Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH KEANEKARAGAMAN MIKROBA INDONESIA

Filum Cytophaga dan Bakteri Hijau Sulfur

OLEH :

KELOMPOK :1

ANGGOTA : 1. NURHAINI

2. IWAN KURNIAWAN

3.REFIS MAULANA

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN ALAM & KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU

PEKANBARU

2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bakteri merupakan organisme yang paling banyak jumlahnya dan lebih tersebar luas
dibandingkan mahluk hidup yang lain . Bakteri memiliki ratusan ribu spesies yang hidup di
darat hingga lautan dan pada tempat-tempat yang ekstrim. Bakteri ada yang menguntungkan
tetapi ada pula yang merugikan. Bakteri memiliki ciri-ciri yang membedakannya dengan
mahluk hidup yang lain. Bakteri adalah organisme uniselluler dan prokariot serta umumnya
tidak memiliki klorofil dan berukuran renik (mikroskopis).

Kelompok Cytophaga-Flavobacterium Genus Capnocytophaga merupakan bakteri


fermentasi aerob fakultatif. Spesies Capnocytophaga ditemukan dalam rongga mulut manusia
dan hewan lainnya . Organisme dari genus ini memerlukan karbon dioksida pada isolasi
primer dan budidaya awal . Asetat dan suksinat adalah asam utama oleh - produk dari
fermentasi karbohidrat . Beberapa genera dalam kelompok ini, Cytophaga, Flavobacterium,
Flexibacter, dan Microscilla, yang terkenal karena kemampuan mereka untuk mendegradasi
makromolekul. Fokus Cytophaga sebagai pendegradasi selolusa.

Bakteri sulfur hijau merupakan bakteri yang melakukan fotosintesis tetapi tidak
menghasilkan oksigen (anoxygenic photosynthetic). Beberapa berbentuk uniseluler dan yang
lainnya membentuk jaringan dari sel-sel. Tidak satu pun yang bergerak dengan flagela atau
bergerak meluncur. Beberapa memiliki vakuola gas (penting untuk pergerakan vertikal).
Kelompok ini menggunakan jalur reduksi asam trikarboksilat (TCA) dari pada Siklus Calvin-
Benson untuk memfiksasi karbon dioksidanya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Mengetahui genus apa saja yang ada pada filum Chytophaga dan Chlorobium ?
2. Mengetahui genus, ciri-cirinya, beserta manfaat maupun kerugiannya pada
Chytophaga dan Chlorobium ?
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui genus apa saja yang ada pada filum Chytophaga dan
Chlorobium serta dapat memahami bakteri tersebut.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan genus, ciri-cirinya, beserta manfaat maupun
kerugiannya pada Chytophaga dan Chlorobium.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Filum Cytophaga


2.1.1 Genus Chytophaga
Kelompok ini ditandai dengan pergerakannya yaitu dengan cara meluncur, oleh sebab
itu dikenal atau dikelompokkan kedalam bakteri luncur (gliding bacteria). Gliding bakteria
merupakan bakteri yang tidak memiliki flagel tetapi dapat bergerak di permukaan. Semua
Gliding bakteria juga merupakan bakteri gram negatif. Bakteri tersebut bergerak dengan
cara meluncur apabila berada dipermukaan yang keras. Cara bakteri tersebut bergerak ada
beberapa yang memutar badannya sambil bergerak. Pergerakan meluncur ini lebih lama jika
dibanding dengan pergerakan flagel. Dalam penelitian lebih lanjut golongan bakteri ini
memiliki ciri-ciri umum :
1. Tidak menghasilkan enzim selulase ekstraseluler yang mudah larut.
2. Selulase tetap terikat pada sampul sel.
3. Merupakan penguraian selulosa dalam lingkungan oksik.
4. Tanpa menguraikan kertas saring.
5. Bersifat aerob mutlak.
6. Bentuk sel : batang, bola, atau filamen
7. Termasuk bakteri gram negatif
8. Motil, karena gerak luncur perlahan pada permukaan; tidak ada organela lokomotor
9. Sel-sel dapat terbenam dalam lendir
10. Beberapa membentuk tubuh buah
11. Habitat ; tanah dan lingkungan akuatik
12. Manfaat dari bakteri ini yaitu bersifat antagonis terhadap beberapa jenis penyakit
akar, memiliki kemampuan yang tinggi dalam menghasilkan enzim penghancur lignin
dan selulosa secara bersamaan.
Kelompok bakteri yang menjadi anggota bakteri meluncur adalah:
1. Bakteri yang mengandung sulfur intraselular, berbentuk benang. Contoh: Beggiatoa,
Thiothrix, Leucothrix, Achromatium
2. Bakteri bebas sulfur, membentuk trikoma (bulu). Contoh: Vitreoscilla,Leucothrix, Saprospira
3. Bakteri uniselular, bentuk batang pendek. Contoh: Cytophaga, Flexibacter,Myxobacteria
4. Bakteri fototrof yang bergerak merayap. Contoh: Chloroflexus
5. Cyanobakteria yang bergerak merayap. Contoh: Oscillatoria
2.1.2 Genus Flexibacter
Penyakit Columnaris, yang disebabkan oleh bakteri patogen Flexibacter
columnaris, adalah penyakit yang banyak menyerang ikan air tawar dan memiliki distribusi
di seluruh dunia. Strain virulensi rendah bakteri patogen untuk menjadi salmonids pada suhu
air melebihi 20 C, sedangkan strain virulensi tinggi mungkin patogen pada suhu di atas 15
C. Tingkat mortalitas berkisar dari ca 10 sampai 100% tergantung pada suhu air. ( Bernardet,
1989 )
` Morfologinya, bakteri gram negatif lebih resisten terhadap obat-obatan dibandingkan
dengan bakteri gram positip, dimana bakteri ini memiliki diameternya berukuran sekitar 1,4
m dengan panjang 3 hingga 10 m. Terdapat jenis bakteri Flexibacter yang lainnya,
diantaranya adalah F. maritimus, dan F. psychrophila. Faktor utama dalam membedakan ke-3
spesies ini adalah dengan melihat panjang sel, prosuksi asam dari glukosa, prosuksi H2S,
katalase, suhu pertumbuhan optimum, toleransisalinitas, dan adanya chondroitinase.

