Anda di halaman 1dari 13

MODUL II

BOTANI TUMBUHAN RENDAH

CLHOROPHYTA

Oleh :

UKFA NUR UDIN

201310070311054

III-B BIOLOGI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2014

1
Indikator

1. Mahasiswa S1 Pendidikan Biologi mampu menjelaskan pengertian dari


Divisi Chlorophyta.
2. Mahasiswa S1 Pendidikan Biologi mampu menjelaskan dan
mendeskripsikan ciri-ciri umum dari Divisi Chlorophyta.
3. Mahasiswa S1 Pendidikan Biologi mampu menjelaskan dan
mendeskripsikan klasifikasi dari Chlorophyta.

Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran dari mata kuliah botani tumbuhan rendah pada


pertemuan minggu ke dua yaitu

1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian Divisi Chlorophyta.


2. Mahasiswa mampu menjelaskan dan mendeskripsikan ciri-ciri umum
dari Divisi Chlorophyta.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan dan mendeskripsikan klasifikasi dari
Divisi Chlorophyta.

Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran yang di pakai pada mata kuliah botani tumbuhan


rendah pada pertemuan minggu ke tiga yaitu menggunakan metode diskusi
kelompok. Pertama-tama membentuk kelompok, lalu mendiskusikan dalam tiap-
tiap kelompok tentang ciri-ciri umum dari Divisi Chlorophyceae. Setelah
berdiskusi dengan kelompok sendiri, lalu berdikusi antar kelompok. Jadi, hasil
diskusi dari tiap-tiap kelompok disampaikan oleh perwakilan kelompok tersebut.

2
A. Pendahuluan

Chlorophyta adalah salah satu divisi dari Algae. Alga hijau merupakan
kelompok terbesar dari vegetasi alga. Alga hijau termasuk dalam divisi
chlorophyta bersama charophyceae. Divisi ini berbeda dengan divisi lainnya
karena memiliki warna hijau yang jelas seperti pada tumbuhan tingkat tinggi
karena mengandung pigmen klorofil a dan klorofil b lebih dominan dibandingkan
karotin dan xantofil (Tjitrosoepomo : 1994). Hasil asimilisasi beberapa amilum,
penyusunnya sama pula seperti pada tumbuhan tingkat tinggi yaitu amilose dan
amilopektin. Gangang hijau meliputi sebanyak sebanyak 7.000 spesies, baik yang
hidup di air maupun di darat. Sejumlah gangang hijau tumbuh dalam laut,
namun golongan ini secara keseluruhan lebih khas bagi gangang air tawar.
Gangang hijau tidak menunjukkan derajat diferensiasi yang tinggi, sebatang
tmbuhan biasanya merupakan bentuk bersel tunggal atau juga koloni-koloni yang
berfilamen atau tanpa filamen. Pada beberapa genus misalnya, selada laut (Ulva)
dan semak batu (Nitelia chara), tubuhnya lebih kompleks tetapi berukuran lebih
kecil jika dibnadingkan gangang merah dan gangang coklat yang berukuran
besar sekalipun. Gangang hijau sepanjang hidupnya dapat terapung bebas atau
melekat.

Alga berperan sebagai produsen dalam ekosistem. Berbagai jenis alga yang
hidup bebas di air terutama yang tubuhnya bersel satu dan dapat bergerak aktif
merupakan penyusun phitoplankton. Sebagian besar fitoplankton adalah anggota
alga hijau, pigmen klorofil yang dimilikinya efektif melakukan fotosintesis
sehingga alga hijau merupakan produsen utama dalam ekosistem perairan.
Chlorella, salah satu anggota dari Chlorophyceae memiliki nilai gizi yang sangat
tinggi dibandingkan sengan nilai jasad yang lainnya. Di dalam sel Chlorella masih
pula memiliki chlorelin yaitu semacam antibiotik yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri. Beberapa anggota atau bagian yang tergabung dalam
divisi chlorophyta mempunyai persamaan pigmen, tempat penyimpanan dan
susunan chloroplas. Menurut Levavaseur (1989), bahwa pigmen-pigmen
photosintesis daripada alga hijau berkhlorofil A dan B dan mengandung
siphonaxanthin atau lutcin. Dan tempat penyimpanan makanan berupa pati.

