ALGA
Disusun Oleh:
KELOMPOK 1
A. Ciri-ciri alga
Menurut Kabinawa (2001) alga/ganggang) memiliki karakteristik/ciri-ciri yaitu:
− Organisme eukariotik
− Bersifat fotoautotrof (berfotosintetis)
− Mempunyai klorofil dan pigmen fotosintetik lainnya,
− Mempunyai pirenoid
− Menyimpan cadangan makanan
− Bersifat uniseluler/multiseluler
− Memiliki dinding sel/tidak
− Soliter/berkoloni
− Bergerak/tidak bergerak
− Bereproduksi secara aseksual yaitu membelah diri/fragmentasi/spora
vegetatif, dan seksual yaitu konjugasi/singami/anisogami.
− Metagenesis atau tidak
− Hidup dengan bebas atau bersimbiosis dengan jamur membentuk lichen
− Tubuh Ganggang (Alga) tidak dapat dibedakan antara akar, batang, dan
daun. Tubuh berupa talus, sehingga termasuk dalam golongan thalophyta
− Habitat di perairan baik di air tawar maupun di air laut, tempat lembab.
Menempel di bebatuan (epilitik), tanah/lumpur/pasir (epipalik), menempel
pada tumbuhan sebagai (epifik), dan menempel tubuh hewan (epizoik).
Gambar 2. Tipe mitokondria yang terdapat pada alga (a) flat lamelar cristae dan
(b) tubular cristae (sumber: Chapman, 1941)
d. Lisosom
Lisosom adalah penghasil dan penyimpan enzim pencernaan seluler.
e. Vakuola Kontraktil
Sebagian besar alga berflagela mempunyai dua vakuola kontraktil pada
bagian anterior sel, yaitu diastole (saluran masuk) dan sistole (saluran
pengeluaran), fungsinya untuk membuang sisa produk dari sel.
f. Badan Golgi (Apparatus Golgi = Diktiosom)
Organel ini melaksanakan fungsi produksi dan sekresi polisakarida.
g. Sentrosom (Sentriol)
Sentrosom bertindak sebagai benda kutub dalam mitosis dan meiosis.
h. Plastida
Plastida merupakan tempat fotosintesis serta jalur biokimia asam amino
aromatik, heme, isophrenoids, dan asam lemak. Plastida utama pada alga adalah
kloroplas. Kloroplas mengandung sistem membran yang bernama tilakoid, yang
sering membentuk tumpukan membran yang disebut grana. Enzim yang
mengendalikan fotosintesis terdapat di membran tilakoid dan stroma. Plastida
dibedakan menjadi tipe primer dan sekunder. Plastida tipe primer hanya
diselubungi oleh dua lapis membran, sedangkan plastida sekunder dikelilingi
empat atau tiga lapis membran. Plastida sekunder secara fisik tidak terletak di
sitoplasma sebagaimana plastida primer, tetapi terletak di lumen sistem
endomembran (Haas et al., 2009).
Selain klorofil, terdapat pigmen lain dalam plastida. Pigmen ini menyerap
panjang gelombang yang berbeda dari klorofil. Hal ini berguna pada alga yang
hidup di perairan lebih dalam, yang tidak mampu ditembus oleh spektrum cahaya
biru. Pigmen-pigmen tersebut adalah:
a. Fikosianin (pigmen warna biru)
b. Xantofil (pigmen warna kuning)
c. Karoten (pigmen warna keemasan)
d. Fikosantin (pigmen warna cokelat)
e. Fikoeritrin (pigmen warna merah).
i. Mikrotubulus
Berbentuk benang silindris, kaku, berfungsi untuk mempertahankan
bentuk sel dan sebagai “rangka sel”. Contoh organel ini antara lain benang-benang
gelembung pembelahan. Selain itu, mikrotubulus berguna dalam pembentakan
sentriol, flagel dan silia.
j. Stigma atau bintik mata
Stigma merupakan area sitoplasma dengan konsentrasi pigmen tinggi
(biasanya karoten). Stigma terdapat di dekat pangkal flagela. Stimulasi stigma
oleh cahaya akan menstimulasi flagela pula, sehingga terjadi gerakan mendekati
sumber cahaya.
Inti Sel (Nukleus)
Nukleus mengandung bahan genetik sel dan dikelilingi oleh membran
ganda. Nukleus terdiri dari selaput inti (karioteka), nukleolus, kromosom, dan
bahan pendukung atau karyolimph (Graham and Wilcox, 2000).
Alga uniseluler dan sel reproduksi alga multiseluler memiliki flagela.
Flagela terdapat di bagian apikal, lateral, ataupun posterior sel. Flagela dapat
berupa satu berkas cambuk, ataupun memiliki struktur ‘berambut’ atau ‘sisik’.
Pergerakan dapat ke samping atau spiral.
Gambar 3. Tipe flagela pada alga (a) fibrous solid hair, (b) tubular hair.
(Chapman, 1941)
Terdapat dua tipe flagela, seperti yang ditunjukkan pada gambar 5, yaitu fibrous
solid hair dan tubular hair. Fibrous solid hair mengelilingi flagela, meningkatkan
luas permukaan, dan efisiensi dari tenaga penggerak. Tersusun atas glikoprotein
dan terdapat pada Euglenophyta dan Dinoflagellata. Tubularhair tersusun atas
protein dan glikoprotein, terdapat pada: Chrysophyta, Phaeophyta, dan
Chlorophyta (Chapman, 1941).
C. Habitat Alga
Alga dapat hidup di permukaan atau dalam perairan (aquatik) maupun
daratan (terestrial) yang terkena sinar matahari, namun kebanyakan hidup di
perairan. Alga laut mempunyai peranan yang sangat penting di dalam siklus
unsur-unsur di bumi, mengingat jumlah massanya yang sangat banyak yang
kemungkinan lebih besar dari jumlah tumbuhan di daratan (Kabinawa, 2001).
Beberapa alga laut bersel satu bersimbiosis dengan hewan invertebrata
tertentu yang hidup di laut, misalnya spon, koral, cacing laut. Alga terestrial dapat
hidup di permukaan tanah, batang kayu, dan lain-lain. Alga darat dapat
bersimbiosis dengan jamur dan membentuk lumut kerak (Lichenes). Pada lichenes
alga bertindak sebagai fikobion, sedangkan jamur sebagai mikobion. Alga yang
dapat membentuk Lichenes adalah anggota dari Chlorophyta, Xanthophyta, dan
alga hijau biru (Cyanobacteria) yang termasuk bakteri. Fikobion memanfaatkan
sinar matahari untuk fotosintesa, sehingga dihasilkan bahan organik yang dapat
dimanfaatkan oleh mikobion (Wasetiawan, 2009).
Mikobion memberikan perlindungan dan berfungsi untuk menyerap
mineral bagi fikobion. Pada beberapa kasus mikobion dapat menghasilkan faktor
tumbuh yang dapat dimanfaatkan oleh fikobion. Lichenes sangat lambat
pertumbuhannya, tetapi dapat hidup pada tempat ekstrem yang tidak bias
digunakan untuk tempat tumbuh jasad hidup lain. Sebagai contoh Lichenes dapat
tumbuh pada batuan dengan keadaan yang sangat kering, panas dan miskin unsur
hara atau bahan organik.
Lichenes menghasilkan asam-asam organik yang dapat melarutkan
mineral batuan. Kandungan beberapa pigmen fotosintetik pada alga memberikan
warna yang spesifik. Beberapa divisi alga dinamakan berdasarkan warna tersebut,
misalnya alga hijau, alga merah dan alga coklat.
D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Alga
Pertumbuhan alga dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti faktor
lingkungan. Faktor lingkungan yang mempengaruhi laju pertumbuhan alga
diantaranya adalah suhu, cahaya, pH, konsentrasi elemen-elemen esensial atau
nutrient, salinitas, dan oksigen terlarut (DO) yang dipakai untuk fotosintesis.
1. Suhu
Suhu juga sangat berperan mengendalikan kondisi ekosistem perairan. Organisme
akuatik memilki kisaran suhu tertentu (batas atas dan batas bawah) yang disukai
bagi pertumbuhannya. misalnya alga dari filum Chlorophyta akan tumbuh dengan
baik pada kisaran suhu 200C -300C. Skala suhu untuk pertumbuhan alga
Cladophora antara 150C -250C. Tidak terlalu signifikan pertumbuhan filamentus
alga lainnya yang ditemukan pada beberapa sungai dengan air yang dingin (suhu
maksimum 200C) di Virginia Barat.
2. Cahaya
Cahaya sangat mempengaruhi tingkah laku organisme akuatik. Alga planktonik
menunjukkan respon yang berbeda terhadap perubahan intensitas cahaya. Pigmen
klorofil menyerap cahaya biru dan merah, karoten menyerap cahaya biru dan
hijau, fikoeritrin menyerap warna hijau, dan fikosianin menyerap cahaya kuning.
Cahaya memiliki dua fungsi utama yaitu memanasi air sehingga terjadi perubahan
suhu dan berat jenis (densitas) dan selanjutnya menyebabkan terjadinya
pencampuran massa dan kimia air, dan merupakan sumber energi bagi proses
fotosintesis alga dan tumbuhan air. Apabila sinar matahari tidak sampai ke dasar,
maka fitoplankton yang dikultur akan mempunyai laju pertambahan sel yang
lambat atau bahkan bisa mati.
3. pH
pH juga mempengaruhi toksisitas suatu senyawa kimia. Senyawa amonium yang
dapat terionisasi banyak ditemukan pada perairan yang memiliki pH rendah.
Amonium bersifat tidak toksik. Namun, pada suasana alkalis (pH tinggi) lebih
banyak ditemukan amonia yang tak terionisasi dan berifat toksik. Pada pH kurang
dari 4, sebagian besar tumbuhan air mati karena tidak dapat bertoleransi terhadap
pH rendah. Fitoplankton dapat berkembang pada kisaran pH 6,5 sampai dengan 8.
4. Nutrien
Suplai nutrien berasal dari hasil dekomposisi bahan organik dan regenerasi dari
nutrien, dan oleh pengadukan vertikal air yang memungkinkan sediaan nutrien
yang tersimpan di lapisan air di bawah dapat dimanfaatkan di lapisan air
permukaan. Asimilasi nutrien untuk pertumbuhan tumbuhan akan mengurangi
konsentrasinya di perairan, yang kelak pada saat nutrien sangat rendah maka laju
produksi menjadi terbatas. Laju populasi fitoplankton di perairan dibatasi oleh
konsentrasi fosfat. Nitogen dan Fosfor akan menyatu di dalam struktur sel alga
dengan rasio N:P yaitu 16:1. Komposisi nutrien dalam pupuk yang mendukung
pertumbuhan alga adalah komposisi pupuk dengan rasio N:P yang rendah.
a. Nitrogen
-
Beberapa alga dapat menggunakan NO3 , NO2-, atau NH4+ sebagai sumber
nitrogen. Nitrat (NO3) merupakan bentuk nitrogen utama di perairan alami dan
juga merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan alga. Nitrat dan
amonium adalah sumber utama nitrogen di perairan. Namun, amonium lebih
disukai oleh tumbuhan. Amonium biasanya diikuti dengan nitrat yang besar pula
karena konsentrasi NH4+ diatas 0,5–1,0 μmol/l akan menghambat pengambilan
NO3- . Keseimbangan antara amonium dan amonia di dalam air sangat dipengaruhi
oleh nilai pH air. Pada pH 6, yang terdapat dalam air adalah 100% amonium, pada
pH 7 perbandingan antara keduanya adalah 1% amonia dan 99% amonium, pada
pH 8 terdapat 4% amonia dan 96% amonium, pada pH 9 terjadi lonjakan dimana
amonia sebesar 25% dan amonium sebesar 75%. Jadi semakin tinggi nilai pH akan
menyebabkan keseimbangan antara amonium dengan amonia semakin bergeser ke
arah amonia, artinya kenaikan pH akan meningkatkan konsentrasi ammonia.
Kandungan nitrat-nitrogen yang lebih dari 0,2 mg/l dapat mengakibatkan
terjadinya pengayaan nutrien, sehingga dapat menstimulir pertumbuhan alga dan
tumbuhan air di perairan tersebut secara cepat. Fitoplankton lebih banyak
memanfaatkan unsur N dibanding unsur P.
b. Fosfor
Fosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuh-tumbuhan.
Fosfor juga merupakan unsur yang esensial bagi tumbuhan tingkat tinggi dan alga,
sehingga unsur ini menjadi faktor pembatas bag tumbuhan dan alga serta sangat
-3
mempengaruhi tingkat produktivitas perairan . Ortofosfat, PO4 , merupakan
fosfor anorganik sumber P yang sangat penting untuk pertumbuhan alga.
Walaupun sumber P lebih dapat diperoleh dari berbagai macam fosfat organik.
Beberapa alga menyediakan PO4 -3 sebagai polyfosfat dalam butiran sitoplasmik
dengan diameter sebesar 30–500 nm. Alga akan tumbuh di permukaan air dibatasi
oleh keberadaan fosfor di perairan tersebut.
5. Salinitas
Salinitas merupakan ukuran bagi jumlah zat padat yang larut dalam suatu volume
air dan dinyatakan dalam per mil, di perairan samudera salinitas biasanya 31
berkisar antara 34-35‰. Adanya pengenceran yang terjadi diperairan pantai,
misalnya karena pengaruh aliran sungai, salinitas bisa turun rendah, sebaliknya di
daerah dengan penguapan yang sangat kuat, salinitas bisa meningkat tinggi.
Makro alga umumnya hidup dilaut dengan salinitas antara 30-32 ‰, namun
banyak jenis makro alga hidup pada kisaran salinitas yang lebih besar. Salinitas
berperan penting dalam kehidupan makroalga. Salinitas yang terlalu tinggi atau
terlalu rendah akan menyebabkan gangguan pada proses fisiologis.
E. Klasifikasi Alga/Ganggang
a. Alga/Ganggang Coklat (Phaeophyta)
Jika spermatozoid dapat membuahi sel telur akan terbentuklah zigot. Zigot
lalu membentuk dinding selulosa dan pektin yang tebal, kemudian melekat pada
suatu substrat seperti bebatuan, selanjutnya tumbuh menjadi individu baru yang
kromosom tubuhnya diploid.
Alga hijau merupakan kelompok terbesar dari vegetasi alga. Alga hijau
termasuk dalam divisi chlorophyta bersama charophyceae. Divisi ini berbeda
dengan divisi lainnya karena memiliki warna hijau yang jelas seperti pada
tumubuhan tingkat tinggi karena mengandung pigmen klorofil a dan klorofil b
lebih dominan dibandingkan karotin dan xantofil. Hasil asimilisasi beberapa
amilum, penyusunnya sama pula seperti pada tumbuhan tingkat tinggi yaitu
amilose dan amilopektin.
Alga hijau merupakan kelompok alga yang paling beragam, karena ada
yang bersel tunggal, berkoloni, dan bersel banyak. Banyak terdapat didanau,
kolam, tetapi banyak juga yang hidup di laut. Gangang hijau meliputi sebanyak
sebanyak 7.000 spesies, baik yang hidup di air maupun di darat. Sejumlah
gangang hijau tumbuh dalam laut, namun golongan ini secara keseluruhan lebih
khas bagi gangang air tawar. Gangang hijau tidak menunjukkan derajat
diferensiasi yang tinggi, sebatang tmbuhan biasanya merupakan bentuk bersel
tunggal atau juga koloni-koloni yang berfilamen atau tanpa filamen. Pada
beberapa genus misalnyaselada laut (Ulva) dan semak batu (Nitelia chara),
tubuhnya lebih kompleks tetapi berukuran lebih kecil jika dibnadingkan gangang
merah dan gangang coklat yang berukuran besar sekalipun. Gangang hijau
sepanjang hidupnya dapat terapung bebas atau melekat.
Alga berperan sebagai produsen dalam ekosistem. Berbagai jenis alga
yang hidup bebas di air terutama yang tubuhnya bersel satu dan dapat bergerak
aktif merupakan penyusun phitoplankton. Sebagian besar fitoplankton adalah
anggota alga hijau, pigmen klorofil yang dimilikinya efektif melakukan
fotosintesis sehingga alga hijau merupakan produsen utama dalam ekosistem
perairan.
Chlorella, salah satu anggota dari Chlorophyceae memiliki nilai gizi yang
sangat tinggi dibandingkan sengan nilai jasad yang lainnya. Di dalam sel
Chlorella masih pula memiliki chlorelin yaitu semacam antibiotik yang dapat
menghambat pertumbuhan bakteri.
Beberapa anggota atau bagian yang tergabung dalam divisi chlorophyta
mempunyai persamaan pigmen, tempat penyimpanan dan susunan chloroplas.
Pigmen-pigmen photosintesis daripada alga hijau berkhlorofil A dan B dan
mengandung siphonaxanthin atau lutcin. Dan tempat penyimpanan makanan
berupa pati.
Contoh:
1) Chlorella sp. berbentuk bulat, hidup di air tawar atau air laut, reproduksi
secara vegetatif dengan membelah diri, banyak digunakan untuk mempelajari
fotosintesis.
2) Cholococcum sp. berbentuk bulat, hidup di air tawar, reproduksi secara
vegetatif dengan membentuk zoospora secara generatif dengan isogami.
Contoh:
1) Chlamydomonas sp. berbentuk bulat telur, memiliki dua flagel,
kloroplasnya berbentuk mangkok atau pita mengandung pirenoid dan stigma.
Reproduksinya dengan membelah diri dan konjugasi.
2) Euglena viridis, bentuknya seperti mata, memiliki sebuah flagel, klorofil
dan sigma. Reproduksinya dengan membelah diri. Euglena ada juga
mengelompokkannya ke dalam Protozoa.
− Alga/ganggang hijau berbentuk koloni tidak bergerak
Contoh:
1) Spirogyra sp. (benang tidak bercabang, inti tunggal, kloroplas berbentuk
pita tersusun spiral, pirenoid banyak).
2) Oedogonium sp. (filamen tidak bercabang, kloroplas berbentuk jala,
pirenoid banyak, inti satu besar).
Contoh:
1) Ulva lactua (selada laut), bentuknya lembaran seperti daun dan hidup di
laut menempel pada batu, dapat dimakan. Reproduksinya secara vegetatif dengan
membentuk zoospora dan secara generatif dengan isogami.
2) Chara sp., bentuknya seperti tumbuhan tinggi, memiliki batang-batang dan
cabang yang beruas-ruas, hidup di air tawar. Reproduksinya secara vegetatif
dengan fragmentasi dan secara generatif dengan pertemuan sel telur yang
dihasilkan oleh oogonium dan sel sperma yang dihasilkan oleh anteridium.
■ Ulva, terdapat di dasar pantai berbatu, berupa lembaran yang disebut selada
air dan dapat dimakan.
− Ordo: Chamaesiphonales
Tubuhnya uniselluler atau koloni serupa benang, dan dapat membentuk
endospora. Endospora dibentuk dimana protoplasma sel-sel tertentu
membagi-bagi untuk membentuk spora, yang akan tumbuh menjadi
tumbuhan baru. Contohnya: Chamaesiphon.
− Ordo: Hormogonales
Semuanya berbentuk koloni, benang, yang dapat membentuk sel-sel
hormogonia. Beberapa ahli mengangkat status bangsa/ordo ini menjadi
status Tribe (Super Ordo), sehingga tersusun ordo-ordo baru, seperti:
o Oscillatoriales : Oscillatoria, Spirulina
o Rivulariales : Rivularia, Gloeotrichia
o Nostocales : Nostoc, Anabaena
o Scytonematales : Scytonema
− Fragmentasi
Fragmentasi adalah cara memutuskan bagian tubuh tumbuhan yang
kemudian membentuk individu baru. Fragmentasi terutama pada ganggang
Oscillatoria. Pada filamen yang panjang, bila salah satu selnya mati, maka sel
mati itu membagi filamen menjadi dua bagian atau lebih. Masing-masing
bagian disebut Hormogonium.
− Spora
Pada keadaan yang kurang menguntungkan akan terbentuk spora yang
sebenarnya merupakan sel vegetatif. Spora membesar dan tebal karena
penimbunan zat makanan. Contoh: Chamaesiphon comfervicolus.
− Perkembangbiakan generatif
■ Eucheuma adalah alga merah yang merupakan alga dengan mempunyai taky
yang silindrik berdaging dan kuat dengan bintil-bintil atau duri yang mencuat
ke samping pada beberapa jenis.
■ Halymenia hidup melekat pada batu karang yang selalu tergenang air.
■ Hypnea hidup di habitat berpasir atau berbatu, ada pula yang bersifat epifit.
Reproduksi seksual pada Chrysophyta adalah dengan cara oogami, yaitu dengan
membentuk oogonia (pembentuk gamet betina) dan anteridia (pembentuk gamet
jantan) pada filamen yang sama. Sel telur yang dihasilkan berukuran besar dengan
satu inti yang mengandung klorofil. Sperma yang dihasilkan anteridia mempunyai
flagela yang kecil. Setelah terjadi pembuahan akan terbentuk zigot. Setelah
dilepaskan dari induknya, zigot siap tumbuh membentuk filamen baru.
■ Diatome, (Navicula atau ganggang kersik): hidup di air tawar, laut sebagai
epifit dan mayoritas sebagai plankton. Contoh yang terkenal dari Diatome
adalah Pinnularia sp. Cangkok Diatome dibuat dari bahan gelas yaitu silica.
■ Navicula sp, ganggang ini dikenal sebagai diatomae atau ganggang kersik
karena dinding sel tubuhnya mengandung zat kersik. Kersik merupakan
komponen penting dalam plankton. Navicula sp hidup di air tawar dan di laut.
DAFTAR PUSTAKA
Barsanti, L and P. Gualtieri. 2006. Algae. Taylor & Francis Group. United State
of America.
Haas, BJ; Kamoun, S; Zody, MC; Jiang, RH; Handsaker, RE; Cano, LM;
Grabherr, M; Kodira, CD et al. 2009. “Genome sequence and analysis of
the Irish potato famine pathogen Phytophthora infestans.”. Nature.
Disusun Oleh:
KELOMPOK 1
A. Sifat-sifat Enzim
1. Dipengaruhi oleh suhu dan pH.
A. Fungsi Karbohidrat
Fungsi utama karbohidrat adalah sebagai sumber biokalori dalam bahan
makanan, disamping itu juga sebagai bahan pengental atau GMC pada teknologi
makanan sebagai bahan penstabil, bahan pemanis (sukrosa, glukosa, fruktosa) dan
bahan bakar, misalnya pada glukosa dan pati dan sebagai penyusun struktur sel,
misalnya selulosa dan khitin (Sumardjo, 2006). Karbohidrat mempunyai peranan
penting dalam menentukan karakteristik bahan makanan seperti rasa, warna dan
tekstur. Sedangkan fungsi karbohidrat di dalam tubuh adalah:
1. Fungsi utamanya sebagai sumber energi ( 1 gram karbohidrat menghasilkan 4
kalori )
2. Melindungi protein agar tidak terbakar sebagai penghasil energi.
3. Membantu metabolisme lemak dan protein, sehingga dapat mencegah
terjadinya ketosis dan pemecahan protein yang berlebihan.
4. Di dalam hepar berfungsi untuk detoksifikasi zat-zat toksik tertentu.
6. Beberapa jenis karbohidrat mempunyai fungsi khusus di dalam tubuh. Laktosa
misalnya berfungsi membantu penyerapan kalsium. Ribosa merupakan komponen
yang penting dalam asam nukleat.
7. Beberapa golongan karbohidrat yang tidak dapat dicerna, mengandung serat
(dietary fiber) berguna untuk pencernaan, seperti selulosa, pektin dan lignin.
TUGAS MIKROBIOLOGI DASAR
SUKROSA MENJADI ASAM ASETAT
Disusun Oleh:
KELOMPOK 1
Sukrosa ialah gula yang kita kenal sehari-hari, baik yang berasal dari tebu
maupun bit. Selain pada tebu dan bit, sukrosa terdapat pula pada tumbuhan lain,
misalnya dalam buah nanas dan dalam wortel. Dengan hidrolisis, sukrosa akan
terpecah dan menghasilkan glukosa dan fruktosa (Buckle, K.A., 1985).
Pada molekul sukrosa terdapat ikatan antara molekul glukosa dan fruktosa,
yaitu antara atom karbon nomor 1 pada glukosa dengan atom karbon nomor 2
pada fruktosa melalui atom oksigen. Kedua atom karbon terebut adalah atom
karbon yang mempunyai gugus –OH glikosidik, atau atom karbon yang
merupakan gugus aldehida pada glukosa dan gugus keton pada fruktosa. Oleh
karena itu molekul sukrosa tidak mempunyai gugus aldehida atu keton bebas, atau
tidak mempunyai gugus –OH glikosidik. Dengan demikian sukrosa tidak
mempunyai sifat dapat mereduksi ion-ion Cu++ atau Ag+ dan juga tidak
membentuk osazon.
2. HIDROLISIS SUKROSA
1. Tahap pertama, glukosa akan diubah menjadi glukosa 6-fosfat oleh enzim
hexokinase. Tahap ini membutuhkan energi dari ATP (adenosin trifosfat).
ATP yang telah melepaskan energi yang disimpannya akan berubah
menjadi ADP.
2. Glukosa 6-fosfat akan diubah menjadi fruktosa 6-fosfat yang dikatalisis
oleh enzim fosfohexosa isomerase.
3. Fruktosa 6-fosfat akan diubah menjadi fruktosa 1,6-bifosfat, reaksi ini
dikatalisis oleh enzim fosfofruktokinase. Dalam reaksi ini dibutuhkan
energi dari ATP.
4. Fruktosa 1,6-bifosfat (6 atom C) akan dipecah menjadi gliseraldehida 3-
fosfat (3 atom C) dan dihidroksi aseton fosfat (3 atom C). Reaksi tersebut
dikatalisis oleh enzim aldolase.
5. Satu molekul dihidroksi aseton fosfat yang terbentuk akan diubah menjadi
gliseraldehida 3-fosfat oleh enzim triosa fosfat isomerase. Enzim tersebut
bekerja bolak-balik, artinya dapat pula mengubah gliseraldehida 3-fosfat
menjadi dihdroksi aseton fosfat.
6. Gliseraldehida 3-fosfat kemudian akan diubah menjadi 1,3-bifosfogliserat
oleh enzim gliseraldehida 3-fosfat dehidrogenase. Pada reaksi ini akan
terbentuk NADH.
7. 1,3 bifosfogliserat akan diubah menjadi 3-fosfogliserat oleh enzim
fosfogliserat kinase. Para reaaksi ini akan dilepaskan energi dalam bentuk
ATP.
8. 3-fosfogliserat akan diubah menjadi 2-fosfogliserat oleh enzim
fosfogliserat mutase.
9. 2-fosfogliserat akan diubah menjadi fosfoenol piruvat oleh enzim enolase.
10. Fosfoenolpiruvat akan diubah menjadi piruvat yang dikatalisis oleh enzim
piruvat kinase. Dalam tahap ini juga dihasilkan energi dalam bentuk ATP.
Dekarboksilasi Oksidatif
Oleh karena itu, tahapan ini disebut sebagai tahapan sambungan (junction)
antara glikolisis dengan siklus Krebs. Pada tahapan ini, asam piruvat (3 atom C)
hasil glikolisis dari sitosol diubah menjadi asetil koenzim A (2 atom C) di dalam
mitokondria.
Fermentasi
Dalam sejarah manusia, asam asetat dalam bentuk cuka, telah dibuat melalui
metode fermentasi dengan bantuan bakteri asam asetat dari genus Acetobacter.
Dengan membutuhkan sedikit oksigen, bakteri ini dapat menghasilkan cuka dari
berbagai bahan makanan beralkohol. Umumnya bahan yang digunakan adalah
bahan makanan termasuk apel, anggur, dan fermentasi biji-bijian, gandum, beras,
atau kentang mashes. Reaksi kimia keseluruhan difasilitasi oleh bakteri ini adalah:
b. Fermentasi kedua
Fermentasi perubahan etanol menjadi asam asetat dan air dengan bakteri
Acetobacter aceti. Reaksi pembentukan asam asetat dituliskan sebagai berikut :
Acetobacter aceti
(etanol) (asetaldehid)
CH3CHO + ½ O2 → CH3COOH
Clostridium
C6H12O6 → 3CH3COOH
Ulil, M.A., dan Paramitha S.B.U., 2011. Tugas Prarancangan Pabrik Etil
Asetat dengan Reactive Distillation Kapasitas 30.000 ton per Tahun.
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro,
Semarang.
Vogel, A.I., 1985. Buku Text Analisa Anorganik Kualiatif Makro dan Semi
Mikro. Kalman Media Pustaka, Jakarta.
BAKTERI
A. Pengertian Bakteri
Bakteri adalah organisme bersel tunggal yang hidup bebas dan mampu
bereproduksi sendiri tetapi menggunakan hewan sebagai pejamu untuk
mendapatkan makanan. Bateri tidak memiliki inti sel. Bakteri terdiri atas
sitoplasma yang dikelilingi oleh sebuah dinding sel yang saku yang terbuat dari
suatu zat khusus yang disebut peptidoglikan. Di dalam sitoplasma terdapat
terdapat materi genetik, baik DNA maupun RNA, dan struktur intrasel yang
diperlukan untuk metabolisme energi (Corwin, 2009).
Bakteri berasal dari kata bahasa latin yaitu bacterium. Bakteri memiliki
jumlah spesies mencapai ratusan ribu atau bahkan lebih. Bakteri dapat ditemukan
di hampir semua tempat: di tanah, air, udara, dalam simbiosis dengan organisme
lain maupun sebagai agen parasit (patogen), bahkan dalam tubuh manusia. Dalam
tumbuh kembang bakteri baik melalui peningkatan jumlah maupun penambahan
jumlah sel sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni seperti ph, suhu
temperatur, kandungan garam, sumber nutrisi, zat kimia dan zat sisa metabolisme.
Pada umumnya bakteri tidak mempunyai klorofil, kecuali beberapa
spesies tertentu yang mempunyai pigmen fotosintesis. Oleh karena itu, ada
bakteri yang hidupnya heterotrof dan ada juga bakteri yang hidup autotrof.
Bakteri heterotrof dapat dibedakan menjadi bakteri yang hidup sebagai parsit dan
saprofit, Sedangkan bakteri autotrof dapat dibedakan berdasarkan atas sumber
energi yang digunakan untuk mensentetis makanannya menjadi bakteri
fotoautotrof dan kemoautotrof. Bakteri dapat hidup dimana saja, ada yang
merugikan manusia, hewan maupun tumbuhan. Namun demikian ada juga bakteri
yang menguntungkan bagi umat manusia.
B. Ciri-ciri Bakteri
Bakteri memiliki ciri-ciri yang membedakannnya dengan mahluk hidup
lain yaitu :
1. Organisme uniseluler
2. Prokariot (tidak memiliki membran inti sel )
3. Umumnya tidak memiliki klorofil
4. Memiliki ukuran tubuh yang bervariasi antara 0,12 s/d ratusan mikron
umumnya memiliki ukuran rata-rata 1 s/d 5 mikron.
5. Memiliki bentuk tubuh yang beraneka ragam
6. Hidup bebas atau parasite
7. Yang hidup di lingkungan ekstrim seperti pada mata air panas,kawah atau
gambut dinding selnya tidak mengandung peptidoglikan
8. Yang hidupnya kosmopolit diberbagai lingkungan dinding selnya
mengandung peptidoglikan.
C. Struktur Bakteri
Pada umumnya, bakteri berukuran 0,5-5 μm, tetapi ada bakteri
tertentu yang dapat berdiameter hingga 700 μm, yaitu Thiomargarita.
Mereka umumnya memiliki dinding sel, seperti sel tumbuhan dan jamur,
tetapi dengan bahan pembentuk sangat berbeda (peptidoglikan). Beberapa
jenis bakteri bersifat motil (mampu bergerak) dan mobilitasnya ini
disebabkan oleh flagel. Umumnya sel bakteri yang berbentuk bulat
berdiameter sekitar 0,7 - 1,3 mikron. Sedangkan sel bakteri berbentuk
batang lebarnya sekitar 0,2 - 2,0 μm dan panjangnya 0,7 - 3,7 μm
(Hasanah:2015).
Bagian tubuh bakteri pada umumnya dapat dibagi atas 3 bagian
yaitu dinding sel, protoplasma (di dalamnya terdapat membran sel,
mesosom, lisosom, DNA, endospora), dan bagian yang terdapat di luar
dinding sel seperti kapsul, flagel, pilus. Di antara bagian – bagian tersebut
ada yang selalu didapatkan pada sel bakteri, yaitu membran sel, ribosom
dan DNA. Bagian-bagian ini disebut sebagai invarian. Sedangkan bagian –
bagian yang tidak selalu ada pada setiap sel bakteri, misalnya dinding sel,
flagel, pilus, dan kapsul. Bagian – bagian ini disebut varian.
Menurut (Kusnadi:2003) struktur bakteri terbagi menjadi dua yaitu:
a) Struktur dasar (dimiliki oleh hampir semua jenis bakteri)
Meliputi: dinding sel, membran plasma, sitoplasma, ribosom, DNA, dan
granula penyimpanan
b) Struktur tambahan (dimiliki oleh jenis bakteri tertentu)
Meliputi kapsul, flagelum, pilus, fimbria, klorosom, Vakuola gas dan
endospora.
1. Dinding sel
Dinding sel bakteri tersusun atas makromolekul peptidoglikan
yang terdiri dari monomer – monomer tetrapeptidaglikan (polisakarida dan
asam amino). Berdasarkan susunan kimia dinding selnya, bakteri
dibedakan atas bakteri gram – positif dan bakteri gram – negatif. Susunan
kimia dinding sel bakteri gram – negatif lebih rumit daripada bakteri gram
– positif. Dinding sel bakteri gram – positif hanya tersusun atas satu lapis
peptidoglikan yang relatif tebal, sedangkan dinding sel bakteri gram –
negatif terdiri atas dua lapisan. Lapisan luar tersusun atas protein dan
polisakarida, lapisan dalamnya tersusun atas peptidoglikan yang lebih tipis
dibanding lapisan peptidoglikan pada bakteri gram – positif. Dinding sel
bakteri berfungsi untuk memberi bentuk sel, memberi kekuatan,
melindungi sel dan menyelenggarakan pertukaran zat antara sel dengan
lingkungannya.
2. Membran sel
Membran sel merupakan selaput yang membungkus sitoplasma
beserta isinya, terletak di sebelah dalam dinding sel, tetapi tidak terikat
erat dengan dinding sel. Bagi membran sel sangat vital, bagian ini
merupakan batas antara bagian dalam sel dengan lingkungannya. Jika
membran sel pecah atau rusak, maka sel bakteri akan mati. Membran sel
terdiri atas dua lapis molekul fosfolipid. Pada lapisan fosfo – lipid ini
terdapat senyawa protein dan karbohidrat dengan kadar berbeda-beda pada
berbagai sel bakteri.
3. Sitoplasma
Tidak mempunyai mitokondria / kloroplas / mikrotubulus.
Menyimpan cadangan makanan dalam bentuk granula sitoplasma yang
bekerja menjadi sumber nitrogen, sulfur, fosfat anorganik dan granula
metakromatik.
4. Ribosom
Ribosom merupakan bagian sel yang berfungsi sebagai tempat
sintesa protein. Bentuknya berupa butir-butir kecil dan tidak diselubungi
membran. Ribosom tersusun atas protein dan RNA.
2. Pilus
Pada permukaan sel bakteri gram-negatif seringkali terdapat banyak
bagian seperti benang pendek yang disebut pilus atau fimbria (jamak dari
pilus). Pilus merupakan alat lekat sel bakteri dengan sel bakteri lain atau
dengan bahan-bahan padat lain, misalnya makanan sel bakteri.
3. Kapsul
Kapsul merupakan lapisan lendir yang menyelubungi dinding sel bakteri.
Pada umumnya kapsul tersusun atas senyawa polisakarida, polipeptida atau
protein-polisakarida (glikoprotein). Kapsul berfungsi untuk perlindungan diri
terhadap antibodi yang dihasilkan sel inang. Oleh karenanya kapsul hanya
didapatkan pada bakteri pathogen.
