Pd
Misi:
Struktur Organisasi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Sulawesi Tenggara: Dinas Pendidikan
dan Kebudayaan (Disdikbud) Sulawesi Tenggara merupakan lembaga yang bertanggung jawab dalam
pengembangan pendidikan dan kebudayaan di wilayah Sulawesi Tenggara.
- Kepala Dinas: Bertanggung jawab atas seluruh kegiatan dan kebijakan di Disdikbud Sulawesi
Tenggara.
- Sekretariat: Bertugas dalam mendukung kelancaran administrasi dan koordinasi di Disdikbud.
- Bidang Pendidikan Dasar: Melaksanakan program pendidikan dasar, termasuk taman kanak-
kanak, sekolah dasar, dan sekolah menengah pertama.
- Bidang Pendidikan Menengah: Bertanggung jawab atas program pendidikan menengah,
termasuk sekolah menengah atas dan kejuruan.
- Bidang Pendidikan Khusus: Melaksanakan program pendidikan khusus untuk anak-anak
berkebutuhan khusus.
- Bidang Pendidikan Tinggi: Memfasilitasi pengembangan pendidikan tinggi di daerah Sulawesi
Tenggara.
- Bidang Kebudayaan: Bertugas dalam melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah,
termasuk seni, budaya, dan kearifan lokal.
- Bidang Sarana dan Prasarana: Menangani pengembangan dan pemeliharaan sarana dan
prasarana pendidikan di Sulawesi Tenggara.
- Bidang Data dan Informasi: Mengelola data dan informasi terkait pendidikan di wilayah Sulawesi
Tenggara.
Tugas dan fungsi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sulawesi Tenggara meliputi:
Merumuskan kebijakan dan program pembinaan guru dan tenaga kependidikan di provinsi Sulawesi
Tenggara.
Susunan organisasi dan tata kerja (SOTK) merujuk pada struktur organisasi dan pembagian tugas di
dalam suatu entitas, baik itu pemerintahan, perusahaan, atau organisasi lainnya. SOTK menetapkan
hierarki, tanggung jawab, dan hubungan antarbagian dalam suatu organisasi. Berikut adalah penjelasan
umum tentang pengenalan susunan organisasi dan tata kerja:
Susunan Organisasi:
Struktur Organisasi:
Menjelaskan hierarki dan hubungan antara unit organisasi, seperti departemen, divisi, atau bagian.
Menyajikan daftar pemimpin dan pejabat kunci di setiap tingkatan, termasuk direktur, manajer, dan
kepala bagian.
Menetapkan garis komando dan tanggung jawab setiap pemimpin terhadap unit kerjanya.
Bagan Organisasi:
Menggambarkan secara visual struktur organisasi dengan menggunakan bagan berbentuk diagram.
Tata Kerja:
Menjabarkan fungsi masing-masing unit atau bagian dalam mencapai tujuan organisasi.
Menjelaskan langkah-langkah atau proses kerja yang harus diikuti untuk mencapai hasil tertentu.
Menentukan mekanisme koordinasi antarunit atau bagian untuk memastikan kelancaran operasional.
Pengukuran Kinerja:
Menyajikan indikator atau metrik yang digunakan untuk mengukur kinerja setiap unit atau individu.
Menyediakan ruang untuk perbaikan dan penyesuaian struktur atau proses kerja yang diperlukan.
Literasi dan numerasi adalah keterampilan penting dalam pendidikan yang memengaruhi kemampuan
seseorang dalam memahami dan menggunakan informasi tertulis serta angka. Literasi melibatkan
kemampuan membaca, menulis, berbicara, dan mendengarkan, sementara numerasi melibatkan
pemahaman angka, operasi matematika, dan pemecahan masalah matematika.
Komunitas belajar merupakan kelompok orang yang saling berinteraksi dan berbagi pengetahuan serta
pengalaman untuk meningkatkan pembelajaran. Tujuan dari komunitas belajar adalah mendukung
pertukaran ide, kolaborasi, dan pemahaman yang lebih baik melalui diskusi, refleksi, dan eksplorasi
bersama.
Dalam konteks pendidikan, literasi dan numerasi menjadi dasar yang penting untuk keberhasilan dalam
kehidupan sehari-hari dan karir. Kemampuan literasi membantu seseorang memahami, menafsirkan,
dan menganalisis informasi tertulis, sedangkan kemampuan numerasi memungkinkan seseorang
memahami dan menggunakan angka serta konsep matematika dalam berbagai situasi.
