Puji syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT, atas berkat izin dan
petunjuk-Nya alhamdulillah penyusun panjatkan karena rahmat dan hidayah-Nya
penyusun bisa menyelesaikan tugas makalah ini, serta shalawat dan salam
penyusun haturkan untuk Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat
manusia ke zaman yang berilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan pada saat
ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat membawa wawasan, khususnya bagi
penyusun dan umumnya bagi para pembaca yang budiman
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Negara Indonesia adalah negara yang subur dan kaya akan sumber daya
alam. Dengan banyaknya sumber daya alam, maka salah satu kekayaan alam
yang bisa kita manfaatkan adalah sumber daya alam hayati. Alga adalah salah
satunya, selain dapat di manfaatkan, alga juga memiliki banyak peranan yang
sangat penting khususnya bagi kaum ilmuan atau peneliti yaitu dapat
dijadikan objek penelitian dalam bidang-bidang tertentu.
Alga dalam istilah Indonesia sering disebut sebagai ganggang merupakan
tumbuhan talus karena belum memiliki akar, batang dan daun sejati. Alga
dikelompokkan dalam beberapa klasifikasi menurut Harol Blood yaitu
Cholorophyta (Green Algae), Phaeophyta (Brown algae),Rhodopyta (Red
algae), Chrysophyta (Gold algae) Bacillariophyta (Diatom),dan Pyrrophyta
yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu alga Uniselluler. Berikut adalah
penjelasan mengenai salah satu jenis alga yaitu Divisi Phaeophyta (Brown
Algae) menyangkut ciri-ciri umum, habitat, struktur tubuh, reproduksi,
klasifikasi serta peranannya dalam kehidupan manusia.
Ganggang dapat hidup di air tawar dan di air laut, tetapi ada pula yang
hidup di tempat-tempat yang lembap, seperti dinding tembok kamar mandi,
batu-batuan, atap rumah, atau kulit-kulit pohon. Ganggang juga memiliki ciri
lain yang sama dengan Protista, yaitu memiliki membran inti, ada yang
bersifat uniseluler dan ada yang multiseluler.
I.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimama Biologi dan siklus Hidup Algae?
2. Bagaimana Biologi dan Siklus Hidup Protozoa?
3. Bagaimana Peranan algae dan protozoa dalam kehidupan?
I.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Biologi dan Siklus Hidup Algae..
2. Untuk Mengetahui Biologi dan Siklus Hidup Protozoa.
3. Untuk Mengetahui Peranan algae dan Protozoa dalam kehidupan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. CHLOROPHYTA
Alga hijau merupakan kelompok terbesar dari vegetasi alga. Alga
hijau termasuk dalam divisi chlorophyta bersama charophyceae. Divisi
ini berbeda dengan divisi lainnya karena memiliki warna hijau yang
jelas seperti pada tumubuhan tingkat tinggi karena mengandung
pigmen klorofil a dan klorofil b lebih dominan dibandingkan karotin
dan xantofil. Hasil asimilisasi beberapa amilum, penyusunnya sama
pula seperti pada tumbuhan tingkat tinggi yaitu amilose dan
amilopektin.
2. Susunan Tubuh
Alga hijau mempunyai susunan tubuh yang bervariasi baik
dalam ukuran maupun dalam bentuk dan susunanya. Ada
Chlorophyta yang terdiri dari sel-sel kecil yang merupakan
koloni berbentuk benang yang bercabang-cabang atau tidak,
ada pula yang membentuk koloni yang menyerupai kormus
tumbuhan tingkat tinggi.
