Anda di halaman 1dari 23

PENGAMATAN CYANOBACTERI

LAPORAN PRAKTIKUM

Disusun untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Mikrobiologi


Yang Dibimbing oleh Bapak Agung Witjoro, S. Pd, M. Kes

Disusun oleh :
Kelompok 6
Offering C
Atika Nurlailika O. 130341614795
Auliyah Shofiyah 130341614790
Intan Sartika Risky S. 130341614811
Miftahul Roqhmah 150341603883
Retza Firmanda 130341603388
Ulfatur Rohmah 150341600067
Yuliati Jamilah 150341600279

The Learning University

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
APRIL 2017
A. TOPIK
1. Pengamatan Cyanobacteri
2. Pengamatan Lichenes
B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui macam-macam cyanobacteri
2. Mengetahui morfologi dan struktur lichenes
C. TANGGAL
Jumat 31 Maret 2017
D. DASAR TEORI
1. Cyanobakteri
Alga merupakan tumbuhan talus yang hidup d air, baik air tawar maupun air
laut, setidak-tidaknya selalu menempati habitat yang lembab atau basah. Yang
hidup di air ada yang bergerak aktif dan ada yang tidak (Tjitrosoepomo, 1981).
Alga merupakan eukariotik merupakan organisme yang mengandung satu pigmen
atau lebih klorofil ditamba pigmen-pigmen yang kita kenal sebagai karotenoid dan
biloprotein. Dalam sistem 5 kingdom, alga bukan nama takson dan tidak masuk
dalam kingdom plantae. Alg masuk dalam kingdom protista, karena mempunyai
ciri-ciri tubuh tersusun dari satu atau banyak sel, yang tidak berdiferensiasi
membentuk jaringan khusus (Jati, 2007).
Alga adalah sekelompok organisme autotrof yang tidak memiliki organ
dengan perbedaan fungsi yang nyata. Alga bahkan dapat dianggap tidak memiliki
organ seperti yang dimilliki tumbuan (akar, batang, daun, dan sebagainya),
karena itu, alga pernah digolongkan juga sebagai tumbuhan bertalus. Istilah
anggang pernah dipakai bagi alga, namun sekarang tidak dianjurkan karena dapat
menyebabkan kekacauan arti dengan sejumlah tumbuhan yang hidup di air
lainnya, seperti Hydrlla, dalam taksonomi yang banyak didukung para pakar
biologi, alga tidak lagi dimasukkan dalam satu kelompok divisi atau kelas
tersendri, namun dipisah-pisahkan sesuai dengan fakta-fakta yang bermunculan
saat ini. Dengan demikian alga bukanlah satu kelompok takson tersendiri
(Blatchley, 2012).
Alga biru-hijau kini dimasukkan sebagai bakteri sehingga dinamakan
Cyanobacteria, dengan demikian, sebutan alga menadi tidak valid.
Cyanobacteria memiliki struktur sel prokariotik seperti halnya bakteri, namun
mampu melakukan fotosintesis langsung karena memiliki klorofil. Sebelumnya
alga ini bersama bakteri masuk ke dalam kerajaan Monera. Akan tetapi dalam
perkembangan selanjutnya diketahui bahwa ia lebih banyak memiliki karakteristik
bakteri sehingga dimasukkan ke dalam kelompok bakteri benar (Eubacteria).
Sebagai tambaha, beberap akelompok organisme yang sebelumnya dimasukkan
sebagai bakteri, sekarang malah dipisahkan menjadi kerajaan tersendiri, Archaea.
Jenis-jenis alga lainnyamemiliki struktur sel eukariotik dan mampu
berfotosintesis, entah dengan klorofil maupun dengan pigmen-pigmen lain yang
membantu dalam asimilasi energi (Kirby, 2010). Semua alga atau ganggang
memerlukan lingkungan yang basah untuk melakukan proses-proses hidupnya
secara aktif tetapi banyak yang beralih ke dalam keadaan tidur yaitu tetap hidup
serta tidak melakukan pertumbuhan dan perkembangbiakan (Soemarwoto, 1980).
Dalam beberapa hal, organisasi selular ganggang hijau-biru berbeda dengan
yang ada pada tumbuhan tingkat tinggi dan malahan menyerupai bakteri.
Pembelahan sel terjadi dengan perluasan dinding selnya arah ke dalam berbentuk
cincin. Belum ditemukan satu pun struktur yang sama benar dengan nukleus
sebagaimana pada organisme lain, yang dilengkapi dengan kromosom, membran
nuklir dan nukleolus. Bahan nuklir yang dijumpai pada struktur yang tidak
beraturan namun kaya akan DNA, biasanya dinamai benda kromatin,dan
cenderung terpusat di bagian tengah sel, tetapi dapat juga tersebar. Seperti halnya
pada tumbuhan tingkat tinggi, klorofil terikat tetapi tidak berkumpul menjadi
grana. Pada kebanyakan spesies, lamela fotosintetik ini membentuk jalinan
kompleks yang menyebar ke seluruh sel dan menembus sitoplasma. Tetapi, pada
beberapa spesies, lamela tersusun dalam lapisan paralel di bagian luar sel. Jadi, di
dalam sel algae hijau-biru tidak ada benda khusus seperti nukleus, plastid, atau
sitoplasma (Kimball, 1987).
Beberapa spesies ganggang hijau biru dapat dimanfaatkan sebagai sumber
makanan alternatif, misalnya Spirulina sp. Beberapa spesies ganggang hijau-biru
yang bersimbiosis dapat menambat (fiksasi) nitrogen bebas, sehingga menambah
kesuburan tanah, misalnya : Anabaena azollae. Didalam klasifikasi, ganggang
biru digolongkan ke dalam Divisio Cyanophyta (Kimball, 1987). Anggota
ganggang hijau biru tersebar di berbagai tempat, yaitu di perairan, di tanah di batu
dan rekahan batu. Ganggang hijau biru mengandung jenis klorofil a, selain
mempunyai klorofil dan berbagai karotenoid organisme ini juga memiliki
fikosianin dan kadangkala fikoeritrin.Adanya fikosianin menyebabkan ganggang
hijau biru memiliki warna yang khas, yitu hijau kebiru-biruan. Akan tetapi tidak
semua ganggang hijau-biru berwarna hijau-biru, ada yang hitam, coklat, kuning,
merah, hijau rumput dan warna campuran. Sebagai contoh laut yang berwarna
merah disebabkan oleh ganggang hijau-biru yang mengandung sejumlah besar
fikoeritrin. Ganggang hijau biru berperan sebagai tubuhan perintis, yaitu dengan
cara membentuk lapisan pada permukaan tanah gundul dan berperan penting
dalam menambah materi organik.
Ciri ciri ganggang hijau-biru (Tjitrosoepomo, 1994) :
a. Intinya tidak diselubungi oleh membran
b. Dinding sel terletak di antara plasmalema dan selubung lendir
c. Beberapa ganggang hijau biru yang berkoloni dengan bentuk filamen