Mikroba gram negatif mempunyai ketahanan yang lebih baik terhadap senyawa
antimikroba. Mikroba gram negatif memiliki sistem seleksi terhadap zat-zat asing yaitu pada
lapisan lipopolisakarida. Struktur dinding sel mikroba gram negatif relatif lebih kompleks,
berlapis tiga yaitu lapisan luar yang berupa lipoprotein, lapisan tengah yang berupa
lipopolisakarida dan lapisan dalam berupa peptidoglikan. Infeksi Flexibacter columnaris
seringkali terkait dengan kondisi stress yang umumnya ditimbulkan oleh suhu air tinggi (25-
32oC), padat tebaran tinggi, luka dan kualitas air buruk (kandungan oksigen rendah dan
peningkatan ammonia bebas). Faktor yang menyebabkan timbulnya penyakit antara lain
disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri, jamur dan virus. Sementara faktor kualitas
air yang buruk, pakan, oksigen menurun dapat mempengaruhi adanya penyakit.

2.1.3 Genus Rhodotermus


Rhodothermus marinus telah menjadi subyek banyak penelitian dalam beberapa tahun
terakhir. Ini adalah bakteri termohalofilik dan merupakan satu-satunya spesies yang benar-
benar dijelaskan dalam genus Rhodothermus . Hal ini tidak terkait erat dengan termofil
terkenal lainnya dan merupakan satu-satunya thermophile dalam keluarga Crenotrichaceae .
R. marinus telah diisolasi dari beberapa habitat geothermal yang serupa namun terletak jauh,
banyak yang mengalami fluktuasi besar dalam kondisi lingkungan.
Banyak enzim yang menunjukkan aktivitas optimal pada suhu yang jauh lebih tinggi
dari 60- 65 C, optimum untuk pertumbuhan, dan beberapa lainnya aktif pada rentang suhu
yang luas. Bentuk batang, berdiameter sekitar 0,5 m dan panjang 2-2,5 m, bersifat garam
negatif, berpigmen merah atau kuning, aeob mutlak dan kemoorganotrof, habitatnya di air
dangkal. Studi telah menemukan komponen pembeda dalam rantai transpor elektron R.
marinus dan juga di kolam pelarut intraselularnya, yang terakumulasi selama tekanan
osmotik.

Spesies ini menampung bakteriofag dan plasmid dan intestin fungsional telah diisolasi
dari kromosomnya. Meskipun fitur menarik dan genetika yang tidak diketahui ini, minat pada
R. marinus sebagian besar distimulasi oleh enzim termostabilnya, terutama enzim hidrolisis
polisakarida dan enzim sintesis DNA yang mungkin berguna di industri dan di laboratorium.
R. marinus belum dapat menerima analisis genetika sampai saat ini ketika sebuah sistem
untuk transfer gen dibuat.