3
Gangang hijau dapat dijadikan tumpuan utama dalam mempelajari evolusi,
khususnya sebagai titik tolak garis evolusi, karena tumbuhan tingkat tinggi yang
hidup di darat dan umumnya sedemikian terspesialisasinya, mungkin berasal dari
gangang hijau purba. Bentuk-bentuk gangang hijau tertentu yang hidup
sekarang ini mewakili tingkatan-tingkatan dalam evolusi tersebut, karena
kemungkinan besar bahwa banyak gangang yang hidup sekarang telah
mengalami perubahan hanya sedikit dalam kurun waktu geologis yang panjang
dan boleh dikatakan tetap tinggal primitif. Jenis-jenis seperti itu tidak
membentuk tipe-tipe yang lebih maju dan hanya dapat diwakili cabang-cabang
rendah pada pohon evolusi. Teapi karena jenis gangang itu juga mewakili
peranan tumbuhan purba dalam sejarah kehidupan organisme, maka tumbuhan
ini tetap berfaedah sebagai bahan studi. Maka dalam pembahasan tentang
gangang hijau ini, dapat kita pertimbangkan faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi terjadinya evolusi bagi jenis-jenis lain serta tipe-tipe gangang
yang lebih maju, dan petunjuk-petunjuk apa saja yang dapat memberikan sifat-
sifat nenek moyang yang diturunkan kepada berbagai macam tumbuhan di muka
bumi ini (Diolah dari berbagai sumber).

B. Ciri-Ciri Umum
a. Habitat

Chlorophyta atau alga hijau sebagian besar hidup di air tawar,


beberapa diantaranya hidup di air laut dan air payau. Pada umumnya
melekat pada batuan dan seringkali muncul apabila air menjadi surut.
Sebagian yang hidup di air laut merupakan makroalga seperti Ulvales dan
Siphonale (Langoy, dkk : 2011). Gangang hijau atau chlorophyta meliputi
sebanyak 7.000 spesies, baik yang hidup di air maupun yang hidup di
darat, sejumlah gangang hijau tumbuh dalam laut, namun golongan ini
secara keseluruhan lebih khas sebagai gangang air tawar. Bahkan ada
jenis-jenis Chlorophyta yang hidup pada tanah-tanah yang basah, bahkan
diantaranya tahan akan kekeringan, sebagian juga lainnya hidup
bersimbiosis dalam Lichenes, ada lagi yang interseluler pada binatang
rendah. Jenis yang hidup di air tawar bersifat kosmopolit, terutama hidup
di tempat yang cahayanya cukup seperti: kolam, danau, genangan air

4
hujan, pada air mengalir (sungai atau selokan). Alga hijau ditemukan pula
pada lingkungan semi akuatik yaitu pada batu-batuan, tanah lembab dan
kulit batang pohin yang lembab (Protococcus dan Trentepolia). Beberapa
anggotanya hidup di air mengapung tau melayang, sebagian hidup
sebagai plankton. Beberapa jenis ada yang hidup melekat pada tumbuhan
atau hewan.

b. Bentuk dan Struktur Tubuh

Alga hijau mempunyai susunan tubuh yang bervariasi baik dalam


ukuran maupun dalam bentuk dan susunanya. Ada Chlorophyta yang
terdiri dari sel-sel kecil yang merupakan koloni berbentuk benang yang
bercabang-cabang atau tidak, ada pula yang membentuk koloni yang
menyerupai kormus tumbuhan tingkat tinggi. Dari banyaknya variasi
tersebut alga hijau dikelompokan sebagai berikut:

1. Sel tunggal (uniseluler) dan motil, contoh: Chlamidomonas


2. Sel Tunggal dan non motil, contoh: Chlorella
3. Koloni senobium yaitu koloni yang mempunyai jumlah sel tertentu
sehingga mempunyai bentuk yang relatif tetap, contoh: Volvox,
Pandorina.
4. Koloni tidak bertauran, contoh: Tetraspora
5. Berbentuk – filamen tidak bercabang, contoh: Ulothrix,
Oedogonium