memiliki heterotista dan spora istirahat. Heterotista adalah sel yang lebih
tebal dan tidak memiliki inti. Spora istirahat merupakan spora yang
dindingnya sangat tebal dan di dalamnya berisi sel.
d. Bentuk organisme ini bisa uniseluler sel yang membentuk koloni adalah
serupa sedangkan bentuk filamen tersusun dari sekumpulan sel yang
membentuk rantai trikoma (seperti tabung), dan selubung
Perkembangbiakan ganggang hijau-biru (Tjitrosoepomo, 1994) :
Perkembangbiakan dilakukan dengan pembelahan sel, fragmentasi, dan
pembentukan spora.
1. Pembelahan sel, melalui cara ini sel dapat langsung terpisah atau tetap
bergabung membentuk koloni.
2. Fragmentasi, fragmentasi terutama pada ganggang yang berbentuk
filament, misalnya : Oscillatoria sp. Pada filamen yang panjang bila salah
satu selnya mati, maka sel mati itu membagi filamen menjadi dua atau
lebih masing-masing potongan disebut hormogonium. Bila hormogonium
terlepas dari filamen induk maka akan menjadi individu baru, misalnya
pada Plectonema boryanum.
3. Spora, pada keadaan yang kurang menguntungkan akan terbentuk spora
yang sebenarnya merupakan sel vegetatif, spora ini membesar dan tebal
karena penimbunan zat makanan. Ganggang hijau biru dapat bergerak
dengan gerakan meluncur, tetapi gerakan ini sangat lambat, kira-kira 250
mikrometer permenit
Kelompok ganggang ini dapat melakukan proses fotosintesis, karena
mempunyai pigmen hijau (klorofil). Kehadiran ganggang ini dalam habitat antara
lain dapat menyebabkan (Tjitrosomo, 1983) :
a. Lendir, sehingga air menjadi licin dan lama-kelamaan berbau. Ini terutama
dihasilkan oleh Anacystis, Oscillatoria, dan Phomidium.
b. Dapat merubah warna air, misalnya oleh Anacystis nidulans dapat mengubah
warna air menjadi biru-hijau dan Oscillatoria prilifica dapat mengubah warna
air menjadi ungu, sedang Oscillatoria rubescens dapat merubah air menjadi
merah.
c. Dapat menyebabkan korosi pada senyawa besi, khususnya baja, misal jenis
Oscillatoria.
d. Menyebabkan perlunakan air, misalnya oleh jenis Anabaena, Aphanizomenon.
e. Dapat menghasilkan racun (toksin alga) yang berbahaya, misalnya Anabaena,
Anacystis, (Mycrocistis) dan sebagainya
Seperti halnya bakteri peluncur, alga hijau biru terbungkus dalam dinding
peptidoglikan yang dikelilingi selubung bergetah. Beberapa spesies bersel satu,
beberapa tumbuh sebagai filamen dari sel-sel yang berhubungan. Bakteri-bakteri
yang mampu berlokomosi melakukan dengan meluncur,kira-kira 2000 spesies
yang telah diidentifikasikan (Kimball, 1987). Sejumlah alga hijau biru berfilamen
dapat mengikat nitrogen atmosfer. Hal ini dilakukan dalam heterosista, yaitu sel
yang tidak berwarna yang berserakan diantara sel-sel fotosintetik dalam rantai.
Spesies inilah yang mekar bilamana fosfat tersedia didanau dan diperairan lainnya
yang air tawar. Ganggang hijau biru yang mengikat nitrogen juga penting karena
menjaga kesuburan padi (Kimball, 1987). Walaupun alga hijau biru itu
berfotosintesis dan bersifat prokariotik, mereka berbeda dengan bakteri
fotosintetik dalam banyak hal penting. Klorofilnya adalah klorofil a, yaitu
molekul yang sama enggan dijumpai pada tumbuhan alaga lain. Selain itu mereka
mampu menggunakan air sebagai sumber elektron dan dengan mereduksi
karbondioksida menjadi karbohidrat (Kimball, 1987).
2. Lichen
Lumut kerak merupakan simbiosis antara jamur dari golongan
Ascomycotina atau Basidiomycotina (mikobion) dengan Chlorophyta atau
Cyanobacteria bersel satu (fikobion). Tumbuhan ini tergolong tumbuhan perintis
yang ikut berperan dalam pembentukan tanah. Lumut kerak bersifat endolitik
karena dapat masuk pada bagian pinggir batu. Dalam hidupnya lichenes tidak
memerlukan syarat hidup yang tinggi dan tahan terhadap kekurangan air dalam
jangka waktu yang lama. Lichenes yang hidup pada batuan dapat menjadi kering
karena teriknya matahari, tetapi tumbuhan ini tidak mati, dan jika turun hujan bisa
hidup kembali (Indah, 2009 ).
Liken (latin=lumut pohon) merupakan organisme simbiosis yang terdiri atas
benang-benang fungi (hifa) dan alga hijau atau alga hujau-biru mikroskopis yang
hidup bersama dan berfungsi sebagai satu individu. Tubuh lichenes disebut talus
dan tidak menyerupai komponen alga maupun fungi. Lichenes tumbuh dengan
cepat pada bebatuan, tanah, pohon, atau setruktur artifisial apapun. Mereka dapat
hidup di kondisi ekstrim seperti di Afrika, Amerika, bahkan padang pasir.
Organisme ini berperan penting sebagai vegetasi perintis di beberapa habitat,
karena kemampuannya melakukan infasi pertama pada batu atau tanah yang baru
terkena sinar matahari (Suhono, 2012).
Terdapat sekitar 13.500 sepesies liken di permukaan bumi, yang sebagian
besar dipelajari di belahan bumi empat musim. Untuk memudahkan dalam
mempelajarinya, lichenes di kelompokkan berdasarkan bentuk hidupnya. Ada tiga
kelompok, yaitu crustose, foliose, dan fruticose. Namun, ketiga bentuk ini tidak
dapat dijadikan dasar taksonomi lichenes, karena lichenes yang tergolong satu
suku atau bahkan satu marga dapat berbentuk crustose, foliose, dan fruticose.
Banyak ahli lichenes menambahkan satu bentuk alga yaitu squamulose. System
pengklasifikasian lichenes masuk dalam system klasifikasi fungi (Suhono, 2012).
Tubuh talus lichenes sangat berbeda dari Fungi dan Alga lainnya. Jenis ini
merupakan tumbuhan dengan bentuk dan pertumbuhan yang sederhana. Pada tipe
Lichenes dengan talus lembaran, talus seluruhnya melekat dengan sisi bawahnya
pada alas sedangkan tipe Lichenes dengan talus berbentuk semak-semak, hanya
pangkal talus saja yang melekat pada alas dan ujungnya tetap bebas dan
bercabang-cabang seperti batang tanaman tingkat tinggi (Hasnunidah,2009).
Menurut bentuk pertumbuhannya, lumut kerak terbagi menjadi empat tipe yaitu
(Indah, 2009):

