DAFTAR ISI
DAFTAR ISI......................................................................................................................................... iii
iii
3. 1. 1 Wilayah Administratif........................................................................................................ 23
3. 1. 2 Topografi............................................................................................................................ 25
3. 1. 3 Jenis Tanah......................................................................................................................... 25
3. 1. 6 Kependudukan ................................................................................................................... 27
3. 1. 11 Perekonomian................................................................................................................... 30
3. 2. 2 Klimatologi ........................................................................................................................ 32
3. 2. 3 Kependudukan .................................................................................................................. 32
3. 2. 3 Perekonomian .................................................................................................................... 32
3. 2. 4 Infrastruktur ....................................................................................................................... 32
3. 2. 5 Transportasi........................................................................................................................ 33
3.3.2 permasalahan........................................................................................................................ 34
3.4 Isu Strategis pengembangan agro dan migas di kecamatan kapas .............................................. 35
iv
4. 2. 5 Identifikasi Sarana dan Prasarana ...................................................................................... 40
v
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Tabel Kemiringan Tanah Kabupaten Bojonegoro .................................................................. 25
Tabel 2 Ketinggian Lahan Kabupaten Bojonegoro............................................................................... 25
Tabel 3 Tabel Jenis Tanah Kabupaten Bojonegoro .............................................................................. 26
Tabel 4 Tabel Penggunaan Lahan Kabupaten Bojonegoro ................................................................... 26
Tabel 5 Tabel Jumlah Penduduk Kabupaten Bojonegoro ..................................................................... 27
Tabel 6 Jumlah Sekolah, Kelas, Guru dan Murid Menurut Jenjang Pendidikan .................................. 28
Tabel 7 Tabel Kondisi Jalan Kabupaten Bojonegoro ........................................................................... 29
Tabel 8 Jumlah Kendaraan yang ada di Kabupaten Bojonegoro .......................................................... 30
Tabel 9 Penduduk Menurut Jenis Kelamin Kecamatan Kapas ............................................................. 32
Tabel 10 Jenis Data dan Perolehan Data Kebijakan, Strategi dan Rencana Pengembangan ................ 37
Tabel 11 Jenis Data dan Perolehan Data Penggunaan Lahan ............................................................... 38
Tabel 12 Jenis Data dan Perolehan Data Fisik Dasar dan Lingkungan ................................................ 38
Tabel 13 Jenis Data dan Perolehan Data Sosial Demografi .................................................................. 39
Tabel 14 Jenis Data dan Perolehan Data Sarana dan Prasarana............................................................ 40
Tabel 15 Jenis Data dan Perolehan Data Transportasi .......................................................................... 41
Tabel 16 Jenis Data dan Perolehan Data Ekonomi ............................................................................... 42
Tabel 17. Komposisi tenaga ahli dalam penyusunan RTR Kecamatan Kapas ..................................... 59
Tabel 18. Tabel pembagian tugas dan tanggung jawab tenaga ahli ...................................................... 60
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Peta Batas Administrasi Kabupaten Bojonegoro ................................................................. 24
Gambar 2 Peta Batas Administrasi Kawasan Perencanaan, Kecamatan Kapas .................................... 31
Gambar 3 Bagan Alur Analisis Kebijakan dan Visi Pengembangan .................................................... 44
Gambar 4 Bagan Alur Analisis Penggunaan Lahan.............................................................................. 45
Gambar 5 Bagan Alur Analisis Fisik Dasar dan Lingkungan ............................................................... 46
Gambar 6 Bagan Alur Analisis Sosial Demografi ................................................................................ 47
Gambar 7 Bagan Alur Analisis Sarana dan Prasaraa ............................................................................ 48
Gambar 8 Bagan Alur Analisis Transportasi ........................................................................................ 49
Gambar 9 Bagan Alur Analsisi Ekonomi ............................................................................................. 50
Gambar 10. Struktur organisasi kegiatan penyusunan RTR Kecamatan Kapas ................................... 59
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap wilayah mempunyai potensi untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan kondisinya
masing-masing. Perbedaan kondisi tersebut mengakibatkan ketidaksamaan kecepatan pengembangan
dan pembangunan di masing-masing wilayah, kondisi tersebut dikenal dengan istilah
disparitas/kesenjangan (perbedaan) wilayah (Dumairy,1996).
Dalam konteks pengembangan wilayah kesenjangan adalah suatu keadaan yang tidak seimbang
atau terjadinya kesenjangan atau “gap” diantara bagian-bagian pada suatu wilayah (Tanjung Suharso
dan Wara Indira Rukmi, 2003). Mengurangi kesenjangan wilayah adalah salah satu tema pokok dalam
pembangunan wilayah (Firman,2000).
Perkembangan antar kabupaten di Provinsi Jawa Timur menjadi salah satu pertimbangan dalam
perencanaan pembangunan dimana isu kesenjangan perekonomian dan distribusi pendapatan antar
daerah berkaitan dengan pengentasan kemiskinan, pertumbuhan ekonomi dan harmonisasi spasial.
Dengan tingkat pendapatan tertentu, kenaikan kesenjangan akan selalu berimplikasi pada kenaikan
kemiskinan dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang rendah. Dalam level provinsi, Tambunan (2001)
dan Firman (1995) menjelaskan bahwa terdapat sejumlah faktor penyebab kesenjangan wilayah antara
lain distribusi PDRB, konsumsi rumah tangga perkapita, kontribusi sektoral terhadap PDRB dan tingkat
kemiskinan. Kabupaten Bojonegoro merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Jawa
Timur dengan luas wilayahnya yang mencapai 30.706 hektar.
Sebagai salah satu kawasan berkembang di Jawa Timur, Kabupaten Bojonegoro memiliki sisi
kesenjangan wilayah, dimana kesenjangan yang terjadi pada umumnya berasal dari kesenjangan
finansial dan sosial. Hal ini dibuktikan dari masih banyaknya infrastruktur sosial seperti pelayanan
pendidikan dan kesehatan yang masih kurang dalam hal pemerataan penyebaran dan kualitas pelayanan,
serta masalah kemiskinan dimana masih rendahnya mutu kehidupan masyarakat dan penyebaran
penduduk miskinnya yang masih mencapai angka 212,90 ribu jiwa (BPS, 2012). Selain itu, adanya isu
permasalahan lingkungan juga makin memperparah keadaan wilayah, dimana masih banyaknya angka
perusakan lingkungan yang belum disertai dengan penegakan hukum lingkungan secara tegas.
Terkait dengan kondisi yang telah dijelaskan diatas, maka dibutuhkan tanggung jawab dari
berbagai pihak penyelenggara pembangunan baik dari pihak pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam
memutuskan kegiatan-kegiatan pembangunan di wilayah perencanaan. Oleh karena itu disusunlah
dokumen Perencanaan Pengembangan Wilayah Kecamatan Kapas sebagai salah satu acuan dalam
menyusun program-program pembangunan wilayah yang komprehensif dalam menangani isu-isu
1
kesenjangan wilayah sekaligus sebagai instrumen pengendalian pembangunan di kawasan-kawasan
lindung di wilayah perencanaan
Mengidentifikasi gambaran umum Kecamatan Kapas di Kabupaten Bojonegoro secara rinci yang
berfungsi sebagai basis data pengembangan wilayah
Mengidentifikasi potensi dan permasalahan yang ada di Kecamatan Kapas sesuai dengan rencana
pengembangan wilayah di Kabupaten Bojonegoro
Merumuskan analisa dan konsep pengembangan wilayah yang sesuai dengan wilayah Kecamatan
Kapas
Merumuskan tujuan, arahan kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah Kecamatan Kapas
Menyusun rencana struktur ruang, rencana pola ruang, rencana kawasan strategis, dan rencana
pengembangan wilayah Kecamatan Kapas dalam mendorong pertumbuhan kawasan tersebut
2
Timur : Kecamatan Balen
Barat : Kecamatan Bojonegoro
Selatan : Kecamatan Dander
Kecamatan Kapas memiliki luas wilayah sebesar 46,38 km2 yang terbagi dalam 21 desa yaitu
Desa Bakalan, Bangilan, Bendo, Bego, Kalianyar, Kapas, Kedaton, Klampok, Kumpurejo, Mojodeso,
Ngampel, Padang Mentoyo, Plesungan, Sambiroto, Sembung, Semenpinggir, Sukowati, Tanjungharjo,
Tapelan, Tikusan dan Wedi.
3
Kegiatan ini dimulai dengan mengumpulkan dan mengevaluasi data-data yang sudah
terkumpul pada kegiatan survei sebelumnya. Dalam hal ini, kegiatan pokok pada tahap
pengolahan data dan analisa adalah mentabulasikan dan menyusun data berupa fakta dan
informasi sesuai dengan aspek perencanaan, yang kemudian akan dinilai dengan berdasarkan
prinsip-prinsip pendekatan dan metode teknik analisa perencanaan pengembangan wilayah.
Tinjauan kebijakan penataan ruang pada produk perencanaan yang terkait dengan wilayah
proyek
Gambaran detail wilayah proyek dari tiap aspek perencanaan
Potensi dan permasalahan yang terdapat pada wilayah perencanaan
Konsep, kebijakan, dan strategi penataan ruang pada wilayah perencanaan
Rencana tata ruang wilayah perencanaan
Implementasi dalam rencana tata ruang wilayah perencanaan (indikasi program,
kelembagaan penataan ruang, pembiayaan pembangunan, dan pengendalian pemanfaatan
ruang)
4
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisikan mengenai latar belakang, maksud penulisan, tujuan dan sasaran penulisan,
ruang lingkup perencanaan serta sistematika penulisan dalam dokumen laporan pendahuluan
ini
BAB II TINJAUAN PUSAKA
Bab ini berisikan mengenai review kebijakan yang terkait dengan wilayah perencanaan,
yaitu Kecamatan Kapas di Kabupaten Bojonegoro beserta review literatur terkait teori-teori
pengembangan wilayah yang berpotensi dapat diterapkan pada wilayah perencanaan
BAB III GAMBARAN UMUM
Bab ini berisikan mengenai gambaran umum di wilayah perencanaan, yaitu Kecamatan
Kapas di Kabupaten Bojonegoro
BAB IV METODOLOGI DAN TEKNIK ANALISIS PERENCANAAN
Bab ini berisikan mengenai metode-metode serta teknik-teknik analisis yang akan
digunakan dalam penyusunan dokumen perencanaan pengembangan wilayah di Kecamatan
Kapas
BAB V JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN
Bab ini berisikan mengenai jadwal pelaksanaan penyusunan dokumen perencanaan
pengembangan wilayah Kecamatan Kapas
BAB VI STRUKTUR ORGANISASI DAN DESAIN SURVEY PEKERJAAN
Bab ini berisikan mengenai desain survey yang akan dibutuhkan dalam mengidentifikasi
kondisi Kecamatan Kapas secara terperinci serta struktur organisasi pelaksana pekerjaan yang
terdiri dari tenaga ahli yang dibutuhkan dalam penyusunan rencana pengembangan wilayah
Kecamatan Kapas
5
BAB II
TINJAUAN KEBIJAKAN
2.1 Rencana tata ruang provinsi jawa timur tahun 2011-2031
Arahan yang tertuang dalam Rencana TataRuang Wilayah Kabupaten Tulungagung Tahun
2011-2031 yang terkait dalam penyusunan RDTR Kecamatan Boyolangu beserta Peraturan Zonasinya
meliputi :
6
a. Fasilitas jasa:
Lembaga keuangan (bank, koperasi)
b. Fasilitas perdagangan:
Peningkatan pasar tradisional
Pengembangan ruko dan pertokoan
c. Fasilitas industri:
Kawasan eksplorasi migas
d. Fasilitas pendidikan:
SMA/MA/SMK
e. Fasilitas kesehatan:
Pengembangan rumah sakit tipe B
Peningkatan Puskesmas ke Puskesmas rawat inap
f. Fasilitas wisata:
Pengembangan dan peningkatan fasilitas daya tarik wisata
Letak Perkotaan Bojonegoro yang berada di Selatan Bengawan Solo menyebabkan perlunya
pengendalian kegiatan industriyang berlokasi di bantaran sungai Bengawan Solo. Hal ini untuk
menghindari berbagai efek negatif dari aktivitas industri, termasuk dari industri pengolahan berbasis
kerajinan ke area DAS Bengawan Solo, terutama ke bagian hilir DAS. Adapun Perkotaan Bojonegoro
diarahkan pengembangan pusat kegiatan perdagangan dan jasa serta kegiatan produksi pertanian. Selain
itu juga diarahkan pengembangan industri pengolahan minyak bumi.