Filamen bercabang, contoh: Chladhopora, Pithopora

1. Hetemtrikus, yaitu filamen bercabang yang bentuknya terbagi


menjadi bagian yang rebah (prostrate) dan bagian yang tegak,
contoh: Stigeoclonium.
2. Foliaceus atau parenkimatis, yaitu filamen yang pembelahan sel
vegetatisnya terjadi lebih dari satu bidang, contoh: Ulva.
3. Tubular, yaitu talus yang memilik banyak inti tanpa sekat
melintang, contoh: Caulerpa.

5
Dinding Sel

Dinding sel tersusun atas dua lapisan, lapisan bagian dalam


tersusun oleh selulosa dan lapisan luar adalah pektin. Tetapi beberapa
alga bangsa Volvocales dindingnya tidak mengandungselulosa, melainkan
tersusun oleh glikoprotein. Dinding sel Caulerpales mengandung xylhan
atau mannan. Banyak jenis Chlorophyceae mempunyai tipe ornamentasi
dinding yang berguna dalam klasifikasi. Dinding sel selain disusn oleh
selulosa sebagai penyusun utama, sel-sel terbut juga biasanya
mengandung vakuola pusat yang besar yang diliputi oleh selapis
sitoplasma. Di dalam sitoplasma terdapat butir kloroplas atau lebih.
Kloroplas ini pun kerap berisi massa protein cadangan, yang disebut
pirenoid, yang juga meupakan pusat pembentukan pati. Pirenoid
umumnya diliputi oleh butiran-butiran pati.

Kloroplas

Kloroplas terbungkus oleh sistem membran rangkap. Pigmen yang


terdapat dalam kloroplas yaitu klorofil a dan klorofil b, beta-karoten serta
berbagai macam xantofil, luten, violaxanthin, zeaxanthin. Kloroplas di
dalam sel letaknya mengikuti bentuk dinding sel (parietal), contoh :
Ulothrix atau di tengah lumen sel (axial) contoh : Muogothia. Pada
umumnya satu kloroplas setiap sel tetapi pada Siphonales, Zignematales
terdapat lebih dari satu kloroplas setiap sel. Kloroplas ini pun kerap berisi
massa protein cadangan, yang disebut pirenoid, yang juga merupakan
pusat pembentukan pati. Pirenoid umumnya diliputi oleh butiran-butiran
pati, pirenoid ini berasal dari hasil asimilasi berupa tepung dan lemak.

Bentuk kloroplas sangat bervariasi, oleh karena itu penting untuk


klasifikasi dalam tingkatan marga. Variasi bentuk kloroplas sebagai
berikut :

1. Bentuk mangkuk, contoh : Chlamydomonas


2. Bentuk sabuk (girdle), contoh : Ulothrix
3. Bentuk cakram, contoh : Chara

6
4. Bentuk anyaman, contoh: Oedogonium
5. Bentuk spiral, contoh : Spirogyra

Inti Sel

Inti dari Chlorophyceae seperti pada tumbuhan tingkat tinggi


diselubungi membran inti dan terdapat nukleus dan kromatin. Inti
umumnya tunggal, tetapi beberapa anggota misalnya jenis yang
tergolong dalam bangsa Siphonales memiliki inti lebih dari satu.

c. Alat gerak

Dua tipe pergerakan fototaksis pada Chlorophyceae, yaitu:

1. Pergerakan dengan flagela

Pada umumnya sel alga hijau baik sel vegetatif maupun sel
generatif dijumpai adanya alat gerak. Flagela pada kelas Chlorophyceae
selalu bertipe whiplash (akronematik) dan sama panjang (isokon), kecuali
pada bangsa Oedogoniales memiliki tipe stefanokon. Flagela dihubungkan
dengan struktur yang sangat luas disebut aparatus neuromotor,
merupakan granula pada pangkal dari tiap flagela disebut blepharoplas.
Tiap flagela terdiri dari axonema yang tersusun oleh 9 dupklet
mikrotubula mengelilingi bagian tengah terdapat 2 singlet mikrotubula.
Struktur semacam ini dikenal sebagai susunan 9 + 2, flagela tersebut
dikelilingi oleh selubung plasma.