Komunitas belajar memainkan peran penting dalam meningkatkan literasi dan numerasi. Dalam
komunitas belajar, individu dapat saling berlatih, saling membantu, dan memperluas pengetahuan
melalui interaksi sosial. Diskusi, kolaborasi, dan refleksi bersama dalam komunitas belajar membantu
individu dalam mengembangkan keterampilan literasi dan numerasi secara efektif.
Kombinasi antara literasi, numerasi, dan partisipasi dalam komunitas belajar memberikan kesempatan
bagi individu untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam memahami dan menggunakan informasi
serta angka, sehingga membantu mereka dalam menghadapi tantangan di dunia yang semakin
kompleks.
Resume Materi BKD oleh Kepala BKD Provinsi Sulawesi Tenggara Dra. Zanuriah, M.Si
“PENGENALAN JABATAN”
1. Pejabat Fungsional berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab secara langsung kepada
Pejabat Pimpinan Tinggi madya, Pejabat Pimpinan Tinggi.
2. Jabatan Fungsional ASN merupakan jabatan karier PNS yang bertugas memberikan pelayanan
fungsional yang berdasarkan pada keahlian dan keterampilan tertentu.
3. Tugas jabatan fungsional ASN dapat beragam tergantung pada jenjang jabatan fungsional yang
diemban. Contohnya, jabatan fungsional keterampilan melaksanakan tugas dan fungsi
koordinasi, sedangkan jabatan fungsional mahir melaksanakan tugas dan fungsi tertentu.
1. Pengangkatan Pertama
2. Perpindahan
3. Penyesuaian dan
4. Promosi
Berikut adalah penjelasan mengenai ruang lingkup tata kelola jabatan fungsional ASN terkait
perpindahan, promosi, dan penyesuaian:
1. Pengangkatan pertama dalam tata kelola jabatan fungsional ASN merupakan proses
pengangkatan untuk mengisi lowongan kebutuhan jabatan fungsional
- Pengembangan Karir: Pengangkatan pertama merupakan kesempatan bagi calon PNS untuk
memulai karir dalam jabatan fungsional. Setelah pengangkatan pertama, individu tersebut dapat
mengembangkan diri melalui pelatihan, pengalaman kerja, dan peningkatan kompetensi untuk
kemajuan karir di bidang jabatan fungsional tersebut.
2. Perpindahan: Ruang lingkup tata kelola jabatan fungsional ASN mencakup proses perpindahan
individu dari satu jabatan fungsional ke jabatan fungsional lainnya. Perpindahan ini dapat
dilakukan berdasarkan kebutuhan organisasi, pengembangan karir, atau rotasi tugas untuk
pengalaman yang lebih luas. Proses perpindahan ini melibatkan pemetaan kompetensi individu
dengan kebutuhan jabatan fungsional yang dituju.
3. Promosi: Ruang lingkup tata kelola jabatan fungsional ASN juga mencakup proses promosi
individu dari satu kelas jabatan fungsional ke kelas jabatan fungsional yang lebih tinggi. Promosi
ini biasanya didasarkan pada prestasi, pengalaman, dan kualifikasi individu yang memenuhi
persyaratan untuk kelas jabatan yang lebih tinggi. Proses promosi ini melibatkan penilaian
kinerja, evaluasi kompetensi, dan seleksi yang objektif.
- Kriteria Promosi: Promosi jabatan fungsional biasanya didasarkan pada pencapaian individu,
kualifikasi pendidikan, pengalaman kerja, dan penilaian kinerja yang baik. Organisasi akan
menetapkan kriteria promosi yang jelas berdasarkan kebutuhan dan standar yang ditetapkan.
- Evaluasi Kinerja: Evaluasi kinerja merupakan faktor penting dalam proses promosi. Individu akan
dinilai berdasarkan pencapaian kinerja, kompetensi yang dimiliki, kontribusi terhadap organisasi,
dan kemampuan untuk mengemban tanggung jawab yang lebih tinggi.