Strategi pengembangan wilayah akan diarahkan sebagai sub pusat koleksi dan distribusi di
Perkotaan Bojonegoro, sub pusat industri migas di Padangan dan Kasiman. Sub-sub pusat ini akan
melayani wilayah yang termasuk pada Kabupaten Bojonegoro.
Adapun untuk sistem pedesaan dilakukan dengan membentuk pusat pelayanan perdesaan secara
berhierarki yaitu sebagai berikut:
1. Pusat pelayanan antardesa (PPL), merupakan pusat permukiman yang berfungsi untuk
melayani kegiatan skala antardesa dalam satu kecamatan.
2. Pusat pelayanan setiap desa (PPd), merupakan pusat permukiman yang berfungsi untuk
melayani kegiatan skala desa.
3. Pusat pelayanan pada satu atau beberapa dusun atau kelompok permukiman (PPds),
merupakanpusat permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala satu atau beberapa
dusun atau kelompok permukiman.
Pusat pelayanan perdesaan tersebut secara berhierarki memiliki hubungan dengan pusat
pelayanan wilayah kecamatan sebagai kawasan perkotaan terdekat, dengan perkotaan sebagai pusat
pelayanan sub WP (Wilayah Pengembangan), dan dengan ibukota kabupaten masing-masing.
7
Pengelolaan sistem perdesaan merupakan upaya untuk mempercepat efek pertumbuhan di
kawasan perdesaan. Sistem pelayanan perdesaan dikembangkan seiring dengan pengembangan sistem
agropolitan meliputi pertanian dalam arti seluas-luasnya, termasuk pengembangan minapolitan sebagai
bagian dari sistem perdesaan.
Pengelolaan sistem pedesaan di Jawa Timur konsisten pada konsep pengembangan desa-desa
agropolis. Pengembangan desa agropolis secara struktural akan tekait pula dengan pengembangan
interaksi desa-kota, dan membuat keterkaitan antarpusat-pusat permukiman tersebut dalam pola sistem
jaringan (network system), sesuai dengan konsep penataan struktur tata ruang wilayah Jawa Timur dan
pola pengembangan kegiatan ekonomi lokal yang diarahkan dapat memicu perkembangan wilayah yang
berbasis pada sektor primer.
8
Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian
lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam, sumber daya buatan dan nilai sejarah serta
budaya bangsa guna kepentingan pembangunan berkelanjutan.
A. Kawasan Hutan Lindung
Arahan penanganan kawasan hutan lindung meliputi:
Pengawasan dan pemantauan untuk pelestarian kawasan konservasi dan kawasan hutan
lindung;
Mempertahankan luasan kawasan hutan lindung;
Pelestarian keanekaragaman hayati dan ekosistemnya;
Pengembangan kerja sama antarwilayah dalam pengelolaan kawasan lindung;
Percepatan rehabilitasi hutan dan lahan yang termasuk kriteria kawasan lindung dengan
melakukan penanaman pohon lindung yang dapat digunakan sebagai perlindungan
kawasan bawahannya yang dapat dimanfaatkan hasil hutan nonkayunya;
Pemanfaatan jalur wisata alam jelajah/pendakian untuk menanamkan rasa memiliki
terhadap alam; dan
Pemanfaatan kawasan lindung untuk sarana pendidikan penelitian dan pengembangan
kecintaan terhadap alam.
B. Kawasan Perlindungan Setempat
Arahan pengelolaan kawasan sempadan sungai meliputi:
Pembatasan dan pelarangan pengadaan alih fungsi lindung yang menyebabkan
kerusakan kualitas sungai;
Pembatasan dan pelarangan penggunaan lahan secara langsung untuk bangunan
sepanjang sempadan sungai yang tidak memiliki kaitan dengan pelestarian atau
pengelolaan sungai;
Reorientasi pembangunan dengan menjadikan sungai sebagai bagian dari latar depan
pada kawasan permukiman perdesaan dan perkotaan; dan
enetapan wilayah sungai sebagai salah satu bagian dari wisata perairan dan transportasi
sesuai dengan karakter masing-masing.
Arahan pengelolaan kawasan danau/waduk meliputi:
Pembatasan dan pelarangan pengadaan alih fungsi lindung yang menyebabkan
kerusakan kualitas sungai;
Perlindungan sekitar danau atau waduk dari kegiatan yang menyebabkan alih fungsi
lindung dan menyebabkan kerusakan kualitas sumber air;
Pelestarian waduk beserta seluruh tangkapan air di atasnya;
Pengembangan kegiatan pariwisata dan/atau kegiatan budi daya lainnya di sekitar
lokasi danau atau waduk diizinkan membangun selama tidak mengurangi kualitas tata
air; dan
9
Pengembangan tanaman perdu, tanaman tegakan tinggi, dan penutup tanah untuk
melindungi pencemaran dan erosi terhadap air.
10
2. RENCANA KAWASAN BUDI DAYA
A. Kawasan Hutan Produksi
Arahan pengelolaan kawasan hutan produksi meliputi:
Pengusahaan hutan produksi dilakukan oleh Perum Perhutani dengan menerapkan
sistem silvikultur Tebang Habis Permudaan Buatan (THPB).
Reboisasi dan rehabilitasi lahan pada bekas tebangan dan tidak dapat dialih fungsikan
ke budi daya nonkehutanan.
Pemantauan dan pengendalian kegiatan pengusahaan hutan serta gangguan keamanan
hutan lainnya.
Pengembalian pada fungsi hutan semula dengan reboisasi bila pada kawasan ini
terdapat perambahan atau bibrikan
11
C. Kawasan Peruntukan Perkebunan
Arahan pengelolaan kawasan peruntukan perkebunan meliputi:
pengembangan komoditas tembakau, tebu, dan kelapa
pemertahanan luasan lahan perkebunan saat ini;
peningkatan produktivitas, nilai tambah, dan daya saing produk perkebunan;
pewilayahan komoditi sesuai dengan potensinya yakni pengembangan wilayah
Madura, Pantura, wilayah tengah, dan wilayah selatan; dan
pengembangan kelembagaan kelompok tani ke arah kelembagaan ekonomi/koperasi.
A. Kawasan Pertambangan
12
Arahan penanganan kawasan pertambangan meliputi:
Pengembangan kawasan pertambangan dilakukan dengan mempertimbangkan potensi
bahan galian, kondisi geologi dan geohidrologi dalam kaitannya dengan kelestarian
lingkungan;
Setiap kegiatan usaha pertambangan harus menyimpan dan mengamankan tanah atas
(top soil) untuk keperluan rehabilitasi/reklamasi lahan bekas penambangan;
Menghindari dan meminimalisir kemungkinan timbulnya dampak negatif dari kegiatan
sebelum, saat dan setelah kegiatan penambangan, sekaligus disertai pengendalian yang
ketat
13
Penanganan kawasan permukiman kumuh di perdesaan melalui perbaikan rumah tidak
layak huni.
Arahan pengelolaan kawasan permukiman perkotaan meliputi:
Pengaturan perkembangan pembangunan permukiman perkotaan baru.
Pengembangan permukiman perkotaan dengan memperhitungkan daya tampung
perkembangan penduduk, sarana, dan prasarana yang dibutuhkan.
Penanganan kawasan permukiman kumuh perkotaan dapat dilakukan melalui
pembangunan rumah susun (rusun).
14
perencanaan yang lebih rinci yakni Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan, Rencana Detail
Tata Ruang Kawasan Perdesaan, dan Rencana Kawasan Strategis Kabupaten. Rencana rencana ini
merupakan perangkat operasional dari produk RTRW.
a) Azas Keterpaduan,
Adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan mengintegrasikan berbagai
kepentingan yang bersifat lintas sektor, lintas wilayah dan lintas pemangku kepentingan
(pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat).
c) Azas Berkelanjutan,
Adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan menjamin kelestarian dan
kelangsungan daya dukung dan daya tampung lingkungan dengan memperhatikan
kepentingan generasi mendatang.
e) Azas Keterbukaan,
Adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan memberikan akses yang seluas-
luasnya kepada masyarakat untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan penataan
ruang.
15
Adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan mengedepankan kepentingan
masyarakat.
i) Azas Akuntabilitas,
Adalah bahwa penyelenggaraan penataan ruang dapat dipertanggungjawabkan, baik
prosesnya, pembiayaannya maupun hasilnya.
1) Mewujudkan terciptanya kepastian hukum dalam kegiatan usaha sesuai rencana tata ruang
serta mendorong peluang investasi yang lebih produktif.
16
Misi penataan ruang wilayah ini diperlukan untuk terciptanya keharmonisan, keselarasan
antar berbagai program yang akan dilaksanakan di Kabupaten Bojonegoro.
2) Mewujudkan stuktur ruang yang berimbang guna mendorong pertumbuhan wilayah
sekaligus mengurangi kesenjangan antar wilayah guna meningkatkan kemandirian
masyarakat yang berdaya saing tinggi
Misi penataan ruang wilayah ini diperlukan untuk meningkatkan sarana dan
prasarana/infrastruktur yang ada di Kabupaten Bojonegoro, sehingga masyarakat di
Kabupaten Bojonegoro dapat menikmati sarana dan prasarana yang sama di setiap
kecamatan, terciptanya aksesibilitas yang mudah sehingga dapat lebih menumbuhkan dan
meningkatkan potensi yang ada di masing-masing kecamatan dan menjadi motor
penggerak ekonomi kerakyatan.
3) Mewujudkan pola ruang yang produktif guna menunjang produktifitas wialyah secara
berkelanjutan.
Misi penataan ruang wilayah ini diperlukan untuk melakukan penataan terhadap kawasan
lidung dan kawasan budidaya yang ada di Kabupaten Bojonegoro, sehingga lebih sinergis
dalam pemanfaatannya, tetap terjaga fungsi lindungnya, berwawasan lingkungan dan
terakomodir dalam penataan ruang yang sesuai dengan daya dukung dan daya tampung
lingkungannya.
4) Mewujudkan program pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang secara konsisten
guna mendukung manfaat ruang dan mensejahterakan masyarakat.