Dari banyaknya variasi tersebut alga hijau dikelompokan
sebagai berikut:
a. Sel tunggal (uniseluler) dan motil, contoh:
Chlamidomonas
b. Sel Tunggal dan non motil, contoh: Chlorella
c. Koloni senobium yaitu koloni yang mempunyai jumlah
sel tertentu sehingga mempunyai bentuk yang relatif
tetap, contoh: Volvox, Pandorina.
d. Koloni tidak bertauran, contoh: Tetraspora
e. Berbentuk – filamen tidak bercabang, contoh: Ulothrix,
Oedogonium
Filamen bercabang, contoh: Chladhopora, Pithopora
a. Hetemtrikus, yaitu filamen bercabang yang bentuknya
terbagi menjadi bagian yang rebah (prostrate) dan
bagian yang tegak, contoh: Stigeoclonium
b. Foliaceus atau parenkimatis, yaitu filamen yang
pembelahan sel vegetatisnya terjadi lebih dari satu
bidang, contoh: Ulva
c. Tubular, yaitu talus yang memilik banyak inti tanpa
sekat melintang, contoh: Caulerpa
3. Susunan Sel
Dinding Sel
Dinding sel tersusun atas dua lapisan, lapisan bagian
dalam tersusun oleh selulosa dan lapisan luar adalah pektin.
Tetapi beberapa alga bangsa Volvocales dindingnya tidak
mengandungselulosa, melainkan tersusun oleh glikoprotein.
Dinding sel Caulerpales mengandung xylhan atau mannan.
Banyak jenis Chlorophyceae mempunyai tipe ornamentasi
dinding yang berguna dalam klasifikasi. Dinding sel selain
disusn oleh selulosa sebagai penyusun utama, sel-sel terbut
juga biasanya mengandung vakuola pusat yang besar yang
diliputi oleh selapis sitoplasma. Di dalam sitoplasma
terdapat butir kloroplas atau lebih. Kloroplas ini pun kerap
berisi massa protein cadangan, yang disebut pirenoid, yang
juga meupakan pusat pembentukan pati. Pirenoid umumnya
diliputi oleh butiran-butiran pati.
Kloroplas
Kloroplas terbungkus oleh sistem membran
rangkap. Pigmen yang terdapat dalam kloroplas yaitu
klorofil a dan klorofil b, beta-karoten serta berbagai macam
xantofil, luten, violaxanthin, zeaxanthin. Kloroplas di
dalam sel letaknya mengikuti bentuk dinding sel (parietal),
contoh : Ulothrix atau di tengah lumen sel (axial) contoh :
Muogothia. Pada umumnya satu kloroplas setiap sel tetapi
pada Siphonales, Zignematales terdapat lebih dari satu
kloroplas setiap sel. Kloroplas ini pun kerap berisi massa
protein cadangan, yang disebut pirenoid, yang juga
meupakan pusat pembentukan pati. Pirenoid umumnya
diliputi oleh butiran-butiran pati, pirenoid ini berasal dari
hasil asimilasi berupa tepung dan lemak.
Bentuk kloroplas sangat bervariasi, oleh karena itu penting
untuk klasifikasi dalam tingkatan marga. Variasi bentuk
kloroplas sebagai berikut
Bentuk mangkuk, contoh : Chlamydomonas
Bentuk sabuk (girdle), contoh : Ulothrix
Bentuk cakram, contoh : Chara
Bentuk anyaman, contoh: Oedogonium
Bentuk spiral, contoh : Spirogyra
Bentuk bintang, contoh : Zygnema
Inti Sel
Inti dari Chlorophyceae seperti pada tumbuhan
tingkat tinggi diselubungi membran inti dan terdapat
nukleus dan kromatin. Inti umumnya tunggal, tetapi
beberapa anggota misalnya jenis yang tergolong dalam
bangsa Siphonales memiliki inti lebih dari satu.
Cadangan Makanan
Cadangan makanan merupakan amilum seperti pada
tumbuhan tinggi tersusun sebagai rantai glukosa tidak
bercabang yaitu amilose dan rantai yang bercabang
amilopektin. Seringkali amilum tersebut terbentuk dalam
granula bersama dengan badan protein dalam plastida
disebut piretinoid, Pirenoid umumnya diliputi oleh butiran-
butiran pati, pirenoid ini berasal dari hasil asimilasi berupa
tepung dan lemak. Tetapi beberapa jenis tidak mempunyai
pirenoid dan jenis yang demikian ini merupakan golongan
Chlorophyceae yang telah tinggi tingkatannya. Jumlah
pirenoid umumnya dalam tiapel tertentu dan alat digunakan
sebagai taksonomi.
Flagel
Dua tipe pergerakan fototaksis pada Chlorophyceae, yaitu:
Pergerakan dengan flagela
Pada umumnya sel alga hijau baik sel vegetatif maupun
sel generatif dijumpai adanya alat gerak. Flagela pada
kelas Chlorophyceae selalu bertipe whiplash
(akronematik) dan sama panjang (isokon), kecuali pada
bangsa Oedogoniales memiliki tipe stefanokon. Flagela
dihubungkan dengan struktur yang sangat luas disebut
aparatus neuromotor, merupakan granula pada pangkal
dari tiap flagela disebut blepharoplas. Tiap flagela terdiri
dari axonema yang tersusun oleh 9 dupklet mikrotubula
mengelilingi bagian tengah terdapat 2 singlet
mikrotubula. Struktur semacam ini dikenal sebagai
susunan 9 + 2, flagela tersebut dikelilingi oleh selubung
plasma.
Pergerakan dengan sekresi lendir.
Dalam monografi tentang desmid, ditunjukan terjadi
pergerakan pada desmid di permukaan lumpur dalam
laboratorium. Pergerakan tersebut disebabkan adanya
stimulus cahaya yang diduga oleh adanya sekresi lendir
melalui porus dinding sel pada bagian apikal dari sel.
Selama pergerakan ke depan kutub belafadul dari satu
sisi ke sisi yang lain sehingga lendir bagian belakang
seperti berkelok-kelok
4. Perkembanganbiakan
Alga berkembang biak secara aseksual dan secara seksual.
Perkembangbiakan aseksual (vegetative) terjadi melalui
beberapa cara, di antaranya fragmentasi, membelah diri, dan
pembentukan spora kembar.
Perkembangbiakan Vegetatif
a. Fragmentasi adalah cara berkembang biak alga secara
vegetatif yang terjadi pada alga yang berbentuk
lembaran dan benang.
b. Sementara itu, perkembangbiakan secara membelah diri
umumnya terjadi pada alga uniselular. Adapun pada
perkembangbiakan dengan cara pembentukan spora
kembara, akan dihasilkan spora berflagela yang dapat
berenang. Spora tersebut dinamakan spora kembara (
oospora) karena dapat berenang dan mengembara.
Contoh alga yang melakukan perkembangbiakan
dengan membentuk zoospora adalah Chlamydomonas
sp.
Perkembangbiakan Aseksual
Perkembangbiakan dengan cara membentuk sel khusus
yang mampu berkembang menjadi individu baru tanpa
terjadinya peleburan sel kelamin. Pada umumnya terjadi
dengan perantara spora, oleh karena itu sering disebut
perkembangbiakan secara sporik.
Zoospora dibentuk oleh sel vegetative, tetapi beberapa
tumbuhan terbentuk dalam sel khusus disebut sporangin.
Zoospora setelah periode berenang beberapa waktu berhenti
pada substrat yang sesuai. Umumnya dengan ujung
anterior. Flagella dilepaskan dan terbentuk dinding, selama
poses ini alga mensekresikan lendir yang berperan untuk
mempertahankan diri.
Menurut litelatur yang lain perkembangbiakan secara
asexual terjadi dengan pembentukan zoospore, yang
berbentuk buah per dengan 2 – 4 bulu cambuk tanpa
rambut- rambut mengkilap pada ujungnya, mempunyai 2
vakuola kontraktil, kebanyakan juga suatu bintik mata
merah, dengan kloroplas di bagian bawah yang berbentuk
piala atau pot.
Perkembangbiakan Sexsual
Perkembangbiakan Sexsual pada alga dapat
dilakukan dengan cara isogami, anisogami, oogami, dan
konjugasi.
a. Isogami adalah peleburan dua sel kelamin yang bentuk
dan ukurannya sama. Oleh karena bentuk dan ukuran
sel kelamin tersebut sama maka tidak dapat dibedakan
antara sel kelamin jantan dan sel kelamin betina.
b. Anisogami adalah peleburan antara dua sel kelamin
yang bentuknya sama, tetapi ukurannya berbeda.
Biasanya, sel kelamin jantan berukuran lebih kecil
dibandingkan dengan sel kelamin betina.
c. Oogami adalah peleburan antara dua sel kelamin yang
bentuk dan ukurannya berbeda. Pada proses oogami
dapat dibedakan antara sel kelamin jantan (sperma) dan
sel kelamin betina (ovum). Ovum berukuran lebih besar
daripada sperma dan tidak berflagela.
d. Konjugasi adalah perkembangbiakan generatif yang
merupakan peristiwa peleburan dua sel kelamin yang
sama ukuran dan bentuknya.
5. Pergiliran Generasi
Tidak hanya asal usul reproduksi sesual tetapi juga tentang
asal – usul pergiliran generasi yang erat hubunganya dengan
proses seksual, pada ganging pun dapat diikuti jejaknya. Pada
siklus hidup tumbuhan biji tertutup, fase yang paling terkemuka
dan dominan yaitu tumbuhan itu sendiri termasuk generasi
sporofit atau generasi diploid. Hal ini juga berlaku bagi semua
tumbuhan berpembuluh lainnya. Generasi gametofit yang
berikutnya merupakan fase dalam siklus hidupnya yang tidak
menonjol dan fase tereduksi (berumur singkat).
Meskipun demikian, tubuh tumbuhan tidak selalu
merupakan gase diploid. Pada gangang terdapat hal yang sangat
beragam pada sifat ke dua generasinya. Tubuh tumbuhan
kebanyakan koloni gangang hijau yang berfilamen dan yang
tidak termasuk generasi haploid atau gametofit. Tumbuhan
tersebut menghasilkan gamet – gamet haploid, atau gametofit.
Tumbuhan tersebut menghasilkan gamet – gamet haploid yang
dapat saling melebur diri membentuk zigot. Zigot ini
merupakan sporofit, karena meiosis terjadi pada zigot
berkecambah. Pada Oedogonium misalnya, telur yang telah
dibuahi merupakan satu – satunya sel diploid, sedangkan
kesemua struktur lain pada tumbuhan tersebut meliputi
filament, zoospore asexual, gamet, dan spora – spora yang
terbentuk sesudah meiosis, termasuk generasi gametofit.
Pada Spirogyra pada saat terjadinya perkecambahan,
nucleus zigospora berkembang menjadi empat nucleus, masing
– masing dengan jumlah kromosom n (haploid). Tiga dari
keempat nucleus itu gugur, namun nucleus yang keempat
menjadi nucleus sel pertama filament yang baru. Asal – usul
tubuh tumbuhan tinggi yang bersifat diploid tidak dapat di cari
diantara spesies semacam itu, karena semua struktur
vegetatifnya termasuk generasi gametofit.
Di antara tipe – tipe siklus hidup yang dijumpai pada
gangang ialah yang generasi diploidnya merupakan fase
menyolok dalam siklus hidupnya, sedang generasi haploid
menjadi terdesak dan ada kemungkinan sangat tereduksi. Siklus
hidup semacam itu, yang mendekati daur hidup tumbuhan biji,
terutama ditemukan di antara gangang coklat. Pada tipe ketiga
kedua generasi tidak tergantung sesamanya, dan banyak
persamaanya sampai kepada ukurannya. Siklus hidup semacam
itu dijumpai pada gangang hijau tertentu, beberapa
jenisgangang coklat, dan kebanyakan gangang merah.
Bagaimanapu, gangang mrah dan coklat tidak dapat diterima
sebagai nenek moyang suatu bentuk kehidupantumbuhan
tingkat tinggi. Perlengkapan untuk fotosintesis golongan
gangang tersebut tidak serupa dengan yang dimiliki tumbuhan
tingkat tinggi, dan kedua macam algae tersebut telah menjadi
sedemikian terspesialisasinya sesuai dengan kehidupan di laut.
Secara umum dari bahasan diatas pergiliran generasi atau
keturunan dari gangang hijau dapat dibedakan menjadi :
1. Isomorf (tumbuhan sporofit sama dengan tumbuhan
gametofit)
2. Heteromorf (tumbuhan sporofit tidak sama dengan
tumbuhan gametofit)
1. Volvocales
2. Tetrasporales
3. Ulotrichales
4. Oedogenales
5. Ulvales
6. Schizogonales
7. Chlorococales
8. Siphonales
9. Siphonacladades
10. Zygnematales
1. Micromunadophyceae
2. Charophyceae
3. Ulvophyceae
4. Pleurastrohyceae
5. Chloophyceae
b. Ulothrix
Pada gangang ini filamennya juga tidak bercabnag-cabang,
melainkan terdiri dari sebaris sel yang silindris dan pendek
berkaitan pada ujung pangkalnya. Sel pangkal biasanya
berubah menjadi pelengkap. Tumbuhan ini dijumpai
menempel pada batu – batuan dan benda lain dalam sungai
kecil dan danau, tetapi juga terdapat dalam masa yang
terapung bebas, sebagaimana Spirogyra di permukaan air.
Setiap sel hanya mengandung kloroplas yang bentuknya
seperti sabuk yang terbuka pada kedua ujungnya. Kloroplas
itu dapat mengambil bentuk silinder yang sempurna atau
hanya sekitar sebagian selnya, dan mengandung satu atau
beberapa pirenoid. Reproduksi asexual pada Ulothrix
berlangsung dengan fragmentasi dan zoospore.
Pembentukan zoospore pada Ulothrix dapat dikemukakan
sebagai contoh dipertahankannya sifat nenek moyang dalam
ontogeny lebih kemudian ke tumbuhan yang bersangkutan.
Zoospore Ulothrix dengan demikian dapat mewakili
tingkatan permulaan dalam evolusi tumbuhan bersel
banyak, tingkatan tersebut merupakan periode pertumbuhan
bersel tunggal dan serupa dengan golongan flagelata yang
hidup sekarang. Ulothrix, bilamana berkembangbiak dengan
zoospora, dengan demikian dapat memberikan bukti
mengenai nenek moyang golongan flagelata.
c. Spirogyra
Studi tentang gangang berfilamen dimulai secara tepat
dengan pertimbangan beberapa spesies tumbuhan yang
dikenal sebagai spirogyra, yang berukuran besar, mudah
diidentifikasi, dan mempunyai daerah penyebaran yang
luas. Tmbuhan ini, yang membentuk massa berwarna hijau
cerah di permukaan kolam dan sungai beraliran tenang,
kerap kali disebut kekam kola. Benang – benangnya tidak
bercabang. Setiap sel mengandung sebutir kloroplas, atau
pada beberapa spesies bahkan dapat lebih banyak.
Kloroplas yang umumnya besar itu terikat dalam sitoplasma
tepat di dalam dinding sel. Plastid itu merupakan badan
seperti pita dengan tepi – tepi tidak rata, berpilin – pilin dari
pangkal sampai ke ujung sel. Pirenoid – pirenoid yang
dikelilingi oleh butiran pati, terikat dalam plastid pada
selang waktu yang beraturan dan merupakan cirri – cirri
menyolok pada selnya. Sitoplasma mengelilingi vakuola
besar di pusat. Nukleus, yang dikelilingi suatu kelubung
sitoplasma, terdapat di tengah – tengah sel, yang dihubung –
hubungkan oleh untaian sitoplasma meluas sampai vakuola
dan lapisan sitoplasma di tepi. Reprodukso aseksual pada
Spirogyra, ternyata amat sedrhana, Karen setiap sel akan
tumbuh dan membentuk suuatu filament. Karena pengaruh
aliran air atau pemberian makanan kepada ikan atau
binatang yang kecil akan memungkinkan fragmentasi
sehingga terbentuk taaman – tanaman baru. Repoduksi
seksual menyertakan peleburan dua gamet nonmotil
biasanya berasal dari dua filamen yang berainan, lalu
menghasilkan zigospora bulat atau bulat telur. Bilamana ada
dua filament berdekatan, maka zat berlendir akan melekat
padanya. Dari setiap sel yang berhadapan akan tumbh
papilla yang disebut tunas.
d. Protococcus
Organism ini adalah salah satu dari gangang hijau bersel
tunggal yang paling umum ditemukan di mana – mana,
hidup di darat, tumbuh sebagai selaput tipis berwarna hijau
pada batu – batuan yang selalu lembab, dinding, tongak -
tongak pagar, dan dengan pohon. Selnya bulat dan
mengandung satu kloroplas besar dan tercuping tepat di
dalam dinding sel. Satu – satunya cara perkembangbiakan
yang diketahui adalah dengan pembelahan sel, yang dapat
berlangsung pada salah satu dari ketiga bidang belahnya.