2. Pergerakan dengan sekresi lendir.

Dalam monografi tentang desmid, ditunjukan terjadi pergerakan


pada desmid di permukaan lumpur dalam laboratorium. Pergerakan
tersebut disebabkan adanya stimulus cahaya yang diduga oleh adanya
sekresi lendir melalui porus dinding sel pada bagian apikal dari sel.
Selama pergerakan ke depan kutub belafadul dari satu sisi ke sisi yang
lain sehingga lendir bagian belakang seperti berkelok-kelok.

7
d. Perkembangbiakan / Reproduksi

Reproduksi seksual merupakan salah satu ciri yang paling


terkemuka pada tumbuhan darat. Sudah barang tentu aspek tunbuhan ini
merupakan hal yang sangat penting bagi manusia, karena buah dan biji
sebagai bahan makananya hanya dihasilkan sebagai akibat proses
seksual. Karena itulah sangat menarik untuk mencoba mengenali
tingkatan-tingkatan yang menuju ke arah metode pembiakan secara
sexual yang telah sedemikian terspesialisasinya dan sekarang hal ini
merupakan ciri khas bagi tumbuhan tingkat tinggi. Kita dapat mencari
diantara ganggang ini bentuk – bentuk yang mewakili tingkatan evolusi
yang dijalani tumbuhan dalam hal metode reproduksi sexual yang lebih
maju. Dalam hubungan ini, baik Ulothrix maupun Oedogonium, kedua-
duanya mempunyai arti yang memadai. Ulothrix mewakili metode
reproduksi sexual yang primitif, yaitu gamet – gamet motil yang bentuk
luarnya serupa keluar dari sel-sel induknya yang tidak bersifat khusus dan
akhirnya saling melebur diri dalam air. Oedogonium sebaliknya,
memperlihatkan adanya evolusi dalam hal dierensiasi seksual (oogami),
yaitu terbentuknya gamet-gamet yang tidak serupa, telur besar nonmotil
dan sperma motil yang lebih kecil. Tambahan lagi tumbuhan ini
mempunyai alat kelamin oogonium dan anteridium yang terbentuk secara
khusus dan dapat dibedakan dari sel-sel vegetatif tubuh gangang
tersebut. Proses peleburan gamet tidak lagi berlangsung dalam air
setelah gamet itu dilepaskan dari sel-sel induknya. Telur yang nonmotil
tetap dipertahankan pada sel tetuanya, dan sperma harus berenang
menuju telur agar pembuahan dapat berlangsung. Janganlah diduga
bahwa Ulothrix dan Oedogonium itu sendiri merupakan nenek moyang
tumbuhan tingkat tinggi, namun memang terdapat ciri – ciri dalam siklus
hidupnya yang menunjukan tingkatan evolusi tumbuhan biji yang hidup
dewasa ini.

Pada tumbuhan tingkat tinggi tumbuhan biji tertutup, tumbuhan


biji terbuka, dan lain-lainnya, oogami merupakan ciri tetap. Tumbuhan
dapat yang paling primitif, berpembuluh ataupun tidak, kesemuanya

8
mengadakan oogami. Karena Oedogonium, dapat mewakili suatu
tingkatan evolusi yang prosesnya boleh jadi dicapai selama perpindahan
cara hidup dari tumbuhan dalam air menuju tumbuhan darat, namun hal
itu juga sekaligus memperlihatkan adanya potensi untuk
mengembangkan diferensiasi seksual, yaitu suatu sifat yang hakiki pada
gangang.

Berdasarkan berbagai pengertian dan pembahasan diatas maka


secara umum perkembangbiakan ganging hijau dapat dibagi kedalam tiga
cara, yaitu :

1. Secara vegetative

Perkembangbiakan vegetative dilakukan dengan fragmentasi


tubuhnya dan juga melakukan pembelahan sel.