Misi penataan ruang wilayah ini diperlukan untuk memberikan kemudahan di dalam
melakukan investasi di Kabupaten Bojonegoro dengan memberikan kemudahan di dalam
perijinan, ketersediaan sarana dan prasarana/infrastruktur yang memadai serta iklim yang
kondusif.
5) Meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat Kabupaten Bojonegoro
Misi penataan ruang wilayah ini diperlukan untuk meningkatkan kemampuan sumberdaya
manusia di Kabupaten Bojonegoro dalam menerima perkembangan teknologi dan ilmu
pengetahuan, sehingga diharapkan dapat bersaing dengan wilayah lain, mampu
menumbuhkan pendapatan, menumbuhkan perekonomian di wilayahnya sehingga tercipta
kemandirian.
6) Meningkatkan akses, kesadaran, partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan,
pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang dalam pengembangan wilayah
Kabupaten Bojonegoro
Misi penataan ruang wilayah ini diperlukan untuk memberikan akses, kesadaran dan
partisipasi masyarakat dalam menjaga lingkungannya, dalam menata wilayahnya sehingga
diharapkan tercipta keharmonisan pemanfaatan ruang.
7) Mewujudkan Keseimbangan pertumbuhan wilayah di Kabupaten Bojonegoro
17
Misi penataan ruang wilayah ini diperlukan untuk menumbuhkan pusat dan sub-sub pusat
pertumbuhan baru di Kabupaten Bojonegoro yang sekaligus menjadi generator
pertumbuhan bagi wilayah belakangnya dan diharapkan akan memberikan “Multiplier
Effec” sehingga dapat mengurangi ketimpangan atau kesenjangan pertumbuhan antar
wilayah.
8) Mewujudkan Keseimbangan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bojonegoro.
Misi penataan ruang ini diperlukan untuk menggerakkan dan menumbuhkan
perekonomian masyarakat melalui pembangunan sektor agro dalam kerangka pencapaian
visi pengembangan wilayah di Kabupaten Bojonegoro, serta meningkatkan penyerapan
tenaga kerja.
18
9) Kondisi/ jenis dan tekstur tanah yang mudah ekspansif (bergerak)
a) pengembangan lahan pertanian dan sistem agropolitan yang produktif dan ramah
lingkungan.
b) pengembangan dan peningkatan potensi pariwisata yang ramah lingkungan serta berbasis
masyarakat.
c) pengembangan dan peningkatan kawasan industri berbasis agro, yang ramah lingkungan
serta bernilai ekonomis.
d) pemerataan pembangunan sektor ekonomi dan infrastruktur wilayah.
e) pengendalian secara ketat pada kawasan hutan.
f) peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara
a. mengembangkan sistem pemasaran hasil pertanian sesuai tingkat skala layanan sampai
ekspor;
b. mengembangkan lumbung desa modern;
c. memulihkan lahan yang rusak atau alih komoditas menjadi perkebunan;
d. mengembangkan pusat penyuluhan tani;
e. mengembangkan pusat ekonomi agropolitan dan pusat bisnis;
f. mengembangkan sistem pemasaran hasil perkebunan sampai ekspor;
g. mengembangkan prasarana dan sarana pengangkutan barang dari dan ke pusat pemasaran
dan wilayah pelayanannya;
h. meningkatkan status fungsi sawah secara bertahap;
i. mempertahankan kawasan pertanian pangan berkelanjutan;
j. meningkatkan produktivitas, diversifikasi, dan pengolahan hasil pertanian; dan
k. mengendalikan secara ketat fungsi lahan yang ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan
berkelanjutan.
19
d. melakukan diversifikasi program dan produk wisata;
e. mengembangkan sarana dan prasarana mendukung budaya lokal;
f. mengembangkan pusat sentra industri kerajinan; dan
g. meningkatkan potensi agroekowisata dan ekowisata.
Strategi pengembangan dan peningkatan kawasan industri berbasis agro, yang ramah
lingkungan serta bernilai ekonomis meliputi :
20
a. mendukung penetapan kawasan strategis nasional dengan fungsi khusus pertahanan dan
keamanan;
b. mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar kawasan
strategis nasional untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan;
c. mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak terbangun di sekitar
kawasan strategis nasional sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan strategis
nasional dengan budidaya terbangun; dan
d. turut serta menjaga dan memelihara aset-aset pertahanan/TNI.
a) Pusat pelayanan umum, dan pemerintahan bagi desa-desa yang berada di wilayah
administrasinya.
b) Pusat perdagangan dan jasa bagi desa-desa yang berada di wilayah administrasinya.
c) Pusat pelayanan antar desa/kelurahan (PPL).
Dalam peraturan UU No.22 Tahun 2001 terkait minyak dan gas dijelaskan bahwa dalam kegiatan migas
ditetapkan rantai suplai (Supply Chain) yaitu kegiatan penyediaan dan pendayagunaan barang dan jasa yang
mencakup tahap perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian yang telah dikompetensikan pada standar dalam
21
negeri. Untuk di Kabupaten Bojonegoro untuk pengelolaannya diselenggarakan Kontraktor KKS (Kontraktor
Kontrak Kerja Sama) sebagai badan usaha atau badan usaha tetap dengan ruang lingkup sebagai berikut :
Dalam merumuskan program Corporate Sosial Responsibility (CSR), pihak operator harus melakukan
kordinasi dengan badan perencanaan pembangunan daerah kabupaten bojonegoro dalam rangka sinkronisasi
sebagai langkah preventif mengantisipasi munculnya overlapping/tumpang tindih dengan program/atau kegiatan
pembangunan pemerintah kabupaten. Melalui poin-poin penting kerjasama ,yaitu :
1. Pihak Kontraktor KKS dan Mitra K-KKS serta pengolah MIGAS wajib bertanggung jawab dalam
mengembangkan lingkungan dan pemberdayaan masyarakat setempat, melalui pelaksanaan CSR.
2. Program Corporate Sosial Responsibility (CSR) dari masing-masing kontraktor KKS dan Mitra K-
KKS serta pengelolah MIGAS harus dirumuskan berdasar kebutuhan riil masyarakat Bojonegoro
dalam rangka pemenuhan hak-hak dasar masyarakat, yang pelaksanaannya dapat melibatkan
organisasi masyarakat sipil local.
3. Program CSR wajib merujuk pada Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) dan/atau Rencana
Kerja Pembangunan Desa (RKPDes).
22
BAB III
GAMBARAN UMUM WILAYAH
3. 1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Bojonegoro
3. 1. 1 Wilayah Administratif
Kabupaten Bojonegorosecara secara geografis terletak pada koordinat 111º25' BT - 112º09' BT
dan 6º59' LS - 7º37' LS. Secara administrasi terdiri dari 27 kecamatan. Kabupaten Bojonegoromemiliki
luas sejumlah 230.706 Ha, merupakan bagian dari wilayah Propinsi Jawa Timur dengan jarak ± 110
Km dari ibukota Propinsi Jawa Timur. Batas-batas administrasi Kabupaten Bojonegoro adalah:
Sebelah Utara: Kabupaten Tuban
Sebelah Timur: Kabupaten Lamongan
Sebelah Selatan: Kabupaten Madiun, Nganjuk dan Jombang
Sebelah Barat: Kabupaten Ngawi dan Blora (Jawa Tengah)
Secara administrasi Kabupaten Bojonegoro dibagi menjadi 27 kecamatan dengan 419 desa dan
11 kelurahan. Luas wilayah keseluruhan adalah 230.706 Ha. Sebagian wilayah bojonegoro merupkan
wilayah hutan Negara sebesar 40,15 % yang berasa di wilayah Selatan Bojonegoro, 32, 58 % berikutnya
berupa lahan sawah yang sebagian besar berada di sepanjang aliran Sungai Bengawan Solo. Dan
sebanyak 22,42 % merupakan tanah kering dan sisanta sebesar 4,85% adalah perkebunan dan lain-lain.
Sungai Bengawan Solo mengalir dari selatan, menjadi batas alam dari Provinsi Jawa Tenggah,
kemudian mengalir ke arah timur, di sepanjang wilayah utara Kabupaten Bojonegoro. Bagian utara
merupakan Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo yang cukup subur dengan pertanian yang ekstensif.
Kawasan pertanian umumnya ditanami padi pada musim penghujan, dan tembakau pada musim
kemarau. Bagian selatan adalah pegunungankapur, bagian dari rangkaian Pegunungan Kendeng. Bagian
barat laut (berbatasan dengan Jawa Tengah) adalah bagian dari rangkaian Pegunungan Kapur Utara.
Untuk lebih jelasnya wilayah Kabupaten Bojonegoro dapat dilihat pada peta berikut ini :
23
Sumber : Hasil Olahan, 2015
Gambar 1 Peta Batas Administrasi Kabupaten Bojonegoro
24
3. 1. 2 Topografi
Keberadaan sungai bengawan solo mempengaruhi toografi kabupaten bojonegoro. Topografi
Kabupaten Bojonegoro menunjukan bahwa di sepanjang daerah aliran sungai Bengawan Solo sebelah
utara (Pegunungan Kapur Utara) merupakan daerah dataran rendah, sedangkan di bagian Selatan
merupakan dataran tinggi disepanjang kawasan Gunung Pandan, Kramat dan Gajah (Pegunungan
Kapur Selatan). Bengawan Solo mengalir dari Selatan, menjadi batas alam dari Provinsi Jawa Tengah,
kemudian mengalir ke arah Timur, di sepanjang wilayah Utara Kabupaten Bojonegoro. Bagian Utara
merupakan Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo yang cukup subur dengan pertanian yang ekstensif.
Secara garis besar, gambaran luas wilayah menurut permukaan/kemiringan tanah disajikan pada tabel
berikut:
Tabel 1 Tabel Kemiringan Tanah Kabupaten Bojonegoro
Ketinggian Tempat
No Luas (Ha) Persen (%)
(mdpl)
1 11 m – 25 m 43.155 18,71
2 25 m – 99,99 m 104.629 45,35
3 100 m – 499,99 m 82.348 35,69
4 >500 m 574 0,25
JUMLAH 230.706 100
Sumber: Bojonegoro Dalam Angka, 2010
3. 1. 3 Jenis Tanah
Menurut data yang didapatkan Kabupaten Bojonegoro didominasi oleh tanah berjenis
Grumosol yaitu seluas 88.937 Ha. Lapisan grumosol merupakan bagian terluas yang terbentang di
bagian selatan, yaitu pada jalur utama yang membelah Kabupaten Bojonegoro. Lapisan aluvial berada
di sepanjang aliran Bengawan Solo. Sementara lapisan mediteranian terdiri atas batu cadas, kurang
mengandung air tanah serta kurang subur untuk pertanian yang sebagian di kawasan hutan. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
25
Tabel 3 Tabel Jenis Tanah Kabupaten Bojonegoro
3. 1. 5 Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan pada Kabupaten Bojonegoro dapat dilihat pada tabel berikut :
Hingga tahun 2010, penggunaan lahan Kabupaten Bojonegoro didominasi oleh guna lahan
hutan yaitu seluas 93.833,36 Ha atau 40,67 % dari luas keseluruhan lahan. Kawasan pertanian umumnya
ditanami padi pada musim penghujan dan tembakau pada musim kemarau. 40,15% wilayah Kabupaten
Bojonegoro masih merupakan hutan negara yang sebagian besar berada di wilayah Selatan Bojonegoro,
35,58% berikutnya berupa lahan sawah, yang sebagian besar berada di sepanjang aliran sungai
Bengawan Solo. Sebanyak 19,42% merupakan tanah kering dan sisanya 4,85% adalah perkebunan
26
dan lain-lain. Sementara itu, untuk menanggulangi kekurangan air untuk keperluan pengairan
lahan pertanian di musim kemarau, dilakukan dengan menaikan air dari Sungai Bengawan Solo
melalui pompanisasi yang tersebar di 8 kecamatan yang meliputi 24 desa.
3. 1. 6 Kependudukan
Kabupaten Bojonegoro memilki jumlah penduduk sebesar 1.430.316 jiwa atau 403.468 KK
yang terdiri dari 721.444 laki-laki dan 708.869 perempuan. Sektor pertanian merupakan sektor utama
dalam perekonomian Kabupaten Bojonegoro sehinga penduduk Kabupaten Bojonegoro sebagian besar
bermata pencaharian sebagai petani. Berikut ini kondisi kependudukan Kabupaten Bojonegoro pada
tahun 2014.
Kepadatan
No. Kecamatan Jumlah RT Jumlah Penduduk Luas (Km2) Penduduk
(/Km2)
1. Margomulyo 7.792 25.539 139,68 18,284
2. Ngarho 14.957 51.512 71,48 72,065
3. Tambakrejo 18.501 60.755 209,52 28,997
4. Ngambon 4.230 13.219 48,65 27,172
5. Sekar 10.113 30.179 130,24 23,172
6. Bubulan 5.235 16.766 84,73 19,788
7. Gondang 9.147 28.075 107,01 26,236
8. Temayang 12.766 40.654 124,67 32,609
9. Sugihwaras 16.205 51.453 87,15 59,040
10. Kedungadem 27.720 91.341 145,15 62,929
11. Kepohbaru 20.788 72.691 79,64 91,274
12. Baureno 24.690 87.700 66,37 132,138
13. Kanor 20.304 65.943 59,78 110,309
14. Sumberejo 25.480 77.944 76,58 101,781
15. Balem 22.255 70.678 60,52 116,785
16. Sukosewu 15.144 47.165 47,48 99,337
17. Kapas 16.356 56.326 46,38 121,45
18. Bojonegoro 29.743 97.764 25,71 380,257
19. Trucuk 13.629 44.505 36,71 121,234
20. Dander 28.130 92.092 118,36 77,807
21. Ngasem 21.419 68.284 180,20 46,385
22. Kulitidu 16.874 55.470 83,01 84,109
23. Malo 10.289 35.604 65,41 54,432
24. Purwosari 10.328 33.484 62,32 53,729
25. Padangan 15.140 50.363 42,00 119,912
26. Kasiman 10.175 34.855 51,80 67,288
27. Kadewan 4.242 14.665 56,51 25,951
28. Gayam 11.028 35.863 50,05 71,654
sumber: Bojonegoro Dalam Angka 2014
27
Meskipun konsentrasi penduduk sebagian besar berada pada kelompok usia diatas 60 tahun,
namun pada usia produktif yaitu 19 – 25 tahun juga tidak sedikit. Struktur penduduk dengan usia
produktif yang melimpah ini merupakan modal utama untuk meningkatkan produktiftas wilayah.
Dengan terus meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia maka potensi yang dimilki Kabupaten
Bojonegoro dapat dimanfatkan dengan maksimal dan berdaya saing.
3. 1. 7 Fasilitas Pendidikan
jumlah fasilitas pendidikan yang terdapat di Kabupaten Bojonegoro. pada setiap jenjang dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 6 Jumlah Sekolah, Kelas, Guru dan Murid Menurut Jenjang Pendidikan
28
Kontribusi sub sektor air bersih dalam pembentukan PDRB mungkin tidak terlalu besar
dibandingkan sektor lainya, namun tanpa adanya sub sektor tersebut, bukan tidak mungkin kegiatan
perekonomian tidak akan berjalan. Dalam menjalankan proses produksinya, sektor industri
membutuhkan air, baik untuk bahan baku, menghasilkan uap, kebersihan air minum dan sebagainya.
Untuk Kabupaten Bojonegoro berdasarkan data yang dicatat oleh kantor PDAM Bojonegoro, pada
tahun 2013 total produksi air minum sebesar 7.924 m3. Dari besaran tersebut, total air yang terjual
sebanyak 5.791 ribu m3 dan yang hilang atau terbuang sebanyak 2.112 ribu m3. Dengan total pelanggan
sebanyak 23,963 orang
3. 1. 10 Jaringan Transportasi
Transportasi memilki peranan yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi suatu daerah,
oleh karena itu untuk memacu perkembangan sosial ekonomi yang tinggi di Kabupaten Bojonegoro,
keadaan prasarana dan sarana transportasi perlu ditingkatkan dan dikembangkan. Potensi sumber daya
alam yang dimiliki Kabupaten Bojonegoro saat ini akan sulit dikembangkan bila tidak disertai dengan
penyediaan prasarana dan sarana transportasi juga sesuai. Jalan – jalan yang terdapat di Kabupaten
Bojonegoro diantaranya adalah jalan arteri primer, jalan lokal, dan jalan lingkungan.
Konektivitas wilayah yang baik akan mempermudah pelaksanaan pembangunan ekonomi.
Konektivitas wilayah dengan kondisi infrastruktur yang memadai akan mampu meningkatkan kapasitas
dan kapabilitas suatu wilayah. Mobilitas masyarakat yang mudah dan lancar akan mempermudah
masyarakat untuk beraktivitas ekonomi yang akan pada akhirnya meningkatkan pertumbuhan ekonomi,
selain itu juga sebagai pendukung perpindahan komoditas yaitu barang, jasa, dan lain-lain. Hal ini
diperlukan trasportasi yang lancar yang menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi.
Menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan utama untuk memaksimalkan pertumbuhan berdasarkan
prinsip keterpaduan, bukan keseragaman. Memperluas pertumbuhan dengan menghubungkan daerah
tertinggal dengan pusat pertumbuhan inter-modal supply chain systems. Menghubungkan daerah
terpencil dengan insfrastruktur dan. pelayanan dasar dalam menyebarkan manfaat pembangunan secara
luas (pertumbuhan yang inklusif).
Moda transportasi yang terdapat pada Kab. Bojonegoro diantaranya adalah, mobil
penumpang, mobil bus, mobil barang seperti truk dan pick up, serta kereta gandeng untuk distribusi
29
barang. Tersedianya jumlah moda transportasi yang tercukupi dapat menunjang aspek sosial ekonomi
yang ada pada Kabupaten Bojonegoro.
Uraian Jumlah
Mobil Penumpang 49
Mobil Bus 734
Mobil Barang (Truk dan Pick Up) 6.166
Kereta Gandeng 45
sumber: Bojonegoro Dalam Angka 2014
3. 1. 11 Perekonomian
tanpa migas) dan 32.785.329,66 (dengan migas). Pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Bojonegoro Tahun 2014 yang tertinggi dibandingkan dengan seluruh Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa
Timur dan juga tertinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur yang sebesar
7,2% dan Nasional yang tumbuh sebesar 6,5%. Namun hal ini masih perlu dilakukan upaya peningkatan
terutama untuk pertumbuhan ekonomi non migas melalui optimalisasi sektor basis yaitu pertanian.
Sektor unggulan dan komoditas ungulan yang dimilki oleh Kabupaten Bojonegoro yaitu:
a) Sektor Pertanian, Hortikultura, Perkebunan, Peternakan dan Perikanan
b) Sektor industri kreatif
c) Sektor Migas
d) Sektor Pariwisata
30
3. 2 Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Kapas, Kabupaten Bojonegoro
3.2.1 Wilayah Administratif
Kapas merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Bojonegoro yang terletak di jalur antara
Bojonegoro-Surabaya. Kecamatan Kapas terletak antara 111o98’ dan 112o08’ Bujur Timur dan antara
7o25’ dan 7o35’ Lintang Selatan. Kecamatan Kapas merupakan daerah dataran rendah dengan
ketinggian ±39 mdpl. Batas Kecamatan Kapas adalah sebagai berikut.
Kecamatan Kapas memiliki luas wilayah sebesar 46,38 km2 yang terbagi dalam 21 desa yaitu
Desa Bakalan, Bangilan, Bendo, Bego, Kalianyar, Kapas, Kedaton, Klampok, Kumpurejo, Mojodeso,
Ngampel, Padang Mentoyo, Plesungan, Sambiroto, Sembung, Semenpinggir, Sukowati, Tanjungharjo,
Tapelan, Tikusan dan Wedi.
31
3. 2. 2 Klimatologi
Curah hujan merupakan salah satu unsur iklim yang sangat besar perannta terhadap berbagai
kegiatan usaha khususnya pertanian. Curah hujan baik langsung maupun tidak langsung akan
mempengaruhi jenis dan pola tanam serta pola identitas penggunaan lahan dan tersedianya air
pengairan. Pada kecamatan Kapas sendiri memilih tinggi terhadap permukaan laut sebesar 18 m, dengan
hari hujan sebanyak 106 hari dan rata-rata curah hujan 7 mm.
3. 2. 3 Kependudukan
Jumlah penduduk dan kepadata penduduk pada suatu wilayah dapat digunaka sebagai tolak
ukur untuk mengetahui kecenderungan penyebaran penduduk. Berdasarkan hasil registrasi penduduk
tahun 2013, jumlah penduduk Kecamatan Kapas sebanyak 56.626 jiwa. Menurut data yang didapatkan
di BPS Kabupaten Bojonegoro, jumlah penduduk pada Kecamatan Kapas mengalami kenaikan pada
tahun 2012, namun mengalami penurunan pada tahun 2013.
Penduduk Kecamatan Kapas terdiri dari 28662 jiwa penduduk laki-laki dan penduduk
perempuan sebanyak 27664 jiwa.. Sebagian besar penduduk Kecamatan Kapas bermata pencaharian
sebagai petani padi dimana luas lahan sawah yang ada mencapai 2.960 Hektar, jauh lebih banyak
dibandingkan dengan luas tanah kering yang hanya sebesar 1.678 Hektar. Untuk lebih jelasnya data
kependudukan pada Kecamatan Kapas dapat dilihat pada tabel berikut ini :
3. 2. 3 Perekonomian
Kabupaten Bojonegoro terkenal sebagai kawasan yang kaya akan minyak dan merupakan
penyuplai 20% dari produksi minyak nasional. Kecamatan kapas merupakan salah satu kecamatan yang
terdapat di kabupaten Bojonegoro yang menghasilkan minyak dan gas . Kecamatan Kapas sendiri
tergolong pada kelompok kecamatan dengan pertumbuhan ekonomi tinggi. Dengan adanya potensi
migas yang saat ini dikelola oleh JOBP-PETROCHINA EAST JAVA di lapangan Sukowati-Desa
Sukowati- Kecamatan Kapas menjadikan pertumbuhan ekonomi pada Kecamatan Kapas ini sangat
dioengaruhi oleh kegiatan minyak dan gas (migas).
3. 2. 4 Infrastruktur
Keberadaan fasilitas penunjang yang terdapat di Kecamatan Kapas juga sudah cukup lengkap
terbukti dengan adanya sarana pendidikan mulai jenjang SD hingga SLTA. Pada Kecamatan Kapas
32
terdiri 25 SD, 2 SMP, 1 SMA dan 1 SMK. Serta terdapat sarana kesehatan yaitu 2 puskesmas dan 2
puskesmas pembantu. Sedangkan infrastruktur yang ada di Kecamatan Kapas juga sudah cukup
menjangkau seluruh masyarakat. Seluruh desa di Kecamatan Kapas telah menikmati aliran listrik, dan
pengguna listrik di Kecamatan Kapas juga terus meningkat.
3. 2. 5 Transportasi
Infrastruktur transportasi sebagian besar telah memiliki perkerasan jalan, yaitu pekerasan jalan
jenis aspal maupun paving dan sisanya merupakan makadam dan jalan tanah, keamatan kapas ini dilalui
oleh jalan arteri yang menghubungan kota Bojonegoro dengan Surabaya, kolekor, Lokal dan jalan
lingkungan.
Kecamatan Kapas memiliki sumber daya alam yang melimpah di sektor pertanian dan migas.
Beberapa potensi pertanian yang dapat dikembangkan di Kecamatan Kapas diantaranya Jamur Tiram
di Desa Klampok, Papaya California di Desa Bakalan dan Desa Bendo, sayur organik di Desa Semen
Pinggir, Salak Wedi di Desa Wedi dan terdapat pula ternak sapi di Sukowati. Luas lahan sawah yang
ada di Kecamatan Kapas mencapai 2.960 hektar, jauh lebih banyak dibandingkan dengan luas tanah
kering yang hanya sebesar 1.678 hektar.
Sedangkan potensi migas terdapat di Lapangan Sukowati Desa Sukowati. Kecamatan kapas
sendiri tergolong pada kelompok kecamatan dengan pertumbuhan ekonomi tinggi. Sehingga dengan
adanya potensi migas menjadikan pertumbuhan ekonomi pada kecamatan kapas akan sangat
dioengaruhi oleh kegiatan minyak dan gas (migas).
Sebagian besar penduduk kecamatan kapas bermata pencaharian sebagai petani. Sehingga arah
penggunaan lahan sektor pertanian sesuai dengan mata pencaharian masyarakat setempat. Selain itu
luas lahan sawah yang ada di Kecamatan Kapas mencapai 2.960 Hektar. Ini jauh lebih banyak
dibandingkan dengan luas tanah kering yang hanya sebesar 1.678 Hektar.
Hirarki fungsi jalan erat kaitanya dengan pengembangan wilayah. Jaringan jalan arteri primer
yang melewati Kecamatan Kapas menjadi potensi karena dapat memperlancar mobilitas barang dan
33
jasa dari dan menuju Kecamatan Kapas. Sehingga kegiatan di sektor migas dan pertanian dapat berjalan
dengan lebih baik.
Kegiatan migas sangat bergantung pada infrastruktur terutama utilitas suatu daerah.
Infrastruktur yang ada di Kecamatan Kapas sendiri sudah cukup menjangkau seluruh masyarakat.
Seluruh desa di Kecamatan Kapas telah menikmati aliran listrik, dan pengguna listrik di Kecamatan
Kapas juga terus meningkat. Hal ini tentu menjadi peluang bagi pelaksanaan kegiatan sektor agro
maupun migas di Kecamatan Kapas.
Perekonomian
Terdapat potensi migas di Kecamatan Kapas, yaitu sebagai daerah penghasil dan daerah pengolah
migas. Hal tersebut tentunya akan mengundang para pelaku swasta dalam menginvestasi
pengembangan kawasan migas di Kecamatan Kapas, yang kemudian akan berdampak pada
meningkatnya PAD wilayah perencanaan
3.3.2 permasalahan
Adapun permasalahan yang dapat menghambat pengembangan kegiatan agro dan migas di Kecamatan
Kapas diantaranya:
Degradasi Lingkungan
Salah satu dampak pengembangan kegiatan migas di Kecamatan Kapas adalah meningkatnya
pencemaran lingkungan. Selain itu juga akan menyebabkan banyaknya kerusakan ekosistem alam di
sekitar kawasan pertambangan migas. Hal tersebut dikhawatirkan dapat menimbulkan dampak berupa
bencana alam abrasi, tanah longsor, kekeringan, dan banjir.
Kecamatan Kapas termasuk ke dalam kawasan rawan bencana banjir. Hal ini disebabkan oleh
topografi Kecamatan Kapas yang cukup rendah dan banyaknya kawasan rawan genangan. Hal ini tentu
dapat menjadi measalah bagi pengembangan kawasan pertanian di Kecamatan Kapas.
Peraturan daerah (Perda) lahan pertanian pangan berkelanjutan (LP2B) yang telah disahkan
DPRD Bojonegoro masih tertunda dikarenakan belum mendapat evaluasi dari Gubernur Jawa Timur.
Hal ini berpotensi menjadi kesempatan bagi investor untuk melakukan pembangunan di lahan produktif.
Terutama karena saat ini tingkat perekonomian masyarakat juga meningkat serta terdapat
perkembangan industrialisasi minyak dan gas bumi. Selain itu juga terdapat ketidaksinkronan antara
dinas pertanian dan badan perencanaan daerah (bappeda) setempat mengenai pemetaan lahan pertanian.
34
Belum Ada Kerjasama Antar Daerah
1. Lingkungan
Isu lingkungan yang terjadi terutama dipicu oleh masih rendahnya pengelolaan kawasan tambang
yang ada. Pembangunan kawasan tambang diharapkan tidak merusak lingkungan dan ekonomi
masyarakat. Masalah lingkungan juga terkait alih fungsi lahan kawasan hutan yang beralih fungsi
menjadi lahan galian dan penggunaan lahan pertanian berkelanjutan menjadi lahan tambang minyak
bumi. Ditambah lagi, Kecamatan Kapas merupakan wilayah yang rawan terhadap bencana banjir.
2. Sumber Daya Pangan dan Mata Pencaharian
Pengembangan Kecamatan Kapas menjadi Kawasan Agro dan Migas akan berdampak pada daya
tahan pangan. Pembebasan lahan untuk migas akan mengakibatkan petani kehilangan mata
pencaharian dan berpotensi pada penurunan produksi pertanian. Dikhawatirkan aktivitas pertanian
dan migas tidak seimbang dikarenakan migas memberikan sumbangsih yang lebih besar
dibandingkan sektor pertanian. Oleh karena itu, kebijakan pemerintah terkait sektor pertanian dan
migas harus seimbang sehingga tenaga kerja lokal diharapkan dapat ditampung yang
menggantungkan pencaharian pada sektor pertanian tetap dapat berperan nyata dan meningkatkan
kualitas kehidupan yang lebih baik.
3. Belum Adanya PERDA LP2B
Peraturan daerah (Perda) lahan pertanian pangan berkelanjutan (LP2B) yang telah disahkan DPRD
Bojonegoro masih tertunda dikarenakan belum mendapat evaluasi dari Gubernur Jawa Timur. Hal
ini berpotensi menjadi kesempatan bagi investor untuk melakukan pembangunan di lahan produktif.
Terutama karena saat ini tingkat perekonomian masyarakat juga meningkat serta terdapat
perkembangan industrialisasi minyak dan gas bumi. Selain itu juga terdapat ketidaksinkronan
antara dinas pertanian dan badan perencanaan daerah (bappeda) setempat mengenai pemetaan lahan
pertanian.
35
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4. 1 Metode Pendekatan Perencanaan
Dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Kecamatan Kapas Kabupaten
Bojonegoro akan menggunakan prinsip-prinsip pendekatan dalam perencanaan berupa pendekatan
Komprehensif , Partisipatif, pendekatan Atas-Bawah (Top-Down) dan pendekatan Bawah-Atas
(Bottom-Up) serta pendekatan perencanaan mitigasi dan daya dukung lingkungan.
Pendekatan perencanaaan dengan metode ini selalu memperhatikan sektor-sektor lain serta
wilayah lain yang lebih luas secara regional. Hal ini diharapkan agar dapat meningkatakan integrasi,
koordinasi dan sinkronisasi antar sektor-sektor yang terkait dalam pengembangan di wilayah yang lebih
luas.
Metode ini juga memperhatikan keterpaduan yang seimbang dan selaras dalam pengembangan
setiap komponen pembangunan, terutama yang mengacu pada kajian terhadap kebijaksanaan sektoral
tentang pemanfaatan ruang dan pengembangan agropolitan dan migas. Adanya keterpaduan antara
berbagai sektor dan bidang pembangunan yang saling mendukung satu dengan lainya dalam satu
kesatuan program pengembangan sektoral akan menghasilkan perencanaan program yang terintegrasi
dengan kebijakan dan arahan pemanfaatan ruang dalam skala yang lebih luas. Di sisi lain, pendektan
antar sektoral ini akan mengarahkan pada pembangunan agropolitan dan migas dalam upaya
pengendalian, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan fisik serta penyediaan sarana dan prasarana
pendukung kegiatan yang terukur dari segi kualitas maupun kuantitas.
Pendekatan Partisipatif yaitu proses penyusunan dokumen Rencana Tata Ruang Kawasan
Strategis Kecamatan Kapas Kabupaten Bojonegoro semaksimal mungkin diselenggarakan secara
transparan, akuntabel dan melibatkan masyarakat (stakeholders) dalam pengambilan keputusan
perencanaan.
Pendekatan Atas-Bawah (Top-Down) yaitu dalam proses penyusunan Rencana Tata Ruang
Kawasan Strategis Kecamatan Kapas Kabupaten Bojonegoro dilaksanakan dengan mengutamakan
sinergitas antar dokumen diatasnya yang berkaitan, khususnya dengan dokumen RTRW Provinsi Jawa
Timur, RTRW Kabupaten Bojonegoro, RPJMD Bojonegoro serta komitmen terhadap kebijakan dari
pemerintah.
Pendekatan Bawah-Atas (Bottom-Up) yaitu dalam proses penyusunan Rencana Tata Ruang
Kawasan Strategis Kecamatan Kapas Kabupaten Bojonegoro dilaksanakan dengan mempertimbangkan
aspirasi dan kebutuhan masyarakat.
36
Pendekatan mitigasi dan daya dukung lingkungan mempertimbangkan ketahanan dan kesiapan
suatu lahan dengan adanya ancaman bencana alam maupun kerusakan lingkungan akibat aktivitas
manusia.
Tabel 10 Jenis Data dan Perolehan Data Kebijakan, Strategi dan Rencana Pengembangan
Aspek Tata Guna Lahan merupakan salah satu aspek yang penting dalam penyusunan Rencana
strategis pengembangan agropolitan dan migas di Kecamatan Kapas. Gambaran mengenai tata guna
lahan Kecamatan Kapas digunakan sebagai dasar dalam menyusun arahan pengembangan kawasan
37
agropolitan dan migas, meliputi arahan pemanfaatan lahan, potensi pengembangan lahan serta sebagai
kontroling terhadap penggunaan lahan yang berkelanjutan. Berikut ini adalah tabel mengenai teknik
pengumpulan data dan sumber data penggunaan lahan di Kecamatan Kapas.
Penyedia
Penggunaan Penggunaan Lahan Peta Penggunaan Bappeda Survei
Lahan Lahan Kabupaten Kabupaten
sekunder
Luas Penggunaan Kecamatan Dalam Bps
Lahan Angka Kabupaten dan Survei
Area Lahan Pertanian Bojonegoro Primer
Area Migas
Sumber: Olahan, 2015.
Tabel 12 Jenis Data dan Perolehan Data Fisik Dasar dan Lingkungan
Data
Klimatologi Data Suhu Kecamatan Survei Sekunder BPS Kabupaten
Data Kapas Dalam Kegiatan berupa Bojonegoro
Kelembapan Angka survey instansional BMKG
Data Arah BMKG yang ditujukan Kabupaten
memperoleh data-
Angin Kabupaten Bojonegoro
Data Curah Bojonegoro data baik data Kecamatam
kuantitatif, kualitatif
Hujan Kapas
dan spasial dalam
Data Lama bentuk dokumen, Dinas Pengarian
Pancaran gambar dan lain di Kabupaten
Matahari sebagainya di Bojonegoro
Hidrologi Data sungai Kecamatan kawasan perencanaan Dinas
tetapi juga data-data Perkebunan
Data telaga Kapas Dalam
kawasan yang berada
Data Interupsi Angka Kabupaten
di sekitarnya. Berikut
Bojonegoro
air asin Dinas data-data yang
Data aliran Perkebunan dihimpun melalui
Badan
Pertahanan
sungai dan Pertanian metode survey
Kabupaten Nasional
Data vegetasi sekunder.
Data genangan Bojonegoro
38
Dinas Kabupaten
Pengairan Bojonegoro
Kabupaten
Bojonegoro
Topografi Data Kecamatan
kemiringan Kapas Dalam
tanah Angka
Data Badan
ketinggian Pertanahan
tanah Nasional
Kabupaten
Bojonegoro
Angka
Badan
Pertanahan
Nasional
Kabupaten
Bojonegoro
Sumber Daya Data Produksi Kecamatan
Alam dan Minyak & Gas Kapas Dalam
Data Pertanian
Lingkungan Angka
& Perkebunan Badan
Pertanahan
Nasional
Kabupaten
Bojonegoro
Jumlah
kelamin
lapangan
penduduk
menurut umur
(pendidikan dan
39
kelompok tenaga
Jumlah
kerja)
penduduk
menurut tingkat
Jumlah
pendidikan
penduduk
menurut mata
Jumlah
pencaharian
penduduk
menurut agama
40
Jumlah fasilitas
Jumlah
perusahaan migas
Prasarana Tingkat pelayanan Profil Kabupaten Survey Primer BPS Kabupaten
utilitas perkotaan: Survey Sekunder
Jenis fasilitas
Wilayah Bojonegoro Bojonegoro
(kawasan migas Bappeda
Jumlah fasilitas dan agropolitan)
Profil Kecamatan
Kabupaten
Jumlah penduduk Bojonegoro
Kapas Kecamatan
Kecamatan Kapas
Tingkat pelayanan
Kapas
SKK Migas Prov.
utilitas pertanian:
Jenis fasilitas dalam Angka
Jumlah fasilitas Tahun 2015
Observasi
Jatim
Jumlah penduduk Dinas Pertanian
Tingkat pelayanan lapangan Kabupaten
utilitas migas: Bojonegoro
Jenis fasilitas
Jumlah fasilitas
Jumlah
perusahaan migas
Sumber: Hasil Olahan, 2015.
4. 2. 6 Identifikasi Transportasi
Jenis data-data yang dibutuhkan pada aspek transportasi ini berupa data kondisi jalan,
kegiatan ekonomi dan fasilitas penunjang transportasi. Data tersebut bertujuan untuk mengetahui
kondisi sarana transportasi di kawasan perencaan yang dapat mendukung kegiatan agro dan migas
pada Kecamatan Kapas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Dimensi Jalan
Profil Kecamatan Kecamatan Kapas
Bojonegoro Bojonegoro
Dinas Perhubungan
Fasilitas
Distribusi Jaringan
Penunjang Kapas
Transportasi Kabupaten
Pengelompookkan Jalan, Hirarki dan Bojonegoro
4. 2. 7 Identifikasi Ekonomi
Aspek ekonomi merupakan salah satu aspek yang penting dalam penyusunan Rencana strategis
pengembangan agro dan migas di Kecamatan Kapas. Gambaran mengenai ekonomi wilayah menjadi
dasar dalam menyusun arahan pengembangan kawasan agro dan migas, meliputi beberapa indikator,
seperti peluang investasi, sektor unggulan, dan beberapa indikator lainnya. Karakteristik perekonomian
41
wilayah dijadikan dasar dalam penyusunan rencana pengembangan agro dan migas di Kecamatan Kapas
guna menciptakan kawasan agro dan migas yang dapat membangun dan mengembangkan
perekonomian Kecamatan Kapas. Adapun berikut adalah pengumpulan data dan sumber data kondisi
ekonomi wilayah.
42
7. Pengembangan ekonomi
Kabupaten Bojonegoro
terkait sektor pertanian
Peluang 1. Persebaran lokasi 1. Outlook Energi Kabupaten Dinas perindustrian,
Pengembangan pertambangan Bojonegoro/Provinsi Jawa Badan penanaman
Ekonomi 2. Produksi migas Timur modal, ESDM Jawa
Sektor Migas 3. PAD sektor migas 2. Handbook Energi Timur, SKK Migas
4. Jumlah lapangan kerja Kabupaten Jawa Timur,
sektor migas Bojonegoro/Provinsi Jawa Pertamina, PGN,
5. Cadangan migas Timur Badan Pendapatan
6. Investasi sektor migas 3. Laporan PAD Kabupaten Daerah
7. Pohon produksi migas Bojonegoro
8. Pengembangan ekonomi 4. Data investasi sektor migas
Kabupaten Bojonegoro time series
Sumber: Hasil Olahan, 2015
4. 3 Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam proses penyususnan dokumen penyusunan Rencana
Tata Ruang Kawasan Strategis Kecamatan Kapas Kabupaten Bojonegoro ini menggunakan prinsip
analisis sebagai berikut:
Data yang telah diperoleh pada tahap inventarisasi tidak akan menghasilkan rencana tanpa diolah
lebih lanjut, sehingga data tersebut harus dianalisis. Analisis dilakukan pada setiap aspek perencanaan
maupun gabungan beberapa aspek. Dengan adanya kolaborasi antar aspek, menunjukkan adanya
integrasi atau keterkaitan antar aspek dalam pengembangan agro dan migas di Kecamatan Kapas.
Keterkaitan tidak hanya terdapat pada data antar aspek dalam satu analisis, analisis yang dilakukan pada
dasarnya memiliki keterkaitan satu sama lain guna menciptakan perencanaan yang komprehensif dan
terintegrasi.
43
4. 3. 1 Analisis Kebijakan dan Visi Pengembangan
Analisis kebijakan dilakukan untuk memperoleh arahan kebijakan dan strategi pembangunan
yang sesuai dengan tujuan perencanaan. Analisis ini dilakukan berdasarkan kebijakan dan strategi
yang direncanakan dalam perspektif kebijakan pembangunan yang lebih luas. Perumusan kebijakan dan
strategi dalam Rencana strategis pengembangan agro dan migas di Kecamatan Kapas disusun dengan
melihat potensi, permasalahan, peluang, dan ancaman serta kebijakan pembangunan pada tataran
nasional dan regional Jawa Timur yang tertuang dalam beberapa dokumen rencana, seperti RTRWN,
RPJPN, RPJMN, RTRW Provinsi dan RTRWN Kabupaten/Kota yang berdekatan dengan lokasi
perencanaan. Adapun bagan alur dalam analisis kebijakan dan visi pembangunan, sebagi berikut:
44
1. Pengumpulan Data, data yang digunakan pada tahap pengumpulan data meliputi data
primer dan data sekunder. Pada tahap ini didapatkan data awal penggunaan sumber daya
alam dan data penggunaan sumber daya alam akhir. Data yang dikumpulkan menyesuaikan
dengan format, skala, dan klasifikasi neraca sumber daya alam.
2. Pengisian Tabel Neraca, menggunakan data primer dan sekunder untuk mengisi tabel yang
selanjutnya akan dilanjutkan ke tahap analisis spasial.
3. Pengolahan data, pada tahap ini dilakukan analisis neraca sumber daya alam dengan metode
overlay peta yang memiliki format dan skala yang sama. Dengan melakukan overlay maka
dapat diketahui status penggunaan sumber daya alamnya yang dihitung dalam luasan,
volume, maupun prosentase. Hasil overlay tersebut digunakan untuk evaluasi lebih lanjut.
45
Dokumen
Survey Primer
Survey Sekunder
Survey Sekunder
lahan Migas & Agro lahan
Rencana Kawasan Jaringan Pemetaan
Migas Pengembangan Migas &
Rencana Pengembangan
Kawasan Pusat Agro
Proyeksi penggunaan
lahan
Pemetaan kawasan rawan
bencana
46
4. 3. 4 Analisis Sosial Demografi
Analisis sosial demografi dibutuhkan sebagai dasar perhitungan bagi aspek lainnya. Selain itu
dalam kasus perencanaan di wilayah studi yang merupakan kawasan strategis migas dan agropolitan,
analisis sosial demografi sangatlah dibutuhkan dalam pelaksanaan perkembangan kawasan migas dan
agropolitan. Pemberdayaan masyarakat dapat membantu meningkatkan kawasan serta keberlanjutan
dalam pengelolaannya. Tahap analisis yaitu menggunakan geometric grow of growth, perbandingan
jumlah penduduk dengan luas wilayah, dependency ratio, dan sebagainya. Berikut ini merupakan bagan
tahapan analisa sosial demografi.
47
Ada aspek sarana dan prasarana, data-data yang dibutuhkan didapat melalui survey sekunder
dan survey primer. Data-data yang telah didapat kemudian akan dianalisis tingkat pelayanannya
dengan menggunakan pedoman standar pelayanan fasilitas perkotaan, agropolitan, dan migas.
Selain itu, terdapat pula analisis penyebaran infrastruktur yang menggunakan teknik buffering
sehingga didapatlah jarak ideal antar infrastruktur dan pemerataan kebutuhan masyarakat akan
infrastruktur dapat dipenuhi. Berikut ini merupakan bagan proses analisa sarana prasarana mulai
input sampai dengan data output.
4. 3. 6 Analisis Transporatasi
Prasarana transportasi merupakan salah satu elemen transportasi yang mendukung
terintegrasinya suatu sistem sirkulasi yang harmoni, seimbang, nyaman san memberikan akomodasi
yang terbaik kepada penggunanya. Pada Kecamatan Kapas yang memiliki 2 isu strategis yaitu kegiatan
minyak dan gas (migas) dan strategis agro atau pertanian. Dalam merencanakan kawasan strategis
Kecamatan Kapas diperlukan analisis kondisi sarana dan prasarana transportasi sebagai alat acuan dan
pertimbangan dalam menyusun rencana-rencana yang terkait dengan sistem jaringan pada kawasan
strategis.
Dalam aspek transportasi data yang dibutuhkan untuk analisa adalah data primer dan sekunder
berupa jumlah, jenis, dan kondisi transportasi darat, fungsi dan pengelompokkan ruas jalan, serta pola
pergerakan barang dan orang. Kemudian dari data-data tersebut dilakukan analisis dengan cara
memperkirakan kebutuhan sarana dan prasarana transportasi untuk 20 tahun kedepan yang disesuaikan
dengan kawasan strategis migas dan agro pada kecamatan kapas, selain itu juga diperkiraan untuk
kebutuhan sarana dan transportasi untuk kawasan permukiman. Analisis sistem jaringan transportasi
dilakukan untuk melihat kondisi lalu lintas transportasi dalam wilayah perencanaan. Analisis sistem
jaringan transportasi mencakup bangkitan transportasi, sistem jaringan, pola pergerakan, fungsi dan
kelas jalan, serta karateristik lalu lintas dalam wilayah perencanaan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada bagan berikut ini :
48
Gambar 8 Bagan Alur Analisis Transportasi
Sumber:Hasil Olahan, 2015.