1. Krustos, jika talus terbentuk seperti kerak (kulit keras), berukuran kecil, datar
dan tipis. melekat erat pada substratnya (batu, kulit pohon atau tanah).
Contohnya : Physcia,Graphis scipta, Haematomma puniceum,
Acarospora atau Pleopsidium.Lichen krustos yang tumbuh terbenam di dalam
batu hanya bagian tubuh buahnya yang berada di permukaan yang biasanya
disebut endolitik.
2. Folios, jika talus berbentuk seperti daun. Thallusnya datar, lebar, banyak
lekukan seperti daun yang mengkerut berputar. Bagian permukaan atas dan
bawah berbeda. Lichenes ini melekat pada batu, ranting dengan rhizines.
Rhizines ini juga berfungsi sebagai alat untuk mengabsorbsi makanan.
Contohnya : Umbillicaria, Parmelia, Xantoria, Physcia, Peltigera.
3. Frutikos, jika talus tegak seperti semak atau menggac ntung seperti jumbai atau
pita. Thallus tumbuh tegak atau menggantung pada batu, daun-daunan atau
cabang pohon. Contohnya : Usnea longissima.
4. Squalumose, Lichen ini memiliki lobus-lobus seperti sisik, lobus ini disebut
squamulus yang biasanya berukuran kecil dan saling bertindih dan sering
memiliki struktur tubuh buah yang disebut podetia.
Contoh : Psora pseudorusselli, Cladonia carneola.

Lichenes dapat tumbuh pada kondisi ekstrem seperti Benua Arktika,


Antartika bahkan padang pasir. Organisme ini berperan penting sebagai fegetasi
perintis di beberapa habitat karena kemampuannya melakukan invasi pertama
pada batu atau tanah yang beru terkena sinar matahari (Suhono, 2012).
Lichenes tersebut memulai pembentukan tanah dengan melapukkan pohon
dan batu-batuan serta dalam proses terjadinya tanah. Lichenes sangat tahan
terhadap kekeringan. Jenis-jenis Lichenes yang hidup pada bebatuan pada musim
kering berkerut sampai terlepas alasnya tetapi organisme tersebut tidak mati dan
hanya berada dalam hidup laten/dormancy. Jika segera mendapat air maka tubuh
tumbuhan yang telah kering tersebut mulai menunjukkan aktivitasnya kembali.
Pertumbuhan talusnya sangat lambat. Ukuran tubuhnya dalam satu tahun tidak
mencapai 1 cm. badan buah yang baru akan tumbuh setelah Lichenes mengadakan
pertumbuhan vegetatif selama bertahun-tahun (Hasnunidah,2009).
Reproduksinya dapat melalui aseksual, vegetative, dan seksual. Reproduksi
secara aseksual umunya dilakukan oleh tipe Fructiose Lichenes. Fructiose Lichen
dapat dengan mudah melakukan fragmentasi. Sebagian besar fragmentasi tersebut
dilakukan saat musim kering atau saat talus pada Lichen mengalami kekeringan
dan memulai pertumbuhannya ketika mulai terdapat embun. Lichen yang
berkembang biak dengan cara vegetatif yaitu sebagai berikut
(Tjitrosoepomo,2009) :
1. Sebagian talus memisahkan diri yang kemudian akan berkembang menjadi
individu baru.
2. Perkembangbiakan melalui soredia. Soredia adalah kelompok sel-sel
ganggang yang sedang membelah diselubungi oleh hifa-hifa fungi.
Soredia ini sering terbentuk dalam bagian khusus dari talus yang
mempunyai batas-batas yang jelas yaitu sorala.
3. Perkembangbiakan dengan spora fungi yang hanya menghasilkan
Lichenes baru jika fungi tersebut dapat menemukan pasangan alga yang
cocok.
Perkembangbiakan secara seksual umunya terjadi pada Basidiolichen.
Perkembangbiakan ini melalui spora yang dihasilkan oleh hifa. Fungi yang
kemudian bertemu dengan pasangan alga yang cocok maka akan terjadi sexual
fusion dan pembelahan meiosis (Tjitrosoepomo,2009).
Menghasilkan metabolit sekunder yang ebrperan penting dalam
membedakan jenisnya. Penggunaan langsing dari senyawa sekunder ini dapat
dilihat pada produk obat-obatan, bahan pencelup, dan komponen parfum. Dialam,
senyawa ini berperaperan sebagai pertahanan diri liken sebagai herbifora, juga
membantu memecahkan substrat batu. Liken mengandung jenis sianobakteri
sebagai fotobion yang menyediakan nitrogen terfiksasi untuk lingkingan. Liken
merupakan penyedia makanan untuk kehidupan satwa liar seperti rusa, musang,
elk, tupai tikus dan klelawar, juga perlindungan bagi beberapa jenis ngengat.
Beberapa jenis burung menggunakan liken fructose untuk sarangnya. Di Jepang
liken di rebus dalam sup, dimakan mentah-mentah, dibuat salad, maupun di
konsumsi sebagai kudapan. Liken adalah organisme yang sensitive terhadap
kerusakan lingkungan sehingga berpotensi digunakan sebagai bioindikator atau
biomonitor dari kesetabilan suatu ekosistem (Suhono, 2012).
E. ALAT DAN BAHAN
Alat Bahan
Mikroskop Air Kolam
Kaca benda Lichen
Kaca penutup
Pipet
Silet
F. CARA KERJA
a. Pengamatan Cyano Bakteri

Cyanobakteri
Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan
Diambil 1 tetes air kolam
Diletakkan diatas kaca benda dan ditutup
dengan kaca penutup
Diamati macam macam cyano bakteri yang
Hasil Lichen
b. Pengamatan
terdapat pada air tersebut dibawah mikroskop

Lichen

Diambil Lichen dari pohon dengan disayat


Diletakkan pada kaca benda
Ditambahkan satu tetes air dan ditutup dengan
kaca penutup
Hasil
G. DATA
No Gambar Keterangan
1 Sinedesius sp
Perbesaran : 40x10

2 Gloeocapsa sp
Perbesaran 40 x 10

3 Synechococus sp
Perbesaran : 40 x 10

4 Lichen

A A: Hifa
B: Alga
Perbesaran : 40x10

H. ANALISIS DATA
1. Cyanobakteria
Pada praktikum kali ini dilakukan pengamatan cyanobacteria. Pengamatan
dapat dilakukan dengan mengamati air yang diambil di suatu kolam atau
danau yang yang sekiranya terdapat alga di dalamnya. Pada pengamatan
kelompok kami, sampel merupakan air kolam yang diambil di kolam samping
gedung Biologi. Pertama, air sampel diambil menggunakan pipet dan
kemudian diteteskan pada kaca benda, kemudian ditutup dengan kaca penutup
dan dilakukan pengamatan dibawah mikroskop. Pengamatan yang dilakukan
oleh kelompok kami dilakukan selama 3 kali untuk menemukan beberapa
spesies cyanobacteria yang sekiranya ada dalam air sampel.

Berdasarkan hasil pengamatan, dengan perbesaran 400x terlihat beberapa


organisme berwarna hijau dan lainnya dengan beragam bentuk. Namun untuk
melakukan perbesaran 1000x tidak dapat dilakukan karena keterbatasan alat
yang kurang begitu baik, sehingga pengamatan yang dilakukan menggunakan
perbesaran 400x. Beberapa spesies yang terlihat berdasarkan amatan
kelompok kami yaitu spesies A, spesies B, dan spesies C, dan ada beberapa
spesies lainnya. Spesies A terlihat memiliki bentuk cakram yang berkoloni
berjejeran, memiliki warna transparan dan di dalamnya terlihat bentukan
warna hijau. Diketahui berdasarkan kamus identifikasi alga, spesies A
merupakan Scenedesmus sp. dimana berdasarkan ciri-ciri yang ditunjukkan
oleh spesies ini merupakan kelompok alga, bukan merupakan cyanobacteria.
Kemudian spesies B terlihat dibawah mikroskop memiliki bentuk kotak
dengan ujung tumpul dan transparan, di dalamnya terdapat bentukan hijau
lonjong sekitar 4-8 buah. Diketahui berdasarkan buku identifikasi spesies B
merupakan Gloeocapsa sp. Gloeocapsa sp ini merupakan salah satu anggota
dari cyanobacteria. Dan spesies C berdasarkan pengamatan terlihat memiliki
bentuk 2 bentukan lonjong yang ditengahnya memiliki cekungan di kedua
sisinya dan berwarna hijau, serta terlihat beberapa bentukan tidak halus di
permukaannya. Berdasarkan buku identifikasi, diketahui ciri-ciri spesies C
sama dengan Synechococcus sp. Spesies ini merupakan salah satu anggota dari
cyanobacteria. Berdasarkan hasil pengamatan maka dapat diketahui bahwa
cyanobacteri yang ditemukan dalam sampel air kelompok kami hanya
Gloeocapsa sp. dan Synechococcus sp.
2. Lichen

Pada praktikum ini dilakukan pengamatan bagian penyusun lichen. Lichen


yang diambil menempel di pohon Sengon yang berada di Hutan Kota Malabar.
Lichen dipotong secara melintang dan membujur untuk mengetahui bagian
penyusunnya. Berdasarkan hasil irisan membujur tampak bahwa lichen
tersusun atas dua daerah yakni daerah berwarna coklat dan daerah berwarna
hijau. Daerah berwarna hijau merupakan daerah alga karena alga memiliki
klorofil untuk dapat melakukan fotosintesis. Sedangkan daerah yang berwarna
coklat merupakan daerah tempat koloni jamur untuk melekat pada substrat.
Lichen dapat digunakan sebagai bioindikator lingkungan udara yang
bersih. Hutan Kota Malabar merupakan kawasan terbuka di kota Malang
dengan beberapa vegetasi baik berupa tumbuhan rendah maupun pohon. Di
daerah ini mudah ditemukan lichen yang menempel di permukaan pohon.
I. PEMBAHASAN
1. Cyanobakteria
Cyanobacteria dikenal dengan nama ganggang hijau biru, pada
awalnya digolongkan kedalam kingdom plantae karena mampu
berfotosintesis. Akan tetapi, cyanobacteria mempunyai struktur sel prokariotik
yang sama dengan bakteri. Oleh sebab itu, cyanobacteria digolongkan ke
dalam kingdom monera. Cyanobacteria mempunyai klorofil di dalam
sitoplasmanya, tetapi belum mempunyai kloroplas. Karena mempunyai
klorofil maka dapat melakukan fotosintesis. Warna biru disebabkan oleh
adanya pigmen biru atau fikosianin yang tersebar dalam sitoplasma.
Cyanobacteria merupakan sumber protein bagi organisme lain, karena
mampu memfiksasi/mengikat nitrogen dari udara membentuk protein
tubuhnya. Ukuran ganggang ini 1 - 50 m, hidup dalam bentuk
uniseluler/koloni/filamen, tidak memiliki flagel, bergerak dengan cara
meluncur di sepanjang permukaan, hidup di air tawar, laut dan tanah-tanah
lembap. Cyanobacteria dapat bersimbiosis dengan lumut hati, paku-pakuan,
jamur, dan invertebrata.
Menurut Graham & Wilcox (2000) cyanobacteria merupakan
kelompok organisme yang dapat menempati beberapa lingkungan ekstrim.
Beberapa lingkungan ekstrim diantaranya didaerah kering (gurun pasir),
hipersalinitas (Laut Mati), pH rendah (acidofilik), pH tinggi (alkalin), suhu
rendah (Arktik dan Antartika) dan suhu tinggi (hot spring). Kemampuan
menempati lingkungan ekstrim pada Cyanobacteria disebabkan karena Ia
dapat menoleransi kondisi lingkungan seperti suhu, salinitas dan keadaan
kering sepanjang tahun.
Cyanobacteria berkembang biak secara aseksual (tidak kawin) melalui
pembelahan sel, fragmentasi, dan membentuk spora. Pembelahan sel terjadi
pada cyanobacteria berbentuk benang (filamen) atau koloni bersel satu.
Melalui cara ini sel dapat langsung terpisah atau tetap bergabung membentuk
koloni, misalnya Gloeocapsa sp. Fragmentasi terutama pada ganggang yang
berbentuk filamen. Pada filamen yang panjang, bila salah satu selnya mati,
maka sel mati itu membagi filamen menjadi dua atau lebih. Masingmasing
potongan disebut hormogonium. Bila hormogonium terlepas dari filamen
induk maka akan menjadi individu baru, misalnya pada Plectonema
boryanum. Pembentukan spora terjadi pada keadaan yang kurang
menguntungkan. Spora merupakan sel vegetatif, spora ini membesar dan tebal
karena penimbunan zat makanan.
Cyanobaceria dikelompokkan menjadi lima kelompok, yaitu:
1. Nostoc, berbentuk koloni bola lendir yang saling menempel sehingga
membentuk filamen lingkaran tunggal seperti rantai kalung. Nostoc
berkembang biak dengan cara fragmentasi.
2. Anabaena, bentuk tubuhnya menyerupai Nostoc. Perbedaanya, Anabaena
dapat bersimbiosis dengan akar tumbuhan. Anabaena berkembangbiak
dengan spora.
3. Gloeocapsa, dapat ditemukan pada batu yang basah atau pot tanaman.
Selnya berbentuk bulat hingga oval dengan warna hijau dan biru tersebar di
sekitar dinding selnya.
4. Oscillatoria, berbentuk filamen dengan bentuk menyempit dan tersusun oleh
sel yang berbentuk cawan. Banyak ditemukan dikolam dan air tawar.
5. Rivularia, merupakan genus cyanobacteria yang berbentuk cambuk.
Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan terhadap cyanobacteria
yang berasal dari air kolam ikan Pondok Nuruk Huda, Mergosono-Malang.
Terdapat dua spesies yang kami temukan yaitu Gloeocapsa sp. dan
Synechococcus sp.

