan cara
79
konvensional dalam meningkatkan efisiensi waktu dan biaya dalam menjalankan
aktivitasnya seperti mencari informasi atau mendapatkan pelayanan.
Kecepatan dan ketepatan menjadi unsur penting dalam segala aspek kehidupan
termasuk dalam urusan yang berhubungan dengan pemerintahan. Oleh karena itu,
digitalisasi tata kelola pemerintahan menjadi langkah nyata reformasi birokrasi dalam
mewujudkan pemerintahan yang adaptif terhadap perkembangan dan kebutuhan
stakeholdernya. Dengan adaptasi pelayanan publik ke bentuk digital dan virtual maka
proses dan tata kelola pemerintah menjadi lebih strategis dalam mencapai good
governance. Dimana pemerintah menghadirkan pelayanan publik yang berkualitas,
menopang pembangunan berkelanjutan serta menjawab harapan masyarakat.
Pelayanan masyarakat dapat dikategorikan efektif apabila masyarakat
mendapatkan kemudahan pelayanan dengan prosedur yang singkat, cepat, tepat dan
memuaskan. Keberhasilan meningkatkan efektifitas pelayanan umum dipengaruhi oleh
pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi. Penerapan digitalisasi tata kelola atau
dikenal dengan istilah e-government bagi penyelenggaraan negara bukan lagi suatu
pilihan akan tetapi merupakan suatu keharusan.
Secara konseptual, konsep dasar dari e-government sebenarnya adalah
bagaimana memberikan pelayanan melalui elektronik (eservice), seperti melalui internet,
jaringan telepon seluler dan komputer, serta multimedia. Melalui pengembangan e-
government ini, maka sejalan dengan itu dilakukan pula penataan system manajemen
informasi dan proses pelayanan publik dan mengoptimalkan pemanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi.
E-government didefinisikan sebagai pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi yang mempunyai kemampuan untuk mentransformasi hubungan dengan
warga negara, para pebisnis dan Lembaga pemerinta yang lain.
Secara umum e-government didefinisikan sebagai pemerintahan elektronik (juga
disebut digital government, online government atau transformational government). Yang
ditandai dengan penggunaan teknologi informasi oleh pemerintah untuk memberikan
informasi dan pelayanan bagi warganya, kalangan bisnis, serta hal-hal lain yang
berkenaan dengan pemerintah. E-government dapat di aplikasikan pada legislative,
yudikatif, atau administrasi publik, untuk meningkatkan efisiensi internal,
menyampaikan pelayanan publik, atau proses kepemerintahan yang demokratis. Model
penyampaian utama adalah Government to Citizen atau Government to Customer (G2C),
80
Government to Business (G2B) serta Government to Government (G2G). Keuntungan
yang paling diharapkan dari e-government adalah peningkatan efisiensi, kenyamanan
serta aksesibilitas yang lebih baik dari pelayanan publik.
Implementasi konsep e-government secara jelas dan terperinci menggambarkan
manfaat yang diperoleh dengan diterapkannya konsep e-Government bagi suatu negara
antara lain, sebagai berikut.
1. Memperbaiki kualitas pelayanan pemerintah kepada para pemangku
kepentingannya. Terutama dalam hal kinerja efektifitas dan efisiensi di berbagai
bidang kehidupan bernegara;
2. Meningkatkan transparansi, kontrol dan akuntabilitas penyelenggaraan
pemerintahan dalam rangka penerapan konsep Good Corporate Governance;
3. Mengurangi secara signifikan total biaya administrasi, relasi dan interaksi yang
dikeluarkan oleh pemerintah maupun pemangku kepentingannya untuk keperluan
sehari-hari;
4. Memberi peluang bagi pemerintah untuk mendapatkan sumber-sumber pendapatan
baru melalui interaksinya dengan pihak-pihak yang berkepentingan;
5. Menciptakan suatu lingkungan masyarakat baru yang dapat secara cepat dan tepat
menjawab berbagai permasalahan yang dihadapi sejalan dengan berbagai perubahan
global dan trend yang ada; dan
6. Memberdayakan masyarakat dan pihak-pihak lain sebagai mitra pemerintah dalam
proses pengambilan berbagai kebijakan publik secara merata dan demokratis.
81
penyelenggaraan pemerintahan. Walaupun sebenarnya embrio kebijakan
pemanfaatan teknologi digital itu sendiri bukan barang baru di tanah air termasuk di
kalangan birokrasi pemerintah. Hal ini dapat dilihat dari kebijakan terkait yang
sebenarnya telah ada sejak lama.
Berikut adalah beberapa kebijakan sebagai bentuk upaya pemerintah dalam
merealisasikan pelayanan publik berbasis digital:
1. Undang-Undang Dasar 1945
Pada pasal 28F disebutkan bahwa setiap orang berhak untuk berkomunikasi
dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan
sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan,
mengolah dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran
yang tersedia.