4. Endospora
Di antara bakteri ada yang membentuk endospora. Pembentukan
endospora merupakan cara bakteri mengatasi keadaan lingkungan yang tidak
menguntungkan. Keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan antara lain:
panas, dingin, kering, tekanan osmosis dan zatkimia tertentu. Jika kondisi
lingkungan membaik maka endospora akan tumbuh menjadi sel bakteri.
Endospora bakteri tidak berfungsi sebagai alat perkembangbiakan, tetapi
sebagai alat perlindungan diri.
D. Penggolongan Bakteri
Bakteri dapat digolong-golongkan berdasarkan persamaan ciri-ciri
morfologi, fisiologi, biokimia, tipe-tipe nutrisi, cara reproduksi, kemampuan
menghasilkan spor, motalitas dan siklus hidupnyat (Hasanah: 2015).
a. Berdasarkan bentuk tubuhnya
1. Kokus (bulat)
Bakteri yang berbentuk kokus, biasanya bulat ataupun berbentuk
oval, memanjang atau satu sisinya. Apabila bakteri berbentuk kokus ini
berkembang biak dengan membelah diri sel-selnya tetap berdempetan dan
tidak akan memisah. Bacteria yang berbentuk kokus ini masih bias dapat
dibedakan lagi menjadi beberapa macam yaitu:
a. monokokus
b. diplokokus (dua pasang).
c. Streptokokus, misalnya Streptococcus pyrogenes, S.thermophillus.
d. Stafilokokus, misalnya Staphylococcus aureus.
e. Diplokokus, misalnya Diplococcus pnemoniae
2. Basil (batang)
Bakteri berbentuk hasil menyerupai bentuk batang pendek,
selindris, yang ukuran dan bentuknya bermacam-macam.
a. Basilus, misalnya Eschericcia coli, Salmonella thypi, Lactobacillus.
b. Diplobasil yaitu basi dapat bergandengan dua-dua.
c. Streptobasil yaitu basil yang terlepas satu sama lain mempunyai ujung
tumpul, sedangkan basil yang dapat bergandengan satu sama lain
mempunyai ujung tajam, misalnya Azotobacter, Bacillus anthracis.
3. Vibrio (koma)
Bakteri yang bentuknya seperti batang, melengkung dan
menyerupai bentuk koma. Misalnya Vibrio cholerae.
4. Spirillum (spiral)
Bakteri yang berbentuk spiral iini, bentuknya bengkok-bengkok
serupa spiral. misalnya Treponema pallidum.
• Struktur dinding selnya tebal, sekitar 15-80 nm, berlapis tunggal atau
monolayer.
• Dinding selnya mengandung lipid yang lebih normal (1-4%),
peptidoglikan ada yang sebagai lapisan tunggal. Komponen utama
merupakan lebih dari 50% berat ringan. Mengandung asam tekoat.
• Bersifat lebih rentan terhadap penisilin.
• Pertumbuhan dihambat secara nyata oleh zat-zat warna seperti ungu
kristal.
• Komposisi nutrisi yang dibutuhkan lebih rumit.
• Lebih resisten terhadap gangguan fisik.
• Resistensi terhadap alkali (1% KOH) larut
• Tidak peka terhadap streptomisin
• Toksin yang dibentuk Eksotoksin Endotoksin
a. Rekombinasi Genetik
Adalah pemindahan secara langsung bahan genetic (DNA) di antara dua sel
bakteri melalui proses berikut:
1. Transformasi
Transformasi adalah perpindahan materi genetik berupa DNA dari sel
bakteri yang satu ke sel bakteri yang lain. Pada proses transformasi tersebut ADN
bebas sel bakteri donor akan mengganti sebagian dari sel bakteri penerima, tetapi
tidak terjadi melalui kontak langsung. Cara transformasi ini hanya terjadi pada
beberapa spesies saja, . Contohnya : Streptococcus pnemoniaeu, Haemophillus,
Bacillus, Neisseria, dan Pseudomonas. Diguga transformasi ini merupakan cara
bakteri menularkan sifatnya ke bakteri lain. Misalnya pada bakteri Pneumococci
yang menyebabkan Pneumonia dan pada bakteri patogen yang semula tidak kebal
antibiotik dapat berubah menjadi kebal antibiotik karena transformasi. Proses ini
pertama kali ditemukan oleh Frederick Grifith tahun 1982.
2. Transduksi
Transduksi adalah pemindahan materi genetik bakteri ke bakteri lain
dengan perantaraan virus. Selama transduksi, kepingan ganda ADN dipisahkan
dari sel bakteri donor ke sel bakteri penerima oleh bakteriofage (virus bakteri).
Bila virus – virus baru sudah terbentuk dan akhirnya menyebabkan lisis pada
bakteri, bakteriofage yang nonvirulen (menimbulakan respon lisogen)
memindahkan ADN dan bersatu dengan ADN inangnya, Virus dapat
menyambungkan materi genetiknya ke DNA bakteri dan membentuk profag.
Ketika terbentuk virus baru, di dalam DNA virus sering terbawa sepenggal DNA
bakteri yang diinfeksinya. Virus yang terbentuk memiliki dua macam DNA yang
dikenal dengan partikel transduksi (transducing particle). Proses inilah yang
dinamakan Transduksi. Cara ini dikemukakan oleh Norton Zinder dan Jashua
Lederberg pada tahun 1952.
3. Konjugasi
Konjugasi adalah bergabungnya dua bakteri (+ dan –) dengan membentuk
jembatan untuk pemindahan materi genetik. Artinya, terjadi transfer ADN dari sel
bakteri donor ke sel bakteri penerima melalui ujung pilus. Ujung pilus akan
melekat pada sel peneima dan ADN dipindahkan melalui pilus tersebut.
Kemampuan sel donor memindahkan ADN dikontrol oleh faktor pemindahan (
transfer faktor = faktor F )
b. Pembelahan Biner
Pada pembelahan ini, sifat sel anak yang dihasilkan sama dengan sifat sel
induknya. Pembelahan biner mirip mitosis pada sel eukariot. Badanya,
pembelahan biner pada sel bakteri tidak melibatkan serabut spindle dan
kromosom. Pembelahan Biner dapat dibagi atas tiga fase, yaitu sebagai berikut:
1. Fase pertama, sitoplasma terbelah oleh sekat yang tumbuh tegak lurus.
2. Fase kedua, tumbuhnya sekat akan diikuti oleh dinding melintang.
3. Fase ketiga, terpisahnya kedua sel anak yang identik. Ada bakteri yang segera
berpisah dan terlepas sama sekali. Sebaliknya, ada pula bakteri yang tetap
bergandengan setelah pembelahan, bakteri demikian merupakan bentuk koloni.
Pada keadaan normal bakteri dapat mengadakan pembelahan setiap 20 menit
sekali. Jika pembelahan berlangsung satu jam, maka akan dihasilkan delapan
anakan sel. Tetapi pembelahan bakteri mempunyai faktor pembatas misalnya
kekurangan makanan, suhu tidak sesuai, hasil eksresi yang meracuni bakteri, dan
adanya organisme pemangsa bakteri. Jika hal ini tidak terjadi, maka bumi akan
dipenuhi bakteri.
2. Bakteri merugikan
contoh penyakit yang disebabkan oleh bakteri:
1. Salmonella typhosa Menyebabkan Penyakit Tifus
2. Shigella dysenteriae Menyebabkan Penyakit Disentri basiler
3. Vibrio comma Menyebabkan Penyakit Kolera
4. Haemophilus influenza Menyebabkan Penyakit Influensa
5. Diplococcus pneumoniae Menyebabkan Penyakit Pneumonia
6. Mycobacterium tuberculosis Menyebabkan Penyakit TBC paru-paru
7. Clostridium tetani Menyebabkan Penyakit Tetanus
8. Neiseria meningitis Menyebabkan Penyakit Meningitis (radang selaput
otak)
9. Neiseria gonorrhoeae Menyebabkan Penyakit Gonorrhaeae (kencing
nanah)
10. Treponema pallidum Menyebabkan Penyakit Sifilis atau Lues
11. Mycobacterium leprae Menyebabkan Penyakit Lepra (kusta)
12. Treponema pertenue Menyebabkan Penyakit Puru atau patek.
DAFTAR PUSTAKA
Oleh:
Kerja enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor, terutama adalah substrat, suhu,
keasaman, kofaktor dan inhibitor. Tiap enzim memerlukan suhu dan pH (tingkat
keasaman) optimum yang berbeda-beda karena enzim adalah protein, yang dapat
mengalami perubahan bentuk jika suhu dan keasaman berubah. Di luar suhu atau pH
yang sesuai, enzim tidak dapat bekerja secara optimal atau strukturnya akan
mengalami kerusakan. Hal ini akan menyebabkan enzim kehilangan fungsinya sama
sekali. Kerja enzim juga dipengaruhi oleh molekul lain. Inhibitor adalah molekul
yang menurunkan aktivitas enzim, sedangkan aktivator adalah yang meningkatkan
aktivitas enzim. Banyak obat dan racun adalah inhibitor enzim.
Struktur dan Mekanisme
Enzim adalah penguraian dari bentuk protein yang berperan besar sebagai
senyawa yang reaksinya terus menerus bergerak dan mendukung terjadinya
metabolime untuk mempercepat proses kimia didalam tubuh.
2. Enzim makanan – Enzim yang mengandung zat nutrisi yang berasal dari buah
buahan, sayuran hijau dan orange serta dari sumber makanan tambahan lain yang
berfungsi
Enzim amilolitik yaitu enzim yang berperan dalam proses peleburan karbohidrat dan
sari tepung gula
Enzim Lipolitik yaitu enzim yang berperan dalam proses peleburan asaam lemak dan
gliserol
EnzimProteolitik yaitu enzim yang berperan dalam proses peleburan protein asam
amino
Enzim Nucleolytic yaitu enzim yang berperan dalam proses peleburan Asam nukleat
6. Enzim pepsin – Enzim penting yang terletak didalam lambung yang berguna
untuk merubah protein dan nutrisi lainnya agar dapat diserap dengan baik lalu
disebarkan keseluruh jaringan tubuh.
7. Enzim Tripsin – Enzim yang mampu mengubah pepton menjadi zat asam amino
yang berguna untuk proses penyerapan protein oleh jaringan usus
8. Enzim Sukrase – Enzim yang mampu mengubah sukrose menjadi glukosa dan
fruktosa yang sederhana. keberadaan enzim ini dihasilkan lewat saluran getah usus
halus
9. Enzim Ptialin – Enzim yang terletak diseputar rongga mulut yang terletak pada
kelenjar air liur.yang berguna menagatur dan mengontrol zat tepung atau pati menjadi
glukosa yang naantinya diubah menjadi sebuah energy.
10. Enzim Laktase – Enzim yang menyusun se kaligus mengatur jalnnya enzim
menjadi laktosa menjadi galaktosa dan glukosa. kedua enzim tersebut akan diserap
menjadi nutrisi yang dibutuhkan oleh semua jaringan yang ada didalam tubuh.
11. Enzim Peptidase – Enzim yang akan keluar bersama getah usus halus dan
mengubahnya menjadi sari protein penting yang dibutuhkan jaringan tubuh.
12. Enzim Isomaltase – Enzim yang dihasilkan oleh getah usus agar dapat
menggabungkan zat maltase menjadi kameltosa yang lebih efesien.
14. Enzim lipase – Fungsi enzim lipase yang bertugas menghancurkan dan
mencerna makanan lemak dan lipid untuk menjaga dan melindungi kantung empediu
agar tetap dalam keadaan normal.
15. Enzim Katalse – Berfungsi melindungi dan menjaga hati serta menetralisir gerak
dan pertumbuhan semua racun yang ada pada tubuh. Jika organ hati mengalami
gangguan maka racun yang memasuki tubuh sulit untuk dinetralisir dan dibuang
lewat urin dan keringat.
16. Enzim Arsinase – Berfungsi menyupali dan menyebarkan asam amino arginin
menjadi ornitin dan urea. Sifat zat ornitin sangat membatasi dan membelenggu
amonia dan karbon dioksida yang bersifat racun. Kemudian Ornitin dinetralisir oleh
hati agar racun daapat segera dihilangkan. (baca : fungsi hati)
17. Enzim Troponin – Berfungsi mengontrol dan mengatur otot jantung untuk
merespon sinyal yang diterima untuk reaksi atau kontraksi.
18. Enzim Aminotransferase alanin – Enzim yang ada pada sel hati, otot jantung,
ginjal dan otot rangka yang berfungsi melindungi dan meningkatkan kesehatan tubuh
dengan cara mereka masing masing.
20. Enzim yang ada pada lensa mata – Enzim yang ada pada lensa mata berfungsi
melindungi dan mempertahankan fungsinya pada bagian bagian mata dari degenerasi.
Tetapi seiring bertambahnya usia Enzim akan menurun kualitas fungsinya sehingga
menyebabkan perubahan kimia terhadap protein yang menjadikan koagulasi seperti
kabut putih yang menghalangi penglihatan serta jalan masuknya cahaya kedalam
retina. ini biasa terjadi:
23. Enzim Lisozim – Air susu ibu bersifat penyembuh alami yang lebih ampuh
daripada imunisasi bayi yang biasa dilakukan oleh manusia, karena ASI sarat dengan
nutrisi yang sanggup memberikan pertahanan dan perlindungan kuat terhadap
kesehatan dan pertumbuhan bayi, mampu mengatasi infeksi melalui sel fagosit
(pembunuh sel bakteri ) dan Imuniglobulin (antibodi). ASI mengandung dari berbagai
bentuk zat kekebalan tubuh yang bisa dijadikan antibiotik alami dan kinerjanya
didukung oleh kinerja enzim Lisozim dan bahkan Enzim Lisozim sudah menjadi
bagian yang mengikat dari ASI yang gunanya agar ASI selalu sehat dan terhindar dari
serangan bakteri.
24. Enzim yang ada pada minyak alami kulit – Kulit adalah benteng untuk
menghambat dan memperlambat aktifitas pertumbuhan virus dan bakteri. Kemudian
ada enzim yang menyertai minyak alami kulit yaitu Enzim fagosit yang fungsinya
membunuh bakteri dengan zat antibiotiknya. Bagian bagian kulit memiliki minyak
alami yang tersembunyi dibawah kulit dekat sel kolagen yang berfungsi untuk
melembabkan kulit didalam kondisi cuaca apapun dan mengatur volume keringat
agar racun yang keluar bersama keringat dapat segera disaring agar tidak menjadi
tumpukan bakteri.
25. Enzim saliva yang ada pada air liur – Air liur berfungsi mempercepat dan
mempermudah penghancuran dan pencernaan yang terjadi secara kimiawi. Air liur
mampu mempercepat pembuhan luka dan memperbaiki jaringan kulit yang rusak
karena infeksi, karena cairan air mengandung antibiotik alami. (baca : fungsi air liur
dalam proses pencernaan).
Klasifikasi Enzim
Enzim dapat digolongkan berdasarkan tempat bekerjanya, daya katalisisnya,
dan cara terbentuknya.
1. Penggolongan enzim berdasarkan tempat bekerjanya
a. Endoenzim
Endoenzim disebut juga enzim intraseluler, yaitu enzim yang bekerjanya di
dalam sel. Umumnya merupakan enzim yang digunakan untuk proses sintesis di
dalamsel dan untuk pembentukan energi (ATP) yang berguna untuk proses kehidupan
sel,misal dalam proses respirasi.
b. Eksoenzim
Eksoenzim disebut juga enzim ekstraseluler, yaitu enzim yang bekerjanya di
luar sel. Umumnya berfungsi untuk “mencernakan” substrat secara hidrolisis, untuk
dijadikan molekul yang lebih sederhana dengan BM lebih rendah sehingga dapat
masuk melewati membran sel. Energi yang dibebaskan pada reaksi pemecahan
substrat di luar sel tidak digunakan dalam proses kehidupan sel.
2. Penggolongan enzim berdasarkan daya katalisis
a. Oksidoreduktase
Enzim ini mengkatalisis reaksi oksidasi-reduksi, yang merupakan pemindahan
elektron, hidrogen atau oksigen. Sebagai contoh adalah enzim elektron transfer
oksidase dan hidrogen peroksidase (katalase). Ada beberapa macam enzim electron
transfer oksidase, yaitu enzim oksidase, oksigenase, hidroksilase dan dehidrogenase.
b. Transferase
Transferase mengkatalisis pemindahan gugusan molekul dari suatu molekul
ke molekul yang lain. Sebagai contoh adalah beberapa enzim sebagai berikut:
1. Transaminase adalah transferase yang memindahkan gugusan amina.
2. Transfosforilase adalah transferase yang memindahkan gugusan fosfat.
c. Hidrolase
Enzim ini mengkatalisis reaksi-reaksi hidrolisis, dengan contoh enzim adalah:
1. Karboksilesterase adalah hidrolase yang menghidrolisis gugusan ester
karboksil.
d. Liase
Enzim ini berfungsi untuk mengkatalisis pengambilan atau penambahan
gugusan dari suatu molekul tanpa melalui proses hidrolisis, sebagai contoh adalah:
1. L malat hidroliase (fumarase) yaitu enzim yang mengkatalisis reaksi
pengambilan air dari malat sehingga dihasilkan fumarat.
f. Ligase
Enzim ini mengkatalisis reaksi penggabungan 2 molekul dengan
dibebaskannya molekul pirofosfat dari nukleosida trifosfat, sebagai contoh
adalah enzim asetat=CoASH ligase yang mengkatalisis rekasi sebagai berikut:
Asetat + CoA-SH + ATP → Asetil CoA + AMP + P-P
1. Konsentrasi – Semakin besar dan kuat konsentrasi enzim maka waktu yang
dibutuhkan untuk reaksi semakin kuat dan cepat pula.sedangkan semakin besar
dan kuat konsentrasi substrat maka semakin kuat dan cepat kerja enzim.
2. Keseimbangan pH – Enzim selalu bekerja pada pH yang ideal dan bersifat netral
misalnya pada enzim pepsin yang bekerja pada pH asam sedangkan enzim tripsin
bekerja padaa pH yang biasa biasa saja.
3. Adanya logam berat – Enzim enzim dalam tubuh akan rusak dan tidak berfungsi
jika bercampur logam Ag, Zn, Cu, Cd dan Pb.
4. Adanya logam biasa – Enzim enzim akan merespon dengan baik jika bercampur
dengan ion logam golongan Mg, Mn, Ca, dan Fe.
5. Suhu yang ideal – Enzim bekerja dengan baik pada suhu ideal berkisar 30 sampai
40 derajat celsius , tetapi dibawah suhu tersebut enzim akan mengalami kehancuran,
kerusakan dan bahkan bisa tidak berfungsi.
Enzim amilase yang berfungsi mengubah zat tepung atau pati menjadi maltosa
Enzim Renin yang diproduksi oleh kelenjar yang menghasilkan enzim yang terletak
di dinding lambung
Enzim pepsin yang bertugas menghancurkan protein menjadi pepton
Enzim Amilase yang diproduksi oleh kelenjar air liur pada mulut dan kelenjar
pankreas
Enzim karbohidrase pankreas berfungsi untuk mencerna Amilu kemudian
mengubahnya menjadi senyawa sejenis disakarida
Enzim Maltase yang menguraikan maltosa menjadi bentuk glukosa
Enzim Laktase yang mengubah laktosa menjadi bentukan galaktosa dan gula glukosa
Enzim Sukrase yang mengubah bentukan sukrosa enjadi fruktosa dan gula glukosa
Enzim Peptidase yang menguraikan pepton berubah menjadi asam amino
Enzim Lipase yang menguraikan lemak menjadi gliserol dan asam lemak yang
sederhana
Enzim Enterokinese yang mengubah bentukan tripsinogen menjadi tripsin
Gastritis yaitu peradangaan yang sudah parah yang terletak pad dinding lambung
yaang menyebabkan kadar asam klorida pada lambung naik secara cepat.
Karena adnya infeksi dan peradangan yang disebakan penyakit hepatitis
Terjadinya diare karena selaput dinding bagian bagian usus besar mengalami luka
lalu iritasi dan menjadi infeksi.
Terjadi Sambelit yaitu terjadi pengerasan dan pembekuan yang sulit untuk
dikeluarkan yang disebkan kurangnya mengkonsumsi buah dan sayuran.
Terjadinya Apendisitis yaitu gangguan yang menyebabakan peradnagn apendisitis
yaang sudah parah, penyebabnya infeksi pasa saluran usus buntu.Terjadinya
Hemoroid yaitu penyakit ambeien yang terjadi
karena pembengkakan pada pembuluh vena disekitar anus.
Adanya pernyakit mag yang kronis yaitu terjadinya luka pada dinding lambung yang
menimbulkan nyeri perih , mual, muntah dan bakhan terserang perut kembung. Asam
lambung cenderung naik jika mengkonsumsi makanan yang mempunyai kadar aasam
dan gas yang berlebihan dan juga bisa dikarenakan stres yang berlebihan.
Tungkak lambung teritaasikarena faktor kuman , toksin dan kelelahan pada tubuh.
Kondisi seperti dapat merangsang pelepasan zat HCL di lambung , jika kadar HCL
terlalu banyak maka selaput lendir lambung akan menderita kerusakan.
Malnutrisi atau kekurangan zat gizi pada tubuh. kondisi kurang gizi dapat
menyebabkan pembentukan enzim pencernaan menjadi terganggu , kacau dan
kinerjanya jadi melambat. ini disebabkan karena sel sel pankreas Atropi kehilangan
terlalu banyak reticulum endoplasma atau penyakit kurang protein
Berikut adalah cara untuk meningkatkan kesehatan enzim yang ada di dalam tubuh :
1. Mengkonsumsi karbohidrat ramah : Kentang rebus, Beras merah, roti
gandum, Ubi jalar merah, Ketela pohon, Jagung rebus, Makanan jenis Oat Sereal
yang terbuat dari buah buahan dan sayurann.
2. Mengkonsumsi kacang kacangan yang ramah : Kacang tolo, Kacang
merah, Kacang kedelai, Kacang wijen, Kacang polong, Kacang mete, Kacang hijau
3. Mengkonsumsi daging ikan : Ikan salmon, Ikan sarden, Ikan kakap, Ikan mas, Ikan
Bandeng, Ikan gurame, Ikan tuna
4. Mengkonsumsi buah buahan : Buah pir, Buah kiwi, Kelapa muda, Buah
naga, Buah pir, Anggur, Pisang, Tomat, Jambu biji, Buat bit, Buah
naga, Wortel, Almond
5. Mengkonsumsi sayuran : Sawi, Seledri, Daun selada, Brokoli, Bok choi (sawi
hijau), Daun pepaya, Daun kangkung, kembang kol, Buncis, Bayam merah
1. Sebagai protein – Enzim adalah protein yang dipengaruhi oleh suhu dan pH. Pada
suhu yang ideal kinerja enzim akan mengalami keseimbangan yang optimal ketika
menghasilkan reaksi kimia yang berbeda beda.
2. Berperan sebagai biokatalisator – yaitu zat yang dapat melakukan proses reaksi
kimia dengan cepat dan juga lambat, namun zat tersebut justru tidak ikut ketika
proses sedang berlangsung.
3. Dapat mengurangi atau membatasi energi aktivasi – yaitu dapat menaikkan
volume kecepatan reaksi yaitu meperlemah energi aktivasi yang sangat diperlukan
untuk memulai reaksi
4. Enzim bekerja secara spesifik – satu jenis enzim hanya bekerja untuk satu substrat
saja. sebagai contoh: enzim maltase hanya daapat menghancurkan maltosa kemudian
mengubahnya menjadi glukosa.
5. Enzim mampu bekerja bolak balik secara konsisten – Enzim mempunyai
kemampuan menjalankan funginya mengatur, menjaga serta membentuk substrat dari
pengaturnya dengan cara berjalan lalu kembali lagi terus menerus seperti itu dengan
konsisten.
9. Penggunaan pestisida
Zat racun yang ada pada pestisida mampu memblokir kinerja enzim sehingga
mengakibatkan jumlah Asetylkholin meningkat kemudia bergabung dengan reseptor
Muskarinik dan Nikotinik didalam sistem saraf pusat pada bagian bagian otak, hal ini
dapat berpotensi besar menimbulkan keracunan yang mengakibatkan
ketidaknormalan fungsi enzim didalam tubuh.
Radikal bebas Endogen (yang ada didalam tubuh kita sendiri) – Radikal bebas
yang dihasilkan oleh tubuh sendiri yaitu Aiutoksidasi, Oksidasi enzimatik,
Respiratory Burst Contohnya Radikal bebas yang tersusun didalam jaringan sel tubuh
ketika kita bernafas yang memiliki efek negatif berupa Proses pembakaran, oksidasi
dan aktifitas olahraga yang dilakukan berlebihan
Radikal bebas Eksogen (yang ada diluar tubuh) – Radikal bebas yang dihasilkan
dari penggabungan partikel partikel kecil berbahaya yang melayang layang diudara
atau karena penyembuhan suatu penyakit yang melibatkan obat obatan tertentu serta
alat terapi, Contohnya : Genetika (keturunan ), Radiasi kemoterapi, Polusi udara dan
kelembaban, Semua yang berbentuk asap (asap rokok, asap kendaraan dan lain
lain), Radiasi Elektromagnetik (Sinar gaamma, photon, neutron dan lain
lain), Olahraga berlebihan (biasa terjadi karena ingin cepat kurus). Paparan radikal
bebas jika terus menerus menimpa tubuh maka berpotensi menyebabkan kerusakan
sel serta enzim tubuh, Akibatnya mengurangi sel dan enzim untuk bisa beradaptasi
kembali pada kondisi lingkungan.Paparan lampu listrik dengan daya yang sangat kuat
dan terang juga berpotensi sama buruknya dengan sinar matahari yaitu mampu
merusak pigmentasi pada kulit dan dehidrasi.
Cahaya lampu dapat masuk kategori sebagai radikal bebas, karena cahayanya yang
kuat memiliki efek ultra violet berbahaya. Untuk menghindari dampak buruknya:
Tubuh akan mengalami kesulitan dan tersendat sendat dalam melindungi sekaligus
mempertahankan homeostasis yaitu keseimbangan sistem tubuh.
Tubuh akan mengalami kesulitan mempercepat pemulihan pada sel yang rusak dan
memperbaiki ketidaknormalan sel selnya sendiri
Tubuh akan mengalami kesulitan menjaga dan mengatur sistem saraf dalam tubuh
Tubuh akan mengalami kesulitan untuk menjaga sistem endokrin agar tetap normal
Tubuh akan mengalami kesulitan untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh
Tubuh akan mengalami kesulitan dan tersendat sendat dalam melindungi sekaligus
mempertahankan homeostasis yaitu keseimbangan sistem tubuh.
Zat racun pada narkoba akan diserap dalam lambung dan usus lalu mengendap
didalam hati lalu diproses secara kimia mengalir masuk pada jaringan otak yang
dapat menimbulkan saraf pusat putus, jika ini terjadi akan menyebabkan sakit jiwa,
pelupa, terserang penyakit pikun ( alzheimer ) dan tidak bisa berfikir positif.
Kofaktor Prostetik – Kofaktor prostetik adalah zat yang melekat dengan kuat pada
enzim apapun yang ada dalam tubuh yang selalu menyuplai kekuatan daan kelancaran
kinerja enzim. Misalnya Molekul berbentuk bulatan pipih yang didalamnya
terkandung banyak besi. Molekul tersebut adalah prostetik dari bentukan sitokrom
oksidase, enzim katalase dan peroksidase
Kofaktor Ion organik – Kofaktor ion organik adalah zat yang melekat dengan kuat
pada enzim dan substrat komplek sehingga fungsi enzim lebih cepat dan maksimal.
Kofaktor Koenzim – Kofaktor Koenzim adalah zat yang mengandung ribose yang
berguna menyusun sifat dari reaksi aktifnya.
Pada dasarnya ada dua puluh alami asam amino, dan mereka hanya berbeda
dengan rantai samping (gugus R). Urutan asam amino menentukan struktur dan
fungsi protein dan enzim.
Enzim
Enzim adalah protein globular khusus tiga dimensi yang dapat bertindak
sebagai molekul biologis, untuk mengkatalisasi dan mengatur reaksi kimia dalam
organisme. Dalam satu sel, ada ribuan enzim berbeda. Itu karena hampir setiap reaksi
dalam sel membutuhkan enzim spesifik. Biasanya enzim menyebabkan reaksi seluler
terjadi jutaan kali lebih cepat daripada reaksi tanpa katalis.
Situs aktif yang hadir pada permukaan enzim menentukan derajat kekhususan
mereka. Jenis kekhususan enzim termasuk kekhususan mutlak, spesifisitas
stereokimia, spesifisitas kelompok, dan hubungan spesifisitas. Situs aktif adalah
retakan atau bagian cekungan pada permukaan enzim yang disebabkan oleh
pembentukan struktur tersier. Beberapa situs aktif mengikat hanya satu senyawa
tertentu, sementara yang lain dapat mengikat kelompok senyawa yang terkait erat.
Enzim tidak terpengaruh oleh reaksi yang dikatalisasi oleh mereka. Ada empat faktor
yang mempengaruhi aktivitas enzim, yaitu; suhu, pH, konsentrasi substrat, dan
konsentrasi enzim.
Protein
Semua enzim adalah protein globular, tetapi tidak semua protein globular. Beberapa
protein globular sementara ada juga yang tidak (bagian berserat memiliki struktur
tipis panjang).Tidak seperti protein lainnya, enzim dapat bertindak sebagai katalis,
untuk mengkatalisasi dan mengatur reaksi biologis.Enzim adalah protein fungsional,
sedangkan protein dapat berupa fungsional atau struktural.Tidak seperti protein
lainnya, enzim adalah molekul tertentu dengan substrat yang sangat spesifik.Protein
dapat dicerna atau dipecah oleh enzim (protease).
Pengetian Protein
Protein adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang
merupakan polimer dari monomer – monomer asam amino yang dihubungkan satu
sama lain dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung karbon, hidrogen,
oksigen, nitrogen dan kadang kala sulfur serta fosfor . Protein berperan penting dalam
struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup dan virus. Kebanyakan protein
merupakan enzim atau subunit enzim. Jenis protein lain berperan dalam fungsi
struktural atau mekanis, seperti misalnya protein yang membentuk batang dan sendi
sitoskeleton.
SUMBER PROTEIN
Sumber protein dapat diperoleh dari bahan makanan hewani, yang merupakan
sumber protein terbaik dalam jumlah maupun mutu, namun rata-rata penduduk
Indonesia hanya mengonsumsi sebanyak 18,4%. Dan sumber nabati yang merupakan
sumber protein yang sering dikonsumsi oleh penduduk Indonesia. Berikut ialah
beberapa bahan makanan dari hewani dan nabati:
1. Hewani
a. Daging ayam tanpa kulit
b. Ikan laut
c. Telur
d. Susu dan olahannya
e. Kepiting
2. Nabati
a. Brokoli
b. Kacang almond
c. Buah manggis, jeruk, pisang, apel
d. Jagung manis
e. Padi-padian
f. Tahu tempe
g. Asparagus
FUNGSI PROTEIN
Protein memegang peran penting dalam berbagai proses biologi. Peran-peran
tersebut diantaranya ialah:
1. Katalis enzimatik
Hampir semua reaksi kimia dalam sistem biologi dikatalisasis oleh enzim dan hampir
semua enzim adalah protein
2. Transortasi dan penyimpanan
Berbagai molekul kecil dan ion-ion ditransportasi oleh protein spesifik, misalkan
pada transportasi O2 di dalam eritrosit oleh hemoglobin.
3. Koordinasi gerak
Kontraksi otot dapat terjadi karena pergeseran dua filamen protein. Contohnya
pergerakan kromosom saat proses mitosis.
4. Penunjang mekanis
Ketegangan kulit dan tulang disebabkan oleh kolagen yang merupakan protein
fibrosa.
5. Protein imun
Antibodi merupakan protein yang sangat spesifik dan dapat mengenal serta
berkombinasi dengan benda asing seperti virus, bakteri, dan sel dari organisme lain.
6. Membangkitkan dan menghantarkan impuls saraf
Respon sel saraf terhadap rangsangan spesifik diperantarai oleh rotein reseptor.
Contohnya protein reseptor pada sinapsis
7. Pengaturan pertumbuhan dan diferensiasi
Pada organisme tingkat tinggi pertumbuhan dan diferensiasi diatur oleh protein faktor
pertumbuhan. Misalnya faktor pertumbuhnan saraf yang mengendalikan pertumbuhan
jaringan saraf, selain itu banyak hormon yang merupakan protein.
2. Kekurangan protein
Berikut ini terdapat beberapa penyakit dan hal-hal buruk bila kekurangan protein:
a. Edema
Penyakit ini biasanya disebut dengan retensi air yakni penyakit kekurangan protein
yang paling sering diderita manusia. Kita ketahui bahwa darah yang mengalir di
dalam tubuh manusia mengandung berbagai macam nutrisi bagi metabolisme tubuh,
regenerasi sel, pemugaran sel dan lainnya. Apabila darah yang mengalir itu tak
memiliki cukup protein maka anda akan mengalami gejala tekanan darah rendah. Bila
tubuh mengalami tekanan darah rendah maka gejala awal yang diderita ialah pusing,
lemas dan malas beraktifitas. Tentu gejala seperti ini akan mengurangi rutinitas
keseharian misalnya bekerja, memasak, kuliah dan lainnya. Bila kejadian ini terus
berlanjut maka genre darah yang tak mengandung protein akan membentuk jaringan
mirip dengan gumpalan air pada sekitar pembuluh darah. Jaringan yang dipenuhi
dengan air inilah yang disebut dengan edema.
b. Kelelahan
Tubuh yang lemas dan sering lelah menjadi salah pertanda bahwa tubuh manusia
mengalami penyakit kekurangan protein. Protein ialah zat krusial bagi tubuh buat
tetap sehat dan kuat dalam melakukan gerakan-gerakan fisik, seperti berjalan,
menulis, berlari, mengangkat dan lainnya. Tanpa protein maka jaringan otot yang
lelah atau rusak tak bisa melakukan regenerasi akibatnya otot akan mudah lelah
bahkan akan mengalami gejala yang lebih parah misalnya kram, rheumatik dan
lainnya.
c. Rambut rontok
Rambut yang mengalami kerontokan secara tak normal bisa diakibatkan tubuh karena
kekurangan protein. Rambut yang rontok secara normal hanya sekitar puluhan helai
rambut setiap setelah keramas, namun bila yang ada ratusan helai rambut yang rontok
setiap harinya maka ini ialah pertanda bahwa anda mengalami penyakit rambut
rontok. Rambut rontok tak boleh dipandang remeh sebab dapat membuat kepala
menjadi botak. Jika kepala sudah mengalami kebotakan maka akan sulit buat kembali
menyuburkannya, biaya mahal akan keluarkan buat mengatasi kebotakan. Rambut
nan kuat dan sehat bisa dimiliki seseorang bila dia mengkonsumsi cukup protein dan
nutrisi bagi rambut lainnya, misalnya vitamin E.
d. Fungsi otak terganggu
Otak ialah pusat saraf manusia dalam berpikir dan mengendalikan setiap gerakan
tubuh. Otak yang sehat harus disuplai dengan makanan yang bergizi, misalnya
protein, vitamin, mineral dan lainnya. Penyakit kekurangan protein ini akan membuat
kecepatan berpikir otak menjadi rendah bahkan dapat mengakibatkan gangguan yang
lebih parah seperti kecepatan motorik berkurang, stres, depresi, dan lainnya.
e. Sulit buang air besar
Pencernaan akan berjalan dengan baik bila tubuh dalam pemenuhan protein. Buang
besar dan sembelit oleh pakar kesehatan dikatakan sebagai salah satu berbagai
penyakit dampak kekurangan protein.
f. Denyut jantung rendah
Jantung manusi berdetak setiap detiknya. Dalam berdetak ternyata jantung
membutuhkan protein. Bila tubuh kekurangan protein maka denyut jantung dapat
menjadi rendah misalnya dibawah 60 denyut/menit.
Proses Metabolisme dari Sukrosa Menjadi Asam Sitrat
Oleh:
DISAKARIDA
Disakarida adalah suatu oligosakarida yang paling banyak terdapat di alam.
Oligosakarida merupakan polimer dengan derajat polimerisasi 2 sampai 10 dan
biasanya bersifat larut dalam air. Oligosakarida yang terdiri dari dua molekul disebut
sakarida. Disakarida merupakan kelompok karbohidrat yang tersusun dari dua unit
monosakarida. Unit monosakarida penyusun disakarida itu dapat berasal dari unit
yang sama atau berbeda. Ikatan antara unit monosakarida dalam pembentukan
disakarida disebut ikatan glikosida. Salah satu contoh reaksi pembentukan disakarida
adalah sebagai berikut :
C6H12O6 + C6H12O6 C12H22O12 + H2O
(monosakarida) (disakarida)
Dalam reaksi tersebut di atas terjadi pelepasan air. Beberapa jenis disakarida
yang penting adalah laktosa, sukrosa, dan maltosa.
Glukosa bisa disalurkan dalam darah dan selanjutnya disimpan dalam sel otot
dan sel hati. Saat kita mendapatkan glukosa dari makanan, glukosa akan diserap
melalui usus halus, dan kemudian disalurkan lewat darah. Gula yang berada di darah
disebut dengan gula darah. Keberadaan gula darah ini selanjutnya akan merangsang
hormon insulin. Hormon insulin akan dilepaskan ke darah oleh organ bernama
pankreas untuk jadi pengantar gula darah masuk dalam sel-sel otot dan sel-sel hati
untuk disimpan. Berbeda dengan jalur metabolisme fruktosa.
Fruktosa tidak akan dialirkan ke dalam darah, sehingga membuat kadar gula
darah stabil. Alih-alih ke darah, fruktosa akan masuk ke dalam hati dan diproses di
dalam organ tersebut. Fruktosa juga bersifat lipogenik, sehingga dapat merangsang
produksi sel lemak. Keberadaan fruktosa tidak merangsang produksi hormon leptin
yang bertugas mengatur asupan dan pengeluaran energi. Nah, maka itu, kalau orang
kelebihan fruktosa dikhawatirkan penumpukan lemak akan lebih cepat terjadi
dibandingkan jika kelebihan glukosa. Kelebihan fruktosa memiliki efek yang sama
dengan orang yang kelebihan makanan berlemak.
SUMBER SUKROSA
Sukrosa adalah gula yang dapat ditemukan di banyak produk makanan dan
bahan makanan yang biasanya kita konsumsi. Hampir seluruh makanan memakai
sukrosa atau gula pasir dan berikut ini adalah daftar makanannya:
1. Roti
2. Puding
3. Sirup
4. Kue
5. Susu
6. Es krim
7. Cokelat
8. Es tebu
9. Permen
10. Minuman kemasan/minuman ringan
11. Aren, dll.
Makanan dan minuman manis memang menambah tenaga di dalam tubuh kita
secara lebih baik, namun mengonsumsi secukupnya akan jauh lebih baik daripada
berlebihan. Tak hanya tak baik bagi anak, orang dewasa pun perlu membatasi
konsumsi sukrosa dengan baik.
Karbohidrat, lipid dan protein sebagai makanan sumber energi harus dicerna
menjadi molekul-molekul berukuran kecil agar dapat diserap. Semua hasil
pencernaan di atas diproses melalui lintasan metaboliknya masing-masing menjadi
Asetil KoA, yang kemudian akan dioksidasi secara sempurna melalui siklus asam
sitrat dan dihasilkan energi berupa adenosin trifosfat (ATP) dengan produk buangan
karbondioksida (CO2).
1. Glikolisis
Tahap 1 :
Glukosa (G) mengalami fosforilasi menjadi glukosa6-fosfat (G6P). Reaksi ini
dikatalis oleh enzim heksokinase/glukokinase yang memerlukan Ion Mg²⁺ sebagai
kofaktor. Fosforilasi glukosa menjadi glukosa6-fosfat membutuhkan gugus fosfat dan
energi yang diperoleh dari penguraian ATP menjadi ADP.
Tahap 2:
Glukosa6-fosfat (G6P) mengalami isomerasi menjadi fruktosa-6-fosfat (F6P),
reaksi ini dikatalis oleh enzim fosfoglukoisomerase/fosfoheksoisomerase. Reaksi
berlangsung dengan cepat karena standar energi bebas yang kecil dan tidak
memerlukan kofaktor.
Tahap 3 :
Reaksi pemasukkan gugus fosfat dari ATP ke molekul fruktosa-6-fosfat
sehingga dihasilkan fruktosa-1,6-difosfat. Reaksi ini dikatalis oleh enzim
fosfofruktokinase (PFK) yang memerlukan Ion Mg²⁺ sebagai kofaktor.
Tahap 4 :
Reaksi pemecahan senyawa karbohidrat beratom karbon 6 menjadi 2 senyawa
beratom karbon 3 ke molekul fruktosa-1,6-difosfat sehingga dihasilkan gliseraldehid
3-fosfat (GA3P) dan dihidroksiaseton fosfat (DHAP). Reaksi ini dikatalis oleh enzim
Aldose.
Tahap 5 :
Karena gliseraldehid 3-fosfat digunakan dalam glikolisis, maka
dihidroksiaseton fosfat dikonversi seluruhnya secara kontinyu menjadi gliseraldehid
3-fosfat, sehingga menghasilkan 2 molekul gliseraldehid 3-fosfat. Reaksi ini dikatalis
oleh enzim Triose Phoshphate Isomerase.
Tahap 6 :
Pemasukan 1 gugus fosfat dari asam fosfat (bukan dari ATP) dan
Gliseraldehid 3-fosfat mengalami oksidasi menjadi asam 1,3-difosfogliserat (2
molekul) yang dikatalis oleh enzim Gliseraldehida 3 fosfat dehidrogenase sehingga
menghasilkan NADH dari NAD⁺ . Oksidasi 1 molekul NADH melalui fosforilasi
oksidatif menghasilkan 3 molekul ATP.
Tahap 7 :
Asam 1,3 difosfoliserat di konversi menjadi asam 3-fosfogliserat, yang
dikatalis oleh enzim Fosfogliseril Kinase yang memerlukan Ion Mg⁺ sebagai
kofaktor. Karena dihasilkan 2 molekul ATP untuk setiap 1 glukosa, maka pada tahap
ini reaksi menjadi impas dan merupakan reaksi pertama dari glikolisis yang
menghasilkan energi.
Tahap 8 :
Asam 3-fosfogliserat mengalami reaksi isomerasi reversible menjadi asam 2-
fosfogliserat, yang dikatalis oleh enzim Fosfogliseril mutase yang memerlukan Ion
Mg²⁺ atau Ion Mn²⁺ sebagai kofaktor.
Tahap 9 :
Molekul asam 2-fosfogliserat melepaskan 1 molekul sehingga terbentuk
molekul asam fosfoenolpiruvat, yang dikatalis oleh enzim Enolase dan Ion Mg²⁺ atau
Ion Mn²⁺ sebagai kofaktor.
Tahap 10:
Pembentukkan asam piruvat dari asam fosfoenolpiruvat (PEP) dikatalis oleh
enzim Piruvat Kinase yang memerlukan Mg²⁺ sebagai kofaktor, gugus fosfat yang
dilepaskan oleh PEP digunakan untuk mensintesis ATP dari ADP dan fosfat.
Hasil Glikolisis
Reaksi yang mengubah asam piruvat (hasil dari Glikolisis) yang beratom 3 C
menjadi senyawa baru yang beratom C dua buah yaitu asetil koenzim-A (asetil ko-A),
reaksi ini berlangsung di inti membran mitokondria.
Setelah melalui reaksi glikolisis, jika terdapat molekul oksigen yang cukup
maka asam piruvat akan menjalani tahapan reaksi selanjutnya, yaitu siklus Krebs
yang bertempat di matriks mitokondria. Jika tidak terdapat molekul oksigen yang
cukup maka asam piruvat akan menjalani reaksi fermentasi. Akan tetapi, asam piruvat
yang mendapat molekul oksigen yang cukup dan akan meneruskan tahapan reaksi
tidak dapat begitu saja masuk ke dalam siklus Krebs, karena asam piruvat memiliki
atom C terlalu banyak yaitu 3 buah. Persyaratan molekul yang dapat menjalani siklus
Krebs adalah molekul tersebut harus mempunyai dua atom C.
Tahap 1 :
Diawali dg reaksi kondensasi antara asetil KoA dg oksaloasetat sehingga
dihasilkan sitrat (yg mrpkan senyawa antara pertama dari siklus ini). Reaksi ini
dikatalisis oleh enzim sitrat sintase
Tahap 2 :
Reaksi pembentukan isositrat dari sitrat melalui senyawa antara terikat enzim,
cis-akonitat, yg dikatalisis secara reversible oleh enzim akonitat hidratase/akonitase
Tahap 3 :
Oksidasi isositrat menjadi α-ketoglutarat berlangsung melalui pembentukan
senyawa antara oksalosuksinat, dikatalisis oleh enzim Isositrat dehidrogenase. Reaksi
ini merupakan reaksi pertama dalam TCA yang menghasilkan NADH.
Tahap 4 :
Dekarboksilasi oksidatif α-ketoglutarat menjadi suksinil Co-A yang
dikatalisis oleh enzim α-ketoglutarat dehidrogenase.
Tahap 5 :
Suksinil KoA mengalami hidrolisis menjadi asam bebasnya. Merupakan
reaksi pelepasan gugus KoA dari suksinil-KoA menjadi di suksinat yg dirangkai dg
rekasi pembentukan energi dalam bentuk Guanosin Trifosfat (GTP) dari Guanosin
Difosfat (GDP) dan fosfat anorganik yang dikatalis oleh enzim Suksinil-KoA
sintetase.
Tahap 6 :
Mengoksidasi suksinat menjadi fumarat yang dikatalis oleh enzim suksinat
dehidrogenase, enzim ini adalah satu-satunya enzim yang terlibat dalam siklus asam
sitrat yang terikat kuat dengan membran. Dua hidrogen ditrasnsfer ke FAD untuk
membentuk FADH₂.
Tahap 7 :
Merupakan reaksi hidrasi fumarat menjadi malat, yaitu penambahan satu
molekul H2O ke ikatan rangkap dalam molekul fumarat utk menghasilkan malat.
Reaksi ini berlangsung secara reversible yg dikatalisis oleh enzim fumarat hidratase
atau fumarase
Tahap 8 :
Reaksi tahap akhir dari siklus krebs, terjadi dehidrogenasi atau oksidasi malat
menjadi oksaloasetat melalui reaksi reversible yang dikatalisis oleh enzim malat
dehidrogenase dan menghasilkan molekul NADH.
Asam sitrat terdapat pada berbagai jenis buah dan sayuran, namun ditemukan
pada konsentrasi tinggi, yang dapat mencapai 8% bobot kering, pada jeruk lemon dan
limau (misalnya jeruk nipis dan jeruk purut).
Asam sitrat merupakan asam organik lemah yang ditemukan pada daun dan
buah tumbuhan genus Citrus (jeruk-jerukan). Senyawa ini merupakan bahan
pengawet yang baik dan alami, selain digunakan sebagai penambah rasa masam pada
makanan dan minuman ringan. Dalam biokimia, asam sitrat dikenal sebagai senyawa
antara dalam siklus asam sitrat yang terjadi di dalam mitokondria, yang penting
dalam metabolisme makhluk hidup. Zat ini juga dapat digunakan sebagai zat
pembersih yang ramah lingkungan dan sebagai antioksidan.
Asam sitrat didapatkan dari tiga gugus karboksil COOH yang dapat melepas
proton dalam larutan. Jika hal ini terjadi, ion yang dihasilkan adalah ion sitrat. Sitrat
sangat baik digunakan dalam larutan penyangga untuk mengendalikan pH larutan. Ion
sitrat dapat bereaksi dengan banyak ion logam membentuk garam sitrat. Selain itu,
sitrat dapat mengikat ion-ion logam dengan pengkelatan, sehingga digunakan sebagai
pengawet dan penghilang kesadahan air.
Pada temperatur kamar, asam sitrat berbentuk serbuk kristal berwarna putih.
Serbuk kristal tersebut dapat berupa bentukan hydrous (bebas air), atau bentuk
monohidrat yang mengandung satu molekul air untuk setiap molekul asam sitrat.
Bentuk anhydrous asam sitrat mengkristal dalam air panas, sedangkan bentuk
monohidrat didapatkan dari kristalisasi asam sitrat dalam air dingin. Bentuk
monohidrat tersebut dapat diubah menjadi bentuk anhydrous dengan pemanasan di
atas 74 °C. Secara kimia, asam sitrat bersifat seperti asam karboksilat lainnya. Jika
dipanaskan di atas 175 °C, asam sitrat terurai dengan melepaskan karbon dioksida
dan air.
SEJARAH ASAM SITRAT
Dalam proses produksi asam sitrat yang sampai saat ini lazim digunakan,
biakan kapang Aspergillus niger diberi sukrosa agar membentuk asam sitrat. Setelah
kapang disaring dari larutan yang dihasilkan, asam sitrat diisolasi dengan cara
mengendapkannya dengan kalsium hidroksida membentuk garam kalsium sitrat.
Asam sitrat di-regenerasi-kan dari kalsium sitrat dengan penambahan asam sulfat.
Cara lain pengisolasian asam sitrat dari hasil fermentasi adalah dengan
ekstraksi menggunakan larutan hidrokarbon senyawa basa organik trilaurilamina
yang diikuti dengan re-ekstraksi dari larutan organik tersebut dengan air.
1. METODE FERMENTASI
Proses fermentasi asam sitrat bisa dilakukan dengan 2 metode yaitu metode
permukaan (surface process)/kultur permukaan dan metode bawah permukaan
(submarged process)/kultur terendam. Fermentasi kultur permukaan dapat
menggunakan media cair maupun media padat. Sedangkan pada fermentasi kultur
terendam bisa dilakukan pada fermentor berpengaduk dan air lift fermentor.
Fermentasi kultur terendam lebih sulit dilakukan daripada fermentasi kultur
permukaan tetapi dapat dilakukan secara curah, proses curah terumpani atau
sinambung.
B. PROSES FERMENTASI
Larutan gula dari berbagai sumber telah digunakan sebagai bahan baku untuk
pembuatan asam sitrat dalam skala industri, tetapi sukrosa dan glukosa tetap
merupakan bahan baku yang paling mudah dan paling baik kemudian diikuti oleh
maltosa dan molase (tetes). Mekanisme pembentukan asam sitrat seperti dinyatakan
dengan siklus Krebs atau siklus asam trikarboksilat, yaitu bahwa asam piruvat yang
diperoleh dari glukosa menghasilkan Acetil CoA yang berkondensasi dengan asam
oxalo-asetat yang telah terbentuk dalam siklus menghasilkan asam sitrat.
Asam sitrat merupakan senyawa antara pada siklus krebs. Lintasan reaksi
karbolik yang mendahului pembentukan asam sitrat ini diantaranya adalah lintasan
glikolisis (Embden-Meyerhoff parnas) dan lintasan Entner Doudoroff yang
menyediakan senyawa antara asam piruvat yang merupakan senyawa kunci dalam
metabolisme sel. Sebagian besar (80%) dari glukosa diubah menjadi piruvat melalui
lintasan glikolisis. Piruvat akan mengalami dekarboksilasi dan berkaitan dengan
koenzim A membentuk asetil KoA dan selanjutnya masuk ke dalam siklus krebs
dengan bantuan enzim piruvat karboksilase yang mengubah piruvat menjadi
oksaloasetat.
Diduga bahwa terjadinya akumulasi asam sitrat ini adalah sebagai akibat dari
adanya kekurangan enzim disebabkan kurangnya unsure-unsur nutrisi. Kekurangan-
kekurangan nitrogen, fosfat, mangan, besi dan seng adalah unsure-unsur yang sering
disebut-sebut. Apabila kadar logamnya tinggi, maka untuk mengurainya biasanya
tetesnya mengalami pengolahan pendahuluan terlebih dahulu, yaitu dengan
penambahan Kalium ferrosianida atau dengan cara pertukaran ion. Media untuk
produksi asam sitrat harus menyediakan semua kebutuhan zat gizi mikroba, yaitu
meliputi sumber karbon, nitrogen dan mineral.
A. Sumber Karbon
Berbagai hasil pertanian, atau limbah pengolahan hasil pertanian dapat
digunakan sebagai sumber karbon diantaranya adalah umbi-umbian (misalnya ubi
kayu, talas dan singkong) sirup glukosa yang berasal dari pati yang dihidrolisa
dengan asam, sukrosa, molase (bai dari gula maupun bit), onggok, dedak padi atau
gandum, limbah pengolahan kopi dan limbah pengolahan nenas.
Enzim yang membantu mempercepat reaksi (katalis) : ATP, Mg2+, Mn2+, dan K+
atau NH4+.
(Tugas Resume)
Disusun Oleh:
Jamur sederhana berupa sel tunggal atau benang-benang hifa saja. Jamur tingkat
tinggi terdiri dari anyaman hifa yang disebut prosenkim atau pseudoparenkim. Posenkim
adalah jaringan hifa yang kendor dan pseudoparenkim adalah anyaman hifa yang lebih
padat dan seragam. Sering terdapat anyaman hifa yang padat dan berguna untuk
mengatasi kondisi buruk yaitu rhizomorf atau sklerotium. Ada pula yang disebut stroma
yaitu jalinan hifa yang padat dan berfungsi sebagai bantalan tempat tumbuhnya
bermacam-macam bagian lainnya (Sumarsih, 2003).
Cara hidup jamur lainnya adalah melakukan simbiosis mutualisme. Jamur yang
hidup bersimbiosis, selain menyerap makanan dari organisme lain juga menghasilkan zat
tertentu yang bermanfaat bagi simbionnya. Simbiosis mutualisme jamur dengan tanaman
dapat dilihat pada mikoriza, yaitu jamur yang hidup di akar tanaman kacang-kacangan
atau pada liken. Jamur berhabitat pada bermacammacam lingkungan dan berasosiasi
dengan banyak organisme. Meskipun kebanyakan hidup di darat, beberapa jamur ada
yang hidup di air dan berasosiasi dengan organisme air. Jamur yang hidup di air
biasanya bersifat parasit atau saprofit, dan kebanyakan dari kelas Oomycetes.
5. Klasifikasi Jamur
Jamur atau fungi dipelajari secara spesifik di dalam cabang biologi yang disebut
mikologi. Para ahli mikologi (mycologist) mengelompokkan kingdom ini ke dalam 6
divisi. Dasar yang digunakan dalam klasifikasi ini adalah persamaan ciri-ciri. Salah satu
ciri jamur adalah bereproduksi dengan spora, baik spora berflagela maupun spora tidak
berflagela. Jenis-jenis jamur yang sporanya berflagela dikelompokan dalam Dunia
Protista yaitu Myxomycotina dan Oomycotina. Sedangkan yang memiliki spora tidak
berflagela dimasukkan ke dalam Dunia Fungi dan dibagi menjadi 3 divisi, yaitu Divisi
Zygomycotina, Divisi Ascomycotina, dan Divisi Basidiomycotina. Dasar klasifikasi
ketiga divisi tersebut adalah cara reproduksi seksual, sedangkan jamur-jamur yang
reproduksi seksualnya belum diketahui, diklasifikasikan ke dalam Divisi
Deuteromycotina. Berikut klasifikasi Jamur menurut Sumarsih (2003):
Jamur air dapat bereproduksi secara seksual atau aseksual. Secara aseksual,
jamur air menghasilkan sporangium di ujung hifa. Di dalam sporangium tersebut,
dihasilkan spora yang berfl agella yang disebut zoospora. Ketika zoospora matang dan
jatuh di tempat yang sesuai, maka akan berkecambah dan tumbuh menjadi mycelium
baru. Adapun reproduksi secara seksual terjadi melalui penyatuan gamet jantan dan
gamet betina. Gamet jantan dihasilkan oleh antheredium dan gamet betina dihasilkan
dari oogonium. Penggabungan gamet jantan dan gamet betina menghasilkan zigot
diploid. Zigot ini nantinya akan berkembang menjadi spora, yang berdinding tebal. Saat
spora berkecambah, akan dihasilkan mycelium baru.
3) Zygomycotina
Zygomycotina disebut juga sebagai the coenocytic true fungi. Jenis jamur yang
terkenal dari kelompok ini adalah jamur hitam pada roti (black bread mold) atau
Rhizopus sp. Divisi Zygomycotina memiliki anggota yang hampir semuanya hidup pada
habitat darat, kebanyakan hidup sebagai saprofit. Tubuhnya bersel banyak, berbentuk
benang (hifa) yang tidak bersekat, bersifat kaenositik (mempunyai beberapa inti) dan
tidak menghasilkan spora yang berflagella.
Reproduksi Zygomycotina terjadi secara aseksual dan seksual. Pada reproduksi
seksual, jamur ini menghasilkan zigospora. Sedangkan reproduksi aseksualnya dengan
perkecambahan (germinasi) spora. Spora tersebut tersimpan di dalam sporangium (kotak
spora). Jika spora matang, sporangium akan pecah, sehingga spora menyebar terbawa
angin. Apabila spora tersebut jatuh di tempat yang sesuai, maka spora akan tumbuh
menjadi hifa baru.
Reproduksi seksual atau generatif dilakukan dengan cara konjugasi. Proses ini
diawali ketika dua hifa yang berlainan jenis, yakni hifa (+) dan hifa (-), saling
berdekatan. Masing-masing hifa pada sisi-sisi tertentu mengalami pembengkakan dan
perpanjangan pada bagian- bagian tertentu, disebut gametangium. Kemudian, kedua
gametangium tersebut bertemu dan kedua intinya melebur membentuk zigot. Zigot
kemudian berkembang menjadi zigospora (diploid). Pada tahapan berikutnya, zigospora
tumbuh, dindingnya menebal dan berwarna hitam. Inti diploid (2n) mengalami meisosis,
menghasilkan inti haploid (n). Pada lingkungan yang sesuai, zigospora akan tumbuh dan
membentuk sporangium. Sporangium ini memiliki struktur penopang yang disebut
sporangiofora. Selanjutnya, reproduksi secara aseksual dimulai lagi yaitu ditandai
dengan pematangan sporangium hingga sporangium tersebut pecah dan spora tersebar
keluar.
5. Basidiomycotina
Divisi Basidiomycotina sering disebut juga sebagai the club fungi atau yang
sering disebut jamur pada umumnya (cendawan atau mushrooms). Jamur ini
bereproduksi secara seksual dengan membentuk basidia yang kemudian menghasilkan
basidiospora di dalam tubuh buah yang disebut basidioma atau basidiokarp . Basidia
tersebut bisa berkembang dalam bentuk seperti insang, pori-pori, seperti gigi, atau
struktur lain. Hifa dari Basiomycotina umumnya dikaryotik (binukleat, dengan 2 inti)
dan terkadang memiliki hubungan yang sa ling mengapit. Sel-sel tersebut dipisahkan
oleh septa yang kompleks.
Anggota nya kebanyakan berupa jamur makroskopis. Kelompok ini memiliki
miselium yang bersekat dan memiliki tubuh buah (basi diokarp) yang panjang, berupa
lembaran- lembaran, yang berliku-liku atau bulat. Jamur ini umumnya hidup saprofi t
dan parasit, umumnya berkembang biak secara aseksual dengan konidium.
Siklus hidup Basidiomycota dimulai dari spora basidium atau konidium yang
tumbuh menjadi hifa yang bersekat dengan 1 inti (monokariotik). Hifa tersebut
kemudian tumbuh membentuk miselium. Hifa-hifa yang berbeda, hifa (+) dan hifa (-),
bersinggungan pada masing- masing ujungnya dan melebur diikuti dengan larutnya
masingmasing dinding sel. Kemudian inti sel dari salah satu sel pindah ke sel yang
lainnya, sehingga sel tersebut memiliki 2 inti sel (dikariotik). Sel dikariotik tersebut
akhirnya tumbuh menjadi miselium dikariotik dan selanjutnya menjadi tubuh buah
(basidiokarp).
Basidiokarp memiliki bentuk seperti payung. Pada bagian bawahnya terdapat
basidium yang terletak pada bilah-bilah (lamela). Masingmasing basidium memiliki 2
inti (2n). Kemudian 2 inti tersebut mengalami meiosis dan akhirnya terbentuk 4 inti
haploid. Dan apabila mendapatkan lingkungan yang sesuai, inti haploid tersebut akan
tumbuh menjadi spora basidium, atau disebut juga spora seksual. Begitu seterusnya
membentuk siklus hidup Basidiomycotina.
Berbagai jenis jamur yang dikonsumsi kita konsumsi dalam kehidupan sehari-
hari adalah anggota Basidiomycotina. Jenis-jenis tersebut antara lain:
a) Volvariella volvacea (jamur merang)
Jamur ini mempunyai tubuh buah berbentuk seperti payung, terdiri atas
lembaran-lembaran (bilah), yang berisi basidium. Tubuh buahnya berwarna putih
kemerah-merahan. Jamur ini merupakan sumber protein, kadar kalorinya tinggi,
tetapi kadar kolesterolnya rendah.
b) Auricularia polythrica (jamur kuping)
Jamur kuping merupakan jamur saprofit pada kayu yang mati. Tubuh
buahnya berbentuk seperti daun telinga (kuping), berwarna merah kecoklat-
coklatan. Rasanya enak dan bisa dimakan seperti sayuran.
6) Deuteromycotin
Beberapa jamur yang belum diketahui alat reproduksi generatifnya dimasukkan
ke dalam Deuteromycotina. Kelompok jamur ini juga sering disebut sebagai jamur tidak
sempurna atau the imperfect fungi. Jamur ini tidak mengalami reproduksi seksual atau
mereka menunjukkan tahap aseksual (anamorph) dari jamur yang memiliki tahap
seksual (teleomorph). Jamur ini menyerupai Ascomycotina (septanya sederhana). Jadi,
kelompok ini bisa dikatakan sebagai “keranjang sampah”. Apabila pada penelitian
berikutnya ditemukan cara reproduksi seksualnya, maka suatu jenis jamur anggota
Deuteromycotina akan bisa dikelompokkan ke dalam Divisi Ascomycotina atau Divisi
Basidiomycotina. Contohnya adalah Neurospora crassa yang saat ini dimasukkan ke
dalam kelompok Ascomycotina. Berikut ini contoh lain Deuteromycota dalam Gandjar
dkk., 2006):
1. Epidermophyton floocosum, menyebabkan kutu air.
2. Epidermophyton, Microsporum, penyebab penyakit kurap.
3. Melazasia fur-fur, penyebab panu.
4. Altenaria Sp. hidup pada tanaman kentang.
5. Fusarium, hidup pada tanaman tomat.
6. Trychophyton tonsurans, menimbulkan ketombe di kepala
Gambar 5.10. Anggota Deuteromycota
6) Habitat Jamur
Jamur hidup pada lingkungan yang beragam namun sebagian besar jamur hidup
di tempat yang lembab. Habitat fungi berada di darat (terestrial) dan di tempat lembab.
Meskipun demikian banyak pula fungi yang hidup pada organisme atau sisa-sisa
organisme di laut atau di air tawar. Jamur juga dapat hidup di lingkungan yang asam.
Sedangkan reproduksinya fungi melakukan reproduksi secara aseksual dan seksual.
Reproduksi secara aseksual terjadi dengan pembentukan kuncup atau tunas pada jamur
uniselule serta pemutusan benang hifa (fragmentasi miselium) dan pembentukan spora
aseksual (spora vegetatif) pada fungi multiseluler. Reproduksi jamur secara seksual
dilakukan oleh spora seksual. Spora seksual dihasilkan secara singami. Singgami terdiri
dari dua tahap, yaitu tahap plasmogami dan tahap kariogami (Gandjar, 2006).
Gandjar, I., W. Sjamsuridzal, dan A. Oetari. 2006. Mikologi: dasar dan terapan. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia.
Sumarsih, Sri. 2003. Diktat Kuliah Mikrobiologi Dasar. Yogyakarta: Fakultas Pertanian
UPN Veteran Yogyakarta.
“ LIPID ”
(Tugas Resume)
Disusun Oleh:
PEMBAHASAN .............................................................................................................. 1
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 23
ii
1. Pengertian Lipid
Lipid digunakan sebagai sinonim untuk lemak, lemak adalah subkelompok lipid
yang disebut trigliserida. Lipid juga mencakup molekul seperti asam lemak dan
turunannya (termasuk tri-, di-, monogliserida, dan fosfolipid), serta metabolit lainnya
yang mengandung sterol seperti kolesterol. Lipid dapat didefinisikan secara luas
sebagai molekul kecil hidrofobik (Susanti, 2017).
Lipid atau lemak adalah senyawa biologik yang dapat larut dalam pelarut nonpolar
seperti kloroform, eter, dan benzen. dibandingkan dalam air. Lipid terdapat dalam
makanan sebagian besar berupa lemak. Umumnya, lipid merupakan konduktor panas
yang buruk, sehingga lipid dalam tubuh mempunyai fungsi untuk mencegah terjadinya
kehilangan panas dari tubuh. Lemak juga merupakan salah satu bahan makanan yang
mengandung vitamin A, D, E, dan K. Lemak dalam tubuh berasal dari tiga sumber:
1. Dari makanan yang dikonsumsi
2. Proses biosintesis yang terjadi di dalam hati
3. Pemecahan molekul lemak dengan bantuan enzim lipase yang diangkut dari
jaringan adipose
2. Fungsi Lipid
Ada beberapa fungsi lipid menurut Susanti (2017) di antaranya :
1. Fungsi lipid untuk Produksi energi dan penyimpanan
Peran utama dari lipid dalam tubuh adalah untuk menyediakan energi untuk
otot dan proses tubuh. Lemak adalah energi padat, mengandung 9 kalori per gram,
sedangkan protein dan karbohidrat hanya mengandung 4 kalori per gram. Sekitar
setengah dari bahan bakar yang dibutuhkan tubuh saat istirahat atau selama
aktivitas sehari-hari berasal dari lipid. Jika mengkonsumsi lebih banyak kalori
dalam sehari, kelebihan energi disimpan sebagai lemak dalam sel adipose.
1
reguler suhu tubuh internal meskipun suhu eksternal sering berubah-ubah. organ-
organ vital Anda, seperti ginjal, memiliki lapisan lemak di sekitar mereka yang
bertindak seperti bungkus gelembung untuk melindungi mereka dari cedera. Tanpa
lapisan lipid ini, setiap benjolan dan memar bisa menyakiti organ.
2
3. Jenis-Jenis Lipid
Ada beberapa cara penggolongan lipid menurut Susanti (2017) :
3.1 Berdasarkan struktur :
a. Lipid sederhana (ester asam lemak dengan berbagai alkohol)
Contoh: lemak/gliserida dan lilin/waxes
b. Lipid gabungan/majemuk (ester asam lemak yang punya gugus tambahan)
Contoh : fosfolipid, serebrosida
c. Derivat lipid/ turunan lipid (dihasilkan dari proses hidrolisis lipid)
Contoh : asam lemak, gliserol, sterol
3
Asam lemak ini tidak memiliki ikatan rangkap. Disebut juga asam lemak non
essensial.
b. Asam lemak tak jenuh (unsaturated fatty acid)
Asam lemak ini memiliki satu atau lebih ikatan rangkap. Disebut juga asam
lemak essensial.
B. Gliserida
Terdiri atas gliserida netral dan fosfogliserida
a. Gliserida netral
Gliserida netral adalah ester antara asam lemak dengan gliserol. Fungsi
dasar dari gliserida netral adalah sebagai simpanan energi berupa lemak atau
minyak. Trigliserida merupakan cadangan energi yang sangat besar
disintesis dan disimpan dalam Sel adiposa dioksidasi bila diperlukan
menghasilkan energi sebesar 9 kkal/g.
b. Fosfogliserida (fosfolipid)
Fosfolipid merupakan gliserida yang mengandung fosfor dalam bentuk
ester. Fosfolipid terbentuk dari gliserol dengan dua gugus alkohol yang
membentuk gugus ester dengan asam lemak, dan satu gugus alkohol
membentuk gugus ester dengan asam fosforatLipid dapat mengandung gugus
fosfat. Lemak termodifikasi ketika fosfat mengganti salah satu rantai asam
lemak.
C. Lipid kompleks
Lipid yang terdapat dalam alam bergabung dengan seyawa lain, misalnya
dengan protein atau dengan karbohidrat.
Lipid kompleks terdiri atas:
1) Lipoprotein
Merupakan gabungan antara lipid dengan protein. Lipoprotein terdapat dalam
plasma darah.
4
Ada 4 kelas mayor dari lipoprotein plasma yang tersusun atas beberapa jenis
lipid :
a. Kilomikron
Sebagai alat transportasi trigliserid dari usus ke jaringan lain, kecuali ginjal.
Dan mengangkut lipid yang diabsorpsi dari usus.
b. VLDL (very low-density lypoproteins)
Mengikat trigliserid di dalam hati dan mengangkutnya menuju jaringan
lemak
c. LDL (low-density lypoproteins)
Merupakan hasil katabolisme VLDL. LDL berperan mengangkut kolesterol
ke jaringan perifer
d. HDL (high-density lypoproteins)
Mengikat kolesterol plasma dan mengangkut kolesterol dari jaringan perifer
ke hati.
2) Glikolipid
Gabungan antara lipid dan karbohidrat yang mengandung asam lemak dan
sfingosin.
D. Non gliserida
Lipid jenis ini tidak mengandung gliserol. Jadi asam lemak bergabung dengan
molekul-molekul non gliserol. Terdiri atas sfingolipid, steroid, kolesterol dan
malam/lilin/waxes.
1) Sfingolipid
Sifongolipid adalah fosfolipid yang tidak diturunkan dari lemak. Penggunaan
primer dari sfingolipid adalah sebagai penyusun selubung mielin serabut saraf.
Pada manusia, 25% dari lipid merupakan sfingolipid.
2) Kolesterol
Selain fosfolipid, kolesterol merupakan jenis lipid yang menyusun membran
plasma. Kolesterol juga menjadi bagian dari beberapa hormon.
5
Kolesterol berhubungan dengan pengerasan arteri. Dalam hal ini timbul plaque
pada dinding arteri, yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah karena
arteri menyempit, penurunan kemampuan untuk meregang. Pembentukan
gumpalan dapat menyebabkan stroke.
3) Steroid
Beberapa hormon reproduktif merupakan steroid, misalnya testosteron dan
progesteron.Steroid lainnya adalah kortison. Hormon ini berhubungan dengan
proses metabolisme karbohidrat, penanganan penyakit arthritis rematoid,
asthma, gangguan pencernaan dan sebagainya.
4) Malam/lilin (waxes)
Malam tidak larut di dalam air dan sulit dihidrolisis. Malam sering digunakan
sebagai lapisan pelindung untuk kulit, rambut dan lain-lain. Malam merupakan
ester antara asam lemak dengan alkohol rantai panjang.
4 Metabolisme Lipid
Metabolisme berperan mengubah zat-zat makanan seperti: glukosa, asam amino,
dan asam lemak menjadi senyawa-senyawa yang diperlukan untuk proses kehidupan
seperti: sumber energi (ATP). Energi antara lain berguna untuk aktivitas otot, sekresi
kelenjar, memelihara membran potensial sel saraf dan sel otot, sintesis substansi sel.
Zat-zat lain yang berasal dari protein berguna untuk pertumbuhan dan reparasi jaringan
tubuh. Hasil metabolisme tersebut kemudian dimanfaatkan oleh tubuh untuk berbagai
keperluan antara lain: sumber energi, menggangti jaringan yang rusak, pertumbuhan,
dan sebagainya (Wirahadikusumah, 1985).
Metabolisme adalah seluruh reaksi biokimiawi yang terjadi di dalam sel tubuh
makhluk hidup. Metabolisme dapat dibedakan menjadi 2 (dua) macam proses yaitu
anabolisme (penyusunan) dan katabolisme (penguraian). Anabolisme adalah sintesis
makromolekul seperti protein, polisakarida, dan asam nukleat dari bahanbahan yang
kecil. Proses sintesis demikian tidak dapat berlangsung tanpa adanya masukan energi.
Secara langsung atau tidak langsung, ATP merupakan sumber energi bagi semua
aktifitas anabolik di dalam sel. Metabolisme memerlukan keberadaan enzim agar
6
prosesnya berjalan cepat. Hasil proses metabolisme berupa energi dan zat-zat lain yang
diperlukan oleh tubuh.
Lipid terdapat dalam makanan sebagian besar berupa lemak. Pada umumnya lipid
merupakan konduktor panas yang jelek, sehingga lipid dalam tubuh mempunyai fungsi
untuk mencegah terjadinya kehilangan panas dari tubuh. Makin banyak jumlah lemak,
makin baik fungsinya mempertahankan panas dalam tubuh. Pada proses oksidasi 1
gram lemak menghasilkan energi sebesar 9 kkal, sedangkan 1 gram karbohidrat
maupun protein hanya menghasilkan 4 kkal. Selain itu lemak mempunyai fungsi
melindungi organ-organ tubuh tertentu dari kerusakan akibat benturan atau goncangan.
Pencernaan lemak terutama terjadi dalam usus, karena dalam mulut dan lambung
tidak terdapat enzim lipase yang dapat menghidrolisis lemak. Dalam usus, lemak
diubah dalam bentuk emulsi, sehingga mudah berhubungan dengan enzim steapsin
dalam cairan pankreas. Hasil akhir proses pencernaan lemak ialah asam lemak,
gliserol, monogliserida, digliserida serta sisa trigliserida.
Pengeluaran cairan pankreas dirangsang oleh hormon sekretin dan pankreozimin.
Sekretin meningkatkan jumlah elektrolit dan cairan pankreas, sedangkan pankreoenzim
merangsang pengeluaran enzim-enzim dalam cairan pankreas. Lemak yang keluar dari
lambung langsung masuk kedalam usus merangsang pengeluaran hormon kolesistokin
yang pada gilirannya menyebabkan kantung empedu berkontraksi hingga
mengeluarkan cairan empedu kedalam duodenum. Lipid lain yang dapat terhidrolisis
oleh cairan pankreas antara lain adalah lesitin oleh fosfolipase, fosfatase dan esterase;
ester kolesterol oleh kolesterol esterase dihidrolisis menjadi kolesterol asam lemak.
Absorpsi hasil pencernaan lemak sebagian besar (70%) adalah asam lemak dan
sebagian lagi (20%) monogliserida terjadi pada usus kecil. Pada waktu asam lemak dan
monogliserida diabsosrbsi melalui sel-sel mukosa pada dinding usus, mereka diubah
kembali menjadi lemak atau trigliserida. Lemak yang terjadi ini berbentuk partikel
kecil yang disebut kilomikron dan dibawa kedalam darah melalui cairan limfe.
Lipid yang kita peroleh sebagai sumber energi utamanya adalah dari lipid netral,
yaitu trigliserida. Secara ringkas, hasil dari pencernaan lipid adalah asam lemak dan
7
gliserol, selain itu ada juga yang masih berupa monogliserid. Karena larut dalam air,
gliserol masuk sirkulasi portal (vena porta) menuju hati.
Asam-asam lemak rantai pendek juga dapat melalui jalur ini. Sebagian besar asam
lemak dan monogliserida karena tidak larut dalam air, maka diangkut oleh miselus
(jamak : emulsi) dan dilepaskan ke dalam sel epitel usus (enterosit).
Di dalam sel ini asam lemak dan monogliserida segera dibentuk menjadi
trigliserida (lipid) dan berkumpul berbentuk gelembung yang disebut kilomikron.
Kilomikron ditransportasikan melalui pembuluh limfe dan bermuara pada vena kava,
sehingga bersatu dengan sirkulasi darah. Kilomikron ini kemudian ditransportasikan
menuju hati dan jaringan adiposa.
8
Tahapan metabolisme Gliserol:
9
Mekanisme transportasi asam lemak trans membran mitokondria melalui mekanisme
pengangkutan karnitin
Karnitin
palmitoil
Asil-KoA
transferase I Membran mitokondria eksterna
sintetase Asil-KoA KoA
Karnitin
palmitoil Karnitin Membran mitokondria interna
transferase II
KoA Karnitin Asil karnitin Asil karnitin
10
Proses oksidasi beta sebagai berikut:
11
Siklus Asam Sitrat ( Siklus Krebs)
Merupakan cara mengoksidasi Asetil-KoA yang dihasilkan oleh katabolisme
parsial karbohidrat dan lipid. Siklus ini terjadi dalam membran dalam mitokondria.
(1) Asetil-KoA memasuki siklus dengan mengadakan kondensasi dengan oksaloasetat
membentuk sitrat. Energi yang diperlukan untuk menjalankan reaksi ini disediakan
oleh ikatan tioester berenergi tinggi Asetil-KoA.
(2) Sitrat diubah menjadi iso-sitrat.
(3) Kemudian secara dekarboksilasi oksidatif membentuk alfa-ketoglutarat dan CO2,
sedangkan NAD direduksi menjadi NADH.
(4) Alfa-ketoglutarat juga mengalami dekarboksilasi oksidatif. Hasil reaksi ini adalah
suksinil-KoA, CO2, dan NADH. Enzim yang mengkatalis reaksialfa-ketoglutarat
dehidrogenase, merupakan kompleks multi-enzim yang sangat mirip dengan
piruvat dehidrogenase dalam struktur dan mekanisme kerjanya.
(5) Hasil reaksi suksinil KoA mengandung ikatan tioester berenergi tinggi. Pada reaksi
selanjutnya suksinat dilepaskan dari KoA dan energi bebas dari ikatan tioester
digunakan untuk membentuk guanosin trifosfat (GTP). GTP berperan pada =
pembentukan ATP dengan memindahkan gugus fosforil terminalnya pada ADP.
Jadi siklus asam sitrat mempunyai satu reaksi fosforilasi tingkat substrat.
(6) Pada reaksi selanjutnya suksinat diubah menjadi fumarat. Fumarat mengalami
hidrasi membentuk malat dan malat kemudian dioksidasi menjadi oksaloasetat pada
reaksi yang menghasilkan NADH lain. Oksaloasetat yang dihasilkan pada reaksi
yang terakhir tersedia untuk mengulangi siklus dengan molekul Asetil-KoA lain.
12
Hasilnya asam lemak jenuh bebas, mengalami esterifikasi dengan gliserol menjadi
trigliserid dan disimpan atau asam lemak jenuh bebas menjadi albumin diedarkan ke
jaringan lain yang memerlukan energi
Tahap-tahap sintesis asam lemak ditampilkan pada skema berikut.
2. Anabolisme
1) Transportasi Lipid
Lipid itu tidak larut dalam darah sehingga perlu ditransport dalam sirkulasi oleh
pengangkut yang larut dalam air. Lipid diangkut oleh protein, albumin, serum,
dan agregasi lipid dan protein yang dikenal sebagai partikel lipoprotein.
1. Asam lemak bebas : ditransport dalam bentuk berikitan dengan albumin
2. TAG,PL dan kolesterol : ditransport dalam bentuk partikel bersama kolesterol
dalam bentuk lipoprotein. Dalam bentuk lipoprotein,kolesterol dan lipid lainnya
ditransport ke jaringan. Di jaringan di oksidasi,disimpan atau untuk sintesis
13
2) Sintesis Kolesterol
Terutama terjadi di hati dan di usus. Semua atom C-nya (27) berasal dari
asetil-KoA yang dapat berasal dari oksidasi karbohidrat,lipid dan asam amino.
Berlangsung di sitosol dalam 4 tahap,dengan enzim HMG-KoArediuktase sebagai
enzim regulator. Transportasi kolesterol dalam bentuk lipoprotein.
Kilomikron mengangkut kolesterol dari usus (berasal dari makanan) ke hati.
VLDL,LDL mengangkut kolesterol dari hati ke jaringan. Kolesterol diekskresi ke
dalam empedu dalam bentuk kolesterol atau asam/garam empedu menjadi feses.
Sel jaringan mendapat kolesterol baik dengan mensintesis sendiri (endogen) atau
dari LDL (eksogen).
Jika kebutuhan energi tidak dapat tercukupi oleh karbohidrat, maka simpanan
trigliserida ini dapat digunakan kembali. Trigliserida akan dipecah menjadi gliserol
dan asam lemak. Gliserol dapat menjadi sumber energi (lihat metabolisme gliserol).
Sedangkan asam lemak pun akan dioksidasi untuk memenuhi kebutuhan energi pula
(lihat oksidasi beta).
14
Ringkasan metabolisme lipid
Proses oksidasi asam lemak dinamakan oksidasi beta dan menghasilkan asetil KoA.
Selanjutnya sebagaimana asetil KoA dari hasil metabolisme karbohidrat dan protein, asetil
KoA dari jalur inipun akan masuk ke dalam siklus asam sitrat sehingga dihasilkan energi.
Di sisi lain, jika kebutuhan energi sudah mencukupi, asetil KoA dapat mengalami
lipogenesis menjadi asam lemak dan selanjutnya dapat disimpan sebagai trigliserida.
Beberapa lipid non gliserida disintesis dari asetil KoA. Asetil KoA mengalami
kolesterogenesis menjadi kolesterol. Selanjutnya kolesterol mengalami steroidogenesis
membentuk steroid. Asetil KoA sebagai hasil oksidasi asam lemak juga berpotensi
menghasilkan badan-badan keton (aseto asetat, hidroksi butirat dan aseton). Proses ini
dinamakan ketogenesis. Badan-badan keton dapat menyebabkan gangguan keseimbangan
asam-basa yang dinamakan asidosis metabolik. Keadaan ini dapat menyebabkan kematian.
Diet Trigliserida
Asam lemak
Steroidogenesis
Protein
Asetil-KoA + ATP
Aseto asetat
Ketogenesis
15
ATP H2O
CO2
5. Enzim pada Lipid
1) Kelas
Hidrolase : enzim-enzim yang menguraikan suatu zat dengan bantuan air
Enzim yang termasuk dalam kelompok ini bekerja sebagai katalis pada reaksi
hidrolisis. Ada tiga jenis hidrolase, yaitu yang memecah ikatan ester, memecah
glikoksida, dan yang memecah ikatan peptida. Beberapa contoh ialah esterase,
lipase, fosfatase, amilase, amino peptidase, karboksi peptidase, pepsin, tripsin,
kimotripsin.
2) Sub kelas
Esterase : enzim-enzim yang memecah golongan ester.
3) Sub-sub kelas
Gliserol : berasal dari proses pemecahan Triasil Gliserol yang ada pada jaringan
adipose ataupun Gliserol yang berasal dari proses katabolisme lipoprotein ada LDL,
ada Kilomikron semua akan mengalami proses katabolisme oleh protein yang
namanya lipoprotein lipase, katabolisme lipoprotein akan menghasilkan Gliserol.
Gliserol yang dihasilkan kemudian nanti akan dimanfaatkan oleh jaringan2 yang
mempunyai aktivitas enzim Gliserol kinase diantaranya adalah hepar, oleh hepar ini
gliserol nantinya akan dipakai yaitu untuk dirubah menjadi glukosa lewat proses
glukoneogenesis.
4) Jenis Enzim
Lipase : enzim yang menguraikan lemak menjadi gliserol dan asam lemak
16
glikoksida, dan yang memecah ikatan peptida. Beberapa contoh ialah esterase,
lipase, fosfatase, amilase, amino peptidase, karboksi peptidase, pepsin, tripsin,
kimotripsin.
2) Sub kelas
Esterase : enzim-enzim yang memecah golongan ester.
3) Sub-sub kelas
Gliserol : berasal dari proses pemecahan Triasil Gliserol yang ada pada jaringan
adipose ataupun Gliserol yang berasal dari proses katabolisme lipoprotein ada
LDL, ada Kilomikron semua akan mengalami proses katabolisme oleh protein
yang namanya lipoprotein lipase, katabolisme lipoprotein akan menghasilkan
Gliserol. Gliserol yang dihasilkan kemudian nanti akan dimanfaatkan oleh
jaringan2 yang mempunyai aktivitas enzim Gliserol kinase diantaranya adalah
hepar, oleh hepar ini gliserol nantinya akan dipakai yaitu untuk dirubah menjadi
glukosa lewat proses glukoneogenesis.
4) Jenis Enzim
Fosfolipase : enzim yang menguraikan suatu ester hingga terlepas asam fosfat.
c. Gliserolkinase EC 2.7.1.30
1) Kelas
Enzim yang termasuk golongan ini bekerja sebagai katalis pada reaksi
pemindahan suatu gugus dari suatu senyawa kepada senyawa lain. Beberapa
contoh enzim yang termasuk golongan ini ialah metiltransferase,
hidroksimetiltransferase, karboksiltransferase, asiltransferase, dan amino
transferase atau disebut juga transaminase.
2) Sub kelas
Kinase : enzim yang memfosforilasi yaitu mengkatalisa pemindahan grup fosforil
dari ATP atau trifosfat nukleotida lainnya ke alkohol atau akseptor grup amino,
misalnya glukokinase.
3) Sub - Sub kelas
17
Gliserol : berasal dari proses pemecahan Triasil Gliserol yang ada pada jaringan
adipose ataupun Gliserol yang berasal dari proses katabolisme lipoprotein ada
LDL, ada Kilomikron semua akan mengalami proses katabolisme oleh protein
yang namanya lipoprotein lipase, katabolisme lipoprotein akan menghasilkan
Gliserol. Gliserol yang dihasilkan kemudian nanti akan dimanfaatkan oleh
jaringan2 yang mempunyai aktivitas enzim Gliserol kinase diantaranya adalah
hepar, oleh hepar ini gliserol nantinya akan dipakai yaitu untuk dirubah menjadi
glukosa lewat proses glukoneogenesis.
4) Jenis enzim
Gliserol Kinase : berguna untuk memanfaatkan hepar kemudian oleh hepar ini
gliserol nantinya akan dipakai untuk dirubah menjadi glukosa lewat proses
glukoneogenesis.
ENZIM LIPASE
18
Substrat alami lipase berupa triasilgliserol memiliki kelarutan sangat rendah dalam
air. Dalam kondisi alami, lipase mengkatalisis hidrolisis ikatan ester pada antarmuka antara
fase substrat dengan fase air di mana enzim terlarut
Sementara itu, reaksi dari lipase dengan substrat terjadi pada antarmuka antara
substrat dan fase air. Enzim ini juga mengkatalisis pertukaran ikatan ester
(transesterifikasi) saat hadir dalam media yang bukan air. Lipase memiliki spesifisitas dan
enantioselektifitas tinggi untuk reaksi esterifikasi dan transesterifikasi.
Enzim lipase dihasilkan oleh kelenjar pankreas dan kemudian dialirkan kedalam
usus dua belas jari ( duodenum ).Enzim lipase juga dihasilkan oleh lambung,
tetapi jumlahnya sangat sedikit.
Cara kerja enzim lipase yaitu :
1. Lipid (seperti lemak dan minyak) merupakan senyawa dengan molekul
kompleks yang berukuran besar
2. Molekul lipid tidak dapat diangkut oleh cairan getah bening, sehingga perlu
dipecah lebih dahulu menjadi molekul yang lebih kecil
19
3. Enzim lipase memecah molekul lipid menjadi asam lemak dan gliserol yang
memiliki molekul lebih sederhana dan lebih kecil.
4. Asam lemak dan gliserol tidak larut dalam air, maka pengangkutannya dilakukan
oleh cairan getah bening ( limfe ).
5. Enzim pencernaan bekerja untuk mempercepat reaksi pada pencernaan makanan,
tetapi enzim pencernaan tidak ikut diproses.
A. Sumber Lipase
Lipase ditemukan pada semua makhluk hidup di alam.Beberapa penelitian telah
dilakukan pada tanaman, hewan dan mikroorganisme (bakteri dan jamur benang).
1. Lipase Tanaman
Enzim lipase dari tanaman telah banyak diisolasi, namun, hanya ada
beberapa lipase tanaman yang menunjukkan aktivitas lipase yang baik, yaitu dapat
mengkatalisis reaksi hidrolisis rantai panjang trigliserida dengan tingkat aktivitas
spesifik yang tinggi (Mukherjee, 1994).Enzim lipase telah banyak diidentifikasi
berada di dalam jaringan tanaman.Misalnya, konsentrasi tertinggi enzim lipase
ditemukan dalam biji, terutama pada biji tanaman gandum dan beras.Selain itu,
aktivitas lipase juga ditemukan pada getah pepaya, biji jarak, biji bunga matahari,
biji kacang tanah, biji melon, kelapa sawit dan getah Euphorbia.
2. Lipase Hewan
Enzim lipase lebih banyak diproduksi oleh hewan dibandingkan dengan
tanaman.Sebagai contoh, lipase banyak diisolasi dari serangga, ikan, dan
mamalia.Pada hewan, lipase memainkan peran penting dalam pencernaan lipid
dalam sistem biologi yang ditemukan di pankreas dan pada permukaan sel-
sellendir dari mukosa lambung.Pada serangga, enzim ini kebanyakan ditemukan
dalam plasma, kelenjar ludah, otot dan abdomen.Lipase pankreas dari kambing,
babi, dan kalajengking telah digunakan secara tradisional untuk berbagai
keperluan.
3. Lipase Mikroorganisme
20
Enzim mikroorganisme memiliki keunggulan yang lebih daripada enzim
yang berasal dari tanaman atau hewan.Mikroorganisme memiliki pola pertumbuhan
yang cepat, mudah dimanipulasi secara genetik, dan pasokan rutin karena tidak
adanya fluktuasi musiman. Enzim mikroba yang dihasilkan dari proses fermentasi
dapat dilepaskan secara langsung ke dalam medium kultur. Enzim mikroba juga
lebih stabil dibandingkan dengan enzim dari tanaman dan enzim hewan.Selain itu,
proses produksi enzim mikroba dikenal lebih aman. Lipase mikroba memiliki
spesifisitas substrat yang luas, menunjukkan stabilitas yangtinggi dalam pelarut
organik, tidak memerlukan kofaktor, dan menunjukkan enantioselektifitas tinggi
(Diane, 2011).
21
minyak mandi, dll
11. Kulit Transesterifikasi , Produk kerajinan kulit
hidrolisis
12. Kertas Perpaduan Kertas dengan peningkatan
kualitas
13. Pembersihan dan Hidrolisis Penghapusan lemak, untuk
pengendalian menghapus noda dan
polusi menghidrolisis minyak dan
gemuk
14. Agro-kimia Hidrolisis Herbisida seperti
Phenoxypropionate
15. Surfaktan Hidrolisis dan Poligliserol dan asam lemak
transesterifikasi karbohidrat ester digunakan
minyak dan lemak sebagai deterjen industri dan
emulsifier dalam formulasi
makanan seperti saus dan es
krim
16. Industry bahan Esterifikasi Produksi biodiesel
bakar
22
DAFTAR PUSTAKA
Colby, Diane S. 2011. Ringkasan Biokimia Harper. Alih Bahasa : Adji Dharma. Jakarta:
EGC.
23
“Metabolisme Sukrosa menjadi Asam Oksalaasetat”
(Tugas Resume)
Disusun Oleh:
Sukrosa terdapat dalam gula tebu dan gula bit. Dalam kehidupan sehari-hari
sukrosa dikenal dengan gula pasir. Sukrosa tersusun oleh molekul glukosa dan fruktosa
yang dihubungkan oleh ikatan 1,2 –α.
2. TAHAP GLIKOLISIS
Glikolisis secara harfiah berarti pemecahan glukosa atau dekomposisi. Melalui
proses ini, satu molekul glukosa sepenuhnya dipecah untuk menghasilkan dua molekul
asam piruvat, dua molekul ATP dan dua NADH (Reduced nikotinamida adenin
dinukleotida) radikal yang membawa elektron yang dihasilkan. Berikut adalah berbagai
tahap yang disajikan dalam urutan awal terjadinya dengan glukosa sebagai bahan baku
utama. Seluruh proses melibatkan sepuluh tahap dengan membentuk produk pada setiap
tahap dan setiap tahap diatur oleh enzim yang berbeda.
1) Fosforilasi Glukosa (penambahan gugus fosfat)
Reaksi ini dimungkinkan oleh heksokinase enzim, yang memisahkan satu
kelompok fosfat dari ATP (Adenosine Triphsophate) dan menambahkannya ke
glukosa, mengubahnya menjadi glukosa 6-fosfat. Dalam proses satu ATP molekul,
yang merupakan mata uang energi tubuh, digunakan dan akan ditransformasikan ke
ADP (Adenosin difosfat), karena pemisahan satu kelompok fosfat. Reaksi
keseluruhan dapat diringkas sebagai berikut:
Glukosa (C6H12O6)++ ATP heksokinase → Glukosa 6-Fosfat (C6H11O6P1) + ADP
9) Penghapusan Air
The enolase enzim datang ke dalam bermain dan menghilangkan sebuah
molekul air dari 2-fosfogliserat acid untuk membentuk asam yang lain yang disebut
asam phosphoenolpyruvic (PEP). Reaksi ini mengubah kedua molekul 2-
fosfogliserat asam yang terbentuk pada tahap sebelumnya.
2 molekul asam 2-fosfogliserat (C3H5O4P1) + enolase (enzim) -> 2 molekul asam
phosphoenolpyruvic (PEP) (C3H5O4P1) + H2O 2
10) Pembentukan piruvat Asam & ATP
Tahap ini melibatkan penciptaan dua molekul ATP bersama dengan dua
molekul asam piruvat dari aksi kinase piruvat enzim pada dua molekul asam
phosphoenolpyruvic dihasilkan pada tahap sebelumnya. Hal ini dimungkinkan oleh
transfer dari atom fosfor dari asam phosphoenolpyruvic (PEP) untuk ADP (Adenosin
trifosfat).
2 molekul asam phosphoenolpyruvic (PEP) (C3H3O3P1) + + 2ADP kinase
piruvat (Enzim) → 2ATP + 2 molekul asam piruvat.
4. SIKLUS KREBS
Asam oksaloasetat adalah suatu zat (prekursor/bahan awal) yang berperan dalam
proses respirasi aerob yang berlangsung di mitokondria, terutama pada rangkaian proses
yang disebut siklus Krebs (daur asam sitrat). Asam oksaloasetat ini berperan dalam
memulai siklus Krebs tersebut, pertamakali akan bereaksi dengan asetil-KoA (asetil
koenzim A) membentuk asam sitrat. Selanjutnya asam sitrat meneruskan siklus krebs,
hingga pada akhir reaksi asam oksaloasetat akan dibentuk kembali. Hasil dari peristiwa
siklus krebs ini adalah ATP, NADH, dan FADH.
Pada tahap reaksi pertama, enzim sitrat mengkatalis reaksi koenzim antara assetil
koezim-A dengan oksaloasetat menghasilkan sitrat. Reaksi ini merupakan satu reaksi
kondensasi aldol antara gugus metil dari asetil koenzim-A dan gugus karbonil dari
oksaloasetat dimana terjadi hidrolisis de tioester dan pembentukan senyawa konezim-A
bebas. Reaksi ini adalah suatu hidrolisis eksergonik yang menghasilkan energy dan
merupakan reaksi dekomposisi pertama untuk daur krebs. Laju reaksi ditentukan oleh
jumlah asetil koenzim-A yang tersedia , oksaloasetat dan kadar suksinil koenzim-A yang
merupakan penghambat saling (inhibitor kompetitif) dan sitrat sintase.Telah diketahui
bahwa kegiatan enzim ini dapat dihambat oleh ATP,NADH, dan ester koenzim-A dari
asam lemak berantai panjang.
Tahap reaksi kedua merupakan pembentukan isositrat dari sitrat melalui cisakonitat,
dikatalis secara reversible oleh enzim akonitase. Enzim ini mengkatalis reaksi reversible
penambahan H2O pada ikatan rangkap cis-akonitat dalam dua arah yang satu ke
pembentukan sitrat dan yang lain ke pembentukan isositrat. Asam sitrat adalah molekul
prokiral, yaitu suatu molekul yang dapat bereaksi secara senjang meskipun tidak
mempunyai atom karbon yang senjang. Hali ini di mungkinkan karena setengah bagian
dari molekulnya bersifat bayangan cermin tidak dapat ditumpangtindihkan terhadap
setengah bagian yang lainnya. Keadaan ini dapat dibedakan oleh enzim akonitase yang
stereo-spesifik sehingga enzim ini hanya akan menyerang setengah bagian tersebut.
Percobaan dengan radioisotop membuktikan, akonitase hanya menyerang bagian molekul
sitrat ysng berasal daei oksalat saja. Telah diketahui akonitase terdapat pada didalam
jaringan hewan dalam dua bentuk isoenzim, satu dalam mitokondrion dan yang lain
dalam sitosol.
Oksidasi isositrat menjadi α-ketoglutarat (reaksi tahap ketiga) berlangsung
melalui pembentukan senyawa antara oksalosuksinat yang berikan dengan enzim isositrat
dehydrogenase dengan NAD berperan sebagai konenzimnya. Telah diketahui adanya dua
macam isositrat dehydrogenase, yang satu berikatan dengan NAD (NAD-isositrat
dehydrogenase) dan satu lagi berikatan dengan NADH (NADP-isositrat hydrogenase).
NAD-isositrat dehydrogenase terdapat hanya didalam mitokrondrion sedangkan NADP-
isositrat dehidrogenasi terdapat baik dalam mitokondrion maupun sitoplasma. Enzim
yang pertama mengakatalis proses oksidasi isositrat menjadi oksalosuksinat dan
derkarbolisasi oksalosuksinat menjadi α-ketoglutarat. Pengubahan isositrat ke
oksaloasetat dapat dihambat oleh difenilkloroarsin, sedangkan dekarbosilasi oksaloasetat
dihambat oleh pirofosfat.
Reaksi ini dikatalis oleh enzim suksinil koenzim-A sintetase yang khas untuk GDP.
Selanjutnya GTP yang terbentuk dari reaksi ini dipakai untuk sintesis ATP dari ADP
dengan enzim nukleosida difosfat kinase,
Reaksi tahap keenam merupakan reaksi reversibel penambahan satu molekul H2O ke ikatan
rangkap fumarat, menghasilkan L-malat, dengan dikatalisis enzim fumarase tanpa koenzim.
Pada reaksi tahap terakhir siklus asam trikarboksilat, L-malat dioksidasi menjadi oksalasetat
oleh enzim L-malat dehidrogenase yang berikatan dengan NAD. Reaksi ini adalah
endergonik tapi laju reaksinya berjalan lancar ke kanan. Hal ini dimungkinkan karena reaksi
berikutnya, yaitu reaksi kondensasi oksalasetat dengan asetil koenzim-A adalah reaksi
eksergonik yang ireversibel. Malat dehidrogenase adalah enzim yang bersifat stereospesifik
untuk bentuk L-stereoisomer dari malat.
Jalur metabolisme daur krebs: reaksi enzim malat dehydrogenase
Pembentukan GTP/ATP yang dikaitkan dengan reaksi deasilasi suksinil koenzim-A ini
disebut fosforilasi tingkat subtrat. Ini berlainan dengan proses fosforilasi yang dihubungkan
dengan rantai pernafasan (fosforilasi bersifat oksidasi). Contoh lain fosforilasi tingkat subtrat
adalah pembentukan ATP yang dikaitkan dengan reaksi oksidasi 3-fosfogliseraldehida pada
proses glikolisis. Pada reaksi tahap kelima suksinat dioksidasi menjadi fumarat oleh enzim
suksinat dehidrogenase yang berikatan dengan flavin adenin dinukleotida (FAD) sebagai
koenzimnya. Enzim ini terikat kuat pada membran dalam mitokondrion. Dalam reaksi ini
FAD berperan sebagai gugus penerima hidrogen.
Reaksi tahap keenam merupakan reaksi reversibel penambahan satu molekul H2O ke ikatan
rangkap fumarat, menghasilkan L-malat, dengan dikatalisis enzim fumarase tanpa koenzim.
Pada reaksi tahap terakhir siklus asam trikarboksilat, L-malat dioksidasi menjadi
oksalasetat oleh enzim L-malat dehidrogenase yang berikatan dengan NAD. Reaksi ini
adalah endergonik tapi laju reaksinya berjalan lancar ke kanan. Hal ini dimungkinkan
karena reaksi berikutnya, yaitu reaksi kondensasi oksalasetat dengan asetil koenzim-A
adalah reaksi eksergonik yang ireversibel. Malat dehidrogenase adalah enzim yang bersifat
stereospesifik untuk bentuk L-stereoisomer dari malat.
Gambar: Jumlah energy (ATP) yang dihasilkan oleh glikolisis dan daur Krebs
PENGATURAN DAN INHIBISI DAUR ASAM TRIKARBOKSILAT
Murray RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwell VW. 2003. Biokimia Harper,
Edisi XXV, Penerjemah Hartono Andry. Jakarta: EGC.
Oleh:
A. Teori Ragi
Sejak abad 18, saat ilmuwan Louis Pasteur melakukan penelitian
diketahuilah keberadaan mikroorganisme ragi yang berguna dan menguntungkan
umat manusia. Ragi atau yeast (dalam bahasa inggris) adalah mikroorganisme
hidup yang dapat ditemukan dimana-mana. Ragi berasal dari keluarga Fungus
bersel satu (sugar fungus), berjenis eukariotik dan berkembang biak dengan cara
membelah diri, dan memilki ukuran sebesar 6─8 mikron. Berbeda dengan bakteri,
ragi memiliki ukuran sel lebih besar, memiliki organ-organ, memiliki membran
inti sel, dan DNA terlokalisasi di dalam kromosom dalam inti sel. Oleh karena itu,
menyebabkan ragi bisa melakukan fungsi-fungsi sel yang berbeda di setiap lokasi
dalam selnya. Singkatnya, sel ragi lebih mirip organisme tingkat tinggi seperti
hewan. Maka dapat dikatakan, ragi secara evolusi lebih maju dibandingkan
dengan bakteri seperti E.coli (Yalun, 2008).
Ragi memiliki sifat dan karakter yang sangat penting dalam industri pangan.
Ragi akan berkembang dengan baik dan cepat apabila berada pada temperatur
antara 25OC─30OC. Ragi yang mengandung mikoflora seperti kapang, khamir dan
bakteri dapat berfungsi sebagai starter fermentasi. Selain itu ragi juga kaya akan
protein yaitu sekitar 40-50%, jumlah protein ragi tersebut tergantung dari jenis
bahan penyusun. Ragi mengandung beberapa macam spesies fungi yang
bergabung dan bekerja sama dalam proses fermentasi alkohol. Mikroorganisme
tersebut yang membantu dalam pembuatan tempe, roti, arak, dan kecap. Beberapa
jenis mikroorganisme yang terdapat dalam ragi adalah Chlamydomucor oryzae,
Rhizopus oryzae, Mucor sp, Candida sp, Saccharomyces cerevisiae,
Saccharomyces verdomanii, dan lain-lain.
Ragi berkembang biak dengan suatu proses yang dikenal dengan istilah
pertunasan, yang menyebabkan terjadinya peragian. Peragian adalah istilah umum
yang mencangkup perubahan gelembung udara dan yang bukan gelembung udara
(aerobic dan anaerobic) yang disebabkan oleh mikroorganisme. Ragi terdiri dari
sejumlah kecil enzym, termasuk protease, lipase, invertase, maltase dan zymase.
Enzym yang penting dalam ragi adalah invertase, maltase dan zymase. Enzym
invertase dalam ragi bertanggung jawab terhadap awal aktivitas fermentasi.
Enzym ini mengubah gula (sukrosa) yang terlarut dalam air menjadi gula
sederhana yang terdiri atas glokosa dan fruktosa.
Kualitas ragi berbeda satu dengan yang lainnya, hal ini tergantung pada
jenis sel induk raginya (strain), kualitas media pengembangbiakan (mutu molase),
dan kemajuan teknologi produksi. Macam-macam bentuk ragi:
1. Ragi cair (liquid yeast) diproduksi dari yeast cream yang berlangsung pada
tahap proses industri (mengandung 15– 20% materi kering). Ragi cair ini
terutama digunakan oleh bakery skala industri dengan proses otomatis.
Pengukuran secara otomatis membutuhkan peralatan tambahan khusus dan
untuk penyimpanandibutuhkan suhu 4oC─6OC dengan umur simpan hanya 2
minggu.
2. Ragi basah (compressed atau fresh yeast)
Ragi jenis ini adalah yeast cream yang dikeringkan dan dipadatkan sehingga
mengandung 28-35% materi kering, berbentuk blok-blok persegi, dan harus
disimpan pada suhu 2OC─6OC, dengan umur kadaluarsa hanya 2-3 minggu.
Produk ini hanya mengandung 70% air, oleh karena itu ragi harus disimpan
pada temperatur rendah dan merata untuk mencegah hilangnya daya
pembentuk gas. Makin dekat temperatur penyimpanan dengan 0oC, maka
makin lama ragi itu bisa disimpan tanpa mengalami perubahan yang nyata.
Dari hasil penelitian efek penyimpanan ragi basah selama 3 bulan paling
baik pada suhu -10oC. Pada suhu tersebut ragi tidak membeku. Ragi basah
biasanya dikemas dengan berat 500 gram, dan dibungkus dengan kertas
lilin. Kelebihan penggunaan ragi basah adalah harganya relatif murah
(karena sebagian besar terdiri dari air saja), dan dapat dipergunakan dalam
banyak aplikasi (resep).Sedangkan kekurangannya adalah sensitif terhadap
kelembapan (humidity): suhu dan cuaca hangat seperti negara Indonesia
yang tropis. Ragi ini juga memerlukan kondisi peyimpanan pada suhu
rendah (2OC─6OC) yang menyebabkan kesulitan dalam pendistribusiannya,
akan tetapi, ragi bisa tahan 48 jam pada suhu ruangan.
3. Ragi kering aktif (active dry yeast, ADY) adalah ragi yang terbuat dari yeast
cream yang dipanaskan dan dikeringkan hingga didapatkan 92-93% bahan
kering. Ragi ini berbentuk butiran kering (granular form). Dalam aplikasi
penggunaannya harus dilarutkan dengan air hangat (dehidrated) sebelum
dicampurkan dengan tepung terigu dan bahan lainnya ke dalam mixer.
Penyimpanan bisa dalam suhu ruang (selama jauh dari panas dan lembab).
Umur kedaluarsanya mencapai 2 tahun dalam kemasannya. Pengeringannya
dengan temperatur tinggi akan mematikan sekitar 25% lapisan luar sel
ragi,sehingga membentuk lapisan sel pelindung yang dapat melindungi sel
aktif. Kelebihan menggunakan ragi kering aktif adalah meringankan biaya
transportasi, dan penyimpanannya tidak sulit (suhu ruang). Sedangkan
kekurangannya adalah memerlukan proses rehidrasi dengan air hangat
(35OC─38OC) dan proses tersebut memerlukan waktu sekitar 15 menit.
Faktor konversinya adalah 1 kg ragi kering aktif sama dengan 2,5 - 3 kg ragi
basah dengan ditambah air 1.5 liter.
4. Ragi kering instan (instantdry yeast, IDY).
Dibuat dari ragi yang dipanaskan dan lalu dikeringkan hingga mengandung
94% – 95% materi kering dengan jumlah sel ragi 105-107 per gram ragi,
berbentuk vermicelli (seperti potongan pasta yang sangat pendek),
mendekati butiran kecil yang halus. Di negara-negara tropis lebih aman
memakai ragi instan. Aplikasinya tanpa dilarutkan terlebih dahulu, dapat
langsung dicampurkan dalam tepung, dikemas dalam kemasan tanpa udara
(vacuum packed) dan memiliki umur kadaluarsa 2 tahun dalam kemasannya.
Kelebihan lain dari pada ragi instan ini adalah menghasilkan fermentasi
yang lebih konsisten, dan penyimpanan yang sangat mudah (pada suhu
ruang normal).
5. Ragi beku (frozen yeast).
Ragi ini mengandung 90% materi kering yang didinginkan pada suhu
ekstrim setelah dikeringkan (frozen). Aktifitas ragi ini menjadi lambat
selama pengadukan (mixing), sehingga dapat dihasilkan tingkat stabilitas
adonan yang tinggi. Ragi ini biasanya khusus untuk pembuatan adonan roti
melalui proses frozen dough. Memiliki umur kadaluarsa 2 tahun bila
disimpan pada freezer suhu -18 derajat celcius. Jangan membekukan
kembali ragi yang telah di thawing (dilunakkan). Ragi ini
mengkombinasikan keunggulan dari ragi basah dan ragi instan. Ragi ini juga
memberikan start up lebih cepat serta memiliki stabilitas dan konsistensi
untuk mengoptimalkan fermentasi, ragi ini mudah digunakan karena
bentuknya yang free thawing, sehingga memberikan kemudahan
pengukuran, keakuratan, hemat waktu, dan meminimalkan kesalahan dalam
pembuatan roti.
Prinsip Ragi
Proses ragi alami difermentasi, ini merupakan metode untuk menangkap
mikroorganisme yang efektif seperti yeast, bakteri asam laktat untuk membuat
roti. Pertama-tama siapkan toples yang telah disterilisasi, air, dan beberapa bahan
yang mengandung gula atau karbohidrat seperti sukrosa pada buah, sayur, dan
tepung. Kemudian letakkan bahan-bahan tersebut di toples, simpan pada suhu
ruang (25-27 oC) selama beberapa hari. Mikroorganisme di permukaan buah akan
mulai tumbuh dan mengkonsumsi gula. Selama fermentasi, bakteri yang memiliki
pertumbuhan paling cepat akan tumbuh pertama kali, pada saat itu jika ragi
berasal dari pati makan akan dipecah menjadi molekul gula oleh bakteri.
Selama pertumbuhan bakteri asam laktat tersebut pH akan menurun sehingga
bakteri umum lainnya tidak dapat tumbuh, tapi yeast tetap dapat tumbuh pada
kondisi pH rendah dan yeast tersebut menghasilkan karbondioksida dan alcohol.
Berdasarkan teori, yeast tumbuh dengan baik pada kondisi aerobic (ada oksigen),
tapi kondisi anaerobic (tak ada oksigen) dianjurkan pada proses pembuatan ragi
karena jika yeast ditumbuhkan secara aerobic memungkinkan terjadinya
kontaminasi. Ragi sebaiknya di simpan pada suhu yang tetap karena jika suhu
fluktuatif mikrobia menjadi stress. Kebutuhan gula juga harus tercukupi selama
proses fermentasi. Jika gula tidak cukup, bakteri yang berbahaya akan tumbuh dan
yeast akan melemah.
Beberapa olahan makanan yang kita konsumsi selama ini ternyata memang
merupakan hasil karya dari penerapan bioteknologi. Jika kita menelisik lebih
dalam bagaimana bahan pangan itu diproduksi, kita akan menemukan peran
beberapa mikroorganisme di dalamnya. Berikut pemaparan lanjut mengenai
contoh bioteknologi pangan dan peran mikroorganisme yang berperan dalam
proses produksinya tersebut.
1. Tempe
Tempe merupakan salah satu contoh produk bioteknologi konvensional
yang sudah dikenal luas di masyarakat kita. Tempe diproduksi dari proses
fermentasi kedelai menggunakan jamur-jamur dari genus Rhizoporus, misalnya R.
oligosporus, R. stoloniferus, dan R. oryzae. Tempe adalah lauk dengan protein
tinggi. Selain itu, ia juga sangat mudah dicerna oleh tubuh. Mudahnya pencernaan
tempe oleh tubuh disebabkan karena dalam produksi tempe, jamur Rhizopus
menghasilkan enzim protease dan enzim lipase. Enzim protease berfungsi untuk
mendegradasi protein menjadi asam amino, sedangkan enzim lipase menguraikan
lemak menjadi asam lemak. Baik asam amino atau asam lemak, keduanya
merupakan senyawa sederhana yang mudah diserap tubuh.
2. Oncom
Selain tempe, oncom juga merupakan contoh produk bioteknologi pangan
yang sudah diterapkan nenek moyang kita sejak lama. Oncom terbuat dari ampas
tahu yang difermentasi menggunakan jamur Neurospora sitophila. Jamur
Neurospora sitophila menghasilkan zat warna merah dan bisa menjadi pewarna
alami dalam oncom. Selain itu, ia juga dapat menghasilkan enzim amilase, lipase,
dan enzim protease selama fermentasi. Karena produksi enzim-enzim tersebut,
dinding sel dari bahan yang difermentasi menjadi lebih lunak dan empuk.
3. Roti
Dalam proses produksi roti, teknik fermentasi juga diterapkan untuk
membuat adonan tepung jadi mengembang. Fermentasi umumnya dilakukan
melalui penambahan ragi yang mengandung jamur Saccharomyces cerevisiae
pada adonan. Jamur tersebut akan menggunakan glukosa dalam tepung roti
sebagai tempatnya untuk memproduksi karbondioksida. Karbondioksida yang
terbentuk kemudian terperangkap dalam roti dan membuat adonan roti
mengembang dan bertekstur ringan.
4. Nata de Coco
Nata de coco adalah contoh produk bioteknologi pangan yang dihasilkan
dari fermentasi air kelapa. Fermentasi dalam pembuatan nata de coco umumnya
dilakukan oleh bakteri Acetobacter xylinum. Bakteri tersebut mengubah glukosa
dan fruktosa yang terdapat dalam air kelapa menjadi polisakarida atau selulosa.
5. Tapai
Tapai adalah produk penerapan bioteknologi yang dihasilkan dari
fermentasi bahan-bahan yang mengandung karbohidrat, seperti beras ketan,
singkong, atau pisang. Fermentasi dalam produksi tape umumnya dilakukan oleh
Saccharoyces cerevisiae, jamur yang sama seperti dalam produksi roti. Jamur ini
melakukan hidrolisis karbohidrat dalam kondisi anaerob, kemudian mengubahnya
menjadi alkohol dan karbondioksida.Rumus reaksi dari proses fermentasi tapai
adalah sebagai berikut:
C6H12O6 ---> 2C2H5OH + 2CO2 + 2 ATP
6. Bir
Sama seperti tapai dan roti, bir juga merupakan produk bioteknologi pangan
yang memanfaatkan jamur Saccharomyces cerevisiae dalam proses produksinya.
Substrat yang difermentasi dalam produksi bir berasal dari tumbuhan barley atau
tumbuhan sejenis gandum. Maltosa dalam biji barley diubah menjadi glukosa
kemudian menjadi alkohol selama 5-14 hari oleh jamur ini. Kandungan alkohol
dalam bir umumnya berkisar antara 3-5%.
7. Minuman Anggur
Anggur (wine) dibuat dari fermentasi sari buah anggur yang dilakukan oleh
jamur Saccharomyces cerevisiae. Produk anggur bisa dibedakan menjadi beberapa
jenis. Pengelompokan tersebut lazimnya dipengaruhi oleh jenis buah anggur yang
diproses, perubahan selama fermentasi, serta lama dan cara penyimpanannya.
Faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi komposisi asam dan senyawa aromatik
organik yang terkandung dalam anggur. Produk bioteknologi pangan ini
umumnya mengandung 10-15% alkohol.
8. Yoghurt
Yogurt merupakan produk olahan susu yang dibuat melalui fermentasi
bakteri asam laktat. Umumnya, bakteri asam laktat yang digunakan dalam
pembuatan produk bioteknologi satu ini adalah Lactobacillus bulgaris,
Streptococcus lactis, atau Streptococcus thermophilus. Fermentasi mengubah
laktosa dalam susu menjadi asam laktat. Kondisi asam yang tercipta setelah
fermentasi membuat susu mengalami pendadihan. Dadih inilah yang kemudian
dikumpulkan dan ditampung menjadi yogurt yang biasa kita konsumsi sehari-hari.
9. Keju
Sama seperti yogurt, keju juga merupakan produk olahan susu yang
diproduksi melalui penerapan bioteknologi pangan. Keju dibuat melalui
fermentasi susu oleh bakteri asam laktat seperti Lactobacillus bulgarius dan
Streptococcus thermophillus. Dalam produksi keju, bahan baku berupa susu
diubah menjadi asam laktat melalui proses pemanasan terlebih dahulu agar semua
bakteri mati. Setelah itu, enzim renin yang diperoleh dari usus hewan memamah
biak ditambahkan untuk membuat susu menggumpal. Gumpalan susu inilah yang
kemudian diperas dan dipadatkan sehingga membentuk keju.
12. Kecap
Proses produksi kecap hampir sama dengan proses produksi tauco. Kecap
diproduksi dengan melibatkan kerja jamur Aspergillus oryzae dan Aspergillus
soyae, serta bakteri asam laktat. Peranan bakteri asam laktat sangan membantu
dalam pembentukan aroma dan rasa khas kecap. Dalam hal ini, enzim protease
juga memegan peran penting dari kualitas kecap yang nantinya dihasilkan.
13. Terasi
Terasi ternyata juga merupakan produk bioteknologi pangan. Ia diproduksi
melalui proses fermentasi udang atau ikan. Mikroorganisme yang terlibat di
fermentasi ini, antara lain Bacillus, Lactobacillus, Pediococcus, Brevibacterium
dan Corynebacterium. Fermentasi mengubah udang dan ikan menjadi pasta merah
kecoklatan beraroma khas yang siap dicetak.
14. Cuka
Cuka dihasilkan dari oksidasi etanol yang dilakukan bakteri Acetobacter.
Etanol yang digunakan sebagai bahan baku cuka bisa diperoleh dari anggur, bir,
sari tebu, atau sari buah apel. Sifat cuka sangat asam sehingga harus diencerkan
lebih dulu sebelum digunakan. Reaksi kimia yang terjadi dalam proses oksidasi
pembuatan cuka adalah sebagai berikut:
C2H5OH + O2 ---> CH3COOH + H2O + Energi
15. Tempe Bongkrek
Tempe bongkrek merupakan produk bioteknologi pangan yang diperoleh
melalui fermentasi bungkil kelapa (limbah pengolahan minyak kelapa).
Fermentasi bungkil kelapa umumnya dilakukan oleh bakteri Pseudomonas
cocovenenans. Tempe bongkrek akan bersifat racun bila terjadi kontaminasi oleh
bakteri Burkholderia cocovenenans dalam proses pembuatannya. Efek racun
bakteri ini akan membuat terganggunya sistem pernafasan, bahkan hingga
menyebabkan kematian. Efek inilah yang bisa menjadi contoh dampak
bioteknologi pangan yang harus diwaspadai.
DAFTAR PUSTAKA
http://abipbu6.blogspot.com/2011/04/ragi.html.
https://yalun.wordpress.com/2008/12/14/bagaimana-mikroorganisme-bisa
menghasilkan-alkohol/.
KOENZIM
Oleh:
A. Teori Koenzim
Koenzim adalah senyawa organik yang berasosiasi dengan apoenzim dan
bersifat sesaat (tidak permanen), biasanya berlangsung pada saat katalisis. Secara
katalitik koenzim bersifat tidak aktif, sehingga dapat disebut kosubstrat. Koenzim
mudah dipisahkan secara dialisis. Selanjutnya, koenzim yang sama dapat menjadi
kofaktor pada enzim yang berbeda. Pada umumnya, koenzim tidak hanya
membantu enzim memecah substrat tetapi juga bertindak sebagai aseptor
sementara untuk produk yang terjadi. Kebanyakan komponen kimia koenzim
merupakan derivat dari vitamin B. Bentuk koenzim aktif dari Vitamin B1 (tiamin)
adalah Tiamin Pirofosfat (TPP).
Ditinjau dari fungsinya, dikenal adanya koenzim yang berperan pada reaksi
oksidasi-reduksi dan sebagai pemindah gugus. Semua enzim oksidoreduktase
memerlukan koenzim. Koenzim yang penting untuk reaksi redoks adalah NAD
dan NADP, FMN dan FAD serta asam lipoat. NAD dan NADP merupakan
koenzim dehidrogenase. Koenzim ini mentranspot ion hidrida dan selalu bekerja
dalam bentuk larut. Sebagian besar koenzim FMN dan FAD terikat erat pada
enzim. Kedua koenzim ini serupa dan dapat dijumpai pada reaksi-reaksi dengan
koenzim dehidrogenase, oksidase, dan monooksigenase. Asam lipoat terutama
berperan pada dekarboksilasi oksidatif asam 2-keto.
Ion metal merupakan salah satu bentuk kofaktor yang diperlukan untuk
aktivitas enzim tertentu. Ion metal tersebut membentuk ikatan koordinasi
(coordination bond) dengan rantai spesifik pada tempat aktif dan pada saat yang
sama membentuk satu atau lebih ikatan koordinasi pula dengan substrat. Ikatan
koordinasi adalah suatu ikatan kovalen khusus antara oksigen dan nitrogen dengan
ion metal tertentu. Adanya ikatan tersebut akan membantu polarisasi di dalam
substrat, sehingga dapat dipecah oleh enzim. Berikut disajikan contoh ion logam
pada aktivitas enzim pada Tabel 6.
Tabel 6. Contoh ion logam pada aktivitas enzim
Koenzim juga berperan penting dalam aktivator enzim. Hal ini dikarenakan
beberapa enzim tidak memerlukan komponen tambahan untuk mencapai aktivitas
penuhnya. Namun beberapa memerlukan pula molekul non-protein yang disebut
kofaktor untuk berikatan dengan substrat sehingga enzim menjadi aktif. Kofaktor
dapat berupa aktivator zat anorganik (contohnya ion logam Mg2+, Cu+, Mn2+
dan kluster besi sulfur) ataupun zat organik (contohnya flavin dan heme).
Kofaktor zat organik dapat berupa gugus prostetik yang mengikat dengan kuat,
ataupun koenzim, yang akan melepaskan diri dari tapak aktif enzim ketika reaksi.
Enzim yang memerlukan kofaktor namun tidak terdapat kofaktor yang
terikat dengannya disebut sebagai apoenzim ataupun apoprotein. Apoenzim
beserta dengan kofaktornya disebut holoenzim (bentuk aktif). Kebanyakan
kofaktor tidak terikat secara kovalen dengan enzim, tetapi terikat dengan kuat.
Namun, gugus prostetik organik dapat pula terikat secara kovalen (contohnya
tiamin pirofosfat (TPP) pada enzim piruvat dehidrogenase). Istilah holoenzim juga
dapat digunakan untuk merujuk pada enzim yang mengandung subunit protein
berganda, seperti DNA polimerase. Pada kasus ini, holoenzim adalah kompleks
lengkap yang mengandung seluruh subunit yang diperlukan agar menjadi aktif.
Contoh enzim yang mengandung kofaktor adalah karbonat anhidrase, dengan
kofaktor seng terikat sebagai bagian dari tapak aktifnya.
OFFSET.
http://biologibig.blogspot.com/2012/12/enzim-dan-koenzim.html
http://repository.unimal.ac.id/2595/1/ENZIM%2C%20KOENZIM%20%26%20K
OFAKTOR. pptx
Proses Metabolisme dari Sukrosa Menjadi Asam Oksalat
Oleh:
Atika Khairunnisa 1807112022
Sukrosa
Sukrosa adalah disakarida yang dibentuk dari unit monosakarida yang
berbeda yaitu antara satu molekul glukosa dan satu molekul fruktosa. Antara
kedua unitmonosakarida tersebut diikat dengan ikatan α-1, β-2 glikosida. Sukrosa
tidak mempunyai sifat reduksi karena sukrosa dibentuk dari gugus reduksi
masing-masing unit monosakrida penyusunnya. Sukrosa banyak ditemukan dalam
tanaman. Sumber yang kaya sukrosa adalah tebu, bit, dan wortel. Hasil samping
pengekstrasi sukrosa baik dari tebu ataupun bit adalah molase. Molase ini
berwarna gelap, cairannya pekat (20 - 30 persen), dan dengan proses kristalisasi
tidak dapat diubah lebih lanjut menjadi sukrosa karena adanya gula reduksi dan
kotoran non gula.
1. Glikolisis
2. Dekarboksilasi oksidasi (reaksi junction)
3. Siklus Krebs (TCA)
4. Transfer electron
1. Glikolisis
Glikolisis adalah proses pemecahan glukosa (gula) pada tingkat sel. Pada proses
glikolisis, glukosa dipecah secara sistematis menjadi asam piruvat dan energi
dalam bentuk NADH dan ATP.Energi yang dihasilkan akan digunakan pada
proses respirasi seluler selanjutnya.
Glikolisis ini termasuk salah satu tahap respirasi seluler. Respirasi seluler adalah
reaksi katabolisme karbohidrat di dalam sel hidup.Tahapan respirasi seluler terdiri
dari glikolisis, oksidasi piruvat, siklus Krebs dan transpor elektron.
Reaksi kimia glikolisis dapat terjadi secara aerob (membutuhkan oksigen)
maupun anaerob (tanpa oksigen). Di dalam reaksi biokimia ini dibantu oleh
enzim, ATP (Adenosin trifosfat) dan ADP (Adenosin difosfat).ATP dan ADP
berperan dalam pemindahan fosfat dari molekul satu ke molekul lain. Glikolisis
termasuk reaksi biokimia yang terjadi dalam setiap organisme baik uniseluler
maupun multiseluler. Tahap glikolisis ini merujuk pada jalur Embden-Meyerhof-
Parnus (EMP) yang merupakan bagian kecil dari metabolisme tubuh.
Pengertian glikolisis secara harfiah adalah pemecahan glukosa. Kata glikolisis
berasal dari kata glukosa yang berarti gula (C6H12O6) dan lisis yang berarti
pemecahan.
10 Tahap Glikolisis
Berikut adalah sepuluh tahap glikolisis dan produk yang dihasilkan dan enzim
yang berperan pada setiap tahap.
Tahap pertama adalah fosforilasi glukosa atau penambahan gugus fosfat pada
glukosa. Reaksi ini dibantu oleh enzim heksokinase yang memisahkan satu
kelompok fosfat dari ATP dan menambahkannya ke glukosa, mengubahnya
menjadi glukosa 6-fosfat.
Proses glikolisis ini memerlukan satu molekul ATP dan diubah menjadi ADP
karena pemisahan satu kelompok fosfat. Reaksi keseluruhan dapat diringkas
sebagai berikut:
Tahap delapan adalah reaksi penataan ulang sangat halus yang melibatkan
relokasi dari atom fosfor dalam asam 3-fosfogliserat dari karbon ketiga dalam
rantai untuk karbon kedua dan menciptakan asam 2 - fosfogliserat. Reaksi seluruh
diringkas sebagai berikut:
Enzim enolase datang ke dalam untuk menghilangkan sebuah molekul air dari
asam 2-fosfogliserat untuk membentuk asam yang lain yaitu asam
fosfoenolpirupat (PEP). Reaksi ini mengubah kedua molekul asam 2-fosfogliserat
yang terbentuk pada tahap sebelumnya.
Tahap ini menghasilkan dua molekul ATP dan dua molekul asam piruvat dengan
bantuan enzim piruvatkinase pada dua molekul asam fosfoenolpiruvat dihasilkan
pada tahap sebelumnya. Hal ini dimungkinkan setelah terjadi transfer dari atom
fosfor dari asam fosfoenolpiruvat (PEP) untuk ADP.
Dari semua tahap, sebagian besar melibatkan manipulasi kelompok fosfat dan
atom fosfor yang dibantu berbagai enzim dalam sitoplasma. Enzim berfungsi
sebagai katalis yang membuat reaksi bisa terjadi lebih cepat kemudian
melepaskan diri.
Hasil Glikolisis
Pada proses glikolisis, satu molekul glukosa akan dipecah untuk menghasilkan
dua molekul asam piruvat, dua molekul ATP dan dua NADH (Reduced
nikotinamida adenin dinukleotida) yang membawa elektron. Jadi, hasil akhir
glikolisis adalah 2 molekul ATP dan 2 molekul piruvat. Namun, perlu diingat
bahwa proses awal glikolisis (tahap pertama) memerlukan 2 molekul ATP. Oleh
karena itu proses glikolisis hanya menghasilkan 2 molekul asam piruvat karena
sebelumnya butuh (modal) 2 ATP.
2. Dekarboksilasi Oksidatif
A.Definisi Dekarboksilasi
Dekarboksilasi oksidatif adalah reaksi yang mengubah asam piruvat yang beratom
C 3 buah menjadi senyawa baru yang beratom C dua buah, yaitu asetil koenzim-
A (asetil ko-A). Reaksi dekarboksilasi oksidatif ini (disingkat DO) disebut juga
sebagai tahap persiapan sebelum masuk ke siklus Krebs.
B.Mekanisme Dekarboksilasi
Proses Dekarboksilasi yang berlangsung di membran luar mitocondria merupakan
fase antara sebelum Siklus Krebs (Pra Siklus Krebs) sehingga Dekarboksilsi
Oksidatif sering dimasukkan langsung dalam Siklus krebs. Reaksi oksidasi piruvat
hasil glikolisis menjadi asetil koenzim-A merupakan tahap reaksi penghubung
yang penting antara glikolisis dengan jalur metabolisme lingkar asam
trikarboksilat (daur Krebs). Reaksi yang dikatalisis oleh kompleks piruvat
dehidrogenase dalam matriks mitokondria melibatkan tiga macam enzim yaitu
piruvat dehidrogenase, dihidrolipoil transasetilase, dan dihidrolipoil
dehidrogenase dan lima macam koenzim yaitu tiaminpirofosfat, asam lipoat.
3. Siklus Krebs
Tahap 1 :
Diawali dg reaksi kondensasi antara asetil KoA dg oksaloasetat sehingga
dihasilkan sitrat (yg mrpkan senyawa antara pertama dari siklus ini).
Reaksi ini dikatalisis oleh enzim sitrat sintase.
Tahap 2 :
Reaksi pembentukan isositrat dari sitrat melalui senyawa antara terikat
enzim, cis-akonitat, yg dikatalisis secara reversible oleh enzim akonitat
hidratase/akonitase.
Tahap 3 :
Oksidasi isositrat menjadi α-ketoglutarat berlangsung melalui
pembentukan senyawa antara oksalosuksinat, dikatalisis oleh enzim
Isositrat dehidrogenase. Reaksi ini merupakan reaksi pertama dalam TCA
yang menghasilkan NADH.
Tahap 4 :
Dekarboksilasi oksidatif α-ketoglutarat menjadi suksinil Co-A yang
dikatalisis oleh enzim α-ketoglutarat dehidrogenase.
Tahap 5 :
Suksinil KoA mengalami hidrolisis menjadi asam bebasnya. Merupakan
reaksi pelepasan gugus KoA dari suksinil-KoA menjadi di suksinat yg
dirangkai dg rekasi pembentukan energi dalam bentuk Guanosin Trifosfat
(GTP) dari Guanosin Difosfat (GDP) dan fosfat anorganik yang dikatalis
oleh enzim Suksinil-KoA sintetase.
Tahap 6 :
Mengoksidasi suksinat menjadi fumarat yang dikatalis oleh enzim suksinat
dehidrogenase, enzim ini adalah satu-satunya enzim yang terlibat dalam
siklus asam sitrat yang terikat kuat dengan membran.Dua hidrogen
ditrasnsfer ke FAD untuk membentuk FADH₂.
Tahap 7 :
Merupakan reaksi hidrasi fumarat menjadi malat, yaitu penambahan satu
molekul H2O ke ikatan rangkap dalam molekul fumarat utk menghasilkan
malat. Reaksi ini berlangsung secara reversible yg dikatalisis oleh enzim
fumarat hidratase atau fumarase
Tahap 8 :
Reaksi tahap akhir dari siklus krebs, terjadi dehidrogenasi atau oksidasi
malat menjadi oksaloasetat melalui reaksi reversible yang dikatalisis oleh
enzim malat dehidrogenase dan menghasilkan molekul NADH.
4. TRANSPOR ELEKTRON
Asam oksalat
Asam oksalat adalah senyawa kimia yang memiliki rumus H2C2O4 dengan
nama sistematis asam etanadioat. Asam dikarboksilat paling sederhana ini biasa
digambarkan dengan rumus HOOC-COOH. Merupakan asam organik yang relatif
kuat, 10.000 kali lebih kuat daripada asam asetat. Di-anionnya, dikenal sebagai
oksalat, juga agen pereduktor. Banyak ion logam yang membentuk endapan tak
larut dengan asam oksalat, contoh terbaik adalah kalsium oksalat(CaOOC-
COOCa), penyusun utama jenis batu ginjal yang sering ditemukan.
Asam oksalat ada 2 macam yaitu asam oksalat anhidrat dan asam oksalat
dihidrat. Asam oksalat anhidrat (H2C2O4) yang mempunyai berat molekul 90,04
gr/mol dan mempunyai melting point 187oC. Sifat dari asam oksalat anhidrat
adalah tidak berbau berwarna putih, dan tidak menyerap air. Asam oksalat
dihidrat merupakan jenis asam oksalat yang dijual di pasaran yang mempunyai
rumus bangun (C2H4O2.2H2O), dengan berat molekul 126,07 gr/mol dan melting
point 101,5°C dan mengandung 71,42 % asam oksalat anhidrat dan 28,58 % air,
bersifat tidak bau dan dapat kehilangan molekul air apabila dipanaskan sampai
suhu 100°C.
Asam oksalat terdistribusi secara luas dalam bentuk garam pottasium dan
kalsium yang terdapat pada daun, akar dan rhizoma dari berbagai macam
tanaman. Asam oksalat juga terdapat pada air kencing manusia dan hewan dalam
bentuk garam kalsium yang merupakan senyawa terbesar dalam ginjal. Kelarutan
asam oksalat dalam etanol pada suhu 15,6oC dan etil eter pada suhu 25oC adalah
23,7 g / 100 g solvent dan 1,5 g / 100 g solvent. Makanan yang banyak
mengandung asam oksalat adalah coklat, kopi, strawberry, kacang dan bayam. (
Kirk R.E, Othmer D.F, hal.618 – 635, 1945 )
Titik leleh suatu zat padat adalah suatu temperature dimana terjadinya
keadaan setimbang antara fasa padat dan fasa cair pada tekanan satu atmosfer.
Untuk mengukur titik leleh suatu senyawa dapat digunakan alat melthing point.
Prinsipnya yaitu suatu zat bisa meleleh karena ikatan antarmolekul terputus
dimana putusnya molekul itu yang memerlukan suhu berbeda-beda tergantung
pada kekuatan ikatan tersebut. Semakin kuat ikatannya maka semakin tinggi suhu
yang dibutuhkan untuk memutuskan ikatan tersebut. Dengan adanya zat pengotor,
ikatan yang terputus akan lebih banyak atau intinya tergantung pada zat
pengotornya. Titik leleh juga bisa untuk mengukur gaya intermolekul antar
senyawa dimana makin tinggi titik leleh maka makin besar gaya
intermolekulernya, beberapa molekul dengan berat molekul sama, maka molekul
yang lebih polar dan struktur molekul yang lebih simetris akan lebih tinggi.
Angka titik leleh dan kisarannya tergantung pada kecepatan pemanasan,
keakuratan pada thermometer yang digunakan dan sifat padatan senyawa yang
terdapat pada suatu padatan yang telah diisolasi, rentang lelehannya harus
ditentukan untuk memastikan identitas dan kemurniannya. Dalam percobaan ini
dilakukan proses penentuan titik leleh dengan tujuan menentukan titik leleh dan
mengetahui kemurnian dari asam oksalat.
Dalam dunia industri asam oksalat digunakan yaitu untuk:
1. “Metal Treatment”
Asam oksalat digunakan pada industri logam untuk menghilangkan
kotorankotoran yang menempel pada permukaan logam yang akan di cat. Hal ini
dilakukan karena kotoran tersebut dapat menimbulkan korosi pada permukaan
logam setelah proses pengecatan selesai dilakukan.
2. “Oxalate Coatings”
Pelapisan oksalat telah digunakan secara umum, karena asam oksalat dapat
digunakan untuk melapisi logam stainless stell, nickel alloy, kromium dan
titanium. Sedangkan lapisan lain seperti phosphate tidak dapat bertahan lama
apabila dibandingkan dengan menggunakan pelapisan oksalat.
3. “Anodizing”
Proses pengembangan asam oksalat dikembangkan di Jepang dan dikenal lebih
jauh di Jerman. Pelapisan asam oksalat menghasilkan tebal lebih dari 60 μm dapat
diperoleh tanpa menggunakan teknik khusus. Pelapisannya bersifat keras, abrasi
dan tahan terhadap korosi dan cukup atraktif warnanya sehingga tidak diperlukan
pewarnaan. Tetapi bagaimanapun juga proses asam oksalat lebih mahal apabila
dengan dibandingkan dengan proses asam sulfat.
4. “Metal Cleaning”
Asam oksalat adalah senyawa pembersih yang digunakan untuk automotive
radiator, boiler, “railroad cars” dan kontaminan radioaktif untuk plant reaktor
pada proses pembakaran. Dalam membersihkan logam besi dan non besi asam
oksalat menghasilkan kontrol pH sebagai indikator yang baik. Banyak industri
yang mengaplikasikan cara ini berdasarkan sifatnya dan keasamannya.
5. “Textiles”
Asam oksalat banyak digunakan untuk membersihan tenun dan zat warna. Dalam
pencucian, asam oksalat digunakan sebagai zat asam, kunci penetralan alkali dan
melarutkan besi pada pewarnaan tenun pada suhu pencucian, selain itu juga asam
oksalat juga digunakan untuk membunuh bakteri yang ada didalam kain.
6. “Dyeing”
Asam oksalat dan garamnya juga digunakan untuk pewarnaan wool. Asam oksalat
sebagai agen pengatur mordan kromium florida. Mordan yang terdiri dari 4
kromium florida dan 2% berat asam oksalat. Wool di didihkan dalam waktu 1
jam. Kromic oksida pada wool diangkat dari pewarnaan. Ammonium oksalat juga
digunakan sebagai pencetakan Vigoreus pada wool, dan juga terdiri dari mordan
(zat kimia) pewarna. ( Kirk R.E, Othmer D.F., hal.630 – 631, 1945 ).
Secara umum, ada empat macam proses pembuatan asam oksalat dengan bahan
dasar yang berbeda, yaitu:
1) Sintesis dari Natrium Formiat
Pada proses pembuatan asam oksalat dari natrium formiat ini, bahan yang dipakai
adalah gas CO, Ca(OH)2, H2SO4, dan NaOH. Proses utama pembuatan asam
oksalat meliputi:
∑ Pembuatan, pemurnian dan pengempaan gas
∑ Udara panas direaksikan dengan kokas membentuk gas batubara, yang memiliki
komponen utama CO, N2, CO2, debu dan limbah gas lainnya. Kokas + udara
panas CO + N2 +CO2 + debu + limbah gas. Selanjutnya gas batubara (CO dan N2)
dimurnikan, dikeringkan dan dikempa
∑ Proses sintesa
Gas CO bertekanan direaksikan dengan larutan NaOH pada suhu 200oC menjadi
natrium formiat. (HCOONa).NaOH + CO HCOONa
∑ Proses Dehidrogenasi
HCOONa diuraikan menjadi Na2C2O4 dan gas hidrogen dengan reaksi sebagai
berikut : 2 HCOONa (COONa)2 + H2
∑ Proses pengolahan plumbite
Timbal sulfat (PbSO4) bereaksi dengan Na2C2O4 menghasilkan natrium sulfat
(Na2SO4) dan PbC2O4 yang tidak larut (COONa)2 + PbSO4 Na2SO4 + PbC2O4
Melalui pencucian dengan air, maka Na2SO4 dan PbC2O4 akan terpisahkan.
∑ Proses pengasaman
Dalam proses pengasaman, PbC2O4 bereaksi dengan asam sulfat membentuk asam
oksalat H2C2O4 dan PbSO4 yang tidak larut. PbC2O4 + H2SO4 (COOH)2 + PbSO4
∑ Pengkristalan dan pengeringan H2C2O4
Larutan asam oksalat dipanaskan, diuapkan dan diembunkan untuk menghasilkan
kristal asam oksalat.
2) Fermentasi glukosa
Proses ini menggunakan jamur untuk menguraikan glukosa menjadi asam oksalat.
Jamur yang digunakan pada proses ini adalah Aspergillus Niger yang beroperasi
optimum pada pH 4,5. Produk yang diperoleh kemudian disaring, diasamkan, dan
dihilangkan warnanya. Setelah itu, produk dinaikkan konsentrasinya dengan
evaporator dan hasilnya dikristalkan. Hasil dari pengkristalan dikeringkan untuk
meminimalkan kadar air dalam produk. Yield asam oksalat tergantung dari
nutrient (nitrogen) yang ditambahkan.
3) Peleburan alkali
Proses ini menggunakan bahan baku berupa bahan yang mengandung selulosa
tinggi, potass serbuk gergaji, sekam, tongkol jagung, dan lain-lain. Bahan ini
dilebur dengan sodium hidroksida atau potassium hidroksida pada suhu 240 –
285°C. Produk yang diperoleh direaksikan dengan kapur untuk mengikat oksalat
dengan kalsium. Produk ini kemudian direaksikan dengan asam sulfat untuk
membentuk asam oksalat. Reaksi-reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
Selulosa + NaOH Na2C2O4 + zat lain
Na2C2O4 + Ca(OH)2 →CaC2O4 + 2 NaOH
CaC2O4 + H2SO4 →CaSO4 + H2C2O4
Konversi yang diperoleh dari proses ini kurang dari 45 % dengan kemurnian
produk sebesar 60 %.
4) Oksidasi karbohidrat dengan HNO3
Cara ini ditemukan oleh Scheele pada tahun 1776. Karbohidrat yang dapat
digunakan pada proses ini antara lain yaitu berupa gula, glukosa, fruktosa,
maizena, pati gandum, pati kentang, tapioka, molasses, dan lain-lain. Karbohidrat
dihidrolisis terlebih dahulu untuk mendapatkan glukosa dengan reaksi :
(C6H10O5)n + n H2O › n C6H12O6 Glukosa yang diperoleh dicampurkan dengan
larutan induk asam oksalat yang mengandung } 50 % H2C2O4 dan kemudian
direaksikan dengan HNO3 menggunakan katalis V2O5. Reaksi yang terjadi pada
tahap ini adalah :
C6H12O6 + 12 HNO3 → 3 C2H2O4.2H2O + 3 H2O + 3NO + 9 N2O
4 C6H12O6 + 18 HNO3 + 3 H2O →12 C2H2O4.2H2O + 9 NO2
Dalam pembuatan asam oksalat dengan proses ini, bahan dasar yang digunakan
mengandung pati } 80%. Setelah didapatkan produk asam oksalat, dilakukan
penyaringan, pemisahan, dan pengkristalan. Konsentrasi asam oksalat yang
dihasilkan mencapai 99 % sedangkan yield dapat mencapai 95 - 97 %. Proses
pembuatan asam oksalat dengan metode ini dapat dilakukan secara batch maupun
kontinyu.
Produk Asam Oksalat yang dihasilkan terdiri atas :
a) Sifat fisika asam oksalat anhydrat (C2H2O4)
Berbentuk kristal, berwarna putih.
b) Sifat kimia asam oksalat anhydrat (C2H2O4)
Titik leleh : 187oC.
Densitas : 1.897 g / cm3.
Panas pembakaran (ΔE) pada 25oC : 245,61 kJ/mol.
Panas pembentukan standart (ΔHf) pada 25oC : 826,61 kJ/mol.
Berat molekul : 90.04 g/mol.
Asam oksalat dengan glycerol akan membentuk allyl alkohol. Asam oksalat
anhydrat menyublim pada suhu 150oC tetapi jika dipanaskan lagi akan
terdekomposisi menjadi karbondioksida dan asam formiat.
Jika asam oksalat dipanaskan dengan penambahan asam sulfat akan menghasilkan
karbon monoksida, karbondioksida dan H2O. ( Kirk R.E, Othmer D.F, hal.618 –
635, 1945 )
c) Sifat fisika asam oksalat dihydrat (C2H2O4.2H2O)
Berbentuk kristal, berwarna putih.
d) Sifat kimia asam oksalat dihydrat (C2H2O4.2H2O)
Titik leleh :101,5°C.
Densitas : 1,653 g / cm3.
Panas pembentukan standart (ΔHf) pada 18°C : -1422 kJ/mol.
Berat molekul : 126,07 g/mol.
Cp pada suhu 50°C adalah 0.385.
Cp pada suhu 100°C adalah 0.416.
Asam oksalat dan larutannya dalah korosif dan beracun. Debu asam
oksalat dan kabutnya dapat menyebabkan iritasi, khuhusnya dibawah kontak yang
lama. Personel yang menangani asam oksalat kristal dan larutannya harus
menggunakan sarung tangan plastik, aprons, sepatu boot, dan kacamata debu.
Ventilasi yang cukup juga harus disediakan dalam area dimana terdapat debu asap
dari asam oksalat. NIOSH diakui sebagai alat pernapasan yang dapat dipakai
ketika konsentrasi dari asam oksalat di udara melebihi konsentrasi udara yang
diijinkan dari 1mg/m3. Ingestion dari asam oksalat dan garam – garamnya dapat
menyebabkan kematian. Jika Ingestion telah terjadi, cairan larutan dari bahan
kalsium atau magnesium seperti susu dari magnesia, kalsium laktat, kalsium
gluconat, dan susu harus diatur (29-30). Tindakan pencegahan harus diambil
untuk mencegah kontaminasi pada makanan karena asam oksalat. Makanan tidak
dibolehkan ada dalam ruang kerja asam oksalat, atau asam oksalat juga tidak
boleh dikirimkan adjaoent pada makanan yang mengandung zat kimia. Para
pekerja yang menangani asam oksalat harus mencuci tangan dan wajah mereka
secara keseluruhan sebelum makan dan merokok.
Asam oksalat dapat ditemukan dalam bentuk bebas ataupun dalam bentuk
garam. Bentuk yang lebih banyak ditemukan adalah bentuk garam. Kedua bentuk
asam oksalat tersebut terdapat baik dalam bahan nabati maupun hewani. Jumlah
asam oksalat dalam tanaman lebih besar daripada hewan (Noonan dan Savage,
1999).
Menurut Noonan dan Savage (1999), asam oksalat membentuk garam larut
air bersama ion Na+, K+, dan NH4+ serta berikatan pula dengan Ca2+, Fe2+, dan
Mg2+ menyumbangkan mineral-mineral yang tidak tersedia pada hewan. Oksalat
terdapat dalam bentuk ion oksalat (C2O42-) pada beberapa spesies tumbuhan dari
famili Goosefoot dengan cairan sel mendekati pH 6. Ion oksalat yang ditemukan
biasanya dalam bentuk natrium oksalat yang dapat larut serta kalsium oksalat dan
magnesium oksalat yang tidak dapat larut. Oksalat dapat ditemukan dalam jumlah
yang relatif kecil pada banyak tumbuhan. Bahan pangan yang kaya dengan oksalat
biasanya hanya merupakan komponen minor dalam diet manusia, tetapi menjadi
penting dalam diet di beberapa wilayah di dunia. Peran oksalat pada tumbuhan
antara lain sebagai perlindungan terhadap insekta dan hewan pemakan tumbuhan
melalui toksisitas dan/atau rasa yang tidak menyenangkan, dan osmoregulasi (Ma
dan Miyasaka, 1998).
Kalsium oksalat adalah persenyawaan garam antara ion kalsium dan ion
oksalat. Senyawa ini terdapat dalam bentuk kristal padat non volatil, bersifat tidak
larut dalam air namun larut dalam asam kuat (Schumm, 1978). Secara umum
terdapat lima jenis bentuk dasar kalsium oksalat yang terdapat dalam berbagai
tanaman, diantaranya berbentuk raphide (jarum), rectangular dan bentuk pinsil,
druse (bulat), prisma, dan rhomboid (Horner dan Wagner, 1995).
DAFTAR PUSTAKA
http://www.slideshare.net/anazmi/53678527sintesisasamoksalat?from_m_app=an
droid
agnesmegakurniawati.blogspot.com/pembentukan-disakarida-dan-
polisakarida.html
https://wikipedia.org/wiki/sukrosa
KARBOHIDRAT
Oleh:
Gunawan Alvonsus Silaen
Mirani Ramadian Saputri 1807111733
Fadia Haya
Serly Marcelina Dwi Cantika
1
B. JENIS-JENIS KARBOHIDRAT
1. Karbohidrat Sederhana
Menurut Robert (2003), karbohidrat sederhana terdiri dari:
1.1.Monosakarida
Sebagian besar monosakarida dikenal sebagai heksosa, karena terdiri atas 6-
rantai atau cincin karbon. Ada tiga jenis heksosa yang penting dalam ilmu gizi,
yaitu glukods, fruktosa, dan galaktosa. Ketiga macam monosakarida ini
mengandung jenis dan jumlah atom yang sama, yaitu 6 atom karbon, 12 atom
hidrogen, dan 6 atom oksigen. Perbedaannya hanya terletak pada cara penyusunan
atom-atom hidrogen dan oksigen di sekitar atom-atom karbon. Jenis heksosa lain
yang kurang penting dalam ilmu gizi adalah manosa. Monosakarida yang
mempunyai lima atom karbon disebut pentosa, seperti ribosa dan arabino.
ÿ Glukosa, dinamakan juga dekstrosa atau gula anggur, terdapat luas di alam dalam
jumlah sedikit, yaitu di dalam sayur, buah, sirup jagung, sari pohon, dan
bersamaan dengan fruktosa dalam madu. Glukosa memegang peranan sangat
penting dalam ilmu gizi. Glukosa merupakan hasil akhir pencernaan pati, sukrosa,
maltosa, dan laktosa pada hewan dan manusia. Dalam proses metabolisme,
glukosa merupakan bentuk karbohidrat yang beredar di dalam tubuh dan di dalam
sel merupakan sumber energi.
ÿ Fruktosa, dinamakan juga levulosa atau gula buah, adalah gula paling manis.
Fruktosa mempunyai rumus kimia yang sama dengan glukosa, C6H12O6, namun
strukturnya berbeda. Susunan atom dalam fruktosda merangsang jonjot kecapan
pada lidah sehingga menimbulkan rasa manis.
ÿ Galaktosa, tidak terdapat bebas di alam seperti halnya glukosa dan fruktosa, akan
tetapi terdapat dalam tubuh sebagai hasil pencernaan laktosa.
ÿ Manosa, jarang terdapat di dalam makanan. Di gurun pasir, seperti di Israel
terdapat di dalam manna yang mereka olah untuk membuat roti.
ÿ Pentosa, merupakan bagian sel-sel semua bahan makanan alami. Jumlahnya
sangat kecil, sehingga tidak penting sebagai sumber energi.
1.2. Disakarida
Ada empat jenis disakarida, yaitu sukrosa atau sakarosa, maltosa, laktosa, dan
trehaltosa. Trehaltosa tidak begitu penting dalam milmu gizi, oleh karena itu akan
dibahas secara terbatas. Disakarida terdiri atas dua unit monosakarida yang terikat
satu sama lain melalui reaksi kondensasi. kedua monosakarida saling mengikat
berupa ikatan glikosidik melalui satu atom oksigen (O). ikatan glikosidik ini
biasanya terjadi antara atom C nomor 1 dengan atom C nomor 4 dan membentuk
ikatan alfa, dengan melepaskan satu molekul air. hanya karbohidrat yang unit
monosakaridanya terikat dalam bentuk alfa yang dapat dicernakan. Disakarida dapat
dipecah kembali mejadi dua molekul monosakarida melalui reaksi hidrolisis.
Glukosa terdapat pada ke empat jenis disakarida; monosakarida lainnya adalah
fruktosa dan galaktosa.
ÿ Sukrosa atau sakarosa dinamakan juga gula tebu atau gula bit. Secara komersial
gula pasir yang 99% terdiri atas sukrosa dibuat dari keuda macam bahan makanan
tersebut melalui proses penyulingan dan kristalisasi. Gula merah yang banayk
digunakan di Indonesia dibuat dari tebu, kelapa atau enau melalui proses
penyulingan tidak sempurna. Sukrosa juga terdapat di dalam buah, sayuran, dan
madu.
ÿ Maltosa (gula malt) tidak terdapat bebas di alam. Maltosa terbentuk pada setiap
pemecahan pati, seperti yang terjadi pada tumbuh-tumbuhan bila benih atau bijian
berkecambah dan di dalam usus manusia pada pencernaan pati.
ÿ Laktosa (gula susu) hanya terdapat dalam susu dan terdiri atas satu unit glukosa
dan satu unit galaktosa. Kekurangan laktase ini menyebabkan ketidaktahanan
terhadap laktosa. Laktosa yang tidak dicerna tidak dapat diserap dan tetap tinggal
dalam saluran pencernaan. Hal ini mempengaruhi jenis mikroorgnaisme yang
tumbuh, yang menyebabkan gejala kembung, kejang perut, dan diare.
Ketidaktahanan terhadap laktosa lebih banyak terjadi pada orang tua. Mlaktosa
adalah gula yang rasanya paling tidak manis (seperenam manis glukosa) dan lebih
sukar larut daripada disakarida lain.
ÿ Trehalosa seperti juga maltosa, terdiri atas dua mol glukosa dan dikenal sebagai
gila jamur. Sebanyak 15% bagian kering jamur terdiri atas trehalosa. Trehalosa
juga terdapat dalam serangga.
1.3. Gula Alkohol
Gula alkohol terdapat di dalam alam dan dapat pula dibuat secara sintesis. Ada empat
jenis gula alkohol yaitu sorbitol, manitol, dulsitol, dan inositol.
ÿ Sorbitol, terdapat di dalam beberapa jenis buah dan secara komersial dibuat dari
glukosa. Enzim aldosa reduktase dapat mengubah gugus aldehida (CHO) dalam
glukosa menjadi alkohol (CH2OH). Struktur kimianya dapat dilihat di bawah.
Sorbitol banyak digunakan dalam minuman dan makanan khusus pasien
diabetes, seperti minuman ringan, selai dan kue-kue. Tingkat kemanisan sorbitol
hanya 60% bila dibandingkan dengan sukrosa, diabsorpsi lebih lambat dan
diubah di dalam hati menjadi glukosa. Pengaruhnya terhadap kadar gula darah
lebih kecil daripada sukrosa. Konsumsi lebih dari lima puluh gram sehari dapat
menyebabkan diare pada pasien diabetes.
ÿ Manitol dan Dulsitol adalah alkohol yang dibuat dari monosakarida manosa dan
galaktosa. Manitol terdapat di dalam nanas, asparagus, ubi jalar, dan wortel.
Secara komersialo manitol diekstraksi dari sejenis rumput laut. Kedua jenis
alkohol ini banyak digunakan dalam industri pangan.
ÿ Inositol merupakan alkohol siklis yang menyerupai glukosa. Inositol terdfapat
dalam banyak bahan makanan, terutama dalam sekam serealia.
1.4.Oligosakarida
Oligosakarida terdiri atas polimer dua hingga sepuluh monosakarida.
ÿ Rafinosa, stakiosa, dan verbaskosa adalah oligosakarida yang terdiri atas unit-
unit glukosa, fruktosa, dan galaktosa. Ketiga jenis oligosakarida ini terdapat du
dalam biji tumbuh-tumbuhan dan kacang-kacangan serta tidak dapat dipecah
oleh enzim-enzim perncernaan.
ÿ Fruktan adalah sekelompok oligo dan polisakarida yang terdiri atas beberapa
unit fruktosa yang terikat dengan satu molekul glukosa. Fruktan terdapat di
dalam serealia, bawang merah, bawang putih, dan asparagus. Fruktan tidak
dicernakan secara berarti. Sebagian ebsar di dalam usus besar difermentasi.
B. Karbohidrat Kompleks
Menurut Stanley (1988), karbohidrat Kompleks terdiri dari dua yaitu :
2.2.Polisakarida
Karbohidrat kompleks ini dapat mengandung sampai tiga ribu unit gula
sederhana yang tersusun dalam bentuk rantai panjang lurus atau bercabang. Jenis
polisakarida yang penting dalam ilmu gizi adalah pati, dekstrin, glikogen, dan
polisakarida nonpati.
ÿ Pati merupakan simpanan karbohidrat dalam tumbuh-tumbuhan dan merupakan
karbohidrat utama yang dimakan manusia di seluruh dunia. Pati terutama
terdapat dalam padi-padian, biji-bijian, dan umbi-umbian.
Jumlah unit glukosa dan susunannya dalam satu jenis pati berbeda satu sama
lain, bergantung jenis tanaman asalnya. Bentuk butiran pati ini berbeda satu
sama lain dengan karakteristik tersendiri dalam hal daya larut, daya
mengentalkan, dan rasa. Amilosa merupakan rantai panjang unit glukosa yang
tidak bercabang, sedangkan amilopektin adfalah polimer yang susunannya
bercabang-cabang dengan 15-30 unit glukosa pada tiap cabang.
ÿ Dekstrin merupakan produk antara pada perencanaan pati atau dibentuk melalui
hidrolisis parsial pati. Dekstrin merupakan sumber utama karbohidrat dalam
makanan lewat pipa (tube feeding). Cairan glukosa dalam hal ini merupakan
campuran dekstrin, maltosa, glukosa, dan air. Karena molekulnya lebih besar
dari sukrosa dan glukosa, dekstrin mempunyai pengaruh osmolar lebih kecil
sehingga tidak mudah menimbulkan diare.
ÿ Glikogen dinamakan juga pati hewan karena merupakan bentuk simpanan
karbohidrat di dalam tubuh manusia dan hewan, yang terutama terdapat di
dalam hati dan otot. Dua pertiga bagian dari glikogen disimpan dalam otot dan
selebihnya dalam hati. Glikogen dalam otot hanya dapat digunakan untuk
keperluan energi di dalam otot tersebut, sedangkan glikogen dalam hati dapat
digunakan sebagai sumber energi untuk keperluan semua sel tubuh. Kelebihan
glukosa melampaui kemampuan menyimpannya dalam bentuk glikogen akan
diubah menjadi lemak dan disimpan dalam jaringan lemak.
Menurut Robert (2003), pengaruh faal karbohidrat makanan yang tidak dicernakan di
usus yaitu:
1. Berat Feses
Makanan yang rendah serat menghasilkan feses yang keras dan kering yang
susah dikeluarkan dan membutuhkan peningkatan tekanan saluran cerna yang
luar biasa untuk mengeluarkannya. Makanan tinggi serat cenderung
meningkatkan berat feses.
2. Metabolisme Kolesterol
Data epidemologik menunjukkan bahwa konsumsi serat makanan mempunyai
hubungan negatif dengan insiden penyakit jantung koroner dan batu ginjal,
terutama dengan kolesterol darah. Polisakarida nonpati larut air (pektin, gum,
dan sebagainya) paling berpengaruh sedangkan polisakarida nonpati yang
tidak larut air hanya mempunyai pengaruh kecil terhadap kadar kolesterol.
Penurunan ini terutama terlihat pada fraksi LDL (low Density Lipoprotein)
yang disertai dengan penurunan kandungan kolesterol dalam hati dan lain
jaringan
3. Waktu Transit
Waktu transit makanan setelah ditelan adalah waktu yang dipelrukan makanan
untyuk melalui mulut sampai ke anus. Waktu transit dalam kolon biasanya
kurang lebih sepuluh kali lebih lama daripada waktu transit dari mulut ke awal
kolon dan merupakan tahap utama yang mempengaruhi seluruh waktu transit
makanan. Waktu transit dari mulut ke bagian awal usus besar dipengaruhi oleh
pengosongan lambung dan transit dalam usus halus.
4. Perubahan Susunan Mikroorganisme
Hubungan antara kolon dengan kekurangan serat makanan diduga karena
terjadinya perubahan pada susunan mikroorganisme dalam saluran cerna.
Mikroorganisme yang terbentuk menguntungkan pembentukan karsinogen
yang berpengaruh terhadap terjadinya kanker. Mikroorganisme ini juga diduga
mencegah atau membatasi pemecahan karsinogen yang terjadi secara normal
bila serat makanan lebih tinggi.
H. Metabolisme Karbohidrat
Untuk mempermudah mempelajari metabolisme karbohidrat, maka dibagi menjadi beberapa
jalur metabolisme. Namun hendaknya diingat bahwa dalam tubuh, jalur-jalur ini merupakan
ke- satuan, yang mana jalur yang paling banyak dilalui tergantung pada keadaan status nutrisi
waktu itu. Pembagiannya adalah:
1. Glikolisis
2. Glikogenesis
3. Glikogenolisis
4. Glukoneogenesis
5. Oksidasi asam piruvat.
Daftar Pustaka
K. Murray, Robert, dkk. 2003. Biokimia Harper. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Marlitasari, Erviani. 2012. Makalah Biokimia Karbohidrat, (Online). (http://blog.ub.ac.id,
diakses 17 Februari 2019)
Pine, Stanley., dkk, 1988, Kimia Organik 2, Terbitan keempat, ITB : Bandung.
Kofaktor
Dan juga terbentuk dari zat organik, misalnya flavin dan heme. Kofaktor
organik terutama vitamin dan molekul organik non-vitamin lain seperti ATP,
Glutathione, Heme, CTP, Koenzim B dan lain-lain. Kofaktor organik dapat dibagi
lagi menjadi dua sebagai koenzim dan gugus prostetik. Gugus prostetik telah terikat
erat dengan enzim dan berpartisipasi dalam reaksi katalis enzim. Koenzim adalah
NADH, NADPH dan adenosina trifosfat. Molekul-molekul tersebut bekerja dengan
mentransfer gugus kimiawi antara enzim. Pada mahluk hidup khususnya manusia,
enzim yang membutuhkan kofaktor contohnya : karbonat anhidrase, dengan kofaktor
seng yang terikat sebagai bagian dari tapak aktifnya (Sadikin, 2002).
Molekul yang memiliki ikatan yang kuat dan ditemukan pada aktivitasnya
yang terlibat dalam katalisis. Beberapa enzim atau kompleks enzim memerlukan
beberapa kofaktor. Sebagai contoh, kompleks multienzim piruvat dehydrogenase
pada persimpangan glikolisis dan siklus asam sitrat membutuhkan lima kofaktor
organik dan satu ion logam: tiamina pirofosfat (TPP) yang terikat lemah, lipoamida
dan flavin adenina dinukleotida (FAD) yang terikat secara kovalen, dan kosubstrat
nikotinamida adenina dinukleotida (NAD+) dan koenzim A (CoA), serta sebuah ion
logam (Mg2+). Selama reaksi, kompleks kelompok enzim prostetik dapat mengalami
perubahan struktural, tetapi mereka masuk ke keadaan semula ketika reaksi selesai.
FAD ialah kelompok enzim prostetik dehidrogenase suksinat yang mereduksi ke
FADH2 dalam proses konversi suksinat menjadi fumarat.
Menurut Saryono (2011), Fungsi kofaktor merupakan kunci dari aktivasi sebuah
enzim yang bersifat non protein. Kofaktor memiliki sifat yang relatif stabil dari
perubahan suha atau pada sebuah reaksi. Kofaktor dibedakan menjadi 3 bentuk yaitu
seperti berikut :
1. Aktivator
Aktivator merupakan jenis ion-ion yang biasanya memiliki ikatan yang bersifat lemah
dengansebuah enzim. Beberapa logam yang menjadi aktivator dalam sistem enzim
dalam tubuh kita yaitu Cu, Fe, Mn, Co, K dan Ca.
2. Gugus Prostetik
Enzim (protein) berkaitan erat dengan gugus prostetik yang memiliki ikatan pada
kovalen. Dalam gugus prostetik terbentuk dari senyawa organik yang membentuknya
seperti vitamin, ion dan logam. FAD memiliki kandungan riboflavin (vitamin B2)
dan merupakan bagian FAD yang menerima atom Hidrogen. Ion logam didapatkan
dari sitokrom sebagai pembawa elektoron Fe.
3. Koenzim
Koenzim merupakan enzim yang tidak memiliki gugus prostetik dan memerlukan
senyawa organik dalam aktivitasnya. Koenzim bukn bagian yang melekat erat pada
protein enzim. oenzim secara kimiawi berubah oleh aksi enzim, adalah dapat
dikatakan koenzim merupakan substrat yang khusus, ataupun substrat sekunder.
Sebagai contoh, sekitar 700 enzim diketahui menggunakan koenzim NADH.
Gugus prostetik secara kimiawi hampir sama dengan koenzim, yaitu senyawa
non-protein yang dapat terdialisa dan termostabil, namun ikatannya dengan apoenzim
cukup kuat, sehingga biasanya tidak bersifat reversibel. Sifat ikatannya dengan
apoenzim inilah yang membedakan gugus prostetik dengan koenzim (Saryono, 2011).
Tidak seperti koenzim yang dapat terikat, lepas, kemudian diikat lagi oleh apoenzim
selama kerja enzim, maka gugus prostetik umumnya berada dalam keadaan terikat
terus menerus menjadi satu dengan bagian apoenzim. Hanya saja, dalam mekanisme
kerja enzim, ia mengalami perubahan-perubahan bentuk, misalnya dari keadaan
tereduksi berubah menjadi keadaan teroksidasi, dan kemudian berubah lagi menjadi
keadaan tereduksi, dan seterusnya. Beberapa contoh gugus prostetik adalah
molibdopterin, lipoamida dan biotin.
Kofaktor atau aktivator ion logam di antaranya adalah K+, Fe++, Fe+++, Cu++,
Co++, Zn++, Mn++, Mg++, Ca++, and Mo+++. Beberapa contoh kofaktor ion logam
beserta enzimnya disajikan dalam tabel berikut.
Oleh:
H2O COOH
COOH H2O
COOH |
|
| CH2
CH2
CH2 |
|
| HC – COOH
HO – C – COOH
C – COOH |
|
|| HO – CH
CH2
HC |
| H2O H2O
| COOH
COOH akonitase akonitase
COOH
isositrat
sitrat
Cis - akonitrat
Disusun Oleh:
Kelompok VI
Enzim atau fermen (dalam bahasa yunani, en = di dalam dan zyme = ragi)
adalah senyawa organik yang tersusun atas protein, dihasilkan oleh sel, dan
berperan sebagai biokatalisator dalam reaksi kimia. Enzim sangat penting dalam
kehidupan, karena semua reaksi metabolisme dikatalis oleh enzim. Jika tidak ada
enzim, atau aktivitas enzim terganggu maka reaksi metabolisme sel akan
terhambat hingga pertumbuhan sel juga terganggu.
Enzim adalah biokatalisator organik yang dihasilkan organisme hidup di
dalam protoplasma, yang terdiri atas protein atau suatu senyawa yang berikatan
dengan protein, berfungsi sebagai senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa
habis bereaksi dalam suatu reaksi kimia. Hampir semua enzim merupakan protein.
Pada reaksi yang dikatalisasi oleh enzim, molekul awal reaksi disebut sebagai
substrat, dan enzim mengubah molekul tersebut menjadi molekul-molekul
yang berbeda, disebut produk. Jenis produk yang akan dihasilkan bergantung
pada suatu kondisi/zat, yang disebut promoter. Semua proses biologis sel
memerlukan enzim agar dapat berlangsung dengan cukup cepat dalam suatu arah
lintasan metabolisme yang ditentukan oleh hormon sebagai promoter.
Fungsi enzim
Fungsi suatu enzim ialah sebagai katalis untuk suatu proses biokimia yang
terjadi dalam sel maupun di luar sel. Suatu enzim dapat mempercepat reaksi
108 sampai 1011 kali lebih cepat daripada suatu reaksi tersebut dilakukan tanpa
katalis. Jadi enzim dapat berfungsi sebagai katalis yang sangat efisien, di samping
mempunyai derajat kekhasan yang tinggi. Oleh karena itu, enzim mempunyai
peranan yang sangat penting dalam reaksi metabolisme. Peranan enzim dalam
reaksi metabolisme adalah sebagai berikut:
SIFAT-SIFAT ENZIM
Sifat-sifat enzim secara singkat adalah sebagai berikut:
1. Sebagai biokatalisator.
2. Enzim sebagai protein. Maksudnya adalah, karena enzim memiliki protein
sebagai komponen utamanya,maka sifatnya mengikuti protein, salah satunya
adalah perlunya suhu optimal untuk bekerja.
3. Bekerja secara spesifik: satu enzim untuk satu substrat. Misalnya, lipase
hanya untuk hidrolisis lipid,katalase hanya untuk mengurai hidrogen
peroksida.
4. Hanya dibutuhkan dalam jumlah sedikit. Sedikit saja penambahan enzim
mengakibatkan percepatanreaksi yang sangat besar : oleh karena itu enzim
dikatakan efisien.
5. Bekerja bolak-balik
6. Dipengaruhi oleh faktor lingkungan
INHIBITOR
Macam-Macam Inhibitor
Berdasarkan reaksi kimianya, inhbitor dapat dibedakan menjadi 2 : yaitu inhibitor
irreversible dan inhbitor reversible.
1. Inhibitor irreversible
Inhibitor irreversible adalah inhibitor yang reaksi kimianya berjalan satu arah
atau tidak dapat balik, dimana setelah inhibitor mengikat enzim, inhibitor tidak
dapat dipisahkan dari sisi aktif enzim. Keadaan ini menyebabkan enzim tidak
dapat mengikat substrat atau inhibitor merusak beberapa komponen (gugus
fungsi) pada sisi katalitik molekul enzim. Hambatan tidak reversible pada
umumya disebabkan oleh terjadinya proses destruktif atau modifikasi sebuah
gugus fungsi atau lebih yang terdapat pada molekul enzim.
2. Inhibitor reversible
Inhibitor reversible adalah inhibitor yang reaksi kimianya berjalan dua arah
atau dapat balik, bekerja dengan mengikat sisi aktif enzim melalui reaksi
reversibel dan inhibitor ini dapat dipisahkan atau dilepaskan kembali dari
ikatannya. Inhibitor reversible terdiri dari tiga jenis, yaitu : inhibitor yang
bekerja secara kompetitif, non-kompetitif, dan un-kompetitif.
A. Competitive Reversible
Pada penghambatan ini zat – zat penghambat mempunyai struktur yang
mirip dengan struktur substrat. Dengan demikian baik substrat maupun zat
penghambat berkompetisi atau bersaing untuk bersatu dengan sisi aktif
enzim, jika zat penghambat lebih dulu berikatan dengan sisi aktif enzim ,
maka substratnya tidak dapat lagi berikatan dengan sisi aktif enzim.
Pada competitive reversible, inhibitor dan substrat berkompetisi untuk
berikatan dengan enzim. Seringkali inhibitor kompetitif memiliki struktur
yang sangat mirip dengan substrat asli enzim. Sebagai
contoh, metotreksat adalah inihibitor kompetitif untuk enzimdihidrofolat
reduktase. Pada inhibitor kompetitif, kelajuan maksimal reaksi tidak
berubah, namun memerlukan konsentrasi substrat yang lebih tinggi untuk
mencapai kelajuan maksimal tersebut, sehingga meningkatkan Km.
B. Non Competitive Reversible
Pada inhibitor tak kompetitif, inhibitor tidak dapat berikatan dengan enzim
bebas, namun hanya dapat dengan komples ES (enzim-substrat).
Kompleks EIS yang terbentuk kemudian menjadi tidak aktif. Jenis
inhibitor ini sangat jarang, namun dapat terjadi pada enzim-enzim
multimerik. Contoh: pestisida (DDT) dan parathion yang menghambat
kerja enzim dalam system syaraf, serta antibiotik dan penisilin pada sel
bakteri. Inhibitor irreversible non kompetitif ini melekat pada sisi aktif
enzim dengan sangat kuat (ikatan kovalen) sehingga tidak lepas dari enzim
(irreversible). Akibatnya enzim tidak aktif.
Pada penghambatan nonkompetitif, inhibitor (misalnya Q) menempelkan
diri pada suatu tempat di permukaan enzim yang agak jauh dari lokasi
aktif sehingga struktur lokasi aktif berubah. Karena perubahan struktur
lokasi aktif , substrat tidak dapat masuk. Akibatnya, peran enzim scbagai
katalisator yang normal tidak dapat terlaksana.
C. Uncompetitive Reversible
Inhibitor non-kompetitif dapat mengikat enzim pada saat yang sama
substrat berikatan dengan enzim. Baik kompleks EI dan EIS tidak aktif.
Karena inhibitor tidak dapat dilawan dengan peningkatan konsentrasi
substrat, Vmax reaksi berubah. Namun, karena substrat masih dapat
mengikat enzim, Km tetaplah sama.
D. Allosteric Inhibition
Enzim alosterik adalah enzim yang berpartisipasi di dalam metabolisme
dan terdapat kelompok khusus yang dikenal sebagai enzim pengatur,
enzim ini dapat mengenali berbagai isyarat metabolik serta mengubah
kecepatan katalitiknya sesuai dengan isyarat yang diterima, system enzim
initerkoordinasi dengan baik serta dapat menghasilkan suatu hubungan
yang harmonis di antara sejumlah aktivitas metabolik yang berbeda, yang
diperlukan untuk menunjang kehidupan.
E. Feed back inhibition (Inhibitor Campuran)
Inhibitor jenis ini mirip dengan inhibitor non-kompetitif, kecuali kompleks
EIS memiliki aktivitas enzimatik residual. Pada banyak organisme,
inhibitor dapat merupakan bagian dari mekanisme umpan balik. Jika enzim
memproduksi terlalu banyak produk, produk tersebut dapat berperan
sebagai inhibitor bagi enzim tersebut. Hal ini akan menyebabkan produksi
produk melambat atau berhenti. Bentuk umpan balik ini adalah umpan
balik negatif. Enzim memiliki bentuk regulasi seperti ini sering kali
multimerik dan mempunyai tapak ikat alosterik. Kurva substrat/kelajuan
enzim ini tidak berbentuk hiperbola melainkan berbentuk S.Koenzim asam
folat dan obat anti kanker metotreksat memiliki struktur yang sangat mirip.
Oleh sebab itu, metotreksat adalah inhibitor kompetitif bagi enzim yang
menggunukan folat. Inhibitor ireversibel bereaksi dengan enzim dan
membentuk aduk dengan protein. Inaktivasi ini bersifat ireversible.
Inhibitor seperti ini contohnya efloritina, obat yang digunakan untuk
mengobati penyakit yang disebabkan oleh protozoa African
trypanosomiasis. Penisilin dan Aspirin juga bekerja dengan cara yang
sama. Senyawa obat ini terikat pada tapak aktif, dan enzim kemudian
mengubah inhibitor menjadi bentuk aktif yang bereaksi secara ireversibel
dengan satu atau lebih residu asam amino
Kegunaan Inhibitor
Oleh karena inhibitor menghambat fungsi enzim, inhibitor sering
digunakan sebagai obat. Contohnya adalah inhibitor yang digunakan sebagai
obat aspirin. Aspirin menginhibisi enzim COX-1dan COX-2 yang memproduksi
pembawa pesan peradangan prostaglandin, sehingga ia dapat menekan peradangan
dan rasa sakit. Namun, banyak pula inhibitor enzim lainnya yang beracun.
Sebagai contohnya, sianida yang merupakan inhibitor enzim ireversibel, akan
bergabung dengan tembaga dan besi pada tapak aktif enzim sitokrom c-oksidase.
Proses Metabolisme dan Mikroorganisme yang terlibat dari
Glukosa menjadi Asam Laktat
Oleh:
Kelompok VI
Metabolisme Glukosa
1. Proses glikolisis
Tahap awal metabolisme konversi glukosa menjadi energi di dalam tubuh
akan berlangsung secara anaerobik melalui proses yang dinamakan Glikolisis
(Glycolysis). Proses ini berlangsung dengan mengunakan bantuan 10 jenis
enzim yang berfungsi sebagai katalis di dalam sitoplasma (cytoplasm) yang
terdapat pada sel eukaryotik (eukaryotic cells). Inti dari keseluruhan proses
Glikolisis adalah untuk mengkonversi glukosa menjadi produk akhir berupa
piruvat. Pada proses Glikolisis, 1 molekul glukosa yang memiliki 6 atom
karbon pada rantainya (C6H12O6) akan terpecah menjadi produk akhir berupa 2
molekul piruvat ( pyruvate) yang memiliki 3 atom karbom (C3H3O3).
Proses ini berjalan melalui beberapa tahapan reaksi yang disertai dengan
terbentuknya beberapa senyawa antara seperti Glukosa 6-fosfat dan Fruktosa 6-
fosfat . Selain akan menghasilkan produk akhir berupa molekul piruvat, proses
glikolisis ini juga akan menghasilkan molekul ATP serta molekul NADH (1
NADH3 ATP). Molekul ATP yang terbentuk ini kemudian akan diekstrak oleh
sel-sel tubuh sebagai komponen dasar sumber energi. Melalui proses glikolisis
ini 4 buah molekul ATP & 2 buah molekul NADH (6 ATP) akan dihasilkan
serta pada awal tahapan prosesnya akan mengkonsumsi 2 buah molekul ATP
sehingga total 8 buah ATP akan dapat terbentuk.
Hernawati. 2010. Produksi Asam Laktat Pada Exercise Aerobik Dan Anaerobik .
Bandung: FMIPA Universitas Pendidikan Indonesia
Proses Metabolisme dari Sukrosa Menjadi Asam Glutamat
Oleh:
Kelompok VI
Dalam kehidupan sehari-hari , sukrosa kita kenal sebagai gula dapat pada
berbagai jenis buah-buahan dan sayuran, contohnya tebu serta bit gula. Karena
gula ini belum dalam bentuk paling sederhana, sukrosa akan dipecah terlebih
dahulu oleh bantuan enzim bernama beta-fruktosidase. Kemudian akan
mengalami proses hidrolisis menjadi glukosa dan fruktosa. Setelah dihidrolisis
jadi glukosa dan fruktosa, selanjutnya fruktosa dan glukosa ini akan masuk ke
dalam jalur metabolisme nya masing-masing.
Glukosa bisa disalurkan dalam darah dan selanjutnya disimpan dalam sel
otot dan sel hati. Saat kita mendapatkan glukosa dari makanan, glukosa akan
diserap melalui usus halus, dan kemudian disalurkan lewat darah. Gula yang
berada di darah disebut dengan gula darah. Keberadaan gula darah ini selanjutnya
akan merangsang hormon insulin. Hormon insulin akan dilepaskan ke darah oleh
organ bernama pankreas untuk jadi pengantar gula darah masuk dalam sel-sel otot
dan sel-sel hati untuk disimpan. Berbeda dengan jalur metabolisme fruktosa.
Fruktosa tidak akan dialirkan ke dalam darah, sehingga membuat kadar gula
darah stabil. Alih-alih ke darah, fruktosa akan masuk ke dalam hati dan diproses
di dalam organ tersebut. Fruktosa juga bersifat lipogenik, sehingga dapat
merangsang produksi sel lemak. Keberadaan fruktosa tidak merangsang produksi
hormon leptin yang bertugas mengatur asupan dan pengeluaran energi. Nah, maka
itu, kalau orang kelebihan fruktosa dikhawatirkan penumpukan lemak akan lebih
cepat terjadi dibandingkan jika kelebihan glukosa. Kelebihan fruktosa memiliki
efek yang sama dengan orang yang kelebihan makanan berlemak.
II. ASAM GLUTAMAT
Asam glutamat merupakan asam amino yang banyak diproduksi. Glutamat
sendiri adalah salah satu jenis asam amino non-essensial yang merupakan
substansi dasar penyusun protein dan bisa diproduksi sendiri oleh tubuh kita untuk
keperluan metabolisme serta ditemukan hampir di dalam setiap makanan yang
mengandung protein.
Beberapa jenis makanan yang mengandung glutamat dari alam adalah
tomat, keju, saos soya, saos ikan, dan bahkan juga terdapat di air susu ibu (ASI).
Asam glutamat biasanya digunakan pada produksi MSG.
Asam glutamat sebagian dapat dihasilkan dengan cara menggunakan
mikroba. Berbagai teknik yang telah diketahui dalam pembuatan asam L-
glutamat, tapi memiliki bermacam variasi efisiensi dalam konversi
gula menjadi asam glutamat. Dalam semua sistem dan di antara parameter lain,
ekskresi asam glutamat oleh sel-sel bakteri memiliki tingkat faktor peleburan.
Kondisi Kultur
1. Sumber Karbon
Bakteri penghasil asam £-Glutamat dapat menggunakan berbagai macam
sumber karbon, seperti glukosa, fruktosa, sukrosa, maltosa, ribosa, atau silosa,
sebagai substrat untuk pertumbuhan sel dan biosintesis asam glutamat.
