Anda di halaman 1dari 3

A.

Fitoplankton adalah komponen autotrof plankton. Autotrof adalah organisme yang


mampu menyediakan/mensintesis makanan sendiri yang berupa bahan organik dari bahan
anorganik dengan bantuan energi seperti matahari dan kimia. Komponen autotrof berfungsi
sebagai produsen.
Nama fitoplankton diambil dari istilah Yunani, phyton atau "tanaman" dan
("planktos"), berarti "pengembara" atau "penghanyut".[1] Sebagian besar fitoplankton
berukuran terlalu kecil untuk dapat dilihat dengan mata telanjang. Akan tetapi, ketika
berada dalam jumlah yang besar, mereka dapat tampak sebagai warna hijau di air karena
mereka mengandung klorofil dalam sel-selnya (walaupun warna sebenarnya dapat
bervariasi untuk setiap spesies fitoplankton karena kandungan klorofil yang berbeda beda
atau memiliki tambahan pigmen seperti phycobiliprotein).
Secara definisi, fitoplankton dikenal juga sebagai autotrof plankton adalah
organisme kecil yang mampu menyediakan makanan sendiri dengan mengubah bahan
anorganik menjadi bahan organik dengan bantuan energi matahari melalui proses
fotosintesis.
1. Jenis-Jenis Fitoplankton
a. Kelas Bacillariophyceae
Bacillariophyceae merupakan kelas atau komponen fitoplankton yang paling
sering ditemukan di berbagai macam perairan. Ukuran diatom pada umumnya
adalah berkisar 5 μm–2 mm. Ciri khusus utamanya adalah memiliki dinding sel yang
mengandung silikat dan apabila Bacillariophyceae mati, maka cangkangnya akan tetap
utuh dan mengendap menjadi sedimen. Umumnya Bacillariophyceae berupa sel tunggal
yang soliter, tetapi ada beberapa yang hidup saling terhubung dan membentuk sebuah
koloni seperti rantai. Bacillariophyceae memiliki sel-sel dengan bentuk yang bervariasi
antar spesies satu dengan spesies lainnya dan memiliki ukuran bervariasi di dalam satu
spesies (Grahame, 1987; Nontji, 2008).
Bacillariophyceae terbagi menjadi dua ordo yakni Centrales (centric
Bacillariophyceae) dan Pennales (pennate Bacillariophyceae). Bacillariophyceae penat
(pennate) memiliki ciri yaitu bentuk sel simetri bilateral yang umumnya memanjang, atau
berbentuk sigmoid seperti huruf “S”, sedangkan Bacillariophyceae sentrik (centric)
memiliki ciri yaitu bentuk sel simetri radial dengan satu titik pusat (Nontji, 2008).
b. Kelas Dinophyceae (Dinoflagellata)
Dinoflagellata adalah kelompok kelas fitoplankton yang sangat umum
dijumpai di perairan setelah kelas Bacillariophyceae. Umumnya Dinoflagellata
berukuran 5 - 200 μm (Kennish, 1990). Genus Dinoflagellata yang sering ditemui di
perairan antara lain Ceratium, Peridinium, dan Dinophysis. Karakteristik dari kelas
Dinoflagellata ini adalah bersel tunggal, tidak memiliki cangkang luar berwarna coklat
muda, dan mempunyai sepasang flagella yang digunakan untuk melakukan pergerakan di
dalam air (Nybakken, 2005).
Beberapa spesies dari kelas Dinoflagellata memiliki bioluminescent sehingga
dapat berkilau di perairan pada malam hari seperti Noctiluca scintillans yang dapat
menghasilkan cahaya biru muda (Nontji, 2008). Dinoflagellata memiliki ciri lain yaitu
adanya alat gerak berupa flagela yang bentuknya seperti bulu cambuk. Berdasarkan
lokasi flagellanya dan cara hidupnya, Dinoflagellata terdiri atas dua kelompok besar yaitu
Desmokontae dan Dinokontae. Kelompok Dinokontae, kedua flagellanya berada pada
titik yang berbeda yaitu flagella transversal dan flagella longitudinal. Kelompok
Desmokontae, terdapat dua flagella yang semuanya berlokasi pada ujung anterior sel.
Dinoflagellata dinding selnya terdiri dari selulosa yang kuat dan sangat tebal seperti
pelat-pelat perisai yang melindungi sel bagian dalam. Pelat perisai ini adalah hal yang
sangat penting untuk proses identifikasi jenis Dinoflagellata (Nontji, 2008).
Beberapa jenis Dinoflagellata dapat membentuk kista (cyst) dan di dasar perairan
melakukan istirahat panjang. Setelah melakukan istirahat panjang kemudian
Dinoflagellata akan tumbuh kembali bahkan sampai terjadi ledakan populasi dan
menimbulkan masalah lingkungan Beberapa spesies Dinoflagellata juga ada yang dapat
menghasilkan toksin dan menyebabkan kematian bagi organisme lain, namun ada
beberapa spesies Dinoflagellata yang mempunyai peranan penting bagi perikanan, karena
merupakan makanan bagi banyak jenis ikan yang memiliki nilai ekonomi (Nontji, 2008).
c. Kelas Cyanophyceae (Alga Hijau Biru)
Kelompok dari kelas Cyanophyceae memiliki karakteristik khusus yaitu
adanya zat warna hijau kebiruan (Cyanophysin) atau biasa disebut pigmen
fikosianin. Cyanophyceae tidak memiliki flagella sebagai alat gerak sehingga
pergerakannya hanya dengan meluncur (Kabinawa, 2006). Organisme ini juga memiliki
pigmen lain yaitu fikoeritrin yang berwana merah, klorofil, karoten, dan xantofil. Ciri
umum dari kelas ini adalah sel berbentuk bola atau silinder dengan ukuran 0,2-2 μm.
Cyanophyceae dapat bertoleransi terhadap kisaran suhu yang lebih tinggi (di atas 30°C)
dibandingkan kisaran suhu pada kelompok Chlorophyceae dan diatom (Effendi, 2003).
Kelas Cyanophyceae atau biasa disebut kelompok alga hijau biru umumnya
ditemukan di perairan dangkal, perairan pantai tropis, namun dengan kelimpahan yang
rendah (Kennish, 1990). Seluruh Cyanophyceae terdiri dari tujuh familia yaitu
Scytonemacae, Nostoccacae, Rivulariaceae, Stegionemataceae, Notohopsidae,
Chroococcacae, dan Oscillatoriaceae (Nybakken, 2005).
d. Kelas Chlorophyceae
Chlorophyceae umumnya hidup di air tawar dan fitoplankton jenis ini merupakan
yang paling banyak ditemukan di perairan air tawar Indonesia, namun ada juga yang
hidup di air payau dan asin. Chlorophyceae memiliki kloroplas yang berwarna hijau,
mengandung pigmen klorofil a dan b serta karotenoid. Pigmen yang paling banyak
ditemukan yaitu pigmen klorofil a, sehingga menyebabkan alga ini berwarna hijau
dominan. Chlorohyceae memiliki cadangan makanan dalam bentuk pirenoid dan dinding
selnya yang terdiri dari selulosa (Effendi, 2003).
e. Kelas Euglenophyceae
Euglenaphyceae adalah organisme bersel satu, memiliki klorofil dan mampu
melakukan proses fotosintesis, umumnya hidup di air tawar yang kaya bahan
organik. Pada permukaan air yang tenang, beberapa genera dalam kelompok ini mampu
membentuk kista yang menutupi seluruh permukaan perairan dengan warna merah, hijau,
kuning atau ketiganya (Wetzel & Likens, 1979). Euglenaphyceae memiliki bentuk sel
oval yang memanjang serta memiliki bintik mata yang sangat sensitif atau peka terhadap
cahaya dan terdapat di bagian atas tubuhnya.
Euglenaphyceae memiliki peranan penting dalam suatu perairan antara lain
sebagai produsen primer di air tawar dan sebagai indikator pencemaran organik. Adapun
spesies yang termasuk dalam kelas Euglenaphyceae dan sering dijumpai di perairan
Indonesia yaitu E. sanguines, E. viridis, Euglena hematoides, E. acus, E. oxyuris, dan E.
Fragillaria., E. deses.
f. Kelas Crysophyceae
Kelas Crysophyceae terdiri dari satu sel, memiliki alat gerak satu atau dua flagella
dan umumnya memiliki diameter kurang dari 30 μm. Banyak dari spesies kelas ini
merupakan tumbuhan fotosintesis dan beberapa adalah heterotroph (Kennish, 1990).

B. Pengertian Zooplankton
Secara istilah zooplankton berasal dari bahasa Yunani yaitu “zoon” yang berarti
“binatang” dan “planktos” yang artinya”pengembara” atau “penghanyut”.
Zooplankton yang juga disebut heterotrof plankton adalah organisme kecil yang
membutuhkan senyawa organik di mana karbon diekstrak untuk pertumbuhannya.
Heterotrof dikenal sebagai “konsumer” atau tidak dapat membuat makanan sendiri dalam
rantai makanan dan hanya bergantung pada yang lain.
Peran zooplankton dalam ekosistem sebagai konsumen, maka zooplankton ini
dapat memakan fitoplankton dan sesama zooplankton.

C. Produktivitas primer
Produktivitas primer merupakan deskripsi kuantitatif yang menyatakan kesuburan
perairan terutama oleh organisme akuatik fitoplankton. Kelimpahan fitoplankton pada
suatu badan air akan memengaruhi laju produktivitas primer, sementara kelimpahan
fitoplankton dipengaruhi oleh keberadaan zooplankton. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui hubungan nilai produktivitas primer dengan keanekaragaman dan
kelimpahan plankton di muara Sungai Cikamal dan muara Sungai Cirengganis. Penelitian
ini dilaksanakan dengan menggunakan metode survey menggunakan botol gelap-terang
serta dilakukan pengukuran karakteristik fisikokimia perairan. 

Anda mungkin juga menyukai