Sel – sel anak yang terbentuk dapat memisahkan diri atau
dapat pula tetap tinggal berlekatan untuk sementara dalam
kelompok yang terdiri atas dua, empat, delapan sel atau
bahkan lebih. Protococcus dianggap anggota family
gangang berfilamen yang mengalami pertumbuhan
teredeksi dengan demikian tidak mempunyai arti penting
adlam evolusi tumbuhan tungkat tinggi. Gangang bersel
tunggal lainnya yang agak serupa dijadikan contoh untuk
mewakili tingkat permulaan dalam evolusi tumbuhan bersel
banyak.
e. Oedogonium
Gangang ini umum terdapat dan tersebar luas, tumbuh
sebagai benang tidak bercabang, melekat pada tempat
tumbuh dengan pelengkap ketika masih muda, tetapi
biasanya mengapung dalam bentuk masa ketika matang.
Selnya mengandung sebutir kloroplas yang berbentuk
silindris dan seperi jala, dengan banyak sekali pirenoid.
Tumbuhan ini berkembang biak secara aseksual dengan
fragmentasi dan dengan zoospore berukuran besar,
berwarna hijau serta bulat atau bulat telur. Reproduksi
seksual pada Oedogonium ternyata agak rumit, namun
secara garis besar dapat diberikan gambaran yang cukup
mengenai proses yang berlangsung karena seksual melalui
oogami. Telur yang dihasilkan satu -satu dalam sel khusus
yang melebar dan disebut oogonium. Sel – sel khusus yang
menghasilkan sperma dinamakan anteridium.
8. Peranan Chlorophyta
Chlorophyta mempunyai peranan di dalam kehidupan sebagai :
a. Produsen dari ekosistem air
b. Sebagai alternatif bahan pangan bagi astronot, terutama
spesies chlorela (karena kandungan chlorelinnya banyak
mengandung vitamin E).
B. CHRYSOPHYTA
Divisi chrysophyta memiliki 3 kelas, berdasarkan pada,
persediaan karbohidrat, struktur kloroplas dan heterokontous flagelata.
Selain berdasarkan hal tadi divisi chrysophyta juga dapat dibagi ke
dalam 3 klas yaitu gangang hijau-kuning, gangang coklat-emas dan
diatom.
Dalam chrysophyta, prinsip fotosintesis pigmen biasanya terdiri
dari klorofil A dan C1/C2 dan karotenoid fukosantin. Pengelompokan
chrysophyta menunjukan perbedaan struktur kloroplas dan sering kali
terdapat tiga thylakoids disekitar periphery kloropla (girdle lamena).
Kloroplast terdiri dari dua membran (CER). Jarak periplastida antara
dua kloroplas dan retikulum endoplasma sempit dan kurang adanya
perbedaan struktur. Ribosom terdapat pada permukaan luar CER.
Tingkat plagenta yang paling tinggi yaitu heterokontous. Sel
heterokontous mempunyai dua flagel, yaitu flagel licin dan flagel
dengan bulu kaku seperti pipa atau mastigonema dalam dua baris.
Semua diatom benthic adalah pennate. Pada air jernih dan habitat
marine, diatom sering merupakan inisial koloni alga pada substrat di
bawah permukaan air. Sekresi mucilage oleh diatom dan bakteri
membentuk biofilm yang menyediakan substrat berikutnya oleh
organisme yang lain. Kepadatan pertumbuhan diatom menghasilkan
diskolorasi coklat keemasan.
1. Klasifikasi Chrysophyta
Chrysophyta dibagi menjadi 3 kelas yaitu:
Kelas Xanthopyceae
Kelas Chrysophyceae
Kelas Bacilloryphyceae / Diatomeae
Kelas Xanthophyceae
Xanthophyceae juga lazim dikenal dengan nama alga hijau
– kuning, karena alga ini mempunyai plastid hijau kekuningan,
warna ini disebabkan kelebihan Xanthofil. Salah satu contoh
dari kelas ini adalah Vaucheria yang berwarna hijau kuningdan
menyolok, tumbuh secara umum dan kerap kali ditelaah,
dahulunya dikelompokkan bersama – sama chlorophyta.
Bermacam – macam spesiesnya dapat hidup dalam air atau di
darat. Yang hidup di darat dapat ditemui tumbuh dalam massa
seperti beludru di kolam atau tepi sungai yang lembab, atau
dapat hidup sebagai selaput tipis di tanah kebun dan pot – pot
yang ada dalam rumah kaca.
Tumbuhan ini terdiri dari filamen yang berbentuk tabung,
kadang – kadang bercabang. Yang hidup di darat dapat
tertambat oleh rizoid, yaitu cabang – cabang seperti akar dan
tidak berwarna. Filamen berinti banyak dan tidak dibatasi oleh
dinding sekat, kecuali jika terdapat struktur reproduktif.
Filamen seperti itu dinamai senosit (Coenocyte). Adanya
senosit ini tidak hanya pada Vaucheria tetapi juga dijumpai
pada alga lain, fungi, dan bahkan pada jaringan tumbuhan
tingkat tinggi. Sitoplasma terdapat tepat di dalam dinding sel
dan mengelilingi vakuola besar di tengah – tengah. Di dalam
sitoplasma banyak inti, plastid berbentuk cakram yang tidak
dilemgkapi pirenoid, dan banyak sekali tetesan minyak.
Reproduksi berlangsung dengan cara asexual dan sexual
(oogami). Cara yang pertama biasanya dengan pembentukan
zoospora, satu demi satu dalam sporangium berbentuk gada
yang dipisahkan pada ujung – ujung cabang. Zoospora itu
multinukleat, permukaanya dilengkapi dengan amat banyak
flagela, yang terdapat berpasang – pasangan, maka zoospora
itu dianggap sebagai struktur majemuk yang merupakan
sejumlah besar zoospora kecil yang berflagela dua dan yang
tidak berhasil memisahkan diri. Zoospora memisahkan diri dari
sporangium melalui pori ujung, berenang – renang selama
beberapa saat, lalu menetap, flagela pun hilang, kemudian
berkecambah untuk menjadi tumbuhan baru.
Bilamana bereproduksi secara seksual, maka oogonia dan
anteridia biasanya terbentuk pada filamen yang sama, pada
cabang lateral yang sama, atau dapat pula pada cabang yang
berdekatan. Oogonia terdapat di ujung atau pada percabangan
sisi yang dipisahkan oleh dinding dari filamen utama atau
cabang fertil. Satu telur uninukleat besar yang mengandung
plastid dan tetesan minyak terdapat di dalam oogonium.
Anteridium terdiri dari bagian terminal suatu cabang sisi,
biasanya melengkung dan mengandung sejumlah besar sperma
berflagela sangat kecil. Spema keluar melalui pori – pori pada
anteridium dan memasuki oogonium melalui pori. Salah satu
spema bersatu dengan inti dalam telur. Setelah pembuahan,
terjadilah zigot yang membentuk dinding tebal lalu menjalani
masa dorman. Sesudah perkecambahan, zigot itu tumbuh
langsung menjadi filamen baru.
Kelas Chrysophyceae
Pada Chrysophyceae dilakukan secara vegetative dengan
membelah secara longitudinal dan fragmentasi, ada 2 macam
yaitu:
1. Koloni memisah menjadi dua bagian atau lebih.Sel tunggal
melepaskan diri dari koloni kemudian membentuk koloni
yang baru.
2. Sporik, dengan membentuk zoospore (untuk sel-sel yang
tidak memiliki flagel) dan statospora. Statospora yaitu tipe
spora paling unik yang diketemukan pada chrysophyta,
khususnya pada kelas-kelas chrysophyceae dengan bentuk
sporis dan bulat. Dinding spora bersilia, tersusun oleh dua
bagian yang saling tumpang tindih, mempunyai lubang atau
pora yang ditutupi oleh sumbat yang mengandung gelatin.
Kelas Bacillariophyceae
Reproduksi Bacillariophyceae (Reproduksi diatom terjadi
secara seksual dan aseksual.)
Pada saat diatom bereproduksi secara
aseksual melalui mitosis, hipoteka dan epiteka memisah.
Setiap bagian akan membentuk bagian baru di dalam
bagian yang lama. Artinya, hipoteka sel lama menjadi
epiteka sel baru dan epiteka sel lama tetap menjadi epiteka
sel baru. Jadi, salah satu sel anakan berukuran tetap,
sedangkan satu sel anakan lainnya berukuran lebih kecil
daripada sel induknya. Pembelahan mitosis terus
berlangsung sampai terbentuk sel anakan yang berukuran
sekitar 30% dari besar sel aslinya. Setelah mencapai
ukuran minimum tersebut, diatom kemudian
bereproduksi secara seksual. Sel diatom menghasilkan
sperma dan telur. Sperma kemudian bergabung dengan
telur membentuk zigot. Zigot akan tumbuh dan
berkembang menjadi berukuran normal seperti aslinya.
Setelah diatom mencapai ukuran normal, diatom akan
kembali melakukan reproduksi aseksual melalui
pembelahan mitosis.
C. PHAEOPHYTA
Ganggang coklat adalah salah satu ganggang yang tersusun atas zat
warna atau pigmentasinya. Phaeophyta (ganggang coklat) ini berwarna
coklat karena mengandung pigmen xantofis. Bentuk tubuhnya seperti
tumbuhan tinggi. Ganggang coklat ini mempunyai talus (tidak ada
bagian akar, batang dan daun), terbesar diantara semua ganggang
ukuran tulusnya mulai dari mikroskopik sampai makroskopik.
Ganggang ini juga mempunyai jaringan transportasi air dan makanan
yang anolog dengan transportasi pada tumbuhan darat, kebanyakan
bersifat autotrof.
Setiap organisme tersusun dari salah satu diantara dua jenis sel
yang secara struktural berbeda, sel prokariotik dan sel eukariotik.
Hanya bakteri dan arkhea; alga hijau biru yang memiliki sel
prokariotik. Sedangkan protista, tumbuhan, jamur dan hewan
semuanya mempunyai sel eukariotik
Golongan Isogeneratae
Contoh: Ectocarpus
Golongan Heterogenerate
Contoh: Laminaria
Golongan Cyelosporae
Contoh: Fucus
a. Habitat
b. Pigmen
c. Perkembangbiakan
Memiliki bentuk tubuh yang berbeda pada tiap fase dalam siklus
hidupnya.
Protozoa memiliki alat gerak yaitu ada yang berupa kaki semu, bulu
getar (cillia) dan bulu cambak (flagel) atau dengan sel itu sendiri.
Sub-phylum Mastigophora
Sub-phylum Opalinata
Sub-phylum Sarcodina
2. Mastigophora
3. Sporozoa
Sporozoa memiliki tubuh yang sederhana berbentuk bulat panjang
dengan sebuah nukleus. Tidak mempunyai alat gerak atau (bergerak
dengan sel itu sendiri) maupun vakuola kontraktil. Disebut Sporozoa
karena dalam tahap tertentu dalam hidupnya, dapat membentuk sejenis
spora.
4. Ciliata
Memiliki bentuk relative tetap dan bergerak dengan rambut getar
atau disebut cilia. Memiliki inti dan beberapa species intinya lebih dari
satu, contoh Paramecium aurelia. Hidup di tempat-tempat yang berair
misal: sawah, rawa, tanah berair dan banyak mengandung bahan
organik. Bagi yang hidup bebas terdapat vakuola kontraktil, sementara
hewan parasit tidak ada. Respirasi dan ekskresi melalui permukaan
tubuh.
PENUTUP
III.1 Kesimpulan