1. Menjelaskan dengan memberi contoh bentuk-bentuk cekaman lingkungan yang
dihadapi oleh mikroba Jawab : Bentuk-bentuk cekaman lingkungan yang dihadapi oleh mikroba, yaitu : a. Kebasahan dan kekeringan Bakteri termasuk mahluk yang suka akan keadaan basah, bahkan dapat hidup di dalam air. Akan tetapi di dalam air yang tertutup mereka tak dapat hidup subur, hal ini disebabkan karena kurangnya udara bagi mereka. Tanah yang cukup basah baik bagi kehidupan bakteri. Banyak bakteri mati jika terkena udara kering. Contohnya Meningococcus, yaitu bakteri yang menyebabkan meningitis, yang mati dalam waktu kurang dari satu jam dalam keadaan kering, hal ini disebabkan karena pada proses pengeringan air akan menguap dari protoplasma. Sehingga kegiatan metabolisme berhenti. Pengeringan dapat juga merusak protoplasma dan mematikan sel. Tetapi ada mikrobia yang dapat tahan dalam keadaan kering, misalnya mikrobia yang membentuk spora dan dalam bentuk kista. b. Sinar gelombang pendek Sinar-sinar yang mempunyai panjang gelombang pendek misalnya sinar X, sinar Ultraviolet, dan sinar gama mempunyai daya penetrasi yang cukup besar terhadap mikroba. Sinar-sinar tersebut dapat menyebabkan kematian, Perubahan genetik (mutasi) atau penghambatan pertumbuhan mikrobia. Sinar-sinar tersebut banyak digunakan di dalam praktek sterilisasi dan pengawetan bahan makanan. Dan kebanyakan bakteri tidak dapat mengadakan fotosintesis, bahkan setiap radiasi dapat berbahaya bagi kehidupannya. Bakteri yang disinari dengan sinar X kerap kali mengalami mutasi bahkan ada bakteri yang mati karenanya, hal ini di sebabkan oleh panas atau oleh zat-zat yang timbul di dalam medium sebagai akibat daripada arus listrik, seperti ozon dan klor (chlor). c. Tekanan osmosis Pada umumnya mikroba terhambat pertumbuhannya di dalam larutan yang hipertonis karena sel-sel mikrobia dapat mengalami plasmolisis. Di dalam larutan yang hipotonis sel mengalami plasmoptisa yang diikuti dengan pecahnya sel. Jika bakteri di tempatkan di dalam suatu larutan yang hipertonik terhadap isi sel, maka bakteri akan mengalami plasmolisis. Larutan garam atau larutan gula yang agak pekat mudah menyebabkan terjadinya plasmolisis. Sebaliknya, bakteri yang ditempatkan di dalam air suling akan kemasukan air sehingga dapat menyebabkan pecahnya bakteri, dengan kata lain, bakteri dapat mengalami plasmoptisis. 2. Menguraikan secara umum respon mikroba terhadap cekaman Jawab : Berikut beberapa bentuk respon mikroba terhadap cekaman lingkungan, yaitu : a. Terbentuknya hapanaoid Hapanoid merupakan turunan triterpen pentasiklik yang banyak ditemukan dalam eubakteria. Hopanoid berfungsi sebagai penstabil membran sel bakteri yang memiliki ciri struktural yang mirip dengan sterol yang terdapat pada membran sel eukariotik. Produksi hopanoid oleh bakteri sesungguhnya digunakan untuk mencegah mencairnya lipid terhadap suhu yang tinggi dari lingkungan yang artinya permeabilitas membran untuk melangsungkan proses transport tetap terjaga. Contoh bakteri atau mikroba yang memproduksi Hapanoid yaitu Bacillus acidocaldarius, dimana jika konsentrasi hapanoid yang dihasilkan meningkat seiring dengan kenaikan temperatur dan penurunan pH hapanoid maka hapanoid yang dihasilkan akan berperan dalam menetralkan efek destabilisasi membran pada temperatur yang tinggi atau pH yang sangat asam. Selain itu, pada Zymomonas mobilis yang memiliki konsentrasi hapanoid yang tinggi akan memberikan karakter toleransi terhadap kadar alkohol seluler yang tinggi. b. Pembentukan Endospora Pada kondisi yang tidak menguntungkan akibat cekaman lingkungan, beberapa bakteri seperti Bacillus dan Clostridium memproduksi endospora sebagai bentuk pertahanan hidup. Proses pembentukan endosepora dikenal sebagai sporulasi. Endospora yang dihasilkan bakteri tahan terhadap lingkungan ekstrim seperti suhu yang tinggi, kekeringan, senyawa kimia beracun dan radiasi UV. Endospora mampu bertahan sampai kondisi lingkungan kembali menguntungkan, endospora kemudian akan membentuk germinasi dan membentuk bakteri sel tunggal. c. Terbentuknya Heat-shock Protein (Hsp) Salah satu mekanisme bakteri dapat bertahan pada suhu tinggi maupun suhu ekstrim adalah dengan menghasilkan gen yang mengkode chaperone GroE dan DnaK (homolog bakteri, Hsp60 dan Hsp70) yang terletak di bagian operon. Hsp merupakan jenis promotor yang tahan terhadap perubahan suhu lingkungan yang ekstrim (Heat-shock protein). Respon bakteri terhadap perubahan suhu tinggi, tidak terbatas pada responnya terhadap temperatur saja dan respon stress yang umum, seperti penambahan etanol, kandungan logam berat, tekanan osmotik tinggi, keberadaan polutan, dan interaksi dengan inang eukariotik. Heat-shock protein, termasuk chaperon dan enzim protease, dapat mencegah denaturasi protein. Efek dari respon ini meningkatkan sifat thermotoleran, salt-tholerance dan ketahanan terhadap keberadaan logam berat. d. Mekanisme adaptasi lain adalah melindungi DNA sel dengan cara berikatan kuat dengan protein berukuran kecil yang dapat mengubah reaktivitas enzimatik dan kimia dari DNA. Ada pula mekanisme adaptasi yang masih terkait dengan DNA, namun dengan cara lain yaitu dengan mengefektifkan mekanisme DNA repair untuk memperbaiki DNA yang rusak akibat kondisi lingkungan ekstre. Contohnya yaitu Streptococcus mitis.