4. 3. 7 Analisis Ekonomi
Analisis perekonomian wilayah dibutuhkan dalam penetapan sektor unggulan dan strategi
pengembangan sektor-sektor lainnya sebagai langkah dalam pengembangan Kawasan Agro dan Migas
di Kecamatan Kapas. Berkaitan dengan kawasan agro dan migas sebagai objek perencanaan, maka
analisis perekonomian wilayah terkonsentrasi pada kondisi ekonomi yang terbentuk dari aktivitas agro
dan migas. Analisis perekonomian ini meliputi 2 (dua) faktor pengembangan, yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal adalah keunggulan komparatif dilihat dari kemampuan sektor dalam
mengembangkan perekonomian wilayah dan kapasitas masyarakat setempat, sedangkan faktor
eksternal meliputi keunggulan kompetitif, hubungan antar sektor dan peluang investasi. Dengan analisis
perekonomian wilayah diharapkan arahan pengembangan kawasan agro dan migas yang dihasilkan
dapat mendukung dan mengembangkan ekonomi wilayah serta meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Analisis perekonomian wilayah dilakukan untuk mengetahui sektor basis, keunggulan
kompetitif, keterkaitan antar sektor, peluang investasi dan keterkaitan sektor dengan daerah sekitar.
Metode analisis yang digunakan antara lain analisis SLQ dan DLQ, Shift Share, Input-Output,
analisis deskriptif, dan Content Analysis. Untuk lebih jelas mengenai analisis perekonomian wilayah
dapat dilihat pada bagan alur berikut:
49
Gambar 9 Bagan Alur Analsisi Ekonomi
Sumber: Hasil Olahan, 2015.
50
BAB V
TAHAPAN PERENCANAAN DAN
RENCANA KERJA
5.1 Tahapan Perencanaan
5.1.1 Tahap Perencanaan dan Lingkup Kegiatan
Kegiatan penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Agropolitan dan Migas
diselesaikan dalam waktu 16 minggu sejak dikeluarkannya Kerangka Acuan Kerja (KAK). Kegiatan
pelaksanaan penyusunan laporan tersebut mencakup lingkup territorial dan substansif pekerjaan yang
disesuaikan dengan kegiatan penyusunan laporan. Laporan pendahuluan merupakan kajian terhadap
Kerangka Acuan Kerja yang menggambarkan kondisi eksisting kawasan strategis beserta potensi dan
permasalahannya. Adapun tahapan yang dibutuhkan dalam peyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan
Strategis Agropolitan dan Migas adalah sebagai berikut:
A. Perumusan Tujuan Penyusunan
B. Persiapan Pekerjaan
C. Penyusunan Fakta dan Analisa
D. Penyusunan Rancangan Rencana
E. Penyusunan Rencana Akhir
F. Penyusunan Album Peta
Perumusan tujuan penyusunan Rencana Tata Ruang sebagai resultan dari bermacam tujuan
yang telah diarahkan oleh Stakeholders terkait yaitu Pemerintah Kabupaten Bojonegoro serta
pemerintah setempat dari kecamatan dan kelurahan, dengan tujuan yang diinginkan oleh
masyarakat pada kawasan strategis;
Penyusunan rivew literature dan materi terkait dengan rencana pembangunan dan arahan
pengembangan kawasan perencanaan sehingga dapat digunakan sebagai acuan awal dalam
penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Agropolitan dan MIgas;
Pembentukan tim pelaksana pekerjaan yang menunjang jalannya kegiatan penyusunan
laporan;
51
Perancangan outline laporan, persiapan checklist data dan list data yang meliputi persiapan
peta dasar, penyusunan data yang dibutuhkan, persiapan berkas administrasi izi survei, serta
kuesioner yang diperlukan dala menampung aspirasi masyarakat.
A. Identifikasi fisik dan lingkungan dengan output kondisi topografi, hidrologi, dan klimatologi
kawasan strategis;
B. Identifikasi guna lahan dengan output pemetaan jenis pemanfaatan lahan dan pemetaan
distribusi prasarana dan sarana;
C. Identifikasi kependudukan dengan output jumlah dan laju pertumbuhan penduduk, kepadatan
penduduk, komposisi penduduk, angka kemiskinan, dan ketenagakerjaan;
D. Identifikasi karakteristik ekonomi berdasarkan arahan sebagai kawasan strategis khusus
agropolitan dan migas;
E. Identifikasi transportasi pada kawasan perkotaan serta kawasan khusus agropolitan dan
migas;
F. Identifikasi sarana pada kawasan perkotaan serta kawasan khusus agropolitan dan migas;
G. Identifikasi prasarana pada kawasan perkotaan serta kawasan khusus agropolitan dan migas;
H. Identifikasi struktur kawasan yang meliputi orientasi kawasan strategis dan peran serta fungsi
kawasan strategis dalam konstelasi yang lebih luas.
52
untuk menghasilkan informasi yang mudah dipahami. Hasil rekap dari proses survei primer dan
sekunder ini berguna sebagai instrument dalam tahapan analisis selanjutnya.
A. Analisis fungsi dan peran kawasan perencanaan sebagai kawasan strategis agropolitan dan
migas
B. Analisis kondisi fisik dasar, daya dukung lingkungan, dan kebencanaan
C. Analisis perkembangan sosio demografi
D. Analisis ekonomi kawasan strategis
E. Analisis system transportasi pada kawasan perkotaan serta kawasan khusus agropolitan dan
migas
F. Analisis pelayanan dan proyeksi sarana perkotaan dan kawasan khusus
G. Analisis pelayanan dan proyeksi prasarana perkotaan dan kawasan khusus
Selain dilakukan analisis masing-masing aspek dan penyesuaian kondisi eksisting dengan rencana tata
ruang, kemudian dilakukan analisis SWOT guna mempermudah penyusunan potensi dan permasalahan
rencana sebagai berikut.
53
4. Analisis Threats (Ancaman)
Berdasarkan hasil analisis threats yang telah dilakukan maka beberapa hal yang dapat dijadikan
ancaman di wilayah studi antara lain aktivitas perusahaan migas yang berada di Kecamatan Kapas yang
tidak terkontrol dapat menyebabkan kerusakan lingkungan bahkan dapat menyebabkan terjadinya
konflik dalam masyarakat.
54
Rencana pola ruang kawasan strategis migas
Rencana pola ruang kawasan strategis agropolitan
C. Pengendalian pemanfaatan ruang, meliputi:
Zoning regulation
55
Tabel 17 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
Bulan ke-
No. Kegiatan I II III IV
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
TAHAP PERSIAPAN
A. Pembentukan Kelompok
1. Penentuan tema dan topik pada wilayah perencanaan x
B. Penyusunan Laporan Pendahuluan
1. Pemahaman terhadap KAK x
2. Kajian terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan di wilayah perencanaan dan studi x x
literatur terkait teori pengembangan wilayah
3. Penyusunan rencana kerja x
4. Penyiapan data yang dibutuhkan dalam penyusunan laporan pendahuluan x x
5. Penyusunan substansi laporan pendahuluan x x
6. Pengumpulan dan diskusi laporan pendahuluan x
7. Diskusi mengenai persiapan keperluan survey x
TAHAP PENGUMPULAN DATA DAN IDENTIFIKASI
A. Tahap Pengumpulan Data
1. Kunjungan ke instansi untuk melakukan administrasi kegiatan survey x
2. Melakukan survey sekunder di instansi-instansi yang terkait x x
3. Melaksanakan survey lapangan (observasi dan wawancara) di wilayah perencanaan x x
B. Tahap Kompilasi dan Analisa Data
1. Menyusun tabulasi dan kompilasi data x
2. Mengidentifikasi potensi dan permsalahan wilayah perencanaan x
3. Melakukan analisa terkait aspek-aspek yang berpengaruh dalam pengembangan wilayah x x
4. Melakukan analisa trend terhadap perkembangan wilayah perencanaan x
5. Penyusunan substansi laporan antara x x
6. Pengumpulan dan diskusi laporan antara x
TAHAP PERUMUSAN RENCANA
56
A. Penyusunan Strategi dan Rencana
1. Perumusan konsep pengembangan wilayah di wilayah perencanaan x
2. Perumusan strategi dan kebijakan pengembangan wilayah di wilayah perencanaan x x
3. Perumusan rencana pengembangan wilayah di wilayah perencanaan x x
4. Perumusan implementasi pada rencana pengembangan wilayah (indikasi progam, x
pemngendalian pemanfaatan ruang, dsb) di wilayah perencanaan
5. Penyusunan substansi laporan akhir rencana x x
6. Pengumpulan dan diskusi laporan akhir rencana x
Sumber: Hasil Olahan, 2015.
57
BAB VI
STRUKTUR ORGANISASI
6.1 Kualifikasi Organisasi Pelaksanaan Pekerjaan
Berdasarkan atas KAK Mata Kuliah Perencanaan Wilayah dan Kota, jangka waktu penyusunan
dokumen RTR Kecamatan Kapas dilakukan selama 14 minggu sejak disosialisasikannya KAK.
Dalam proses penyusunan dokumen tata ruang kawasan ini, tentunya dibutuhkan rencana kerja
yang matang dan efisien serta kelengkapan struktur organisasi yang terdiri atas para tenaga ahli
dan tenaga pendukung yang kemudian akan menentukan metode-metode yang digunakan dalam
proses pengembangan kawasan Kecamatan Kapas. Selain itu, keberadaan struktur organisasi
dalam penyusunan dokumen rentana tata ruang juga berfungsi untuk:
Menciptakan kesinambungan pekerjaan antara coordinator tim (team leader) dengan para
tenaga ahli dan tenaga pendukung
Menciptakan sistem kegiatan yang sistematis dan teratur sehingga hasil yang didapat dapat
efektif, efisien dan tepat waktu sesuai tenggang waktu yang telah diberikan;
Terkoordinirnya penggunaan biaya pelaksanaan kegiatan dengan efektif pada proses
penyusunan dokumen perencanaan
Dalam proses penyusunan rencana tata ruang ini, terdapat komposisi tenaga ahli yang akan
terlibat dalam pelaksanaan kegiatan perencanaan. Dalam hal ini, para tenaga ahli tersebut akan
dipimpin oleh seorang team leader yang nantinya akan bertugas dalam mengkordinasikan kegiatan
pelaksanaan proyek kepada para tenaga ahli sesuai dengan arahan yang terdapat di dalam KAK.
Berikut merupakan tenaga-tenaga ahli yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan perencanaan
ini, yaitu:
58
pemberi tugas merupakan Badan Perencanaan Pembangunan di Kabupaten Bojonegoro sedangkan
untuk organisasi pelaksana kegiatan terdiri atas project director serta team tenaga ahli. Berikut
merupakan komposisi tenaga ahli yang akan terlibat dalam penyusunan Rencana Pengembangan
Wilayah Kecamatan Kapas di Kabupaten Bojonegoro, yaitu:
Tabel 18. Komposisi tenaga ahli dalam penyusunan RTR Kecamatan Kapas
Sedangkan untuk susunan organisasi pada kegiatan perencanaan ini terkait pemberi tugas dan
penyedia jasa dalam dilihat pada gambar struktur dibawah ini.