Konsentrasi biotin pada medium harus benar-benar dikontrol dalam level
suboptimal agar memaksimalkan pertumbuhan sehingga diperoleh asam
glutamat yang tinggi. Oleh karena itu, bahan baku kaya biotin, seperti molase
dari gula bit dan gula tebu, tidak dapat digunakan sebelum ditemukannya
pengaruh mediasi biotin pada penisilin dan asam lemak jenuh C16-C18. Asam
oleik hanya membutuhkan akumulasi mutan asam £-Glutamat pada medium
yang kaya biotin ketika konsentrasi asam oleik terkontrol pada level
suboptimal agar pertumbuhan maksimal.
3. Faktor Tumbuh
Bakteri penghasil asam £-Glutamat membutuhkan biotin untuk pertumbuhan
dan konsentrasinya harus dikontrol agar memperoleh produk yang maksimal.
Dampak biotin pada fermentasi asam £-Glutamat sangat erat kaitannya dengan
permeabilitas asam £-Glutamat terhadap membran sel.
4. Ketersediaan Oksigen
Biosintesis dari asam glutamat merupakan proses aerob yang membutuhkan
oksigen selama proses fermentasinya. Untuk mengoptimalkan produksi, kadar
oksigen terlarut harus dijaga pada kondisi optimal. Sel yang melakukan
respirasi akan mengkonsumsi oksigen dalam media hanya dalam beberapa
detik sehingga oksigen harus disuplai secara terus-menerus untuk menjaga
konsentrasi oksigen terlarut.
2. Asam α-Ketoglutarat
Suplai oksigen yang cukup dengan ketidakadaan ion amonium pada fermentasi
asam £-Glutamat akan menghasilkan akumulasi asam α-Ketoglutarat. Ketika
pengontrol pH diubah dari NH4OH menjadi NaOH pada pada akhir fase
pertumbuhan, 18 g l-1 asam α–Ketoglutarat terakumulasi pada hasil substrat
0,20 g g l-1 pada pembudidayaan 72 h.
3. Asam £-Glutamin
Asam £-Glutamat diubah menjadi £-glutamin ketika terdapat kelebihan
amonium klorida pada kultur pada pH rendah dengan adanya ion seng. Pada
medium yang mengandung 40 g l-1 amonium klorida dan 10 mg l-1 sulfat seng,
sel terakumulasi lebih dari 40 l-1 £-Glutamin pada 0,30 g l-1 sumber
karbon. Konsentrasi tinggi ion amonium pada kondisi pH rendah
menghasilkan produksi N -asetil-£-glutamin. Ion seng efektif dalam
pengurangan ekskresi N -asetil-£-glutamin dalam akumulasi £-glutamin.
III. Proses Metabolisme dari Sukrosa Menjadi Asam Glutamat
Glutamat sendiri adalah salah satu jenis asam amino non-essensial yang
merupakan substansi dasar penyusun protein. Tahap awal reaksi metabolisme
seluler asam amino (metabolisme protein) melibatkan pelepasan gugus asam
amino dan kemudian perubahan kerangka karbon pada molekul asam amino.
Terdapat 2 proses utama dalam pelepasan gugus amino,
yaitu transaminasi dan deaminasi.
Transaminasi
Transaminasi ialah proses katabolisme asam amino yang melibatkan
pemindahan gugus amino dari satu asam amino kepada asam amino lain. Dalam
reaksi transaminasi ini gugus amino dari suatu asam amino dipindahkan kepada
salah satu dari tiga senyawa keto, yaitu asam piruvat, a ketoglutarat atau
oksaloasetat, sehingga senyawa keto ini diubah menjadi asam amino, sedangkan
asam amino semula diubah menjadi asam keto. Ada dua enzim penting dalam
reaksi transaminasi yaitu alanin transaminase dan glutamat transaminase yang
bekerja sebagai katalis dalamreaksi berikut :
Reaksi ini bersifat reversibel. Pada reaksi ini tidak ada gugus amino yang
hilang, karna gugus amino yang dilepaskan oleh asam amino diterima oleh asam
keto.
Alanin transaminase dapat mengubah berbagai jenis asam amino menjadi
alanin, selama asam piruvat ada. Glutamat transaminase dapat mengubah berbagai
jenis asam amino menjadi asam glutamat. Apabila jumlah alanin transaminase
banyak maka alanin akan diubah menjadi asam glutamat oleh enzim alanin-
glutamat transaminase. Jadi, walaupun ada beberapa jalur transaminasi tapi asam
ketoglutarat merupakan akseptor gugus amino terakhir, sehingga hasil
transaminasi keseluruhan adalah asam glutamat
Deaminasi Oksidatif
Asam amino dengan reaksi transaminasi dapat diubah menjadi asam glutamat.
Dalam beberapa sel misalnya dalam bakteri, asam glutamat dapat mengalami
proses deaminasi oksidatif yang menggunakan glutamat dehidrogenase sebagai
katalis.
Dalam proses ini asam glutamat melepaskan gugus amino dalam bentuk
NH4+. Selain NAD+ glutamat dehidrogenase dapat pula menggunakan NADP+
sebagai aseptor elektron. Oleh karena asam glutamat merupakan hasil akhir proses
transaminasi, maka glutamat dehidrogenase merupakan enzim yang penting dalam
metabolisme asam amino oksidase dan D-asam oksidase.
Siklus Krebs
∑ Deaminasi maupun transaminasi merupakan proses perubahan protein → zat
yang dapat masuk kedalam siklus Krebs
∑ Zat hasil deaminasi/transaminasi yang dapat masuk siklus Krebs adalah: alfa
ketoglutarat, suksinil ko-A, fumarat, oksaloasetat, sitrat
Oleh :
Kelompok 7:
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2019
BAB I
PEMBAHASAN
Asam fumarat pertama kali dibuat dari asam suksinat. Cara sintesis
tradisional melibatkan oksidasi furfural (dari hasil pemrosesan jagung)
menggunakan natrium klorat dengan keberadaan katalis berbasis vanadium.
Zaman sekarang, sintesis asam fumarat dalam skala industri kebanyakan
berdasarkan isomerisasi katalitik asam maleat (yang bisa didapatkan dalam
jumlah besar dari hidrolisis maleat anhidrat, yang diproduksi dari oksidasi
katalitik benzena atau butana) dalam larutan akuatik. Pada saat ini, kebanyakan
asam fumarat diproduksi dari benzena, butana, dan butena. Asam fumarat yang
dibuat dari butena dilakukan dengan tiga tahap reaksi yaitu adalah oksidasi butena
menjadi maleat anhidrat dilanjutkan oleh hidrolisis maleat anhidrat menjadi asam
maleat dan yang terakhir adalah asam maleat diisomerisasi menjadi asam fumarat.
1. Reaksi Kimia
Butena adalah bahan baku dari pembuatan asam fumarat. Tahap pertama
dari proses produksi asam fumarat yaitu adalah oksidasi butena yang akan
menghasilkan maleat anhidrat. Mekanisme reaksinya adalah sebagai berikut :
Reaksi utama:
C4H8 + 3O2 4H2O3 + 3H2O
Reaksi samping:
C4H8 + 6O2 2 + 4H2O
C4H8 + O2 2H4O
Salah satu senyawa derivatif dari asam fumarat adalah Poly Buthylene
Terphthalate (PBT). Karena semakin naiknya harga dari polipropilen dan
polietilen, pemakaian PBT diprediksi akan tumbuh cepat di masa depan. Seiring
dengan berkembangnya isu-isu lingkungan, PBT merupakan produk “hijau”
dibandingkan polipropilen dan polietilen karena PBT bersifat biodegradable.
Menurut Frost dan Sullivan, investasi di bidang pasar rekayasa plastik di Asia
Tenggara tumbuh 10-15% per tahun dalam delapan tahun terakhir. Pada tahun
2011, investasinya sebesar 6 miliar EURO. Sedangkan permintaan plastik di
Indonesia mencapai 2,1 juta ton di tahun 2012.
2. Kapasitas Pabrik yang Sudah Ada
Di China tepatnya di Changzaou, produksi asam fumarat cukup besar yaitu
sekitar 150.000 metrik ton per tahun, seperti yang dilaporkan oleh Changzhou
Yabang Chemical Co.,Ltd. Perusahaan ini menyuplai bahan baku dari asam
fumarat untuk memproduksi resin poliester tak jenuh di dunia. Sedangkan di
pabrik lain yang juga di China, tepatnya di Anhui, Anhui Sealong Biotechnology
Co. Ltd. juga memproduksi asam fumarat namun dengan kapasitas 20.000 ton per
tahun. Di India juga terdapat pabrik asam fumarat dengan kapasitas 14.000 ton per
tahun yaitu Thirumalai Chemicals Ltd. Pabrik ini menyuplai asam fumarat sejak
tahun 1992 sebagai fine chemical, sedangkan suplai asam fumarat untuk industri
makanan dimulai pada tahun 1996.
3. Kapasitas Produksi yang Optimum
Kapasitas produksi yang optimum didasarkan oleh trend penggunaan asam
fumarat di dunia pada tabel I dan butena sebagai raw material yang tersedia.
Dimisalkan jangka waktu dari studi kelayakan sampai dengan pabrik siap
produksi 100%, yang termasuk di dalamnya adalah pembangunan pabrik dan
commisioning, adalah 3 tahun dimulai dari 1 Januari 2016. Jadi pabrik ini siap
menyuplai kebutuhan asam fumarat mulai aktif beroperasi selama 10 tahun
dimulai dari 1 Januari 2017 sampai 31 Desember 2027. Berdasarkan aspek suplai
bahan baku, jumlah butena yang di Indonesia sudah mencukupi. Kebutuhan
plastik di Indonesia akan meningkat, maka sebagai bahan baku plastik, asam
fumarat produksinya mampu ditingkatkan dari pabrik-pabrik yang sudah ada
sebelumnya. Pada tahun 2014 produksi butena di Indonesia mencapai 100466,1
ton/tahun. Dengan demikian pemenuhan bahan baku telah terpenuhi, sehingga
desain kapasitas produksi pabrik sebesar 50.000 ton per tahun menjadi ideal.
DAFTAR PUSTAKA
Ngili, Y., dan Richardo U. 2015. Enzimologi : sifat, mekanisme, katalisis, dan
kinematika enzim. Yogyakarta : Innosain.
Oleh :
Kelompok 7:
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2019
A. Enzim
Enzim bersifat sangat efisien sebagai katalis biologis selektif. Tiap sel
hidup punya ratusan enzim yang mengataliskan reaksi yang esential bagi
kehidupan. Bahkan organisme multi sel, komplemen enzim yang ada
mendiferensiasi satu tipe sel dari yang lain. Kebanyakan reaksi yang dikataliskan
oleh enzim tidak berlangsung pada laju signifikan dalam kondisi fisiolgis tanpa
enzim. Reaksi katalis enzim atau reaksi enzimatik adalah 103- 107 kali lebih cepat
daripada reaksi tanpa katalis (Ngili dan Ricardo, 2015).
Enzim sangat spesifik untuk reaktan atau substrat yang dikerjakan, derajat
spesifitas substrat bervariasi. Sebagian enzim bekerja pada kelompok substrat
berkaitan, yang hanya pada satu senyawa. Banyak enzim mengeluarkan
stereospesifitas, berarti bahwa mereka bekerja hanya pada satu stereoisomer
substrat. Sebagian reaksi enzim berfungsi sebagai titik kontrol dalam
metabolisme. Metabolisme diatur dalam berbagai cara, termasuk perubahan dalam
konsentrasi enzim, substrat, dan inhibitor enzim dan modulasi level aktivitas
enzim tertentu.
Nama enzim diambil dari kata yunani yang berarti “dalam ragi”. Ini
menandakan bahwa katalis ini ada dalam sel. Pada akhir 1980an, ilmuan
mempelajari fermentasi gula oleh sel ragi. Vitalists (yang mempertahankan bahwa
senyawa organik hanya bisa dibuat oleh sel hidup) berkata bahwa sel utuh
diperlukan untuk fermentasi. Pada mekanis mengkalim bahwa enzim dalam sel
ragi mengkatalis reaksi fermentasi. Kesimpulan akhir didukung oleh pengamatan
bahwa ekstrak bebas sel ragi bisa mengkatalisis fermentasi. Penemuan ini lalu
diikuti oleh identifikasi reaksi-reaksi individu dan enzim yang mengkatalisnya.
Meskipun fenomena fermentasi dan pencernaan telah dikenal, tetapi
penjelasan pertama tentang enzim baru dibuat oleh payen dan persoz ketika
mereka menemukan bahwa endapan alkohol dari ekstrak ragi mengandung suatu
zat yang tidak tahan panas yang dapat mengubah tepung menjadi gula. Zat ini
disebut sebagai diastase (dalam bahasa yunani berarti “pemisahan”) karena
kemampuannya untuk memisahkan dekstrin yang dapat larut dengan butiran
tepung yang tidak larut. Diastase menjadi istilah yang biasa digunakan untuk
pencampuran enzim ini sampai tahun 1989, ketika duclaux mengusulkan
penggunaan akhiran ase dalam nama enzim(Ngili, 2009).
Semua Enzim diberi nama menurut sistem yang dirancang oleh komisi
enzim (Enzyme Commission, EC) dari International Union of Pure and Applied
Chemistry (IUPAC), dan berdasarkan pada tipe reaksi yang dikatalis enzim
tersebut. setiap tipe enzim mempunyai empat digit nomor EC yang spesifik, serta
nama yang kompleks namun jelas dan bisa menepis kebingungan tentang enzim-
enzim yang mengkatalisis reaksi yang serupa tetapi tidak identik(Ngili dan
Ricardo, 2015)
C. Metabolisme Karbohidrat
1. Metabolisme
3. Metabolisme Karbohidrat
Glukosa 6-fosfat dan glukosa 1-fosfat merupakan senyawa antara dalam proses
glikogenesis atau pembentukan glikogen dari glukosa. Proses kebalikannya,
penguraian glikogen menjadi glukosa yang disebut glikogenolisis, juga
melibatkan terjadinya kedua senyawa antara tersebut tetapi dengan jalur yang
berbeda. Senyawa antar UDP-glukosa (glukosa uridin difosfat) terjadi pada jalur
pembentukan tetapi tidak pada jalur penguraian glikogen. Demikian pula enzim
yang berperan dalam kedua jalur tersebut berbeda.
c. Glikogenolisis
Proses penguraian glukosa menjadi piruvat, alkohol, laktat, atau CO2 dan air dapat
berlangsung melalui beberapa jalan metabolisme, tergantung dari keadaan
lingkungan, keadaan sel, atau keadaan jasadnya. Satu macam jasad hidup dapat
melakukan satu atau lebih metabolisme penguraian glukosa tergantung pada
diperlukan atau tidaknya proses penguraian tersebut.
Reaksi tahap tiga adalah pemasukan gugus fosfat dri ATP, dikatalisis oleh
fosfofruktokinase dengan ion Mg2+ sebagai kofaktor menghasilkan fruktosa 1,6-
difosfat.
Reaksi tahap akhir glikolisis adalah pembentukan asam piruvat dari asam
enolpiruvat melalui senyawa antara enolpiruvat .
g. Glikolisis Anaerob
Ngili, Y., dan Richardo U. 2015. Enzimologi : sifat, mekanisme, katalisis, dan
kinematika enzim. Yogyakarta : Innosain.
Oleh :
Kelompok 7:
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2019
Banyak usaha telah dilakukan untuk memanfaatkan bahan limbah yang kaya akan
selulose sebagai bahan pakan ternak atau sebagai sumber gizi (substrat) dalam proses
fermentasi yang mampu menghasilkan produk yang mempunyai nilai tambah,
misalnya asam amino, vitamin, asam, organik, dan larutan solven (aseton dan
etanoat), salah satunya proses secara simultan antara proses ensimatik dan proses
biologik, seperti pada gambar 1.1
Sesuai dengan tipe fermentasi d-glukose oleh B.macerans, yang terbagi dalam
2 fase: fase acidogenic ditandai dengan adanya proses pembentukan asetat serta
turunnya pH medium. Pada fase ini pula sel tumbuh secara exponential. Fase yang
kedua adalah fase solventogenic. Pada fase ini sel memanfaatkan sisa glukose yang
tersedia, serta senyawa asetat yang terbentuk untuk disintesis menjadi aseton dan
etanol.
Hasil dari proses fermentasi secara batch kultur, menunjukkan bahwa pH
medium sangat berhubungan dengan produk yang dihasilkan. Batch fermentasi pada
pH 6,0 akan menunjukkan bahwa sel mampu memproduksi aseton pada kadar yang
lebih tinggi dibandingkan pada pH 7,0. pada pH 7,0 tipe proses fermentasi d-glukose
ditandai dengan produksi asetat pada konsentrasi yang tinggi.
Dengan demikian, secara garis besar enzim yang berperan dalam proses
fermentasi d-glukose oleh B.macerans dibagi menjadi tiga kelompok: 1) enzim yang
berperan dalam proses glikolisis, 2) enzim yang memproduksi asam asetat, 3) enzim
yang mampu menghasilkan aseton dan etanol.
Ketogenesis
Ketone bodies (senyawa keton dalam tubuh) adalah hasil oksidasi asam lemak
yang tidak sempurna. Ketidakseimbangan hormonal terutama produksi insulin yang
tidak cukup untuk mengimbangi aktivitas glukagon di dalam tubuh memungkinkan
kondisi metabolisme yang cenderung mengarah ke produksi yang relatif banyak
ketone bodies yang disebut ketosis.
Pengertian lain Ketogenesis adalah pembentukan keton dari proses
glukoneogenesis yang berlangsung dalam hepar. Keton merupakan senyawaan asam
bilamana diproduksi berlebihan menyebabkan KETOASIDOSIS atau KETOSIS.
Kelainan ini banyak ditemukan pada penderita DM.
Seperti telah dijelaskan pada uraian terdahulu, asam lemak dioksidasi dan
dibelah menjadi ASETIL KOENZIM A, dan diikuti oleh oksidasi gugus asetil
melalui DAUR ASAM SITRAT (KREB’S CYCLE) pada sel yang sama. Proses
seperti ini banyak berlangsung dalam otot (baik otot lurik maupun otot jantung) yang
berguna untuk penyediaan energi.
Namun demikian di dalam hati dan ginjal, oksidasi asam lemak hanya sampai
pada pembentukan ASETOASETAT dengan proses sebagai berikut: Asetil KoA
bergabung dengan Asetoasetil KoA dan dikatalisasi enzim hidroksimetil glutaril KoA
sintetase membentuk 3-hidroksi-3-metilglutaril KoA dengan melepas satu molekul
Koenzim A, selanjutnya dibelah lagi oleh enzim hidroksi di atas menjadi Asetoasetat
dengan melepas satu molekul asetil KoA. Asetoasetat ( 3-OKSOBUTIRAT atau D-3-
HIDROKSIBUTIRAT) kemudian diangkut melalui peredaran, dan mengoksidasinya
lebih lanjut pada jaringan lain (OTOT dan OTAK).
COO- COO-
∣ ∣
CH2 CH2
∣ ∣
C=O H-C-OH
∣ ∣
CH3 CH3
3-OKSOBUTIRAT D-3 HIROKSOBUTIRAT
1. Asam lemak yang tersimpan di dalam sel-sel adipose dengan cepat dilepas ke
aliran darah. Alasan utama terjadinya hal ini adalah jika insulin sangat rendah di
dalam darah, karena insulin akan menghambat lipolisis, sebaliknya akan menyimpan
lemak. Pertambahan yang berlimpah dari asam lemak di dalam darah akan diambil
oleh hati.
2. Oksidasi asam lemak menjadi asetil-CoA mendominasi/melebihi sintesis asam
lemak di dalam hati.
3. Karena hati mengambil asam lemak dan memecahkannya menjadi asetil-CoA,
kapasitas siklus asam sitrat untuk memproses molekul-molekul asetil-CoA yang
dihasilkan menurun. Terutama hal ini karena metabolisme asam lemak menjadi asetil-
CoA menghasilkan banyak ATP, dan jumlah ATP yang tinggi akan memperlambat
aktivitas siklus asam sitrat di dalam sel-sel hati. Pada dasarnya, tidak perlu memakai
siklus asam sitrat (yang peranan utamanya mentransfer energi dari bahan bakar untuk
digunakan dalam sintesis ATP) jika sel-sel sudah memiliki banyak ATP. Perubahan-
perubahan metabolisme ini akan memicu sel-sel hati membentuk asetil-CoA dan
kemudian menyatukan dua molekul asetil-CoA menjadi senyawa yang mengandung
empat atom karbon. Senyawa ini kemudian dimetaboliser dan akhirnya disekresikan
ke dalam aliran darah sebagai ketone bodies seperti asam asetoasetat dan senyawa
sejenisnya asam beta-hidroksibutirat dan aseton. Kebanyakan ketone bodies akhirnya
akan diubah menjadi kembali ke asetil-CoA di dalam sel lain yang memakai ketone
bodies sebagai bahan bakar. Kemudian ketone bodies di tolakkan melalui siklus asam
sitrat. Salah satu ketone bodies yang terbentuk (aseton) meninggalkan badan melalui
paru-paru menyebabkan pernapasan seseorang sebagai karakteristik kondisi ketosis,
napas berbau seperti buah.
Proses Ketogenesis.
Proses ketogenesis merupakan proses pembentukan badan-badan keton di
mana proses ini terjadi akibat pemecahan lemak dan karbohidrat tidak seimbang.
Proses ketogenesis sering terjadi pada keadaan kelaparan dan DM yang tak
terkontrol.
Asetil KoA yang terbentuk pada oksidasi asam lemak akan memasuki daur
asam sitrat hanya jika pemecahan lemak dan karbohidrat terjadi secara berimbang.
Karena masuknya asetil KoA ke dalam daur asam sitrat tergantung pada tersedianya
oksaloasetat untuk pembentukan sitrat. Tetapi konsentrasi oksaloasetat akan menurun
jika karbohidrat tidak tersedia atau penggunaannya tidak sebagaimana mestinya.
Oksaloasetat dalam keadaan normal dibentuk dari piruvat.
Pada puasa atau diabetes, oksaloasetat dipakai untuk membentuk glukosa
pada jalur glukoneogenesis dan demikian tidak tersedia untuk kondensasi dengan
asetil KoA. Pada keadaan ini asetil KoA dialihkan kepembentukan asetoasetat dan D-
3hidroksibutirat. Asetoasetat, D- 3- hidroksibutirat dan Aseton disebut dengan zat
keton.
Asetoasetat dibentuk dari asetil KoA dalam tiga tahap. Dua molekul asetil
KoA berkondensasi membentuk asetoasetil KoA. Reaksi yang dikatalisis oleh tiolase
ini merupakan kebalikan dari tahap tiolisis pada oksidasi asam lemak. Selanjutnya
astoasetil KoA bereaksi dengan asetil KoA dan air untuk menghasilkan 3 - hidroksi-
3 – metilglutaril KoA ( HMG - KoA ) dan KoA. Kondensasi ini mirip dengan
kondensasi yang dikatalisis oleh sitrat sintase.Keseimbangan yang tidak
menguntungkan bagi pembentukan asetoasetil KoA diimbangi oleh reaksi ini, yang
keseimbangannya menguntungkan karena hidrolisis iaktan tioester. 3 - Hidroksi - 3 -
metilglutaril KoA kemudian terpecah menjadi asetil KoA dan asetoasetat. Hasil dari
keseluruhan reaksi adalah:
2 Asetil KoA + H20 Asetoasetat +2 KoA H+
3–Hidroksibutirat terbentuk melalui reduksi asetoasetat di matriks mitokondria.
Rasio hidroksibutirat terhadap astoasetat tergantung pada rasio NADH / NAD+ di
dalam mitokondria. Karena merupakan asam keto - β, asetasetat secara lambat
mengalami dekarboksilasi spontan menjadi aseton. Bau aseton dapat dideteksi dalam
udara pernafasan seseorang yang kadar asetoasetat dalam darahnya tinggi.
Asetoasetat adalah merupakan salah satu bahan bakar yang utama dalam
jaringan. Situs utama produksi asetasetat dan 3 - hidroksibutirat adalah hati.
Senyawa-seyawa ini berdifusi dari mitokondria hati ke dalam darah dan diangkut ke
jaringan perifer. Asetoasetat dan 3- hidroksibutirat merupakan bahan bakar normal
pada metabolisme energi dan secara kwantitatif penting sebagai sumber energi.
Otot jantung dan korteks ginjal menggunakan asetoasetat sebagai sumber
energi dibanding glukosa. Glukosa merupakan bahan bakar utama bagi otak dan sel
darah merah pada orang yang mempunyai gizi baik dengan diet seimbang. Akan
tetapi, otak dapat beradaptasi dan menggunakan asetoasetat dalam keadaan kelaparan
dan diabetes. Pada kelaparan berkepanjangan, 75% bahan bakar yang diperlukan oleh
otak didapat dari asetoasetat.
Asetoasetat dapat diaktifkan melalui pemindahan KoA dari suksinil KoA
dalam suatu reaksi yang dikatalisis oleh suatu koA transferase spesifik. Kemudian,
asetoasetil KoA dipecah oleh tiolase menjadi dua molekul asetil KoA, yang
selanjutnya memasuki daur asam sitrat. Hati dapat membekali organ-organ lain
dengan asetoasetat karena hati tidak memiliki KoA transferase spesifik ini.
Asam lemak dilepaskan oleh jaringan adiposa dan diubah menjadi unit- unit
astil oleh hati, yang kemudian mengeluarkannya sebagai asetoasetat. Kadar
asetoasetat yang tinggi dalam darah menandakan berlimpahnya unit asetil yang
menyebabkan berkurangnya laju lipolisis di jaringan adiposa.
Asetoasetat atau keton bodies yang diproduksi secara terus menerus akan di-
DEKARBOKSILASI sehingga terbentuk ASETON dan b-HIDROKSIBUTIRAT.
Kedua senyawaan inilah yang dikenal sebagai KETON BODIES. Produksi yang
meningkat dari asetoasetat atau keton bodies dalam darah menyebabkan penyakit
KETONEMIA, sedangkan proses pembentukan keton (KETOGENESIS) yang cepat
sehingga jumlahnya berlebihan akan dibuang bersama urin. Kadar senyawa keton
yang tinggi dalam urin dikenal sebagai KETONURIA, sedangkan penderitanya
dikenal mengalami gejala KETOSIS. Gejala ketosis sering disertai dengan gejala
ASIDOSIS, karena bersama oksibutirat juga terbentuk H+ yang menyebabkan pH
darah sangat asam.
Karena tubuh kekurangan glukosa maka asam lemak akan digunakan secara
besar-besaran sehingga produksi aseton tinggi terjadilah Ketosis tersebut. Oleh
karenanya diet pada penderita DM harus dikendalikan ketat. Ciri ketosis adalah bau
mulut seperti aseton, terutama penderita DM tipe II (berat).
REAKSI REDUKSI
Oleh:
Sunariyo 1807111677
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2018
REAKSI REDUKSI
HNO3 NO
+5 +2
1. Pembakaran
Reaksi pembakaran pada dasarnya merupakan reaksi suatu zat dengan
oksidator, biasanya oksigen. Contoh: reaksi pembakaran gas metana yang
terkandung dalam LPG.
CH₄(g) + 2O₂(g) → CO₂(g) + 2H₂O(g)
2. Pengolahan logam dari bijihnya
Sebagian besar logam diperoleh dengan cara mereduksi bijihnya.
Contoh: pengolahan bijih besi.
Fe₂O₃(s) + 3CO(g) → 2 Fe(s) + 3CO₂(g)
3. Proses pemutihan
Zat pemutih adalah senyawa yang dapat digunakan untuk
menghilangkan warna benda, seperti pada tekstil, rambut, dan kertas.
Penghilangan warna terjadi melalui reaksi oksidasi. Oksidator yang biasa
digunakan adalah natrium hipoklorit (NaOCl) dan hidrogen peroksida (H₂O₂).
4. Pelapisan logam dengan logam lain
Pelapisan logam menggunakan listrik dikenal dengan
istilah electroplating. Electroplating biasanya dilakukan terhadap logam-
logam yang reaktif supaya tahan lama, terhindar dari korosi, dan memiliki
penampilan menarik. Misalnya sendok dan garpu makan dilapisi oleh logam
nikel atau bemper mobil dilapisi dengan logam kromium.
5. Pengawetan bahan makanan
Bahan makanan bisa rusak karena proses oksidasi. Misalnya mentega
dan minyak sayur jika dibiarkan lama akan berbau tengik. Untuk menghindari
proses oksidasi pada bahan makanan dapat ditambahkan zat antioksidan
misalnya BHA dan BHT.
6. Pembuatan biogas
Bakteri aerob bekerja terjadi reaksi oksidasi, sedangkan pada saat
bakteri anaerob bekerja terjadi reaksi reduksi. Bakteri anaerob bisa digunakan
untuk mereduksi senyawa-senyawa organik untuk dimanfaatkan pada proses
pembuatan biogas contohnya gas metana (CH₄).
7. Pengolahan limbah cair dengan lumpur aktif
Proses pengolahan limbah cair dilakukan melalui tiga tahap, yaitu
pengolahan secara fisik, kimiawi, dan biologis. Proses pengolahan secara
biologis dilakukan dengan memanfaatkan mikroorganisme sebagai agen
pengurai limbah. Mikroorganisme tersebut diperoleh dengan memanfaatkan
kerja lumpur aktif.
8. Sel Volta komersial
Sel Volta adalah sumber energi listrik siap pakai yang dikemas dalam
bentuk dan ukuran sesuai kegunaan. Sel Volta terdiri atas elektroda—anoda
dan katoda—tempat terjadinya reaksi redoks. Kedua elektroda ini dicelupkan
ke dalam zat kimia yang berperan sebagai medium aliran listrik dan sebagai
oksidator atau reduktor. Umumnya, sel Volta komersial berupa sel kering
baterai dan accumulator (accu). Jenis baterai bermacam-macam diantaranya
baterai seng-karbon, baterai litium, dan baterai nikel-kadmium (nicad).
9. Fotosintesis
Fotosintesis merupakan proses yang kompleks dan melibatkan
tumbuhan hijau, alga hijau atau bakteri tertentu yang mampu menggunakan
energi dalam cahaya matahari (cahaya ultraviolet) melalui reaksi redoks
menghasilkan oksigen dan gula.
10. Baterai Nikel Kadmium
Baterai nikel-kadmium merupakan jenis baterai yang dapat diisi ulang
seperti aki,baterai HP, dll. Anoda yang digunakan adalah kadmium, katodanya
adalah nikel danelektrolitnya adalah KOH. Reaksi yang terjadi:
anoda : Cd + 2 OH-→Cd(OH)2+ 2e
katoda : NiO(OH) + H2O→Ni(OH)2+ OH-
Potensial sel yang dihasilkan sebesar 1,4 volt.
11. Baterai alkali
Baterai alkali hampir sama dengan bateri karbon-seng. Anoda dan
katodanya samadengan baterai karbon-seng, seng sebagai anoda dan MnO2
sebagai katoda.Perbedaannya terletak pada jenis elektrolit yang digunakan.
Elektrolit pada bateraialkali adalah KOH atau NaOH. Reaksi yang terjadi
adalah:
anoda: Zn + 2 OH-→ZnO + H2O + 2e
katoda: 2MnO2+ H2O + 2e-→Mn2O3+ 2OH-
Potensial sel yang dihasilkan baterai alkali 1,54 volt. Arus dan tegangan pada
baterai alkali lebih stabil dibanding baterai karbon-seng.
12. Baterai perak oksida
Bentuk baterai ini kecil seperti kancing baju biasa digunakan untuk baterai
arloji,kalkulator, dan alat elektronik lainnya. Anoda yang digunakan adalah
seng,katodanya adalah perak oksida dan elektrolitnya adalah KOH. Reaksi
yang terjadi:
anoda : Zn→Zn2++ 2 e-
katoda : Ag2O + H2O + 2e→2Ag + 2 OH-
Potensial sel yang dihasilkan sebesar 1,5 volt.
13. Aki
Jenis baterai yang sering digunakan pada mobil adalah baterai 12 volt
timbal-asam yang biasa dinamakan Aki. Baterai ini memiliki enam sel 2 volt
yang dihubungkanseri. Logam timbal dioksidasi menjadi ion Pb2+ dan
melepaskan duaelektron di anoda. Pb dalam timbal (IV) oksida mendapatkan
dua elektron danmembentuk ion Pb2+ di katoda. Ion Pb2+bercampur dengan
ion SO42- dari asamsulfat membentuk timbal (II) sulfat pada tiap-tiap
elektroda. Jadi reaksi yang terjadiketika baterai timbal-asam digunakan
menghasilkan timbal sulfat pada keduaelektroda
.PbO2+ Pb + 2H2SO4→2PbSO4+ 2H2O
Reaksi yang terjadi selama penggunaan baterai timbal-asam bersifat
spontan dan tidak memerlukan input energi. Reaksi sebaliknya, mengisi ulang
baterai, tidak spontan karena membutuhkan input listrik dari mobil. Arus
masuk ke baterai dan menyediakan energi bagi reaksi di mana timbal sulfat
dan air diubah menjadi timbal (IV) oksida, logam timbal dan asam sulfat.
2PbSO4+ 2H2O→PbO2+ Pb + 2H2SO4
14. Baterai karbon-seng
Sering juga disebut sel kering karena tidak terdapat larutan nelektrolit,
yang menggantikannya adalah pasta semi padat. Pasta mangan(IV) oksida
(MnO2) berfungsi sebagai katoda. Amonium klorida(NH4Cl) dan seng klorida
(ZnCl2) berfungsi sebagai elektrolit. Seng pada lapisanluar berfungsi sebagai
anoda.Reaksi yang terjadi :
anoda : Zn→Zn2++ 2 e-
katoda : 2MnO2+ H2O + 2e-→Mn2O3+ 2OH-
Dengan menambahkan kedua setengah reaksi akan membentuk reaksi redoks
utama yang terjadi dalam sel kering karbon-seng.
Zn + 2MnO2+ H2O→Zn2++ Mn2O3+ 2OH-
Baterai ini menghasilkan potensial sel sebesar 1,5 volt. baterai ini bisa
digunakan untuk menyalakan peralatan seperti senter, radio, CD player,
mainan, jam dansebagainya.
15. Redoks dalam Fotografi
Film fotografi dibuat dari plastik yang dilapisi gelatin yang
mengandung milyaran butiran AgBr, yang peka terhadap cahaya. Ketika
cahaya mengenai butiran-butiran AgBr, terjadilah reaksi redoks sehingga ion
Ag+ tereduksi menjadi logamnya, dan ion Br- menjadi gas Bromin.
16. Pernapasan sel
Oksidasi glukosa (C6H12O6) menjadi CO2 dan reduksi oksigen
menjadi air. Persamaan ringkas dari pernapasan sel adalah:
C6H12O6 + 6 O2 → 6 CO2 + 6 H2O
17. Reaksi dalam sel bahan bakar
2H2+4OH-→4H2O+4e
O2(g)+2H2O+4e-→4OH-
Reaksitotal: 2H2(g)+O2(g)→2H2O(l)
18. Las karbits
Karbit (CaC2) digunakan dalam proses las karbit dan juga dapat
mempercepat pematangan buah. Persamaan reaksi Kalsium Karbida dengan
air adalah:
CaC2 + 2 H2O → C2H2 + Ca(OH)2
Karena itu CaC2 menghasilkan asetilen yang kemudian dibakar untuk
menghasilkan panas yang diperlukan dalam pengelasan.
19. Pada perkaratan besi
Pada peristiwa perkaratan (korosi), logam mengalami oksidasi,
sedangkan oksigen (udara) mengalami reduksi. Rumus kimia dari karat besi
adalah Fe2O3 . xH2O => berwarna coklat-merah.
Korosi merupakan proses elektrokimia. Pada korosi besi, bagian tertentu dari
besi itu berlaku sebagai anode, dimana besi mengalami oksidasi.
Fe(s) —–> Fe2+(aq) +2e ………….. E=+0,44V
O2(g) + 2H2O(l) +4e ——–> 4OH- ……. E=+0,40V
Ion besi (II) yg terbentuk pd anode selanjutnya teroksidasi membentuk ion
besi (III) yg kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi, Fe2O3 . xH2O,
yaitu karat besi.
20. Penyapuhan emas
Dalam proses penyepuhan dengan emas reaksi yg terjadi adalah
reduksi ion-ion emasmenjadi logamnya,
Au+ + e- -> Au atau Au3+ + 3e- -> Au2.