2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
elektronik dan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2019 tentang
Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik (PSTE). Sistem pelayanan publik
secara online diatur dalam UU ITE dan PP PSTE, yaitu kewajiban untuk
menggunakan sistem yang andal dan sistem yang laik yang dibuktikan melalui
sertifikasi.
3. Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003
Pada tahun 2003, pemerintah mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 3
tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan e-government
sebagai upaya untuk mendukung penerapan e-government dalam rangka
meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat dan menciptakan good
governance. Kebijakan ini juga sudah dilengkapi dengan berbagai panduan terkait
e-government seperti Panduan Pembangunan Infrastruktur Portal Pemerintah,
Panduan Manajemen Sistem Dokumen Elektronik Pemerintah, Pedoman tentang
Penyelenggaraan Situs Web Pemerintah Daerah dan lainnya yang menjadi acuan
bagi penyelenggara e-government di pusat dan daerah, kementerian/lembaga.
4. Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 13 Tahun 2017
Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 13 Tahun 2017tentang Pedoman
Penyelenggaraan Sistem Informasi Pelayanan Publik Nasional. Peraturan ini
merupakan dasar peluncuran aplikasi SIPPN oleh Kementerian PAN dan RB.
82
Aplikasi ini dimaksudkan sebagai wadah informasi pelayanan publik semua instansi
penyelenggaran pelayanan publik secara nasional mulai dari pemerintah daerah,
kementerian/lembaga, lembaga non struktural dan BUMN/BUMD. Namun peran
strategis SIPPN masih belum optimal karena belum semua kementerian/lembaga
dan pemerintah daerah melakukan input data informasi pelayanan publik masing-
masing instansinya ke aplikasi SIPPN tersebut.
5. Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2018 tentang Sistem Pemerintah Berbasis
Elektronik Kehadiran peraturan presiden no 95 tahun 2018 tentang Sistem
Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) merupakan babak baru bagi tata kelola
atau manajemen pemerintahan di Indonesia. Berdasarkan kebijakan tersebut,
seluruh instansi pemerintah wajib menerapkan SPBE atau yang lebih dikenal dengan
egovernment. Penerapan SPBE ditujukan untuk mewujudkan proses kerja yang
efektif dan efisien serta meningkatkan kualitas pelayanan publik.
6. Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia
Nomor 8 Tahun 2022 tentang Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik Kementerian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, transparan, dan
akuntabel, serta pelayanan publik yang berkualitas dan terpercaya, diperlukan sistem
pemerintahan berbasis elektronik di lingkungan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi. Arsitektur SPBE adalah kerangka dasar yang mendeskripsikan
integrasi proses bisnis, data dan informasi, infrastruktur SPBE, aplikasi SPBE, dan
keamanan SPBE untuk menghasilkan Layanan SPBE yang terintegrasi. Koordinator SPBE
Kementerian adalah Sekretaris Jenderal Kementerian. Pengelola SPBE Kementerian
adalah unit kerja pada Kementerian yang mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
perumusan kebijakan teknis dan pelaksanaan pengelolaan data dan statistik serta
pengelolaan dan pendayagunaan teknologi informasi.
SPBE Kemendikbudristek dilaksanakan dengan prinsip, sebagai berikut
a. Efektivitas, efektivitas merupakan optimalisasi pemanfaatan sumber daya yang
mendukung SPBE yang berhasil guna sesuai dengan kebutuhan.
b. Keterpaduan, keterpaduan merupakan pengintegrasian sumber daya yang
mendukung SPBE.
c. Kesinambungan, Kesinambungan merupakan keberlanjutanSPBE
secara terencana, bertahap, dan terus menerus sesuai dengan perkembangannya.
83
d. Efisiensi, Efisiensi merupakan optimalisasi pemanfaatan sumber daya yang
mendukung SPBE yang tepat guna.
e. Akuntabilitas, Akuntabilitas merupakan kejelasan fungsi dan
pertanggungjawaban dari SPBE.
f. Interoperabilitas, Interoperabilitas merupakan koordinasi dan kolaborasi antar
Proses Bisnis dan antar sistem elektronik, dalam rangka pertukaran data,
informasi, atau Layanan SPBE.
g. Keamanan, keamanan merupakan kerahasiaan, keutuhan, ketersediaan, keaslian,
dan kenirsangkalan (nonrepudiation) sumber daya yang mendukung SPBE.
84
digunakan sebagai acuan untuk penyusunan setiap domain arsitektur.
b. Domain arsitektur, mendeskripsikan substansi arsitektur yang memuat: 1) domain
arsitektur Proses Bisnis; 2) domain arsitektur data dan informasi; 3) domain
arsitektur Infrastruktur SPBE Kementerian; 4) domain arsitektur Aplikasi SPBE
Kementerian; 5) domain arsitektur Keamanan SPBE Kementerian; dan 6) domain
arsitektur Layanan SPBE Kementerian.
Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) atau yang biasa disebut dengan
e-government adalah penyelenggaraan pemerintahan yang memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi untuk memberikan layanan kepada pengguna SPBE (instansi
pemerintah, aparatur sipil negara, pelaku bisnis, masyarakat, dan pihak-pihak lainnya).
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek)
berhasil memperoleh predikat sangat baik dengan indeks 3,86, dari angka maksimal 4,0,
berdasarkan hasil pemantauan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) pada
instansi pusat dan pemerintah daerah tahun 2022. Sebelumnya, indeks yang diperoleh
Kemendikbudristek tahun lalu sebesar 3,33 dan masuk kategori baik. Hal ini tertuang
dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Republik Indonesia Nomor 108 Tahun 2023 tentang Hasil Pemantauan dan Evaluasi
Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik pada Instansi Pusat dan Pemerintah Daerah
Tahun 2022.
Menteri dikbudristek telah mengeluarkan Permendikbudristek Nomor 8 Tahun
2022 Tentang SPBE sebagai upaya untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang
bersih, efektif, transparan, dan akuntabel, serta pelayanan publik yang berkualitas dan
terpercaya. Oleh karenanya diperlukan sistem pemerintahan berbasis elektronik di
lingkungan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Infrastruktur SPBE adalah semua perangkat keras, perangkat lunak, dan fasilitas
yang menjadi penunjang utama untuk menjalankan sistem, aplikasi, komunikasi data,
pengolahan dan penyimpanan data, perangkat integrasi/penghubung, dan perangkat
elektronik lainnya. Aplikasi SPBE adalah satu atau sekumpulan program komputer dan
prosedur yang dirancang untuk melakukan tugas atau fungsi Layanan SPBE. Beberapa
inisiatif dan komponen SPBE yang dapat diimplementasikan dalam Kementerian
Dikbudristek meliputi:
1) Sistem Informasi Manajemen Pendidikan: Sistem ini dirancang untuk mengelola
informasi terkait dengan kegiatan pendidikan, termasuk data siswa, guru, kurikulum,
85
dan fasilitas sekolah. Dengan menggunakan sistem ini, Kementerian Dikbudristek
dapat mengumpulkan, memproses, dan menganalisis data secara efisien untuk
membantu pengambilan keputusan yang lebih baik dalam sektor pendidikan.
2) Sistem Keuangan Elektronik: Sistem ini memungkinkan proses keuangan dan
anggaran Kementerian Dikbud Ristek dilakukan secara elektronik, mulai dari
pengajuan anggaran hingga pelaporan keuangan. Hal ini dapat meningkatkan
transparansi, akuntabilitas, dan efisiensi dalam pengelolaan keuangan pemerintah.
3) Pelayanan Publik Elektronik: Melalui SPBE, Kementerian Dikbudristek dapat
menyediakan layanan publik secara elektronik kepada masyarakat, seperti
pendaftaran sekolah online, pengajuan permohonan beasiswa, atau akses ke konten
pendidikan digital. Pelayanan publik elektronik dapat meningkatkan aksesibilitas
dan kemudahan bagi masyarakat untuk memperoleh layanan pendidikan dan
kebudayaan.
4) E-Government: Konsep e-government melibatkan penggunaan teknologi informasi
dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan keterbukaan dalam
penyelenggaraan pemerintahan. Kementerian Dikbudristek dapat menerapkan
berbagai inisiatif e-government, seperti penggunaan e-procurement untuk
pengadaan barang dan jasa, sistem pengarsipan elektronik, dan aplikasi pengelolaan
sumber daya manusia berbasis elektronik.
86
Berikut ini adalah beberapa infografis terkait SPBE di lingkungan Kemendikbudristek:
87
88
D. Peran PPPK dalam Transformasi Digital Kemendikbudristek
Sebagai bagian dari pegawai Aparatur Sipil Negara (ASN) Kemendikbudristek,
maka PPPK memiliki peran penting dalam proses transformasi digital. Seperti disinggung
di atas, bahwa transformasi digital memerlukan perubahan cara berpikir digital, bukan
sekedar mengadakan pembelian teknologi digital.
Cara bekerja PPPK masa kini yang mayoritas adalah kaum milenial, tentu akrab
dengan dunia digital. Artinya, pemanfaatan teknologi digital bukanlah hambatan besar
agi kaum milenial.
89
E. Rangkuman
1. Transformasi digital adalah penggunaan teknologi untuk mentransformasi proses
analog menjadi digital. Digitalisasi terjadi di semua bidang dalam hidup kita mulai
dari ja8m tangan cerdas sampai asisten rumah tangga berkemampuan kecerdasan
buatan. Transformasi digital lebih merujuk pada cara teknologi
merevolusionerkan bisnis dengan berbagai bidang teknologi yang baru seperti
machine learning, big data, dan Internet of Thing.
2. Pola Pikir (Mindset) Transformasi Digital meliputi: (a) Sikap terbuka terhadap
teknologi digital dan kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan
teknologi; (b) Kemauan untuk terus belajar dan mengembangkan diri dalam era
digital; (c) Kemampuan untuk berpikir kreatif dan inovatif dalam memanfaatkan
teknologi digital; (d) Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan selalu mencari cara
baru untuk memaksimalkan teknologi digital; (e) Kemampuan untuk
berkolaborasi dan berkomunikasi dengan baik dalam lingkungan digital; (f)
Memiliki landasan moral dan etik yang berbasis pada nilai-nilai agama, budaya,
tradisi, dan kearifan lokal, nasional dan internasional dalam penggunaan
teknologi digital; (g) Kemampuan untuk mengoptimalkan sumber daya dalam
penggunaan teknologi digital; dan (h) Self regulation, self motivation, dan self
leadership.
90
DAFTAR PUSTAKA
91
Monggilo, Z.M.Z, Kurnia, N, Banyumurti, I. (2020). Panduan literasi media digital dan
kemanan siber: Muda, kreatif, dan tangguh di ruang siber. Jakarta: Badan Siber
dan Sandi Negara.
Mustikaningtyas, Dhyah (2018). Studi Fenomenologi Mengenai Konsumsi Pesan
Audiens Instagram Dari Hasil Filter Bubble Media Sosial Instagram. Tesis,
Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta.
Rahayu, W. H., Utari, P., & Wijaya, M. (2019). Understanding The Motivation of Hoaks
Message Recipients in the Process of Disseminating Hoaks Information on
Facebook Group. International Journal of Multicultural and Multireligious,
6(4), 414–421.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.18415/ijmmu.v6i4.1015
Rahmawati, D., Lumakto, G., & Kesa, D. D. (2020). Generasi Digital Natives dalam
Praktik Konsumsi Berita di Lingkungan Digital. Communications, 2(2), 74-98.
Rizki Amelia, 2021, Modul Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil: Modul Smart
ASN, Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia.
Santi I. A., dkk., 2021, Modul Budaya Bermedia Digital, Kementrian Komunikasi dan
Informatik Republik Indonesia, Japelidi, Siberkreasi, Penerbit Direktorat
Jenderal Aplikasi Informatika, Kementerian KOMINFO.
Sammons, J. & Cross, M. (2017) The basics of cyber safety: Computer and mobile device
safety made. Cambridge: Elsevier.
Supriatma, M. (2017, March). Hoaks, Kapitalisme Digital, dan Hilangnya Nalar Kritis.
Remotivi. Diambil dari https://www.remotivi.or.id/amatan/367/hoaks-
kapitalisme digital-dan-hilangnya-nalar-kritis-bagian-i
Statcounter. (2021). Search engine market share Indonesia. Diperoleh dari
https://gs.statcounter.com/search-engine-market-share/all/indonesia
Suteki. (2020). Covid-19 Picu Percepatan Transformasi Digital Pendidikan Indonesia.
https://suteki.co.id/covid-19-picu-percepatan transformasi-digital-
pendidikan-indonesia/ Diakses November 2021
Steve Wheeler (2012). Digital literacies for engagement in emerging online cultures.
eLC Research Paper Series, 5, 14-25.
Turow, Joseph. 2018. Media today : an introduction to mass communication . New York:
Routledge.
Utami, P. (2018). Hoaks in Modern Politics : The Meaning of Hoaks in Indonesian
Politics and Democracy. Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, 22(2), 85–97.
https://doi.org/10.22146/jsp.34614
Vial, G. (2019). Understanding digital transformation: A review and a research agenda.
The Journal of Strategic Information Systems, (), S0963868717302196–.
doi:10.1016/j.jsis.2019.01.003
Wempen, F. (2015). Digital literacy for dummies. Hoboken, New Jersey: John Wiley &
Sons
Winarsih & Irwansyah .(2020). Proteksi privasi big data dalam media sosial. Jurnal
Audience: Jurnal Ilmu Komunikasi, Vol. 03, No 1, Hal. 1-33.
Yuhefizar. (2008). 10 jam Mengenal Internet Teknologi dan Aplikasinya. Penerbit. PT
Elex Media Komputindo : Jakarta.
Zainuddin Muda Z. Monggilo., dkk., 2021, Modul Cakap Bermedia Digital, Kementrian
Komunikasi dan Informatik Republik Indonesia, Japelidi, Siberkreasi, Penerbit
Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika, Kementerian KOMINFO.
92