Gloeocapsa sp.
Sumber: Guiry dan Guiry, 2013

Klasifikasi menurut Guiry dan Guiry (2013)


Kingdom : Bacteria
Filum : Cyanobacteria
Divisi : Cyanophyta
Kelas : Cyanophyceae
Ordo : Chrococcale
Famili : Chrococcaccea
Genus : Gloeocapsa
Spesies : Gloeocapsa sp.
Gloeocapsa sp. merupakan cyanobacteria yang paling primitif.
Gloeocapsa sp. dapat ditemukan pada batu yang basah dan pot tanaman.
Selnya berbentuk bulat sampai oval dengan warna hijau dan biru tersebar
disekitar dinding sel, ukuran diameter selnya antara 1-17m dan dikelilingi
oleh lapisan berlendir yang tebalnya dapat mencapai 10 m, juga bervariasi
dalam warna. Gloeocapsa sp. dapat menghasilkan rasa dan bau pada air
minum (Wehr dan Sheath , 2003). Setiap sel Gloeocapsa sp. mengeluarkan
lapisan gelatin. Ketika sel membelah, setiap anak sel membentuk lapisan
gelatin baru. Gloeocapsa sp. memilki selubung lendir.

Synechococcus sp.
Sumber: Modifikasi dari The Royal Botanic Garden & Domain trust, 2000.
Klasifikasi menurut Guiry and Guiry, 2013
Kingdom : Bacteria
Subkingdom : Negibacteria
Filum : Cyanobacteria
Kelas : Cyanophyceae
Subkelas : Synechococcophycideae
Ordo : Synechococcales
Famili : Synechococcaceae
Subfamili : Synechococcoideae
Genus : Synechococcus
Spesies : Synechococcus sp.
Synechococcus sp. anggota dari filum cyanobacteria, kelas
Cynophyceae dan ordo Synecococcales (Guiry dan Guiry, 2013).
Synechococcus sp. merupakan organisme bersel tunggal dan dapat
membentuk koloni, berbentuk bulat, lonjong, tidak beraturan dan sebagian
besar selnya tidak memiliki lendir (Whitton, 2002). Synechococcus sp.
berwarna hijau biru pucat (Guiry dan Guiry, 2013) dengan bentuk bulat, elips
atau silindris (Whitton, 2002). Menurut Haverkamp (2009) Synechococcus sp.
memiliki lebar sel yang berukuran dengan panjang 2 sampai 3 kal 2 m. Sel
tersebut dapat berenang bebas dengan cara mendorong diri dengan kecepatan
25 mm setiap detik walaupun tidak ada alat gerak eksternal yang terlihat (The
Regents of The University of California, 2012). Synechococcus sp.
bereproduksi dengan cara pembelahan biner, tegak lurus dengan panjang sel.
ukuran sel anak dapat tumbuh lebih besar atau lebih kecil dari ukuran
induknya. Kondisi abiotik yang kurang optimal menyebabkan sel mengalami
involusi (pertumbuhan kembali menjadi bentuk yang lebih sederhana)
memanjang dan berbentuk benang yang mampu membelah secara asimetris
(Guiry dan Guiry, 2013).
Secara umum Synechococcus sp. mendominasi habitat pada pH netral
dan hidup sebagai plankton dan bentos. Habitat Synechococcus sp. yang kami
amati adalah di kolam ikan yang merupakan air tawar, hal ini sesuai dengan
pernyataan Graham dan Wilcox (2000) yang menyatakan bahwa
Synechococcus sp. merupakan produsen primer yang penting sebagai
plankton air tawar, selain itu Synechococcus sp. ditemukan pada aliran air,
kolam dan bebatuan. Synechococcus sp. juga dapat bertahan pada suhu 50-
700C misal Synechococcus sp. yang ditemukan di Benua Amerika bagian
utara, Benua Afrika dan Benua Asia seperti di Jepang dan Indonesia.
Pertumbuhan Synechococcus sp. didefinisikan sebagai pertambahan
jumlah sel per unit waktu, dimana pertumbuhan tersebut terdiri atas empat
fase yaitu fase adaptasi, fase logaritmik, fase stasioner dan fase kematian
(Gandjar, 2006)
Peranan Cyanobacteria Dalam Kehidupan antara lain :
a. Berperan sebagai organisme perintis/pioneer karena membentuk lapisan
pada permukaan tanah gundul dan berperan penting dalam menambah
materi organik ke dalam tanah.
b. Berperan sebagai produsen bagi zooplankton, udang, dan ikan kecil dalam
ekosistem air tawar.
c. Bagi manusia dapat dijadikan sebagai bahan pangan yaitu protein sel
tunggal (single cell protein), contoh: Spirullina sp.
d. Dapat memfiksasi/mengikat nitrogen (N2) bebas dari udara sehingga
menambah kesuburan tanah, apabila di suatu perairan banyak terdapat
cyanobakteria dapat memberi efek racun bagi hewan yang meminum air di
perairan tersebut. Misalnya: Nostoc, Gleocapsa, Anabaena azollae yang
bersimbiosis dengan paku air Azolla pinnata.
2. Lichen