- Persyaratan Jabatan: Promosi jabatan fungsional biasanya membutuhkan pemenuhan
persyaratan jabatan yang lebih tinggi. Ini bisa termasuk persyaratan pendidikan yang lebih
tinggi, pengalaman kerja yang relevan, atau sertifikasi yang diperlukan untuk jabatan yang
dituju.
- Seleksi Promosi: Proses promosi jabatan fungsional dapat melibatkan seleksi yang ketat, seperti
tes tertulis, wawancara, atau penilaian kompetensi. Tujuan dari seleksi ini adalah untuk
menentukan individu yang paling memenuhi persyaratan dan memiliki potensi untuk sukses
dalam jabatan yang le
- Dampak Finansial: Promosi jabatan fungsional biasanya akan diikuti dengan kenaikan gaji dan
tunjangan yang sesuai dengan pangkat atau posisi yang baru. Hal ini dapat menjadi insentif bagi
individu untuk terus mengembangkan diri dan meraih promosi yang lebih tinggi.
4. Penyesuaian: Ruang lingkup tata kelola jabatan fungsional ASN juga mencakup proses
penyesuaian terhadap perubahan dalam jabatan fungsional. Hal ini dapat terjadi ketika terdapat
perubahan dalam tugas, tanggung jawab, atau kualifikasi yang terkait dengan jabatan fungsional
tersebut. Proses penyesuaian ini melibatkan pemetaan kembali kompetensi individu, pelatihan
dan pengembangan, dan penilaian ulang terhadap kualifikasi yang dibutuhkan.
- Perubahan Tugas: Penyesuaian jabatan fungsional dapat terjadi ketika terjadi perubahan tugas
atau tanggung jawab yang melekat pada jabatan tersebut. Hal ini bisa disebabkan oleh
perubahan kebijakan, perubahan struktur organisasi, atau kebutuhan operasional yang berubah.
Penyesuaian ini dapat melibatkan penambahan atau pengurangan tugas yang harus dilakukan
oleh individu dalam jabatan tersebut.
- Pembaruan Kualifikasi: Penyesuaian juga dapat terjadi jika terjadi pembaruan atau perubahan
persyaratan kualifikasi untuk jabatan fungsional tertentu. Misalnya, jika ada perubahan dalam
persyaratan pendidikan, pelatihan, atau sertifikasi yang diperlukan untuk menjalankan jabatan
tersebut, individu mungkin perlu melakukan penyesuaian dengan memperoleh kualifikasi yang
baru atau memperbarui kualifikasi yang sudah dimiliki.
- Reorganisasi Jabatan: Penyesuaian juga dapat terjadi sebagai bagian dari reorganisasi jabatan
fungsional di dalam organisasi. Ini dapat melibatkan penggabungan, pemisahan, atau
restrukturisasi jabatan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja. Individu dalam
jabatan tersebut akan mengalami penyesuaian dalam hal tanggung jawab, tugas, atau posisi
hierarki dalam struktur organisasi.
- Proses Penyesuaian: Proses penyesuaian jabatan fungsional dapat melibatkan komunikasi yang
jelas antara pihak yang berwenang dan individu yang terkena penyesuaian. Pihak yang
berwenang harus menjelaskan alasan dan tujuan dari penyesuaian tersebut, serta memberikan
bimbingan dan dukungan kepada individu dalam menghadapi perubahan.
Terdapat klasifikasi kelas jabatan fungsional ASN. Contoh kelas jabatan fungsional ASN antara lain:
Berikut adalah beberapa perubahan pokok dalam tata kelola jabatan fungsional ASN:
1. Peraturan Menteri PAN-RB Nomor 1 Tahun 2023: Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi (PAN-RB) telah mengeluarkan Peraturan Menteri PAN-RB Nomor 1
Tahun 2023 yang mengenai tata kelola jabatan fungsional ASN. Peraturan ini bertujuan untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi jabatan fungsional dalam ASN.
2. Penyederhanaan Tata Kelola: Peraturan tersebut menekankan pada penyederhanaan birokrasi
dan pengurangan beban administratif terkait jabatan fungsional. Hal ini bertujuan untuk
meningkatkan efisiensi keseluruhan ASN.
3. Pemantapan Peran dan Tanggung Jawab: Perubahan tata kelola ini bertujuan untuk
memantapkan peran dan tanggung jawab jabatan fungsional dalam ASN. Hal ini termasuk
peningkatan pengembangan karir, pengakuan, dan pertumbuhan profesional bagi individu yang
memegang jabatan fungsional.