2. Secara Asexual

Perkembangbiakan dengan cara membentuk sel khusus yang


mampu berkembang menjadi individu baru tanpa terjadinya peleburan sel
kelamin. Pada umumnya terjadi dengan perantara spora, oleh karena itu
sering disebut perkembangbiakan secara sporik. Zoospora dibentuk oleh
sel vegetative, tetapi beberapa tumbuhan terbentuk dalam sel khusus
disebut sporangin. Zoospora setelah periode berenang beberapa waktu
berhenti pada substrat yang sesuai. Umumnya dengan ujung anterior.
Flagella dilepaskan dan terbentuk dinding, selama poses ini alga
mensekresikan lendir yang berperan untuk mempertahankan diri.
Menurut litelatur yang lain perkembangbiakan secara asexual terjadi
dengan pembentukan zoospore, yang berbentuk buah per dengan 2 – 4
bulu cambuk tanpa rambut- rambut mengkilap pada ujungnya,
mempunyai 2 vakuola kontraktil, kebanyakan juga suatu bintik mata
merah, dengan kloroplas di bagian bawah yang berbentuk piala atau pot.
Selain dengan zoospora, perkembangbiakan secara asexual dilakukan
dengan pembentukan :

9
a) Aplanospora
b) Hipnospora
c) Autospora

3. Secara sexual

Perkembangbiakan secara sexual banyak dijumpai yaitu : isogami,


anisogami, dan oogami. Meiosis dapat terjadi pada zigot yang
berkecambah atau pada waktu pembentukan spora atau gamet. Daur
hidup yang umum dijumpai adalah tipe haplontik, meskipun beberapa
jenis termasuk tipe diolohaplonthik. Isogami merupakan
perkembangbiakan secara seksual yang paling sederhana dan
menunjukan kea rah anisogami. Pada tipe anisogami masing – masing
jenis merupakan sel bebas dengan ukuran tidak sama, sedangkan yang
lebih maju yaitu tipe oogami. Pada tipe oogami masing – masing jenis
telah menunjukan perbedaan baik ukuran maupun bentuknya.

e. Pergiliran keturunan

Tidak hanya asal usul reproduksi sesual tetapi juga tentang asal –
usul pergiliran generasi yang erat hubunganya dengan proses seksual,
pada ganging pun dapat diikuti jejaknya. Pada siklus hidup tumbuhan biji
tertutup, fase yang paling terkemuka dan dominan yaitu tumbuhan itu
sendiri termasuk generasi sporofit atau generasi diploid. Hal ini juga
berlaku bagi semua tumbuhan berpembuluh lainnya. Generasi gametofit
yang berikutnya merupakan fase dalam siklus hidupnya yang tidak
menonjol dan fase tereduksi (berumur singkat). Meskipun demikian,
tubuh tumbuhan tidak selalu merupakan gase diploid. Pada gangang
terdapat hal yang sangat beragam pada sifat ke dua generasinya. Tubuh
tumbuhan kebanyakan koloni gangang hijau yang berfilamen dan yang
tidak termasuk generasi haploid atau gametofit. Tumbuhan tersebut
menghasilkan gamet – gamet haploid, atau gametofit. Tumbuhan
tersebut menghasilkan gamet – gamet haploid yang dapat saling melebur
diri membentuk zigot. Zigot ini merupakan sporofit, karena meiosis terjadi
pada zigot berkecambah. Pada Oedogonium misalnya, telur yang telah

10
dibuahi merupakan satu – satunya sel diploid, sedangkan kesemua
struktur lain pada tumbuhan tersebut meliputi filament, zoospore asexual,
gamet, dan spora – spora yang terbentuk sesudah meiosis, termasuk
generasi gametofit. Pada Spirogyra pada saat terjadinya perkecambahan,
nucleus zigospora berkembang menjadi empat nucleus, masing – masing
dengan jumlah kromosom n (haploid). Tiga dari keempat nucleus itu
gugur, namun nucleus yang keempat menjadi nucleus sel pertama
filament yang baru. Asal – usul tubuh tumbuhan tinggi yang bersifat
diploid tidak dapat di cari diantara spesies semacam itu, karena semua
struktur vegetatifnya termasuk generasi gametofit (Tjitrosomo : 2010).

