Anda di halaman 1dari 3

1.

Pengaruh Faktor Abiotik pada Bakteri


Pertumbuhanmikrorganisme akuatik dipengaruhi oleh sejumlah besar variasi faktor
fisik dan faktor kemik. Pengaruh kedua faktor tersebut tidak hanya pada ukuran
dan komposisi populasi mikrobial, tetapi juga pada morfologi dan fisiologi secara
individual pada bakteri dan fungi. Misalnya, pada berbagai temperatur atau di
bawah temperatur optimum akan menyebabkan perubahan dalam metabolisme,
bentuk sel, dan reproduksinya. Biasanya secara normal bentuk bakteri yang
bersangkutan berbentuk batang berubah menjadi kokus atau filamen panjang,
pembagian sel tak teratur atau banyak cabang yang terjadi; berakibat sintesis
enzim berubah, dan kemampuan dalam memecah substansi tertentu dipercepat
atau justru diperlambat.

Habitat alami selalu mengandung sejumlah faktor yang berbeda yang akan
mengakibatkan perubahan kehidupan mikrobe akuatik. Konsentrasi nutrien
tertentu dan substansi aktif yang terlalu rendah atau terlalu tinggi; demikian juga
nilai pH dan temperatur. Sejumlah mikrobe akuatik hanya dapat hidup di bawah
rentang dari pH dan temperatur, dengan rentang optimal yang terbatas.

a. Cahaya
Cahaya merupakan faktor ekologik penting baik dalam air maupun darat. Intensitas
cahaya tertentu yang dapat menembus kedalaman air. Misalnya, pada Laut Utara,
intensitas cahaya pada kedalaman 20 m hanya lebih kurang 1% pada permukaan,
sementara itu pada Laut Mediteriania masih berkisar lebih kurang 7,5%. Hal ini
tergantung oleh derajat turbiditas air, masih ditemukan kehidupan biologik aktif di
kedalaman 10-100 m, dan pada beberapa tempat di bawah 200 m. Indikasinya yang
sering di temukan adalah masih ada pertumbuhan alga. Hal tersebut dapat diukur
secara akurat dengan apa yang dinamakan tingkat kompensasi, dimana kuantitas
cahaya yang teergantikan oleh proses asimilasi dan respirasi tumbuhan hijau.
Tingkat kompensasi dapat di tentukan dengan cara menempatkan kultur alga
dalam botol selama 24 jam dengan variasi kedalaman yang berbeda beda di dalam
air.

Sejumlah kecil bakteri fotoototrof, misalnya bakteri hijau dan bakteri ungu
menggunakan energi dengan cara mereduksi CO2. Tetapi organisme anaerob tidak
mampu mendissosiasi H2O dengan menggunakan berbagai macam senyawa
organik, misalnya hidrogen donor. Hal demikian juga terjadi pada bakteri yang
dapat tumbuh di semua kondisis air anaerobik dimana masih didapatkan cahya
untuk menjaga keseimbangan fotosintesis dengan baik. Bila radiasi sinar matahari
tinggi, bakteri hijau dan bakteri ungu kemampuan mendekati permukaan menjadi
lebih sedikit.
Efek merusak cahaya menjadi lebih kuat terutama pada bakteri-bakteri yang tak
berpigmen. Tidak hanya cahaya ultraviolet yang memiliki efek demikian, tetapi
dalam jangka waktu lama juga dapat disebabkan oleh panjang gelombang cahaya
tampak. Bagian cahaya biru memiliki panjang gelombang 366-436 nm menghambat
oksidasi nitrit oleh bakteri Nitrobacter winogradskyi. Batas terbawah garis
penghambat pada 200-300 lux. Cahaya merah juga memiliki efek menghambat
mikrobe. Sebagai tambahan, bakteri Micrococcus denitrificans menjadi inaktif dan
akhirnya mati oleh cahaya. Telah ditemukan kerusakan sitokrom pada bakteri
Nitrosomonas europaea dan Nitrobacter winogradskyi oleh cahaya. Nitrobacter
terbunuh dengan 54.000 lux setelah 4 jam, tetapi Nitrosomonas setelah
memerlukan waktu 24 jam. Micrococcus denitrificans akan menagalami kerusakan
dengan intensitas cahaya 58.000 lux selama 24 jam. Dalam berbagai eksperimen
ditemukan bahwa 99% bakteri terbunuh setelah 16 jam oleh iluminasi. Sehingga
dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa sensitivitas cahaya pada berbagai spesies
berbeda-beda.

Bakteri berpigmen, yang mengandung karoteniod mempunyai sifat toleran


terhadap cahaya, dan terhambat oleh cahaya pada intensitas normal. Sebagai
alasan, udara mengandung sebagian besar mikroorganisme dengan pigmentasi
merah tua, kuning atau ungu, sebagai contoh Sarcina aurantiaca, Sarcina lutea, dan
beragam spesies Micrococcus. Mikroorganisme-mikroorganisme tersebut juga lebih
tahan terhadap radiasi sinar ultar violet daripada bakteri-bakteri tak
berpigmen.Suatu efek penghambatan pada kehidupan bakteri pada zona
permukaan air; diasumsikan daerah itu terpapar sinar matahari yang kuat. Hanya
sejumlah kecil bakteri yang ditemukan di area permukaan laut.

Dari penjelasan diatas, kita mengetahui bahwa pengaruh cahay terhadap


mikroorganisme air sanat kecil. Bakteri tak berpigmen tertentu dan beberapa
bakteri di danau terhambat pertumbuhannya karena cahaya dan di laut pada zona
permukaan yang tidak dalam. Kedalaman zona tergantung pada intensitas radiasi
dan turbiditas pad air. Pengaruhnya pada air yang jernih lebih baik bila
dibandingkan dengan air yang keruh. Pengaruh cahaya digantikan oleh faktor lain,
misalnya temperatur. Bagian spektrum sinar ultra violet hanya dapat menembus
jarak sejauh 1 meter; akan tetapi cahaya biru lebih jauh lagi.

b. Temperatur
Semua mikroorganisme dalam proses kehidupannya dipengaruhi oleh temperatur.
Bakteri, Cyanophyta, dan fungi dapat tumbuh hanya pada suatu batas rentang
temperatur -10 sampai dengan +90 C. Pada rentang tersebut temperatur
mempengaruhi laju pertumbuhan, kebutuhan nutrisi, enzimatik, dan komposisi
kimiawi dalam sel. Biosintesis kadang-kadang lebih rendah titik optimumnya
daripada bioenergitika. Pada kasus-kasus tertentu temperatur optimum lebih dekat
temperatur maksimum daripada temperatur minimum.

Pembagian temperatur berdasarkan menjadi tiga, yakni temperaturminimum,


temperatur optimum, dan temperatur maksimum tidak terlalu kaku. Karena
beberapa mikroorganisme dapat mengadapatasi temperatur, baik adaptasi
terhadap temperatur yang lebih tinggi atau temperatur yang lebh rendah. Hal
ini sangat di pengaruhi oleh beberapa faktor anatara lain penyediaan nutrien,
salinitas, pH, hasil-hasil metabolisme, dan lain sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai