Anda di halaman 1dari 2

NAMA : ELMY HAFIZA SYAFIQA

NIM : G1A018022

MATA KULIAH : FISIOLOGI MIKROBA

TUGAS

1. Menjelaskan dengan memberi contoh bentuk-bentuk cekaman lingkungan yang


dihadapi oleh mikroba
Jawab :
Bentuk-bentuk cekaman lingkungan yang dihadapi oleh mikroba, yaitu :
a. Kebasahan dan kekeringan
Bakteri termasuk mahluk yang suka akan keadaan basah, bahkan dapat
hidup di dalam air. Akan tetapi di dalam air yang tertutup mereka tak dapat hidup
subur, hal ini disebabkan karena kurangnya udara bagi mereka. Tanah yang cukup
basah baik bagi kehidupan bakteri. Banyak bakteri mati jika terkena udara kering.
Contohnya Meningococcus, yaitu bakteri yang menyebabkan meningitis, yang mati
dalam waktu kurang dari satu jam dalam keadaan kering, hal ini disebabkan karena
pada proses pengeringan air akan menguap dari protoplasma. Sehingga kegiatan
metabolisme berhenti. Pengeringan dapat juga merusak protoplasma dan
mematikan sel. Tetapi ada mikrobia yang dapat tahan dalam keadaan kering,
misalnya mikrobia yang membentuk spora dan dalam bentuk kista.
b. Sinar gelombang pendek
Sinar-sinar yang mempunyai panjang gelombang pendek misalnya sinar X,
sinar Ultraviolet, dan sinar gama mempunyai daya penetrasi yang cukup besar
terhadap mikroba. Sinar-sinar tersebut dapat menyebabkan kematian, Perubahan
genetik (mutasi) atau penghambatan pertumbuhan mikrobia. Sinar-sinar tersebut
banyak digunakan di dalam praktek sterilisasi dan pengawetan bahan makanan. Dan
kebanyakan bakteri tidak dapat mengadakan fotosintesis, bahkan setiap radiasi
dapat berbahaya bagi kehidupannya. Bakteri yang disinari dengan sinar X kerap kali
mengalami mutasi bahkan ada bakteri yang mati karenanya, hal ini di sebabkan oleh
panas atau oleh zat-zat yang timbul di dalam medium sebagai akibat daripada arus
listrik, seperti ozon dan klor (chlor).
c. Tekanan osmosis
Pada umumnya mikroba terhambat pertumbuhannya di dalam larutan yang
hipertonis karena sel-sel mikrobia dapat mengalami plasmolisis. Di dalam larutan
yang hipotonis sel mengalami plasmoptisa yang diikuti dengan pecahnya sel. Jika
bakteri di tempatkan di dalam suatu larutan yang hipertonik terhadap isi sel, maka
bakteri akan mengalami plasmolisis. Larutan garam atau larutan gula yang agak
pekat mudah menyebabkan terjadinya plasmolisis. Sebaliknya, bakteri yang
ditempatkan di dalam air suling akan kemasukan air sehingga dapat menyebabkan
pecahnya bakteri, dengan kata lain, bakteri dapat mengalami plasmoptisis.
2. Menguraikan secara umum respon mikroba terhadap cekaman
Jawab :
Berikut beberapa bentuk respon mikroba terhadap cekaman lingkungan, yaitu :
a. Terbentuknya hapanaoid
Hapanoid merupakan turunan triterpen pentasiklik yang banyak ditemukan
dalam eubakteria. Hopanoid berfungsi sebagai penstabil membran sel bakteri yang
memiliki ciri struktural yang mirip dengan sterol yang terdapat pada membran sel
eukariotik. Produksi hopanoid oleh bakteri sesungguhnya digunakan untuk
mencegah mencairnya lipid terhadap suhu yang tinggi dari lingkungan yang artinya
permeabilitas membran untuk melangsungkan proses transport tetap terjaga.
Contoh bakteri atau mikroba yang memproduksi Hapanoid yaitu Bacillus
acidocaldarius, dimana jika konsentrasi hapanoid yang dihasilkan meningkat seiring
dengan kenaikan temperatur dan penurunan pH hapanoid maka hapanoid yang
dihasilkan akan berperan dalam menetralkan efek destabilisasi membran pada
temperatur yang tinggi atau pH yang sangat asam. Selain itu, pada Zymomonas
mobilis yang memiliki konsentrasi hapanoid yang tinggi akan memberikan karakter
toleransi terhadap kadar alkohol seluler yang tinggi.
b. Pembentukan Endospora
Pada kondisi yang tidak menguntungkan akibat cekaman lingkungan, beberapa
bakteri seperti Bacillus dan Clostridium memproduksi endospora sebagai bentuk
pertahanan hidup. Proses pembentukan endosepora dikenal sebagai sporulasi.
Endospora yang dihasilkan bakteri tahan terhadap lingkungan ekstrim seperti suhu
yang tinggi, kekeringan, senyawa kimia beracun dan radiasi UV. Endospora mampu
bertahan sampai kondisi lingkungan kembali menguntungkan, endospora kemudian
akan membentuk germinasi dan membentuk bakteri sel tunggal.
c. Terbentuknya Heat-shock Protein (Hsp)
Salah satu mekanisme bakteri dapat bertahan pada suhu tinggi maupun suhu
ekstrim adalah dengan menghasilkan gen yang mengkode chaperone GroE dan DnaK
(homolog bakteri, Hsp60 dan Hsp70) yang terletak di bagian operon. Hsp
merupakan jenis promotor yang tahan terhadap perubahan suhu lingkungan yang
ekstrim (Heat-shock protein). Respon bakteri terhadap perubahan suhu tinggi, tidak
terbatas pada responnya terhadap temperatur saja dan respon stress yang umum,
seperti penambahan etanol, kandungan logam berat, tekanan osmotik tinggi,
keberadaan polutan, dan interaksi dengan inang eukariotik. Heat-shock protein,
termasuk chaperon dan enzim protease, dapat mencegah denaturasi protein. Efek
dari respon ini meningkatkan sifat thermotoleran, salt-tholerance dan ketahanan
terhadap keberadaan logam berat.
d. Mekanisme adaptasi lain adalah melindungi DNA sel dengan cara berikatan kuat
dengan protein berukuran kecil yang dapat mengubah reaktivitas enzimatik dan
kimia dari DNA. Ada pula mekanisme adaptasi yang masih terkait dengan DNA,
namun dengan cara lain yaitu dengan mengefektifkan mekanisme DNA repair untuk
memperbaiki DNA yang rusak akibat kondisi lingkungan ekstre. Contohnya yaitu
Streptococcus mitis.

Anda mungkin juga menyukai