4. Pendekatan Berbasis Kompetensi: Peraturan tersebut menekankan pendekatan berbasis
kompetensi dalam jabatan fungsional. Artinya, individu yang memegang jabatan fungsional
diharapkan memiliki keterampilan, pengetahuan, dan keahlian yang diperlukan untuk
menjalankan tugas mereka dengan efektif.
Resume Materi oleh SUPARDIN, S.Sos., M.Si.
Fungsi BPSDM
BPSDM merupakan singkatan dari Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Fungsi utama BPSDM
biasanya berkaitan dengan pengembangan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia di suatu
negara atau organisasi.
Berikut adalah beberapa langkah atau aspek yang dapat mencakup pengembangan kompetensi PPPK:
1. Mencapai Tujuan Organisasi: Tujuan utama manajemen kinerja adalah memastikan bahwa
kinerja individu, tim, dan organisasi secara keseluruhan sejalan dengan tujuan dan strategi
organisasi.
2. Meningkatkan Produktivitas: Dengan mengukur dan mengelola kinerja, manajemen kinerja
bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi di seluruh tingkatan organisasi.
3. Pengembangan Karyawan: Memberikan dukungan untuk pengembangan keterampilan dan
kemampuan karyawan melalui pelatihan dan pendidikan untuk meningkatkan kinerja mereka.
4. Pemberian Umpan Balik: Tujuan lainnya adalah memberikan umpan balik yang konstruktif
kepada karyawan untuk membantu mereka memahami pencapaian mereka dan memberikan
arahan untuk perbaikan.
5. Perencanaan Karir: Manajemen kinerja membantu dalam perencanaan karir karyawan dengan
mengidentifikasi potensi pengembangan dan promosi berdasarkan kinerja yang baik.
6. Pengelolaan Kinerja yang Buruk: Mengidentifikasi dan mengatasi masalah kinerja yang buruk
atau tidak sesuai standar untuk memastikan bahwa organisasi memiliki tim yang efektif.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah dasar hukum
utama yang mengatur mengenai ASN di Indonesia. Undang-undang ini memberikan kerangka hukum
yang komprehensif untuk pengelolaan ASN, termasuk hak, kewajiban, dan tanggung jawab mereka.
1. Definisi ASN: UU ini memberikan definisi yang jelas tentang apa yang dimaksud dengan ASN,
yang mencakup pejabat negara, pegawai negeri, dan pekerja honorer.
2. Penerimaan, Penempatan, dan Mutasi: UU ini mengatur prosedur penerimaan ASN,
penempatan, serta mutasi ASN sesuai dengan kebutuhan organisasi dan prinsip meritokrasi.
3. Hak dan Kewajiban ASN: Menetapkan hak-hak dan kewajiban ASN, termasuk hak untuk
mendapatkan pelatihan dan pengembangan, serta kewajiban untuk menjalankan tugas dengan
penuh tanggung jawab.
4. Evaluasi Kinerja dan Penghargaan: UU ini mengatur proses evaluasi kinerja ASN dan
memberikan dasar untuk penghargaan yang dapat diberikan kepada ASN yang berprestasi.
5. Pengawasan dan Disiplin: Memberikan dasar untuk pengawasan dan tindakan disiplin terhadap
ASN yang melanggar norma-norma etika atau peraturan yang berlaku.
6. Penghentian dan Pemberhentian ASN: UU ini memberikan ketentuan mengenai penghentian
dan pemberhentian ASN, baik yang bersifat sementara maupun permanen.
7. Hak dan Kewajiban Pensiun: Menyusun ketentuan terkait hak dan kewajiban pegawai yang telah
memsuki masa pensiun.
8. Peran dan Fungsi Badan Kepegawaian Negara (BKN): UU ini memberikan peran dan fungsi yang
lebih rinci bagi Badan Kepegawaian Negara sebagai lembaga yang bertanggung jawab atas
manajemen dan pengembangan kepegawaian.
9. Pendidikan dan Pelatihan ASN: Menetapkan pentingnya pendidikan dan pelatihan bagi ASN
untuk meningkatkan kompetensi mereka.