Di antara tipe – tipe siklus hidup yang dijumpai pada gangang


ialah yang generasi diploidnya merupakan fase menyolok dalam siklus
hidupnya, sedang generasi haploid menjadi terdesak dan ada
kemungkinan sangat tereduksi. Siklus hidup semacam itu, yang
mendekati daur hidup tumbuhan biji, terutama ditemukan di antara
gangang coklat. Pada tipe ketiga kedua generasi tidak tergantung
sesamanya, dan banyak persamaanya sampai kepada ukurannya. Siklus
hidup semacam itu dijumpai pada gangang hijau tertentu, beberapa
jenisgangang coklat, dan kebanyakan gangang merah. Bagaimanapu,
gangang mrah dan coklat tidak dapat diterima sebagai nenek moyang
suatu bentuk kehidupantumbuhan tingkat tinggi. Perlengkapan untuk
fotosintesis golongan gangang tersebut tidak serupa dengan yang dimiliki
tumbuhan tingkat tinggi, dan kedua macam algae tersebut telah menjadi
sedemikian terspesialisasinya sesuai dengan kehidupan di laut.

Secara umum dari bahasan diatas pergiliran generasi atau


keturunan dari gangang hijau dapat dibedakan menjadi :

1. Isomorf (tumbuhan sporofit sama dengan tumbuhan gametofit)


2. Heteromorf (tumbuhan sporofit tidak sama dengan tumbuhan
gametofit).

11
f. Cadangan Makanan

Cadangan makanan merupakan amilum seperti pada tumbuhan


tinggi tersusun sebagai rantai glukosa tidak bercabang yaitu amilose dan
rantai yang bercabang amilopektin. Seringkali amilum tersebut terbentuk
dalam granula bersama dengan badan protein dalam plastida disebut
piretinoid, Pirenoid umumnya diliputi oleh butiran-butiran pati, pirenoid ini
berasal dari hasil asimilasi berupa tepung dan lemak. Tetapi beberapa
jenis tidak mempunyai pirenoid dan jenis yang demikian ini merupakan
golongan Chlorophyceae yang telah tinggi tingkatannya. Jumlah pirenoid
umumnya dalam tiapel tertentu dan alat digunakan sebagai taksonomi.

g. Peranan

Chlorophyta mempunyai peranan di dalam kehidupan sebagai :

1. Produsen dari ekosistem air.


2. Sebagai alternatif bahan pangan bagi astronot, terutama spesies
chlorela (karena kandungan chlorelinnya banyak mengandung vitamin
E).
3. Beberapa spesies ganggang hijau biru dapat dimanfaatkan sebagai
sumber makanan alternative, misalnya Spirulina sp.
4. Beberapa spesies ganggang hijau – biru yang bersimbiosis dapat
menambat (fiksasi) nitrogen bebas , sehingga menambah kesuburan
tanah, misalnya : Anabaena azollae.
5. Chlorella digunakan untuk makanan suplemen, obat-obaatn, dan
kosmetik.

12
DAFTAR PUSTAKA

Biologi Online.http://zaifbio.wordpress.com/2009/01/30/modul-algae-2/ (Diakses


pada Rabu, 1 Oktober 2014 pukul 17.00 WIB).
Langoy, Marnix L.D. ; dkk. 2011. Deskripsi Alga Makro Di Taman Wisata Alam
Batuputih, Kota Bitung. Program Studi Biologi FMIPA Universitas Sam
Ratulangi. Manado.
Tjitrosomo, Siti Sutarmi; dkk. 2010. Botani Umum 3. Bandung: PT Angkasa.
Tjitrosoepomo, Gembong. 1994. Taksonomi Tumbuhan (Schizophyta,
Thallophyta, Bryophyta, Pteridophyta). Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.

13

Anda mungkin juga menyukai