Lichen adalah organisme serupa tumbuhan yang menutupi sekitar 8%


permukaan bumi. Lichen seringkali dijumpai pada pohon, bebatuan dan tanah.
Lichen juga terkadang menempel pada berkas properti buatan manusia seperti
beton, besi tua mobil yang sudah tidak digunakan pemiliknya, bangku bangku
taman bahkan di batu nisan pekuburan (Beaching & Hill, 2007). Hal tersebut
sesuai dengan temuan kami dimana Lichen ditemukan menempel di pohon di
Hutan Kota Malabar.
Berdasarkan hasil pengamatan morfologi, dapat diketahu bahwa Lichen
memiliki dua daerah. Hal ini sesuai dengan kajian teoritis. Lichen adalah
organisme yang sebenarnya berasal dari dua organisme yang berbeda yang saling
bersimbiosis. Organisme tersebut yaitu fungi dan satu lagi adalah organisme
fotosintetik, yaitu alga atau cyanobacteria. Jamur merupakan organisme yang
menyediakan struktur dan massa, perlindungan, sedangkan organisme fotosintetik
bertanggung jawab atas ketersediaan karbohidrat. Mereka secara bersama sama
mampu saling bersinergi sehingga mampu bertahan dan menempati habitat yang
sangat luas di muka bumi (Prawito, 2009)
Tubuh lichenes dinamakan thallus yang secara vegetatif mempunyai
kemiripan dengan alga dan jamur. Thallus ini berwarna abu-abu atau abu-abu
kehijauan. Beberapa spesies ada yang berwarna kuning, oranye, coklat atau merah
dengan habitat yang bervariasi.Bagian tubuh yang memanjang secara selluler
dinamakan hifa. Hifa merupakan organ vegetatif dari thallus atau miselium yang
biasanya tidak dikenal pada jamur yang bukan lichenes. Alga selalu berada pada
bagian permukaan dari thallus. Struktur lichen dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1.
Struktur Lichen
Berdasarkan hasil pengamatan morfologi tampak bahwa Lichen memiliki
struktur seperti daun yang berlobus. Bentuk tersebut merupakan bentuk Lichen
tipe foliose. Lichen foliose memiliki struktur seperti daun yang tersusun oleh
lobuslobus. Lichen ini relatif lebih longgar melekat pada substratnya. Thallusnya
datar, lebar, banyak lekukan seperti daun yang mengkerut berputar. Bagian
permukaan atas dan bawah berbeda. Lichenes ini melekat pada batu, ranting
dengan rhizines. Rhizines ini juga berfungsi sebagai alat untuk mengabsorbsi
makanan. Liken yang tegolong foliosa memiliki bentuk tubuh seperti lembaran
daun, pipih, melebar, berkerut atau bergelombang. Thallus dengan bentuk
lembaran ini mudah dipisahkan dari substratnya. Membentuk bercak pada batu,
dinding dan kulit kayu pohon tropika. Permukaan bawah melekat pada substrat
dan permukaan atas merupakan tempat fotosintesis. Jenis ini tumbuh dengan garis
tengah mencapai 15-40 cm pada lingkungan yang menguntungkan. Liken
bentuk foliosa ini melekat pada substrat melalui rizin. Contoh liken berbentuk
foliosa adalah Parmelia (Roziaty, 2016).
Struktur dalam (anatomi) diwakili oleh jenis foliose, karena jenis ini
mempunyai empat bagian tubuh yang dapat diamati secara jelas yaitu. (Yurnaliza,
2002).
a. Lapisan Luar (korteks), lapisan ini tersusun atas sel-sel jamur yang rapat dan
kuat, menjaga agar lumut kerak tetap dapat tumbuh. Berupa jalinan yang padat
disebut pseudoparenchyma dari hifa jamurnya. Sel ini saling mengisi dengan
material yang berupa gelatin. Bagian ini tebal dan berguna untuk
perlindungan. Daerah alga, merupakan lapisan biru atau biru hijau yang
terletak di bawah korteks atas. Bagian ini terdiri dari jalinan hifa yang longgar.
Diantara hifa-hifa itu terdapat sel-sel hijau, yaitu Gleocapsa, Nostoc,
Rivularia dan Chrorella.
b. Lapisan thallus untuk tempat fotosintesa disebut lapisan gonidial sebagai
organ reproduksi. Lapisan Gonidium merupakan lapisan yang mengandung
ganggang yang menghasilkan makanan dengan berfotosintesis. Terdiri dari
lapisan hifa yang berjalinan membentuk suatu bagian tengah yang luas dan
longgar. Hifa jamur pada bagian ini tersebar ke segala arah dan biasanya
mempunyai dinding yang tebal. Hifa pada bagian yang lebih dalam lagi
tersebar di sepanjang sumbu yang tebal pada bagian atas dan tipis pada bagian
ujungnya. Dengan demikian lapisan tadi membentuk suatu untaian hubungan
antara dua pembuluh.
c. Lapisan Empulur tersusun atas sel-sel jamur yang tidak rapat, berfungsi untuk
menyimpan persediaan air dan tempat terjadinya perkembangbiakan. Pada
kelompok lumut kerak berdaun (foliose) dan perdu (fruticose) memiliki
korteks bawah yang susunannya sama dengan korteks atas, tetapi
menghasilkan sel-sel tertentu untuk menempel pada substirat atau dikenal
sebagai rizoid. Korteks bawah Lapisan ini terdiri dari struktur hifa yang sangat
padat dan membentang secara vertikal terhadap permukaan thallus atau sejajar
dengan kulit bagian luar.
d. Korteks bawah lapisan ini terdiri dari struktur hifa yang sangat padat dan
membentang secara vertikal terhadap permukaan thallus atau sejajar dengan
kulit bagian luar. Korteks bawah ini sering berupa sebuah akar (rhizines). Ada
beberapa jenis lichenes tidak mempunyai korteks bawah. Dan bagian ini
digantikan oleh lembaran tipis yang terdiri dari hypothallus yang fungsinya
sebagai proteksi. Dari potongan melintang Physcia sp. terlihat lapisan hijau
sel-sel alga dan rhizines coklat bercabang pada bagian bawah. Bagian tengah
yang berwarna putih terdiri dari sel-sel jaringan jamur yang disebut medulla.
Struktur pipih pada bagian atas dan kanan disebut apothecia dan lapisan coklat
di atasnya disusun oleh asci, yaitu bagian dari ascomycete yang megandung
spora jamur.
Lumut kerak atau Lichen adalah salah satu organisme yang digunakan
sebagai bioindikator pencemaran udara. Hal ini disebabkan Lichen sangat sensitif
terhadap pencemaran udara, memiliki sebaran geografis yang luas (kecuali di
daerah perairan), keberadaannya melimpah, sesil, perennial, memiliki bentuk
morfologi yang relatif tetap dalam jangka waktu yang lama dan tidak memiliki
lapisan kutikula sehingga Lichen dapat menyerap gas dan partikel polutan secara
langsung melalui permukaan talusnya. Penggunaan Lichen sebagai bioindikator
dinilai lebih efisien dibandingkan menggunakan alat atau mesin indikator ambien
yang dalam pengoperasiannya memerlukan biaya yang besar dan penanganan
khusus (Loopi et.al, 2002).
J. KESIMPULAN
1. Cyanobakteri yang ditemukan pada air kolam yang diamati adalah Gloecopsa
Sp, dan Synechecocus Sp.
2. Lichen adalah organisme simbiosis antara alga dan fungi. Alga berada di
bagian atas untuk melakukan fotosintesis karena memiliki klorofil sedangkan
jamur berada di bagian bawah untuk melindungi dan membentuk massa dari
Lichen. Berdasarkan hasil pengamatan Lichen yang ditemukan berbentuk
Foliosa.
DAFTAR PUSTAKA