PEMBERI TUGAS
(Badan Perencanaan Pembangunan Kab. Bojonegoro)
PROJECT DIRECTOR
(Tim Dosen Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota)
TEAM LEADER
(M. Irza Yoga Pratama)
59
tenaga ahli, tentunya memiliki fungsi, tugas dan tanggung jawab yang berbeda-beda. Berikut ini
merupakan tabel penjelasan mengenai tugas dan tanggung jawab dari tiap-tiap tenaga ahli, yaitu:
Tabel 19. Tabel pembagian tugas dan tanggung jawab tenaga ahli
60
Melakukan identifikasi kemungkinan jenis
pencemaran dan faktor penyebabnya di
wilayah perencanaan
Melakukan identifikasi kondisi fisik
lingkungan dan menawarkan penyelesaian
masalah-masalah yang berkaitan dengan
fisik lingkungan wilayah perencanaan
Menganalisis fisik lingkungan wilayah
perencanaan dalam menentukan pola
irigrasi pertanian, pipa migas rumah
tangga, areal permukiman, dan jalur
transportasi
2. Liana Rahmiyati Ahli Anggota Bertanggung jawab terhadap team leader
S. Transportasi Tenaga Ahli mengenai seluruh kegiatan perencanaan
dengan spesifikasi pada bidang transportasi
Mengidentifikasi karakteristik, potensi, dan
permasalahan terkait bidang transportasi di
wilayah perencanaan
Melakukan analisa aspek transportasi, seperti
analisa pengembangan jalan, proyeksi
kebutuhan jaringan jalan, dan pola pergerakan
di wilayah perencanaan
Menyusun strategi, rencana sistem
transportasi, serta program dan indikasi
kegiatan pengembangan sistem transportasi
berdasarkan tipologi kawasan khusus
perkotaan, agropolitan dan migas
Bersama-sama menyusun rencana struktur
ruang di wilayah perencanaan
3. Adelya S. Putri Ahli Demografi Anggota Bertanggung jawab terhadap team leader
dan Sosial Tenaga Ahli mengenai seluruh kegiatan perencanaan
Budaya dengan spesifikasi pada bidang kependudukan
Mengidentifikasi karakteristik, potensi, dan
permasalahan terkait bidang demograsi dan
sosial budaya di wilayah perencanaan
Melakukan analisis kondisi sosial budaya di
wilayah perencanaan dengan mengamati
tradisi-tradisi yang masih berlaku, struktur
masyarakat, serta karakteristik sifat
masyarakat di wilayah perencanaan
Melakukan analisis demografi, seperti
menghitung proyeksi penduduk dan usia
produktif (ketenagakerjaan) di wilayah
perencanaan
Menyusun strategi, rencana pengembangan
serta program dan indikasi kegiatan pada
bidang demorafi dan sosial budaya sesuai
dengan tipologi kawasan khusus perkotaan,
agropolitan dan migas
Bersama-sama menyusun rencana pola ruang
di wilayah perencanaan
61
4. Kim Iswari Ahli Anggota Bertanggung jawab terhadap team leader
Padmasani Infrastruktur Tenaga Ahli mengenai seluruh kegiatan perencanaan
dengan spesifikasi pada bidang infrastruktur
Melakukan identifikasi karakeristik, potensi,
dan permasalahan terkait bidang infrastruktur
beserta elemen pendukungnya pada wilayah
perencanaan
Melakukan analisis terkait penyediaan sarana
dan prasarana lingkungan sebagai masukan
dalam rencana pengembangan wilayah
perencanaan
Menyusun strategi, rencana sistem
infrastruktur, serta program dan indikasi
kegiatan pengembangan infrastruktur
berdasarkan tipologi kawasan khusus
perkotaan, agropolitan dan migas
Bersama-sama menyusun rencana struktur
ruang di wilayah perencanaan
5. Dita Suwirni M. Ahli Ekonomi Anggota Bertanggung jawab terhadap team leader
dan Tenaga Ahli mengenai seluruh kegiatan perencanaan
Kelembagaan dengan spesifikasi pada bidang perekonomian
dan kelembagaan
Melakukan identifikasi karakeristik, potensi,
dan permasalahan terkait bidang ekonomi dan
kelembagaan pada wilayah perencanaan
Melakukan analisis kondisi ekonomi wilayah
perencanaan dengan menghitung prospek
pengembangan ekonomi di tiap sektor, serta
menganalisis pola produksi, distribusi, dan
pemasaran hasil produksi ekonomi di wilayah
perencanaan
Melakukan analisis terkait perkembangan
kinerja kelembagaan sebagai masukan dalam
penyusunan rencana pengembangan wilayah
Menyusun strategi, rencana sistem
kelembagaan dan perekonomian, serta
program dan indikasi kegiatan pengembangan
perekonomian dan kelembagaan berdasarkan
tipologi kawasan khusus perkotaan,
agropolitan dan migas
Bersama-sama menyusun rencana pola ruang
di wilayah perencanaan
6. Abi Syarwan W. Ahli Kebijakan Anggota Bertanggung jawab terhadap team leader
Tenaga Ahli mengenai seluruh kegiatan perencanaan
dengan spesifikasi pada bidang kebijakan
publik
Melakukan review terkait peraturan
pemerintah dan kebijakan-kebijakan
pengembangan wilayah yang berlaku di
wilayah perencanaan sebagai dasar
penyusunan rencana di wilayah tersebut
62
Melakukan analisis terkait kebijakan-
kebijakan implementatif dan pelaksanaan dari
kebijakan tersebut dalam menyusun rencana
pengembangan wilayah
Menyusun kebijakan dan strategi
pengembangan wilayah berdasarkan atas
tipologi kawasan khusus perkotaan,
agropolitan dan migas
63
DESAIN SURVEY PENYUSUNAN RTR KAWASAN STRATEGIS SEKTOR MIGAS DAN AGRO KECAMATAN KAPAS
CARA PEROLEHAN
NO ANALISA TEKNIK ANALISA KEBUTUHAN DATA BENTUK DATA TAHUN INSTANSI SUMBER DATA KET
DATA
2. Analisis Fisik Dasar dan Analisis potensi dan masalah FISIK DASAR
Lingkungan Analisis kualitas hidrologi
Analisis kemampuan tanah Keadaan Geografis Uraian, Peta 2015/Terbaru
Topgrafi
Analisis ketersediaan migas dan agro Uraian, Peta 2015/Terbaru
Kelas Kemampuan Lahan Uraian, Tabel 2015/Terbaru Kelurahan Survey Primer Monografi, Data
(Pengamatan, BMKG
Jenis Penggunaan Tanah Uraian, Tabel 2015/Terbaru Wawancara).
Survey Sekunder
Daerah Rawan Bencana
Uraian, Tabel,
2015/Terbaru (Studi Litelatur/
Peta
Pustaka)
Uraian, Tabel,
2. Fasilitas Pendidikan 2015/Terbaru BAPPEDA/Dinas Profil Kecamatan/
Peta
Bina Marga dan Kelurahan,
Survey Sekunder
Uraian, Tabel, Pematusan/ PLN/ Monografi
3. Fasilitas Kesehatan 2015/Terbaru (Studi Litelatur/
Peta Telkom/ Badan Kelurahan, Data
Pustaka)
Lingkungan Persebaran
Uraian, Tabel, Hidup/BPS jaringan utilitas
4. Fasilitas Peribadatan 2015/Terbaru
Peta
Uraian, Tabel,
5. Fasilitas Perumahan 2015/Terbaru
Peta
64
CARA PEROLEHAN
NO ANALISA TEKNIK ANALISA KEBUTUHAN DATA BENTUK DATA TAHUN INSTANSI SUMBER DATA KET
DATA
Uraian, Tabel,
6. Fasilitas Industri dan Pergudangan 2015/Terbaru
Peta
Uraian, Tabel,
7. Fasilitas Rekreasi dan Olahraga 2015/Terbaru
Peta
Uraian, Tabel,
8. Ruang Terbuka Hijau 2015/Terbaru
Peta
Uraian, Tabel,
1. Jaringan Listrik 2015/Terbaru
Peta
Uraian, Tabel,
2. Jaringan Telepon 2015/Terbaru
Peta BAPPEDA/Dinas
Bina Marga dan Survey Sekunder
Uraian, Tabel,
3. Jaringan Air Bersih 2015/Terbaru Pematusan/ PLN/ (Studi Litelatur/
Peta
Telkom/ Badan Pustaka)
Uraian, Tabel, Lingkungan
4. Jaringan Sampah 2015/Terbaru
Peta Hidup/BPS
Uraian, Tabel,
5. Jaringan Drainase 2015/Terbaru
Peta
Uraian, Tabel,
6. Sanitasi 2015/Terbaru
Peta
4. Analisis Penggunaan Analisis potensi dan masalah Pola Ruang dan Struktur Ruang Eksisting
Lahan Analisis kualita
Penggunaan Lahan
Analisis evaluasi struktur ruang
Uraian, Tabel 2015/Terbaru
Analisis neraca sumber daya Survey Primer
(Pengamatan
Luas Penggunaan Lahan Uraian, Tabel 2015/Terbaru BAPPEDA/Dinas Peta Penggunaan
Cipta Karya dan Tata Lapangan, Lahan, Kecamatan
Pengukuran),
Area Lahan Pertanian Uraian 2015/Terbaru Ruang Dalam Angka
65
CARA PEROLEHAN
NO ANALISA TEKNIK ANALISA KEBUTUHAN DATA BENTUK DATA TAHUN INSTANSI SUMBER DATA KET
DATA
Survey Sekunder
Data Produksi Minyak dan Gas Uraian 2015/Terbaru (Studi Litelatur/
Pustaka)
Survey Primer
Pertumbuhan Penduduk
Kapas, Masing- Kelurahan,
Uraian, Tabel 2015/Terbaru
masing Kecamatan Dalam
Tingkat Pendapatan Uraian, Tabel 2015/Terbaru Kelurahan/Desa Survey Primer Angka, Masyarakat
(Pengamatan
Kebutuhan Penduduk Akan Infrastuktur Uraian, Tabel 2015/Terbaru Lapangan, Kuesioner,
Wawancara).
Survey Primer
66
CARA PEROLEHAN
NO ANALISA TEKNIK ANALISA KEBUTUHAN DATA BENTUK DATA TAHUN INSTANSI SUMBER DATA KET
DATA
Jumlah Lajur dan Jalur Jalan Peta, Tabel 2015/Terbaru Survey Primer
(Pengamatan &
Survey Primer
Survey Primer
Jenis dan Jumlah Kendaraan Peta, Tabel 2015/Terbaru (Pengamatan/Traffic
Counting)
Survey Primer
(Pengamatan &
Pengukuran).
Persebaran Terminal Tipe A, B & C
Persebaran Terminal Barang
Peta, Tabel 2015/Terbaru
Survey Sekunder
(Studi Litelatur/
Pustaka)
67
CARA PEROLEHAN
NO ANALISA TEKNIK ANALISA KEBUTUHAN DATA BENTUK DATA TAHUN INSTANSI SUMBER DATA KET
DATA
68
69