Mc. Murry, Jhon, dan Robert C.F., 1998. Kimia(Terjemahan) Edisi Kedua.
Erlangga: Jakarta.
I. Teori Enzim
A. Pengertian
Enzim adalah protein yang dihasilkan oleh sel hidup yang mempengaruhi reaksi
kimia. Ditinjau dari fungsinya enzim merupakan katalis dalam sistem biologi. Katalis
adalah molekul yang berfungsi mempercepat reaksi kimia. Hampir semua enzim
merupakan protein. Dua sifat penting enzim adalah memiliki daya katalitik yang sangat
besar dan sangat spesifik.
Karbonat anhidrase
CO2 + H2O―――――――――→H2CO3
C. Spesifitas enzim
Enzim sangat spesifik, baik terhadap terhadap jenis reaksi yang dikatalisisnya maupun
terhadap substrat atau reaktan yang diolahnya. Gambaran spesifitas enzim\tercantum pada
Gambar di ba wah ini. Satu enzim biasanya mengkatalisis sat u jenis reaksi kimia saja, atau
seperangkat reaksi yang sejenis. Dalam reaksi enzimatik sangat jarang terjadi reaksi
sampingan yang menyebabkan terbentuknya hasil sampin gan yang tak berguna.
Gambar Model spesifitas enzim terhadap substrat dan reaksi tertentu
Kompleks enzim-substrat
Sebagian besar daya katalitik enzim berasal dari kemampuan enzim menempatkan
substrat ke dalam kedudukan yang menguntungkan pada kompleks enzim-sub strat.
Enzim memiliki situs aktif, yaitu tempat tertentu pada molekul enzim untuk men gikat
substrat. Emil Fischer mengumpamaka n substrat dan situs aktif sebagai anak kunci da n
kunci. Lihat Gambar di bawah ini untuk ilustrasi yang lebih jelas.
D, Klasifikasi enzim
Secara ringkas, sistem penamaan enzim menurut IUB dijelaskan sebagai berikut:
1. Reaksi dan enzim yang mengkatalisis membentuk 6 kelas, masing-masing mempunyai
4- 13 subkelas
2. Nama enzim terdiri atas 2 bagian, pertama menunjukkan substrat dan kedua ditambah
dengan –ase yang menunjukkan tipe reaksi yang dikatalisis. Contoh: heksosa isomerase
(substrat: heksosa dengan reaksi isomerase).
3. Jika diperlukan, ditambah dengan informasi tambahan tentang reaksi dalam tanda
kurung di bagian akhir nama. Contoh: 1.1.1.37 L-malat:NAD + oksidoreduktase
(dekarboksilasi).
4. Setiap enzim mempunyai nomor kode (EC) yang terdiri atas:
1. Menurunkan energi aktivasi dengan menciptakan suatu lingkungan yang mana keadaan
transisi terstabilisasi (contohnya mengubah bentuk substrat menjadi konformasi keadaan
transisi ketika ia terikat dengan enzim.)
2. Menurunkan energi keadaan transisi tanpa mengubah bentuk substrat dengan menciptakan
lingkungan yang memiliki distribusi muatan yang berlawanan dengan keadaan transisi.
3. Menyediakan lintasan reaksi alternatif. Contohnya bereaksi dengan substrat sementara
waktu untuk membentuk kompleks Enzim-Substrat antara.
4 Menurunkan perubahan entropi reaksi dengan menggiring substrat bersama pada orientasi
yang tepat untuk bereaksi. Menariknya, efek entropi ini melibatkan destabilisasi keadaan
dasar, dan kontribusinya terhadap katalis relatif kecil.
Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti “yang paling utama”) adalah
senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-
monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Molekul
protein mengandung karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan kadangkala sulfur serta fosfor.
Protein berperan penting dalam struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup dan virus.
Kebanyakan protein merupakan enzim atau subunit enzim. Jenis protein lain berperan
dalam fungsi struktural atau mekanis, seperti misalnya protein yang membentuk batang dan
sendi sitoskeleton. Protein terlibat dalam sistem kekebalan (imun) sebagai antibodi, sistem
kendali dalam bentuk hormon, sebagai komponen penyimpanan (dalam biji) dan juga dalam
transportasi hara. Sebagai salah satu sumber gizi, protein berperan sebagai sumber asam
amino bagi organisme yang tidak mampu membentuk asam amino tersebut (heterotrof).
Protein merupakan salah satu dari biomolekul raksasa, selain poliskarida, lipid, dan
polinukleotida, yang merupakan penyusun utama makhluk hidup. Selain itu, protein
merupakan salah satu molekul yang paling banyak diteliti dalam biokimia. Protein ditemukan
oleh Jons Jakob berzelius pada tahun 1838.
Biosintesis protein alami sama dengan ekspresi genetik. Kode genetik yang dibawa
DNA ditranskripsi menjadi RNA, yang berperan sebagai cetakan bagi translasi yang
dilakukan ribosom. Sampai tahap ini, protein masih “mentah”, hanya tersusun dari asam
amino proteinogenik. Melalui mekanisme pascatranslasi, terbentuklah protein yang memiliki
fungsi penuh secara biologi.
Macam asam amino
Ada 20 macam asam amino, yang masing-masing ditentukan oleh jenis gugus R atau
rantai samping dari asam amino.Jika gugus R berbeda maka jenis asam amino
berbeda.Contohnya ada pada Gambar 2.2.Dari gambar tersebut tampak bahwa asam amino
serin, asam aspartat dan leusin memiliki perbedaan hanya pada jenis gugus R saja.
1) Alanin (alanine) 20) Valin (Valine)
2) Arginin (arginine)
3) Asparagin (asparagine)
4) Asam aspartat (aspartic acid)
5) Sistein (cystine)
6) Glutamin (Glutamine)
7) Asam glutamat (glutamic acid)
8) Glisin (Glycine)
9) Histidin (histidine)
10) Isoleusin (isoleucine)
11) Leusin (leucine)
12) Lisin (Lysine)
13) Metionin (methionine)
14) Fenilalanin (phenilalanine)
15) Prolin (proline)
16) Serin (Serine)
17) Treonin (Threonine)
18) Triptofan (Tryptophan)
19) Tirosin (tyrosine)
1. Pemecahan Protein (Katabolisme Protein)
Enzim-enzim yang menguraikan golongan protein disebut proteinase/protease. Protease
adalah enzim yang berfungsi untuk menghidrolisis ikatan peptida dari senyawa-senyawa
protein dan diurai menjadi senyawa lain yang lebih sederhana (asam amino). Protease yang
dipakai secara komersial seperti serine, protease, dan metalloprotease biasanya berasal dari
Bacillus subtilis yang mempunyai kemampuan produksi dan sekresi enzim yang tinggi.
Contoh dari enzim protease adalah sebagai berikut:
1. Enzim peptidase adalah enzim yang berfungsi mengurai senyawa peptide menjadi
senyawa asam amino.
2. Enzim renin adalah enzim yang berfungsi mengurai senyawa kasein dan susu.
3. Enzim tripsin adalah enzim yang berfungsi mengurai pepton menjadi senyawa asam
amino.
4. Enzim galaktase adalah enzim yang berfungsi mengurai senyawa gelatin.
5. Enzim entrokinase adalah enzim yang berfungsi mengurai senyawa pepton menjadi
sentawa asam amino.
Dalam memecah protein, protease dibantu oleh proenzim berikut:
3. Tripsinogen menguraikan ikatan peptida menjadi asam amino arginine dan lysine.
Proses sintesis protein dapat dibedakan menjadi dua tahap. Tahap pertama adalah transkripsi
yaitu pencetakan ARNd oleh ADN yang berlangsung di dalam inti sel. ARNd inilah yang akan
membawa kode genetik dari ADN. Tahap kedua adalah translasi yaitu penerjemahan kode
genetik yang dibawa ARNd oleh ARNt.
1. Transkripsi
Langkah transkripsi berlangsung sebagai berikut:
1. Sebagian rantai ADN membuka, kemudian disusul oleh pembentukan rantai ARNd.
Rantai ADN yang mencetak ARNd disebut rantai sense/template. Pasangan rantai
sense yang tidak mencetak ARNd disebut rantai antisense.
2. Pada rantai sense ADN didapati pasangan tiga basa nitrogen (triplet) yang disebut
kodogen. Triplet ini akan mencetak triplet pada rantai ARNd yang disebut kodon.
Kodon inilah yang disebut “kode genetika” yang berfungsi mengkodekan jenis asam
amino tertentu yang diperlukan dalam sintesis protein. Selanjutnya boleh dikatakan
bahwa ARNd atau kodon itulah yang merupakan kode genetika. Lihat daftar kodon
dan asam amino yang dikodekannya di bawah ini.
3. Setelah terbentuk, ARNd keluar dari inti sel melalui pori-pori membran inti menuju ke
ribosom dalam sitoplasma.
Untuk setiap satu molekul protein yang dibentuk akan selalu dimulai dengan kodon inisiasi
atau kodon start yaitu AUG yang mengkodekan asam amino metionin. Jika satu molekul
protein telah terbentuk akan selalu diakhiri dengan tanda berupa kodon stop atau kodon
terminasi, yaitu UGA, UAA, atau UAG (lihat daftar di atas).
2. Translasi
ARNt memiliki triplet yang merupakan pasangan kodon dan disebut antikodon. Setiap
ARNt hanya dapat mengikat satu jenis asam amino sesuai yang dikodekan oleh kodon. Jadi
dalam translasi terjadi penerjemahan kode genetik yang dibawa ARNd (kodon) oleh ARNt
(antikodon) dengan cara ARNt mengikat satu asam amino yang sesuai.
Setelah ARNd keluar dari dalam inti, selanjutnya ia bergabung dengan ribosom dalam
sitoplasma. Langkah berikutnya adalah penerjemahan kode genetik (kodon) yang dilakukan
oleh ARNt. Caranya, ARNt akan mengikat asam amino tertentu sesuai yang dikodekan oleh
kodon, lalu membawa asam amino tersebut dan bergabung dengan ARNd yang telah ada di
ribosom. Langkah tersebut dilakukan secara bergantian oleh banyak ARNt yang masing-
masing mengikat satu jenis asam amino yang lain. Setelah asam amino dibawa ARNt
bergabung dengan ARNd di ribosom, selanjutnya akan terjadi ikatan antar asam amino
membentuk polipeptida. Protein akan terbentuk setelah berlangsung proses polimerisasi.
Dalam Sintesis Protein, Teradapat enzim yang berperan sebagai berikut:
Halimah, dkk. 2010. Bahan Ajar Biokimia. Bengkulu: Politeknik Kesehatan Bengkulu.
Azhar, Minda. 2016. Biomolekul Sel: Karbohidrat, Protein, dan Enzim. Padang: UNP Press.
Enzim dan Enzim pada Protein
Oleh:
Sunariyo 1807111677
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2019
Asam Malat
Proses penguraian karbohidrat menjadi piruvat. Juga disebut jalur metabolisme Emden-
Meyergoffdan sering diartikan pula sebagai penguraian glukosa menjadi piruvat. Proses ini
terjadi dalam sitoplasma. Glikolisis anaerob: proses penguraian karbohidrat menjadi laktat
melalui piruvat tanpa melibatkan oksigen.
Proses penguraian glukosa menjadi CO 2 dan air seperti juga semua proses oksidasi.
Energi yang dihasilkan dari proses penguraian glukosa ini adalah 690 kilo-kalori (kkal).
Jumlah energi ini sebenarnya jauh lebih besar daripada jumlah energi yang dapat
disimpan secara sangkil dalam bentuk energi kimia ATP yang dihasilkan dalam proses
penguraian tersebut.
Dengan adanya oksigen (dalam suasana aerob), glikolisis menghasilkan piruvat, atau
tanpa oksigen (glikolisis anaerob) menghasilkan laktat. Glikolisis menghasilkan dua senyawa
karbohidrat beratom tiga dari satu senyawa beratom enam; pada proses ini terjadi sintesis ATP
dari ADP + Pi. Gambar 13 me-nunjukkan proses glikolisis secara keselurhan.
Seperti halnya reaksi dengan glukokinase (reaksi tahap pertama) dan fosfofruktokinase
(reaksi tahap ketiga), reaksi dengan piruvat kinase ini juga merupakan reaksi yang tidak
reversibel, sehingga merupakan salah satu tahap reaksi pendorong glikolisis.
Malat dehidrogenase
Asam oklalasetat + NADH Asam Malat + NAD+
Merupakan reaksi yang reversible sehingga untuk menghentikan reaksi tsb. Menggunakan inhibitor
Glutamat. Inhibitor akan berikatan dengan senyawa pada memberan mitokondria lalu kompleks ini akan
berikatan dengan malat dehidrogenasi sehingga Asam Oksalasetat akan menghasilkan asam Malat dan
Asam Malat tidak akan kembali menjadi Asam oksalasetat
DAFTAR PUSTAKA
Azhar, Minda. 2016. Biomolekul Sel: Karbohidrat, Protein, dan Enzim. Padang: UNP Press.
ASAMA MALAT
Oleh:
Sunariyo 1807111677
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2019
KELOMPOK 4 TEKNIK KIMIA S1-B
Annisa Salsabillah Nasution (1807113452)
Brastian Natan (1807113114)
Eka Novrian Saputra (1807113195)
Yara Pra Adha (1807113189)
Baterai yang murah ini adalah sel galvani karbon-seng, dan terdapat beberapa
jenis, termasuk standard dan alkaline. Jenis ini sering juga disebut sel kering
karena tidak terdapat larutan elektrolit, yang menggantikannya adalah pasta semi
padat.
anoda : Zn ‡ Zn2+ + 2 e-
katoda : 2MnO2 + H2O + 2e-‡ Mn2O3 + 2OH-
Baterai ini menghasilkan potensial sel sebesar 1,5 volt. Baterai ini bias
digunakan untuk menyalakan peralatan seperti senter, radio, CD player, mainan,
jam dan sebagainya.
Dalam Biologi
Banyak proses biologi yang melibatkan reaksi redoks. Reaksi ini berlangsung
secara simultan karena sel, sebagai tempat berlangsungnya reaksi-reaksi biokimia,
harus melangsungkan semua fungsi hidup. Agen biokimia yang mendorong
terjadinya oksidasi terhadap substansi berguna dikenal dalam ilmu pangan dan
kesehatan sebagai oksidan. Zat yang mencegah aktivitas oksidan disebut
antioksidan.
Pernapasan sel, contohnya, adalah oksidasi glukosa (C6H12O6) menjadi CO2
dan reduksi oksigen menjadi air. Persamaan ringkas dari pernapasan sel adalah:
Dari 20 jenis asam amino, ada yang tidak dapat disintesis oleh tubuh kita
sehingga harus ada di dalam makanan yang kita makan. Asam amino ini dinamakan
asam amino esensial. Selebihnya adalah asam amino yang dapat disintesis dari asam
amino lain. Asam amino ini dinamakan asam amino non-esensial.
b. Jalur Glukoneogenesis
Piruvat mengalami karboksilasi oleh piruvat karboksilase
membentuk oksaloasetat. Enzim ini memerlukan biotin, yaitu katalisasi
anaplerotik pada siklus asam trikarboksilat. Pada glukoneogenesis, reaksi ini
melengkapi lagi oksaloasetat yang digunakan untuk sintesis glukosa. Karbon
dioksida yang dibebaskan oleh fosfoenolpiruvat karboksikinase
(PEPCK) ditambahkan ke piruvat untuk membentuk oksaloasetat. Oksaloasetat
akan mengalami dekarboksilasi oleh fosfoenolpiruvat karboksikinase
menghasilkan fosfoenolpiruvat. Untuk reaksi ini, GTP merupakan sumber energi
serta sumber gugus fosfat fosfoenolpiruvat. Enzim-enzim yang mengkatalisis
kedua langkah ini terletak di dua kompartemen yang berbeda. Piruvat karboksilase
dijumpai di mitokondria manakala fosfoenolpiruvat karboksikinase terletak di
sitosol atau mitokondria.
Oksaloasetat tidak mudah menembus membran mitokondria maka dapat
diubah menjadi malat atau aspartat. Perubahan oksaloasetat menjadi malat
memerlukan NADH. Fosfoenolpiruvat, malat, dan aspartat dapat dipindahkan ke
dalam sitosol. Setelah menembus membran mitokondria dan masuk ke dalam
sitosol, terjadi perubahan kembali malat kepada oksaloasetat membebaskan
NADH dan perubahan aspartat kepada oksaloasetat. Di sitosol, oksaloasetat
diubah kembali menjadi fosfoenolpiruvat oleh fosfoenolpiruvat karboksikinase
sitosol. Langkah glukoneogenesis selanjutnya berlangsung di dalam sitosol.
Fosfoenolpiruvat membentuk gliseraldehida 3-fosfat, berkondensasi untuk
membentuk fruktosa 1,6-bifosfat. Enzim fruktosa 1,6-bifosfotase membebaskan
fosfat inorganik dari fruktosa 1,6-bifosfat untuk membentuk fruktosa 6-fosfat.
Dalam reaksi glukoneogenik berikutnya, fruktosa 6-fosfat diubah menjadi glukosa
6-fosfat oleh isomerase.
Glukosa 6-fosfatase memutuskan Pi dari glukosa 6-fosfat, dan
membebaskan glukosa bebas untuk masuk ke dalam darah. Glukosa 6-fosfatase
terletak di membran retikulum endoplasma. Glukosa 6-fosfatase digunakan tidak
saja pada glukoneogenesis, tetapi juga menghasilkan glukosa darah dari
pemecahan glikogen hati (Murray R. K. et al., 2003).
Glukoneogenesis berlangsung selama puasa, juga dapat dirangsang
olahraga yang lama, diet tinggi protein, dan keadaan stres. Faktor yang
mendorong secara keseluruhan aliran karbon dari piruvat ke glukosa meliputi
ketersediaan substrat dan perubahan aktivitas atau jumlah enzim kunci tertentu
pada glukoneogenesis (Cranmer H. et al., 2009).
Selama reaksi glukoneogenik, terjadi penguraian 6 mol ikatan fosfat
berenergi tinggi. Diperlukan dua mol piruvat untuk sintesis 1 mol glukosa.
Sewaktu 2 mol piruvat mengalami karboksilasi oleh piruvat karboksilase, terjadi
hidrolisis 2 mol ATP. Fosfoenolpiruvat karboksikinase memerlukan 2 mol GTP
untuk mengubah 2 mol oksaloasetat menjadi 2 mol fosfoenolpiruvat. Digunakan
tambahan 2 mol ATP untuk melakukan 2 mol fosforilasi 3-fosfogliserat yang
membentuk 2 mol 1,3-bifosfogliserat. Diperlukan juga energi dalam bentuk
ekuivalen reduksi (NADH) untuk perubahan 1,3-bifosfogliserat menjadi
gliseraldehida 3-fosfat. Pada keadaan puasa, energi yang diperlukan untuk
glukoneogenesis diperoleh dari oksidasi-β asam lemak (Murray R. K. et al.,
2003).
Substrat untuk glukoneogenesis adalah :
1. Asam laktat yang berasal dari otot, sel darah merah, medulla dari glandula
supra-renalis,retina dan sumsum tulang
2. Gliserol, yang berasal dari jaringan lemak
3. Asam propionat, yang dihasilkan dalam proses pencernaan pada hewan
memamah biak.
DAFTAR PUSTAKA
McKee, McKee. 2004. Biochemistry : The Molecular Basis Of Life , 3rd edition.
New York: Mc Graw Hill.
A. Proses Kimia
Claus, Edward P. 1962. Pharmacognosy , fourth ed, Lea & Febiger. Philadelpia.
Hari Purwono; Adiono. 1985. Ilmu pangan, Dep. P&K Dirjen Pendidikan Tinggi.
Jakarta: Universitas Indonesia.
Mc. Ketta, J.J., 1978. Encyclopedia of Chemical Processing and Design, Volume
8, Marcell Decker Inc. New York.
Kelompok 10:
Ikhwan (1807113260)
Farah Adinda Trisna Putri (1807112914)
Resti Khairunnisa (1807111703)
Rini Marsela (1807111539)
A. FOTOSINTESIS
1. Reaksi Terang
Reaksi terang terjadi jika ada cahaya. Warna cahaya yang paling efektif diserap
klorofil adalah merah dan biru. Reaksi terang terjadi pada membran tilakoid. Pada
membran tersebut terdapat fotosistem yang tersusun dari pigmen-pigmen seperti
klorofil a, klorofil b, dan karotenoid. Fotosistem yang terlibat dalam fotosintesis
adalah fotosistem I dan II. Fotosistem I (P700), mengandung klorofil a yang
menyerap kuat energi cahaya dengan panjang gelombang 700 nm. Fotosistem II
(P680), mengandung klorofil a yang menyerap kuat energi cahay dengan panjang
gelombang 680 nm.
Pigmen-pigmen dalam fotosistem berfungsi untuk menangkap energi cahaya.
Energi tersebut digubakan oleh klorofil a untuk melepaskan elektronnya. Ada dua
macam aliran elektron, yaitu :
a. Jalur Elektron Siklik
Elektron yang dilepaskan oleh fotosistem I akan ditangkap oleh transport
elektron. Elektron tersebut selanjutnya diteruskan menuju sistem feredoksin (Fd)
dan selanjutnya diteruskan menuju kompleks sitokrom dan akhitnya kembali
fotosistem I. Jalur elketron siklik menghasilkan ATP.
b. Jalur Elekton Nonsiklik
Reasksi ini dimulai ketika fotosistem II menyerap enegri cahaya. Energi
tersebut ditangkap oleh klorofil untuk memecah molekul air (fotolisis). Elektron
yang dilepaskan dari hasil fotolisis diteruskna menuju akseptor elektron ke sistem
transport elektron. Dalam proses ini terbentuk ATP. Pada akhirnya eletron tersebut
akan diterima oleh fotosistem I. Pada saat yang bersamaan, fotosistem I menyerap
energi cahaya dan juga melepaskan eletron. Elektron tersebut diteruskan menuju
akseptor elektron ks istem transport elektron (feredoksin). Pada akhirnya, elektron
tersebut akan ditangkap oleh NADP+, ion H+ hasil fotosintesis akan diikat oleh
NADP+ membentuk NADPH2.
Reaksi terang dan gelap menghasilkan ATP dan NADPH2. Kedua senyawa tersebut
akan disunakan dalam reaksi gelap.
2. Reaksi Gelap
B. KEMOSINTESIS
Proses penyusunan bahan organik dari H2O dan CO2 dengan menggunakan
energi kimia disebut kemosintesis. Kemosisntesis terjadi pada berbagai kelompok
bakteri. Pelakunya disebut sebagai organisme kemosintetik atau kemoautotrof,
misalnya bakteri nitrifikasi, bakteri belerang, bakteri besi, bakteri hidrogen, dan
bakteri metana.
2. KATABOLISME
1. Glikolisis
Glikolisis merupakan proses pengubahan molekul glukosa menjadi
asam piruvat menghasilkan NADH dan ATP. Glikolisis terjadi di sitosol.
Dalam glikolisis, satu molekul glukosa akan dihasilkan 2 asam piruvat, 2
NADH, dan 2 ATP. Asam piruvat selanjutnya memasuki tahap
dekarboksilasi oksidatif di dalam mitokondria.
2NAD+ 2NADH
3. Siklus Kreb
Siklus kreb berfungsi menghasilkan enrgi dan berbagai senyawa antara
yang akan digunakan untuk sintesis senyawa lain. Tahap ini berlangsung
didalam matriks mitokondria. Dari 2 asetil Co-A yang masuk siklus akan
menghasilkan 4 CO2, 2 ATP, 6 NADH, dan 2 FADH2.
2. SIFAT-SIFAT ENZIM
1. Dipengaruhi oleh suhu dan pH.
2. Bekerja secara spesifik
3. Bekerja secara bolak-balik (reversible)
4. Diperlukan dalam jumlah sedikit
5. Dapat bereaksi dengan substrat asam maupun basa.
6. Berupa koloid
7. Dapat digunakan berulangkali
Kimball.W.John.1983.Biologi.Jakarta:Erlangga.
Lehninger,A.L.2008.Dasar-Dasar Biokimia jilid 2 Terjemahan.Jakarta:Erlangga.
Rachmadiarti,Fida,dkk.2007.Biologi Umum.Surabaya:Unesa Unipress.
Wirahadikusumah,M.1985.Biokimia:Metabolisme Energi, Karbohidrat, dan
Lipid.Bandung:ITB
MIKROBIOLOGI
KOENZIM
Kelompok 10:
Ikhwan (1807113260)
Farah Adinda Trisna Putri (1807112914)
Resti Khairunnisa (1807111703)
Rini Marsela (1807111539)
1. Enzim
Enzim adalah protein yang dihasilkan oleh sel hidup yang mempengaruhi reaksi
kimia. Ditinjau dari fungsinya enzim merupakan katalis dalam sistem biologi. Katalis
adalah molekul yang berfungsi mempercepat reaksi kimia. Hampir semua enzim
merupakan protein. Dua sifat penting enzim adalah memiliki daya katalitik yang sangat
besar dan sangat spesifik, yaitu:
a. Daya katalitik enzim
Daya katalitik enzim sangat besar, yaitu mampu mempercepat reaksi kimia
minimal sejuta kali. Tanpa enzim, kecepatan sebagian besar reaksi kimia di dalam sistem
biologi sangatlah rendah sehingga tak dapat diukur. Bahkan reaksi yang sederhana
sekalipun seperti hidrasi CO2 harus dikatalisis oleh enzim karbonat anhidrase.
Karbonat anhidrase
CO2 + H2O ―――――――――→ H2CO3
b. Spesifitas enzim
Enzim sangat spesifik, baik terhadap terhadap jenis reaksi yang dikatalisisnya
maupun terhadap substrat atau reaktan yang diolahnya. Gambaran spesifitas enzim
tercantum pada gambar di bawah ini. Satu enzim biasanya mengkatalisis satu jenis
reaksi kimia saja, atau seperangkat reaksi yang sejenis. Dalam reaksi enzimatik sangat
jarang terjadi reaksi sampingan yang menyebabkan terbentuknya hasil sampingan yang
tak berguna.
Gambar 4.1 Model spesifitas enzim terhadap substrat dan reaksi tertentu.
c. Kompleks enzim-substrat
Sebagian besar daya katalitik enzim berasal dari kemampuan enzim menempatkan
substrat ke dalam kedudukan yang menguntungkan pada kompleks enzim substrat.
Enzim memiliki situs aktif, yaitu tempat tertentu pada molekul enzim untuk mengikat
substrat. Emil Fischer mengumpamakan substrat dan situs aktif sebagai anak kunci dan
kunci. Lihat Gambar 4.2 untuk ilustrasi lebih jelas.
Contoh :
a. Lipase, yaitu enzim yang menguraikan lemak menjadi gliserol dan asam lemak.
b. Fosfatase, yaitu enzim yang menguraikan suatu ester hingga terlepas asam
fosfat.
3. Proteinase atau Protease, yaitu enzim enzim yang menguraikan golongan protein.
Contoh:
b. Transaminase : yaitu enzim yang memindahkan gugusan amine dari suatu asam
amino ke suatu asam organik sehingga yang terakhir ini berubah menjadi suatu
asam amino.
3. Substrat terikat pada sisi aktif dengan interaksi atau ikatan yang lemah.
4. Spesifitas enzim dipengaruhi oleh asam amino yg menyusun sisi aktif suatu
enzim
Gambar 4.3 sisi aktif enzim dan asam amino yang terlibat
Enzim dapat bekerja dengan beberapa cara, yang kesemuanya menurunkan ΔG‡:
1. Menurunkan energi aktivasi dengan menciptakan suatu lingkungan yang
mana keadaan transisi terstabilisasi (contohnya mengubah bentuk substrat
menjadi konformasi keadaan transisi ketika ia terikat dengan enzim.)
2. Menurunkan energi keadaan transisi tanpa mengubah bentuk substrat
dengan menciptakan lingkungan yang memiliki distribusi muatan yang
berlawanan dengan keadaan transisi.
3. Menyediakan lintasan reaksi alternatif. Contohnya bereaksi dengan substrat
sementara waktu untuk membentuk kompleks Enzim-Substrat antara.
4. Menurunkan perubahan entropi reaksi dengan menggiring substrat bersama
pada orientasi yang tepat untuk bereaksi. Menariknya, efek entropi ini
melibatkan destabilisasi keadaan dasar, dan kontribusinya terhadap katalis
relatif kecil.
5. bersama pada orientasi yang tepat untuk bereaksi. Menariknya, efek entropi
ini melibatkan destabilisasi keadaan dasar, dan kontribusinya terhadap
katalis relatif kecil.
A. Struktur Enzim
Pada mulanya enzim dianggap hanya terdiri dari protein dan memang ada
enzim yang ternyata hanya tersusun dari protein saja, misalnya pepsin dan tripsin.Tetapi
ada juga enzim-enzim yang selain protein juga memerlukan komponen selain protein.
Komponen selain protein pada enzim dinamakan kofaktor. Koenzim dapat merupakan
ion logam/ metal, atau molekul organik yang dinamakan koenzim. Gabungan antara
bagian protein enzim (apoenzim) dan kofaktor dinamakan holoenzim. Enzim yang
memerlukan ion logam sebagai kofaktornya dinamakan metaloenzim.. Ion logam ini
berfungsi untuk menjadi pusat katalis primer, menjadi tempat untuk mengikat substrat,
dan sebagai stabilisator supaya enzim tetap aktif.
B. Aktivitas Enzim
Seperti halnya katalisator, enzim dapat mempercepat reaksi kimia dengan menurunkan
energi aktivasinya. Enzim tersebut akan bergabung sementara dengan reaktan sehingga
mencapai keadaan transisi dengan energi aktivasi yang lebih rendah daripada energi
aktivasi yang diperlukan untuk mencapai keadaan transisi tanpa bantuan katalisator atau
enzim. Enzim juga dapat dibedakan menjadi eksoenzim dan endoenzim berdasarkan
tempat kerjanya, ditinjau dari sel yang membentuknya. Eksoenzim ialah enzim yang
aktivitasnya diluar sel. Endoenzim ialah enzim yang aktivitasnya didalam sel.
Selain eksoenzim dan endoenzim, dikenal juga enzim konstitutif dan enzim
induktif. Enzim konstitutif ialah enzim yang dibentuk terus-menerus oleh sel tanpa
peduli apakah substratnya ada atau tidak. Enzim induktif (enzim adaptif) ialah enzim
yang dibentuk karena adanya rangsangan substrat atau senyawa tertentu yang lain.
Misalnya pembentukan enzim beta-galaktosida pada escherichia coli yang diinduksi
oleh laktosa sebagai substratnya. Tetapi ada senyawa lain juga yang dapat menginduksi
enzim tersebut walaupun tidak merupakan substarnya, yaitu melibiosa. Tanpa adanya
laktosa atau melibiosa, maka enzim beta-galaktosidasa tidak disintesis, tetapi
sintesisnya akan dimulai bila ditambahkan laktosa atau melibiosa.
C. Koenzim
Dalam peranannya, enzim sering memerlukan senyawa organik tertentu selain
protein. Ditinjau dari fungsinya, dikenal adanya koenzim yang berperan sebagai
pemindah hidrogen, pemindah elektron, pemindah gugusan kimia tertentu (“group
transferring”) dan koenzim dari isomerasa dan liasa. Koenzim akan memperbesar
kemampuan katalitik suatu enzim sehingga jauh melebihi kemampuan yang
ditawarkan. Koenzim yang berikatan secara erat dengan enzim melalui ikatan kovalen
atau non kovalen sering disebut sebagai gugus prostetik.
Tabel 4.2 Contoh-contoh koenzim dan peranannya
Yang
No Kode Singkatan dari
dipindahkan
1. NAD Nikotinamida-adenina dinukleotida Hidrogen
Nikotinamida-adenina Hidrogen
2. NADP
3. FMN Flavin mononukleotida dinukleotid Hidrogen
4. FAD Flavin-adenina
a fosfat dinukleotida Hidrogen
5. Ko-Q Koenzim Q atau Quinon Hidrogen
6. Sit Sitokrom Elektron
7. Fd Ferredoksin Elektron
8. ATP Adenosina trifosfat Gugus fosfat
9. PAPS Fosfoadenil sulfat Gugus sulfat
10. UDP Uridina difosfat Gula
D. Isoenzim
Isoenzim adalah protein yang dapat mengkatalisis reaksi yang sama dan terjadi
pada spesies yang sama, tetapi mempunyai sifat-sifat fisika dan kimia yang berbeda.
Dapat berasal dari : beberapa organ yg berbeda, bagian sel yang berbeda, satu bagian
yang sama.
RANGKUMAN
1. Enzim adalah protein yang dihasilkan oleh sel hidup yang mempengaruhi reaksi
kimia. Ditinjau dari fungsinya enzim merupakan katalis dalam sistem biologi.
Katalis adalah molekul yang berfungsi mempercepat reaksi kimia..
2. Dua sifat penting enzim adalah memiliki daya katalitik yang sangat besar dan
sangat spesifik. Enzim memiliki daya katalitik yang sangat besar, yaitu mampu
mempercepat reaksi kimia minimal sejuta kali. Selain itu, suatu enzim biasanya
mengkatalisis satu jenis reaksi kimia saja, atau seperangkat reaksi yang sejenis.
3. Enzim memiliki situs/sisi aktif, yaitu tempat tertentu pada molekul enzim untuk
mengikat substrat,
4. Sisi aktif enzim ini memiliki 2 bagian yang penting, yaitu bagian yang mengenal
substrat kemudian mengikatnya dan bagian yang mengkatalisis reaksi setelah
substrat diikat oleh enzim.
5. Enzim diklasifikasikan berdasarkan tipe reaksi dan mekanisme reaksi yang
dikatalisis. Ada 6 kelas utama dalam pengklasifikasian enzim, yaitu :
a. Oksidoreduktase.
b. Transferase
c. Hidrolase
d. Liase
e. Isomerase
f. Ligase
6. Ada dua teori mengenai kerja enzim, yaitu teori lock and key (gembok – anak
kunci) dan induced fit (kecocokan terinduksi).
7. Suatu molekul enzim dapat terdiri dari protein saja, seperti pepsin dan tripsin.
8. Ada enzim yang juga memerlukan komponen selain enzim, seperti ion logam
atau molekul organik, yang dinamakan kofaktor.
9. Isoenzim adalah protein yang dapat mengkatalisis reaksi yang sama dan terjadi
pada spesies yang sama, tetapi mempunyai sifat-sifat fisika dan kimia yang
berbeda.
MIKROBIOLOGI
METABOLISME GLUKOSA MENJADI BUTADION
Kelompok 10:
Ikhwan (1807113260)
Farah Adinda Trisna Putri (1807112914)
Resti Khairunnisa (1807111703)
Rini Marsela (1807111539)
β-galaktosidase
2. Uji Voges-Proskueur
Uji ini digunakan untuk mengidentifikasi mikroorganisme yang melakukan fermentase
dengan hasil akhir 2,3 butanadiol. Bila bakteri memfermentasikan karbohidrat menjadi 2,3
butanadiol sebagai produk utama, akan terjadi penumpukan bahan tersebut dalam media
pertumbuhan. Pada uji VP ini dilakukan penambahan 40% KOH dan 5% larutan alfa naftol pada
saat pengamatan. Hal ini dapat menentukan adanya asetoin (asetil metil karbinol), suatu senyawa
pemula dalam sintesis 2,3 butanadiol.
Dengan adanya penambahan KOH 40 %, keberadaan setoin ditunjukkan dengan
perubahan warna medium menjadi merah, dan perubahan ini makin jelas dengan penambahan
alfa naftol beberapa tetes.Uji VP ini sebenarnya merupakan uji tidak langsung untuk mengetahui
adanya 2,3 butanadiol. Karena uji ini lebih dulu menentukan asetoin. Asetoin adalah senyawa
pemula dalam sintesis 2,3 butanadiol, sehingga dapat dipastikan bahwa dengan adanya asetoin
dalam media berarti menunjukkan adanya produk 2,3 butanadiol sebagai hasil fermentasi.
Mekanisme terjadinya reaksi pada Uji Voges-Proskueur dapat digambarkan sebagai berikut:
40% KOH