Blatchley, W.S. 2012. Protist. Indianapolis : The Nature Publishing Co.


Gandjar, I. 2006. Pedoman Praktikum Mikrobiologi Dasar. Jurusan Biologi
FMIPA-UI, Depok: vii+87 hlm.

Graham, L.E.dan L.W. Wilcox. 2000. Algae. Prentice-Hall, Inc, London: xvi+640
hlm+ S 12

Guiry, M.D. and G.M. Guiry 2013. Algae Base. World-wide electronic
publication, National University of Ireland, Galway.
http://www.algaebase.org; diakses pada 06 April 2017.

Hasnunidah, Neni.2009.Botani Tumbuhan Rendah. Bandarlampung: Unila press.

Haverkamp, T. H. A. 2009. Colorful Microdiversity of Synechococcus Strain


(pycocyanobacteria) Isolated from The Baltic Sea.The ISME Journal.
3:397-408

Indah, Najmi. 2009. Taksonomi Tumbuhan Tingkat Rendah. Jember: PGRI


Jember.

Jati, Wijaya. 2007. Aktif Biologi Pelajaran Biologi untuk SMA/MA. Jakarta :
Ganeca.

Kimball, J . 1987 . Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta : Erlangga.

Kirby, W.F. 2010. Marine of Allgae. London : British Museum.

Loopi S, Ivanov D, Boccardi R. 2002. Biodiversity of Epiphytic Lichens and Air


Pollution in the Town of Siena (Central Italy. Environmental Pollution 116 :
123-128

Prawito, P. 2009. Pemanfaatan Tumbuhan Perintis Dalam Proses Rehabilitasi


Lahan Paskatambang Di Bengkulu. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol.
9 No. 1 p: 7-12. Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu

Roziaty, E. 2016. Review Lichen: Karakteristik Anatomis dan Reproduksi


Vegetatifnya. Jurnal Pena Sains 3(1): 44-54.

Soemarwoto, Idjah. 1980. Biologi Umum. Jakarta : Yayasan Studi Kurikulum.

Suhono, B. (2012). Ensiklopedia Biologi Dunia Tumbuhan Runjung dan


Jamur. Jakarta: Lentera Abadi.
The Regent of University of California. 2012. Prochlorococcus sp. 1 hlm.
http://genome.jgi-psf.org/synw8/synw8.home.html diakses 06 April 2017

The Royal Botanic Garden & Domain trust. 2000. Australian Freshwater Algae:
Synechococcus sp. 1 hlm

Tjitrosoepomo, G. 1981. Taksonomi Tumbuhan. Jakarta : Bharata Karya Aksara.

Tjitrosoepomo, Gembong. 1994. Taksonomi Tumbuhan.Yogyakarta : Gadjah


Mada University Press.

Tjitrosoepomo, Gembong. 2009. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta : UGM Press

Tjitrosomo, dkk. 1983. Botani Umum 3. Bandung : Angkasa.

Wehr, J.D. and R. G. Sheath 2003. Freshwater Algae of North America.


Academic Press (Imprint of Elsevier)

Whitton, B.A. 2002. The Freshwater Alga Flora of The British Isles: an
identification guide to freshwater and terestrial algae. New York:
Cambridge University Press.105-109

Yurnaliza. 2002. Lichenes (Karakteristik, Klasifikasi, dan Kegunaan), (Online),


(http://www.lichen.com/biology.html)diakses 6 April 2017.

Anda mungkin juga menyukai