10. Standar Etika ASN: Memberikan dasar untuk pembentukan dan penegakan standar etika ASN.
UU No 5 Tahun 2014 memberikan dasar hukum yang kuat untuk pembentukan dan pengelolaan ASN di
Indonesia, dengan tujuan untuk menciptakan birokrasi yang profesional, efisien, dan berorientasi
pelayanan.
Sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) yang berAKHLAK, para pejabat dan pegawai diharapkan untuk
mewujudkan tujuh komponen utama yang tercakup dalam akronim tersebut melalui perilaku dan sikap
positif dalam menjalankan tugas-tugasnya.
Kedua, "Akuntabel" menjadi prinsip yang tak terpisahkan. ASN diharapkan dapat bertanggung
jawab sepenuhnya atas tindakan dan keputusan yang diambil. Transparansi dan pertanggungjawaban
menjadi pondasi dalam setiap langkah yang diambil.
Loyalitas menjadi unsur kelima. "Loyal" mengartikan setia terhadap organisasi dan aturan yang
berlaku. ASN diharapkan menjaga integritas, menghormati norma, dan mematuhi nilai-nilai organisasi
dengan penuh kesetiaan.
Terakhir, "Kolaboratif" menjadi kunci keberhasilan bersama. ASN diharapkan mampu bekerja
sama dengan pihak internal dan eksternal, membangun sinergi untuk mencapai tujuan bersama demi
kemajuan organisasi dan pelayanan publik.
Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, ASN berAKHLAK diharapkan dapat menjadi pilar-pilar positif
dalam membangun pelayanan publik yang bermutu, transparan, dan bermartabat. Melalui sikap dan
perilaku yang mencerminkan nilai-nilai ini, ASN dapat memberikan kontribusi yang berarti dalam
menjawab tantangan dan kebutuhan masyarakat.
Bersamaan dengan perkembangan konsep ASN berAKHLAK, Aparatur Sipil Negara (ASN) dan Pegawai
Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) memiliki peran yang sangat penting dalam menciptakan
lingkungan kerja yang etis dan produktif.
Berikut adalah sharing pembelajaran tentang penerapan nilai berAKHLAK dalam menjalankan fungsi dan
tugas PPPK di tempat kerja:
1. Berorientasi Pelayanan:
Pemahaman Tujuan Pelayanan: Memahami bahwa tugas dan tanggung jawab sebagai PPPK adalah
melayani masyarakat dengan memberikan pelayanan terbaik.
2. Akuntabel:
Transparansi dan Pertanggungjawaban: Menjelaskan setiap keputusan atau tindakan yang diambil
dengan jelas kepada atasan dan pihak terkait, serta siap bertanggung jawab atas hasilnya.
3. Kompeten:
Aktif dalam Pembelajaran: Selalu mencari peluang untuk belajar dari pengalaman dan melakukan
refleksi terhadap kinerja sendiri.
4. Harmonis:
Kerja Sama Tim: Berkontribusi dalam menciptakan lingkungan kerja yang harmonis dengan
berpartisipasi aktif dalam kegiatan tim dan menghargai peran masing-masing anggota.
Mengelola Konflik: Menunjukkan keterampilan dalam mengelola konflik dan mencari solusi yang
membangun.
5. Loyal:
Kesetiaan pada Nilai-Nilai Organisasi: Menunjukkan kesetiaan pada visi dan misi organisasi serta
menjaga reputasi organisasi.
Bekerja dengan Integritas: Bertindak dengan integritas dalam setiap tindakan, menjauhkan diri dari
praktik-praktik yang dapat merugikan organisasi.
6. Adaptif:
Fleksibilitas: Mampu beradaptasi dengan perubahan kebijakan, tugas, atau lingkungan kerja dengan
sikap positif.
7. Kolaboratif:
Berbagi Informasi: Mendorong budaya berbagi informasi dan pengetahuan di antara rekan kerja.
Kolaborasi antar Lembaga: Aktif menjalin kerjasama dengan instansi lain untuk mencapai tujuan
bersama.
Penerapan nilai berAKHLAK di tempat kerja oleh PPPK melibatkan kesadaran pribadi untuk menjadikan
nilai-nilai tersebut sebagai panduan dalam pengambilan keputusan dan perilaku sehari-hari. Dengan
demikian, PPPK dapat memberikan kontribusi positif yang lebih besar terhadap pelayanan publik dan
pembangunan nasional secara keseluruhan.