2.1.4 Genus Salinibacter


Salimibacter termasuk dalam filum Chytophaga namun berkerabat agak jauh. Ekstrem
halofil dengan pigmen merah. Para peneliti menemukan Dunalliela Salina yang dapat
menghasilkan pigmen merah muda atau yang disebut karotenoid, contoh pada Danau Hillier
yang terletak di pulau Recherche Archipelago, Australia Barat. Salinibacter ruber hidup
dalam kolam dengan Kristal garam atau likungan bergaram tinggi lainnya. Sebagian besar
bacteria halofil dapat mensintesis atau mengakumulasi solute organik untuk mempertahankan
keimbangan air pada lingkungan bergaram tinggi. Salinibacter juga dapat tumbuh baik pada
asam amino sebagai donor elektron.
2.1 Filum Chlorobium
Bakteri belerang hijau merupakan bakteri kemoautotrof yang berukuran
kurang lebih 5 m dan berbentuk basil atau batang, bakteri ini memanfaatkan senyawa kimia
untuk proses kehidupannya. Bakteri ini merupakan makhluk uniselular dan prokariotik.
Bakteri sulfur hijau berkoloni, dan mengoksidasi belerang dengan bantuan sinar matahari
(pada sebagian bakteri sulfur hijau), bakteri ini berbentuk basil dan memiliki satu flagel.
Bakteri sulfur hijau merupakan bakteri yang melakukan fotosintesis tetapi tidak
menghasilkan oksigen (anoxygenic photosynthetic). Beberapa berbentuk uniseluler dan yang
lainnya membentuk jaringan dari sel-sel. Tidak satu pun yang bergerak dengan flagela atau
bergerak meluncur. Beberapa memiliki vakuola gas (penting untuk pergerakan vertikal).
Kelompok ini menggunakan jalur reduksi asam trikarboksilat (TCA) dari pada Siklus Calvin-
Benson untuk memfiksasi karbon dioksidanya. Beberapa contohnya antara lain :
Chloroherpeton berbentuk batang memanjang, Chlorobium uniseluler berbentuk batang, dan
Ancalochoris banyak ditemukan di perairan tawar (Olson and John, 2006).
Bakteri belerang hijau dan bakteri belerang purpel mendapatkan energi untuk proses

metabolismenya melalui oksidasi H2S. Bakteri-bakteri ini menggunakan CO2 sebagai

sumber karbon. Bakteri-bakteri ini sangat anaerobik. Hidrogen sulfida oleh beberapa bakteri

lembayung bebas dan oleh bakteri hijau dioksidasi menjadi sulfat. Pada proses ini belerang

intermediasi oleh sebagian bakteri lembayung belerang ditimbun sementara waktu dalam sel.

Chlorobiaceae atau Bakteri belerang hijau adalah famili dari bakteri fototrof. Tidak

ada famili bakteri lainnya yang diketahui memiliki hubungan dekat dengan mereka, dan

mereka diletakkan tersendiri pada filum mereka sendiri (Chlorobi). Filumnya paling dekat

dengan Bacteroidetes. Lingkungan mereka harus bebas oksigen, dan mereka butuh cahaya

untuk tumbuh (Rao, 1986).

Reaksi pada bakteri sulfur hijau adalah sebagai berikut, reaksinya tidak menggunakan

oksigen atau anaerobik. 12H2S + 6CO2 C6H12O6 (karbohidrat) + 6H2O + 12S

Dalam sintesis ini O2 tidak dihasilkan, akan tetapi sulfur (S) tersimpan dalam sel untuk

kemudian dikeluarkan dan H2S meruapakan donor hydrogen. Kemolitotrof Sumber energi

jasad-jasad yang masuk dalam golongan kemolitotrof tergantung kepada hasil-hasil oksidasi

reduksi, dan dapat menggunakan senyawa-senyawa anorganik sebagai donor electron untuk

pertumbuhannya.
DAFTAR PUSTAKA

Bernardet, J.F. 1989. Flexibacter columnaris: first description in France and comparison
with bacterial strains from othser origins. Diseases of Aquatic Organisms. Vol 6 : 37-44.

Dwidjoseputro. 2005. Dasar Dasar Mikrobiologi, Djambatan, Jakarta

Olson and M. John. 2006. "Photosynthesis in the Archean Era". Photosynthesis Research,
New York.

Rao, N. S. S. 1986. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. Institut Roset


Pertanian India, New Delhi.

Schlegel, H. G dan K. Schmidt. 1994. Mikrobiologi Umum Edisi Keenam. Gajah Mada
University Press. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai