Anda di halaman 1dari 384

TUGAS MIKROBIOLOGI DASAR

ALGA

Disusun Oleh:

KELOMPOK 1

1. Kevin Regardy Onasis (1807113101)


2. Putri Fauziah (1807111660)
3. Sherina Septiyani (1807113279)
4. Titania Tamba (1807113210)

Dosen Pengampu: Prof. Dr. Adrianto Ahmad, S.T., M.T.

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA S-1


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2019
Alga
Alga termasuk mikroorganisme eukariotik yang merupakan tumbuhan
tingkat rendah dan termasuk dalam anggota divisi Thallophyta (tumbuhan
thallus), satu kelompok dengan bakteri dan jamur. Pada umumnya alga bersifat
fotosintetik dengan pigmen fotosintetik hijau (klorofil), biru kehijauan (fikobilin),
coklat (fikosantin), dan merah (fikoeritrin). Secara morfologi, alga ada yang
berbentuk uniseluler dan ada pula yang multiseluler. Alga dapat hidup di
permukaan atau dalam perairan (aquatik) maupun daratan (terestrial) yang terkena
sinar matahari, namun kebanyakan hidup di perairan. Alga uniseluler
(mikroskopik) dapat berupa sel tunggal atau tumbuh dalam bentuk rantai atau
filamen.
Sifat fotosintetik pada alga dapat bersifat mutlak (obligat fototrof). Oleh
karena itu, alga tumbuh di tempat-tempat yang terkena cahaya matahari
(Wasetiawan, 2009). Alga tertentu dapat mengasimilasi senyawa organik
sederhana dengan menggunakan sumber energi cahaya (fotoheterotrof)
(Wasetiawan, 2009). Pada alga tertentu dapat tidak terjadi proses fotosintesa sama
sekali. Dalam hal ini pemenuhan kebutuhan nutrisi didapatkan secara heterotrof.
Alga akan tumbuh sangat cepat pada musim panas daripada musim dingin. Alga
akan tumbuh selama 6-8 minggu pada suhu dibawah 10 0C, sedangkan pada suhu
diatas 20 0C alga akan tumbuh selama 1-2 minggu.
Pelczar dan Chan (1986) mendefinisikan alga sebagai organisme yang
mampu menghasilkan oksigen melalui fotosintesis dan mempunyai khloroplas.
Alga juga mengandung pigmen lain selain khlorofil untuk melangsungkan
fotosintesis. Bentuk dan ukuran alga sangat beragam dari beberapa mikrometer
sampai bermeter-meter panjangnya. Mikroalga dikelompokan dalam filum
Talofita karena tidak memiliki akar, batang dan daun sejati, namun memiliki zat
pigmen klorofil yang mampu melakukan fotosintesis. Menurut Kabinawa (2001),
mikroalga merupakan sumber daya hayati perairan yang lebih dikenal dengan
nama fitoplankton.
Alga dapat menyimpan kelebihan nutrien dalam masa selnya, oleh karena
itu dapat digunakan sebagai alat untuk mengambil beberapa nutrien yang terdapat
pada hasil buangan atau limbah cair. Pengambilan nutrien dalam sistem alga akan
menghasilkan hasil yang baik apabila tersedia tanah yang luas, cukup
mendapatkan sinar matahari dan jenis alga yang ditumbuhkan cukup mudah
dipanen dan dimanfaatkan. Mikroalga mempunyai kemungkinan besar sebagai
bahan berbagai macam produksi, seperti protein sel tunggal (PST) baik untuk
pakan maupun pangan, asam lemak, gliserol, pigmen alami, enzim, asam amino,
antibiotika, vitamin, karoten, yodium, gas hidrogen, bahan-bahan hayati seperti
metana dan polisakarida, pupuk hayati pemurnian air limbah dan rekayasa
genetika.
Mikroalga dapat menjadi solusi yang nyata untuk mengganti solar. Hal ini
karena tidak ada cadangan bahan baku lain yang cukup memiliki banyak minyak
sehingga mampu digunakan untuk memproduksi minyak dalam jumlah yang
besar. Sebagai perbandingan dengan tumbuhan di daratan, tumbuhan seperti
kelapa sawit dan kacang kacangan membutuhkan lahan yang sangat luas untuk
dapat menghasilkan minyak supaya dapat mengganti kebutuhan solar dalam
suatunegara. Hal ini tidak nyata dan akan mengalami kendala apabila
diimplementasikan pada negara dengan luas wilayah yang kecil.

A. Ciri-ciri alga
Menurut Kabinawa (2001) alga/ganggang) memiliki karakteristik/ciri-ciri yaitu:
− Organisme eukariotik
− Bersifat fotoautotrof (berfotosintetis)
− Mempunyai klorofil dan pigmen fotosintetik lainnya,
− Mempunyai pirenoid
− Menyimpan cadangan makanan
− Bersifat uniseluler/multiseluler
− Memiliki dinding sel/tidak
− Soliter/berkoloni
− Bergerak/tidak bergerak
− Bereproduksi secara aseksual yaitu membelah diri/fragmentasi/spora
vegetatif, dan seksual yaitu konjugasi/singami/anisogami.
− Metagenesis atau tidak
− Hidup dengan bebas atau bersimbiosis dengan jamur membentuk lichen
− Tubuh Ganggang (Alga) tidak dapat dibedakan antara akar, batang, dan
daun. Tubuh berupa talus, sehingga termasuk dalam golongan thalophyta
− Habitat di perairan baik di air tawar maupun di air laut, tempat lembab.
Menempel di bebatuan (epilitik), tanah/lumpur/pasir (epipalik), menempel
pada tumbuhan sebagai (epifik), dan menempel tubuh hewan (epizoik).

B. Struktur dan Organisasi Sel Alga


Secara anatomi sel, alga dibagi menjadi 3 bagian, yaitu: (1) Membran
plasma, (2) Sitoplasma dan Organel Sel, serta (3) Inti Sel (Nukleus), seperti yang
ditunjukkan pada gambar 1 (Anonim, 2011; Haas et al., 2009).

Gambar 1. Struktur sel alga.


 Membran Plasma
Membran plasma terletak paling luar dan tersusun oleh lipoprotein
(gabungan lipid dan protein). Membran plasma bersifat selektif permeabel, yang
berarti hanya dapat dilewati oleh molekul tertentu saja dan bertanggungjawab
dalam transportasi zat dari dalam sel ke lingkungan (Barsanti and Gualtieri,
2006).
Sel alga memiliki dinding sel di luar membran sel. Sebagian besar dinding
sel alga tersusun atas selulosa, meskipun terkadang mengandung silika atau
kalsium karbonat. Sebagian alga juga memiliki dinding sel yang mengandung
manan, xylan, asam alginat, agaros, dan lain sebagainya. Dinding sel dapat
berbentuk filamen, seperti pada fungi, atau tersusun atas plat-plat yang
disekresikan oleh badan golgi. Terdapat kelompok tertentu yang tidak memiliki
dinding sel padat, tetapi selnya dilindungi oleh pelikel protein yang fleksibel di
bawah membran plasma. Materi dinding sel diproduksi dan disekresi oleh badan
golgi.
 Sitoplasma dan organel sel
Bagian cair di dalam sel disebut dengan sitoplasma. Pada sitoplasma
terdapat organela yang mempunyai fungsi tertentu (Graham and Wilcox, 2000).
Organel sel tersebut antara lain:
a. Retikulum Endoplasma (RE)
Retikulum endoplasma merupakan jalinan saluran, dibatasi oleh membran
yang kontinyu dengan selubung luar nukleus. Fungsi RE adalah sebagai alat
transportasi zat-zat di dalam sel itu sendiri.
b. Ribosom (Ergastoplasma)
Ribosom terdiri dari subunit protein besar dan kecil. Sebagian ribosom
melekat sepanjang RE, sebagian lain bebas di sitoplasma. Fungsi ribosom adalah
sebagai tempat sintesis protein.
c. Mitokondria (The Power House)
Mitokondria mempunyai dua lapis membran. Membran dalam yang
berlekuk-lekuk dan disebut krista. Fungsi mitokondria merupakan pusat respirasi
seluler yang menghasilkan banyak ATP (energi). Mitokondria pada alga
mempunyai 2 tipe, seperti yang ditunjukkan pada gambar 2 : 1) Flat lamellar
cristae (pada Rhodophyta, Crytophyta, Euglenophyta, dan Chlorophyta) dan 2)
tubular cristae (pada Chrysophyta, Raphidophyta, Prymnesiophyta,
Eustigmatophyta, dan Xanthophyta.

Gambar 2. Tipe mitokondria yang terdapat pada alga (a) flat lamelar cristae dan
(b) tubular cristae (sumber: Chapman, 1941)
d. Lisosom
Lisosom adalah penghasil dan penyimpan enzim pencernaan seluler.
e. Vakuola Kontraktil
Sebagian besar alga berflagela mempunyai dua vakuola kontraktil pada
bagian anterior sel, yaitu diastole (saluran masuk) dan sistole (saluran
pengeluaran), fungsinya untuk membuang sisa produk dari sel.
f. Badan Golgi (Apparatus Golgi = Diktiosom)
Organel ini melaksanakan fungsi produksi dan sekresi polisakarida.
g. Sentrosom (Sentriol)
Sentrosom bertindak sebagai benda kutub dalam mitosis dan meiosis.
h. Plastida
Plastida merupakan tempat fotosintesis serta jalur biokimia asam amino
aromatik, heme, isophrenoids, dan asam lemak. Plastida utama pada alga adalah
kloroplas. Kloroplas mengandung sistem membran yang bernama tilakoid, yang
sering membentuk tumpukan membran yang disebut grana. Enzim yang
mengendalikan fotosintesis terdapat di membran tilakoid dan stroma. Plastida
dibedakan menjadi tipe primer dan sekunder. Plastida tipe primer hanya
diselubungi oleh dua lapis membran, sedangkan plastida sekunder dikelilingi
empat atau tiga lapis membran. Plastida sekunder secara fisik tidak terletak di
sitoplasma sebagaimana plastida primer, tetapi terletak di lumen sistem
endomembran (Haas et al., 2009).
Selain klorofil, terdapat pigmen lain dalam plastida. Pigmen ini menyerap
panjang gelombang yang berbeda dari klorofil. Hal ini berguna pada alga yang
hidup di perairan lebih dalam, yang tidak mampu ditembus oleh spektrum cahaya
biru. Pigmen-pigmen tersebut adalah:
a. Fikosianin (pigmen warna biru)
b. Xantofil (pigmen warna kuning)
c. Karoten (pigmen warna keemasan)
d. Fikosantin (pigmen warna cokelat)
e. Fikoeritrin (pigmen warna merah).
i. Mikrotubulus
Berbentuk benang silindris, kaku, berfungsi untuk mempertahankan
bentuk sel dan sebagai “rangka sel”. Contoh organel ini antara lain benang-benang
gelembung pembelahan. Selain itu, mikrotubulus berguna dalam pembentakan
sentriol, flagel dan silia.
j. Stigma atau bintik mata
Stigma merupakan area sitoplasma dengan konsentrasi pigmen tinggi
(biasanya karoten). Stigma terdapat di dekat pangkal flagela. Stimulasi stigma
oleh cahaya akan menstimulasi flagela pula, sehingga terjadi gerakan mendekati
sumber cahaya.
 Inti Sel (Nukleus)
Nukleus mengandung bahan genetik sel dan dikelilingi oleh membran
ganda. Nukleus terdiri dari selaput inti (karioteka), nukleolus, kromosom, dan
bahan pendukung atau karyolimph (Graham and Wilcox, 2000).
Alga uniseluler dan sel reproduksi alga multiseluler memiliki flagela.
Flagela terdapat di bagian apikal, lateral, ataupun posterior sel. Flagela dapat
berupa satu berkas cambuk, ataupun memiliki struktur ‘berambut’ atau ‘sisik’.
Pergerakan dapat ke samping atau spiral.

Gambar 3. Tipe flagela pada alga (a) fibrous solid hair, (b) tubular hair.
(Chapman, 1941)
Terdapat dua tipe flagela, seperti yang ditunjukkan pada gambar 5, yaitu fibrous
solid hair dan tubular hair. Fibrous solid hair mengelilingi flagela, meningkatkan
luas permukaan, dan efisiensi dari tenaga penggerak. Tersusun atas glikoprotein
dan terdapat pada Euglenophyta dan Dinoflagellata. Tubularhair tersusun atas
protein dan glikoprotein, terdapat pada: Chrysophyta, Phaeophyta, dan
Chlorophyta (Chapman, 1941).

C. Habitat Alga
Alga dapat hidup di permukaan atau dalam perairan (aquatik) maupun
daratan (terestrial) yang terkena sinar matahari, namun kebanyakan hidup di
perairan. Alga laut mempunyai peranan yang sangat penting di dalam siklus
unsur-unsur di bumi, mengingat jumlah massanya yang sangat banyak yang
kemungkinan lebih besar dari jumlah tumbuhan di daratan (Kabinawa, 2001).
Beberapa alga laut bersel satu bersimbiosis dengan hewan invertebrata
tertentu yang hidup di laut, misalnya spon, koral, cacing laut. Alga terestrial dapat
hidup di permukaan tanah, batang kayu, dan lain-lain. Alga darat dapat
bersimbiosis dengan jamur dan membentuk lumut kerak (Lichenes). Pada lichenes
alga bertindak sebagai fikobion, sedangkan jamur sebagai mikobion. Alga yang
dapat membentuk Lichenes adalah anggota dari Chlorophyta, Xanthophyta, dan
alga hijau biru (Cyanobacteria) yang termasuk bakteri. Fikobion memanfaatkan
sinar matahari untuk fotosintesa, sehingga dihasilkan bahan organik yang dapat
dimanfaatkan oleh mikobion (Wasetiawan, 2009).
Mikobion memberikan perlindungan dan berfungsi untuk menyerap
mineral bagi fikobion. Pada beberapa kasus mikobion dapat menghasilkan faktor
tumbuh yang dapat dimanfaatkan oleh fikobion. Lichenes sangat lambat
pertumbuhannya, tetapi dapat hidup pada tempat ekstrem yang tidak bias
digunakan untuk tempat tumbuh jasad hidup lain. Sebagai contoh Lichenes dapat
tumbuh pada batuan dengan keadaan yang sangat kering, panas dan miskin unsur
hara atau bahan organik.
Lichenes menghasilkan asam-asam organik yang dapat melarutkan
mineral batuan. Kandungan beberapa pigmen fotosintetik pada alga memberikan
warna yang spesifik. Beberapa divisi alga dinamakan berdasarkan warna tersebut,
misalnya alga hijau, alga merah dan alga coklat.
D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Alga
Pertumbuhan alga dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti faktor
lingkungan. Faktor lingkungan yang mempengaruhi laju pertumbuhan alga
diantaranya adalah suhu, cahaya, pH, konsentrasi elemen-elemen esensial atau
nutrient, salinitas, dan oksigen terlarut (DO) yang dipakai untuk fotosintesis.

1. Suhu
Suhu juga sangat berperan mengendalikan kondisi ekosistem perairan. Organisme
akuatik memilki kisaran suhu tertentu (batas atas dan batas bawah) yang disukai
bagi pertumbuhannya. misalnya alga dari filum Chlorophyta akan tumbuh dengan
baik pada kisaran suhu 200C -300C. Skala suhu untuk pertumbuhan alga
Cladophora antara 150C -250C. Tidak terlalu signifikan pertumbuhan filamentus
alga lainnya yang ditemukan pada beberapa sungai dengan air yang dingin (suhu
maksimum 200C) di Virginia Barat.

2. Cahaya
Cahaya sangat mempengaruhi tingkah laku organisme akuatik. Alga planktonik
menunjukkan respon yang berbeda terhadap perubahan intensitas cahaya. Pigmen
klorofil menyerap cahaya biru dan merah, karoten menyerap cahaya biru dan
hijau, fikoeritrin menyerap warna hijau, dan fikosianin menyerap cahaya kuning.
Cahaya memiliki dua fungsi utama yaitu memanasi air sehingga terjadi perubahan
suhu dan berat jenis (densitas) dan selanjutnya menyebabkan terjadinya
pencampuran massa dan kimia air, dan merupakan sumber energi bagi proses
fotosintesis alga dan tumbuhan air. Apabila sinar matahari tidak sampai ke dasar,
maka fitoplankton yang dikultur akan mempunyai laju pertambahan sel yang
lambat atau bahkan bisa mati.

3. pH
pH juga mempengaruhi toksisitas suatu senyawa kimia. Senyawa amonium yang
dapat terionisasi banyak ditemukan pada perairan yang memiliki pH rendah.
Amonium bersifat tidak toksik. Namun, pada suasana alkalis (pH tinggi) lebih
banyak ditemukan amonia yang tak terionisasi dan berifat toksik. Pada pH kurang
dari 4, sebagian besar tumbuhan air mati karena tidak dapat bertoleransi terhadap
pH rendah. Fitoplankton dapat berkembang pada kisaran pH 6,5 sampai dengan 8.
4. Nutrien
Suplai nutrien berasal dari hasil dekomposisi bahan organik dan regenerasi dari
nutrien, dan oleh pengadukan vertikal air yang memungkinkan sediaan nutrien
yang tersimpan di lapisan air di bawah dapat dimanfaatkan di lapisan air
permukaan. Asimilasi nutrien untuk pertumbuhan tumbuhan akan mengurangi
konsentrasinya di perairan, yang kelak pada saat nutrien sangat rendah maka laju
produksi menjadi terbatas. Laju populasi fitoplankton di perairan dibatasi oleh
konsentrasi fosfat. Nitogen dan Fosfor akan menyatu di dalam struktur sel alga
dengan rasio N:P yaitu 16:1. Komposisi nutrien dalam pupuk yang mendukung
pertumbuhan alga adalah komposisi pupuk dengan rasio N:P yang rendah.

a. Nitrogen
-
Beberapa alga dapat menggunakan NO3 , NO2-, atau NH4+ sebagai sumber
nitrogen. Nitrat (NO3) merupakan bentuk nitrogen utama di perairan alami dan
juga merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan alga. Nitrat dan
amonium adalah sumber utama nitrogen di perairan. Namun, amonium lebih
disukai oleh tumbuhan. Amonium biasanya diikuti dengan nitrat yang besar pula
karena konsentrasi NH4+ diatas 0,5–1,0 μmol/l akan menghambat pengambilan
NO3- . Keseimbangan antara amonium dan amonia di dalam air sangat dipengaruhi
oleh nilai pH air. Pada pH 6, yang terdapat dalam air adalah 100% amonium, pada
pH 7 perbandingan antara keduanya adalah 1% amonia dan 99% amonium, pada
pH 8 terdapat 4% amonia dan 96% amonium, pada pH 9 terjadi lonjakan dimana
amonia sebesar 25% dan amonium sebesar 75%. Jadi semakin tinggi nilai pH akan
menyebabkan keseimbangan antara amonium dengan amonia semakin bergeser ke
arah amonia, artinya kenaikan pH akan meningkatkan konsentrasi ammonia.
Kandungan nitrat-nitrogen yang lebih dari 0,2 mg/l dapat mengakibatkan
terjadinya pengayaan nutrien, sehingga dapat menstimulir pertumbuhan alga dan
tumbuhan air di perairan tersebut secara cepat. Fitoplankton lebih banyak
memanfaatkan unsur N dibanding unsur P.
b. Fosfor
Fosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuh-tumbuhan.
Fosfor juga merupakan unsur yang esensial bagi tumbuhan tingkat tinggi dan alga,
sehingga unsur ini menjadi faktor pembatas bag tumbuhan dan alga serta sangat
-3
mempengaruhi tingkat produktivitas perairan . Ortofosfat, PO4 , merupakan
fosfor anorganik sumber P yang sangat penting untuk pertumbuhan alga.
Walaupun sumber P lebih dapat diperoleh dari berbagai macam fosfat organik.
Beberapa alga menyediakan PO4 -3 sebagai polyfosfat dalam butiran sitoplasmik
dengan diameter sebesar 30–500 nm. Alga akan tumbuh di permukaan air dibatasi
oleh keberadaan fosfor di perairan tersebut.

5. Salinitas
Salinitas merupakan ukuran bagi jumlah zat padat yang larut dalam suatu volume
air dan dinyatakan dalam per mil, di perairan samudera salinitas biasanya 31
berkisar antara 34-35‰. Adanya pengenceran yang terjadi diperairan pantai,
misalnya karena pengaruh aliran sungai, salinitas bisa turun rendah, sebaliknya di
daerah dengan penguapan yang sangat kuat, salinitas bisa meningkat tinggi.
Makro alga umumnya hidup dilaut dengan salinitas antara 30-32 ‰, namun
banyak jenis makro alga hidup pada kisaran salinitas yang lebih besar. Salinitas
berperan penting dalam kehidupan makroalga. Salinitas yang terlalu tinggi atau
terlalu rendah akan menyebabkan gangguan pada proses fisiologis.

6. Oksigen terlarut (DO)


Oksigen merupakan faktor yang paling penting bagi organisme air. Semua
tumbuhan dan hewan yang hidup dalam air membutuhkan oksigen yang terlarut.
Oksigen yang terlarut dalam air berasal dari udara dan hasil fotosintesis tumbuh-
tumbuhan yang ada dalam air. Oksigen yang berasal dari hasil fotosintesis
tergantung pada kerapatan tumbuh-tumbuhan air dan lama serta intensitas cahaya
sampai ke badan air tersebut.
Konsentrasi DO air laut bervariasi, di laut lepas bisa mencapai 9,9 mg/l,
sedangkan di wilayah pesisir konsentrasi DO akan semakin berkurang tergantung
kepada kondisi lingkungan sekitar. Konsentrasi DO di permukaan air laut
dipengaruhi oleh suhu, semakin tinggi suhu maka kelarutan gas akan semakin
rendah.

E. Klasifikasi Alga/Ganggang
a. Alga/Ganggang Coklat (Phaeophyta)

Ganggang coklat adalah protista mirip tumbuhan yang memiliki talus


bersel banyak, sehingga dapat dilihat secara makroskopis (kasat mata). Talusnya
memiliki alat pelekat untuk menempelkan tubuhnya pada substrat, sedangkan
bagian tubuh yang lainnya mengapung di atas air. Beberapa anggota Filum
Phaeophyta seperti Sargassum, Macrocystis, dan Nereocystis memiliki gelembung
udara yang berfungsi untuk menyimpan gas nitrogen dan untuk mengapung di
atas permukaan air.
Ganggang cokelat mengandung pigmen cokelat (xantofil), klorofil a dan c.
Pigmen xantofil jumlahnya dominan, sehingga menyebabkan warna talusnya
coklat. Cadangan makanannya disimpan dalam bentuk laminarin. Umumnya,
ganggang cokelat bersel banyak (multiseluler). Bentuk tubuhnya menyerupai
tumbuhan tingkat tinggi karena memiliki bagian menyerupai akar, batang, dan
daun sehingga membuat ganggang ini mudah untuk dikenali.
Sekitar 1.500 jenis Phaeophyta atau ganggang cokelat telah diketahui.
Hampir semua jenis Phaeophyta hidup di laut terutama di daerah yang dingin,
yaitu hidup di batu-batuan di dasar perairan sedalam 1,5 – 5 meter dari permukaan
air. Semua alga cokelat berbentuk benang atau lembaran dan bersifat autotrof
(mampu menghasilkan makanannya sendiri).
Semua Phaeophyta hidup berkoloni dengan bentuk bervariasi dari yang
sederhana hingga yang berbentuk besar dengan organisasi sel yang rumit. Pada
Phaeophyta yang berkoloni besar, belum terbentuk organ yang sesungguhnya
meskipun pada beberapa jenis terdapat bentuk menyerupai akar, batang, dan daun,
namun keseluruhan bagian itu disebut sebagai talus.

 Ciri-Ciri Phaeophyta (Alga Cokelat)


Ganggang coklat (phaeophyta) memiliki ciri atau karakteristik secara
umum, yaitu sebagai berikut: (Barsanti and Gualtieri, 2006).
- Inti sel bersifat eukariotik karena inti sel telah memiliki membran.
- Multiseluler (bersel banyak).
- Berbentuk lembaran, bahkan ada yang menyerupai tumbuhan tinggi (Plantae)
karena memiliki bagian menyerupai akar, batang, dan daun.
- Memiliki gelembung-gelembung udara yang berfungsi sebagai pelampung.
- Memiliki ukuran talus mikroskopis sampai makroskopis.
- Memiliki pigmen klorofil a, klorofil c, violaxantin, b-karotin, diadinoxantin,
serta xantofil yang jumlahnya dominan.
- Berbentuk filamen bercabang, tidak bercabang dan ada juga yang tegak.
- Bersifat autotorof, karena memiliki klorofil untuk melakukan fotosintesis.
- Memiliki kloroplas tunggal berbentuk seperti benang ada pula yang berbentuk
cakram (discoid).
- Kloroplas mengandung pirenois untuk menyimpan cadangan makanan.
- Cadangan makanan yang disimpan berupa laminarin.
- Memiliki dinding sel.
- Pada dinding sel dan ruang intersel terdapat algi (asam alginate), bagian
dalam dinding sel tersusun oleh lapisan selulosa.
- Memiliki jaringan untuk transportasi seperti tumbuhan tingkat tinggi.
- Hampir semua jenis Phaeophyta memiliki habitat di laut terutama di daerah
yang dingin, yaitu hidup di batu-batuan di dasar perairan sedalam 1,5 – 5
meter dari permukaan air.
- Semua Phaeophyta hidup berkoloni dengan bentuk bervariasi dari yang
sederhana hingga yang berbentuk besar (lebih dari 30 meter) dengan
organisasi sel yang rumit.

 Klasifikasi Phaeophyta (Alga Cokelat)


Ganggang atau alga cokelat dibedakan menjadi jenis, yaitu (Barsanti and
Gualtieri, 2006).
- Laminaria, memiliki batang, daunnya berbentuk lembaran, mengandung
yodium dan asam alginat.
- Macrocystis, menghasilkan yodium dan asam alginat yang berfungsi
sebagai bahan industri.
- Sargasum, daunnya berbentuk lembaran, di antara batang dan tangkainya
terdapat gelembung udara.
- Fucus, bentuk daun berupa lembaran dan pada bagian tepi daun terdapat
gelembung.

 Cara Reproduksi Phaeophyta (Alga Cokelat)


Perkembangbiakan pada Phaeophyta dilakukan secara aseksual (vegetatif)
dan seksual (generatif). Reproduksi aseksual alga cokelat dilakukan dengan
fragmentasi dan pembentukan spora (aplanospora dan zoospora). Zoospora yang
dihasilkan memiliki flagel yang tidak sama panjang dan terletak di bagian lateral
(sisi atau pinggir). Sedangkan perkembangbiakan seksual dilakukan
dengan isogami, anisogami, atau oogami. Fucus vesiculosis adalah salah satu
contoh alga cokelat yang berkembang biak secara oogami. Ada cara reproduksi
generatif/seksual ganggang cokelat yang mirip dengan tumbuhan tingkat tinggi,
yaitu ujung-ujung lembaran talusnya yang fertil membentuk suatu badan yang
mengandung alat pembiak disebut reseptakel.
Di dalam reseptakel ini terdapat konseptakel yang mengandung anteridium
yang menghasilkan sel kelamin jantan berupa spermatozoid dan oogonium yang
menghasilkan sel telur (ovum) dan benang-benang mandul yang disebut parafisis.
Anteridium berupa sel-sel berbentuk corong yang muncul dari dasar dan tepi
konseptakel, oogonium berupa badan yang duduk di atas tangkai.

Jika spermatozoid dapat membuahi sel telur akan terbentuklah zigot. Zigot
lalu membentuk dinding selulosa dan pektin yang tebal, kemudian melekat pada
suatu substrat seperti bebatuan, selanjutnya tumbuh menjadi individu baru yang
kromosom tubuhnya diploid.

 Contoh dan Peranan Phaeophyta (Alga Cokelat) dalam Kehidupan


Banyak jenis Phaeophyta yang bermanfaat bagi manusia. Beberapa jenis
menghasilkan bahan makanan manusia. Di negara lain Phaeophyta dimanfaatkan
untuk makanan ternak dan pupuk, karena kandungan nitrogen dan kaliumnya
tinggi tetapi kandungan fosfornya rendah. Phaeophyta juga menghasilkan algin
(asam alginat), suatu koloid yang berguna sebagai bahan penstabil pada
pembuatan es krim. Algin juga penting dalam industri farmasi, yaitu untuk bahan
pembuatan pil, tablet, salep, dan obat pembersih gigi. Beberapa contoh
Phaeophyta adalah sebagai berikut (Graham and Wilcox, 2000):
■ Fucus vesiculosus, tingginya dapat mencapai 30 – 100 cm, hidup menempel
di bebatuan yang tampak jika air surut. Terdapat gelembung udara sepanjang
sisi talus yang bercabang-cabang seperti garpu. Ujungnya membesar yang
membentuk konseptakel.

■ Sargassum siliquosum, hidup menempel bebatuan di sepanjang pantai


berbatu daerah tropis. Namun di pantai Atlantik bagian utara jenis Sargasssum
natans hidup bebas mengapung di permukaan laut. Ukuran Sargassum beragam
dari yang kecil hingga yang panjangnya mencapai ratusan meter.

■ Macrocystis integrifolia atau kelp, ukurannya sangat besar, di pantai barat


Amerika Utara panjangnya ditemukan dapat mencapai tiga kilometer. Kelp
hidup menempel kuat di bebatuan dengan bantuan talus yang menyerupai akar.
■ Laminaria sinclairii merupakan jenis ganggang cokelat penghasil asam
alginat yang dibutuhkan untuk produksi tekstil, makanan, dan kosmetik.

■ Fucus serratus, termasuk alga warna cokelat yang berdiferensiasi menjadi


bentuk yang mengapung.

■ Postelia merupakan contoh alga cokelat yang banyak dijumpai.

■ Turbinaria decurens, Dictyota sp., Dictyosiphon sp., Nereocystis sp. adalah


contoh lain dari spesies Phaeophyta atau ganggang cokelat.

b. Alga/Ganggang Hijau (Chlorophyta)

Alga hijau merupakan kelompok terbesar dari vegetasi alga. Alga hijau
termasuk dalam divisi chlorophyta bersama charophyceae. Divisi ini berbeda
dengan divisi lainnya karena memiliki warna hijau yang jelas seperti pada
tumubuhan tingkat tinggi karena mengandung pigmen klorofil a dan klorofil b
lebih dominan dibandingkan karotin dan xantofil. Hasil asimilisasi beberapa
amilum, penyusunnya sama pula seperti pada tumbuhan tingkat tinggi yaitu
amilose dan amilopektin.
Alga hijau merupakan kelompok alga yang paling beragam, karena ada
yang bersel tunggal, berkoloni, dan bersel banyak. Banyak terdapat didanau,
kolam, tetapi banyak juga yang hidup di laut. Gangang hijau meliputi sebanyak
sebanyak 7.000 spesies, baik yang hidup di air maupun di darat. Sejumlah
gangang hijau tumbuh dalam laut, namun golongan ini secara keseluruhan lebih
khas bagi gangang air tawar. Gangang hijau tidak menunjukkan derajat
diferensiasi yang tinggi, sebatang tmbuhan biasanya merupakan bentuk bersel
tunggal atau juga koloni-koloni yang berfilamen atau tanpa filamen. Pada
beberapa genus misalnyaselada laut (Ulva) dan semak batu (Nitelia chara),
tubuhnya lebih kompleks tetapi berukuran lebih kecil jika dibnadingkan gangang
merah dan gangang coklat yang berukuran besar sekalipun. Gangang hijau
sepanjang hidupnya dapat terapung bebas atau melekat.
Alga berperan sebagai produsen dalam ekosistem. Berbagai jenis alga
yang hidup bebas di air terutama yang tubuhnya bersel satu dan dapat bergerak
aktif merupakan penyusun phitoplankton. Sebagian besar fitoplankton adalah
anggota alga hijau, pigmen klorofil yang dimilikinya efektif melakukan
fotosintesis sehingga alga hijau merupakan produsen utama dalam ekosistem
perairan.
Chlorella, salah satu anggota dari Chlorophyceae memiliki nilai gizi yang
sangat tinggi dibandingkan sengan nilai jasad yang lainnya. Di dalam sel
Chlorella masih pula memiliki chlorelin yaitu semacam antibiotik yang dapat
menghambat pertumbuhan bakteri.
Beberapa anggota atau bagian yang tergabung dalam divisi chlorophyta
mempunyai persamaan pigmen, tempat penyimpanan dan susunan chloroplas.
Pigmen-pigmen photosintesis daripada alga hijau berkhlorofil A dan B dan
mengandung siphonaxanthin atau lutcin. Dan tempat penyimpanan makanan
berupa pati.

 Ciri-Ciri Chlorophyta (Alga Hijau)


Ganggang hijau (chlorophyta) memiliki ciri atau karakteristik secara umum,
yaitu sebagai berikut:

- Berwarna hijau karena memiliki pigmen dominan klorofil a dan klorofil b


serta pigmen tambahan karoten (kuning kemerahan) dan xantofil (kuning).
- Bersifat uniseluler atau berkoloni dan multiseluler.
- Chlorophyta Uniseluler memiliki flagela yang bergerak aktif
- Chlorophyta multiseluler berbentuk benang lembaran atau seperti
tumbuhan tingkat tinggi.
- Bereproduksi secara seksual atau aseksual. Secara seksual dengan
membelah diri, menghasilkan zoospora, dan fragmentasi, sedangkan
reproduksi secara seksual adalah dengan konjugasi dan peleburan gamet
jantan dengan gamet betina.
- Umumnya hidup secara fotoautotrof di air tawar.
- Sebagian jenis hidup di laut sebagai fitoplankton.
- Hidup di tanah yang lembab, salju, tembok basa atau menempel di tubuh
tumbuhan atau hewan.
- Hidup bersimbiosis mutualisme dengan organisme eukarotik.

 Klasifikasi Chlorophyta (Alga Hijau)


Berdasarkan bentuk dan dapat tidaknya bergerak, ganggang hijau terbagi
menjadi 6 macam genus, yaitu:
− Alga/ganggang hijau bersel satu tidak bergerak

Contoh:
1) Chlorella sp. berbentuk bulat, hidup di air tawar atau air laut, reproduksi
secara vegetatif dengan membelah diri, banyak digunakan untuk mempelajari
fotosintesis.
2) Cholococcum sp. berbentuk bulat, hidup di air tawar, reproduksi secara
vegetatif dengan membentuk zoospora secara generatif dengan isogami.

− Alga/ganggang hijau bersel satu dapat bergerak

Contoh:
1) Chlamydomonas sp. berbentuk bulat telur, memiliki dua flagel,
kloroplasnya berbentuk mangkok atau pita mengandung pirenoid dan stigma.
Reproduksinya dengan membelah diri dan konjugasi.
2) Euglena viridis, bentuknya seperti mata, memiliki sebuah flagel, klorofil
dan sigma. Reproduksinya dengan membelah diri. Euglena ada juga
mengelompokkannya ke dalam Protozoa.
− Alga/ganggang hijau berbentuk koloni tidak bergerak

Contoh: Hydrodictyon sp., koloninya berbentuk jala, banyak ditemukan di air


tawar, reproduksinya secara vegetatif dengan fragmentasi dan secara generatif
dengan konjugasi.

− Alga/ganggang hijau berbentuk koloni yang bergerak

Contoh: Volvox globator, bentuk koloninya menyerupai bola yang tersusun


atas ribuan volvox yang satu dengan yang lain dihubungkan oleh benang-benang
sitoplasma. Volvox juga dikelompokan ke dalam Protozoa.

− Alga/ganggang hijau berbentuk filamen (benang)

Contoh:
1) Spirogyra sp. (benang tidak bercabang, inti tunggal, kloroplas berbentuk
pita tersusun spiral, pirenoid banyak).
2) Oedogonium sp. (filamen tidak bercabang, kloroplas berbentuk jala,
pirenoid banyak, inti satu besar).

− Alga/ganggang hijau berbentuk thalus (lembaran)

Contoh:
1) Ulva lactua (selada laut), bentuknya lembaran seperti daun dan hidup di
laut menempel pada batu, dapat dimakan. Reproduksinya secara vegetatif dengan
membentuk zoospora dan secara generatif dengan isogami.
2) Chara sp., bentuknya seperti tumbuhan tinggi, memiliki batang-batang dan
cabang yang beruas-ruas, hidup di air tawar. Reproduksinya secara vegetatif
dengan fragmentasi dan secara generatif dengan pertemuan sel telur yang
dihasilkan oleh oogonium dan sel sperma yang dihasilkan oleh anteridium.

 Cara Reproduksi Chlorophyta (Alga Hijau)


Alga hijau ini dapat berkembang biak secara aseksual (vegetatif) dan juga
seksual (generatif):
− Reproduksi Secara Aseksual (Vegetatif)
o Pembentukan zoospora (spora kembara)
Spora ini memiliki 4 bulu, vakuola kontraktil, kebanyakan memiliki 1
bintik mata (stigma), dan dapat bergerak dengan berenang karena
mempunyai flagela.
o Pembelahan biner
Alga hijau yang berkembang biak dengan pembelahan biner, biasanya
dilakukan oleh alga yang bersel satu (uniseluler).
o Fragmentasi
Ganggang hijau yang perkembangbiakannya secara fragmentasi dilakukan
oleh alga berbentuk benang atau yang berkoloni.
− Reproduksi Secara Seksual (Generatif)
o Anisogami
Selain secara aseksual, alga hijau dapat pula berkembang biak secara
seksual (generatif), yaitu dengan anisogami. Gamet jantan selalu bergerak
bebas yang sangat menyerupai zoospora, sedangan gamet betina kadang-
kadang tidak dapat bergerak, jadi merupakan suatu oogonium. Setelah
terjadi perkawinan, akan menghasilkan suatu zigot yang selanjutnya akan
tumbuh menjadi alga yang baru.
o Konjugasi
Terdapat ganggang hijau yang reproduksi generatifnya berlangsung
dengan cara konjugasi, yaitu perpaduan dua gamet yang membentuk
zigospora. Zigospora ini tidak memiliki alat gerak, sehingga tidak dapat
berpindah tempat.

 Contoh dan Peranan dalam Kehidupan Chlorophyta (Alga Hijau)

■ Chlorella, bersel satu, bentuk bulat, kloroplas menyerupai mangkuk atau


lonceng, hidup di air tawar/ laut/ payau/ darat, pembiakan vegetatif dengan
pembelahan sel dan tiap sel membentuk 4 sel anakan. Ganggang ini dapat
dimanfaatkan untuk memproduksi bahan makanan baru bagi manusia, yakni
protein, lemak, dan karbohidrat.

■ Ulva, terdapat di dasar pantai berbatu, berupa lembaran yang disebut selada
air dan dapat dimakan.

■ Spiroggyr, berbentuk benang (filamen) silindris, hidup di kolam, sawah atau


perairan yang airnya tidak deras. Reproduksi vegetatif dengan fragmentasi,
generatif dengan konyugasi yaitu dua Spirogyra yang bertonjolan berdekatan,
kemudian dua tonjolan bergabung membentuk pembuluh, protoplasma isi sel
yang berlaku sebagai gamet, gamet sel yang satu pindah ke gamet sel yang
lain dan terjadilah plasmogami dan diikuti kariogami.

■ Chlamidomonas, berbentuk bulat telur dengan dua flagelum, satu vakuola


dan satu nukleus. Ditemukan butir stigma dan pirenoid yang berfungsi sebagai
pusat pembentukan tepung (amilum). Reproduksi dilakukan membelah diri
dan konyugasi.

■ Euglena, juga dikelompokan ke dalam protozoa (hewan), karena selain


mempunyai klorofil juga dapat berpindah tempat.

■ Hydrodictyon, ditemukan di air tawar dan koloninya berbentuk jala.


Reproduksi vegetatif dengan fragmentasi (pemisahan) sel koloni
menghasilkan zoospora, sedang generatif dengan konyugasi sel gamet yang
dilepas dari induknya menghasilkan zigospora.

■ Oedogonium, biasanya melekat pada tanaman air, rumah siput.

■ Chara , bentuknya seperti tumbuhan tingkat tinggi, terdapat di air tawar.


Batang beruas-ruas dan tiap ruas bercabang kecil.
c. Alga/Ganggang Hijau Biru (Cyanophyta)

Cyanophyta sering disebut sebagai alga hijau-biru (blue green algae).


Alga ini merupakan organisme prokariotik yang mempunyai klorofil a dan dalam
proses fotosintesisnya membebaskan oksigen. Pigmen dari alga kelompok ini
terdapat di dalam tilakoid, tidak membentuk platida, tetapi memiliki pigmen
utama fikosianin. Pigmen-pigmen yang terkandung dalam kelompok alga tersebut
meliputi klorofil a (hijau), karoten (jingga), fikosianin (biru), dan fikoeretrin
(merah). Cadangan makanannya berupa polyglucan dan butir-butir cyanophycin.
Dinding sel tersusun oleh alanin, glukosamin, asam muramik, asam glutamat, dan
asam diaminopimelat. Dinding sel bagian luar seringkali dikelilingi selaput
bergelatin.
Habitat anggota Cyanophyta bervariasi, dapat ditemukan di perairan
dengan salinitas yang bervariasi, juga di temukan di dalam tanah. Beberapa
ditemukan di atmosfer. Ada juga jenis-jenis yang ditemukan di sumber air panas
yang suhunya 73-74 °C. Sejumlah alga hijau biru tumbuh berasosiasi dengan
organisme lain, misalnya Anabaena yang hidup pada akar Cycas dan paku air
Azolla.
Cyanophyta terdiri atas spesies yang uniseluler, koloni, atau filamen. Pada
alga uniseluler, reproduksi dilakukan dengan pembelahan sel. Alga berbentuk
filamen (berbentuk seperti benang) tersusun atas atau beberapa deret sel yang
disebut trichoma, dan memperbanyak diri dengan fragmentasi (potongan filamen
yang terpisah dari induknya dan tumbuh menjadi individu baru). Bagian fragmen
dari trichoma (potongan filamen) itu disebut hormogonia dan bersifat motil.

 Ciri-Ciri Cyanophyta (Alga Hijau Biru)


- Selnya prokarion;
- Tidak mempunyai plastida, tetapi memiliki pigmen utama fikosianin.
Plastida adalah organel sel yang didalamnya mengandung pigmen-pigmen;
- Beberapa jenis memiliki sel khusus yang disebut heterokista (heterocyst),
terutama alga biru yang berbentuk benang;
- Perkembang-biakannya dengan membelah diri atau fragmentasi. Atas
dasar ini, beberapa ahli memasukkan alga biru ini ke dalam divisi
Schizophyta (Tumbuhan Belah);
- Cara hidupnya ada yang sendiri-sendiri, berkoloni dan bersimbiosis
dengan tumbuhan lain. Anabaena bersimbiosis dengan Azolla,
Chroococcus bersimbiosis dengan jamur Ascomycetes membentuk tubuh
lumut kerak Peltigera, dsb.
- Tubuhnya ada yang bersel satu dan berkoloni membentuk benang.

 Klasifikasi Cyanophyta (Alga Hijau Biru)


Adapun klasifikasi Cyanophyta pada divisio atau classis Cyanophyseae
dibagi atas tiga ordo, yaitu :
− Ordo: Chroococcales
Tubuhnya uniseluler atau koloni dengan sel-selnya berbentuk bulat,
berwarna biru kehijauan. Contohnya: Chroococcus, Gleocapsa.

− Ordo: Chamaesiphonales
Tubuhnya uniselluler atau koloni serupa benang, dan dapat membentuk
endospora. Endospora dibentuk dimana protoplasma sel-sel tertentu
membagi-bagi untuk membentuk spora, yang akan tumbuh menjadi
tumbuhan baru. Contohnya: Chamaesiphon.
− Ordo: Hormogonales
Semuanya berbentuk koloni, benang, yang dapat membentuk sel-sel
hormogonia. Beberapa ahli mengangkat status bangsa/ordo ini menjadi
status Tribe (Super Ordo), sehingga tersusun ordo-ordo baru, seperti:
o Oscillatoriales : Oscillatoria, Spirulina
o Rivulariales : Rivularia, Gloeotrichia
o Nostocales : Nostoc, Anabaena
o Scytonematales : Scytonema

 Cara Reproduksi Cyanophyta (Alga Hijau Biru)


− Pembelahan sel
Melalui cara ini sel dapat langsung terpisah atau tetap bergabung
membentuk koloni. Misal: Gloeocapsa.

− Fragmentasi
Fragmentasi adalah cara memutuskan bagian tubuh tumbuhan yang
kemudian membentuk individu baru. Fragmentasi terutama pada ganggang
Oscillatoria. Pada filamen yang panjang, bila salah satu selnya mati, maka sel
mati itu membagi filamen menjadi dua bagian atau lebih. Masing-masing
bagian disebut Hormogonium.

− Spora
Pada keadaan yang kurang menguntungkan akan terbentuk spora yang
sebenarnya merupakan sel vegetatif. Spora membesar dan tebal karena
penimbunan zat makanan. Contoh: Chamaesiphon comfervicolus.

 Contoh dan Peranan Cyanophyta (Alga Hijau Biru) dalam


Kehidupan
■ Nostoc, perendaman sawah selama musim hujan mengakibatkan Nostoc
tumbuh subur dan memfiksasi N2 dan udara sehingga dapat membantu
penyediaan nitrogen yang digunakan untuk pertumbuhan padi.

■ Anabaena azollae, hidup bersimbiosis dengan Azolla pinata (paku air).


Paku air mendapat keuntungan berupa amonia hasil fiksasi nitrogen oleh
Anabaena azollae.
■ Spirullina, ganggang ini mengandung kadar protein yang tinggi, sehingga
dijadikan sumber makanan.

d. Alga/Ganggang Merah (Rhodophyta)

Alga merah di perairan tropik, umumnya terdapat di daerah bawah litoral


dengan cahaya yang sangat kurang. Umumnya alga merah berukuran kecil,
memiliki pigmen-pigmen kromatofor yang terdiri dari klorofil dengan santofil,
karotena, fikoeritrin dan fikosianin. Sekelompok tumbuhan ini ada yang disebut
koralin yang dapat menyerap zat kapur dari air laut dan strukturnya menjadi
sangat keras. Biasanya koralin dapat dijumpai pada terumbu karang dan
membentuk kerak merah muda pada batu karang dan batu cadas.
Alga merah mendominasi tumbuhan laut. Warna yang dimiliki alga merah
paling mencolok jika dibandingkan dengan kelompok lainnya, ada yang berwarna
merah ungu, violet, coklat, dan hijau. Pigmen dari kromatofor terdiri dari klorofil,
santofil, karotin dan sebagai tambahan fikoeritrin merah atau fikosianin. Alga
merah ini meskipun berukuran kecil, namun bentuknya beranekaragam
dibandingkan alga coklat dan jumlahnya lebih banyak. Sifat yang dimiliki oleh
alga merah yang sangat menarik dari perkembangbiakan yang tidak memiliki
spora atau gamet. Hal ini menyimpang dari kebiasaan perkembangbiakan jasad
hidup didalam air.
Dalam kondisi ini, alga merah dapat melakukan penyesuaian pigmen
dengan kualitas pencahayaan sehingga dapat menimbulkan berbagai warna pada
thalus. Warna-warna yang terbentuk antara lain: merah tua, merah muda, pirang,
coklat, kuning dan hijau. Secara u mum, bentuk rumput laut ini berupa silinder
yang berukuran sedang sampai kecil. Rumput laut ini ditemukan luas di seluruh
perairan Indonesia yang dijumpai dari daerah intertidal sampai dengan rataan
terumbu dan berasosiasi dengan jenis rumput laut lainnya. Reproduksi dapat
terjadi secara seksual dengan karpogonia dan spermatia.
Daur hidup kebanyakan alga merah kurang diketahui, tetapi beberapa di
antaranya telah dipelajari dengan baik dan luar biasa kompleks, hampir semuanya
sedikit bersangkutan pada tahap multiseluler (alga hijau dan alga cokelat), akan
tetapi tak satu pun yang memiliki lagi sel motil; flagella dan centriole tidak
terdapat di setiap tahapan spesies. Terdapat begitu banyak variasi dan di sana
tidak ada “ciri khas” daur hidup alga merah. Alga merah biasanya merupakan
organisme multiseluler; hanya beberapa dari golongan dari spesies uniseluler
(Porphyridium, Rhodospora) yang telah diketahui.
Ciri khas alga merah lebih sederhana dan kurang kompleks dibanding dengan
alga cokelat. Seperti halnya alga cokelat, nenek moyang dari alga merah harus
memiliki perbedaan dari nenek moyang alga merah yang sangat lebih muda, tentu
saja sebelum multiselularitas berkembang. Banyak spesies alga merah tumbuh
menempel menggunakan rhizoids di bebatuan, kerang, alga atau rumput laut
lainnya. Banyak dari alga merah (lebih dari 40 genera) bersifat parasitik, biasanya
pada alga merah lainnya.

 Ciri-Ciri Rhodophyta (Alga Merah)


- Umumnya bersifat multiseluler,
- Berbenuk benang atau lembaran
- Memiliki dinding sel yang mengandung selulosa dan pektin dan ada juga
yang mengandung zat kapur (kalsium karbonat), seperti Corralina.
- Menyimpan cadangan makanan dalam bentuk tepung florid (bahan agar-
agar)
- Reproduksi secara aseksual yaitu dengan fragmentasi dan pembentukan
aplanospora (spora diam) yang tida berflagela. Sedangkan reproduksi
seksual adalah pembuahan sel telur oleh spermatium di dalam
karpogonium.

 Cara Reproduksi Rhodophyta (Alga Merah)


Ganggang/alga merah berkembangbiak secara vegetatif dan generatif:
− Perkembangbiakan vegetatif

Ganggang merah berlangsung dengan pembentukan spora haploid yang


dihasilkan oleh sporangium atau talus ganggang yang diploid. Spora ini
selanjutnya tumbuh menjadi ganggang jantan atau betina yang sel-selnya haploid.

− Perkembangbiakan generatif

Ganggang merah dengan oogami, pembuahan sel kelamin betina (ovum)


oleh sel kelamin jantan (spermatium). Alat perkembangbiakan jantan disebut
spermatogonium yang menghasilkan spermatium yang tak berflagel. Sedangkan
alat kelamin betina disebut karpogonium, yang menghasilkan ovum. Hasil
pembuahan sel ovum oleh spermatium adalah zigot yang diploid. Selanjutnya,
zigot itu akan tumbuh menjadi ganggang baru yang menghasilkan aplanospora
dengan pembelahan meiosis. Spora haploid akan tumbuh menjadi ganggang
penghasil gamet. Jadi pada ganggang merah terjadi pergiliran keturunan antara
sporofit dan gametofit.

 Contoh dan Peranan Rhodophyta (Alga Merah) dalam Kehidupan


■ Acanthropora mereka hidup menempel pada batu atau benda keras lainnya.
Luas sebaranya yang pertama di Indonesia dan yang kedua kurang meluas dan
hanya terdapat ditempat tertentu seperti Kepulauan Seribu, sebelah utara
Teluk Jakarta.

■ Actinotrichia (A.fragilis) hidup menempel pada karang mati, persebarannya


luas. Terdapat juga di padang lamun.

■ Amansia (A.glomerata) tumbuh melekat pada batu di daerah terumbu karang


dan hidup melimpah di padang lamun.
■ Amphiroa (A.fragilissima) tumbuh menempel pada padang pasir atau
menempel pada substrat lainnya di padang lamun.

■ Chondrococcus (C. Hornemannii) tumbuh melekat pada substrat batu di


terumbu katang yang senantiasa terendam air.

■ Corallina tumbuh dibagian luar terumbu yang biasa terkena ombak


langsung. Sebarannya tidak begitu luas, terdapat di pantai selatan Jawa.

■ Eucheuma adalah alga merah yang merupakan alga dengan mempunyai taky
yang silindrik berdaging dan kuat dengan bintil-bintil atau duri yang mencuat
ke samping pada beberapa jenis.

■ Galaxaura tumbuh melekat pada substrat batu di terumbu karang.

■ Gelidiella (G.acerosa) merupakan alga yang muncul di permukaan air dan


pada saat air surut mengalami kekeringan.

■ Gigartina tumbuh menempel pada batu di terumbu karang, terutama di


tempat yang masih tergenang air pada saat air surut terendah.

■ Gracilaria terdiri dari tujuh jenis, yakni G.arcuata, G.coronopifolia,


G.foliifera, G.eucheumioides, G.gigas, G.salicornia, dan G.verrucosa.

■ Halymenia hidup melekat pada batu karang yang selalu tergenang air.

■ Hypnea hidup di habitat berpasir atau berbatu, ada pula yang bersifat epifit.

■ Laurencia hidup melekat pada batu di daerah terumbu karang.

■ Rhodymenia (R.Palmata) hidup melekat pada batu di daerah terumbu


karang.

■ Titanophora (T.pulchra) terdapat di perairan Sulawesi.


■ Porphyra adalah alga kosmopolitan. Marga alga ini terdapat mulai dari
perairan subtropik sampai daerah tropik, tetapi sebaran menegaknya sangat
terbatas. Alga ini hidup diatas batuan karang pada pantai yang terbuka serta
bersalinitas tinggi

e. Alga/Ganggang Keemasan (Chrysophyta)

Alga Chrysophyta disebut juga ganggang keemasan (golden algae) atau


ganggang pirang. Istilah “Chrysophyta” berasal dari bahasa Yunani, chrysos yang
berarti “keemasan”. Warna keemasan disebabkan karena ganggang ini memiliki
pigmen berupa karoten dan xantofil yang jumlahnya dominan dibandingkan
dengan klorofi l a dan c sehingga membuat sel plastida bewarna hijau
kekuningan/cokelat keemasan. Sumber lain ada yang menyebutkan bahwa warna
keemasan disebabkan oleh pigmen yang bernama fukosantin (fucoxanthin).
Chrysophyta kebanyakan hidup di air tawar, meskipun beberapa jenis ada
yang hidup di air laut. Alga kelompok ini mempunyai makanan yang disimpan
sebagai laminarin, yaitu suatu polisakarida sebagai simpanan makanan pada alga
ini. Alga keemasan memiliki variasi struktur dan bentuk. Sebagian tidak memiliki
dinding sel dan dapat merayap seperti Amoeba. Sebagian lagi memiliki dinding
sel yang terbuat dari selulosa.
Sebagian besar kelompok ganggang keemasan adalah uniseluler tetapi ada
pula yang membentuk koloni. Sel-sel alga pirang mempunyai dua flagella
sehingga disebut sebagai biflagellata, khususnya untuk alga yang struktur dinding
selnya tersusun atas pektin. Kedua flagellanya terpaut di dekat salah satu ujung
sel. Selain hidup di perairan, ada juga Chrysophyta yang hidup di darat.
Alga pirang yang hidup di darat sering ditemui sebagai selaput seperti
beludru di tepi kolam, tepi perairan, atau di tanah yang lembab. Selain laminarin,
Chrysophyta menyimpan kelebihan makanan dalam bentuk minyak sehingga
merupakan komponen penting dalam pembentukan minyak bumi. Filum
Chrysophyta terdiri atas sekitar 5.300 jenis, dan 5.000 di antaranya adalah diatom
yang sekarang sudah dimasukkan dalam Filum tersendiri yaitu Bacillariophyta.

 Ciri-Ciri Chrysophyta (Alga Keemasan)


- Bersifat uniseluler soliter, uniseluler koloni, dan multiseluler
- Berflagela dan tidak berflagela
- Berdinding sel dan mengandung hemiselulosa pektin, atau silika.
- Menyimpan cadangan makanan bentuk karbohidrat atau lemak
- Habitat di air tawar dan air laut.
- Hidup sebagai organisme fotoautotrof dan sebagian menyerap senyawa
organik terlaruk (miksotrofik)
- Kloroplas berukuran kecil dan berbentuk cakram atau lembaran

 Klasifikasi Chrysophyta (Alga Keemasan)


Chrysophyta dikelompokkan dalam tiga kelas yaitu Xanthophyceae,
Chrysophyceae, dan Bacilloriophyceae. antara lain sebagai berikut:
− Xanthophyceae
Xanthophyceae berwarna hijau kekuningan karena mempunya pigmen klorofil
dan xantofil. Tubuhnya multiseluler, berbentuk filamen bercabang, dan senositik
(sel memiliki banyak inti). Xanthophyceae bereproduksi secara vegetatif maupun
generatif. Reproduksi secara vegetatif terjadi dengan membentuk zoospora yang
akan tumbuh menjadi filamen baru. Sedangkan reproduksisecara generatif adalah
membentu anteridium dengan menghasilkan spermatozoid dan oogonium yang
menghasilkan ovum. Jika terjadi fertilisasi, akan dihasilkan zigospora selanjutnya
tumbuh menjadi filamen baru. Contohnya Vaucheria.
− Chrysophyceae
Chrysophyceae berwarna cokelat keemasan mengandung pigmen klorofil dan
karoten. Cadangan makanan disimpan dengan bentuk karbohidrat dan minyak.
Tubuhnya terdiri dari satu sel dan hidup secara soliter/koloni. Contohnya
ganggang Syanura yang hidup berkoloni, sedangkan Mischococcus dan
Ochoromonas hidup secara soliter. Sel tubuhnya berbentuk mirip dengan bola dan
berflagela.
− Bacillariophyceae (Diantomae atau diatom)
Bacillariophuceae berasal dari bahasa Yunani dari kata bacillus yang artinya
batang kecil sedangkan phykos adalah alga. Bacillariophuceae adalah ganggang
uniseluler, berwarna kuning kecokelatan, dan mempunyai dinding sel unik mirip
gelas dari campuran bahan organik dan silika.

 Cara Reproduksi Chrysophyta (Alga Keemasan)


Alga keemasan ini dapat berkembang biak secara aseksual (vegetatif) dan
juga seksual (generatif). Berikut ini penjelasan kedua jenis cara reproduksi
tersebut.

− Reproduksi Secara Aseksual (Vegetatif)

Reproduksi aseksual dilakukan dengan pembentukan zoospora multinukleat


berukuran besar yang mempunyai banyak flagela seperti pada Vaucheria.
Zoospora ini dianggap sebagai struktur majemuk yang terdiri dari kumpulan
zoospora kecil yang berflagela dua yang masing-masing tidak memisahkan diri.
Setelah zoospora ini dilepaskan, kemudian bergerak dengan flagelanya ke tempat
baru. Setelah menetap, flagela dilepaskan dan berkecambah
membentuk Vaucheria baru. Selain pembentukan zoospora, ada juga spesies
Chrysphyta yang reproduksi aseksualnya dengan cara membelah diri seperti
pada Ochromonas.

− Reproduksi Secara Seksual (Generatif)

Reproduksi seksual pada Chrysophyta adalah dengan cara oogami, yaitu dengan
membentuk oogonia (pembentuk gamet betina) dan anteridia (pembentuk gamet
jantan) pada filamen yang sama. Sel telur yang dihasilkan berukuran besar dengan
satu inti yang mengandung klorofil. Sperma yang dihasilkan anteridia mempunyai
flagela yang kecil. Setelah terjadi pembuahan akan terbentuk zigot. Setelah
dilepaskan dari induknya, zigot siap tumbuh membentuk filamen baru.

 Contoh dan Peranan Chrysophyta (Alga Keemasan) dalam


Kehidupan
■ Vaucheria , hidup di air atau tempat yang basah, berbentuk benang sering
bercabang.

■ Diatome, (Navicula atau ganggang kersik): hidup di air tawar, laut sebagai
epifit dan mayoritas sebagai plankton. Contoh yang terkenal dari Diatome
adalah Pinnularia sp. Cangkok Diatome dibuat dari bahan gelas yaitu silica.

■ Ochromonas, sel tubuhnya berbentuk bola yang dilengkapi dengan 2 flagel


sebagai alat gerak. Kedua flagel tersebut tidak sama panjang. Di dalam
sitoplasmanya terdapat beberapa organel penting, seperti kloroplas
yang berbentuk lembaran melengkung, vakuola, stigma, dan nukleus.
Ochromonas berkembangbiak dengan membelah diri.

■ Navicula sp, ganggang ini dikenal sebagai diatomae atau ganggang kersik
karena dinding sel tubuhnya mengandung zat kersik. Kersik merupakan
komponen penting dalam plankton. Navicula sp hidup di air tawar dan di laut.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Algae Information, Production, Methods, Products, and


Terminology. Britannica Educational Publishing. New York.

Barsanti, L and P. Gualtieri. 2006. Algae. Taylor & Francis Group. United State
of America.

Chapman, V.J. 1941. Introduction to the Study of Algae. Cambridge University


Press. New York.

Graham, L. E. and L. W. Wilcox. 2000. Algae. Prentice-Hall, Inc. United State of


America.

Haas, BJ; Kamoun, S; Zody, MC; Jiang, RH; Handsaker, RE; Cano, LM;
Grabherr, M; Kodira, CD et al. 2009. “Genome sequence and analysis of
the Irish potato famine pathogen Phytophthora infestans.”. Nature.

Kabinawa, I.N.K.2001. Mikroalga Sebagai Sumber Daya Hayati Perairan dalam


Persepektif Bioteknologi. Puslitbang- Biotek. LIPI. Bogor.

Pelczar Jr., M.J. dan Chan E. C. S. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Terjemahan


UI-Press. Jakarta.

Wasetiawan. 2009. Alga. Kompas: Jakarta.


TUGAS MIKROBIOLOGI DASAR
ENZIM PADA KARBOHIDRAT

Disusun Oleh:

KELOMPOK 1

1. Kevin Regardy Onasis (1807113101)


2. Putri Fauziah (1807111660)
3. Sherina Septiyani (1807113279)
4. Titania Tamba (1807113210)

Dosen Pengampu: Prof. Dr. Adrianto Ahmad, S.T., M.T.

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA S-1


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2019
Enzim pada Karbohidrat
1.) Mengenal Enzim

Menurut Sumardjo (2006) menyatakan bahwa enzim adalah suatu


kelompok protein yang menjalankan dan mengatur perubahan-perubahan kimia
dalam sistem biologi. Sedangkan Karmana, (2008) menyatakan bahwa enzim
adalah senyawa organik yang tersusun atas protein. Enzim merupakan
bioatalisator, yaitu enzim merupakan zat yang terdapat dalam tubuh makhluk
hidup yang berfungsi mempercepat reaksi, tetapi zat itu sendiri tidak ikut
bereaksi. Enzim disintesis dalam bentuk calon enzim yang tidak aktif, kemudian
diaktifkan dalam lingkungan pada kondisi yang tepat. . Enzim mengubah molekul
awal zat, substrat menjadi hasil reaksi (produk) yang molekulnya berbeda dari
molekul awal.
Suatu enzim bekerja secara khas terhadap suatu substrat tertentu.
Kekhasan inilah ciri suatu enzim. Ini sangat berbeda dengan katalis lain (bukan
enzim) yang dapat bekerja terhadap berbagai macam reaksi. Fungsi suatu enzim
adalah sebagai katalis untuk proses biokimia yang terjadi didalam sel maupun
diluar sel. Suatu enzim dapat mempercepat reaksi 108 sampai 1011 kali lebih
cepat dari pada apabila reaksi tersebut dilakukan tanpa katalis. Jadi enzim dapat
berfungsi sebagai katlis yang sangat efisien, disamping itu mempunyai derajar
kekhasan yang tinggi. Seperti juga katalis lainnya, maka enzim dapat menurunkan
energy aktivitas suatu reaksi kimia. Reaksi kimia ada yang membutuhkan energy
(energi endorgani) dan ada pula yang menghasilkan energy atau mengeluarkan
energy (eksorgonik) (Poedjiadi, 2005).

A. Sifat-sifat Enzim
1. Dipengaruhi oleh suhu dan pH.

2. Bekerja secara spesifik

3. Bekerja secara bolak-balik (reversible)

4. Diperlukan dalam jumlah sedikit

5. Dapat bereaksi dengan substrat asam maupun basa.


6. Berupa koloid

7. Dapat digunakan berulangkali

B. Mekanisme Kerja Enzim


Enzim mempercepat suatu reaksi dengan cara menurunkan energi aktivasi.
Energi aktivasi adalah energi awal untuk memulai suatu reaksi. Enzim bekerja
dengan membentuk kompleks enzim-substrat. Pada saat enzim dan substrat
berikatan maka akan menghasilkan produk. Beberapa teori yang menjelaskan
kerja enzim:
a. Lock and Key Theory ( Teori Gembok dan Kunci)
Teori ini menjelskan bahwa enzim diumpamakan sebagai gembok karena
memiliki sebuah bagian kecil yang dapat berikatan dengan substrat. Bagian ini
disebut sisi aktif. Sementara itu, substrat diumpamakan sebagai kunci karena
dapat berikatan secara pas dengan sisi aktif enzim.
b. Induced Fit Theoty (Teori Ketepatan Induksi)
Teori ini menjelaskan bahwa sisi aktif enzim dapat berubah bentuk sesuai dengan
substratnya.

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kerja Enzim


a. Suhu (Temperatur)
Setiap enzim mempunyai suhu optimal yang spesifik. Enzim pada suhu 0º atau
dibawahnya bersifat nonaktif. Akan tetapi enzim pada suhu tersebut tidak rusak.
Kenaikan suhu dapat meningkatkan kerja enzim. Namun demikian, jika suhu
melebihi batas optimum, enzim dapat mengalami denaturasi (kerusakan).
b. Perubahan pH
Perubahan pH mengakibatkan sisi aktif enzim berubah, sehingga dapat
menghalangi teriatnya substrat pada sisi aktif enzim.
c. Konsentrasi Enzim
Semakin besar konsentrasi enzim akan meningkatkan keceatan reaksi.
Peningkatan kecepatan reaksi akan terus bertambah hingga tercapai kecepatan
konstan yakni jika semua substrat sudah terikat oleh enzim.
d. Konsentrasi Substrat
Bertambahnya konsentrasi substrat dalam suatu reaksi akan meningkatkan
kecepatan reaksi jika jumlah enzim dalam reaksi tersebut tetap. Peningkatan
kecepata reaksi akan terus bertambah hingga tercapai kecepatan konstan, yakni
jika semua enzim mengikat substrat.
e. Aktivator
Zat-zat yang berfungsi untuk memacu atau mempercepat reaksi enzim disebut
aktivator. Contohnya, garam-garam dari logam alkali dalam kondisi encer (2%-
5%), dan ion logam seperti Ca, Mg, Ni, Mn, dan Cl.
d. Inhibitor
Dua macam inhibitor enzim, yaitu:
1) Inhibitor Kompetitif
Inhibitor yang berikatan secara kuat pada sisi aktif enzim disebut inhibitor
kompetitif (inhibitor ireversible). Inhibitor kompetitif ini dapat dihilangkan
dengan cara menambah konsentrasi substrat.
2) Inhibirot Non-kompetitif
Inhibitor yang terikat pada sisi alosterik enzim (selain sisi ektif enzim) disebut
inhibitor non-kompetitif. Inhibitor ini mengakibatkan sisi aktif enzim berubah
sehingga substrat tidak dapat berikatan dengan sisi aktif enzim. Inhibitor ini
tidak dapat dihilangkan walaupun dengan menambahkan substrat.

2.) Mengenal Karbohidrat


Karbohidrat merupakan senyawa makromolekul yang tersusun atas unsur
karbon ( C ), hidrogen ( H ), dan oksigen ( O ). Karbohidrat merupakan senyawa
organik. Memiliki rumus senyawa CnH2nOn. Di dalam tubuh karbohidrat dapat
dibentuk dari beberapa asam amino dan sebagian dari gliserol lemak. Akan tetapi
sebagian besar karbohidrat diperoleh dari bahan makanan yang dikonsumsi
sehari-hari, terutama sumber bahan makan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan.
Sumber karbohidrat nabati dalam bentuk glikogen, hanya dijumpai pada
otot dan hati dan karbohidrat dalam bentuk laktosa hanya dijumpai di dalam susu.
Pada tumbuh-tumbuhan, karbohidrat di bentuk dari basil reaksi CO2 dan H2O
melalui proses foto sintesis di dalam sel-sel tumbuh-tumbuhan yang mengandung
hijau daun (klorofil). Matahari merupakan sumber dari seluruh kehidupan, tanpa
matahari tanda-tanda dari kehidupan tidak akan dijumpai. Pada proses
fotosintesis, klorofil pada tumbuh-tumbuhan akan menyerap dan menggunakan
enersi matahari untuk membentuk karbohidrat dengan bahan utama CO2 dari
udara dan air (H2O) yang berasal dari tanah. Energi kimia yang terbentuk akan
disimpan di dalam daun, batang, umbi, buah dan biji-bijian.
Jadi, karbohidrat adalah hasil sintesis CO2 dan H2O dengan bantuan sinar
mataharidan zat hijau daun (klorofil) melalui fotosintesis. Karbohidrat merupakan
suatu molekul yang tersusun dari unsure-unsur karbon, hydrogen, dan oksigen.
Rumus umumnya adalah CnH2nOn. Karbohidrat berfungsi sebagai penghasil
energi. Karbohidrat merupakan sumber kalori bagi organisme heterotrof. Setiap
gramnya menghasilkan 4 kalori. Karbohidrat dikonsumsi sekitar 70-80% dari total
kalori. Daerah miskin bisa mencapai 90%. Sedangkan pada negara maju hanya
sekitar 40-60%. Karbohidrat banyak ditemukan pada serealia (beras, gandum,
jagung, kentang dan sebagainya), serta pada biji-bijian yang tersebar luas di alam.

A. Fungsi Karbohidrat
Fungsi utama karbohidrat adalah sebagai sumber biokalori dalam bahan
makanan, disamping itu juga sebagai bahan pengental atau GMC pada teknologi
makanan sebagai bahan penstabil, bahan pemanis (sukrosa, glukosa, fruktosa) dan
bahan bakar, misalnya pada glukosa dan pati dan sebagai penyusun struktur sel,
misalnya selulosa dan khitin (Sumardjo, 2006). Karbohidrat mempunyai peranan
penting dalam menentukan karakteristik bahan makanan seperti rasa, warna dan
tekstur. Sedangkan fungsi karbohidrat di dalam tubuh adalah:
1. Fungsi utamanya sebagai sumber energi ( 1 gram karbohidrat menghasilkan 4
kalori )
2. Melindungi protein agar tidak terbakar sebagai penghasil energi.
3. Membantu metabolisme lemak dan protein, sehingga dapat mencegah
terjadinya ketosis dan pemecahan protein yang berlebihan.
4. Di dalam hepar berfungsi untuk detoksifikasi zat-zat toksik tertentu.
6. Beberapa jenis karbohidrat mempunyai fungsi khusus di dalam tubuh. Laktosa
misalnya berfungsi membantu penyerapan kalsium. Ribosa merupakan komponen
yang penting dalam asam nukleat.
7. Beberapa golongan karbohidrat yang tidak dapat dicerna, mengandung serat
(dietary fiber) berguna untuk pencernaan, seperti selulosa, pektin dan lignin.
TUGAS MIKROBIOLOGI DASAR
SUKROSA MENJADI ASAM ASETAT

Disusun Oleh:

KELOMPOK 1

1. Kevin Regardy Onasis (1807113101)


2. Putri Fauziah (1807111660)
3. Sherina Septiyani (1807113279)
4. Titania Tamba (1807113210)

Dosen Pengampu: Prof. Dr. Adrianto Ahmad, S.T., M.T.

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA S-1


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2019
1. SUKROSA

Sukrosa ialah gula yang kita kenal sehari-hari, baik yang berasal dari tebu
maupun bit. Selain pada tebu dan bit, sukrosa terdapat pula pada tumbuhan lain,
misalnya dalam buah nanas dan dalam wortel. Dengan hidrolisis, sukrosa akan
terpecah dan menghasilkan glukosa dan fruktosa (Buckle, K.A., 1985).

Pada molekul sukrosa terdapat ikatan antara molekul glukosa dan fruktosa,
yaitu antara atom karbon nomor 1 pada glukosa dengan atom karbon nomor 2
pada fruktosa melalui atom oksigen. Kedua atom karbon terebut adalah atom
karbon yang mempunyai gugus –OH glikosidik, atau atom karbon yang
merupakan gugus aldehida pada glukosa dan gugus keton pada fruktosa. Oleh
karena itu molekul sukrosa tidak mempunyai gugus aldehida atu keton bebas, atau
tidak mempunyai gugus –OH glikosidik. Dengan demikian sukrosa tidak
mempunyai sifat dapat mereduksi ion-ion Cu++ atau Ag+ dan juga tidak
membentuk osazon.

Sukrosa mempunyai sifat memutar cahaya terpolarisasi ke kanan. Hasil yang


diperoleh dari reaksi hidrolisis adalah glukosa dan fruktosa dalam jumlah yang
ekuimolekular. Glukosa adalah suatu aldoheksosa dan sering disebut dekstrosa
karena mempunyai sifat dapat memutar cahaya terpolarisasi ke arah kanan. Di
alam, glukosa terdapat dalam buah-buahan dan madu lebah. Dalam alam glukosa
dihasilkan dari reaksi antara karbondioksida dan air dengan bantuan sinar
matahari dan klorofil dalam daun.

Fruktosa adalah suatu ketoheksosa yang mempunyai sifat memutar cahaya


terpolarisasi ke kiri dan karenanya disebut juga levulosa. Fruktosa mempunyai
rasa lebih manis daripada glukosa, juga lebih manis daripada gula tebu atau
sukrosa. Oleh karena fruktosa mempunyai rotasi spesifik lebih besar daripada
glukosa, maka campuran glukosa dan fruktosa sebagai hasil hidrolisis itu memutar
ke kiri. Dengan demikian pada proses hidrolisis ini terjadi perubahan sudut putar,
mula-mula ke kanan menjadi ke kiri, dan oleh karenanya proses ini disebut juga
inverse.
Hasil hidrolisis sukrosa yaitu campuran glukosa dan fruktosa disebut gula invert.
Apabila kita makan makanan yang mengandung gula, maka dalam usus halus
sukrosa akan diubah menjadi glukosa dan fruktosa oleh enzim sukrase atau
invertase.

2. HIDROLISIS SUKROSA

 METABOLISME GLUKOSA MENJADI ASAM ASETAT


 Glikolisis

Glikolisis merupakan proses pengubahan glukosa menjadi dua molekul


asam piruvat dengan menghasilkan ATP dan NADH (Sutresna,2007). Glikolisis
terjadi pada sel mikroorganisme, tumbuhan, dan hewan melalui 10 tahap reaksi.
Proses ini terjadi di sitoplasma dengan bantuan 10 jenis enzim yang berbeda.

Glukosa dalam sel dapat mengalami berbagai jalur metabolisme, baik


disimpan, diubah menjadi energi, ataupun diubah menjadi molekul lain. Apabila
terjadi kelebihan gula dalam darah, glukosa akan didimpan dalam otot atau hati
dalam bentuk glikogen. Apabila sel-sel tubuh sedang aktif membelah, glukosa
akan diubah menjadi gula pentosa yang penting dalam sintesis DNA dan RNA.
Dan ketika tubuh membutuhkan energi, glukosa akan diproses untuk
menghasilkan energi melalui tahapan glikolisis, dekarboksilasi oksidatif, siklus
krebs, dan transfer elektron. tahapan-tahapan tersebut dapat terjadi apabila
terdapat oksigen dalam jaringan sehingga prosesnya disebut respirasi aerob
(menghasilkan energi dengan adanya oksigen). Glikolisis merupakan tahapan
pertama dari proses respirasi aerob untuk menghasilkan energi dalam bentuk
ATP.

ATP yang dihasilkan dalam glikolisis akan digunakan untuk berbagai


proses yang membutuhkan energi, karena ATP merupakan molekul penyimpan
energi. Sedangkan NADH nantinya akan menjalani proses transfer elektron untuk
menghasilkan ATP. Sebuah molekul NADH dalam transfer elektron akan
menghasilkan tiga molekul ATP.

Dalam tahap awalnya, proses glikolisis membutuhkan dua ATP sebagai


sumber energi. Namun dalam tahap selanjutnya, glikolisis akan menghasilkan
ATP yang dapat digunakan untuk membayar hutang ATP yang telah digunakan
tadi dan masih ada sisa ATP yang dapat digunakan untuk fungsi yang lain. Jadi
dalam glikolisis, terjadi surplus ATP, lebih banyak ATP yang dihasilkan daripada
yang digunakan dalam proses tersebut.

Alur langkah glikolisis adalah sebagai berikut (Sutresna,2007).

1. Tahap pertama, glukosa akan diubah menjadi glukosa 6-fosfat oleh enzim
hexokinase. Tahap ini membutuhkan energi dari ATP (adenosin trifosfat).
ATP yang telah melepaskan energi yang disimpannya akan berubah
menjadi ADP.
2. Glukosa 6-fosfat akan diubah menjadi fruktosa 6-fosfat yang dikatalisis
oleh enzim fosfohexosa isomerase.
3. Fruktosa 6-fosfat akan diubah menjadi fruktosa 1,6-bifosfat, reaksi ini
dikatalisis oleh enzim fosfofruktokinase. Dalam reaksi ini dibutuhkan
energi dari ATP.
4. Fruktosa 1,6-bifosfat (6 atom C) akan dipecah menjadi gliseraldehida 3-
fosfat (3 atom C) dan dihidroksi aseton fosfat (3 atom C). Reaksi tersebut
dikatalisis oleh enzim aldolase.
5. Satu molekul dihidroksi aseton fosfat yang terbentuk akan diubah menjadi
gliseraldehida 3-fosfat oleh enzim triosa fosfat isomerase. Enzim tersebut
bekerja bolak-balik, artinya dapat pula mengubah gliseraldehida 3-fosfat
menjadi dihdroksi aseton fosfat.
6. Gliseraldehida 3-fosfat kemudian akan diubah menjadi 1,3-bifosfogliserat
oleh enzim gliseraldehida 3-fosfat dehidrogenase. Pada reaksi ini akan
terbentuk NADH.
7. 1,3 bifosfogliserat akan diubah menjadi 3-fosfogliserat oleh enzim
fosfogliserat kinase. Para reaaksi ini akan dilepaskan energi dalam bentuk
ATP.
8. 3-fosfogliserat akan diubah menjadi 2-fosfogliserat oleh enzim
fosfogliserat mutase.
9. 2-fosfogliserat akan diubah menjadi fosfoenol piruvat oleh enzim enolase.
10. Fosfoenolpiruvat akan diubah menjadi piruvat yang dikatalisis oleh enzim
piruvat kinase. Dalam tahap ini juga dihasilkan energi dalam bentuk ATP.
 Dekarboksilasi Oksidatif

Senyawa hasil dari tahapan glikolisis akan masuk ke tahapan


dekarboksilasi oksidatif, yaitu tahapan pembentukan CO2 melalui reaksi oksidasi
reduksi (redoks) dengan O2 sebagai penerima elektronnya. Dekarboksilasi
oksidatif ini terjadi di dalam mitokondria sebelum masuk ke tahapan siklus Krebs.

Oleh karena itu, tahapan ini disebut sebagai tahapan sambungan (junction)
antara glikolisis dengan siklus Krebs. Pada tahapan ini, asam piruvat (3 atom C)
hasil glikolisis dari sitosol diubah menjadi asetil koenzim A (2 atom C) di dalam
mitokondria.

Alur Dekarboksilasi Oksidatif (Abdullah,2013).

1. molekul piruvat (3 atom C) melepaskan elektron (oksidasi) membentuk


CO2 (piruvat dipecah menjadi CO2 dan molekul berkarbon 2).
2. NAD+ direduksi (menerima elektron) menjadi NADH + H+.
3. molekul berkarbon 2 dioksidasi dan mengikat Ko-A (koenzim A) sehingga
terbentuk asetil Ko-A.
4. Hasil akhir tahapan ini adalah asetil koenzim A, CO2, dan 2NADH.
Jika tidak tersedia cukup oksigen, asam piruvat dipecah secara anaerobik,
menghasilkan asam laktat pada hewan dan manusia, atau etanol pada tumbuhan.
Piruvat diubah menjadi laktat menggunakan enzim laktat dehidrogenase dan
koenzim NADH melalui fermentasi laktat, atau menjadi asetaldehida dan lalu
etanol melalui fermentasi alkohol (fardiaz,1984).Asam piruvat juga dapat diubah
menjadi karbohidrat melalui glukoneogenesis, menjadi asam lemak atau energi
melalui asetil-KoA,menjadi asam amino alanin dan juga menjadi etanol.

 Fermentasi

Fermentasi adalah perubahan kimia dalam bahan pangan yang


disebabkan oleh enzim. Enzim yang berperan dapat dihasilkan oleh
mikroorganisme atau enzim yang telah ada dalam bahan pangan. (Buckle, K.A.,
1985). Menurut Ulil dan Paramitha (2011), ada dua jalur produksi asam asetat
menggunakan mikroorganisme, yaitu:

1. Oksidatif fermentasi (fermentasi aerob)

Dalam sejarah manusia, asam asetat dalam bentuk cuka, telah dibuat melalui
metode fermentasi dengan bantuan bakteri asam asetat dari genus Acetobacter.
Dengan membutuhkan sedikit oksigen, bakteri ini dapat menghasilkan cuka dari
berbagai bahan makanan beralkohol. Umumnya bahan yang digunakan adalah
bahan makanan termasuk apel, anggur, dan fermentasi biji-bijian, gandum, beras,
atau kentang mashes. Reaksi kimia keseluruhan difasilitasi oleh bakteri ini adalah:

C2H5OH + O2 → CH3COOH + H2O

(etanol) (oksigen) (asam asetat) (air)

Sebuah larutan alkohol dimasukan dalam reaktor dehodrogenasi dan


diinokulasi dengan Acetobacter sehingga dalam beberapa bulan kemudian akan
menjadi cuka. Dalam industri, proses pembuatan cuka akan berlangsung cepat
dengan meningkatkan pasokan oksigen ke bakteri. Dalam pengolahan asam asetat
melalui fermentasi aerob, terjadi dua kali fermentasi yaitu (Salle, A.J., 1974) :
a. Fermentasi pertama

Fermentasi pembentukan alkohol dengan yeast Saccharomyces


cerevisiae. Pada fermentasi ini terjadi perombakan glukosa menjadi alkohol dan
gas CO2 dengan reaksi sebagai berikut :

C6H12O6 → C2H5OH + CO2

Etanol adalah hasil utama fermentasi tersebut di atas, di samping asam


laktat, asetaldehid, gliserol dan asam asetat. Etanol yang diperoleh maksimal
hanya sekitar 15 %. Untuk memperoleh etanol 95 % dilakukan proses distilasi.
Etanol digunakan untuk minuman, zat pembunuh kuman, bahan bakar dan
pelarut.

b. Fermentasi kedua

Fermentasi perubahan etanol menjadi asam asetat dan air dengan bakteri
Acetobacter aceti. Reaksi pembentukan asam asetat dituliskan sebagai berikut :

Acetobacter aceti

C2H5OH + O2 → CH3COOH + H2O

Reaksi yang terjadi adalah reaksi aerob karena menggunakan oksigen.


Pada fermentasi pembentukan asam asetat tersebut terjadi perubahan etanol
menjadi asam asetat melalui pembentukan asetaldehid dengan reaksi sebagai
berikut :

CH3CH2OH + ½ O2 → CH3CHO + H2O

(etanol) (asetaldehid)

CH3CHO + ½ O2 → CH3COOH

(Asetaldehid) (asam asetat)


2. Fermentasi Anaerob

Clostridium

C6H12O6 → 3CH3COOH

Metode ini menggunakan bakteri anaerob, termasuk anggota dari genus


Clostridium, yang dapat mengubah gula menjadi asam asetat secara langsung,
tanpa menghasilkan etanol sebagai produk perantara. Reaksi kimia secara
keseluruhan dilakukan oleh bakteri ini bisa direpresentasikan sebagai (Ulil dan
Paramitha, 2011):

Hal yang menguntungkan dari penggunaan metode ini dalam sudut


pandang kimia industry ialah bakteri acetogenic ini dapat menghasilkan asam
asetat dari satu senyawa karbon, seperti metanol, karbon monoksida, atau
campuran karbon dioksida dan hidrogen. Reaksinya dapat dituliskan (Ulil dan
Paramitha, 2011):

2CO2 + 4H2 → CH3COOH + 2H2O

Karena Clostridium dapat mengubah gula secara langsung menghasilkan


asam asetat maka dapat menekan biaya produksi dalam artian penggunaan metode
ini lebih efisien jika dibandingkan dengan metode oksidasi etanol dengan bantuan
bakteri Acetobacter. Namun, yang menjadi kendala ialah bakteri Clostridium
kurang toleran terhadap asam dibandingkan dengan Acetobacter sehingga ketika
asam asetat terbentuk maka bakteri Clostridium akan mengalami gangguan
pertumbuhan yang dapat menyebabkan kematian. Bahkan yang paling toleran
asam-strain Clostridium cuka hanya dapat menghasilkan beberapa persen asam
asetat, dibandingkan dengan strain Acetobacter cuka yang dapat menghasilkan
hingga 20% asam asetat. Saat ini, penggunaan Acetobacter lebih efektif untuk
memproduksi asam asetat dibandingkan memproduksi asam asetat dengan
menggunakan Clostridium. Akibatnya meskipun bakteri acetogenic telah dikenal
sejak 1940, penggunaannya dalam industri tetap dibatasi (Ulil dan Paramitha,
2011).
Uji kualitatif asam asetat dilakukan dengan melarutkannya dalam asam
sulfat encer yang dapat memberikan bau khas cuka saat dipanaskan, sedangkan
dengan besi (III) khlorida membentuk warna merah tua dari ion Fe3(OH)2
(CH3COO)6+ yang bila dipanaskan akan terurai dan membentuk endapan besi
(III) yang berwarna merah kecoklatan (Vogel,A.I.,1985).

Sedangkan uji kuantitatif asam asetat dilakukan dengan alkalimetri yaitu


titrasi dengan larutan NaOH dengan indicator pp. Cara ini umum digunakan
dalam analisa kuantitatif asam asetat (Vogel, A.I., 1985).
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, 2013. Diktat Mikrobiologi Industri. Jurusan Teknik Kimia, Fakultas


Teknik, Universitas Diponegoro, Semarang.

Buckle, K.A., 1985. Ilmu Pangan. Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Fardiaz, Winarno, 1984. Biofermentasi dan Biosintesa Protein. Penerbit


Angkasa, Bandung.

Salle, A.J., 1974. Fundamental Principles of Bacteriology. Tata Mc Graw Hill,


New Delhi.

Sutresna, Nana., 2007. Cerdas Belajar Kimia. Grafindo Media Pratama,


Bandung.

Ulil, M.A., dan Paramitha S.B.U., 2011. Tugas Prarancangan Pabrik Etil
Asetat dengan Reactive Distillation Kapasitas 30.000 ton per Tahun.
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro,
Semarang.

Vogel, A.I., 1985. Buku Text Analisa Anorganik Kualiatif Makro dan Semi
Mikro. Kalman Media Pustaka, Jakarta.
BAKTERI

A. Pengertian Bakteri
Bakteri adalah organisme bersel tunggal yang hidup bebas dan mampu
bereproduksi sendiri tetapi menggunakan hewan sebagai pejamu untuk
mendapatkan makanan. Bateri tidak memiliki inti sel. Bakteri terdiri atas
sitoplasma yang dikelilingi oleh sebuah dinding sel yang saku yang terbuat dari
suatu zat khusus yang disebut peptidoglikan. Di dalam sitoplasma terdapat
terdapat materi genetik, baik DNA maupun RNA, dan struktur intrasel yang
diperlukan untuk metabolisme energi (Corwin, 2009).
Bakteri berasal dari kata bahasa latin yaitu bacterium. Bakteri memiliki
jumlah spesies mencapai ratusan ribu atau bahkan lebih. Bakteri dapat ditemukan
di hampir semua tempat: di tanah, air, udara, dalam simbiosis dengan organisme
lain maupun sebagai agen parasit (patogen), bahkan dalam tubuh manusia. Dalam
tumbuh kembang bakteri baik melalui peningkatan jumlah maupun penambahan
jumlah sel sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni seperti ph, suhu
temperatur, kandungan garam, sumber nutrisi, zat kimia dan zat sisa metabolisme.
Pada umumnya bakteri tidak mempunyai klorofil, kecuali beberapa
spesies tertentu yang mempunyai pigmen fotosintesis. Oleh karena itu, ada
bakteri yang hidupnya heterotrof dan ada juga bakteri yang hidup autotrof.
Bakteri heterotrof dapat dibedakan menjadi bakteri yang hidup sebagai parsit dan
saprofit, Sedangkan bakteri autotrof dapat dibedakan berdasarkan atas sumber
energi yang digunakan untuk mensentetis makanannya menjadi bakteri
fotoautotrof dan kemoautotrof. Bakteri dapat hidup dimana saja, ada yang
merugikan manusia, hewan maupun tumbuhan. Namun demikian ada juga bakteri
yang menguntungkan bagi umat manusia.
B. Ciri-ciri Bakteri
Bakteri memiliki ciri-ciri yang membedakannnya dengan mahluk hidup
lain yaitu :
1. Organisme uniseluler
2. Prokariot (tidak memiliki membran inti sel )
3. Umumnya tidak memiliki klorofil
4. Memiliki ukuran tubuh yang bervariasi antara 0,12 s/d ratusan mikron
umumnya memiliki ukuran rata-rata 1 s/d 5 mikron.
5. Memiliki bentuk tubuh yang beraneka ragam
6. Hidup bebas atau parasite
7. Yang hidup di lingkungan ekstrim seperti pada mata air panas,kawah atau
gambut dinding selnya tidak mengandung peptidoglikan
8. Yang hidupnya kosmopolit diberbagai lingkungan dinding selnya
mengandung peptidoglikan.

C. Struktur Bakteri
Pada umumnya, bakteri berukuran 0,5-5 μm, tetapi ada bakteri
tertentu yang dapat berdiameter hingga 700 μm, yaitu Thiomargarita.
Mereka umumnya memiliki dinding sel, seperti sel tumbuhan dan jamur,
tetapi dengan bahan pembentuk sangat berbeda (peptidoglikan). Beberapa
jenis bakteri bersifat motil (mampu bergerak) dan mobilitasnya ini
disebabkan oleh flagel. Umumnya sel bakteri yang berbentuk bulat
berdiameter sekitar 0,7 - 1,3 mikron. Sedangkan sel bakteri berbentuk
batang lebarnya sekitar 0,2 - 2,0 μm dan panjangnya 0,7 - 3,7 μm
(Hasanah:2015).
Bagian tubuh bakteri pada umumnya dapat dibagi atas 3 bagian
yaitu dinding sel, protoplasma (di dalamnya terdapat membran sel,
mesosom, lisosom, DNA, endospora), dan bagian yang terdapat di luar
dinding sel seperti kapsul, flagel, pilus. Di antara bagian – bagian tersebut
ada yang selalu didapatkan pada sel bakteri, yaitu membran sel, ribosom
dan DNA. Bagian-bagian ini disebut sebagai invarian. Sedangkan bagian –
bagian yang tidak selalu ada pada setiap sel bakteri, misalnya dinding sel,
flagel, pilus, dan kapsul. Bagian – bagian ini disebut varian.
Menurut (Kusnadi:2003) struktur bakteri terbagi menjadi dua yaitu:
a) Struktur dasar (dimiliki oleh hampir semua jenis bakteri)
Meliputi: dinding sel, membran plasma, sitoplasma, ribosom, DNA, dan
granula penyimpanan
b) Struktur tambahan (dimiliki oleh jenis bakteri tertentu)
Meliputi kapsul, flagelum, pilus, fimbria, klorosom, Vakuola gas dan
endospora.

a) Struktur dasar sel bakteri


Struktur dasar bakteri sebagai berikut :

1. Dinding sel
Dinding sel bakteri tersusun atas makromolekul peptidoglikan
yang terdiri dari monomer – monomer tetrapeptidaglikan (polisakarida dan
asam amino). Berdasarkan susunan kimia dinding selnya, bakteri
dibedakan atas bakteri gram – positif dan bakteri gram – negatif. Susunan
kimia dinding sel bakteri gram – negatif lebih rumit daripada bakteri gram
– positif. Dinding sel bakteri gram – positif hanya tersusun atas satu lapis
peptidoglikan yang relatif tebal, sedangkan dinding sel bakteri gram –
negatif terdiri atas dua lapisan. Lapisan luar tersusun atas protein dan
polisakarida, lapisan dalamnya tersusun atas peptidoglikan yang lebih tipis
dibanding lapisan peptidoglikan pada bakteri gram – positif. Dinding sel
bakteri berfungsi untuk memberi bentuk sel, memberi kekuatan,
melindungi sel dan menyelenggarakan pertukaran zat antara sel dengan
lingkungannya.

2. Membran sel
Membran sel merupakan selaput yang membungkus sitoplasma
beserta isinya, terletak di sebelah dalam dinding sel, tetapi tidak terikat
erat dengan dinding sel. Bagi membran sel sangat vital, bagian ini
merupakan batas antara bagian dalam sel dengan lingkungannya. Jika
membran sel pecah atau rusak, maka sel bakteri akan mati. Membran sel
terdiri atas dua lapis molekul fosfolipid. Pada lapisan fosfo – lipid ini
terdapat senyawa protein dan karbohidrat dengan kadar berbeda-beda pada
berbagai sel bakteri.

3. Sitoplasma
Tidak mempunyai mitokondria / kloroplas / mikrotubulus.
Menyimpan cadangan makanan dalam bentuk granula sitoplasma yang
bekerja menjadi sumber nitrogen, sulfur, fosfat anorganik dan granula
metakromatik.

4. Ribosom
Ribosom merupakan bagian sel yang berfungsi sebagai tempat
sintesa protein. Bentuknya berupa butir-butir kecil dan tidak diselubungi
membran. Ribosom tersusun atas protein dan RNA.

5. Inti atau nukleus


Dengan pewarnaan Feulgen, inti dapat dilihat dengan mikroskop
cahaya biasa. Badan inti tidak mempunyai dinding atau membran. Di
dalamnya terdapat DNA fibril. DNA benang ini disebut kromosom dengan
panjang lebih kurang 1 mm.

6. DNA (Deoxyribonucleic Acid)


DNA merupakan materi genetik, terdapat dalam sitoplasma. DNA
bakteri berupa benang sirkuler (melingkar). DNA bakteri berfungi sebagai
pengendali sintesis protein bakteri dan pembawa sifat. DNA bakteri
terdapat pada bagian menyerupai inti yang disebut nukleoid. Bagian ini
tidak memiliki membran sebagaimana inti sel eukariotik.

7. Granula penyimpanan, karena bakteri menyimpan cadangan makanan


yang dibutuhkan.
b) Struktur tambahan
1. Flagel
Flagel merupakan alat gerak bagi bakteri, meskipun tidak semua gerakan
bakteri disebabkan oleh flagel. Flagel berpangkal pada protoplas, tersusun atas
senyawa protein yang disebut flagelin, sedikit karbohidrat dan pada beberapa
bakteri mengandung lipid. Jumlah dan letak flagel pada berbagai jenis bakteri
bervariasi. Jumlahnya bisa satu, dua, atau lebih, dan letaknya dapat di ujung,
sisi, atau pada seluruh permukaan sel. Jumlah dan letak flagel dijadikan salah
satu dasar penggolongan bakteri.

2. Pilus
Pada permukaan sel bakteri gram-negatif seringkali terdapat banyak
bagian seperti benang pendek yang disebut pilus atau fimbria (jamak dari
pilus). Pilus merupakan alat lekat sel bakteri dengan sel bakteri lain atau
dengan bahan-bahan padat lain, misalnya makanan sel bakteri.

3. Kapsul
Kapsul merupakan lapisan lendir yang menyelubungi dinding sel bakteri.
Pada umumnya kapsul tersusun atas senyawa polisakarida, polipeptida atau
protein-polisakarida (glikoprotein). Kapsul berfungsi untuk perlindungan diri
terhadap antibodi yang dihasilkan sel inang. Oleh karenanya kapsul hanya
didapatkan pada bakteri pathogen.

4. Endospora
Di antara bakteri ada yang membentuk endospora. Pembentukan
endospora merupakan cara bakteri mengatasi keadaan lingkungan yang tidak
menguntungkan. Keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan antara lain:
panas, dingin, kering, tekanan osmosis dan zatkimia tertentu. Jika kondisi
lingkungan membaik maka endospora akan tumbuh menjadi sel bakteri.
Endospora bakteri tidak berfungsi sebagai alat perkembangbiakan, tetapi
sebagai alat perlindungan diri.
D. Penggolongan Bakteri
Bakteri dapat digolong-golongkan berdasarkan persamaan ciri-ciri
morfologi, fisiologi, biokimia, tipe-tipe nutrisi, cara reproduksi, kemampuan
menghasilkan spor, motalitas dan siklus hidupnyat (Hasanah: 2015).
a. Berdasarkan bentuk tubuhnya
1. Kokus (bulat)
Bakteri yang berbentuk kokus, biasanya bulat ataupun berbentuk
oval, memanjang atau satu sisinya. Apabila bakteri berbentuk kokus ini
berkembang biak dengan membelah diri sel-selnya tetap berdempetan dan
tidak akan memisah. Bacteria yang berbentuk kokus ini masih bias dapat
dibedakan lagi menjadi beberapa macam yaitu:
a. monokokus
b. diplokokus (dua pasang).
c. Streptokokus, misalnya Streptococcus pyrogenes, S.thermophillus.
d. Stafilokokus, misalnya Staphylococcus aureus.
e. Diplokokus, misalnya Diplococcus pnemoniae

2. Basil (batang)
Bakteri berbentuk hasil menyerupai bentuk batang pendek,
selindris, yang ukuran dan bentuknya bermacam-macam.
a. Basilus, misalnya Eschericcia coli, Salmonella thypi, Lactobacillus.
b. Diplobasil yaitu basi dapat bergandengan dua-dua.
c. Streptobasil yaitu basil yang terlepas satu sama lain mempunyai ujung
tumpul, sedangkan basil yang dapat bergandengan satu sama lain
mempunyai ujung tajam, misalnya Azotobacter, Bacillus anthracis.

3. Vibrio (koma)
Bakteri yang bentuknya seperti batang, melengkung dan
menyerupai bentuk koma. Misalnya Vibrio cholerae.
4. Spirillum (spiral)
Bakteri yang berbentuk spiral iini, bentuknya bengkok-bengkok
serupa spiral. misalnya Treponema pallidum.

b. Berdasarkan Letak Flagella pada Tubuhnya


Flagella merupakan alat gerak bagi bakteri. Flagel berpangkal pada
protoplas, tersusun atas senyawa protein yang disebut flagelin, sedikit karbohidrat
dan pada beberapa bakteri mengandung lipid. Jumlah dan letak flagel pada
berbagai jenis bakteri bervariasi. Jumlahnya bisa satu, dua, atau lebih, dan
letaknya dapat di ujung, sisi, atau pada seluruh permukaan sel. Jumlah dan letak
flagel dijadikan salah satu dasar penggolongan bakteri. Berdasarkan hal tersebut,
maka bakteri dapat dibedakan menjadi :
• Monotrik yaitu berflagel satu pada salah satu ujung.
• Amfitrik yaitu flagel masing-masing satu pada kedua ujung.
• Lofotrik yaitu berflagel banyak di satu ujung.
• Peritrik yaitu berflagel banyak pada semua sisi tubuh

c. Berdasarkan Pewarnaan Gram (Gram Strain).


Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah suatu metode untuk
membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, yakni gram-positif dan
gram-negatif, berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel mereka. Metode ini
diberi nama berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark Hans Christian Gram
(1853–1938) yang mengembangkan teknik ini pada tahun 1884 untuk
membedakan antara pneumokokus dan bakteri Klebsiella pneumoniae.
Dengan metode pewarnaan Gram, bakteri dapat dikelompokkan menjadi
dua, yaitu bakteri Gram positif dan Gram negatif berdasarkan reaksi atau sifat
bakteri terhadap cat tersebut. Reaksi atau sifat bakteri tersebut ditentukan oleh
komposisi dinding selnya. Oleh karena itu, pengecatan Gram tidak bisa dilakukan
pada mikroorganisme yang tidak mempunyai dinding sel seperti Mycoplasma sp
Contoh bakteri yang tergolong bakteri tahan asam, yaitu dari genus
Mycobacterium dan beberapa spesies tertentu dari genus Nocardia. Bakteri bakteri
dari kedua genus ini diketahui memiliki sejumlah besar zat lipodial (berlemak) di
dalam dinding selnya sehingga menyebabkan dinding sel tersebut relatif tidak
permeabel terhadap zat-zat warna yang umum sehingga sel bakteri tersebut tidak
terwarnai oleh metode pewarnaan biasa, seperti pewarnaan sederhana atau Gram.
Dalam pewarnaan gram diperlukan empat reagen yaitu :

• Zat warna utama (violet kristal)


• Mordan (larutan Iodin) yaitu senyawa yang digunakan untuk
mengintensifkan warna utama.
• Pencuci / peluntur zat warna (alcohol / aseton) yaitu solven organic yang
digunakan uantuk melunturkan zat warna utama.
• Zat warna kedua / cat penutup (safranin) digunakan untuk mewarnai
kembali sel-sel yang telah kehilangan cat utama setelah perlakuan denga
alcohol.
Bakteri Gram-negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat
warna metil ungu pada metode pewarnaan Gram. Bakteri gram-positif akan
mempertahankan zat warna metil ungu gelap setelah dicuci dengan alkohol,
sementara bakteri gram-negatif tidak. Pada uji pewarnaan Gram, suatu pewarna
penimbal (counterstain) ditambahkan setelah metil ungu, yang membuat semua
bakteri gram-negatif menjadi berwarna merah atau merah muda. Pengujian ini
berguna untuk mengklasifikasikan kedua tipe bakteri ini berdasarkan perbedaan
struktur dinding sel mereka.
Pengecatan gram dilakukan dalam 4 tahap yaitu
1. Pemberian cat warna utama (cairan kristal violet) berwarna ungu.
2. Pengintesifan cat utama dengan penambahan larutan mordan JKJ.
3. Pencucian (dekolarisasi) dengan larutan alkohol asam.
4. Pemberian cat lawan yaitu cat warna safranin.
Perbedaan dasar antara bakteri gram positif dan negatif adalah pada
komponen dinding selnya. Kompleks zat iodin terperangkap antara dinding sel
dan membran sitoplasma organisme gram positif, sedangkan penyingkiran zat
lipida dari dinding sel organisme gram negatif dengan pencucian alcohol
memungkinkan hilang dari sel. Bakteri gram positif memiliki membran tunggal
yang dilapisi peptidohlikan yang tebal (25-50nm) sedangkan bakteri negative
lapisan peptidoglikogennya tipis (1-3 nm).
Sifat bakteri terhadap pewarnaan Gram merupakan sifat penting untuk
membantu determinasi suatu bakteri. Beberapa perbedaan sifat yang dapat
dijumpai antara bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif yaitu:
Ciri-ciri bakteri gram negatif yaitu (Corwin:2009) :

• Struktur dinding selnya tipis, sekitar 10 – 15 mm, berlapis tiga atau


multilayer.
• Dinding selnya mengandung lemak lebih banyak (11-22%), peptidoglikan
terdapat didalam
• lapisan kaku, sebelah dalam dengan jumlah sedikit ± 10% dari berat
kering, tidak mengandung asam tekoat.
• Kurang rentan terhadap senyawa penisilin.
• Pertumbuhannya tidak begitu dihambat oleh zat warna dasar misalnya
kristal violet.
• Komposisi nutrisi yang dibutuhkan relatif sederhana.
• Tidak resisten terhadap gangguan fisik.
• Resistensi terhadap alkali (1% KOH) lebih pekat
• Peka terhadap streptomisin
• Toksin yang dibentuk Endotoksin Micrococcus, Staphylococcus,
Leuconostoc, Pediococcus dan Aerococcus.

Ciri-ciri bakteri gram positif yaitu:

• Struktur dinding selnya tebal, sekitar 15-80 nm, berlapis tunggal atau
monolayer.
• Dinding selnya mengandung lipid yang lebih normal (1-4%),
peptidoglikan ada yang sebagai lapisan tunggal. Komponen utama
merupakan lebih dari 50% berat ringan. Mengandung asam tekoat.
• Bersifat lebih rentan terhadap penisilin.
• Pertumbuhan dihambat secara nyata oleh zat-zat warna seperti ungu
kristal.
• Komposisi nutrisi yang dibutuhkan lebih rumit.
• Lebih resisten terhadap gangguan fisik.
• Resistensi terhadap alkali (1% KOH) larut
• Tidak peka terhadap streptomisin
• Toksin yang dibentuk Eksotoksin Endotoksin

· Contoh Escherichia, Citrobacter, Salmonella, Shigella, Enterobacter, Vibrio,


Aeromonas, Photobacterium, Chromabacterium, Flavobacterium.

d. Berdasarkan Kebutuhan Oksigen


Berdasarkan kebutuhan akan oksigen, bakteri dikelompokkan menjadi 2
kelompok yaitu :
1. Bakteri aerob.
Bakteri aerob,bakteri yang membutuhkan oksigen bebas untuk
mendapatkan energi,misalnya: Nitrosomonas,Nitrobacter,Nitrosococcus.
2. Bakteri anaerob.
Bakteri anaerob, tidak membutuhkan oksigen bebas untuk mendapatkan
energi, misalnya Micrococcus denitrificans.

E. Alat Gerak Bakteri


Alat gerak bakteri berupa flagelium atau bulu cambuk adalah struktur
berbentuk batang atau spiral yang menonjol dari dinding sel. Flagelium
memungkinkan bakteri bergerak menuju kondisi lingkungan yang
menguntungkan dan menghindar dari lingkungan yang merugikan bagi
kehidupannya. Menurut ( Micheal:2009 ) flagelium memiliki jumlah yang
berbeda-beda pada bakteri dan letak yang berbeda-beda pula yaitu:
1. Monotrik : bila hanya berjumlah satu
2. Lofotrik : bila banyak flagelium disatu sisi.
3. Amfitrik : bila banyak flagelium dikedua ujung.
4. Peritrik : bila tersebar diseluruh permukaan sel bakteri.

F. Factor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Bakteri


Pertumbuhan pada bakteri mempunyai arti perbanyakan sel dan peningkatan
ukuran populasi. Menurut (Tjitrosoepomo:1986) factor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan bakteri atau kondisi untuk pertumbuhan optimum
adalah:
1. Suhu.
2. Derajat keasaman atau PH.
3. Konsentrasi garam.
4. Sumber nutrisi.
5. Zat-zat sisa metabolism.
6. Zat kimia.
Hal tersebut diatas bervariasi menurut spesies bakterinya.
G. Reproduksi Bakteri
Bakteri bereproduksi secara vegetatif dengan membelah diri secara biner.
Pada lingkungan yang baik bakteri dapat membelah diri tiap 20 menit. Pembuahan
seksual tidak dijumpaipada bakteri, tetapi terjadi pemindahan materi genetik dari
satu bakteri ke bakteri lain tanpa menghasilkan zigot. Peristiwa ini disebut proses
paraseksual. Ada tiga proses paraseksual yang telah diketahui, yaitu transformasi,
konjugasi, dan transduksi (Hasanah: 2015).
Namun, proses pembiakan cara seksual berbeda dengan eukariota lainnya.
Sebab, dalam proses pembiakan tersebut tidak ada penyatuan inti sel sebagaimana
biasanya pada eukarion, yang terjadi hanya berupa pertukaran materi genetika
(rekombinasi genetik). Berikut ini beberapa cara pembiakan bakteri dengan cara
rekombinasi genetik dan membelah diri.

a. Rekombinasi Genetik
Adalah pemindahan secara langsung bahan genetic (DNA) di antara dua sel
bakteri melalui proses berikut:
1. Transformasi
Transformasi adalah perpindahan materi genetik berupa DNA dari sel
bakteri yang satu ke sel bakteri yang lain. Pada proses transformasi tersebut ADN
bebas sel bakteri donor akan mengganti sebagian dari sel bakteri penerima, tetapi
tidak terjadi melalui kontak langsung. Cara transformasi ini hanya terjadi pada
beberapa spesies saja, . Contohnya : Streptococcus pnemoniaeu, Haemophillus,
Bacillus, Neisseria, dan Pseudomonas. Diguga transformasi ini merupakan cara
bakteri menularkan sifatnya ke bakteri lain. Misalnya pada bakteri Pneumococci
yang menyebabkan Pneumonia dan pada bakteri patogen yang semula tidak kebal
antibiotik dapat berubah menjadi kebal antibiotik karena transformasi. Proses ini
pertama kali ditemukan oleh Frederick Grifith tahun 1982.

2. Transduksi
Transduksi adalah pemindahan materi genetik bakteri ke bakteri lain
dengan perantaraan virus. Selama transduksi, kepingan ganda ADN dipisahkan
dari sel bakteri donor ke sel bakteri penerima oleh bakteriofage (virus bakteri).
Bila virus – virus baru sudah terbentuk dan akhirnya menyebabkan lisis pada
bakteri, bakteriofage yang nonvirulen (menimbulakan respon lisogen)
memindahkan ADN dan bersatu dengan ADN inangnya, Virus dapat
menyambungkan materi genetiknya ke DNA bakteri dan membentuk profag.
Ketika terbentuk virus baru, di dalam DNA virus sering terbawa sepenggal DNA
bakteri yang diinfeksinya. Virus yang terbentuk memiliki dua macam DNA yang
dikenal dengan partikel transduksi (transducing particle). Proses inilah yang
dinamakan Transduksi. Cara ini dikemukakan oleh Norton Zinder dan Jashua
Lederberg pada tahun 1952.
3. Konjugasi
Konjugasi adalah bergabungnya dua bakteri (+ dan –) dengan membentuk
jembatan untuk pemindahan materi genetik. Artinya, terjadi transfer ADN dari sel
bakteri donor ke sel bakteri penerima melalui ujung pilus. Ujung pilus akan
melekat pada sel peneima dan ADN dipindahkan melalui pilus tersebut.
Kemampuan sel donor memindahkan ADN dikontrol oleh faktor pemindahan (
transfer faktor = faktor F )

b. Pembelahan Biner
Pada pembelahan ini, sifat sel anak yang dihasilkan sama dengan sifat sel
induknya. Pembelahan biner mirip mitosis pada sel eukariot. Badanya,
pembelahan biner pada sel bakteri tidak melibatkan serabut spindle dan
kromosom. Pembelahan Biner dapat dibagi atas tiga fase, yaitu sebagai berikut:
1. Fase pertama, sitoplasma terbelah oleh sekat yang tumbuh tegak lurus.
2. Fase kedua, tumbuhnya sekat akan diikuti oleh dinding melintang.
3. Fase ketiga, terpisahnya kedua sel anak yang identik. Ada bakteri yang segera
berpisah dan terlepas sama sekali. Sebaliknya, ada pula bakteri yang tetap
bergandengan setelah pembelahan, bakteri demikian merupakan bentuk koloni.
Pada keadaan normal bakteri dapat mengadakan pembelahan setiap 20 menit
sekali. Jika pembelahan berlangsung satu jam, maka akan dihasilkan delapan
anakan sel. Tetapi pembelahan bakteri mempunyai faktor pembatas misalnya
kekurangan makanan, suhu tidak sesuai, hasil eksresi yang meracuni bakteri, dan
adanya organisme pemangsa bakteri. Jika hal ini tidak terjadi, maka bumi akan
dipenuhi bakteri.

H. Fungsi serta peran bakteri dalam kehidupan manusia


Bakteri dapat menguntungkan dan adapula yang merugikan. Berikut bakteri
yang menguntungkan dan merugikan sebagai berikut (Salaki :2012) :
1. Bakteri menguntungkan
Banyak bakteri yang menguntungkan dalam kehidupan manusia.
Bakteri tersebut ada yang berperan dalam bidang pertanian, kelautan,
industri, kesehatan dan masih banyak lagi. Salah satunya adalah dalam
bidang pertanian.
1. Bacillus cereus yang mampu mengendalikan laju pertumbuhan hama
Spodoptera litura pada tanaman kubis
2. Leuconostoc mesenteroides Pbac1 merupakan bakteri yang mampu
menghasilkan bakteriosin yang berperan sebagai bakterisida dan juga
pengawet makanan secara alami.
3. Lactobacillus Bulgaricus yang membantu dalam proses pembuatan
keju dari susu kacang hijau
4. Enterobacter sp yang berperan penting dalam menghambat
pertumbuhan fungi Curvularia sp yang menyebabkan penyakit bercak
daun pada tanaman mentimun
Selain beberapa hal tersebut diatas, berikut ini merupakan manfaat
dari pada bakteri dalam kehidupan manusia.
No. Nama Bakteri Peranan
1 Lactobacillus bulgarius Memfermentasi susu menjadi
lemak
2 Lactobacillus sp Produksi asinan buah
3 Streptococcus thermophilus Produksi mentega
4 Pediococccus cereviceae Produksi sosis
5 Streptococcus tactis Produksi kefir
6 Acetobacter xylinium Produksi nata de coco
7 Acetobacter sp Produksi asam cuka
8 Bacillus brevis Menghasilkan terotrisin
(antibiotik)
9 Bacillus subtilis Menghasilkan basitrasin
(antibiotik)
10 Polymyka Menghasilkan polimixin
(antibiotik)
11 Lactobacillus cassei Produksi yoghurt
12 Thiobacillus thiozidans Produksi asam sulfat
13 Entamoeba coli Membusukkan sisa pencernaan
14 Rhizopus oligosporus Pembuatan tempe
15 Aspergillus oryzae Pembuatan tauco
16 Neurospora crassa Pembuatan oncom
17 Streptococcus laktis Pembuatan keju
18 Streptococcus cremoris Pembuatan keju
19 Rhizobium leguminosarum Fiksasi nitrogen dalam akar
kacang
20 Entero bakteria Bakteri pengurai

2. Bakteri merugikan
contoh penyakit yang disebabkan oleh bakteri:
1. Salmonella typhosa Menyebabkan Penyakit Tifus
2. Shigella dysenteriae Menyebabkan Penyakit Disentri basiler
3. Vibrio comma Menyebabkan Penyakit Kolera
4. Haemophilus influenza Menyebabkan Penyakit Influensa
5. Diplococcus pneumoniae Menyebabkan Penyakit Pneumonia
6. Mycobacterium tuberculosis Menyebabkan Penyakit TBC paru-paru
7. Clostridium tetani Menyebabkan Penyakit Tetanus
8. Neiseria meningitis Menyebabkan Penyakit Meningitis (radang selaput
otak)
9. Neiseria gonorrhoeae Menyebabkan Penyakit Gonorrhaeae (kencing
nanah)
10. Treponema pallidum Menyebabkan Penyakit Sifilis atau Lues
11. Mycobacterium leprae Menyebabkan Penyakit Lepra (kusta)
12. Treponema pertenue Menyebabkan Penyakit Puru atau patek.
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: Buku Kedokteran


HGC
Hasanah, Uswatun. 2015. Mikrobiologi. Unimed Press : Medan
Kusnadi,dkk. 2003. Common textbook Mikrobiologi. JICA UPI : Bandung
Pelczar, Michael J. DKK. 2009. Dasar-Dasar Mikrobiologi Edisi 2. Jakarta: UI
Press.
Salaki, Christina, dkk. 2012. Pemanfaatan Bakteri Bacillus cereus terhadap hama
Spodoptera litura Pada Tanaman Kubis .Vol. 18 No. 2. Unsrat : Manado
Tjitrosoepomo, Gembong. 1986. Taksonomi Tumbuhan (taksonomi husus).
Jakarta: Bharata.
Yuanti, Uki, dkk. 2005. Ekuilibrium vol.4. no. 2. Pembuatan Keju Dari Susu
Kacang Hijau dengan Bakteri Lactobacillus Bulgaricus. : UNS
ENZIM PROTEIN

Oleh:

Fanny Rahma (1807113232)


Indah Syafitri (
Markholijah (1807111509)
Ratna Mutia Lisanti (

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA S1


FAKULTAS TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS RIAU
2018
ENZIM

Enzim adalah biomolekul berupa protein yang berfungsi sebagai katalis


(senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi
kima organik. Molekul awal yang disebut substrat akan dipercepat perubahannya
menjadi molekul lain yang disebut produk. Jenis produk yang akan dihasilkan
bergantung pada suatu kondisi/ zat, yang disebut prometer. Semua proses biologis sel
memerlukan enzim agar dapat berlangsung dengan cukup cepat dalam suatu arah
lintasan metabolisme yang ditentukan oleh hormon sebagai promoter.

Enzim bekerja dengan cara bereaksi dengan molekul substrat untuk


menghasilkan senyawa intermediat melalui suatu reaksi kimia organik yang
membutuhkan energi aktivasi lebih rendah, sehingga percepatan reaksi kimia terjadi
karena reaksi kimia dengan energi aktivasi lebih tinggi membutuhkan waktu lebih
lama. Sebagian besar enzim bekerja secara khas, yang artinya setiap jenis enzim
hanya dapat bekerja pada satu macam senyawa atau reaksi kimia. Hal ini disebabkan
perbedaan struktur kimia tiap enzim yang bersifat tetap. Sebagai contoh, enzim
amilase hanya dapat digunakan pada proses perombakan pati menjadi glukosa.

Kerja enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor, terutama adalah substrat, suhu,
keasaman, kofaktor dan inhibitor. Tiap enzim memerlukan suhu dan pH (tingkat
keasaman) optimum yang berbeda-beda karena enzim adalah protein, yang dapat
mengalami perubahan bentuk jika suhu dan keasaman berubah. Di luar suhu atau pH
yang sesuai, enzim tidak dapat bekerja secara optimal atau strukturnya akan
mengalami kerusakan. Hal ini akan menyebabkan enzim kehilangan fungsinya sama
sekali. Kerja enzim juga dipengaruhi oleh molekul lain. Inhibitor adalah molekul
yang menurunkan aktivitas enzim, sedangkan aktivator adalah yang meningkatkan
aktivitas enzim. Banyak obat dan racun adalah inhibitor enzim.
Struktur dan Mekanisme

Enzim umumnya merupakan protein globular dan ukurannya berkisar dari


hanya 62 asam amino pada monomer 4-oksalokrotonat tautomerase, sampai dengan
lebih dari 2.500 residu pada asam lemak sintase. Terdapat pula sejumlah kecil katalis
RNA, dengan yang paling umum merupakan ribosom. Jenis enzim ini dirujuk sebagai
RNA-enzim ataupun ribozim. Aktivitas enzim ditentukan oleh struktur tiga
dimensinya (struktur kuaterner). Walaupun struktur enzim menentukan fungsinya,
prediksi aktivitas enzim baru yang hanya dilihat dari strukturnya adalah hal yang
sangat sulit. Kebanyakan enzim berukuran lebih besar daripada substratnya, tetapi
hanya sebagian kecil asam amino enzim (sekitar 3-4 asam amino) yang secara
langsung terlibat dalam katalisis. Daerah yang mengandung residu katalitik yang akan
mengikat substrat dan kemudian menjalani reaksi ini dikenal sebagai tapak aktif.
Enzim juga dapat mengandung tapak yang mengikat kofaktor yang diperlukan untuk
katalisis. Beberapa enzim juga memiliki tapak ikat untuk molekul kecil, yang sering
kali merupakan produk langsung ataupun tak langsung dari reaksi yang dikatalisasi.
Pengikatan ini dapat meningkatkan ataupun menurunkan aktivitas enzim. Dengan
demikian ia berfungsi sebagai regulasi umpan balik.

Sama seperti protein-protein lainnya, enzim merupakan rantai asam amino


yang melipat. Tiap-tiap urutan asam amino menghasilkan struktur pelipatan dan sifat-
sifat kimiawi yang khas. Rantai protein tunggal kadang-kadang dapat berkumpul
bersama dan membentuk kompleks protein. Kebanyakan enzim dapat mengalami
denaturasi (yakni terbuka dari lipatannya dan menjadi tidak aktif) oleh pemanasan
ataupun denaturan kimiawi. Tergantung pada jenis-jenis enzim, denaturasi dapat
bersifat reversibel maupun ireversibel.
Jenis-Jenis Enzim dan Peranannya

Enzim adalah penguraian dari bentuk protein yang berperan besar sebagai
senyawa yang reaksinya terus menerus bergerak dan mendukung terjadinya
metabolime untuk mempercepat proses kimia didalam tubuh.

Berikut adalah penjelasan mengenai jenis jenis enzim :

1. Enzim metabolik – Enzim yang bekerja mengatur, mengontrol dan mengelola


kesehatan tubuh melalui jaringan tubuh, sel darah dan organ, yang berfungsi sebagai:

 Pertumbuhan, perkembangan dan per baikan sel


 Memelihara semua jaringan organ tubuh.
 Menyusun banyaknya reaksi yang saling berbeda namun dilakukan dalam waktu
yang sama

2. Enzim makanan – Enzim yang mengandung zat nutrisi yang berasal dari buah
buahan, sayuran hijau dan orange serta dari sumber makanan tambahan lain yang
berfungsi

 menghancurkan zat protein


 melumatkan lemak
 memecah karbohidrat dan nutrisi lain menjadi senyawa dan partikel kecil bermanfaat
yang dapat diserap tubuh secara simbolik

3. Enzim Pencernaan – Enzim pencernaan manusia yang bertugas menghancurkaan


daan mencerna segala makanan lalu menyerap nutrisinya untuk disebarkan keseluruh
jaringan tubuh.
Enzim pencernaan ada 4 bagian , diantaranya:

 Enzim amilolitik yaitu enzim yang berperan dalam proses peleburan karbohidrat dan
sari tepung gula
 Enzim Lipolitik yaitu enzim yang berperan dalam proses peleburan asaam lemak dan
gliserol
 EnzimProteolitik yaitu enzim yang berperan dalam proses peleburan protein asam
amino
 Enzim Nucleolytic yaitu enzim yang berperan dalam proses peleburan Asam nukleat

4. Enzim Renin – Berkaitan dengan kelenjar penghasil enzim diseputar dinding


lambung yang berguna untuk menyimpan protein dan nutrisi lain yang ada pada
produk susu agar manfaatnya dapat disebarkan keseluruh bagian tubuh.

5. Enzim pepton – Mempunyai kemampuan menhancurkan dan memecah protein


komplek agar dapat berubah menjadi molekul molekul pepton.

6. Enzim pepsin – Enzim penting yang terletak didalam lambung yang berguna
untuk merubah protein dan nutrisi lainnya agar dapat diserap dengan baik lalu
disebarkan keseluruh jaringan tubuh.

7. Enzim Tripsin – Enzim yang mampu mengubah pepton menjadi zat asam amino
yang berguna untuk proses penyerapan protein oleh jaringan usus
8. Enzim Sukrase – Enzim yang mampu mengubah sukrose menjadi glukosa dan
fruktosa yang sederhana. keberadaan enzim ini dihasilkan lewat saluran getah usus
halus

9. Enzim Ptialin – Enzim yang terletak diseputar rongga mulut yang terletak pada
kelenjar air liur.yang berguna menagatur dan mengontrol zat tepung atau pati menjadi
glukosa yang naantinya diubah menjadi sebuah energy.
10. Enzim Laktase – Enzim yang menyusun se kaligus mengatur jalnnya enzim
menjadi laktosa menjadi galaktosa dan glukosa. kedua enzim tersebut akan diserap
menjadi nutrisi yang dibutuhkan oleh semua jaringan yang ada didalam tubuh.

11. Enzim Peptidase – Enzim yang akan keluar bersama getah usus halus dan
mengubahnya menjadi sari protein penting yang dibutuhkan jaringan tubuh.

12. Enzim Isomaltase – Enzim yang dihasilkan oleh getah usus agar dapat
menggabungkan zat maltase menjadi kameltosa yang lebih efesien.

13. Enzim Ribonuklease – Enzim yang mampu melakukan penggandaan atau


replikasi DNA enzim yang sudah pasti menghasilkan RNA.

14. Enzim lipase – Fungsi enzim lipase yang bertugas menghancurkan dan
mencerna makanan lemak dan lipid untuk menjaga dan melindungi kantung empediu
agar tetap dalam keadaan normal.

15. Enzim Katalse – Berfungsi melindungi dan menjaga hati serta menetralisir gerak
dan pertumbuhan semua racun yang ada pada tubuh. Jika organ hati mengalami
gangguan maka racun yang memasuki tubuh sulit untuk dinetralisir dan dibuang
lewat urin dan keringat.

16. Enzim Arsinase – Berfungsi menyupali dan menyebarkan asam amino arginin
menjadi ornitin dan urea. Sifat zat ornitin sangat membatasi dan membelenggu
amonia dan karbon dioksida yang bersifat racun. Kemudian Ornitin dinetralisir oleh
hati agar racun daapat segera dihilangkan. (baca : fungsi hati)

17. Enzim Troponin – Berfungsi mengontrol dan mengatur otot jantung untuk
merespon sinyal yang diterima untuk reaksi atau kontraksi.
18. Enzim Aminotransferase alanin – Enzim yang ada pada sel hati, otot jantung,
ginjal dan otot rangka yang berfungsi melindungi dan meningkatkan kesehatan tubuh
dengan cara mereka masing masing.

19. Enzim Lisozim – yang berfungsi untuk menyaring, menghambat sekaligus


membunuh bakteri dengan cara menghancurkan dinding selnya. Enzim yang
berperan sebagai anti bakteri ini terdapat pada :

 cairan mulut (saliva)


 ASI (air susu ibu)
 Cairan keringat
 Airmata
 Cairan minyak alami yang ada dibawah kulit

20. Enzim yang ada pada lensa mata – Enzim yang ada pada lensa mata berfungsi
melindungi dan mempertahankan fungsinya pada bagian bagian mata dari degenerasi.
Tetapi seiring bertambahnya usia Enzim akan menurun kualitas fungsinya sehingga
menyebabkan perubahan kimia terhadap protein yang menjadikan koagulasi seperti
kabut putih yang menghalangi penglihatan serta jalan masuknya cahaya kedalam
retina. ini biasa terjadi:

 pada mata katarak


 Mata keruh
 Rabun ayam
 Rabun senja
 Rabun jauh
 Rabun dekat
21. Enzim Lizosim – Lizosim adalah sekumpulan protein yang ada pada air mata
yang bermanfaat untuk melemahkan, menurunkan dan mematikan aktifitas kinerja
dari bakteri, karena air mata dapat bertindak sebagai anti biotik alami yang lebih
ampuh daripada obat mata. Lizosim bertindaak sebagai anti kekeringan yang mampu
melumasi permukaan retina agar tetap lembab dan terhindar dari iritasi akibat
masuknya debu dan partikel kecil lainnya.

22. Enzim Bradikinin – Enzim Bradikinin mampu mempengaruhi kelenjar keringat


yang menyebabkan cairan keringat mengurai dalam bentuk garam dan urea dari
dalam kapiler darah kemudian dikirim melalui permukaan kulit dan terbentuklah
yang namanya keringat. Cairan keringat bermanfaat sebagai penyembuh luka,
pengontrol keseimbangan kelembaban kulit dan dapat memblokir aktifitas bakteri.
Cairan keringat dapat bertindak sebagai antibiotik alami yang lebih baik daripada
pemakaian hand body lotion.

23. Enzim Lisozim – Air susu ibu bersifat penyembuh alami yang lebih ampuh
daripada imunisasi bayi yang biasa dilakukan oleh manusia, karena ASI sarat dengan
nutrisi yang sanggup memberikan pertahanan dan perlindungan kuat terhadap
kesehatan dan pertumbuhan bayi, mampu mengatasi infeksi melalui sel fagosit
(pembunuh sel bakteri ) dan Imuniglobulin (antibodi). ASI mengandung dari berbagai
bentuk zat kekebalan tubuh yang bisa dijadikan antibiotik alami dan kinerjanya
didukung oleh kinerja enzim Lisozim dan bahkan Enzim Lisozim sudah menjadi
bagian yang mengikat dari ASI yang gunanya agar ASI selalu sehat dan terhindar dari
serangan bakteri.

24. Enzim yang ada pada minyak alami kulit – Kulit adalah benteng untuk
menghambat dan memperlambat aktifitas pertumbuhan virus dan bakteri. Kemudian
ada enzim yang menyertai minyak alami kulit yaitu Enzim fagosit yang fungsinya
membunuh bakteri dengan zat antibiotiknya. Bagian bagian kulit memiliki minyak
alami yang tersembunyi dibawah kulit dekat sel kolagen yang berfungsi untuk
melembabkan kulit didalam kondisi cuaca apapun dan mengatur volume keringat
agar racun yang keluar bersama keringat dapat segera disaring agar tidak menjadi
tumpukan bakteri.
25. Enzim saliva yang ada pada air liur – Air liur berfungsi mempercepat dan
mempermudah penghancuran dan pencernaan yang terjadi secara kimiawi. Air liur
mampu mempercepat pembuhan luka dan memperbaiki jaringan kulit yang rusak
karena infeksi, karena cairan air mengandung antibiotik alami. (baca : fungsi air liur
dalam proses pencernaan).

Klasifikasi Enzim
Enzim dapat digolongkan berdasarkan tempat bekerjanya, daya katalisisnya,
dan cara terbentuknya.
1. Penggolongan enzim berdasarkan tempat bekerjanya
a. Endoenzim
Endoenzim disebut juga enzim intraseluler, yaitu enzim yang bekerjanya di
dalam sel. Umumnya merupakan enzim yang digunakan untuk proses sintesis di
dalamsel dan untuk pembentukan energi (ATP) yang berguna untuk proses kehidupan
sel,misal dalam proses respirasi.
b. Eksoenzim
Eksoenzim disebut juga enzim ekstraseluler, yaitu enzim yang bekerjanya di
luar sel. Umumnya berfungsi untuk “mencernakan” substrat secara hidrolisis, untuk
dijadikan molekul yang lebih sederhana dengan BM lebih rendah sehingga dapat
masuk melewati membran sel. Energi yang dibebaskan pada reaksi pemecahan
substrat di luar sel tidak digunakan dalam proses kehidupan sel.
2. Penggolongan enzim berdasarkan daya katalisis
a. Oksidoreduktase
Enzim ini mengkatalisis reaksi oksidasi-reduksi, yang merupakan pemindahan
elektron, hidrogen atau oksigen. Sebagai contoh adalah enzim elektron transfer
oksidase dan hidrogen peroksidase (katalase). Ada beberapa macam enzim electron
transfer oksidase, yaitu enzim oksidase, oksigenase, hidroksilase dan dehidrogenase.
b. Transferase
Transferase mengkatalisis pemindahan gugusan molekul dari suatu molekul
ke molekul yang lain. Sebagai contoh adalah beberapa enzim sebagai berikut:
1. Transaminase adalah transferase yang memindahkan gugusan amina.
2. Transfosforilase adalah transferase yang memindahkan gugusan fosfat.

3. Transasilase adalah transferase yang memindahkan gugusan asil.

c. Hidrolase
Enzim ini mengkatalisis reaksi-reaksi hidrolisis, dengan contoh enzim adalah:
1. Karboksilesterase adalah hidrolase yang menghidrolisis gugusan ester
karboksil.

2. Lipase adalah hidrolase yang menghidrolisis lemak (ester lipida).

3. Peptidase adalah hidrolase yang menghidrolisis protein dan polipeptida.

d. Liase
Enzim ini berfungsi untuk mengkatalisis pengambilan atau penambahan
gugusan dari suatu molekul tanpa melalui proses hidrolisis, sebagai contoh adalah:
1. L malat hidroliase (fumarase) yaitu enzim yang mengkatalisis reaksi
pengambilan air dari malat sehingga dihasilkan fumarat.

2. Dekarboksiliase (dekarboksilase) yaitu enzim yang mengkatalisis reaksi


pengambilan gugus karboksil.
e. Isomerase
Isomerase meliputi enzim-enzim yang mengkatalisis reaksi isomerisasi, yaitu:
1. Rasemase, merubah l-alanin → D-alanin

2. Epimerase, merubah D-ribulosa-5-fosfat → D-xylulosa-5-fosfat

3. Cis-trans isomerase, merubah transmetinal → cisrentolal

4. Intramolekul ketol isomerase, merubah D-gliseraldehid-3-fosfat


dihidroksi aseton fosfat

5. Intramolekul transferase atau mutase, merubah metilmalonil-


CoA →suksinil-CoA

f. Ligase
Enzim ini mengkatalisis reaksi penggabungan 2 molekul dengan
dibebaskannya molekul pirofosfat dari nukleosida trifosfat, sebagai contoh
adalah enzim asetat=CoASH ligase yang mengkatalisis rekasi sebagai berikut:
Asetat + CoA-SH + ATP → Asetil CoA + AMP + P-P

4. Penggolongan enzim berdasar cara terbentuknya


a. Enzim konstitutif
Di dalam sel terdapat enzim yang merupakan bagian dari susunan sel normal,
sehingga enzim tersebut selalu ada umumnya dalam jumlah tetap pada sel hidup.
Walaupun demikian ada enzim yang jumlahnya dipengaruhi kadar substratnya,
misalnya enzim amilase. Sedangkan enzim-enzim yang berperan dalam proses
respirasi jumlahnya tidak dipengaruhi oleh kadar substratnya.
b. Enzim adaptif
Perubahan lingkungan mikroba dapat menginduksi terbentuknya enzim
tertentu. Induksi menyebabkan kecepatan sintesis suatu enzim dapat dirangsang
sampai beberapa ribu kali. Enzim adaptif adalah enzim yang pembentukannya
dirangsang oleh adanya substrat. Sebagai contoh adalah enzim beta galaktosidase
yang dihasilkan oleh bakteri E.coli yang ditumbuhkan di dalam medium yang
mengandung laktosa. Mulamula E. coli tidak dapat menggunakan laktosa sehingga
awalnya tidak nampak adanya pertumbuhan (fase lag/fase adaptasi panjang) setelah
beberapa waktu baru menampakkan pertumbuhan. Selama fase lag tersebut E. coli
membentuk enzim beta galaktosidase yang digunakan untuk merombak laktosa.

Faktor Pendukung Kinerja Enzim

Fungsi enzim sangat kompleks karena pencernaan dan penyerapan


metabolisme, penguraian racun, detoksifikasi dan kemampuan sel mati yang dapat
mengganti jenis jenis sel selnya dengan yang baru adalah hasil nyata dari fungsi
enzim. Enzim bekerja saling berkaitan satu sama lainnya secara terus menerus dan
akan ada penurunan fungsi jika salah satu enzim yang ada dalam tubuh mengalami
gangguan.
Oleh karena itu enizim memiliki faktor pendukung pada kinerja enzim :

1. Konsentrasi – Semakin besar dan kuat konsentrasi enzim maka waktu yang
dibutuhkan untuk reaksi semakin kuat dan cepat pula.sedangkan semakin besar
dan kuat konsentrasi substrat maka semakin kuat dan cepat kerja enzim.

2. Keseimbangan pH – Enzim selalu bekerja pada pH yang ideal dan bersifat netral
misalnya pada enzim pepsin yang bekerja pada pH asam sedangkan enzim tripsin
bekerja padaa pH yang biasa biasa saja.

3. Adanya logam berat – Enzim enzim dalam tubuh akan rusak dan tidak berfungsi
jika bercampur logam Ag, Zn, Cu, Cd dan Pb.

4. Adanya logam biasa – Enzim enzim akan merespon dengan baik jika bercampur
dengan ion logam golongan Mg, Mn, Ca, dan Fe.
5. Suhu yang ideal – Enzim bekerja dengan baik pada suhu ideal berkisar 30 sampai
40 derajat celsius , tetapi dibawah suhu tersebut enzim akan mengalami kehancuran,
kerusakan dan bahkan bisa tidak berfungsi.

Enzim pada sistem pencernaan

 Enzim amilase yang berfungsi mengubah zat tepung atau pati menjadi maltosa
 Enzim Renin yang diproduksi oleh kelenjar yang menghasilkan enzim yang terletak
di dinding lambung
 Enzim pepsin yang bertugas menghancurkan protein menjadi pepton
 Enzim Amilase yang diproduksi oleh kelenjar air liur pada mulut dan kelenjar
pankreas
 Enzim karbohidrase pankreas berfungsi untuk mencerna Amilu kemudian
mengubahnya menjadi senyawa sejenis disakarida
 Enzim Maltase yang menguraikan maltosa menjadi bentuk glukosa
 Enzim Laktase yang mengubah laktosa menjadi bentukan galaktosa dan gula glukosa
 Enzim Sukrase yang mengubah bentukan sukrosa enjadi fruktosa dan gula glukosa
 Enzim Peptidase yang menguraikan pepton berubah menjadi asam amino
 Enzim Lipase yang menguraikan lemak menjadi gliserol dan asam lemak yang
sederhana
 Enzim Enterokinese yang mengubah bentukan tripsinogen menjadi tripsin

Faktor pemicu terganggunya sistem pencernaan

 Gastritis yaitu peradangaan yang sudah parah yang terletak pad dinding lambung
yaang menyebabkan kadar asam klorida pada lambung naik secara cepat.
 Karena adnya infeksi dan peradangan yang disebakan penyakit hepatitis
 Terjadinya diare karena selaput dinding bagian bagian usus besar mengalami luka
lalu iritasi dan menjadi infeksi.
 Terjadi Sambelit yaitu terjadi pengerasan dan pembekuan yang sulit untuk
dikeluarkan yang disebkan kurangnya mengkonsumsi buah dan sayuran.
 Terjadinya Apendisitis yaitu gangguan yang menyebabakan peradnagn apendisitis
yaang sudah parah, penyebabnya infeksi pasa saluran usus buntu.Terjadinya
Hemoroid yaitu penyakit ambeien yang terjadi
 karena pembengkakan pada pembuluh vena disekitar anus.
 Adanya pernyakit mag yang kronis yaitu terjadinya luka pada dinding lambung yang
menimbulkan nyeri perih , mual, muntah dan bakhan terserang perut kembung. Asam
lambung cenderung naik jika mengkonsumsi makanan yang mempunyai kadar aasam
dan gas yang berlebihan dan juga bisa dikarenakan stres yang berlebihan.
 Tungkak lambung teritaasikarena faktor kuman , toksin dan kelelahan pada tubuh.
Kondisi seperti dapat merangsang pelepasan zat HCL di lambung , jika kadar HCL
terlalu banyak maka selaput lendir lambung akan menderita kerusakan.
 Malnutrisi atau kekurangan zat gizi pada tubuh. kondisi kurang gizi dapat
menyebabkan pembentukan enzim pencernaan menjadi terganggu , kacau dan
kinerjanya jadi melambat. ini disebabkan karena sel sel pankreas Atropi kehilangan
terlalu banyak reticulum endoplasma atau penyakit kurang protein

Cara untuk meningkatkan kesehatan enzim

Berikut adalah cara untuk meningkatkan kesehatan enzim yang ada di dalam tubuh :
1. Mengkonsumsi karbohidrat ramah : Kentang rebus, Beras merah, roti
gandum, Ubi jalar merah, Ketela pohon, Jagung rebus, Makanan jenis Oat Sereal
yang terbuat dari buah buahan dan sayurann.
2. Mengkonsumsi kacang kacangan yang ramah : Kacang tolo, Kacang
merah, Kacang kedelai, Kacang wijen, Kacang polong, Kacang mete, Kacang hijau
3. Mengkonsumsi daging ikan : Ikan salmon, Ikan sarden, Ikan kakap, Ikan mas, Ikan
Bandeng, Ikan gurame, Ikan tuna
4. Mengkonsumsi buah buahan : Buah pir, Buah kiwi, Kelapa muda, Buah
naga, Buah pir, Anggur, Pisang, Tomat, Jambu biji, Buat bit, Buah
naga, Wortel, Almond
5. Mengkonsumsi sayuran : Sawi, Seledri, Daun selada, Brokoli, Bok choi (sawi
hijau), Daun pepaya, Daun kangkung, kembang kol, Buncis, Bayam merah

Sifat dinamis pada enzim

1. Sebagai protein – Enzim adalah protein yang dipengaruhi oleh suhu dan pH. Pada
suhu yang ideal kinerja enzim akan mengalami keseimbangan yang optimal ketika
menghasilkan reaksi kimia yang berbeda beda.
2. Berperan sebagai biokatalisator – yaitu zat yang dapat melakukan proses reaksi
kimia dengan cepat dan juga lambat, namun zat tersebut justru tidak ikut ketika
proses sedang berlangsung.
3. Dapat mengurangi atau membatasi energi aktivasi – yaitu dapat menaikkan
volume kecepatan reaksi yaitu meperlemah energi aktivasi yang sangat diperlukan
untuk memulai reaksi
4. Enzim bekerja secara spesifik – satu jenis enzim hanya bekerja untuk satu substrat
saja. sebagai contoh: enzim maltase hanya daapat menghancurkan maltosa kemudian
mengubahnya menjadi glukosa.
5. Enzim mampu bekerja bolak balik secara konsisten – Enzim mempunyai
kemampuan menjalankan funginya mengatur, menjaga serta membentuk substrat dari
pengaturnya dengan cara berjalan lalu kembali lagi terus menerus seperti itu dengan
konsisten.

Pemicu Kerusakan pada Enzim


Akibat terpapar radikal bebas yang berlangsung terus menerus dapat membuat fungsi
enzim mengalami kemunduran. Inilah yang menyebabkan kerusakan pada enzim,
diantaranya:

1. Terjadi kelainan pada sistem metabolisme

 Autoksidasi yaitu Proses metabolisme yang menderita ketidakseimbangan berasal


dari hemaglobin, thiol, mioglobin,katekolamin.
 Oksidasi Enzimatik yaitu Proses mengumpulnya jumlah radikal bebas yang baanyak
misalnya Lipoxygenase, Xanthine oksidase, Amino acid oxidasi, prostaglan synthase
dan Aldehyde oxidasi
 Respiratory burst yaitu Proses pada membran sel yang memproduksi superoksidasi
lalu H2O2 yang terjadi karena adanya superoksida dengan reaksi bersama generasi
OH dan HOCL oleh bakteri dan kuman

2. Fungsi sel darah terjadi infeksi dan peradangan


Karena monosit dalam jumlah banyak atau sangat sedikit didalam tubuh
tergantung dari daya tahan seseorang. monosit dalam jumlah yang besar merupakan
tanda tanda ada infeksi yang sedang berlangsung. peradangan ini biasanya dapat
dijumpai pada infeksi Tuberkulosis (paru paru) pada penderita penyakit TBC. Karena
adanya galaktosemia yaitu Penyakit yang disebabkan kadar galaktosa yang terlalu
kuat dan banyak didalam darah yang disebabkan karena kekurangan enzim galaktos

3. Tubuh kekurangan zat kalium


Kalium bermanfaat untuk melindungi dan memperlancar fungsi jantung,
kontraksi otot, fungsi otot , dapat mengubah glukosa menjadi glikogen yang
sederhana serta menjaga dan mempertahankan kekuatan dan keseimbangan elektrolit
dan kadar keasaman didalam tubuh.

4. Karena Kerusakan DNA


Radikal bebas selalu menyerap elektron yang ada pada sel disemua jaringan tubuh,
akibatnya terjadi perubahan pada struktur DNA yang menyebabkan mutasi. Jika
terjadi bertahun tahun maka akan muncul sel kanker.

5. Karena penggunaan obat obatan


Pemakain obat obatan yang mempunyai kadar kimia berat dapat melemahkan
sekaligus menurunkan jumlah monosit didalam jaringan tubuh, misalnya obat yaang
dipakai dalaam proses kemoterapi sel kanker. Pemakaian obatan golongan
Kostikosteroid yang biasa digunakan untuk meringankaan rasa nyeri dalam infeksi
atau peradangan yang terjadi didalam tubuh.

6. Karena mengkonsumsi alkohol


Ketika alkohol masuk kedalam pencernaan dalam jumlah yang besar akan
melibatkan enzim sitokrom yang terletak didalam mikrosom. Alkohol akan diproses
menjadi Asetaldehid lalu diproses lagi menjadi Asetat oleh Aldehid dehidrogenase
didalam mitokondria, akibatnya jaringan sel dan enzim menjadi rusak.

7. Mengkonsumsi makanan basi


Hal lain yang mnembuat enzim rusak adalah karena menyantap makanan yang
sudah rusak atau basi yang kemungkinan besar terjadi pembusukan lalu
memproduksi racun didalam usus besar.

8. Karena radiasi ultraviolet


Radiasi ultraviolet yang terus menerus mengakibatkan sprektum radiasi optik
akan diserap tubuh dan akan mempengaruhi kerja enzim lalu mengurangi
kemampuan enzim untuk memperbaiki dirinya sendiri ketika terjadi ketidak
normalan.

9. Penggunaan pestisida
Zat racun yang ada pada pestisida mampu memblokir kinerja enzim sehingga
mengakibatkan jumlah Asetylkholin meningkat kemudia bergabung dengan reseptor
Muskarinik dan Nikotinik didalam sistem saraf pusat pada bagian bagian otak, hal ini
dapat berpotensi besar menimbulkan keracunan yang mengakibatkan
ketidaknormalan fungsi enzim didalam tubuh.

10. Karena terpapar Sinar X


Terpapar sinar X sama bahayanya seperti terapi kemoterapi. Kerusakan sel
karena paparan sinar X akan sangat mempengaruhi fungsi jaringan dan fungsi enzim
yang mengakibatkan melemahnya kemampuan untuk menjalankan funsinya dengan
normal.

11. Karena terpapar radikal bebas


Radikal bebas sangat mudah mempengaruhi lalu merusak kinerja enzim dan
jaringan lain didalam tubuh setelah berlangsung bertahun tahun, Radikal bebas
sebenarnya terdiri dari dua golongan diantaranya:

 Radikal bebas Endogen (yang ada didalam tubuh kita sendiri) – Radikal bebas
yang dihasilkan oleh tubuh sendiri yaitu Aiutoksidasi, Oksidasi enzimatik,
Respiratory Burst Contohnya Radikal bebas yang tersusun didalam jaringan sel tubuh
ketika kita bernafas yang memiliki efek negatif berupa Proses pembakaran, oksidasi
dan aktifitas olahraga yang dilakukan berlebihan
 Radikal bebas Eksogen (yang ada diluar tubuh) – Radikal bebas yang dihasilkan
dari penggabungan partikel partikel kecil berbahaya yang melayang layang diudara
atau karena penyembuhan suatu penyakit yang melibatkan obat obatan tertentu serta
alat terapi, Contohnya : Genetika (keturunan ), Radiasi kemoterapi, Polusi udara dan
kelembaban, Semua yang berbentuk asap (asap rokok, asap kendaraan dan lain
lain), Radiasi Elektromagnetik (Sinar gaamma, photon, neutron dan lain
lain), Olahraga berlebihan (biasa terjadi karena ingin cepat kurus). Paparan radikal
bebas jika terus menerus menimpa tubuh maka berpotensi menyebabkan kerusakan
sel serta enzim tubuh, Akibatnya mengurangi sel dan enzim untuk bisa beradaptasi
kembali pada kondisi lingkungan.Paparan lampu listrik dengan daya yang sangat kuat
dan terang juga berpotensi sama buruknya dengan sinar matahari yaitu mampu
merusak pigmentasi pada kulit dan dehidrasi.

Cahaya lampu dapat masuk kategori sebagai radikal bebas, karena cahayanya yang
kuat memiliki efek ultra violet berbahaya. Untuk menghindari dampak buruknya:

 Agar denyut jantung lebih teratur


 Menjadikan metabolisme agar lebih sehat.
 Terhindar dari dehidrasi
 Ketika tidur malam sebaiknya lampu di matikan agar menghindari proses
penggelapan terhadap kulit
Akibat menggunakan enzim secara berlebihan

Kebiasaan mengkonsumsi narkoba menimbulkan peningkatan enzim pangkal


yang menyebabkan tubuh membentuk sebuah toleransi pada zat zat bersifat racun
yang ada dalam narkoba.

akibat yang ditimbulkan diantaranya:

 Tubuh akan mengalami kesulitan dan tersendat sendat dalam melindungi sekaligus
mempertahankan homeostasis yaitu keseimbangan sistem tubuh.
 Tubuh akan mengalami kesulitan mempercepat pemulihan pada sel yang rusak dan
memperbaiki ketidaknormalan sel selnya sendiri
 Tubuh akan mengalami kesulitan menjaga dan mengatur sistem saraf dalam tubuh
 Tubuh akan mengalami kesulitan untuk menjaga sistem endokrin agar tetap normal
 Tubuh akan mengalami kesulitan untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh
 Tubuh akan mengalami kesulitan dan tersendat sendat dalam melindungi sekaligus
mempertahankan homeostasis yaitu keseimbangan sistem tubuh.
 Zat racun pada narkoba akan diserap dalam lambung dan usus lalu mengendap
didalam hati lalu diproses secara kimia mengalir masuk pada jaringan otak yang
dapat menimbulkan saraf pusat putus, jika ini terjadi akan menyebabkan sakit jiwa,
pelupa, terserang penyakit pikun ( alzheimer ) dan tidak bisa berfikir positif.

Kinerja maksimal enzim mendapat dukungan dari beberapa Kofaktor aktif

 Kofaktor Prostetik – Kofaktor prostetik adalah zat yang melekat dengan kuat pada
enzim apapun yang ada dalam tubuh yang selalu menyuplai kekuatan daan kelancaran
kinerja enzim. Misalnya Molekul berbentuk bulatan pipih yang didalamnya
terkandung banyak besi. Molekul tersebut adalah prostetik dari bentukan sitokrom
oksidase, enzim katalase dan peroksidase
 Kofaktor Ion organik – Kofaktor ion organik adalah zat yang melekat dengan kuat
pada enzim dan substrat komplek sehingga fungsi enzim lebih cepat dan maksimal.
 Kofaktor Koenzim – Kofaktor Koenzim adalah zat yang mengandung ribose yang
berguna menyusun sifat dari reaksi aktifnya.

Perbedaan enzim dan protein

Enzim adalah protein fungsional, sedangkan protein dapat berupa fungsional


atau struktural. Protein dan enzim adalah makromolekul biologis, terdiri dari banyak
asam amino dihubungkan bersama dengan rantai linear. Asam amino adalah unit
struktural dan fungsional dasar makromolekul tersebut. Molekul asam amino terdiri
dari empat kelompok dasar; yaitu, gugus amino, rantai samping (gugus R), gugus
karboksil, dan atom hidrogen, yang terikat pada atom karbon pusat.

Pada dasarnya ada dua puluh alami asam amino, dan mereka hanya berbeda
dengan rantai samping (gugus R). Urutan asam amino menentukan struktur dan
fungsi protein dan enzim.

Enzim

Enzim adalah protein globular khusus tiga dimensi yang dapat bertindak
sebagai molekul biologis, untuk mengkatalisasi dan mengatur reaksi kimia dalam
organisme. Dalam satu sel, ada ribuan enzim berbeda. Itu karena hampir setiap reaksi
dalam sel membutuhkan enzim spesifik. Biasanya enzim menyebabkan reaksi seluler
terjadi jutaan kali lebih cepat daripada reaksi tanpa katalis.

Situs aktif yang hadir pada permukaan enzim menentukan derajat kekhususan
mereka. Jenis kekhususan enzim termasuk kekhususan mutlak, spesifisitas
stereokimia, spesifisitas kelompok, dan hubungan spesifisitas. Situs aktif adalah
retakan atau bagian cekungan pada permukaan enzim yang disebabkan oleh
pembentukan struktur tersier. Beberapa situs aktif mengikat hanya satu senyawa
tertentu, sementara yang lain dapat mengikat kelompok senyawa yang terkait erat.
Enzim tidak terpengaruh oleh reaksi yang dikatalisasi oleh mereka. Ada empat faktor
yang mempengaruhi aktivitas enzim, yaitu; suhu, pH, konsentrasi substrat, dan
konsentrasi enzim.

Protein

Protein adalah makromolekul biologis yang paling beragam, baik secara


fungsional dan struktural. Mereka adalah polimer dari asam amino. Urutan asam
amino menentukan struktur dan fungsi dasar mereka. Fungsi dasar dari protein adalah
katalis enzim, pertahanan, transportasi, dukungan, gerak, regulasi, dan penyimpanan.

Perbedaan enzim dan protein

Struktur protein dapat dinyatakan dalam hirarki empat tingkat; primer,


sekunder, tersier, dan kuarterner. Urutan asam amino adalah struktur utama protein.
Pembentukan struktur sekunder disebabkan oleh interaksi reguler gugus pada tulang
punggung peptida dengan pembentukan ikatan hidrogen. Hal ini menghasilkan dua
macam struktur, yaitu; beta (β) – lembar lipit, dan alpha (α) – heliks atau gulungan.
Lipat dan link dari sebuah molekul protein akhirnya membuat nya bentuk 3-D yang
disebut struktur tersier. Protein dengan beberapa polipeptida menghasilkan struktur
kuartener.

Apa perbedaan antara enzim dan protein?

Semua enzim adalah protein globular, tetapi tidak semua protein globular. Beberapa
protein globular sementara ada juga yang tidak (bagian berserat memiliki struktur
tipis panjang).Tidak seperti protein lainnya, enzim dapat bertindak sebagai katalis,
untuk mengkatalisasi dan mengatur reaksi biologis.Enzim adalah protein fungsional,
sedangkan protein dapat berupa fungsional atau struktural.Tidak seperti protein
lainnya, enzim adalah molekul tertentu dengan substrat yang sangat spesifik.Protein
dapat dicerna atau dipecah oleh enzim (protease).

Pengetian Protein
Protein adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang
merupakan polimer dari monomer – monomer asam amino yang dihubungkan satu
sama lain dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung karbon, hidrogen,
oksigen, nitrogen dan kadang kala sulfur serta fosfor . Protein berperan penting dalam
struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup dan virus. Kebanyakan protein
merupakan enzim atau subunit enzim. Jenis protein lain berperan dalam fungsi
struktural atau mekanis, seperti misalnya protein yang membentuk batang dan sendi
sitoskeleton.

SUMBER PROTEIN
Sumber protein dapat diperoleh dari bahan makanan hewani, yang merupakan
sumber protein terbaik dalam jumlah maupun mutu, namun rata-rata penduduk
Indonesia hanya mengonsumsi sebanyak 18,4%. Dan sumber nabati yang merupakan
sumber protein yang sering dikonsumsi oleh penduduk Indonesia. Berikut ialah
beberapa bahan makanan dari hewani dan nabati:
1. Hewani
a. Daging ayam tanpa kulit
b. Ikan laut
c. Telur
d. Susu dan olahannya
e. Kepiting
2. Nabati
a. Brokoli
b. Kacang almond
c. Buah manggis, jeruk, pisang, apel
d. Jagung manis
e. Padi-padian
f. Tahu tempe
g. Asparagus

FUNGSI PROTEIN
Protein memegang peran penting dalam berbagai proses biologi. Peran-peran
tersebut diantaranya ialah:
1. Katalis enzimatik
Hampir semua reaksi kimia dalam sistem biologi dikatalisasis oleh enzim dan hampir
semua enzim adalah protein
2. Transortasi dan penyimpanan
Berbagai molekul kecil dan ion-ion ditransportasi oleh protein spesifik, misalkan
pada transportasi O2 di dalam eritrosit oleh hemoglobin.
3. Koordinasi gerak
Kontraksi otot dapat terjadi karena pergeseran dua filamen protein. Contohnya
pergerakan kromosom saat proses mitosis.
4. Penunjang mekanis
Ketegangan kulit dan tulang disebabkan oleh kolagen yang merupakan protein
fibrosa.
5. Protein imun
Antibodi merupakan protein yang sangat spesifik dan dapat mengenal serta
berkombinasi dengan benda asing seperti virus, bakteri, dan sel dari organisme lain.
6. Membangkitkan dan menghantarkan impuls saraf
Respon sel saraf terhadap rangsangan spesifik diperantarai oleh rotein reseptor.
Contohnya protein reseptor pada sinapsis
7. Pengaturan pertumbuhan dan diferensiasi
Pada organisme tingkat tinggi pertumbuhan dan diferensiasi diatur oleh protein faktor
pertumbuhan. Misalnya faktor pertumbuhnan saraf yang mengendalikan pertumbuhan
jaringan saraf, selain itu banyak hormon yang merupakan protein.

KASUS KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PROTEIN


1. Kelebihan protein
Berikut ini terdapat beberapa penyakit dan hal-hal buruk bila kelebihan protein:
a. Racun dalam daging berkembang biaknya sel-sel kanker
Setiap Sel mengandung DNA (Deoxyribonucleic Acid atau asam deoksiribonukleat),
yakni suatu zat kimia yang berisi peta tubuh dan fungsi-fungsinya. Racun dari
pencernaan lemak dan protein hewani yang berlebihan dapat merusak DNA, dan
mengubah sel-sel menjadi sel kanker. Sel-sel kanker mulai berkembang biak dengan
sendirinya. Darah kita mengandung sel-sel darah merah, sel-sel darah putih dalam
limfosit. Sel-Sel darah putih dan limfosit menyerang musuh-musuh seperti virus dan
bakteri, menghancurkan mereka atau menjadikan mereka tidak berbahaya lagi. Jika
Sel ini rusak, mekanisme pertahanan garis depan tubuh akan berhenti berfungsi, serta
dapat berakhir dengan infeksi dan munculnya sel-sel abnormal atau sel kanker.
b. Menyebabkan reaksi alergi
Protein yang belum diuraikan menjadi nutrisi memasuki peredaran darah melalui
dinding usus sebagai zat tak di kenal. Reaksi alergi timbul disebabkan sebagai zat
yang tak di kenal. Alergi Protein sering disebabkan oleh susu dan telur.
Mengkonsumsi protein hewani yang berlebihan dan reaksi alergi yang dihasilkan
dapat menyebabkan meningkatnya kasus-kasus dermatitis atopic, kaligata, penyakit
kolagen, colitis ulserativa, dan penyakit Crohn.
c. Kerja hati dan ginjal terasa lebih berat
Protein berlebih di dalam tubuh harus diuraikan dan disingkirkan melalui urine dan
menimbulkan beban yang sangat berat bagi hati dan ginjal.
d. Defisiensi kalsium dan osteoporosis
Saat asam amino dibentuk dalam jumlah besar, darah menjadi asam dan
membutuhkan kalsium untuk menetralisasinya. Dengan demikian konsumsi protein
yang berlebihan menyebabkan berkurangnya kalsium. Tubuh kita sangat memerlukan
kadar fosfor yang tinggi dan darah harus menjaga rasio kalsium dengan fosfor antara
1:1 dan 1:2. Makanan yang meningkatkan jumlah fosfor akan menyebabkan tubuh
mengambil kalsium dari gigi dan tulang untuk menjaga keseimbangan, sekalipun
tubuh memiliki banyak fosfor dan kalsium dalam tubuh tapi tubuh tidak dapat
menyerap senyawa yang membentuk kalsium fosfat, maka senyawa in dikeluarkan
dan menambah semakin berkurannya kalsium sehingga tubuh rentan terhadap
osteoporosis. Orang yang mengkonsumsi protein hewani yang berlebihan dapat
menderita osteoporosis yang bisa mengakibatkan penipisan jumlah kalsium.
e. Kekurangan energi
Energi dalam Jumlah besar diperlukan untuk mencerna makanan. Protein yang
berlebihan tidak dapat dicerna sepenuhnya karena tidak dapat diserap sehingga
menyebabkan pembusukan di dalam usus dan timbulnya racun. Tubuh sangat
membutuhkan energi yang sangat besar untuk menghilangkan racun dari zat-zat yang
ada didalam tubuh. Pada saat Energi yg sangat besar digunakan maka akan
terbentuknya radikal bebas yang bertanggung jawab atas terjadinya prosese penuaan,
kanker, penyakit jantung, dan aterosklerosis.

2. Kekurangan protein
Berikut ini terdapat beberapa penyakit dan hal-hal buruk bila kekurangan protein:
a. Edema
Penyakit ini biasanya disebut dengan retensi air yakni penyakit kekurangan protein
yang paling sering diderita manusia. Kita ketahui bahwa darah yang mengalir di
dalam tubuh manusia mengandung berbagai macam nutrisi bagi metabolisme tubuh,
regenerasi sel, pemugaran sel dan lainnya. Apabila darah yang mengalir itu tak
memiliki cukup protein maka anda akan mengalami gejala tekanan darah rendah. Bila
tubuh mengalami tekanan darah rendah maka gejala awal yang diderita ialah pusing,
lemas dan malas beraktifitas. Tentu gejala seperti ini akan mengurangi rutinitas
keseharian misalnya bekerja, memasak, kuliah dan lainnya. Bila kejadian ini terus
berlanjut maka genre darah yang tak mengandung protein akan membentuk jaringan
mirip dengan gumpalan air pada sekitar pembuluh darah. Jaringan yang dipenuhi
dengan air inilah yang disebut dengan edema.
b. Kelelahan
Tubuh yang lemas dan sering lelah menjadi salah pertanda bahwa tubuh manusia
mengalami penyakit kekurangan protein. Protein ialah zat krusial bagi tubuh buat
tetap sehat dan kuat dalam melakukan gerakan-gerakan fisik, seperti berjalan,
menulis, berlari, mengangkat dan lainnya. Tanpa protein maka jaringan otot yang
lelah atau rusak tak bisa melakukan regenerasi akibatnya otot akan mudah lelah
bahkan akan mengalami gejala yang lebih parah misalnya kram, rheumatik dan
lainnya.
c. Rambut rontok
Rambut yang mengalami kerontokan secara tak normal bisa diakibatkan tubuh karena
kekurangan protein. Rambut yang rontok secara normal hanya sekitar puluhan helai
rambut setiap setelah keramas, namun bila yang ada ratusan helai rambut yang rontok
setiap harinya maka ini ialah pertanda bahwa anda mengalami penyakit rambut
rontok. Rambut rontok tak boleh dipandang remeh sebab dapat membuat kepala
menjadi botak. Jika kepala sudah mengalami kebotakan maka akan sulit buat kembali
menyuburkannya, biaya mahal akan keluarkan buat mengatasi kebotakan. Rambut
nan kuat dan sehat bisa dimiliki seseorang bila dia mengkonsumsi cukup protein dan
nutrisi bagi rambut lainnya, misalnya vitamin E.
d. Fungsi otak terganggu
Otak ialah pusat saraf manusia dalam berpikir dan mengendalikan setiap gerakan
tubuh. Otak yang sehat harus disuplai dengan makanan yang bergizi, misalnya
protein, vitamin, mineral dan lainnya. Penyakit kekurangan protein ini akan membuat
kecepatan berpikir otak menjadi rendah bahkan dapat mengakibatkan gangguan yang
lebih parah seperti kecepatan motorik berkurang, stres, depresi, dan lainnya.
e. Sulit buang air besar
Pencernaan akan berjalan dengan baik bila tubuh dalam pemenuhan protein. Buang
besar dan sembelit oleh pakar kesehatan dikatakan sebagai salah satu berbagai
penyakit dampak kekurangan protein.
f. Denyut jantung rendah
Jantung manusi berdetak setiap detiknya. Dalam berdetak ternyata jantung
membutuhkan protein. Bila tubuh kekurangan protein maka denyut jantung dapat
menjadi rendah misalnya dibawah 60 denyut/menit.
Proses Metabolisme dari Sukrosa Menjadi Asam Sitrat

Oleh:

Fanny Rahma : 1807113232


Indah Syafitri : 1807112527
Markholijah : 1807111509
Ratna Mutia Lisanti : 1807113208

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA S1


FAKULTAS TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS RIAU
2018
I. PENGERTIAN SUKROSA

DISAKARIDA
Disakarida adalah suatu oligosakarida yang paling banyak terdapat di alam.
Oligosakarida merupakan polimer dengan derajat polimerisasi 2 sampai 10 dan
biasanya bersifat larut dalam air. Oligosakarida yang terdiri dari dua molekul disebut
sakarida. Disakarida merupakan kelompok karbohidrat yang tersusun dari dua unit
monosakarida. Unit monosakarida penyusun disakarida itu dapat berasal dari unit
yang sama atau berbeda. Ikatan antara unit monosakarida dalam pembentukan
disakarida disebut ikatan glikosida. Salah satu contoh reaksi pembentukan disakarida
adalah sebagai berikut :
C6H12O6 + C6H12O6 C12H22O12 + H2O
(monosakarida) (disakarida)
Dalam reaksi tersebut di atas terjadi pelepasan air. Beberapa jenis disakarida
yang penting adalah laktosa, sukrosa, dan maltosa.

Sukrosa dikenal sebagai sebuah disakarida di mana monomer-


monomernyalah yang yang membentuknya yaitu berupa unit fruktosa dan glukosa
dengan C12H22O11 sebagai rumus molekulnya. Sukrosa merupakan disakarida
karbohidrat yang jika dihidrolisis akan membentuk beberapa monosakariya yang
sama atau berbeda. Disakarida ini terbentuk melalui kondensasi antara glukosa dan
fruktosa. Struktur senyawa sukrosa sebagai berikut :
Dalam kehidupan sehari-hari , sukrosa kita kenal sebagai gula dapat pada
berbagai jenis buah-buahan dan sayuran, contohnya tebu serta bit gula. Karena gula
ini belum dalam bentuk paling sederhana, sukrosa akan dipecah terlebih dahulu oleh
bantuan enzim bernama beta-fruktosidase. Kemudian akan mengalami proses
hidrolisis menjadi glukosa dan fruktosa. Setelah dihidrolisis jadi glukosa dan
fruktosa, selanjutnya fruktosa dan glukosa ini akan masuk ke dalam jalur
metabolisme nya masing-masing.

Glukosa bisa disalurkan dalam darah dan selanjutnya disimpan dalam sel otot
dan sel hati. Saat kita mendapatkan glukosa dari makanan, glukosa akan diserap
melalui usus halus, dan kemudian disalurkan lewat darah. Gula yang berada di darah
disebut dengan gula darah. Keberadaan gula darah ini selanjutnya akan merangsang
hormon insulin. Hormon insulin akan dilepaskan ke darah oleh organ bernama
pankreas untuk jadi pengantar gula darah masuk dalam sel-sel otot dan sel-sel hati
untuk disimpan. Berbeda dengan jalur metabolisme fruktosa.

Fruktosa tidak akan dialirkan ke dalam darah, sehingga membuat kadar gula
darah stabil. Alih-alih ke darah, fruktosa akan masuk ke dalam hati dan diproses di
dalam organ tersebut. Fruktosa juga bersifat lipogenik, sehingga dapat merangsang
produksi sel lemak. Keberadaan fruktosa tidak merangsang produksi hormon leptin
yang bertugas mengatur asupan dan pengeluaran energi. Nah, maka itu, kalau orang
kelebihan fruktosa dikhawatirkan penumpukan lemak akan lebih cepat terjadi
dibandingkan jika kelebihan glukosa. Kelebihan fruktosa memiliki efek yang sama
dengan orang yang kelebihan makanan berlemak.
SUMBER SUKROSA

Sukrosa adalah gula yang dapat ditemukan di banyak produk makanan dan
bahan makanan yang biasanya kita konsumsi. Hampir seluruh makanan memakai
sukrosa atau gula pasir dan berikut ini adalah daftar makanannya:

1. Roti
2. Puding
3. Sirup
4. Kue
5. Susu
6. Es krim
7. Cokelat
8. Es tebu
9. Permen
10. Minuman kemasan/minuman ringan
11. Aren, dll.
Makanan dan minuman manis memang menambah tenaga di dalam tubuh kita
secara lebih baik, namun mengonsumsi secukupnya akan jauh lebih baik daripada
berlebihan. Tak hanya tak baik bagi anak, orang dewasa pun perlu membatasi
konsumsi sukrosa dengan baik.

PROSES METABOLISME KARBOHIDRAT

Sekilas tentang metabolisme, lintasan metabolisme dapat digolongkan


menjadi 3 kategori:

1. Lintasan anabolik (penyatuan/pembentukan)


Ini merupakan lintasan yang digunakan pada sintesis senyawa pembentuk
struktur dan mesin tubuh. Salah satu contoh dari kategori ini adalah sintesis protein.

2. Lintasan katabolik (pemecahan)


Lintasan ini meliputi berbagai proses oksidasi yang melepaskan energi bebas,
biasanya dalam bentuk fosfat energi tinggi atau unsur ekuivalen pereduksi, seperti
rantai respirasi dan fosforilasi oksidatif.

3. Lintasan amfibolik (persimpangan)


Lintasan ini memiliki lebih dari satu fungsi dan terdapat pada persimpangan
metabolisme sehingga bekerja sebagai penghubung antara lintasan anabolik dan
lintasan katabolik. Contoh dari lintasan ini adalah siklus asam sitrat (Siklus Kreb).

Karbohidrat, lipid dan protein sebagai makanan sumber energi harus dicerna
menjadi molekul-molekul berukuran kecil agar dapat diserap. Semua hasil
pencernaan di atas diproses melalui lintasan metaboliknya masing-masing menjadi
Asetil KoA, yang kemudian akan dioksidasi secara sempurna melalui siklus asam
sitrat dan dihasilkan energi berupa adenosin trifosfat (ATP) dengan produk buangan
karbondioksida (CO2).

Tahapan Metabolime Karbohidrat dibagi menjadi 4, yaitu :


1. Glikolisis
2. Dekarboksilasi oksidasi (reaksi junction)
3. Siklus Krebs (TCA)
4. Transfer elektron

1. Glikolisis

Glikolisis adalah katabolisme glukosa yang berlangsung di dalam sitosol


semua sel, menjadi:

1. asam piruvat, pada suasana aerob (tersedia oksigen)


2. asam laktat, pada suasana anaerob (tidak tersedia oksigen)

Glikolisis adalah rangkaian reaksi yang mengubah satu molekul glukosa


menjadi dua molekul piruvat (yang kemudian diubah menjadi asetil ko-A untuk
masuk kedalam siklus asam sitrat). Glikolisis memiliki lintasan yang unik, karena
lintasan ini dapat menggunakan oksigen bila oksigen tersedia (aerob) atau bias pula
bekerja dalam keadaan sama sekali tanpa oksigen (anaerob). Proses glikolisis terdapat
di dalam sitoplasma, ada 10 langkah untuk menjadi piruvat.

Glikolisis terbagi atas 2 tahapan, yaitu :


1. Tahap persiapan : Memerlukan 2 molekul ATP, dan memecah gula heksosa
menjadi molekul 2 triose fosfat.
2. Tahap pengembalian / pay off : Menghasilkan 2 ATP, 2 molekul piruvat,
dan 2 molekul NADH + H⁺.
Lintasan detail glikolisis (dipetik dari: Murray dkk. Biokimia Harper)
Rincian terperinci glikolisis sebagai berikut :

Tahap 1 :
Glukosa (G) mengalami fosforilasi menjadi glukosa6-fosfat (G6P). Reaksi ini
dikatalis oleh enzim heksokinase/glukokinase yang memerlukan Ion Mg²⁺ sebagai
kofaktor. Fosforilasi glukosa menjadi glukosa6-fosfat membutuhkan gugus fosfat dan
energi yang diperoleh dari penguraian ATP menjadi ADP.

Tahap 2:
Glukosa6-fosfat (G6P) mengalami isomerasi menjadi fruktosa-6-fosfat (F6P),
reaksi ini dikatalis oleh enzim fosfoglukoisomerase/fosfoheksoisomerase. Reaksi
berlangsung dengan cepat karena standar energi bebas yang kecil dan tidak
memerlukan kofaktor.

Tahap 3 :
Reaksi pemasukkan gugus fosfat dari ATP ke molekul fruktosa-6-fosfat
sehingga dihasilkan fruktosa-1,6-difosfat. Reaksi ini dikatalis oleh enzim
fosfofruktokinase (PFK) yang memerlukan Ion Mg²⁺ sebagai kofaktor.

Tahap 4 :
Reaksi pemecahan senyawa karbohidrat beratom karbon 6 menjadi 2 senyawa
beratom karbon 3 ke molekul fruktosa-1,6-difosfat sehingga dihasilkan gliseraldehid
3-fosfat (GA3P) dan dihidroksiaseton fosfat (DHAP). Reaksi ini dikatalis oleh enzim
Aldose.

Tahap 5 :
Karena gliseraldehid 3-fosfat digunakan dalam glikolisis, maka
dihidroksiaseton fosfat dikonversi seluruhnya secara kontinyu menjadi gliseraldehid
3-fosfat, sehingga menghasilkan 2 molekul gliseraldehid 3-fosfat. Reaksi ini dikatalis
oleh enzim Triose Phoshphate Isomerase.

Tahap 6 :
Pemasukan 1 gugus fosfat dari asam fosfat (bukan dari ATP) dan
Gliseraldehid 3-fosfat mengalami oksidasi menjadi asam 1,3-difosfogliserat (2
molekul) yang dikatalis oleh enzim Gliseraldehida 3 fosfat dehidrogenase sehingga
menghasilkan NADH dari NAD⁺ . Oksidasi 1 molekul NADH melalui fosforilasi
oksidatif menghasilkan 3 molekul ATP.
Tahap 7 :
Asam 1,3 difosfoliserat di konversi menjadi asam 3-fosfogliserat, yang
dikatalis oleh enzim Fosfogliseril Kinase yang memerlukan Ion Mg⁺ sebagai
kofaktor. Karena dihasilkan 2 molekul ATP untuk setiap 1 glukosa, maka pada tahap
ini reaksi menjadi impas dan merupakan reaksi pertama dari glikolisis yang
menghasilkan energi.

Tahap 8 :
Asam 3-fosfogliserat mengalami reaksi isomerasi reversible menjadi asam 2-
fosfogliserat, yang dikatalis oleh enzim Fosfogliseril mutase yang memerlukan Ion
Mg²⁺ atau Ion Mn²⁺ sebagai kofaktor.

Tahap 9 :
Molekul asam 2-fosfogliserat melepaskan 1 molekul sehingga terbentuk
molekul asam fosfoenolpiruvat, yang dikatalis oleh enzim Enolase dan Ion Mg²⁺ atau
Ion Mn²⁺ sebagai kofaktor.

Tahap 10:
Pembentukkan asam piruvat dari asam fosfoenolpiruvat (PEP) dikatalis oleh
enzim Piruvat Kinase yang memerlukan Mg²⁺ sebagai kofaktor, gugus fosfat yang
dilepaskan oleh PEP digunakan untuk mensintesis ATP dari ADP dan fosfat.

Tempat Terjadinya Glikolisis

Glikolisis terjadi di protoplasma.Protoplasma adalah bagian hidup dari sebuah


sel yang dikelilingi oleh membran plasma.

Hasil Glikolisis

Pada proses glikolisis, satu molekul glukosa akan dipecah untuk


menghasilkan dua molekul asam piruvat, dua molekul ATP dan dua NADH (Reduced
nikotinamida adenin dinukleotida) yang membawa elektron. Jadi, hasil akhir
glikolisis adalah 2 molekul ATP dan 2 molekul piruvat. Namun, perlu diingat bahwa
proses awal glikolisis (tahap pertama) memerlukan 2 molekul ATP. Oleh karena itu
proses glikolisis hanya menghasilkan 2 molekul asam piruvat karena sebelumnya
butuh (modal) 2 ATP.
2. Dekarboksilasi Oksidatif

Reaksi yang mengubah asam piruvat (hasil dari Glikolisis) yang beratom 3 C
menjadi senyawa baru yang beratom C dua buah yaitu asetil koenzim-A (asetil ko-A),
reaksi ini berlangsung di inti membran mitokondria.

Setelah melalui reaksi glikolisis, jika terdapat molekul oksigen yang cukup
maka asam piruvat akan menjalani tahapan reaksi selanjutnya, yaitu siklus Krebs
yang bertempat di matriks mitokondria. Jika tidak terdapat molekul oksigen yang
cukup maka asam piruvat akan menjalani reaksi fermentasi. Akan tetapi, asam piruvat
yang mendapat molekul oksigen yang cukup dan akan meneruskan tahapan reaksi
tidak dapat begitu saja masuk ke dalam siklus Krebs, karena asam piruvat memiliki
atom C terlalu banyak yaitu 3 buah. Persyaratan molekul yang dapat menjalani siklus
Krebs adalah molekul tersebut harus mempunyai dua atom C.

Pertama-tama, molekul asam yang dihasilkan reaksi glikolisis akan


melepaskan satu gugus karboksilnya yang sudah teroksidasi sempurna dan
mengandung sedikit energy, yaitu dalam bentuk molekul CO₂. 2 atom karbon yang
tersisa dari piruvat akan dioksidasi menjadi asetat (bentuk ionisasi asam asetat).
Asetat akan mendapat transfer elektron dari NAD⁺ yang tereduksi menjadi NADH.
Kemudian asetat mengikat koenzim A diikat oleh asetat dengan ikatan yang tidak
stabil dan membentuk gugus asetil yang reaktif, yaitu asetil koenzim A yang siap
memberikan asetatnya ke dalam siklus Krebs untuk proses oksidasi lebih lanjut.
Selama reaksi transisi ini, molekul glukosa yang telah menjadi 2 molekul asam
piruvat lewat reaksi glikolisis menghasilkan 2 molekul NADH.
3. Siklus Krebs

Tahap 1 :
Diawali dg reaksi kondensasi antara asetil KoA dg oksaloasetat sehingga
dihasilkan sitrat (yg mrpkan senyawa antara pertama dari siklus ini). Reaksi ini
dikatalisis oleh enzim sitrat sintase

Tahap 2 :
Reaksi pembentukan isositrat dari sitrat melalui senyawa antara terikat enzim,
cis-akonitat, yg dikatalisis secara reversible oleh enzim akonitat hidratase/akonitase

Tahap 3 :
Oksidasi isositrat menjadi α-ketoglutarat berlangsung melalui pembentukan
senyawa antara oksalosuksinat, dikatalisis oleh enzim Isositrat dehidrogenase. Reaksi
ini merupakan reaksi pertama dalam TCA yang menghasilkan NADH.

Tahap 4 :
Dekarboksilasi oksidatif α-ketoglutarat menjadi suksinil Co-A yang
dikatalisis oleh enzim α-ketoglutarat dehidrogenase.

Tahap 5 :
Suksinil KoA mengalami hidrolisis menjadi asam bebasnya. Merupakan
reaksi pelepasan gugus KoA dari suksinil-KoA menjadi di suksinat yg dirangkai dg
rekasi pembentukan energi dalam bentuk Guanosin Trifosfat (GTP) dari Guanosin
Difosfat (GDP) dan fosfat anorganik yang dikatalis oleh enzim Suksinil-KoA
sintetase.

Tahap 6 :
Mengoksidasi suksinat menjadi fumarat yang dikatalis oleh enzim suksinat
dehidrogenase, enzim ini adalah satu-satunya enzim yang terlibat dalam siklus asam
sitrat yang terikat kuat dengan membran. Dua hidrogen ditrasnsfer ke FAD untuk
membentuk FADH₂.

Tahap 7 :
Merupakan reaksi hidrasi fumarat menjadi malat, yaitu penambahan satu
molekul H2O ke ikatan rangkap dalam molekul fumarat utk menghasilkan malat.
Reaksi ini berlangsung secara reversible yg dikatalisis oleh enzim fumarat hidratase
atau fumarase
Tahap 8 :
Reaksi tahap akhir dari siklus krebs, terjadi dehidrogenasi atau oksidasi malat
menjadi oksaloasetat melalui reaksi reversible yang dikatalisis oleh enzim malat
dehidrogenase dan menghasilkan molekul NADH.

Lintasan Siklus Kreb’s (dipetik dari: Murray dkk. Biokimia Harper)


4. TRANSPOR ELEKTRON

Sistem Transpor Elektron (STE) merupakan tahapan terakhir dari respirasi


aerob, dapat disebut juga sistem oksidasi terminal yang terjadi di dalam membran
dalam mitokondria. Hidrogen dari siklus krebs yang tergabung dalam FADH₂ dan
NADH perlu diubah menjadi elektron dan proton. NADH dan FADH₂ akan
dirombak menjadi ATP dengan bantuan molekul oksigen, koenzim Q, sitokrom a,
sitokrom b, dan sitokrom c. NADH dan FADH₂ mengalami oksidasi, dan elektron
berenergi tinggi yang berasal dari reaksi oksidasi ini ditransfer ke koenzim Q. Dengan
bantuan sitokrom, energi yang dihasilkan melepaskan elektron yang cukup besar
untuk menyatukan ADP dan fosfat anorganik menjadi ATP. Setelah menerima
elektron, O₂ akan bereaksi dengan ion H+ membentuk H₂O. Pada akhirnya 1 molekul
NADH dirombak menjadi 3 ATP sedangkan 1 molekul FADH dirombak menjadi 2
ATP.
II. PENGERTIAN ASAM SITRAT

Asam sitrat terdapat pada berbagai jenis buah dan sayuran, namun ditemukan
pada konsentrasi tinggi, yang dapat mencapai 8% bobot kering, pada jeruk lemon dan
limau (misalnya jeruk nipis dan jeruk purut).

Asam sitrat merupakan asam organik lemah yang ditemukan pada daun dan
buah tumbuhan genus Citrus (jeruk-jerukan). Senyawa ini merupakan bahan
pengawet yang baik dan alami, selain digunakan sebagai penambah rasa masam pada
makanan dan minuman ringan. Dalam biokimia, asam sitrat dikenal sebagai senyawa
antara dalam siklus asam sitrat yang terjadi di dalam mitokondria, yang penting
dalam metabolisme makhluk hidup. Zat ini juga dapat digunakan sebagai zat
pembersih yang ramah lingkungan dan sebagai antioksidan.

Nama IUPAC-nya, asam 2-hidroksi-1,2,3-propanatrikarboksilat.


Rumus : C6H8O7
Massa molar : 192,124 g/mol
Kepadatan : 1,66 g/cm³
Titik lebur : 153 °C
Titik didih : 175 °C
Klasifikasi : Citrates

Asam sitrat didapatkan dari tiga gugus karboksil COOH yang dapat melepas
proton dalam larutan. Jika hal ini terjadi, ion yang dihasilkan adalah ion sitrat. Sitrat
sangat baik digunakan dalam larutan penyangga untuk mengendalikan pH larutan. Ion
sitrat dapat bereaksi dengan banyak ion logam membentuk garam sitrat. Selain itu,
sitrat dapat mengikat ion-ion logam dengan pengkelatan, sehingga digunakan sebagai
pengawet dan penghilang kesadahan air.

Pada temperatur kamar, asam sitrat berbentuk serbuk kristal berwarna putih.
Serbuk kristal tersebut dapat berupa bentukan hydrous (bebas air), atau bentuk
monohidrat yang mengandung satu molekul air untuk setiap molekul asam sitrat.
Bentuk anhydrous asam sitrat mengkristal dalam air panas, sedangkan bentuk
monohidrat didapatkan dari kristalisasi asam sitrat dalam air dingin. Bentuk
monohidrat tersebut dapat diubah menjadi bentuk anhydrous dengan pemanasan di
atas 74 °C. Secara kimia, asam sitrat bersifat seperti asam karboksilat lainnya. Jika
dipanaskan di atas 175 °C, asam sitrat terurai dengan melepaskan karbon dioksida
dan air.
SEJARAH ASAM SITRAT

Asam sitrat diyakini ditemukan oleh alkimiawan Arab-Yemen (kelahiran Iran)


yang hidup pada abad ke-8, Jabir Ibn Hayyan. Pada zaman pertengahan, para
ilmuwan Eropa membahas sifat asam sari buah lemon dan limau, hal tersebut tercatat
dalam ensiklopedia Speculum Majus (Cermin Agung) dari abad ke-13 yang
dikumpulkan oleh Vincent dari Beauvais. Asam sitrat pertama kali diisolasi pada
tahun 1784 oleh kimiawan Swedia, Carl Wilhelm Scheele, yang mengkristalkannya
dari sari buah lemon. Pembuatan asam sitrat skala industri dimulai pada tahun 1860,
terutama mengandalkan produksi jeruk dari Italia.

Pada tahun 1893, C. Wehmer menemukan bahwa kapang Penicillium dapat


membentuk asam sitrat dari gula. Namun, pembuatan asam sitrat dengan mikroba
secara industri tidaklah nyata sampai Perang Dunia I mengacaukan ekspor jeruk dari
Italia. Pada tahun 1917, kimiawan pangan Amerika, James Currie menemukan bahwa
galur tertentu kapangAspergillus niger dapat menghasilkan asam sitrat secara efisien,
dan perusahaan kimia Pfizer memulai produksi asam sitrat skala industri dengan cara
tersebut dua tahun kemudian.

PROSES PRODUKSI ASAM SITRAT

Dalam proses produksi asam sitrat yang sampai saat ini lazim digunakan,
biakan kapang Aspergillus niger diberi sukrosa agar membentuk asam sitrat. Setelah
kapang disaring dari larutan yang dihasilkan, asam sitrat diisolasi dengan cara
mengendapkannya dengan kalsium hidroksida membentuk garam kalsium sitrat.
Asam sitrat di-regenerasi-kan dari kalsium sitrat dengan penambahan asam sulfat.

Cara lain pengisolasian asam sitrat dari hasil fermentasi adalah dengan
ekstraksi menggunakan larutan hidrokarbon senyawa basa organik trilaurilamina
yang diikuti dengan re-ekstraksi dari larutan organik tersebut dengan air.

1. METODE FERMENTASI

Proses fermentasi asam sitrat bisa dilakukan dengan 2 metode yaitu metode
permukaan (surface process)/kultur permukaan dan metode bawah permukaan
(submarged process)/kultur terendam. Fermentasi kultur permukaan dapat
menggunakan media cair maupun media padat. Sedangkan pada fermentasi kultur
terendam bisa dilakukan pada fermentor berpengaduk dan air lift fermentor.
Fermentasi kultur terendam lebih sulit dilakukan daripada fermentasi kultur
permukaan tetapi dapat dilakukan secara curah, proses curah terumpani atau
sinambung.

A. MACAM-MACAM FERMENTASI BERDASARKAN BENTUK

 FERMENTASI KULTUR TERENDAM


Saat ini sebagian besar (80%) produksi asam sitrat berasal dari fermentasi kultur
terndam. Fermentasi ini menggunakan paralatan yang lebih canggih dengan
kebutuhan energi yang lebih banyak, tapi lebih sedikit memerlukan lahan dan tenaga
kerja.

 FERMENTASI KULTUR PERMUKAAN

Fermentasi kultur permukaan terbagi dua macam yaitu sebgai berikut :

- Fermentasi Permukaan pada Media Padat


Fermentasi ini menggunakan media padat dari limbah pengolahan hasil pertanian,
seperti onggok, dedak padi, dedak gandum, pulp tebu dan limbah pengolahan nenas.
Pada fermentasi ini, mikroba kurang sensitif terhadap tingginya konsentrasi mineral
mikro.

- Fermentasi Permukaan pada Media Cair


Fermentasi ini menggunakan media cair pada wadah dangkal (tidak terlalu dalam)
sehingga memperluas bidang kontak antara media dengan oksigen di udara.

B. PROSES FERMENTASI

Larutan gula dari berbagai sumber telah digunakan sebagai bahan baku untuk
pembuatan asam sitrat dalam skala industri, tetapi sukrosa dan glukosa tetap
merupakan bahan baku yang paling mudah dan paling baik kemudian diikuti oleh
maltosa dan molase (tetes). Mekanisme pembentukan asam sitrat seperti dinyatakan
dengan siklus Krebs atau siklus asam trikarboksilat, yaitu bahwa asam piruvat yang
diperoleh dari glukosa menghasilkan Acetil CoA yang berkondensasi dengan asam
oxalo-asetat yang telah terbentuk dalam siklus menghasilkan asam sitrat.

Asam sitrat merupakan senyawa antara pada siklus krebs. Lintasan reaksi
karbolik yang mendahului pembentukan asam sitrat ini diantaranya adalah lintasan
glikolisis (Embden-Meyerhoff parnas) dan lintasan Entner Doudoroff yang
menyediakan senyawa antara asam piruvat yang merupakan senyawa kunci dalam
metabolisme sel. Sebagian besar (80%) dari glukosa diubah menjadi piruvat melalui
lintasan glikolisis. Piruvat akan mengalami dekarboksilasi dan berkaitan dengan
koenzim A membentuk asetil KoA dan selanjutnya masuk ke dalam siklus krebs
dengan bantuan enzim piruvat karboksilase yang mengubah piruvat menjadi
oksaloasetat.

Pada Aspergillus niger fosfoenol piruvat dapat diubah langsung menjadi


oksaloasetat (tanpa melalui piruvat) oleh enzim fosfenol piruvat karboksilase. Reaksi
tersebut membutuhkan ATP sebagai sumber energi, Mg2+ atau Mn2+ dan K+ atau
NH4+. Apabila sumber karbon bukan glukosa, tapi misalnya asam asetat atau
senyawa alifatik berantai panjang (C-9, C-23), maka isositrat liase terinduksi
sehingga siositrat diubah menjadi malat oleh malat oleh malat sintesa. Rangkaian
reaksi melalui glioksilat. Bila glukosa ditambahkan glukosa, siklus tersebut
terhambat.

Diduga bahwa terjadinya akumulasi asam sitrat ini adalah sebagai akibat dari
adanya kekurangan enzim disebabkan kurangnya unsure-unsur nutrisi. Kekurangan-
kekurangan nitrogen, fosfat, mangan, besi dan seng adalah unsure-unsur yang sering
disebut-sebut. Apabila kadar logamnya tinggi, maka untuk mengurainya biasanya
tetesnya mengalami pengolahan pendahuluan terlebih dahulu, yaitu dengan
penambahan Kalium ferrosianida atau dengan cara pertukaran ion. Media untuk
produksi asam sitrat harus menyediakan semua kebutuhan zat gizi mikroba, yaitu
meliputi sumber karbon, nitrogen dan mineral.

A. Sumber Karbon
Berbagai hasil pertanian, atau limbah pengolahan hasil pertanian dapat
digunakan sebagai sumber karbon diantaranya adalah umbi-umbian (misalnya ubi
kayu, talas dan singkong) sirup glukosa yang berasal dari pati yang dihidrolisa
dengan asam, sukrosa, molase (bai dari gula maupun bit), onggok, dedak padi atau
gandum, limbah pengolahan kopi dan limbah pengolahan nenas.

B. Sumber Nitrogen dan Mineral


Untuk proses fermentasi dibutuhkan sejumlah senyawa sumber nitrogen dan
mineral (baik mineral makro maupun mikro). Biasanya, mineral mikro (tembaga,
mangan, magnesium,besi,seng dan molybdenum) tidak perlu ditambahkan, karena
pada bahan baku sumber karbon yang dipakai untuk produksi secara komersial,
mineral tersebut sudah terdapat dalam jumlah yang banyak. Justru kadang-kadang
perlu dilakukan perlakuan pendahuluan untuk mengurangi kandungan atau pengaruh
mineral mikro yang bersifat toksik terhadap mikroba. Misalnya pada penambahan
tembaga, asam sitrat tidak akan diproduksi. Penambahn tembaga berkoreasi positif
dengan produksi asam sitrat.

Enzim dalam Proses Pembuatan Asam Sitrat

Enzim yang membantu mempercepat reaksi (katalis) : ATP, Mg2+, Mn2+, dan K+
atau NH4+.

Enzim yang menghambat reaksi (inhibisi) : Kalium ferrosianida

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pembuatan asam oksalat :


1) Konsentrasi pelarut
2) Suhu
3) Waktu reaksi
4) Volume pelarut
DAFTAR PUSTAKA

Dinarsari, Astrinia A. 2013. PROSES HIDROLISA PATI TALAS SENTE (


Alocasia macrorrhiza ) MENJADI GLUKOSA : STUDI KINETIKA REAKSI.
Semarang : Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.
Hutagalung, Halomoan. 2004. Karbohidrat. Sumatera Utara : Bagian Ilmu
Gizi Fakultas Kedokteran.
Almatsier, Sunita.2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.

Girindra, A. 1986. Biokimia 1. Gramedia. Jakarta.

Harminto, Sundowo. 2001. Biologi umum. Universitas terbuka. Jakarta.


“JAMUR/FUNGI”

(Tugas Resume)

Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Adrianto Ahmad, M.T.


Mata Kuliah : Mikrobiologi Dasar

Disusun Oleh:

Geby Yohana Napitupulu (1807111730)


Indah Pratiwi (1807113156)
Muhammad Adli Hariz (1807113105)
Rival Andesta (1807113415)

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA S-1


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2019
1. Pengertian Jamur
Secara umum jamur dapat didefinisikan sebagai organisme eukariotik yang
mempunyai inti dan organel. . Jamur merupakan organisme yang tidak berklorofil
sehingga jamur tidak dapat menyediakan makanan sendiri dengan cara fotosintesis
seperti pada tanaman yang berklorofil. Oleh karena itu, jamur mengambil zat-zat
makanan yang sudah jadi yang dibuat atau dihasilkan oleh organisme lain untuk
kebutuhan hidupnya. Ketergantungan jamur terhadap organisme lain inilah maka jamur
digolongkan sebagai tanaman heterotrofik (memperoleh makanan dari organisme
lainnya). Bagian penting tubuh jamur adalah suatu struktur berbentuk tabung
menyerupai seutai benang panjang, ada yang tidak bersekat dan ada yang bersekat.
Jamur tersusun dari hifa yang merupakan benang-benang sel tunggal panjang, sedangkan
kumpulan hifa disebut dengan miselium. Miselium merupakan massa benang yang
cukup besar dibentuk dari hifa yang saling membelit pada saat jamur tumbuh. Jamur
mudah dikenal dengan melihat warna miseliumnya (Sumarsih, 2003).
Menurut pendapat lain, fungi adalah nama regnum dari sekelompok besar
makhluk hidup eukariotik heterotrof yang mencerna makanannya di luar tubuh lalu
menyerap molekul nutrisi ke dalam sel-selnya. Fungi memiliki bermacam-macam
bentuk. Awam mengenal sebagian besar anggota Fungi sebagai jamur, kapang, khamir,
atau ragi, meskipun seringkali yang dimaksud adalah penampilan luar yang tampak,
bukan spesiesnya sendiri. Fungi memperbanyak diri secara seksual dan aseksual.
Di dalam dunia mikrobia, jamur termasuk divisio Mycota (fungi). Mycota
berasal dari kata mykes (bahasa Yunani), disebut juga fungi (bahasa Latin). Ada
beberapa istilah yang dikenal untuk menyebut jamur, diantaranya adalah:
(a) mushroom yaitu jamur yang dapat menghasilkan badan buah besar, termasuk jamur
yang dapat dimakan
(b) mold yaitu jamur yang berbentuk seperti benang-benang, dan
(c) khamir yaitu jamur bersel satu.
2. Ciri-Ciri Jamur
Adapun ciri-ciri menurut Sumarsih (2003) adalah sebagai berikut:
1) Berupa benang tunggal/ bercabang-cabang (=hifa). Kumpulan hifa
membentuk misellium
2) Mempunyai spora
3) Memproduksi spora
4) Tidak mempunyai klorofil, sehingga tidak berfotosintesis
5) Berkembang biak secara seksual & aseksual
6) Tubuh berfilamen & dinding sel mengandung kitin, glukan, selulosa &
manan
7) Hidup di tempat-tempat yang lembab, sedikit asam, dan tidak begitu
memerlukan cahaya matahari
8) Bersifat heterotroph ( hidup dari senyawa-senyawa organic yang diabsorbsi
dari organisme lain)
9) Memiliki keturunan diploid yang singkat (berumur pendek).

Fungi merupakan organisme menyerupai tanaman, tetapi mempunyai perbedaan


yaitu :
1) Tidak mempunyai klorofil
2) Mempunyai dinding sel dengan komposisi berbeda. Dinding sel terdiri dari
bahan selulose dan ada yang dari bahan kitin.
3) Reproduksi ada yang secara vegetatif / aseksual dan ada yang secara
generatif / seksual. Secara vegetatif dengan spora, tunas, konidia, maupun
fragmentasi. Secara generatif dengan konjugasi membentuk zygospora,
askospora, dan basidiospora.
4) Berkembangbiak dengan spora
5) Tidak mempunyai batang, cabang, akar dan daun
6) Tidak mempunyai sistem vaskuler seperti pada tanaman
7) Bersifat multiseluler, tidak mempunyai pembagian fungsi masing-masing
bagian
3. Struktur Tubuh Jamur
Struktur tubuh jamur menurut Hidayati (2003) tergantung pada jenisnya. Ada
jamur yang satu sel, misalnya khamir, ada pula jamur yang multiseluler membentuk
tubuh buah besar yang ukurannya mencapai satu meter, contohnya jamur kayu. Tubuh
jamur tersusun dari komponen dasar yang disebut hifa. Hifa membentuk jaringan yang
disebut miselium. Miselium menyusun jalinan-jalinan semu menjadi tubuh buah. Hifa
adalah struktur menyerupai benang yang tersusun dari dinding berbentuk pipa. Dinding
ini menyelubungi membran plasma dan sitoplasma hifa. Sitoplasmanya mengandung
organel eukariotik.
Hifa dibatasi oleh dinding melintang atau septa. Septa mempunyai pori besar
yang cukup untuk dilewati ribosom, mitokondria, dan kadangkala inti sel yang mengalir
dari sel ke sel. Akan tetapi, adapula hifa yang tidak bersepta atau hifa senositik. Struktur
hifa senositik dihasilkan oleh pembelahan inti sel berkali-kali yang tidak diikuti dengan
pembelahan sitoplasma. Hifa pada jamur yang bersifat parasit biasanya mengalami
modifikasi menjadi haustoria yang merupakan organ penyerap makanan dari substrat;
haustoria dapat menembus jaringan substrat.

Gambar 3.1 Struktur Jamur

Jamur sederhana berupa sel tunggal atau benang-benang hifa saja. Jamur tingkat
tinggi terdiri dari anyaman hifa yang disebut prosenkim atau pseudoparenkim. Posenkim
adalah jaringan hifa yang kendor dan pseudoparenkim adalah anyaman hifa yang lebih
padat dan seragam. Sering terdapat anyaman hifa yang padat dan berguna untuk
mengatasi kondisi buruk yaitu rhizomorf atau sklerotium. Ada pula yang disebut stroma
yaitu jalinan hifa yang padat dan berfungsi sebagai bantalan tempat tumbuhnya
bermacam-macam bagian lainnya (Sumarsih, 2003).

4. Sifat dan Cara Hidup Jamur


Semua jenis jamur bersifat heterotrof. Namun, berbeda dengan organisme lainnya,
jamur tidak memangsa dan mencernakan makanan. Clntuk memperoleh makanan, jamur
menyerap zat organik dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya, kemudian
menyimpannya dalam bentuk glikogen. Oleh karena jamur merupakan konsumen maka
jamur bergantung pada substrat yang menyediakan karbohidrat, protein, vitamin, dan
senyawa kimia lainnya. Semua zat itu diperoleh dari lingkungannya. Sebagai makhluk
heterotrof, jamur dapat bersifat parasit obligat, parasite fakultatif, atau saprofit
(Sumarsih, 2003).
a. Parasit obligat
Merupakan sifat jamur yang hanya dapat hidup pada inangnya, sedangkan di luar
inangnya tidak dapat hidup. Misalnya, Pneumonia carinii (khamir yang
menginfeksi paru-paru penderita AIDS).
b. Parasit fakultatif
Adalah jamur yang dapat hidup di luar inangnya, dan bersifat parasit jika
mendapatkan inang yang sesuai, tetapi bersifat saprofit jika tidak mendapatkan
inang yang cocok. Misalnya Pythium sp. Yang hidup sebagai saprofit di tanah
lembab dan dapat menyebabkan penyakit busuk pada kecambah tembakau.
c. Saprofit
Merupakan jamur pelapuk dan pengubah susunan zat organik yang mati. Jamur
saprofit menyerap makanannya dari organisme yang telah mati seperti kayu
tumbang dan buah jatuh. Sebagian besar jamur saprofit mengeluar-kan enzim
hidrolase pada substrat makanan untuk mendekomposisi molekul kompleks
menjadi molekul sederhana sehingga mudah diserap oleh hifa. Selain itu, hifa
dapat juga langsung menyerap bahan-bahan organik dalam bentuk sederhana
yang dikeluarkan oleh inangnya. Misalnya marga Trichoderma yang dapat
mendekomposisi limbah organic menjadi kompos, Macrolepiota procera,
Leucoagaricus pudicus, Rhodotus palmatus, dan Pleurotus ostreatus.

Cara hidup jamur lainnya adalah melakukan simbiosis mutualisme. Jamur yang
hidup bersimbiosis, selain menyerap makanan dari organisme lain juga menghasilkan zat
tertentu yang bermanfaat bagi simbionnya. Simbiosis mutualisme jamur dengan tanaman
dapat dilihat pada mikoriza, yaitu jamur yang hidup di akar tanaman kacang-kacangan
atau pada liken. Jamur berhabitat pada bermacammacam lingkungan dan berasosiasi
dengan banyak organisme. Meskipun kebanyakan hidup di darat, beberapa jamur ada
yang hidup di air dan berasosiasi dengan organisme air. Jamur yang hidup di air
biasanya bersifat parasit atau saprofit, dan kebanyakan dari kelas Oomycetes.

5. Klasifikasi Jamur
Jamur atau fungi dipelajari secara spesifik di dalam cabang biologi yang disebut
mikologi. Para ahli mikologi (mycologist) mengelompokkan kingdom ini ke dalam 6
divisi. Dasar yang digunakan dalam klasifikasi ini adalah persamaan ciri-ciri. Salah satu
ciri jamur adalah bereproduksi dengan spora, baik spora berflagela maupun spora tidak
berflagela. Jenis-jenis jamur yang sporanya berflagela dikelompokan dalam Dunia
Protista yaitu Myxomycotina dan Oomycotina. Sedangkan yang memiliki spora tidak
berflagela dimasukkan ke dalam Dunia Fungi dan dibagi menjadi 3 divisi, yaitu Divisi
Zygomycotina, Divisi Ascomycotina, dan Divisi Basidiomycotina. Dasar klasifikasi
ketiga divisi tersebut adalah cara reproduksi seksual, sedangkan jamur-jamur yang
reproduksi seksualnya belum diketahui, diklasifikasikan ke dalam Divisi
Deuteromycotina. Berikut klasifikasi Jamur menurut Sumarsih (2003):

1) Myxomycotina (Jamur lendir)


Pada umumnya, jamur lendir berwarna (berpigmen) kuning atau orange,
walaupun ada sebagian yang berwarna terang. Jamur ini bersifat heterotrof dan hidup
secara bebas. Tahapan memperoleh makan dalam siklus hidup jamur lendir merupakan
suatu massa ameboid yang disebut plasmodium. Plasmodium ini dapat tumbuh besar
hingga diameternya mencapai beberapa sentimeter. Walaupun berukuran besar,
plasmodium bukan multiseluler.
Plasmodium merupakan massa tunggal sitoplasma yang mengandung banyak inti
sel. Plasmodium menelan makanan melalui fagositosis. Mereka melakukan ini sambil
menjulurkan pseudopodia melalui tanah yang lembab, daun-daunan, atau kayu yang
membusuk. Jika habitat jamur lendir mulai mongering atau tidak ada makanan yang
tersisa, plasmodium akan berhenti tumbuh dan berdiferensiasi menjadi tahapan siklus
hidup yang berfungsi dalam tahapan reproduksi seksual. Contoh jamur lendir adalah
jenis Dyctystelum discridium.

Gambar 5.1 Siklus Hidup Dyctystelum discridium.

2) Oomycotina (Jamur Air)


Oomycotina berarti fungi telur. Istilah ini didasarkan pada cara reproduksi
seksual pada jamur air. Beberapa anggota Oomycotina bersifat uniseluler dan tidak
memiliki kloroplas. Jamur air memiliki dinding sel terbuat dari selulosa, yang berbeda
dengan dinding sel jamur sejati yang terbuat dari polisakarida yang disebut kitin. Yang
membedakan jamur air dengan jamur sejati adalah adanya sel bifl agellata yang terjadi
pada daur hidup jamur air. Sementara jamur sejati tidak memiliki flagella.
Sebagian besar jamur air hidup secara bebas atau melekat pada sisa-sisa
tumbuhan di kolam, danau, atau aliran air. Meraka hidup sebagai pengurai dan
berkoloni. Walaupun begitu, ada juga yang hidup pada sisik atau insang ikan yang
terluka sebagai parasit. Contoh anggota Oomycotina adalah Saprolegnia, dan
Phytoptora infestans. Selain bersifat parasit, jamur air juga bersifat patogen (dapat
menimbulkan penyakit), seperti menyebabkan pembusukan kayu pada kentang dan
tomat.

Gambar 5.2 Anggota Oomycota

Jamur air dapat bereproduksi secara seksual atau aseksual. Secara aseksual,
jamur air menghasilkan sporangium di ujung hifa. Di dalam sporangium tersebut,
dihasilkan spora yang berfl agella yang disebut zoospora. Ketika zoospora matang dan
jatuh di tempat yang sesuai, maka akan berkecambah dan tumbuh menjadi mycelium
baru. Adapun reproduksi secara seksual terjadi melalui penyatuan gamet jantan dan
gamet betina. Gamet jantan dihasilkan oleh antheredium dan gamet betina dihasilkan
dari oogonium. Penggabungan gamet jantan dan gamet betina menghasilkan zigot
diploid. Zigot ini nantinya akan berkembang menjadi spora, yang berdinding tebal. Saat
spora berkecambah, akan dihasilkan mycelium baru.

3) Zygomycotina
Zygomycotina disebut juga sebagai the coenocytic true fungi. Jenis jamur yang
terkenal dari kelompok ini adalah jamur hitam pada roti (black bread mold) atau
Rhizopus sp. Divisi Zygomycotina memiliki anggota yang hampir semuanya hidup pada
habitat darat, kebanyakan hidup sebagai saprofit. Tubuhnya bersel banyak, berbentuk
benang (hifa) yang tidak bersekat, bersifat kaenositik (mempunyai beberapa inti) dan
tidak menghasilkan spora yang berflagella.
Reproduksi Zygomycotina terjadi secara aseksual dan seksual. Pada reproduksi
seksual, jamur ini menghasilkan zigospora. Sedangkan reproduksi aseksualnya dengan
perkecambahan (germinasi) spora. Spora tersebut tersimpan di dalam sporangium (kotak
spora). Jika spora matang, sporangium akan pecah, sehingga spora menyebar terbawa
angin. Apabila spora tersebut jatuh di tempat yang sesuai, maka spora akan tumbuh
menjadi hifa baru.
Reproduksi seksual atau generatif dilakukan dengan cara konjugasi. Proses ini
diawali ketika dua hifa yang berlainan jenis, yakni hifa (+) dan hifa (-), saling
berdekatan. Masing-masing hifa pada sisi-sisi tertentu mengalami pembengkakan dan
perpanjangan pada bagian- bagian tertentu, disebut gametangium. Kemudian, kedua
gametangium tersebut bertemu dan kedua intinya melebur membentuk zigot. Zigot
kemudian berkembang menjadi zigospora (diploid). Pada tahapan berikutnya, zigospora
tumbuh, dindingnya menebal dan berwarna hitam. Inti diploid (2n) mengalami meisosis,
menghasilkan inti haploid (n). Pada lingkungan yang sesuai, zigospora akan tumbuh dan
membentuk sporangium. Sporangium ini memiliki struktur penopang yang disebut
sporangiofora. Selanjutnya, reproduksi secara aseksual dimulai lagi yaitu ditandai
dengan pematangan sporangium hingga sporangium tersebut pecah dan spora tersebar
keluar.

Gambar 5.3 Siklus Hidup Rhizopus stolonifer


Zygomycotina memiliki beberapa jenis yang mudah dijumpai dan merupakan
jamur pada makanan. Jenis-jenis jamur tersebut antara lain:
1) Rhizophus stolonifera
Jamur ini tampak sebagai benang-benang berwarna putih, memiliki rizoid dan
stolon. Merupakan saprofit yang hidup pada bungkil kedelai dan bermanfaat
dalam pembuatan tempe.
2) Rhizophus nigricans , Jamur ini dapat menghasilkan asam fumarat.
3) Mucor mucedo
Jamur ini hidup secara saprofit. Sering dijumpai pada roti, sisa-sisa makanan dan
kotoran ternak. Miselium jamur ini berkembang di dalam substrat. Memiliki
sporangium yang dilengkapi oleh sporangiofor.
4) Pilobolus sp.
Jamur ini sering disebut „pelempar topi‟, karena bila sporangiumnya telah masak,
jamur ini bisa melontarkannya sampai sejauh 8 meter. Spora tersebut kemudian
melekat pada rumput atau tumbuhan lain. Ketika tumbuhan tersebut dimakan
hewan, spora jamur yang melekat tersebut akan berkecambah di dalam saluran
pencernaan dan akan tumbuh pada kotoran yang dikeluarkan hewan tersebut.

Gambar 5.4 Struktur Rhizopus stolonifer dan Rhizopus Nigricans


4) Ascomycotina
Ascomycotina disebut juga sebagai the sac fungi. Merupakan fungi yang
reproduksi seksualnya dengan membuat askospora di dalam askus (ascus = sac atau
kantung/pundi-pundi). Askus adalah semacam sporangium yang menghasilkan
askospora. Beberapa askus biasanya mengelompok dan berkumpul membentuk tubuh
buah yang disebut askorkarp atau askoma (kalau banyak disebut askomata). Askomata
bisa berbentuk mangkok, botol, atau seperti balon). Hifa dari Ascomycotina umumnya
monokariotik (uninukleat atau memiliki inti tunggal) dan sel-sel yang dipisahkan oleh
septa sederhana. Jadi, askus merupakan struktur umum yang dimiliki oleh anggota
Divisi Ascomycotina.
Tubuhnya ada yang berupa uniseluler dan ada pula yang multiseluler. Hidup
sebagai saprofit dan parasit. Beberapa jenis diantaranya dapat juga bersimbiosis dengan
makhluk hidup ganggang hijau-biru dan ganggang hijau bersel satu membentuk lumut
kerak. Siklus hidup Ascomycotina dimulai dari askospora yang tumbuh menjadi benang
(hifa) yang bercabang-cabang. Kemudian, salah satu dari beberapa sel pada ujung hifa
berdiferensiasi menjadi askogonium, yang ukurannya lebih lebar dari hifa biasa.
Sedangkan ujung hifa yang lainnya membentuk Anteridium. Anteridium dan
Askogonium tersebut letaknya berdekatan dan memiliki sejumlah inti yang haploid.
Pada askogonium tumbuh trikogin yang menghubungkan askogonium dengan
anteredium. Melaui trikogin ini inti dari anteredium pindah ke askogonium dan
kemudian berpasangan dengan inti pada askogonium. Selanjutnya pada askogonium
tumbuh sejumlah hifa yang disebut hifa askogonium. Inti-inti membelah secara mitosis
dan tetap berpasangan. Hifa askogonium tumbuh membentuk septa bercabang. Bagian
askogonium berinti banyak, sedangkan pada bagian ujungnya berinti 2. Bagian ujung
inilah yang akan tumbuh menjadi bakal askus. Hifa askogonium ini kemudian
berkembang disertai pertumbuhan miselium vegetatif yang kompak, membentuk tubuh
buah. Dua inti pada bakal askus membentuk inti diploid yang kemudian membelah
secara meiosis untuk menghasilkan 8 spora askus (askospora). Apabila askospora
tersebut jatuh pada lingkungan yang sesuai maka ia akan tumbuh membentuk hifa atau
miselium baru.
Reproduksi aseksual pada Ascomycotina adalah dengan cara membentuk tunas
dan spora aseksual. Pembentukan tunas terjadi pada jamur uniseluler dan spora aseksual
pada jamur terjadi pada jamur multiseluler. Spora aseksual tersebut terbentuk pada ujung
hifa khusus yang disebut konidiofor dan sporanya disebut konidia. Konidia merupakan
spora yang dihasilkan secara eksternal, yaitu di luar kotak spora atau sporangium.

Berikut adalah beberapa contoh jamur anggota Divisi Ascomycotina:


1) Saccharomyces cerevisiae
Saccharomyces cerevisiae merupakan jamur mikroskopis, bersel tunggal dan tidak
memiliki badan buah, sering disebut sebagai ragi, khamir, atau yeast. Reproduksi
vegetatifnya adalah dengan membentuk kuncup atau tunas (budding). Pada kondisi
optimal, khamir dapat membentuk lebih dari 20 tunas. Tunas-tunas tersebut semakin
membesar dan akhirnya terlepas dari sel induknya. Tunas yang terlepas ini kemudian
tumbuh menjadi individu baru.
Reproduksi generatif terjadi dengan membentuk askus dan askospora. Askospora
dari 2 tipe aksus yang berlainan bertemu dan menyatu menghasilkan sel diploid.
Selanjutnya terjadi pembelahan secara meiosis, sehingga beberapa askospora (haploid)
dihasilkan lagi. Askospora haploid tersebut berfungsi secara langsung sebagai sel ragi
baru. Cara reproduksi seksual ini terjadi saat reproduksi aseksual tidak bisa dilakukan,
misalnya bila suplai makanan terganggu atau lingkungan hidupnya tidak mendukung.
Dalam kehidupan manusia, S. cerevisiae dimanfaatkan dalam pembuatan roti, tape,
peuyeum, minuman anggur, bir, dan sake. Proses yang terjadi dalam pembuatan
makanan tersebut adalah fermentasi.

Gambar 5.5 Saccharomyces cerevisiae


2) Penicillium sp.
Penicillium hidup sebagai saprofi t pada substrat yang banyak mengandung
gula, seperti nasi, roti, dan buah yang telah ranum. Pada substrat gula tersebut,
jamur ini tampak seperti noda biru atau kehijauan. Reproduksi jamur Penicillium
berlangsung secara vegetatif (konidia) dan secara generatif (askus). Beberapa
contoh jamur anggota genus Penicillium antara lain:

a) Penicillium notatum dan Penicillium chrysogenum


Kedua jenis Penicillium ini menghasilkan zat antibiotik (penisilin)

Gambar 5.6 Penicillium notatum

b) Penicillium roquefortii dan


Kedua jenis jamur ini biasa dimanfaatkan dalam memberti cita rasa atau
mengharumkan keju.

Gambar 5.7 Penicillium camemberti


3) Aspergillus spp.
Jamur ini biasanya tumbuh berkoloni pada makanan, pakaian, dan alat-alat
rumah tangga. Koloni Aspergillus berwarna abu-abu, hitam, coklat, dan kehijauan.
Distribusinya luas, dapat tumbuh di daerah beriklim dingin maupun daerah tropis.
Reproduksi secara vegetatif dengan konidia yang disebarkan oleh angin.

Gambar 5.8 Aspergillus spp.

Beberapa jenis jamur anggota marga Aspergillus adalah:


a) Aspergillus oryzae
Jamur ini biasa digunakan untuk mengempukkan adonan roti, dan jamur tersebut
dapat menghasilkan enzim protease.
b) Aspergillus wentii
Aspergilus jenis ini berperan dalam dalam pembuatan sake, kecap, tauco, asam
sitrat, asam oksalat, dan asam format, serta penghasil enzim protease.
c) Aspegillus niger
Jenis ini dimanfaatkan untuk menghilangkan gas O2 dari sari buah, dan dapat
menjernihkannya. Jamur tersebut juga dapat menghasilkan enzim glukosa
oksidase dan pektinase.
d) Apergillus flavus
Jenis Aspergilus ini menghasilkan aflatoksin, penyebab kanker pada manusia.
e) Apergillus nidulans
Jamur ini hidup sebagai parasit pada telinga, menyebabkan automikosis.
4) Neurospora crassa
Neurospora crassa dikenal sebagai jamur oncom karena sering digunakan
untuk membuat oncom. Warna merah muda atau jingga yang muncul pada oncom
merupakan warna konidia jamur tersebut. Awalnya jenis ini dikelompokkan ke
dalam Divisi Deuteromycota, dengan nama Monilia sitophila. Tetapi setelah
ditemukan alat reproduksi generatifnya, berupa askus, sekarang jamur ini
dimasukkan ke dalam kelompok Ascomycotina.

5) Morchella deliciosa dan Morchella esculenta


Kedua jenis jamur ini merupakan jamur makroskopis, hidup di tanah.
Karena rasanya yang lezat, jamur ini menjadi konsumsi manusia. Dalam dunia
perdagangan jamur ini dikenal dengan nama morel, ukuran tubuhnya sedang,
berwarna coklat kemerahmerahan, tubuhnya seperti spons dan sering dijual dalam
bentuk awetan.

5. Basidiomycotina
Divisi Basidiomycotina sering disebut juga sebagai the club fungi atau yang
sering disebut jamur pada umumnya (cendawan atau mushrooms). Jamur ini
bereproduksi secara seksual dengan membentuk basidia yang kemudian menghasilkan
basidiospora di dalam tubuh buah yang disebut basidioma atau basidiokarp . Basidia
tersebut bisa berkembang dalam bentuk seperti insang, pori-pori, seperti gigi, atau
struktur lain. Hifa dari Basiomycotina umumnya dikaryotik (binukleat, dengan 2 inti)
dan terkadang memiliki hubungan yang sa ling mengapit. Sel-sel tersebut dipisahkan
oleh septa yang kompleks.
Anggota nya kebanyakan berupa jamur makroskopis. Kelompok ini memiliki
miselium yang bersekat dan memiliki tubuh buah (basi diokarp) yang panjang, berupa
lembaran- lembaran, yang berliku-liku atau bulat. Jamur ini umumnya hidup saprofi t
dan parasit, umumnya berkembang biak secara aseksual dengan konidium.
Siklus hidup Basidiomycota dimulai dari spora basidium atau konidium yang
tumbuh menjadi hifa yang bersekat dengan 1 inti (monokariotik). Hifa tersebut
kemudian tumbuh membentuk miselium. Hifa-hifa yang berbeda, hifa (+) dan hifa (-),
bersinggungan pada masing- masing ujungnya dan melebur diikuti dengan larutnya
masingmasing dinding sel. Kemudian inti sel dari salah satu sel pindah ke sel yang
lainnya, sehingga sel tersebut memiliki 2 inti sel (dikariotik). Sel dikariotik tersebut
akhirnya tumbuh menjadi miselium dikariotik dan selanjutnya menjadi tubuh buah
(basidiokarp).
Basidiokarp memiliki bentuk seperti payung. Pada bagian bawahnya terdapat
basidium yang terletak pada bilah-bilah (lamela). Masingmasing basidium memiliki 2
inti (2n). Kemudian 2 inti tersebut mengalami meiosis dan akhirnya terbentuk 4 inti
haploid. Dan apabila mendapatkan lingkungan yang sesuai, inti haploid tersebut akan
tumbuh menjadi spora basidium, atau disebut juga spora seksual. Begitu seterusnya
membentuk siklus hidup Basidiomycotina.
Berbagai jenis jamur yang dikonsumsi kita konsumsi dalam kehidupan sehari-
hari adalah anggota Basidiomycotina. Jenis-jenis tersebut antara lain:
a) Volvariella volvacea (jamur merang)
Jamur ini mempunyai tubuh buah berbentuk seperti payung, terdiri atas
lembaran-lembaran (bilah), yang berisi basidium. Tubuh buahnya berwarna putih
kemerah-merahan. Jamur ini merupakan sumber protein, kadar kalorinya tinggi,
tetapi kadar kolesterolnya rendah.
b) Auricularia polythrica (jamur kuping)
Jamur kuping merupakan jamur saprofit pada kayu yang mati. Tubuh
buahnya berbentuk seperti daun telinga (kuping), berwarna merah kecoklat-
coklatan. Rasanya enak dan bisa dimakan seperti sayuran.

Gambar 5.9 Jamur merang dan Jamur Kuping


c) Amanita phalloides
Amanita phalloides merupakan salah satu anggota suku Amanitaceae.
Amanita, merupakan cendawan yang indah, tetapi juga merupakan anggota
daftar cendawan yang mematikan di bumi, mengandung cukup racun untuk
membunuh seorang dewasa hanya dengan sepotong tubuhnya. Jamur ini hidup
sebagai saprofi t pada kotoran hewan ternak, memiliki tubuh buah berbentuk
seperti payung.
d) Puccinia graminis (jamur karat)
Jamur ini hidup parsit pada daun rumput-rumputan (Graminae), tubuhnya
makroskopik, tidak memiliki tubuh buah, dan sporanya berwarna merah
kecoklatan seperti warna karat.

6) Deuteromycotin
Beberapa jamur yang belum diketahui alat reproduksi generatifnya dimasukkan
ke dalam Deuteromycotina. Kelompok jamur ini juga sering disebut sebagai jamur tidak
sempurna atau the imperfect fungi. Jamur ini tidak mengalami reproduksi seksual atau
mereka menunjukkan tahap aseksual (anamorph) dari jamur yang memiliki tahap
seksual (teleomorph). Jamur ini menyerupai Ascomycotina (septanya sederhana). Jadi,
kelompok ini bisa dikatakan sebagai “keranjang sampah”. Apabila pada penelitian
berikutnya ditemukan cara reproduksi seksualnya, maka suatu jenis jamur anggota
Deuteromycotina akan bisa dikelompokkan ke dalam Divisi Ascomycotina atau Divisi
Basidiomycotina. Contohnya adalah Neurospora crassa yang saat ini dimasukkan ke
dalam kelompok Ascomycotina. Berikut ini contoh lain Deuteromycota dalam Gandjar
dkk., 2006):
1. Epidermophyton floocosum, menyebabkan kutu air.
2. Epidermophyton, Microsporum, penyebab penyakit kurap.
3. Melazasia fur-fur, penyebab panu.
4. Altenaria Sp. hidup pada tanaman kentang.
5. Fusarium, hidup pada tanaman tomat.
6. Trychophyton tonsurans, menimbulkan ketombe di kepala
Gambar 5.10. Anggota Deuteromycota

Beberapa jamur parasit pada hewan-hewan kecil mengembangkan unbranched


body di dalam tubuh korbannya, kemudian secara perlahan- lahan menyerap nutrien
sampai korbannya mati. Setelah itu jamur tersebut memproduksi rantai spora yang
mungkin menempel atau termakan oleh hewan-hewan lain yang akan menjadi
korbannya. Cara lain adalah dengan menangkap mangsanya dengan hifa yang dapat
menusuk, dengan menumpangi dan melekat pada amuba. Salah satu kelompok jamur
penghuni tanah ada yang mampu menangkap cacing nematoda dengan membentuk
cincin hifa atau hyphal loop. Ukuran cicin hifa tersebut lebih kecil dari ukuran tubuh
nematode dan run cing pada kedua ujungnya. Ketika nematoda memasukkan kepalanya
ke dalam cincin hifa, cacing tersebut cenderung berusaha keluar dengan bergerak maju,
bukan mundur, sehingga cacing tersebut justru terjebak pada kumparan hifa jamur
tersebut. Setelah berhasil menjerat korbannya, jamur tersebut kemudian membentuk
haustoria yang tumbuh menembus ke dalam tubuh cacing dan mencernanya.
Deuteromycetes secara filogenetik bukan merupakan suatu kelompok taksonomi
(Gandjar dkk., 2006). Pada manusia, jamur anggota Divisi Deuteromycotina umumnya
menyebabkan penyakit. Epidermophyton floocosum menyebabkan penyakit kaki atlet.
Jenis lain yang merupakan penyebab penyakit pada manusia adalah Candida albicans.
Jamur mikroskopis ini memiliki bentuk tubuh mirip ragi, tetapi sifat hidupnya adalah
parasit. Penyakit yang ditimbulkannya adalah penyakit keputihan yang terjadi karena
adanya infeksi pada vagina.
Deuteromycotina yang merupakan penyebab penyakit pada tanaman. Sclerotium
rolfsie adalah jamur yang menyebabkan penyakit busuk pada tanaman.Sedangkan
Helminthosporium oryzae adalah contoh jamur parasit yang dapat merusak kecambah
dan buah serta dapat menimbulkan noda-noda berwarna hitam pada daun inangnya.

6) Habitat Jamur
Jamur hidup pada lingkungan yang beragam namun sebagian besar jamur hidup
di tempat yang lembab. Habitat fungi berada di darat (terestrial) dan di tempat lembab.
Meskipun demikian banyak pula fungi yang hidup pada organisme atau sisa-sisa
organisme di laut atau di air tawar. Jamur juga dapat hidup di lingkungan yang asam.
Sedangkan reproduksinya fungi melakukan reproduksi secara aseksual dan seksual.
Reproduksi secara aseksual terjadi dengan pembentukan kuncup atau tunas pada jamur
uniselule serta pemutusan benang hifa (fragmentasi miselium) dan pembentukan spora
aseksual (spora vegetatif) pada fungi multiseluler. Reproduksi jamur secara seksual
dilakukan oleh spora seksual. Spora seksual dihasilkan secara singami. Singgami terdiri
dari dua tahap, yaitu tahap plasmogami dan tahap kariogami (Gandjar, 2006).

7) Pertumbuhan dan Reproduksi


Reproduksi jamur dapat secara seksual (generatif) dan aseksual (vegetatif).
Secara aseksual, jamur menghasilkan spora. Spora jamur berbeda-beda bentuk dan
ukurannya dan biasanya uniseluler, tetapi adapula yang multiseluler. Apabila kondisi
habitat sesuai, jamur memperbanyak diri dengan memproduksi sejumlah besar spora
aseksual. Spora aseksual dapat terbawa air atau angin. Bila mendapatkan tempat yang
cocok, maka spora akan berkecambah dan tumbuh menjadi jamur dewasa.
Reproduksi secara seksual pada jamur melalui kontak gametangium dan
konjugasi. Kontak gametangium mengakibatkan terjadinya singami, yaitu persatuan sel
dari dua individu. Spora dihasilkan di dalam atau dari struktur hifa yang terspesalisasi.
Ketika kondisi lingkngan memungkinkan, pertumbuhan yang cepat, fungi mengklon diri
mereka sendiri dengan cara menghasilkan banyak sekal spora secara aseksual. Terbawa
oleh angin atau air, spora-spora tersebut berkecamabh jika berada pada tempat yang
lembab pada permukaan yang sesuai (Hidayati dalam Gandjar, 2006).

Gambar 5.11 Cara Reproduksi Jamur secara Seksual

Gambar 5.12. Spora pada Jamur


Menurut Pelczar dalam Sumarsih (2003), bahwa spora seksual yang dihasilkan
dari peleburan dua nukleus. Ada beberapa spora seksual yaitu:
a. Aksospora: Spora bersel satu ini terbentuk di dalam pundi atau kantung yang
dinamakan askus. Biasanya terdapat delapan askospora di dalam setiap askus.
b. Basidiospora: Spora bersel satu ini terbentuk di atas struktur berbentuk gada yang
dinamakan basidium.
c. Zigospora: merupakan spora besar berdinding tebal yang terbentuk apabila ujung-
ujung dua hifa yang secara seksual serasi, disebut juga gametangin, pada beberapa
cendawan melebur.
d. Oospora: Spora ini terbentuk di dalam struktur betina khusus yang disebut
ooginium, pembuahan telur atau oosfer oleh gamet jantan yang terbentuk di dalam
anteredium mengasilkan oospora.

8) Peran Jamur Bagi Manusia


Penggunaan manusia jamur untuk persiapan makanan atau pelestarian dan
keperluan lainnya sangat luas dan memiliki sejarah panjang. Jamur pertanian dan
mengumpulkan jamur merupakan industri besar di banyak negara. Studi tentang dampak
menggunakan historis dan sosiologis dari jamur ini dikenal sebagai ethnomycology .
Pada kurun waktu beberapa tahun ini, metode telah dikembangkan untuk
rekayasa genetika jamur, yang memungkinkan rekayasa metabolik spesies jamur.
Sebagai contoh, modifikasi genetik dari spesies ragi yang mudah tumbuh pada tingkat
yang cepat dalam fermentasi besar kapal-telah membuka cara farmasi produksi yang
berpotensi lebih efisien daripada produksi oleh organisme sumber asli.
Peranan jamur dalam kehidupan manusia sangat banyak, baik peran yang
merugikan maupun yang menguntungkan. Jamur yang menguntungkan meliputi
berbagai jenis antara lain menurut Sumarsih (2003) sebagai berikut.
1) Volvariella volvacea (jamur merang) berguna sebagai bahan pangan berprotein
tinggi.
2) Rhizopus dan Mucor berguna dalam industri bahan makanan, yaitu dalam pembuatan
tempe dan oncom.
3) Khamir Saccharomyces berguna sebagai fermentor dalam industri keju, roti, dan bir.
4) Penicillium notatum berguna sebagai penghasil antibiotik.
5) Higroporus dan Lycoperdon perlatum berguna sebagai dekomposer.

Di samping peranan yang menguntungkan, beberapa jamur juga mempunyai


peranan yang merugikan, antara lain sebagai berikut.
1) Phytium sebagai hama bibit tanaman yang menyebabkan penyakit rebah semai.
2) Phythophthora inf'estan menyebabkan penyakit pada daun tanaman kentang.
3) Saprolegnia sebagai parasit pada tubuh organisme air. Albugo merupakan parasit
pada tanaman pertanian.
4) Pneumonia carinii menyebabkan penyakit pneumonia pada paru-paru manusia.
5) Candida sp. penyebab keputihan dan sariawan pada manusia.
DAFTAR PUSTAKA

Gandjar, I., W. Sjamsuridzal, dan A. Oetari. 2006. Mikologi: dasar dan terapan. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia.

Hidayati, Permata Ika. 2016. Diktat Kuliah Mikrobiologi Dasar.

Sumarsih, Sri. 2003. Diktat Kuliah Mikrobiologi Dasar. Yogyakarta: Fakultas Pertanian
UPN Veteran Yogyakarta.
“ LIPID ”
(Tugas Resume)

DosenPembimbing : Prof. Dr. Adrianto Ahmad, M.T.


Mata Kuliah : Mikrobiologi Dasar

Disusun Oleh:

Geby Yohana Napitupulu (1807111730)


Indah Pratiwi (1807113156)
Muhammad AdliHariz (1807113105)
Rival Andesta (1807113415)

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA S-1


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2019
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................................ i

DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii

PEMBAHASAN .............................................................................................................. 1

1. Pengertian Lipid ................................................................................................. 1

2. Fungsi Lipid ........................................................................................................ 1

3. Jenis Lipid ........................................................................................................... 3

4. Metabolisme Lipid .............................................................................................. 6

5. Enzim pada Lipid ............................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 23

ii
1. Pengertian Lipid
Lipid digunakan sebagai sinonim untuk lemak, lemak adalah subkelompok lipid
yang disebut trigliserida. Lipid juga mencakup molekul seperti asam lemak dan
turunannya (termasuk tri-, di-, monogliserida, dan fosfolipid), serta metabolit lainnya
yang mengandung sterol seperti kolesterol. Lipid dapat didefinisikan secara luas
sebagai molekul kecil hidrofobik (Susanti, 2017).
Lipid atau lemak adalah senyawa biologik yang dapat larut dalam pelarut nonpolar
seperti kloroform, eter, dan benzen. dibandingkan dalam air. Lipid terdapat dalam
makanan sebagian besar berupa lemak. Umumnya, lipid merupakan konduktor panas
yang buruk, sehingga lipid dalam tubuh mempunyai fungsi untuk mencegah terjadinya
kehilangan panas dari tubuh. Lemak juga merupakan salah satu bahan makanan yang
mengandung vitamin A, D, E, dan K. Lemak dalam tubuh berasal dari tiga sumber:
1. Dari makanan yang dikonsumsi
2. Proses biosintesis yang terjadi di dalam hati
3. Pemecahan molekul lemak dengan bantuan enzim lipase yang diangkut dari
jaringan adipose

2. Fungsi Lipid
Ada beberapa fungsi lipid menurut Susanti (2017) di antaranya :
1. Fungsi lipid untuk Produksi energi dan penyimpanan
Peran utama dari lipid dalam tubuh adalah untuk menyediakan energi untuk
otot dan proses tubuh. Lemak adalah energi padat, mengandung 9 kalori per gram,
sedangkan protein dan karbohidrat hanya mengandung 4 kalori per gram. Sekitar
setengah dari bahan bakar yang dibutuhkan tubuh saat istirahat atau selama
aktivitas sehari-hari berasal dari lipid. Jika mengkonsumsi lebih banyak kalori
dalam sehari, kelebihan energi disimpan sebagai lemak dalam sel adipose.

2. Fungsi lipid untuk Isolasi dan Perlindungan


Lipid juga digunakan untuk melindungi dan melindungi tubuh. Tubuh
memiliki lapisan lemak di bawah kulit Anda yang membantu untuk menjaga secara

1
reguler suhu tubuh internal meskipun suhu eksternal sering berubah-ubah. organ-
organ vital Anda, seperti ginjal, memiliki lapisan lemak di sekitar mereka yang
bertindak seperti bungkus gelembung untuk melindungi mereka dari cedera. Tanpa
lapisan lipid ini, setiap benjolan dan memar bisa menyakiti organ.

3. Fungsi lipid untuk Pencernaan dan penyerapan


Asam empedu yang dihasilkan dari lipid dalam hati memungkinkan lemak
dan air untuk campuran dalam usus dan membantu dalam pemecahan dan
penyerapan makanan. Lipid kemudian diperlukan untuk mengangkut vitamin yang
larut dalam lemak, A, D, E dan K, dari usus ke aliran darah. Sel-sel menggunakan
vitamin ini untuk menjaga kesehatan penglihatan, kulit, tulang, gigi dan darah,
menurut The National Institutes of Health.

4. Fungsi lipid untuk Struktur Dinding Sel


Lipid esensial, asam linolenat dan asam linoleat, yang penting untuk
kesehatan. mereka tidak dapat dibuat dalam tubuh dan harus datang dari makanan.
Mereka digunakan dalam produksi membran sel dan hormon, serta untuk menjaga
penglihatan dan mendukung sistem kekebalan tubuh. Lipid ini menyediakan
struktur dan dukungan untuk dinding setiap sel dalam tubuh. Komunikasi antara
sel-sel juga tergantung pada lipid pada membran sel.

5. Fungsi lipid untuk Produksi hormon


Kolesterol adalah jenis lemak yang dibutuhkan untuk memproduksi hormon
steroid penting dalam tubuh. Estrogen, testosteron, progesteron dan bentuk aktif
dari vitamin D semua terbentuk dari kolesterol dan diperlukan untuk
mempertahankan kehamilan, mengembangkan karakteristik seks dan mengatur
kadar kalsium dalam tubuh. Menurut American Heart Association, sekitar 25
persen dari kolesterol dalam darah berasal dari diet, dari makanan hewani seperti
kuning telur, keju dan udang, dan lainnya 75 persen terbentuk dalam hati dan sel-
sel.

2
3. Jenis-Jenis Lipid
Ada beberapa cara penggolongan lipid menurut Susanti (2017) :
3.1 Berdasarkan struktur :
a. Lipid sederhana (ester asam lemak dengan berbagai alkohol)
Contoh: lemak/gliserida dan lilin/waxes
b. Lipid gabungan/majemuk (ester asam lemak yang punya gugus tambahan)
Contoh : fosfolipid, serebrosida
c. Derivat lipid/ turunan lipid (dihasilkan dari proses hidrolisis lipid)
Contoh : asam lemak, gliserol, sterol

3.2 Berdasarkan sifat :


a. Lipid yang dapat disaponifikasi. Dapat dihidrolisis dengan alkali panas
sehingga terbentuk garam dan asam-asam lemak serta molekul lainya.
Contoh: triasilgliserol, fosfolipid, glikolipid.
b. Lipid yang tidak dapat disaponifikasi. Disintesis dari unit kolesterol,
Contoh: steroid

3.3 Berdasarkan kepolarannya :


a. Lipid netral, yang tergolong kedalam lipid netral adalah senyawa
triasilgliserida dan monogliserida dengan jumlah atom C asam lemak > 12,
contoh:sterol, karatenoid, wax, tokoferol.
b. Lipid polar. Lipid polar bersifat ampifilik, yang tergolong keadalam jenis ini
adalah gliserofosfolipid, gliseroglikolipid, dan spingofosfolipid.

Terdapat beberapa jenis lipid, yaitu:


A. Asam lemak
Asam lemak tersusun dari komponen hidrofobik (tidak larut dalam air)
berupa rantai hidrokarbon dan komponen hidrofilik berupa gugus karboksil.
Asam lemak terdiri dari :
a. Asam lemak jenuh (saturated fatty acid)

3
Asam lemak ini tidak memiliki ikatan rangkap. Disebut juga asam lemak non
essensial.
b. Asam lemak tak jenuh (unsaturated fatty acid)
Asam lemak ini memiliki satu atau lebih ikatan rangkap. Disebut juga asam
lemak essensial.

B. Gliserida
Terdiri atas gliserida netral dan fosfogliserida
a. Gliserida netral
Gliserida netral adalah ester antara asam lemak dengan gliserol. Fungsi
dasar dari gliserida netral adalah sebagai simpanan energi berupa lemak atau
minyak. Trigliserida merupakan cadangan energi yang sangat besar 
disintesis dan disimpan dalam Sel adiposa  dioksidasi bila diperlukan 
menghasilkan energi sebesar 9 kkal/g.
b. Fosfogliserida (fosfolipid)
Fosfolipid merupakan gliserida yang mengandung fosfor dalam bentuk
ester. Fosfolipid terbentuk dari gliserol dengan dua gugus alkohol yang
membentuk gugus ester dengan asam lemak, dan satu gugus alkohol
membentuk gugus ester dengan asam fosforatLipid dapat mengandung gugus
fosfat. Lemak termodifikasi ketika fosfat mengganti salah satu rantai asam
lemak.

C. Lipid kompleks
Lipid yang terdapat dalam alam bergabung dengan seyawa lain, misalnya
dengan protein atau dengan karbohidrat.
Lipid kompleks terdiri atas:
1) Lipoprotein
Merupakan gabungan antara lipid dengan protein. Lipoprotein terdapat dalam
plasma darah.

4
Ada 4 kelas mayor dari lipoprotein plasma yang tersusun atas beberapa jenis
lipid :
a. Kilomikron
Sebagai alat transportasi trigliserid dari usus ke jaringan lain, kecuali ginjal.
Dan mengangkut lipid yang diabsorpsi dari usus.
b. VLDL (very low-density lypoproteins)
Mengikat trigliserid di dalam hati dan mengangkutnya menuju jaringan
lemak
c. LDL (low-density lypoproteins)
Merupakan hasil katabolisme VLDL. LDL berperan mengangkut kolesterol
ke jaringan perifer
d. HDL (high-density lypoproteins)
Mengikat kolesterol plasma dan mengangkut kolesterol dari jaringan perifer
ke hati.
2) Glikolipid
Gabungan antara lipid dan karbohidrat yang mengandung asam lemak dan
sfingosin.

D. Non gliserida
Lipid jenis ini tidak mengandung gliserol. Jadi asam lemak bergabung dengan
molekul-molekul non gliserol. Terdiri atas sfingolipid, steroid, kolesterol dan
malam/lilin/waxes.
1) Sfingolipid
Sifongolipid adalah fosfolipid yang tidak diturunkan dari lemak. Penggunaan
primer dari sfingolipid adalah sebagai penyusun selubung mielin serabut saraf.
Pada manusia, 25% dari lipid merupakan sfingolipid.
2) Kolesterol
Selain fosfolipid, kolesterol merupakan jenis lipid yang menyusun membran
plasma. Kolesterol juga menjadi bagian dari beberapa hormon.

5
Kolesterol berhubungan dengan pengerasan arteri. Dalam hal ini timbul plaque
pada dinding arteri, yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah karena
arteri menyempit, penurunan kemampuan untuk meregang. Pembentukan
gumpalan dapat menyebabkan stroke.
3) Steroid
Beberapa hormon reproduktif merupakan steroid, misalnya testosteron dan
progesteron.Steroid lainnya adalah kortison. Hormon ini berhubungan dengan
proses metabolisme karbohidrat, penanganan penyakit arthritis rematoid,
asthma, gangguan pencernaan dan sebagainya.
4) Malam/lilin (waxes)
Malam tidak larut di dalam air dan sulit dihidrolisis. Malam sering digunakan
sebagai lapisan pelindung untuk kulit, rambut dan lain-lain. Malam merupakan
ester antara asam lemak dengan alkohol rantai panjang.

4 Metabolisme Lipid
Metabolisme berperan mengubah zat-zat makanan seperti: glukosa, asam amino,
dan asam lemak menjadi senyawa-senyawa yang diperlukan untuk proses kehidupan
seperti: sumber energi (ATP). Energi antara lain berguna untuk aktivitas otot, sekresi
kelenjar, memelihara membran potensial sel saraf dan sel otot, sintesis substansi sel.
Zat-zat lain yang berasal dari protein berguna untuk pertumbuhan dan reparasi jaringan
tubuh. Hasil metabolisme tersebut kemudian dimanfaatkan oleh tubuh untuk berbagai
keperluan antara lain: sumber energi, menggangti jaringan yang rusak, pertumbuhan,
dan sebagainya (Wirahadikusumah, 1985).
Metabolisme adalah seluruh reaksi biokimiawi yang terjadi di dalam sel tubuh
makhluk hidup. Metabolisme dapat dibedakan menjadi 2 (dua) macam proses yaitu
anabolisme (penyusunan) dan katabolisme (penguraian). Anabolisme adalah sintesis
makromolekul seperti protein, polisakarida, dan asam nukleat dari bahanbahan yang
kecil. Proses sintesis demikian tidak dapat berlangsung tanpa adanya masukan energi.
Secara langsung atau tidak langsung, ATP merupakan sumber energi bagi semua
aktifitas anabolik di dalam sel. Metabolisme memerlukan keberadaan enzim agar

6
prosesnya berjalan cepat. Hasil proses metabolisme berupa energi dan zat-zat lain yang
diperlukan oleh tubuh.
Lipid terdapat dalam makanan sebagian besar berupa lemak. Pada umumnya lipid
merupakan konduktor panas yang jelek, sehingga lipid dalam tubuh mempunyai fungsi
untuk mencegah terjadinya kehilangan panas dari tubuh. Makin banyak jumlah lemak,
makin baik fungsinya mempertahankan panas dalam tubuh. Pada proses oksidasi 1
gram lemak menghasilkan energi sebesar 9 kkal, sedangkan 1 gram karbohidrat
maupun protein hanya menghasilkan 4 kkal. Selain itu lemak mempunyai fungsi
melindungi organ-organ tubuh tertentu dari kerusakan akibat benturan atau goncangan.
Pencernaan lemak terutama terjadi dalam usus, karena dalam mulut dan lambung
tidak terdapat enzim lipase yang dapat menghidrolisis lemak. Dalam usus, lemak
diubah dalam bentuk emulsi, sehingga mudah berhubungan dengan enzim steapsin
dalam cairan pankreas. Hasil akhir proses pencernaan lemak ialah asam lemak,
gliserol, monogliserida, digliserida serta sisa trigliserida.
Pengeluaran cairan pankreas dirangsang oleh hormon sekretin dan pankreozimin.
Sekretin meningkatkan jumlah elektrolit dan cairan pankreas, sedangkan pankreoenzim
merangsang pengeluaran enzim-enzim dalam cairan pankreas. Lemak yang keluar dari
lambung langsung masuk kedalam usus merangsang pengeluaran hormon kolesistokin
yang pada gilirannya menyebabkan kantung empedu berkontraksi hingga
mengeluarkan cairan empedu kedalam duodenum. Lipid lain yang dapat terhidrolisis
oleh cairan pankreas antara lain adalah lesitin oleh fosfolipase, fosfatase dan esterase;
ester kolesterol oleh kolesterol esterase dihidrolisis menjadi kolesterol asam lemak.
Absorpsi hasil pencernaan lemak sebagian besar (70%) adalah asam lemak dan
sebagian lagi (20%) monogliserida terjadi pada usus kecil. Pada waktu asam lemak dan
monogliserida diabsosrbsi melalui sel-sel mukosa pada dinding usus, mereka diubah
kembali menjadi lemak atau trigliserida. Lemak yang terjadi ini berbentuk partikel
kecil yang disebut kilomikron dan dibawa kedalam darah melalui cairan limfe.
Lipid yang kita peroleh sebagai sumber energi utamanya adalah dari lipid netral,
yaitu trigliserida. Secara ringkas, hasil dari pencernaan lipid adalah asam lemak dan

7
gliserol, selain itu ada juga yang masih berupa monogliserid. Karena larut dalam air,
gliserol masuk sirkulasi portal (vena porta) menuju hati.
Asam-asam lemak rantai pendek juga dapat melalui jalur ini. Sebagian besar asam
lemak dan monogliserida karena tidak larut dalam air, maka diangkut oleh miselus
(jamak : emulsi) dan dilepaskan ke dalam sel epitel usus (enterosit).
Di dalam sel ini asam lemak dan monogliserida segera dibentuk menjadi
trigliserida (lipid) dan berkumpul berbentuk gelembung yang disebut kilomikron.
Kilomikron ditransportasikan melalui pembuluh limfe dan bermuara pada vena kava,
sehingga bersatu dengan sirkulasi darah. Kilomikron ini kemudian ditransportasikan
menuju hati dan jaringan adiposa.

Simpanan trigliserida pada sitoplasma sel jaringan adipose

Sewaktu-waktu jika tidak tersedia sumber energi dari karbohidrat, cadangan


trigliserida jaringanakan dipecah menjadi asam lemak dan gliserol, untuk
ditransportasikan menuju sel-sel untuk dioksidasimenjadi energi. Proses pemecahan
lemak jaringan ini dinamakan LIPOLISIS.

Tahap - tahap Metabolisme Lipid :


1. Katabolisme
a) Metabolisme gliserol
Gliserol sebagai hasil hidrolisis lipid (trigliserida) dapat menjadi sumber energi.
Gliserol membentuk energi melalui jalur metabolisme karbohidrat yaitu
glikolisis.

8
Tahapan metabolisme Gliserol:

Gliserol + 1 gugus fosfat dari ATP  Gliserol 3-fosfat  dihidroksi aseton


fosfat  produk glikolisis (glukosa)  membentuk piruvat energy

Reaksi-reaksi kimia dalam metabolisme gliserol

b) Oksidasi Asam lemak


Berlangsung di mitokondria,menghasilkan ATP. Untuk memperoleh energi,
asam lemak dapat dioksidasi dalam proses yang dinamakan oksidasi beta.
Sebelum dikatabolisir dalam oksidasi beta, asam lemak harus diaktifkan terlebih
dahulu menjadi asil-KoA. Dengan adanya ATP dan Koenzim A, asam lemak
diaktifkan dengan dikatalisir oleh enzim asil-KoA sintetase (Tiokinase).

Aktivasi asam lemak menjadi asil KoA

Asil-KoA di transport masuk ke matriks mitokondria dalam bentuk berikatan


dengan karnitin dengan rumus (CH3)3N+-CH2-CH(OH)-CH2-COO-.

9
Mekanisme transportasi asam lemak trans membran mitokondria melalui mekanisme
pengangkutan karnitin

ATP + KoA AMP + PPi


FFA Asil-KoA

Karnitin
palmitoil
Asil-KoA
transferase I Membran mitokondria eksterna
sintetase Asil-KoA KoA

(Tiokinase) Karnitin Asil


karnitin

Karnitin
palmitoil Karnitin Membran mitokondria interna
transferase II
KoA Karnitin Asil karnitin Asil karnitin

Asil Asil-KoA Beta oksidasi


translokase
karnitin

Langkah-langkah masuknya asil KoA ke dalam mitokondria:


a. Asam lemak bebas (FFA) diaktifkan menjadi asil-KoA dengan dikatalisir oleh
enzim tiokinase.
b. Setelah menjadi bentuk aktif, asil-KoA dikonversikan oleh enzim karnitin
palmitoil transferase I yang terdapat pada membran eksterna mitokondria menjadi
asil karnitin. Setelah menjadi asil karnitin, barulah senyawa tersebut bisa
menembus membran interna mitokondria.
c. Pada membran interna mitokondria terdapat enzim karnitin asil karnitin translokase
yang bertindak sebagai pengangkut asil karnitin ke dalam dan karnitin keluar.
d. Asil karnitin yang masuk ke dalam mitokondria selanjutnya bereaksi dengan KoA
dengan dikatalisir oleh enzim karnitin palmitoiltransferase II yang ada di membran
interna mitokondria menjadi Asil Koa dan karnitin dibebaskan.
e. Asil KoA yang sudah berada dalam mitokondria ini selanjutnya masuk dalam
proses oksidasi beta.

10
Proses oksidasi beta sebagai berikut:

1. Asil-KoA diubah menjadi delta2-trans-enoil-KoA. Pada tahap ini terjadi rantai


respirasi yang menghasilkan energy 2P
2. delta2-trans-enoil-KoA diubah menjadi L(+)-3-hidroksi-asil-KoA
3. L(+)-3-hidroksi-asil-KoA diubah menjadi 3-Ketoasil-KoA. Pada tahap ini terjadi
rantai respirasi dengan menghasilkan energi 3P
4. Selanjutnya terbentuklah asetil KoA yang mengandung 2 atom C dan asil-KoA
yang telah kehilangan 2 atom C.

Aktivasi asam lemak, oksidasi beta dan siklus asam sitrat

11
Siklus Asam Sitrat ( Siklus Krebs)
Merupakan cara mengoksidasi Asetil-KoA yang dihasilkan oleh katabolisme
parsial karbohidrat dan lipid. Siklus ini terjadi dalam membran dalam mitokondria.
(1) Asetil-KoA memasuki siklus dengan mengadakan kondensasi dengan oksaloasetat
membentuk sitrat. Energi yang diperlukan untuk menjalankan reaksi ini disediakan
oleh ikatan tioester berenergi tinggi Asetil-KoA.
(2) Sitrat diubah menjadi iso-sitrat.
(3) Kemudian secara dekarboksilasi oksidatif membentuk alfa-ketoglutarat dan CO2,
sedangkan NAD direduksi menjadi NADH.
(4) Alfa-ketoglutarat juga mengalami dekarboksilasi oksidatif. Hasil reaksi ini adalah
suksinil-KoA, CO2, dan NADH. Enzim yang mengkatalis reaksialfa-ketoglutarat
dehidrogenase, merupakan kompleks multi-enzim yang sangat mirip dengan
piruvat dehidrogenase dalam struktur dan mekanisme kerjanya.
(5) Hasil reaksi suksinil KoA mengandung ikatan tioester berenergi tinggi. Pada reaksi
selanjutnya suksinat dilepaskan dari KoA dan energi bebas dari ikatan tioester
digunakan untuk membentuk guanosin trifosfat (GTP). GTP berperan pada =
pembentukan ATP dengan memindahkan gugus fosforil terminalnya pada ADP.
Jadi siklus asam sitrat mempunyai satu reaksi fosforilasi tingkat substrat.
(6) Pada reaksi selanjutnya suksinat diubah menjadi fumarat. Fumarat mengalami
hidrasi membentuk malat dan malat kemudian dioksidasi menjadi oksaloasetat pada
reaksi yang menghasilkan NADH lain. Oksaloasetat yang dihasilkan pada reaksi
yang terakhir tersedia untuk mengulangi siklus dengan molekul Asetil-KoA lain.

Sintesis Asam lemak


Kelebihan Asetil KoA disintesis menjadi Asam Lemak.Sintesis asam lemak terjadi di
hati pada sitoplasma.Sintesis asam lemak sesuai dengan degradasinya (oksidasi beta).
ACP (Acyl Carrier Protein) sebagai titik pengikatan selama sintesis. Semua sintesis
terjadi di dalam kompleks multi enzim-fatty acid synthase. NADPH digunakan untuk
sintesis sebagai reduktor

12
Hasilnya asam lemak jenuh bebas, mengalami esterifikasi dengan gliserol menjadi
trigliserid dan disimpan atau asam lemak jenuh bebas menjadi albumin diedarkan ke
jaringan lain yang memerlukan energi
Tahap-tahap sintesis asam lemak ditampilkan pada skema berikut.

2. Anabolisme
1) Transportasi Lipid
Lipid itu tidak larut dalam darah sehingga perlu ditransport dalam sirkulasi oleh
pengangkut yang larut dalam air. Lipid diangkut oleh protein, albumin, serum,
dan agregasi lipid dan protein yang dikenal sebagai partikel lipoprotein.
1. Asam lemak bebas : ditransport dalam bentuk berikitan dengan albumin
2. TAG,PL dan kolesterol : ditransport dalam bentuk partikel bersama kolesterol
dalam bentuk lipoprotein. Dalam bentuk lipoprotein,kolesterol dan lipid lainnya
ditransport ke jaringan. Di jaringan di oksidasi,disimpan atau untuk sintesis

Terdapat 4 jalur tansport lipid :


1. Asam lemak dari jaringan adiposa ke jaringan lain ( dengan albumin)
2. Lipid dari makanan dari usus ke jaringan lain (kilomikron)
3. Lipid yang di sintesis dalam tubuh (endogen) dari hati ke jaringan lain
(VLDL,LDL)
4. Reverse transport kolesterol dari jaringan ekstrahepatik ke hati untuk di ekskresi
oleh empedu (HDL)

13
2) Sintesis Kolesterol
Terutama terjadi di hati dan di usus. Semua atom C-nya (27) berasal dari
asetil-KoA yang dapat berasal dari oksidasi karbohidrat,lipid dan asam amino.
Berlangsung di sitosol dalam 4 tahap,dengan enzim HMG-KoArediuktase sebagai
enzim regulator. Transportasi kolesterol dalam bentuk lipoprotein.
Kilomikron mengangkut kolesterol dari usus (berasal dari makanan) ke hati.
VLDL,LDL mengangkut kolesterol dari hati ke jaringan. Kolesterol diekskresi ke
dalam empedu dalam bentuk kolesterol atau asam/garam empedu menjadi feses.
Sel jaringan mendapat kolesterol baik dengan mensintesis sendiri (endogen) atau
dari LDL (eksogen).

Penyimpanan lemak dan penggunaannya kembali

Asam-asam lemak akan disimpan jika tidak diperlukan untuk memenuhi


kebutuhan energi. Tempat penyimpanan utama asam lemak adalah jaringan
adiposa. Adapun tahap-tahap penyimpanan tersebut adalah:

- Asam lemak ditransportasikan dari hati sebagai kompleks VLDL.


- Asam lemak kemudian diubah menjadi trigliserida di sel adiposa untuk disimpan.
- Gliserol 3-fosfat dibutuhkan untuk membuat trigliserida. Ini harus tersedia dari
glukosa.
- Akibatnya, kita tak dapat menyimpan lemak jika tak ada kelebihan glukosa di dalam
tubuh.

Jika kebutuhan energi tidak dapat tercukupi oleh karbohidrat, maka simpanan
trigliserida ini dapat digunakan kembali. Trigliserida akan dipecah menjadi gliserol
dan asam lemak. Gliserol dapat menjadi sumber energi (lihat metabolisme gliserol).
Sedangkan asam lemak pun akan dioksidasi untuk memenuhi kebutuhan energi pula
(lihat oksidasi beta).

14
Ringkasan metabolisme lipid
Proses oksidasi asam lemak dinamakan oksidasi beta dan menghasilkan asetil KoA.
Selanjutnya sebagaimana asetil KoA dari hasil metabolisme karbohidrat dan protein, asetil
KoA dari jalur inipun akan masuk ke dalam siklus asam sitrat sehingga dihasilkan energi.
Di sisi lain, jika kebutuhan energi sudah mencukupi, asetil KoA dapat mengalami
lipogenesis menjadi asam lemak dan selanjutnya dapat disimpan sebagai trigliserida.
Beberapa lipid non gliserida disintesis dari asetil KoA. Asetil KoA mengalami
kolesterogenesis menjadi kolesterol. Selanjutnya kolesterol mengalami steroidogenesis
membentuk steroid. Asetil KoA sebagai hasil oksidasi asam lemak juga berpotensi
menghasilkan badan-badan keton (aseto asetat, hidroksi butirat dan aseton). Proses ini
dinamakan ketogenesis. Badan-badan keton dapat menyebabkan gangguan keseimbangan
asam-basa yang dinamakan asidosis metabolik. Keadaan ini dapat menyebabkan kematian.

Ikhtisar metabolisme lipid

Diet Trigliserida

Esterifikasi Lipolisis Steroid

Asam lemak
Steroidogenesis

Lipid Gliserol Lipogenesis Oksidasi beta


Kolesterogenesis
Karbohidrat Kolesterol

Protein

Asetil-KoA + ATP

Aseto asetat
Ketogenesis

Siklus asam sitrat


hidroksi butirat Aseton

15
ATP H2O

CO2
5. Enzim pada Lipid

Klasifikasi Enzim pada Lipid menurut Poedjiadji (2005):

a. Lipase (hidrolase ester gliserol, EC 3.1.1.3)

1) Kelas
Hidrolase : enzim-enzim yang menguraikan suatu zat dengan bantuan air
Enzim yang termasuk dalam kelompok ini bekerja sebagai katalis pada reaksi
hidrolisis. Ada tiga jenis hidrolase, yaitu yang memecah ikatan ester, memecah
glikoksida, dan yang memecah ikatan peptida. Beberapa contoh ialah esterase,
lipase, fosfatase, amilase, amino peptidase, karboksi peptidase, pepsin, tripsin,
kimotripsin.
2) Sub kelas
Esterase : enzim-enzim yang memecah golongan ester.
3) Sub-sub kelas
Gliserol : berasal dari proses pemecahan Triasil Gliserol yang ada pada jaringan
adipose ataupun Gliserol yang berasal dari proses katabolisme lipoprotein ada LDL,
ada Kilomikron semua akan mengalami proses katabolisme oleh protein yang
namanya lipoprotein lipase, katabolisme lipoprotein akan menghasilkan Gliserol.
Gliserol yang dihasilkan kemudian nanti akan dimanfaatkan oleh jaringan2 yang
mempunyai aktivitas enzim Gliserol kinase diantaranya adalah hepar, oleh hepar ini
gliserol nantinya akan dipakai yaitu untuk dirubah menjadi glukosa lewat proses
glukoneogenesis.
4) Jenis Enzim
Lipase : enzim yang menguraikan lemak menjadi gliserol dan asam lemak

b. Fosfolipase ( hidrolase ester gliserol, EC 3.1.1.4)


1) Kelas
Hidrolase : enzim-enzim yang menguraikan suatu zat dengan bantuan air.
Enzim yang termasuk dalam kelompok ini bekerja sebagai katalis pada reaksi
hidrolisis. Ada tiga jenis hidrolase, yaitu yang memecah ikatan ester, memecah

16
glikoksida, dan yang memecah ikatan peptida. Beberapa contoh ialah esterase,
lipase, fosfatase, amilase, amino peptidase, karboksi peptidase, pepsin, tripsin,
kimotripsin.
2) Sub kelas
Esterase : enzim-enzim yang memecah golongan ester.
3) Sub-sub kelas
Gliserol : berasal dari proses pemecahan Triasil Gliserol yang ada pada jaringan
adipose ataupun Gliserol yang berasal dari proses katabolisme lipoprotein ada
LDL, ada Kilomikron semua akan mengalami proses katabolisme oleh protein
yang namanya lipoprotein lipase, katabolisme lipoprotein akan menghasilkan
Gliserol. Gliserol yang dihasilkan kemudian nanti akan dimanfaatkan oleh
jaringan2 yang mempunyai aktivitas enzim Gliserol kinase diantaranya adalah
hepar, oleh hepar ini gliserol nantinya akan dipakai yaitu untuk dirubah menjadi
glukosa lewat proses glukoneogenesis.
4) Jenis Enzim
Fosfolipase : enzim yang menguraikan suatu ester hingga terlepas asam fosfat.

c. Gliserolkinase EC 2.7.1.30
1) Kelas
Enzim yang termasuk golongan ini bekerja sebagai katalis pada reaksi
pemindahan suatu gugus dari suatu senyawa kepada senyawa lain. Beberapa
contoh enzim yang termasuk golongan ini ialah metiltransferase,
hidroksimetiltransferase, karboksiltransferase, asiltransferase, dan amino
transferase atau disebut juga transaminase.
2) Sub kelas
Kinase : enzim yang memfosforilasi yaitu mengkatalisa pemindahan grup fosforil
dari ATP atau trifosfat nukleotida lainnya ke alkohol atau akseptor grup amino,
misalnya glukokinase.
3) Sub - Sub kelas

17
Gliserol : berasal dari proses pemecahan Triasil Gliserol yang ada pada jaringan
adipose ataupun Gliserol yang berasal dari proses katabolisme lipoprotein ada
LDL, ada Kilomikron semua akan mengalami proses katabolisme oleh protein
yang namanya lipoprotein lipase, katabolisme lipoprotein akan menghasilkan
Gliserol. Gliserol yang dihasilkan kemudian nanti akan dimanfaatkan oleh
jaringan2 yang mempunyai aktivitas enzim Gliserol kinase diantaranya adalah
hepar, oleh hepar ini gliserol nantinya akan dipakai yaitu untuk dirubah menjadi
glukosa lewat proses glukoneogenesis.
4) Jenis enzim
Gliserol Kinase : berguna untuk memanfaatkan hepar kemudian oleh hepar ini
gliserol nantinya akan dipakai untuk dirubah menjadi glukosa lewat proses
glukoneogenesis.

ENZIM LIPASE

Lipase (triasilgliserol hidrolase, EC 3.1.1.3) adalah kelas enzim hydrolase yang


mengkatalisis hidrolisis trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak bebas dan sintesis
ester dalam pelarut organik. Dalam kondisi percobaan tertentu, seperti dengan adanya jejak
air, lipase mampu membalikkan reaksi mengarah ke esterifikasi dan pembentukan gliserida
dari asam lemak dan gliserol (Gambar 1).

Gambar 1. Hidrolisis trigliserida oleh enzim lipase

18
Substrat alami lipase berupa triasilgliserol memiliki kelarutan sangat rendah dalam
air. Dalam kondisi alami, lipase mengkatalisis hidrolisis ikatan ester pada antarmuka antara
fase substrat dengan fase air di mana enzim terlarut

Gambar 2. Respresentasi diagramatik yang menunjukkan komponen utama dari molekul


lipase. Substrat dapat berupa trigliserida dalam bentuk apapun.

Sementara itu, reaksi dari lipase dengan substrat terjadi pada antarmuka antara
substrat dan fase air. Enzim ini juga mengkatalisis pertukaran ikatan ester
(transesterifikasi) saat hadir dalam media yang bukan air. Lipase memiliki spesifisitas dan
enantioselektifitas tinggi untuk reaksi esterifikasi dan transesterifikasi.
Enzim lipase dihasilkan oleh kelenjar pankreas dan kemudian dialirkan kedalam
usus dua belas jari ( duodenum ).Enzim lipase juga dihasilkan oleh lambung,
tetapi jumlahnya sangat sedikit.
Cara kerja enzim lipase yaitu :
1. Lipid (seperti lemak dan minyak) merupakan senyawa dengan molekul
kompleks yang berukuran besar
2. Molekul lipid tidak dapat diangkut oleh cairan getah bening, sehingga perlu
dipecah lebih dahulu menjadi molekul yang lebih kecil

19
3. Enzim lipase memecah molekul lipid menjadi asam lemak dan gliserol yang
memiliki molekul lebih sederhana dan lebih kecil.
4. Asam lemak dan gliserol tidak larut dalam air, maka pengangkutannya dilakukan
oleh cairan getah bening ( limfe ).
5. Enzim pencernaan bekerja untuk mempercepat reaksi pada pencernaan makanan,
tetapi enzim pencernaan tidak ikut diproses.

A. Sumber Lipase
Lipase ditemukan pada semua makhluk hidup di alam.Beberapa penelitian telah
dilakukan pada tanaman, hewan dan mikroorganisme (bakteri dan jamur benang).
1. Lipase Tanaman
Enzim lipase dari tanaman telah banyak diisolasi, namun, hanya ada
beberapa lipase tanaman yang menunjukkan aktivitas lipase yang baik, yaitu dapat
mengkatalisis reaksi hidrolisis rantai panjang trigliserida dengan tingkat aktivitas
spesifik yang tinggi (Mukherjee, 1994).Enzim lipase telah banyak diidentifikasi
berada di dalam jaringan tanaman.Misalnya, konsentrasi tertinggi enzim lipase
ditemukan dalam biji, terutama pada biji tanaman gandum dan beras.Selain itu,
aktivitas lipase juga ditemukan pada getah pepaya, biji jarak, biji bunga matahari,
biji kacang tanah, biji melon, kelapa sawit dan getah Euphorbia.
2. Lipase Hewan
Enzim lipase lebih banyak diproduksi oleh hewan dibandingkan dengan
tanaman.Sebagai contoh, lipase banyak diisolasi dari serangga, ikan, dan
mamalia.Pada hewan, lipase memainkan peran penting dalam pencernaan lipid
dalam sistem biologi yang ditemukan di pankreas dan pada permukaan sel-
sellendir dari mukosa lambung.Pada serangga, enzim ini kebanyakan ditemukan
dalam plasma, kelenjar ludah, otot dan abdomen.Lipase pankreas dari kambing,
babi, dan kalajengking telah digunakan secara tradisional untuk berbagai
keperluan.
3. Lipase Mikroorganisme

20
Enzim mikroorganisme memiliki keunggulan yang lebih daripada enzim
yang berasal dari tanaman atau hewan.Mikroorganisme memiliki pola pertumbuhan
yang cepat, mudah dimanipulasi secara genetik, dan pasokan rutin karena tidak
adanya fluktuasi musiman. Enzim mikroba yang dihasilkan dari proses fermentasi
dapat dilepaskan secara langsung ke dalam medium kultur. Enzim mikroba juga
lebih stabil dibandingkan dengan enzim dari tanaman dan enzim hewan.Selain itu,
proses produksi enzim mikroba dikenal lebih aman. Lipase mikroba memiliki
spesifisitas substrat yang luas, menunjukkan stabilitas yangtinggi dalam pelarut
organik, tidak memerlukan kofaktor, dan menunjukkan enantioselektifitas tinggi
(Diane, 2011).

B. Aplikasi Enzim Lipase dalam Dunia Industri


No. Industri Aksi Enzim Lipase Produk/ Aplikasi
1. Deterjen Hidrolisis lemak Penghapusan noda minyak dari
Kain
2. Produk Susu Hidrolisis lemak susu, Pengembangan agen penyedap
dalam susu, keju, dan mentega
pematangan keju
3. Makanan Bakery Modifikasi lemak Rak-hidup perpanjangan
mentega
4. Minuman Peningkatan rasa Minuman beralkohol
5. Dressing Makanan Peningkatan aroma Mayones dan saus
6. Daging dan Ikan Transesterifikasi Produk daging dan ikan;
penghilangan lemak
7. Lemak dan minyak Pengembangan rasa Cocoa butter, margarin, asam
lemak
8. Bahan kimia Transesterifikasi, Gliserol, mono dan digliserida,
Farmasi hidrolisis lipid khusus, obat untuk
membantu pencernaan
10. Kosmetik Enantioselectivity, Pengemulsi, pelembab kulit
sintesis dan krim matahari, cokelat,

21
minyak mandi, dll
11. Kulit Transesterifikasi , Produk kerajinan kulit
hidrolisis
12. Kertas Perpaduan Kertas dengan peningkatan
kualitas
13. Pembersihan dan Hidrolisis Penghapusan lemak, untuk
pengendalian menghapus noda dan
polusi menghidrolisis minyak dan
gemuk
14. Agro-kimia Hidrolisis Herbisida seperti
Phenoxypropionate
15. Surfaktan Hidrolisis dan Poligliserol dan asam lemak
transesterifikasi karbohidrat ester digunakan
minyak dan lemak sebagai deterjen industri dan
emulsifier dalam formulasi
makanan seperti saus dan es
krim
16. Industry bahan Esterifikasi Produksi biodiesel
bakar

22
DAFTAR PUSTAKA

Colby, Diane S. 2011. Ringkasan Biokimia Harper. Alih Bahasa : Adji Dharma. Jakarta:
EGC.

Poedjiadji, Anna, Titin Supriyanti. 2009. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI-Press.

Susanti, R dan Fidia F. 2017. Teknologi Enzim. Yogyakarta: ANDI OFFSET.

Wirahadikusumah, Muhammad. 1985. Biokimia. Bandung: Penerbit ITB Bandung.

23
“Metabolisme Sukrosa menjadi Asam Oksalaasetat”
(Tugas Resume)

Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Adrianto Ahmad, M.T.


Mata Kuliah : Mikrobiologi Dasar

Disusun Oleh:

Geby Yohana Napitupulu (1807111730)


Indah Pratiwi (1807113156)
Muhammad Adli Hariz (1807113105)
Rival Andesta (1807113415)

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA S-1


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2019
1. PROSES HIDROLISIS SUKROSA MENJADI GLUKOSA DAN FRUKTOSA

Sukrosa terdapat dalam gula tebu dan gula bit. Dalam kehidupan sehari-hari
sukrosa dikenal dengan gula pasir. Sukrosa tersusun oleh molekul glukosa dan fruktosa
yang dihubungkan oleh ikatan 1,2 –α.

Gambar 1. Struktur sukrosa

Sukrosa terhidrolisis oleh enzim invertase menghasilkan α-D-glukosa dan β-D-


fruktosa. Campuran gula ini disebut gula inversi, lebih manis daripada sukrosa. Jika
diperhatikan strukturnya, karbon anomerik (karbon karbonil dalam monosakarida) dari
glukosa maupun fruktosa di dalam air tidak digunakan untuk berikatan sehingga
keduanya tidak memiliki gugus hemiasetal. Akibatnya, sukrosa dalam air tidak berada
dalam kesetimbangan dengan bentuk aldehid atau keton sehingga sukrosa tidak dapat
dioksidasi. Sukrosa bukan merupakan gula pereduksi.
Hidrolisis sukrosa menghasilkan glukosa dan fruktosa. Sukrosa memutar cahaya
terpolarisasi ke kanan, sedangkan campuran hasil hidrolisis sukrosa memutar ke kiri,
sehingga campuran glukosa-fruktosa yang dihasilkan disebut gula invert. Sukrosa bukan
gula pereduksi dalam larutan air karena sukrosa tidak memiliki gugus aldehid,
dibuktikan dengan tidak bereaksinya (mereduksi) dengan pereaksi Fehling, Benedict dan
Tollens. Hidrolisis sukrosa dapat terjadi dengan menggunakan katalis asam encer atau
enzim invertase. Sukrosa mudah larut dalam air.
Gambar 2. Hidrolisis Sukrosa

2. TAHAP GLIKOLISIS
Glikolisis secara harfiah berarti pemecahan glukosa atau dekomposisi. Melalui
proses ini, satu molekul glukosa sepenuhnya dipecah untuk menghasilkan dua molekul
asam piruvat, dua molekul ATP dan dua NADH (Reduced nikotinamida adenin
dinukleotida) radikal yang membawa elektron yang dihasilkan. Berikut adalah berbagai
tahap yang disajikan dalam urutan awal terjadinya dengan glukosa sebagai bahan baku
utama. Seluruh proses melibatkan sepuluh tahap dengan membentuk produk pada setiap
tahap dan setiap tahap diatur oleh enzim yang berbeda.
1) Fosforilasi Glukosa (penambahan gugus fosfat)
Reaksi ini dimungkinkan oleh heksokinase enzim, yang memisahkan satu
kelompok fosfat dari ATP (Adenosine Triphsophate) dan menambahkannya ke
glukosa, mengubahnya menjadi glukosa 6-fosfat. Dalam proses satu ATP molekul,
yang merupakan mata uang energi tubuh, digunakan dan akan ditransformasikan ke
ADP (Adenosin difosfat), karena pemisahan satu kelompok fosfat. Reaksi
keseluruhan dapat diringkas sebagai berikut:
Glukosa (C6H12O6)++ ATP heksokinase → Glukosa 6-Fosfat (C6H11O6P1) + ADP

2) Produksi Fruktosa-6 Fosfat


Tahap kedua adalah produksi fruktosa 6-fosfat. Hal ini dimungkinkan oleh
aksi dari enzim phosphoglucoisomerase. Kerjanya pada produk dari tahap
sebelumnya, glukosa 6-fosfat dan berubah menjadi fruktosa 6-fosfat yang merupakan
isomer nya (Isomer adalah molekul yang berbeda dengan rumus molekul yang sama
tetapi susunan berbeda dari atom). Reaksi seluruh diringkas sebagai berikut:
Glukosa 6-Fosfat (C6H11O6P1) + Phosphoglucoisomerase (Enzim) → Fruktosa 6-
Fosfat (C6H11O6P1)

3) Produksi Fruktosa 1, 6-difosfat


Pada tahap berikutnya, Fruktosa isomer 6-fosfat diubah menjadi fruktosa 1, 6-
difosfat dengan penambahan kelompok fosfat. Konversi ini dimungkinkan oleh
fosfofruktokinase enzim yang memanfaatkan satu molekul ATP lebih dalam proses.
Reaksi ini diringkas sebagai berikut:
Fruktosa 6-fosfat (C6H11O6P1) + fosfofruktokinase (Enzim) + ATP → Fruktosa
1, 6-difosfat (C6H10O6P2)

4) Pemecahan Fruktosa 1, 6-difosfat


Pada tahap keempat, adolase enzim membawa pemisahan Fruktosa 1, 6-
difosfat menjadi dua molekul gula yang berbeda yang keduanya isomer satu sama
lain. Kedua gula yang terbentuk adalah gliseraldehida fosfat dan fosfat
dihidroksiaseton. Reaksi berjalan sebagai berikut:
Fruktosa 1, 6-difosfat (C6H10O6P2) + Aldolase (Enzim) → gliseraldehida fosfat
(C3H5O3P1) + Dihydroxyacetone fosfat (C3H5O3P1)

5) Interkonversi Dua Glukosa


Fosfat dihidroksi aseton adalah molekul hidup pendek., lalu diubah menjadi
fosfat gliseraldehida oleh enzim yang disebut fosfat triose. Jadi dalam totalitas, tahap
keempat dan kelima dari glikolisis menghasilkan dua molekul gliseraldehida fosfat.
Dihidroksiaseton fosfat (C3H5O3P1) + Triose Fosfat → gliseraldehida fosfat
(C3H5O3P1)
6) Pembentukan NADH & 1,3-Diphoshoglyceric
Tahap keenam melibatkan dua reaksi penting. Pertama adalah pembentukan
NADH dari NAD + (nicotinamide adenin dinukleotida) dengan menggunakan enzim
dehydrogenase fosfat triose dan kedua adalah penciptaan 1,3-diphoshoglyceric asam
dari dua molekul gliseraldehida fosfat yang dihasilkan pada tahap sebelumnya.
Reaksi keduanya adalah sebagai berikut:
Fosfat dehidrogenase Triose (Enzim) + 2 NAD + + 2 H-→ 2NADH (Reduced
nicotinamide adenine dinucleotide) + 2 H + Triose fosfat dehidrogenase
gliseraldehida fosfat + 2 (C3H5O3P1) + 2P (dari sitoplasma) → 2 molekul asam
1,3-diphoshoglyceric (C3H4O4P2)

7) Produksi ATP & 3-fosfogliserat Asam


Tahap ketujuh melibatkan penciptaan 2 molekul ATP bersama dengan dua
molekul 3-fosfogliserat asam dari reaksi phosphoglycerokinase pada dua molekul
produk 1,3-diphoshoglyceric asam, dihasilkan dari tahap sebelumnya.
2 molekul asam 1,3-diphoshoglyceric (C3H4O4P2) + + 2ADP
phosphoglycerokinase → 2 molekul 3-fosfogliserat acid (C3H5O4P1) + 2ATP
(Adenosine Triphosphate)

8) Relokasi Atom Fosfor


Tahap delapan adalah reaksi penataan ulang sangat halus yang melibatkan
relokasi dari atom fosfor dalam 3-fosfogliserat asam dari karbon ketiga dalam rantai
untuk karbon kedua dan menciptakan 2 - asam fosfogliserat. Reaksi seluruh diringkas
sebagai berikut:
2 molekul 3-fosfogliserat acid (C3H5O4P1) + phosphoglyceromutase (enzim) → 2
molekul asam 2-fosfogliserat (C3H5O4P1)

9) Penghapusan Air
The enolase enzim datang ke dalam bermain dan menghilangkan sebuah
molekul air dari 2-fosfogliserat acid untuk membentuk asam yang lain yang disebut
asam phosphoenolpyruvic (PEP). Reaksi ini mengubah kedua molekul 2-
fosfogliserat asam yang terbentuk pada tahap sebelumnya.
2 molekul asam 2-fosfogliserat (C3H5O4P1) + enolase (enzim) -> 2 molekul asam
phosphoenolpyruvic (PEP) (C3H5O4P1) + H2O 2
10) Pembentukan piruvat Asam & ATP
Tahap ini melibatkan penciptaan dua molekul ATP bersama dengan dua
molekul asam piruvat dari aksi kinase piruvat enzim pada dua molekul asam
phosphoenolpyruvic dihasilkan pada tahap sebelumnya. Hal ini dimungkinkan oleh
transfer dari atom fosfor dari asam phosphoenolpyruvic (PEP) untuk ADP (Adenosin
trifosfat).
2 molekul asam phosphoenolpyruvic (PEP) (C3H3O3P1) + + 2ADP kinase
piruvat (Enzim) → 2ATP + 2 molekul asam piruvat.

Semua tahap sebagian besar melibatkan manipulasi kelompok fosfat dan


kemudian atom fosfor yang dimungkinkan oleh berbagai enzim dalam sitoplasma.
Enzim seperti katalis yang membuat reaksi mungkin dan kemudian melepaskan diri.

Gambar 3. Tahapan Glikolisis


3. TAHAP DEKARBOKSILASI OKSIDATIF

Gambar 4. Tahapan Dekarboksilasi Oksidatif

A. Enzim Yang Berperan dalam Proses Dekarboksilasi


Dekarboksilasi oksidatif adalah tahap kedua dimana 2 molekul asam piruvat yang
dihasilkan dari 1 molekul glukosa dirubah menjadi senyawa berkarbon 2 yaitu asetil
CoA (asetil koenzim A) dengan melepaskan 2CO2 dan 2NADH. Dekarboksilasi
oksidatif terjadi di dalam membran luar mitokondria. Enzim yang berperan adalah
CoA (sebagai koenzim) dan piruvat dehirogenase yang berfungsi mereduksi piruvat
sehingga melepaskan CO2 dan NADH serta berikatan dengan piruvat tereduksi (asetil)
untuk dibawa ke mitokondria. Enzim dihidrolipoil dehidrogenase akan mengoksidasi
gugus tiol dan gugus lipoil menjadi bentuk disulfida. Sedangkan
enzim dihidrolipoil transasetilase akan mengubah gugus disulfida dari asam lipoat
menjadi bentuk reduksinya, gugus sulfhidril.

B. Hasil Akhir Dekarboksilasi


Senyawa hasil dari tahapan glikolisis akan masuk ke tahapan dekarboksilasi
oksidatif, yaitu tahapan pembentukan CO2 melalui reaksi oksidasi reduksi (redoks)
dengan O2 sebagai penerima elektronnya. Dekarboksilasi oksidatif ini terjadi di dalam
mitokondria sebelum masuk ke tahapan siklus Krebs.
Pada tahapan ini, asam piruvat (3 atom C) hasil glikolisis dari silosol diubah menjadi
asetil koenzim A (2 atom C) di dalam mitokondria.
 Pada tahap 1, molekul piruvat (3 atom C) melepaskan elektron (oksidasi)
membentuk CO2 (piruvat dipecah menjadi CO2 dan molekul berkarbon
 Pada tahap 2, NAD+ direduksi (menerima elektron) menjadi NADH + H+ .
 Pada tahap 3, molekul berkarbon 2 dioksidasi dan mengikat Ko-A
(koenzimA) sehingga terbentuk asetil Ko-A. Hasil akhir tahapan ini
adalah asetil koenzim A, CO2, dan 2NADH.

4. SIKLUS KREBS
Asam oksaloasetat adalah suatu zat (prekursor/bahan awal) yang berperan dalam
proses respirasi aerob yang berlangsung di mitokondria, terutama pada rangkaian proses
yang disebut siklus Krebs (daur asam sitrat). Asam oksaloasetat ini berperan dalam
memulai siklus Krebs tersebut, pertamakali akan bereaksi dengan asetil-KoA (asetil
koenzim A) membentuk asam sitrat. Selanjutnya asam sitrat meneruskan siklus krebs,
hingga pada akhir reaksi asam oksaloasetat akan dibentuk kembali. Hasil dari peristiwa
siklus krebs ini adalah ATP, NADH, dan FADH.

Gambar 2. Skema Siklus Krebs


Tahap reaksi daur krebs.

Pada tahap reaksi pertama, enzim sitrat mengkatalis reaksi koenzim antara assetil
koezim-A dengan oksaloasetat menghasilkan sitrat. Reaksi ini merupakan satu reaksi
kondensasi aldol antara gugus metil dari asetil koenzim-A dan gugus karbonil dari
oksaloasetat dimana terjadi hidrolisis de tioester dan pembentukan senyawa konezim-A
bebas. Reaksi ini adalah suatu hidrolisis eksergonik yang menghasilkan energy dan
merupakan reaksi dekomposisi pertama untuk daur krebs. Laju reaksi ditentukan oleh
jumlah asetil koenzim-A yang tersedia , oksaloasetat dan kadar suksinil koenzim-A yang
merupakan penghambat saling (inhibitor kompetitif) dan sitrat sintase.Telah diketahui
bahwa kegiatan enzim ini dapat dihambat oleh ATP,NADH, dan ester koenzim-A dari
asam lemak berantai panjang.

Tahap reaksi kedua merupakan pembentukan isositrat dari sitrat melalui cisakonitat,
dikatalis secara reversible oleh enzim akonitase. Enzim ini mengkatalis reaksi reversible
penambahan H2O pada ikatan rangkap cis-akonitat dalam dua arah yang satu ke
pembentukan sitrat dan yang lain ke pembentukan isositrat. Asam sitrat adalah molekul
prokiral, yaitu suatu molekul yang dapat bereaksi secara senjang meskipun tidak
mempunyai atom karbon yang senjang. Hali ini di mungkinkan karena setengah bagian
dari molekulnya bersifat bayangan cermin tidak dapat ditumpangtindihkan terhadap
setengah bagian yang lainnya. Keadaan ini dapat dibedakan oleh enzim akonitase yang
stereo-spesifik sehingga enzim ini hanya akan menyerang setengah bagian tersebut.
Percobaan dengan radioisotop membuktikan, akonitase hanya menyerang bagian molekul
sitrat ysng berasal daei oksalat saja. Telah diketahui akonitase terdapat pada didalam
jaringan hewan dalam dua bentuk isoenzim, satu dalam mitokondrion dan yang lain
dalam sitosol.
Oksidasi isositrat menjadi α-ketoglutarat (reaksi tahap ketiga) berlangsung
melalui pembentukan senyawa antara oksalosuksinat yang berikan dengan enzim isositrat
dehydrogenase dengan NAD berperan sebagai konenzimnya. Telah diketahui adanya dua
macam isositrat dehydrogenase, yang satu berikatan dengan NAD (NAD-isositrat
dehydrogenase) dan satu lagi berikatan dengan NADH (NADP-isositrat hydrogenase).
NAD-isositrat dehydrogenase terdapat hanya didalam mitokrondrion sedangkan NADP-
isositrat dehidrogenasi terdapat baik dalam mitokondrion maupun sitoplasma. Enzim
yang pertama mengakatalis proses oksidasi isositrat menjadi oksalosuksinat dan
derkarbolisasi oksalosuksinat menjadi α-ketoglutarat. Pengubahan isositrat ke
oksaloasetat dapat dihambat oleh difenilkloroarsin, sedangkan dekarbosilasi oksaloasetat
dihambat oleh pirofosfat.

Tahap reaksi keempat adalah oksidasi α-ketoglutarat menjadi suksinat melalui


pembentukan suksinil koenzim-A. Pembentukan suksinil koenzim-A dari α-ketoglutarat
adalah reaksi yang ireversibel dan dikatalis oleh enzim kompleks α-ketoglutarat
dehydrogenase. Reaksi ini berlangsung dengan mekanisme yang sama seperti proses
oksidasi piruvat menjadi asetil koenzim-A dan CO3, yaitu dengan melibatkan koenzim
tiamin pirofosfat, asam lipoat, koenzim-A, FAD, NAD+. Suksinil koenzim-A adalah suatu
senyawa tio-
Jalur metabolisme daur krebs: reaksi enzim A-ketoglutarat dehidrogenase

Selanjutnya suksinil koenzim-A melepakan koenzim-A dengan dirangkaikan dengan


reaksi pembentukan energi, GTP (Guanofin Triposfat) dari GDP (Guanosin Difosfat) dan
posfat.

Jalur metabolisme daur krebs: reaksi enzim suksinil-CoA sintetase

Reaksi ini dikatalis oleh enzim suksinil koenzim-A sintetase yang khas untuk GDP.
Selanjutnya GTP yang terbentuk dari reaksi ini dipakai untuk sintesis ATP dari ADP
dengan enzim nukleosida difosfat kinase,

GTP + ADP ↔ GDP + ATP

Pembentukan GTP/ATP yang dikaitkan dengan reaksi deasilasi suksinil koenzim-A


ini disebut fosforilasi tingkat subtrat. Ini berlainan dengan proses fosforilasi yang
dihubungkan dengan rantai pernafasan (fosforilasi bersifat oksidasi). Contoh lain
fosforilasi tingkat subtrat adalah pembentukan ATP yang dikaitkan dengan reaksi oksidasi
3-fosfogliseraldehida pada proses glikolisis. Pada reaksi tahap kelima suksinat dioksidasi
menjadi fumarat oleh enzim suksinat dehidrogenase yang berikatan dengan flavin adenin
dinukleotida (FAD) sebagai koenzimnya. Enzim ini terikat kuat pada membran dalam
mitokondrion. Dalam reaksi ini FAD berperan sebagai gugus penerima hidrogen.

Jalur metabolisme daur krebs: reaksi enzim suksinat dehidrogenase

Reaksi tahap keenam merupakan reaksi reversibel penambahan satu molekul H2O ke ikatan
rangkap fumarat, menghasilkan L-malat, dengan dikatalisis enzim fumarase tanpa koenzim.

Jalur metabolisme daur krebs: reaksi enzim fumarase

Enzim ini bersifat stereospesifik, bertindak hanya terhadap bentuk L-stereoisomer


dari malat. Dalam reaksi ini fumarase mengkatalisis proses penambahan trans atom H dan
gugus OH ke ikatan rangkap fumarat.

Pada reaksi tahap terakhir siklus asam trikarboksilat, L-malat dioksidasi menjadi oksalasetat
oleh enzim L-malat dehidrogenase yang berikatan dengan NAD. Reaksi ini adalah
endergonik tapi laju reaksinya berjalan lancar ke kanan. Hal ini dimungkinkan karena reaksi
berikutnya, yaitu reaksi kondensasi oksalasetat dengan asetil koenzim-A adalah reaksi
eksergonik yang ireversibel. Malat dehidrogenase adalah enzim yang bersifat stereospesifik
untuk bentuk L-stereoisomer dari malat.
Jalur metabolisme daur krebs: reaksi enzim malat dehydrogenase

Jalur metabolisme daur krebs: reaksi enzim A-ketoglutarat dehidrogenase

Selanjutnya suksinil koenzim-A melepakan koenzim-A dengan dirangkaikan dengan reaksi


pembentukan energi, GTP (Guanofin Triposfat) dari GDP (Guanosin Difosfat) dan posfat.

Jalur metabolisme daur krebs: reaksi enzim suksinil-CoA sintetase


Reaksi ini dikatalis oleh enzim suksinil koenzim-A sintetase yang khas untuk GDP.
Selanjutnya GTP yang terbentuk dari reaksi ini dipakai untuk sintesis ATP dari ADP dengan
enzim nukleosida difosfat kinase,

GTP + ADP ↔ GDP + ATP

Pembentukan GTP/ATP yang dikaitkan dengan reaksi deasilasi suksinil koenzim-A ini
disebut fosforilasi tingkat subtrat. Ini berlainan dengan proses fosforilasi yang dihubungkan
dengan rantai pernafasan (fosforilasi bersifat oksidasi). Contoh lain fosforilasi tingkat subtrat
adalah pembentukan ATP yang dikaitkan dengan reaksi oksidasi 3-fosfogliseraldehida pada
proses glikolisis. Pada reaksi tahap kelima suksinat dioksidasi menjadi fumarat oleh enzim
suksinat dehidrogenase yang berikatan dengan flavin adenin dinukleotida (FAD) sebagai
koenzimnya. Enzim ini terikat kuat pada membran dalam mitokondrion. Dalam reaksi ini
FAD berperan sebagai gugus penerima hidrogen.

Jalur metabolisme daur krebs: reaksi enzim suksinat dehidrogenase

Reaksi tahap keenam merupakan reaksi reversibel penambahan satu molekul H2O ke ikatan
rangkap fumarat, menghasilkan L-malat, dengan dikatalisis enzim fumarase tanpa koenzim.

Jalur metabolisme daur krebs: reaksi enzim fumarase


Enzim ini bersifat stereospesifik, bertindak hanya terhadap bentuk L-stereoisomer dari
malat. Dalam reaksi ini fumarase mengkatalisis proses penambahan trans atom H dan gugus
OH ke ikatan rangkap fumarat.

Pada reaksi tahap terakhir siklus asam trikarboksilat, L-malat dioksidasi menjadi
oksalasetat oleh enzim L-malat dehidrogenase yang berikatan dengan NAD. Reaksi ini
adalah endergonik tapi laju reaksinya berjalan lancar ke kanan. Hal ini dimungkinkan
karena reaksi berikutnya, yaitu reaksi kondensasi oksalasetat dengan asetil koenzim-A
adalah reaksi eksergonik yang ireversibel. Malat dehidrogenase adalah enzim yang bersifat
stereospesifik untuk bentuk L-stereoisomer dari malat.

Jalur metabolisme daur krebs: reaksi enzim malat dehydrogenase

Seperti telah dibahas sebelumnya, oksidasi satu molekulglukosa melalui glikolisis


menjadi dua molekul piruvat, menghasilkan 8 ATP. Dengan demikian oksidasi sempurna
satu molekul glukosa menjadi CO2 + H2O menghasilkan 2 x 15 + 8 = 38 ATP

Gambar: Jumlah energy (ATP) yang dihasilkan oleh glikolisis dan daur Krebs
PENGATURAN DAN INHIBISI DAUR ASAM TRIKARBOKSILAT

Kegiatan kompleks enzim piruvat dehydrogenase dapat diinhibisi (dihambat) dengan


adanya kelebihan ATP di dalam sel yang selanjutnya akan mengakibatkan menurunnya laju
reaksi daur asam trikarboksilat. Tahap reaksi kondendsasi antara asetil koenzim-A dengan
oksalasetat merupakan control utama dari laju daur Krebs. Reaksi ini dapat dihambat oleh
suksinil koenzim-A secara perssaingan alosterik terhadap enzim sitrat sintase. Control
lainnya adalah:
1. Reaksi enzim isositrat dehydrogenase yang dapat dirangsang oleh ADP secara
alosterik dan dihambat oleh ATP atau NADH.
2. Reaksi enzim suksinat dehydrogenase yang dapat dihambat oleh oksalasetat dan
dirangsang oleh adanya suksinat, fosfat, ATP dan ubikuinon bentuk reduksi dalam
jumlah yang cukup tinggi. Akhirnya, karena beberapa senyawa dalam daur asam
trikarboksilat berperan baik sebagai hasil metabolism atau sebagai prazat anabolisme,
maka perubahan yang terjadi dalam proses metabolism pada umumnya menyebabkan
pula perubahan laju reaksi daur asam trikarboksilat.

Gambar: Mekanisme Pengaturan Daur Krebs  efek hambatan  efek rangsangan


5. TRANSPOR ELEKTRON
Rantai transpor elektron adalah tahapan terakhir dari reaksi respirasi aerob.
Transpor elektron sering disebut juga sistem rantai respirasi atau sistem oksidasi
terminal. Transpor elektron berlangsung pada krista (membran dalam) dalam
mitokondria. Molekul yang berperan penting dalam reaksi ini adalah NADH dan
FADH2, yang dihasilkan pada reaksi glikolisis, dekarboksilasi oksidatif, dan siklus
Krebs.
Pertama-tama, NADH dan FADH2 mengalami oksidasi, dan electron
berenergi tinggi yang berasal dari reaksi oksidasi ini ditransfer ke koenzim Q. Energi
yang dihasilkan ketika NADH dan FADH2 melepaskan elektronnya untuk
menyatukan ADP dan fosfat anorganik menjadi ATP. Kemudian koenzim Q
dioksidasi oleh sitokrom b. Selain melepaskan elektron, koenzim Q juga melepaskan
2 ion H+. Setelah itu sitokrom b dioksidasi oleh sitokrom c. Energi yang dihasilkan
dari proses oksidasi sitokrom b oleh sitokrom c juga menghasilkan cukup energi
untuk menyatukan ADP dan fosfat anorganik menjadi ATP. Kemudian sitokrom c
mereduksi sitokrom a, dan ini merupakan akhir dari rantai transpor elektron.
Sitokrom a ini kemudian akan dioksidasi oleh sebuah atom oksigen, yang merupakan
zat yang paling elektro negatif dalam rantai tersebut, dan merupakan akseptor
terakhir elektron. Setelah menerima elektron dari sitokrom a, oksigen ini kemudian
bergabung dengan ion H+ yang dihasilkan dari oksidasi koenzim Q oleh sitokrom b
membentuk air (H2O). Oksidasi yang terakhir ini lagi-lagi menghasilkan energi yang
cukup besar untuk dapat menyatukan ADP dan gugus fosfat organik menjadi ATP.
Jadi, secara keseluruhan ada 3 tempat pada transpor elektron yang menghasilkan
ATP.
Sejak reaksi glikolisis sampai siklus Krebs, telah dihasilkan NADH dan
FADH2 sebanyak 10 dan 2 molekul. Dalam transpor elektron ini, kesepuluh molekul
NADH dan kedua molekul FADH2 tersebut mengalami oksidasi sesuai reaksi :
10 NADH + 5 O2  10 NAD+ + 10 H2O
2 FADH2 + O2  2 FAD + 2H2O
Setiap oksidasi NADH menghasilkan kira-kira 3 ATP, dan kira-kira 2 ATP
untuk setiap oksidasi FADH2. Jadi, dalam transpor elektron dihasilkan kira-kira 34
ATP. Ditambah dari hasil glikolisis dan siklus Krebs, maka secara keseluruhan reaksi
respirasi seluler menghasilkan total 38 ATP dari satu molekul glukosa. Akan tetapi,
karena dibutuhkan 2 ATP untuk melakukan transpor aktif, maka hasil bersih dari
setiap respirasi seluler adalah 36 ATP.
DAFTAR PUSTAKA

Murray RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwell VW. 2003. Biokimia Harper,
Edisi XXV, Penerjemah Hartono Andry. Jakarta: EGC.

Ngili, Yohanis. 2009. BIOKIMIA (Metabolisme dan Bioenergitika). Yogyakarta:


Graha Ilmu

Wijana, Nyoman. 2015. Biologi Dasar. Yogyakarta: Innosain.


Ragi

Oleh:

Atika Khairunnisa 1807112022


Fujian Ratu 1807113112
Ryo Malvin 1807113093
Safitra Herlina 1807113337

JURUSAN TEKNIK KIMIA S-1


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2018/2019
Ragi

A. Teori Ragi
Sejak abad 18, saat ilmuwan Louis Pasteur melakukan penelitian
diketahuilah keberadaan mikroorganisme ragi yang berguna dan menguntungkan
umat manusia. Ragi atau yeast (dalam bahasa inggris) adalah mikroorganisme
hidup yang dapat ditemukan dimana-mana. Ragi berasal dari keluarga Fungus
bersel satu (sugar fungus), berjenis eukariotik dan berkembang biak dengan cara
membelah diri, dan memilki ukuran sebesar 6─8 mikron. Berbeda dengan bakteri,
ragi memiliki ukuran sel lebih besar, memiliki organ-organ, memiliki membran
inti sel, dan DNA terlokalisasi di dalam kromosom dalam inti sel. Oleh karena itu,
menyebabkan ragi bisa melakukan fungsi-fungsi sel yang berbeda di setiap lokasi
dalam selnya. Singkatnya, sel ragi lebih mirip organisme tingkat tinggi seperti
hewan. Maka dapat dikatakan, ragi secara evolusi lebih maju dibandingkan
dengan bakteri seperti E.coli (Yalun, 2008).
Ragi memiliki sifat dan karakter yang sangat penting dalam industri pangan.
Ragi akan berkembang dengan baik dan cepat apabila berada pada temperatur
antara 25OC─30OC. Ragi yang mengandung mikoflora seperti kapang, khamir dan
bakteri dapat berfungsi sebagai starter fermentasi. Selain itu ragi juga kaya akan
protein yaitu sekitar 40-50%, jumlah protein ragi tersebut tergantung dari jenis
bahan penyusun. Ragi mengandung beberapa macam spesies fungi yang
bergabung dan bekerja sama dalam proses fermentasi alkohol. Mikroorganisme
tersebut yang membantu dalam pembuatan tempe, roti, arak, dan kecap. Beberapa
jenis mikroorganisme yang terdapat dalam ragi adalah Chlamydomucor oryzae,
Rhizopus oryzae, Mucor sp, Candida sp, Saccharomyces cerevisiae,
Saccharomyces verdomanii, dan lain-lain.
Ragi berkembang biak dengan suatu proses yang dikenal dengan istilah
pertunasan, yang menyebabkan terjadinya peragian. Peragian adalah istilah umum
yang mencangkup perubahan gelembung udara dan yang bukan gelembung udara
(aerobic dan anaerobic) yang disebabkan oleh mikroorganisme. Ragi terdiri dari
sejumlah kecil enzym, termasuk protease, lipase, invertase, maltase dan zymase.
Enzym yang penting dalam ragi adalah invertase, maltase dan zymase. Enzym
invertase dalam ragi bertanggung jawab terhadap awal aktivitas fermentasi.
Enzym ini mengubah gula (sukrosa) yang terlarut dalam air menjadi gula
sederhana yang terdiri atas glokosa dan fruktosa.
Kualitas ragi berbeda satu dengan yang lainnya, hal ini tergantung pada
jenis sel induk raginya (strain), kualitas media pengembangbiakan (mutu molase),
dan kemajuan teknologi produksi. Macam-macam bentuk ragi:
1. Ragi cair (liquid yeast) diproduksi dari yeast cream yang berlangsung pada
tahap proses industri (mengandung 15– 20% materi kering). Ragi cair ini
terutama digunakan oleh bakery skala industri dengan proses otomatis.
Pengukuran secara otomatis membutuhkan peralatan tambahan khusus dan
untuk penyimpanandibutuhkan suhu 4oC─6OC dengan umur simpan hanya 2
minggu.
2. Ragi basah (compressed atau fresh yeast)
Ragi jenis ini adalah yeast cream yang dikeringkan dan dipadatkan sehingga
mengandung 28-35% materi kering, berbentuk blok-blok persegi, dan harus
disimpan pada suhu 2OC─6OC, dengan umur kadaluarsa hanya 2-3 minggu.
Produk ini hanya mengandung 70% air, oleh karena itu ragi harus disimpan
pada temperatur rendah dan merata untuk mencegah hilangnya daya
pembentuk gas. Makin dekat temperatur penyimpanan dengan 0oC, maka
makin lama ragi itu bisa disimpan tanpa mengalami perubahan yang nyata.
Dari hasil penelitian efek penyimpanan ragi basah selama 3 bulan paling
baik pada suhu -10oC. Pada suhu tersebut ragi tidak membeku. Ragi basah
biasanya dikemas dengan berat 500 gram, dan dibungkus dengan kertas
lilin. Kelebihan penggunaan ragi basah adalah harganya relatif murah
(karena sebagian besar terdiri dari air saja), dan dapat dipergunakan dalam
banyak aplikasi (resep).Sedangkan kekurangannya adalah sensitif terhadap
kelembapan (humidity): suhu dan cuaca hangat seperti negara Indonesia
yang tropis. Ragi ini juga memerlukan kondisi peyimpanan pada suhu
rendah (2OC─6OC) yang menyebabkan kesulitan dalam pendistribusiannya,
akan tetapi, ragi bisa tahan 48 jam pada suhu ruangan.
3. Ragi kering aktif (active dry yeast, ADY) adalah ragi yang terbuat dari yeast
cream yang dipanaskan dan dikeringkan hingga didapatkan 92-93% bahan
kering. Ragi ini berbentuk butiran kering (granular form). Dalam aplikasi
penggunaannya harus dilarutkan dengan air hangat (dehidrated) sebelum
dicampurkan dengan tepung terigu dan bahan lainnya ke dalam mixer.
Penyimpanan bisa dalam suhu ruang (selama jauh dari panas dan lembab).
Umur kedaluarsanya mencapai 2 tahun dalam kemasannya. Pengeringannya
dengan temperatur tinggi akan mematikan sekitar 25% lapisan luar sel
ragi,sehingga membentuk lapisan sel pelindung yang dapat melindungi sel
aktif. Kelebihan menggunakan ragi kering aktif adalah meringankan biaya
transportasi, dan penyimpanannya tidak sulit (suhu ruang). Sedangkan
kekurangannya adalah memerlukan proses rehidrasi dengan air hangat
(35OC─38OC) dan proses tersebut memerlukan waktu sekitar 15 menit.
Faktor konversinya adalah 1 kg ragi kering aktif sama dengan 2,5 - 3 kg ragi
basah dengan ditambah air 1.5 liter.
4. Ragi kering instan (instantdry yeast, IDY).
Dibuat dari ragi yang dipanaskan dan lalu dikeringkan hingga mengandung
94% – 95% materi kering dengan jumlah sel ragi 105-107 per gram ragi,
berbentuk vermicelli (seperti potongan pasta yang sangat pendek),
mendekati butiran kecil yang halus. Di negara-negara tropis lebih aman
memakai ragi instan. Aplikasinya tanpa dilarutkan terlebih dahulu, dapat
langsung dicampurkan dalam tepung, dikemas dalam kemasan tanpa udara
(vacuum packed) dan memiliki umur kadaluarsa 2 tahun dalam kemasannya.
Kelebihan lain dari pada ragi instan ini adalah menghasilkan fermentasi
yang lebih konsisten, dan penyimpanan yang sangat mudah (pada suhu
ruang normal).
5. Ragi beku (frozen yeast).
Ragi ini mengandung 90% materi kering yang didinginkan pada suhu
ekstrim setelah dikeringkan (frozen). Aktifitas ragi ini menjadi lambat
selama pengadukan (mixing), sehingga dapat dihasilkan tingkat stabilitas
adonan yang tinggi. Ragi ini biasanya khusus untuk pembuatan adonan roti
melalui proses frozen dough. Memiliki umur kadaluarsa 2 tahun bila
disimpan pada freezer suhu -18 derajat celcius. Jangan membekukan
kembali ragi yang telah di thawing (dilunakkan). Ragi ini
mengkombinasikan keunggulan dari ragi basah dan ragi instan. Ragi ini juga
memberikan start up lebih cepat serta memiliki stabilitas dan konsistensi
untuk mengoptimalkan fermentasi, ragi ini mudah digunakan karena
bentuknya yang free thawing, sehingga memberikan kemudahan
pengukuran, keakuratan, hemat waktu, dan meminimalkan kesalahan dalam
pembuatan roti.

Fungsi ragi adalah:


1) Leavening agent (pengembang adonan), ragi mengkomsi gula dan
mengubahnya menjadi gas karbon dioksida (CO2), sehingga adonan
mengembang.
2) Memproses gluten (protein pada tepung) sehingga dapat membentuk
jaringan yang dapat menahan gas tersebut (maturating the doughgluten
structure).
3) Menghasilkan flavour (aroma dan rasa) pada roti karena selama fermentasi
ragi juga menghasilkan sejenis etanol yang menghasilkan aroma khusus.

Pertumbuhan dan daya fermentasi ragi dipengaruhi oleh beberapa faktor,


diantaranya adalah keberadaan gula yang dapat difermentasi, pH, suhu, tekanan
osmosis serta bahan-bahan penghambat dan pemicu fermentasi. Suhu ideal untuk
menyimpan ragi agar tetap mempunyai aktivitas yang baik adalah 2oC─5oC. Salah
satu pengaruh temperatur pada ragi yakni berbau tidak enak. Pertumbuhan yang
baik (temperatur yang cocok untuk fermentasi dan proofing) memiliki ciri sebagai
berikut:
1. Agak sedikit lengket.
2. Butir-butirnya lembek
3. Warnanya cokelat gelap (tua)
4. Beremah
Ciri-ciri ragi yang sudah rusak yaitu:
1. Berbau tidak enak
2. Kalau diraba agak terasa hangat
3. Kering
4. Berwarna cerah
5. Berbau sedap seperti buah apel yang masak.
Ciri-ciri dari ragi yang kondisinya kurang baik yaitu:
1. Berwarna krem, butir-butir kecil dan bersih.
2. Apabila diraba terasa dingin.
3. Yeast atau ragi harus selalu dalam kondisi yang baik agar dapat bekerja
secara efisien.

Enzim dalam Ragi


Ragi merupakan sumber penting penyedia enzim. Enzim dihasilkan oleh
sel-sel yang hidup, baik hewani ataupun nabati. Bila enzim diberikan pada
campuran organik tertentu, biasanya kegiatan akan meningkat, walaupun tidak
cenderung memisahkannya. Enzim hanya aktif dalam larutan. Enzim sangat peka
terhadap panas dan pH. Ragi terdiri dari sejumlah enzim, termasuk protease,
lipase, invertase, maltase, dan zymase. Enzim yang penting dalam ragi ialah
invertase, maltase, dan zymase.
a. Protase.
Protase dapat melemahkan protein tepung sehingga dapat menyebabkan
terjadinya berbagai perubahan pada susunan dan sifat-sifat adonan. Walaupun
begitu protease dalam ragi segar yang normal adalah enzim intracelluar,
enzim yang tidak sanggup menembus selaput sel.
b. Lipase
Enzim ini kelihatan intracellular dan aktif pada lemak yang terdapat di dalam
ragi, terutama selama terjadinya proses persporaan (sporalation). Lemak ini
tersedia untuk sel selama proses pematangan spora biak. Lipase dari beberapa
jenis ragi dapat menembus melalui selaput sel.
c. Invertase
Pada kebanyakan jenis ragi, intervase adalah enzim intracelluler. Intervase
mengubah sakarose, gula tebu, yang masuk kedalam dinding sel menjadi
glukose dan fruktose, yaitu gula sederhana. Gula ini akan meresap menembus
selaput.
d. Maltase
Enzim ini terdapat dalam ragi, memisahkan gula maltose menjadi dua bagian
dextrose.
e. Zymase
Zymase adalah enzim yang pada akhirnya akan menyebabkan peragian gula
dalam adonan oleh ragi. Zymase meliputi sekelompok enzim. Enzim ini
dalam produksi roti, jamur dan bakteri tertentu juga dapat menghasilkan
alkohol. Namun demikian ragi merupakan bahan yang paling tepat guna dan
berhasil.
Ragi Alami
Ragi alami adalah mikroorganisme dari bahan-bahan alami yang didapatkan
dari hasil fermentasi tanpa memerlukan bahan tambahan buatan. Mikroorganisme
dalam bahan-bahan alami menggunakan glukosa serta memproduksi
karbondioksida, aroma alkohol, dan asam-asam organik. menggunakan
mikroorganisme bermanfaat yang berasal dari bahan-bahan alami. Manfaat
dengan menggunakan ragi alami dalam adonana adalah:
1. Mudah dicerna. Selama proses fermentasi, berbagai mikroorganisme
mengubah senyawa pada roti menjadi senyawa sederhana yang mudah
dicerna.
2. Membentuk tekstur yang empuk. Berbagai macam mikroorganisme dapat
menghasilkan pelembab seperti trehalose yang dapat menghambat
retrogradasi pati pada roti sehingga keempukan roti menjadi lebih tahan
lama.
3. Umur simpan yang panjang tanpa pengawet. Berbagai mikroorganisme
keasaman dan menghasilkan senyawa antibakteri pada adonan sehingga
roti dapat disimpan lebih lama.
4. Kaya akan rasa dan aroma. Selama proses fermentasi, berbagai metabolit
dari mikrooganisme memberikan rasa dan aroma yang unik dan beragam.
5. Menyehatkan. Selama proses fermentasi banyak enzim-enzim bermanfaat
yang baik untuk kesehatan dihasilkan. Para ahli telah melaporkan bahwa
mikroorganisme-mikroorganisme dalam roti yang difermentasi secara
alami sangat efektif sebagai antikolesterol, antikanker, dan antioksidan.

Prinsip Ragi
Proses ragi alami difermentasi, ini merupakan metode untuk menangkap
mikroorganisme yang efektif seperti yeast, bakteri asam laktat untuk membuat
roti. Pertama-tama siapkan toples yang telah disterilisasi, air, dan beberapa bahan
yang mengandung gula atau karbohidrat seperti sukrosa pada buah, sayur, dan
tepung. Kemudian letakkan bahan-bahan tersebut di toples, simpan pada suhu
ruang (25-27 oC) selama beberapa hari. Mikroorganisme di permukaan buah akan
mulai tumbuh dan mengkonsumsi gula. Selama fermentasi, bakteri yang memiliki
pertumbuhan paling cepat akan tumbuh pertama kali, pada saat itu jika ragi
berasal dari pati makan akan dipecah menjadi molekul gula oleh bakteri.
Selama pertumbuhan bakteri asam laktat tersebut pH akan menurun sehingga
bakteri umum lainnya tidak dapat tumbuh, tapi yeast tetap dapat tumbuh pada
kondisi pH rendah dan yeast tersebut menghasilkan karbondioksida dan alcohol.
Berdasarkan teori, yeast tumbuh dengan baik pada kondisi aerobic (ada oksigen),
tapi kondisi anaerobic (tak ada oksigen) dianjurkan pada proses pembuatan ragi
karena jika yeast ditumbuhkan secara aerobic memungkinkan terjadinya
kontaminasi. Ragi sebaiknya di simpan pada suhu yang tetap karena jika suhu
fluktuatif mikrobia menjadi stress. Kebutuhan gula juga harus tercukupi selama
proses fermentasi. Jika gula tidak cukup, bakteri yang berbahaya akan tumbuh dan
yeast akan melemah.
Beberapa olahan makanan yang kita konsumsi selama ini ternyata memang
merupakan hasil karya dari penerapan bioteknologi. Jika kita menelisik lebih
dalam bagaimana bahan pangan itu diproduksi, kita akan menemukan peran
beberapa mikroorganisme di dalamnya. Berikut pemaparan lanjut mengenai
contoh bioteknologi pangan dan peran mikroorganisme yang berperan dalam
proses produksinya tersebut.

1. Tempe
Tempe merupakan salah satu contoh produk bioteknologi konvensional
yang sudah dikenal luas di masyarakat kita. Tempe diproduksi dari proses
fermentasi kedelai menggunakan jamur-jamur dari genus Rhizoporus, misalnya R.
oligosporus, R. stoloniferus, dan R. oryzae. Tempe adalah lauk dengan protein
tinggi. Selain itu, ia juga sangat mudah dicerna oleh tubuh. Mudahnya pencernaan
tempe oleh tubuh disebabkan karena dalam produksi tempe, jamur Rhizopus
menghasilkan enzim protease dan enzim lipase. Enzim protease berfungsi untuk
mendegradasi protein menjadi asam amino, sedangkan enzim lipase menguraikan
lemak menjadi asam lemak. Baik asam amino atau asam lemak, keduanya
merupakan senyawa sederhana yang mudah diserap tubuh.

2. Oncom
Selain tempe, oncom juga merupakan contoh produk bioteknologi pangan
yang sudah diterapkan nenek moyang kita sejak lama. Oncom terbuat dari ampas
tahu yang difermentasi menggunakan jamur Neurospora sitophila. Jamur
Neurospora sitophila menghasilkan zat warna merah dan bisa menjadi pewarna
alami dalam oncom. Selain itu, ia juga dapat menghasilkan enzim amilase, lipase,
dan enzim protease selama fermentasi. Karena produksi enzim-enzim tersebut,
dinding sel dari bahan yang difermentasi menjadi lebih lunak dan empuk.

3. Roti
Dalam proses produksi roti, teknik fermentasi juga diterapkan untuk
membuat adonan tepung jadi mengembang. Fermentasi umumnya dilakukan
melalui penambahan ragi yang mengandung jamur Saccharomyces cerevisiae
pada adonan. Jamur tersebut akan menggunakan glukosa dalam tepung roti
sebagai tempatnya untuk memproduksi karbondioksida. Karbondioksida yang
terbentuk kemudian terperangkap dalam roti dan membuat adonan roti
mengembang dan bertekstur ringan.

4. Nata de Coco
Nata de coco adalah contoh produk bioteknologi pangan yang dihasilkan
dari fermentasi air kelapa. Fermentasi dalam pembuatan nata de coco umumnya
dilakukan oleh bakteri Acetobacter xylinum. Bakteri tersebut mengubah glukosa
dan fruktosa yang terdapat dalam air kelapa menjadi polisakarida atau selulosa.

5. Tapai
Tapai adalah produk penerapan bioteknologi yang dihasilkan dari
fermentasi bahan-bahan yang mengandung karbohidrat, seperti beras ketan,
singkong, atau pisang. Fermentasi dalam produksi tape umumnya dilakukan oleh
Saccharoyces cerevisiae, jamur yang sama seperti dalam produksi roti. Jamur ini
melakukan hidrolisis karbohidrat dalam kondisi anaerob, kemudian mengubahnya
menjadi alkohol dan karbondioksida.Rumus reaksi dari proses fermentasi tapai
adalah sebagai berikut:
C6H12O6 ---> 2C2H5OH + 2CO2 + 2 ATP

6. Bir
Sama seperti tapai dan roti, bir juga merupakan produk bioteknologi pangan
yang memanfaatkan jamur Saccharomyces cerevisiae dalam proses produksinya.
Substrat yang difermentasi dalam produksi bir berasal dari tumbuhan barley atau
tumbuhan sejenis gandum. Maltosa dalam biji barley diubah menjadi glukosa
kemudian menjadi alkohol selama 5-14 hari oleh jamur ini. Kandungan alkohol
dalam bir umumnya berkisar antara 3-5%.

7. Minuman Anggur
Anggur (wine) dibuat dari fermentasi sari buah anggur yang dilakukan oleh
jamur Saccharomyces cerevisiae. Produk anggur bisa dibedakan menjadi beberapa
jenis. Pengelompokan tersebut lazimnya dipengaruhi oleh jenis buah anggur yang
diproses, perubahan selama fermentasi, serta lama dan cara penyimpanannya.
Faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi komposisi asam dan senyawa aromatik
organik yang terkandung dalam anggur. Produk bioteknologi pangan ini
umumnya mengandung 10-15% alkohol.

8. Yoghurt
Yogurt merupakan produk olahan susu yang dibuat melalui fermentasi
bakteri asam laktat. Umumnya, bakteri asam laktat yang digunakan dalam
pembuatan produk bioteknologi satu ini adalah Lactobacillus bulgaris,
Streptococcus lactis, atau Streptococcus thermophilus. Fermentasi mengubah
laktosa dalam susu menjadi asam laktat. Kondisi asam yang tercipta setelah
fermentasi membuat susu mengalami pendadihan. Dadih inilah yang kemudian
dikumpulkan dan ditampung menjadi yogurt yang biasa kita konsumsi sehari-hari.

9. Keju
Sama seperti yogurt, keju juga merupakan produk olahan susu yang
diproduksi melalui penerapan bioteknologi pangan. Keju dibuat melalui
fermentasi susu oleh bakteri asam laktat seperti Lactobacillus bulgarius dan
Streptococcus thermophillus. Dalam produksi keju, bahan baku berupa susu
diubah menjadi asam laktat melalui proses pemanasan terlebih dahulu agar semua
bakteri mati. Setelah itu, enzim renin yang diperoleh dari usus hewan memamah
biak ditambahkan untuk membuat susu menggumpal. Gumpalan susu inilah yang
kemudian diperas dan dipadatkan sehingga membentuk keju.

10. Sauerkraut atau Acar


Bakteri asam laktat juga digunakan dalam produksi pengawetan sayur dan
buah menjadi sauerkraut atau acar. Lactobacillus casei, Lactobacillus brevis, dan
Lactobacillus cremoris mengubah susunan kimia dalam substrat sayur dan buah
menjadi asam sehingga lebih awet dan memiliki cita rasa yang khas.
11. Tauco
Tauco adalah produk bioteknologi pangan yang dibuat dari fermentasi biji
kedelai. Fermentasi dalam produksi tauco melalui 2 tahapan melibatkan 2
mikroorganisme yang berbeda, yaitu jamur dan bakteri. Fermentasi tahap pertama
dilakukan oleh jamur Aspergillus oryzae dan Rhizopus oligosporus sehingga
berjalan seperti pada pembuatan tempe. Sedangkan fermentasi tahap kedua
dilakukan oleh bakteri-bakteri yang tahan terhadap kondisi salinitas tinggi seperti
Laktobacillus delbruckii, Hansenulla sp., dan Zygosaccharomyces soyae.

12. Kecap
Proses produksi kecap hampir sama dengan proses produksi tauco. Kecap
diproduksi dengan melibatkan kerja jamur Aspergillus oryzae dan Aspergillus
soyae, serta bakteri asam laktat. Peranan bakteri asam laktat sangan membantu
dalam pembentukan aroma dan rasa khas kecap. Dalam hal ini, enzim protease
juga memegan peran penting dari kualitas kecap yang nantinya dihasilkan.

13. Terasi
Terasi ternyata juga merupakan produk bioteknologi pangan. Ia diproduksi
melalui proses fermentasi udang atau ikan. Mikroorganisme yang terlibat di
fermentasi ini, antara lain Bacillus, Lactobacillus, Pediococcus, Brevibacterium
dan Corynebacterium. Fermentasi mengubah udang dan ikan menjadi pasta merah
kecoklatan beraroma khas yang siap dicetak.

14. Cuka
Cuka dihasilkan dari oksidasi etanol yang dilakukan bakteri Acetobacter.
Etanol yang digunakan sebagai bahan baku cuka bisa diperoleh dari anggur, bir,
sari tebu, atau sari buah apel. Sifat cuka sangat asam sehingga harus diencerkan
lebih dulu sebelum digunakan. Reaksi kimia yang terjadi dalam proses oksidasi
pembuatan cuka adalah sebagai berikut:
C2H5OH + O2 ---> CH3COOH + H2O + Energi
15. Tempe Bongkrek
Tempe bongkrek merupakan produk bioteknologi pangan yang diperoleh
melalui fermentasi bungkil kelapa (limbah pengolahan minyak kelapa).
Fermentasi bungkil kelapa umumnya dilakukan oleh bakteri Pseudomonas
cocovenenans. Tempe bongkrek akan bersifat racun bila terjadi kontaminasi oleh
bakteri Burkholderia cocovenenans dalam proses pembuatannya. Efek racun
bakteri ini akan membuat terganggunya sistem pernafasan, bahkan hingga
menyebabkan kematian. Efek inilah yang bisa menjadi contoh dampak
bioteknologi pangan yang harus diwaspadai.
DAFTAR PUSTAKA

http://abipbu6.blogspot.com/2011/04/ragi.html.
https://yalun.wordpress.com/2008/12/14/bagaimana-mikroorganisme-bisa
menghasilkan-alkohol/.
KOENZIM

Oleh:

Atika Kharunnisa 1807112022


Fujian Ratu 1807113112
Ryo Malvin 1807113093
Safitra Herlina 1807113337

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA S1


FAKULTAS TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS RIAU
2019
KOENZIM

A. Teori Koenzim
Koenzim adalah senyawa organik yang berasosiasi dengan apoenzim dan
bersifat sesaat (tidak permanen), biasanya berlangsung pada saat katalisis. Secara
katalitik koenzim bersifat tidak aktif, sehingga dapat disebut kosubstrat. Koenzim
mudah dipisahkan secara dialisis. Selanjutnya, koenzim yang sama dapat menjadi
kofaktor pada enzim yang berbeda. Pada umumnya, koenzim tidak hanya
membantu enzim memecah substrat tetapi juga bertindak sebagai aseptor
sementara untuk produk yang terjadi. Kebanyakan komponen kimia koenzim
merupakan derivat dari vitamin B. Bentuk koenzim aktif dari Vitamin B1 (tiamin)
adalah Tiamin Pirofosfat (TPP).

TPP memegang peranan penting dalam transformasi energi, konduksi


membran, dan saraf serta dalam sintesis pentosa. Riboflavin (Vitamin B2)
terutama berfungsi sebagai komponen koenzim FAD dan Flavin Adenin
Mononukleotida (FMN). FMN dan FAD bertindak sebagai gugus prostetik pada
enzim Oksidoreduktase. Niasin (Vitamin B3) berfungsi sebagai komponen
koenzim Nikotinamida Adenin Dinukleotida (NAD) dan Nikotinamida Adenin
Dinukleotida Fosfat (NADP), yang berada di semua sel dan berperan sebagai
kofaktor berbagai oksidoreduktase yang terlibat dalam glikolisis, metabolisme
asam lemak, dan respirasi sel. Asam pantotenat (Vitamin B5) merupakan
prekursor dari koenzim dari Ko-A dan acyl carier protein (ACP). Pada keadaan
difosforilasi, vitamin B6 (piridoksal) berperan sebagai koenzim berupa piridoksal
fosfat (PLP) dan piridoksamin fosfat (PMP) dalam berbagai reaksi transaminasi.
Koenzim derivat dari vitamin B12 (kobalamin) yang aktif adalah metilkobalamin
dan deoksiadenosil-kobalamin.

Ditinjau dari fungsinya, dikenal adanya koenzim yang berperan pada reaksi
oksidasi-reduksi dan sebagai pemindah gugus. Semua enzim oksidoreduktase
memerlukan koenzim. Koenzim yang penting untuk reaksi redoks adalah NAD
dan NADP, FMN dan FAD serta asam lipoat. NAD dan NADP merupakan
koenzim dehidrogenase. Koenzim ini mentranspot ion hidrida dan selalu bekerja
dalam bentuk larut. Sebagian besar koenzim FMN dan FAD terikat erat pada
enzim. Kedua koenzim ini serupa dan dapat dijumpai pada reaksi-reaksi dengan
koenzim dehidrogenase, oksidase, dan monooksigenase. Asam lipoat terutama
berperan pada dekarboksilasi oksidatif asam 2-keto.

Koenzim memiliki hubungan dengan beberapa vitamin. Hal itu karena


koenzim adalah molekul organik kecil, tahan terhadap panas yang mudah
terdisosiasi dan dapat dipisahkan dari enzimnya dengan cara dialisis. Contoh:
NAD, NADP, ATP. Vitamin adalah golongan senyawa kimia yang terdapat dalam
jumlah kecil makanan. Akan tetapi, mempunyai arti penting, sebab jika
kekurangan vitamin maka akan menimbulkan penyakit seperti beri-beri, skorbut,
rabun senja, dan lain-lain. Hubungan keduanya adalah beberapa koenzim
mempunyai struktur yang mirip dengan vitamin tertentu. Pada koenzim tertentu
molekul vitamin menjadi bagian dari molekul tersebut. Salah satunya yaitu
Niasin. Niasin adalah nama vitamin yang beberapa molekul nikotinamida/asam
nikotinat. Niasin terdapat dalam jaringan hewan maupun tumbuhan. Daging
adalah bahan makanan yang mengandung banyak niasin. Molekul nikotinamida
terdapat sebagai bagian dari molekul NAD+ atau NADP+ yang merupakan
koenzim penting dalam metabolisme sel.

Sejalan dengan itu, koenzim dapat diklasifikasikan berdasakan gugus yang


pemindahannya dipermudah oleh koenzim tersebut, yaitu:
1. Koenzim pemindah gugus bukan hidrogen/Group Transferring coenzymes
(Gula fosfat, KoA-SH, TPP, PLP, Koenzim folat, Biotin, Koenzim kobamida
(B12), Asam lipoat,)
a) Nucleoside phosphate : sebagai energy conservation dan dihasilkan dari
energy coupling sehingga proses endergonik dapat berlangsung
b) Coenzyme A: residu asil diaktifkan dengan cara transfer kepada koenzim
A.
c) Thiamine diphosphate (TPP): mampu mengaktifkan aldehid dan keton
sebagai gugus hidroksialkil dan dilepaskan ke molekul lain
d) Piridoksal fosfat: merupakan koenzim penting dalam metabolisme
protein dan terlibat dalam reaksi asama amino seperti dekarboksilasi dan
dehidrasi.
e) Biotin: koenzim dari karboksilase.
f) Tetrahidrofolat (THF): koenzim yang mampu mentransfer residu C1
dalam bentuk oksidasi berbeda. THF berasal dari vitamin asam folat
dengan proses hidrogenasi ganda dari cincin pterin heterosiklik.
g) Cobalamins: merupakan bentuk kompleks dari kebanyakan koenzim.
h) Metilkobalamin: koenzim bagi metiltransferase dan sintesis metionin
dari homosistein.
i) Adenosilkobalamin: koenzim bagi isomerase.
2. Koenzim pemindah gugus hidrogen/Redox Coenzyme (NAD+, NADP+,
FMN, FAD, Asam lipoat, Koenzim Q).
a) NAD+ dan NADP+ : merupakan koenzim bagi enzim dehidrogenase.
b) FMN dan FAD : juga merupakan pembawa elektron dan memiliki
struktur kimia yang berkaitan. Kedua koenzim ini memiliki unit flavin
mononukleotida sebagai sisi reaktif. Koenzim ini ditemukan pada
dehidrogenase, oksidase, dan monooksigenase
c) Ubikuinon (Coenzyme Q) : berfungsi mentrasfer elektron pada rantai
respirasi.
d) L-ascorbic acid (Vitamin C) : merupakan agen pereduksi kuat; kofaktor
esensial bagi monooksigenase dan dioksigenase
e) Iron-sulfur clusters : sebagai gugus prostetik dalam oksidoreduktase,
liase dan enzim lainnya
f) Koenzim heme : fungsi redoks pada rantai respirasi, monooksigenase
dan peroksidase
Koenzim pemindah gugus dan gugus yang dipindahkan serta contoh enzimnya
terdapat pada Tabel 5.

Tabel 5. Koenzim pemindah gugus dan gugus yang dipindahkan


Koenzim dapat dianggap sebagai substrat sekunder, berdasarkan dua alasan
penting, yaitu:
1. Perubahan kimia di dalam koenzim terjadi dengan mengimbangi
perubahan kimia yang berlangsung di dalam substrat. Sebagai contoh,
dalam reaksi oksidoreduksi, jika satu molekul substrat dioksidasi, satu
molekul koenzim akan direduksi.
2. Aspek reaksi katalisis dengan koenzim mempunyai makna fisiologik
mendasar yang lebih besar. Sebagai contoh, peran penting kemampuan
otot yang bekerja secara anaerob untuk mengubah piruvat menjadi laktat
tidak terletak pada piruvat ataupun laktat. Reaksi tersebut semata-mata
bertujuan mengoksidasi koenzin NADH yang tereduksi menjadi NAD+.
Proses tersebut merupakan proses regenerasi NAD+ . Tanpa NAD+,
glikolisis tidak dapat berlanjut dan sintesis ATP anaerob (dan dengan
demikian, aktivitas kerjanya) akan terhenti. Pada keadaan anaerob, reduksi
piruvat menjadi laktat menghasilkan oksidasi ulang NADH dan
memungkinkan sintesis ATP.

Ion metal merupakan salah satu bentuk kofaktor yang diperlukan untuk
aktivitas enzim tertentu. Ion metal tersebut membentuk ikatan koordinasi
(coordination bond) dengan rantai spesifik pada tempat aktif dan pada saat yang
sama membentuk satu atau lebih ikatan koordinasi pula dengan substrat. Ikatan
koordinasi adalah suatu ikatan kovalen khusus antara oksigen dan nitrogen dengan
ion metal tertentu. Adanya ikatan tersebut akan membantu polarisasi di dalam
substrat, sehingga dapat dipecah oleh enzim. Berikut disajikan contoh ion logam
pada aktivitas enzim pada Tabel 6.
Tabel 6. Contoh ion logam pada aktivitas enzim

Berdasarkan uraian di atas, secara umum kofaktor mempunyai peran sebagai


berikut:
1. Kofaktor berperan melengkapi struktur tempat aktif atau memodifikasi tempat
aktif sedemikian rupa sehingga substrat dapat melekat.
2. Kofaktor bereaksi sebagai donor elektron atau donor atom bagi substrat.
3. Kofaktor dapat bertindak sebagai resipien sementara dari produk suatu reaksi,
atau elektron maupun proton yang selanjutnya dapat kembali ke bentuk
semula setelah reaksi selesai.
4. Kofaktor bersama dengan residu tertentu pada tempat aktif dapat
mempolarisasi molekul substrat sehingga mudah mengalami perubahan pada
proses katalitik.

Koenzim juga berperan penting dalam aktivator enzim. Hal ini dikarenakan
beberapa enzim tidak memerlukan komponen tambahan untuk mencapai aktivitas
penuhnya. Namun beberapa memerlukan pula molekul non-protein yang disebut
kofaktor untuk berikatan dengan substrat sehingga enzim menjadi aktif. Kofaktor
dapat berupa aktivator zat anorganik (contohnya ion logam Mg2+, Cu+, Mn2+
dan kluster besi sulfur) ataupun zat organik (contohnya flavin dan heme).
Kofaktor zat organik dapat berupa gugus prostetik yang mengikat dengan kuat,
ataupun koenzim, yang akan melepaskan diri dari tapak aktif enzim ketika reaksi.
Enzim yang memerlukan kofaktor namun tidak terdapat kofaktor yang
terikat dengannya disebut sebagai apoenzim ataupun apoprotein. Apoenzim
beserta dengan kofaktornya disebut holoenzim (bentuk aktif). Kebanyakan
kofaktor tidak terikat secara kovalen dengan enzim, tetapi terikat dengan kuat.
Namun, gugus prostetik organik dapat pula terikat secara kovalen (contohnya
tiamin pirofosfat (TPP) pada enzim piruvat dehidrogenase). Istilah holoenzim juga
dapat digunakan untuk merujuk pada enzim yang mengandung subunit protein
berganda, seperti DNA polimerase. Pada kasus ini, holoenzim adalah kompleks
lengkap yang mengandung seluruh subunit yang diperlukan agar menjadi aktif.
Contoh enzim yang mengandung kofaktor adalah karbonat anhidrase, dengan
kofaktor seng terikat sebagai bagian dari tapak aktifnya.

Koenzim adalah kofaktor berupa molekul organik kecil yang mentranspor


gugus kimia atau elektron dari satu enzim ke enzim lainnya. Contoh koenzim
mencakup NADH, NADPH dan adenosin trifosfat. Gugus kimiawi yang dibawa
mencakup ion hidrida (H–) yang dibawa oleh NAD atau NADP+, gugus asetil
yang dibawa oleh koenzim A, formil, metenil, ataupun gugus metil yang dibawa
oleh asam folat, dan gugus metil yang dibawa oleh S-adenosilmetionin. Beberapa
koenzim seperti riboflavin, tiamin, dan asam folat adalah vitamin. Karena
koenzim secara kimiawi berubah oleh aksi enzim, sehingga dapat dikatakan
koenzim merupakan substrat yang khusus, ataupun substrat sekunder. Sebagai
contoh, sekitar 700 enzim diketahui menggunakan koenzim NADH. Regenerasi
serta pemeliharaan konsentrasi koenzim terjadi dalam sel. Contohnya NADPH
diregenerasi melalui lintasan pentosa fosfat, dan S-adenosilmetionin melalui
metionin adenosiltransferase.
DAFTAR PUSTAKA

Susanti, R., Fidia Febriana. 2017. Teknologi Enzim. Yogyakarta: CV ANDI

OFFSET.

http://biologibig.blogspot.com/2012/12/enzim-dan-koenzim.html

http://repository.unimal.ac.id/2595/1/ENZIM%2C%20KOENZIM%20%26%20K

OFAKTOR. pptx
Proses Metabolisme dari Sukrosa Menjadi Asam Oksalat

Oleh:
Atika Khairunnisa 1807112022

Fujian Ratu 1807113112

Ryo Malvin 1807113093

Safitra Herlina 1807113337

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA S1


FAKULTAS TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS RIAU
2019
DISAKARIDA
Disakarida adalah suatu oligosakarida yang paling banyak terdapat di
alam. Oligosakarida merupakan polimer dengan derajat polimerisasi 2 sampai 10
dan biasanya bersifat larut dalam air. Oligosakarida yang terdiri dari dua molekul
disebut sakarida. Disakarida merupakan kelompok karbohidrat yang tersusun dari
dua unit monosakarida. Unit monosakarida penyusun disakarida itu dapat berasal
dari unit yang sama atau berbeda. Ikatan antara unit monosakarida dalam
pembentukan disakarida disebut ikatan glikosida. Salah satu contoh reaksi
pembentukan disakarida adalah sebagai berikut :
C6H12O6 + C6H12O6 C12H22O12 + H2O
(monosakarida) (disakarida)
Dalam reaksi tersebut di atas terjadi pelepasan air. Beberapa jenis
disakarida yang penting adalah laktosa, sukrosa, dan maltosa.

Sukrosa
Sukrosa adalah disakarida yang dibentuk dari unit monosakarida yang
berbeda yaitu antara satu molekul glukosa dan satu molekul fruktosa. Antara
kedua unitmonosakarida tersebut diikat dengan ikatan α-1, β-2 glikosida. Sukrosa
tidak mempunyai sifat reduksi karena sukrosa dibentuk dari gugus reduksi
masing-masing unit monosakrida penyusunnya. Sukrosa banyak ditemukan dalam
tanaman. Sumber yang kaya sukrosa adalah tebu, bit, dan wortel. Hasil samping
pengekstrasi sukrosa baik dari tebu ataupun bit adalah molase. Molase ini
berwarna gelap, cairannya pekat (20 - 30 persen), dan dengan proses kristalisasi
tidak dapat diubah lebih lanjut menjadi sukrosa karena adanya gula reduksi dan
kotoran non gula.

Sukrosa (gula meja) terdapat dalam tumbuh-tumbuhan, dimana mereka


disintesis dari D-glukosa dan D-fruktosa (gambar 3). Suatu ikatan glikosidik
anatara C-1 anomerik dari α-D-glukosa dan C-2 anomerik dari β-D- fruktosa
menghubungkan kedua monosakarida melalui suatu jembatan oksigen,
menghasilkan suatu ikatan α-(1,2).

PROSES METABOLISME KARBOHIDRAT

Sekilas tentang metabolisme, lintasan metabolisme dapat digolongkan


menjadi 3 kategori:

1. Lintasan anabolik (penyatuan/pembentukan)


Ini merupakan lintasan yang digunakan pada sintesis senyawa pembentuk
struktur dan mesin tubuh.Salah satu contoh dari kategori ini adalah sintesis
protein.
2. Lintasan katabolik (pemecahan)
Lintasan ini meliputi berbagai proses oksidasi yang melepaskan energi
bebas, biasanya dalam bentuk fosfat energi tinggi atau unsur ekuivalen
pereduksi, seperti rantai respirasi dan fosforilasi oksidatif.

3. Lintasan amfibolik (persimpangan)


Lintasan ini memiliki lebih dari satu fungsi dan terdapat pada
persimpangan metabolisme sehingga bekerja sebagai penghubung antara
lintasan anabolik dan lintasan katabolik.Contoh dari lintasan ini adalah
siklus asam sitrat (Siklus Kreb).

Karbohidrat, lipid dan protein sebagai makanan sumber energi harus


dicerna menjadi molekul-molekul berukuran kecil agar dapat
diserap.Semua hasil pencernaan di atas diproses melalui lintasan
metaboliknya masing-masing menjadi Asetil KoA, yang kemudian akan
dioksidasi secara sempurna melalui siklus asam sitrat dan dihasilkan
energi berupa adenosin trifosfat (ATP) dengan produk buangan
karbondioksida (CO2).

Tahapan Metabolime Karbohidrat dibagi menjadi 4, yaitu :

1. Glikolisis
2. Dekarboksilasi oksidasi (reaksi junction)
3. Siklus Krebs (TCA)
4. Transfer electron
1. Glikolisis

Glikolisis adalah proses pemecahan glukosa (gula) pada tingkat sel. Pada proses
glikolisis, glukosa dipecah secara sistematis menjadi asam piruvat dan energi
dalam bentuk NADH dan ATP.Energi yang dihasilkan akan digunakan pada
proses respirasi seluler selanjutnya.

Glikolisis ini termasuk salah satu tahap respirasi seluler. Respirasi seluler adalah
reaksi katabolisme karbohidrat di dalam sel hidup.Tahapan respirasi seluler terdiri
dari glikolisis, oksidasi piruvat, siklus Krebs dan transpor elektron.
Reaksi kimia glikolisis dapat terjadi secara aerob (membutuhkan oksigen)
maupun anaerob (tanpa oksigen). Di dalam reaksi biokimia ini dibantu oleh
enzim, ATP (Adenosin trifosfat) dan ADP (Adenosin difosfat).ATP dan ADP
berperan dalam pemindahan fosfat dari molekul satu ke molekul lain. Glikolisis
termasuk reaksi biokimia yang terjadi dalam setiap organisme baik uniseluler
maupun multiseluler. Tahap glikolisis ini merujuk pada jalur Embden-Meyerhof-
Parnus (EMP) yang merupakan bagian kecil dari metabolisme tubuh.
Pengertian glikolisis secara harfiah adalah pemecahan glukosa. Kata glikolisis
berasal dari kata glukosa yang berarti gula (C6H12O6) dan lisis yang berarti
pemecahan.

10 Tahap Glikolisis

Berikut adalah sepuluh tahap glikolisis dan produk yang dihasilkan dan enzim
yang berperan pada setiap tahap.

Tahap 1: Fosforilasi Glukosa oleh ATP

Tahap pertama adalah fosforilasi glukosa atau penambahan gugus fosfat pada
glukosa. Reaksi ini dibantu oleh enzim heksokinase yang memisahkan satu
kelompok fosfat dari ATP dan menambahkannya ke glukosa, mengubahnya
menjadi glukosa 6-fosfat.
Proses glikolisis ini memerlukan satu molekul ATP dan diubah menjadi ADP
karena pemisahan satu kelompok fosfat. Reaksi keseluruhan dapat diringkas
sebagai berikut:

C6H12O6 + ATP + heksokinase → C6H11O6P1 + ADP

Tahap 2: Produksi Fruktosa 6 Fosfat


Tahap kedua adalah pembuatan fruktosa 6-fosfat. Proses glikolisis yang ke dua
dibantu oleh enzim fosfoglukosaisomerase. Tahap ini mengubah produk dari
tahap sebelumnya, yaitu glukosa 6-fosfat yang diubah menjadi fruktosa 6-fosfat.
Fruktosa 6-fosfat merupakan isomer (Isomer adalah molekul yang berbeda dengan
rumus molekul yang sama tetapi susunan atomnya berbeda. Reaksi kimia tahap ini
sebagai berikut:

C6H11O6P1 + Enzim Phosphoglucoisomerase → C6H11O6P1

Tahap 3: Produksi Fruktosa 1, 6-difosfat

Pada tahap berikutnya, Fruktosa isomer 6-fosfat diubah menjadi fruktosa 1, 6-


difosfat dengan penambahan kelompok fosfat. Konversi ini dibantu oleh enzim
fosfofruktokinase yang memanfaatkan satu molekul ATP. Reaksi ini diringkas
sebagai berikut:

C6H11O6P1 + enzim fosfofruktokinase + ATP → C6H10O6P2

Tahap 4: Pemecahan Fruktosa 1, 6-difosfat

Pada tahap keempat, enzim aldolase memisahkan Fruktosa 1, 6-difosfat menjadi


dua molekul gula yang berbeda, keduanya isomer satu sama lain. Adapun gula
yang terbentuk adalah gliseraldehida fosfat dan fosfat dihidroksiaseton. Reaksinya
sebagai berikut:

C6H10O6P2 + Enzim aldolase → C3H5O3P1 + C3H5O3P1

Tahap 5: interkonversi Dua Glukosa

Fosfat dihidroksiaseton adalah molekul hidup pendek. Dibuat secara cepat,


kemudian diubah menjadi fosfat gliseraldehida oleh enzim fosfat triose. Jadi
dalam totalitas, tahap keempat dan kelima dari glikolisis menghasilkan dua
molekul fosfat gliseraldehida.

C3H5O3P1 + enzim fosfat triose → C3H5O3P1


Tahap 6: Pembentukan NADH & 1,3-Bifosfogliserat

Tahap keenam melibatkan dua reaksi penting. Pertama adalah pembentukan


NADH dari NAD + dengan menggunakan enzim fosfat dehidrogenase triose dan
kedua adalah penciptaan 1,3- asam bifosfogliserat dari dua molekul fosfat
gliseraldehida yang dihasilkan pada tahap sebelumnya. Reaksi keduanya adalah
sebagai berikut:

Enzim Fosfat dehidrogenase Triose + 2 NAD + + 2 H-→ 2NADH + 2 H + Enzim


fosfat dehidrogenasi Triose + fosfat gliseraldehida + 2 (C3H5O3P1) + 2P → 2
molekul asam 1,3- Bifosfogliserat (C3H4O4P2)

Tahap 7: Produksi ATP & 3-fosfogliserat Asam

Tahap ketujuh melibatkan pembuatan 2 molekul ATP bersama dengan dua


molekul asam 3-fosfogliserat dari reaksi fosfogliserokinase pada dua molekul
asam 1,3-diphoshoglyceric yang dihasilkan dari tahap sebelumnya.

C3H4O4P2 + 2ADP phosphoglycerokinase → C3H5O4P1 + 2ATP

Tahap 8: Relokasi Atom Fosfor

Tahap delapan adalah reaksi penataan ulang sangat halus yang melibatkan
relokasi dari atom fosfor dalam asam 3-fosfogliserat dari karbon ketiga dalam
rantai untuk karbon kedua dan menciptakan asam 2 - fosfogliserat. Reaksi seluruh
diringkas sebagai berikut:

2 molekul C3H5O4P1 + enzim fosfoogliseromutase → 2 molekul C3H5O4P1

Tahap 9: Menghilangkan Molekul Air

Enzim enolase datang ke dalam untuk menghilangkan sebuah molekul air dari
asam 2-fosfogliserat untuk membentuk asam yang lain yaitu asam
fosfoenolpirupat (PEP). Reaksi ini mengubah kedua molekul asam 2-fosfogliserat
yang terbentuk pada tahap sebelumnya.

2 molekul C3H5O4P1 + enzim enolase -> 2 molekul (PEP (C3H3O3P1) + H2O 2

Tahap 10: Pembentukan asam piruvat dan ATP

Tahap ini menghasilkan dua molekul ATP dan dua molekul asam piruvat dengan
bantuan enzim piruvatkinase pada dua molekul asam fosfoenolpiruvat dihasilkan
pada tahap sebelumnya. Hal ini dimungkinkan setelah terjadi transfer dari atom
fosfor dari asam fosfoenolpiruvat (PEP) untuk ADP.

2 molekul PEP (C3H3O3P1) + + 2ADP + enzim piruvatkinase → 2ATP + 2


molekul asam piruvat

Dari semua tahap, sebagian besar melibatkan manipulasi kelompok fosfat dan
atom fosfor yang dibantu berbagai enzim dalam sitoplasma. Enzim berfungsi
sebagai katalis yang membuat reaksi bisa terjadi lebih cepat kemudian
melepaskan diri.

Tempat Terjadinya Glikolisis

Glikolisis terjadi di protoplasma.Protoplasma adalah bagian hidup dari sebuah sel


yang dikelilingi oleh membran plasma.

Hasil Glikolisis

Pada proses glikolisis, satu molekul glukosa akan dipecah untuk menghasilkan
dua molekul asam piruvat, dua molekul ATP dan dua NADH (Reduced
nikotinamida adenin dinukleotida) yang membawa elektron. Jadi, hasil akhir
glikolisis adalah 2 molekul ATP dan 2 molekul piruvat. Namun, perlu diingat
bahwa proses awal glikolisis (tahap pertama) memerlukan 2 molekul ATP. Oleh
karena itu proses glikolisis hanya menghasilkan 2 molekul asam piruvat karena
sebelumnya butuh (modal) 2 ATP.
2. Dekarboksilasi Oksidatif

Reaksi Dekarboksilasi Oksidatif ini mengambil tempat di intermembran


mitokondria. Setelah melalui reaksi glikolisis, jika terdapat molekul oksigen yang
cukup maka asam piruvat akan menjalani tahapan reaksi selanjutnya, yaitu siklus
Krebs yang bertempat di matriks mitokondria. Jika tidak terdapat molekul oksigen
yang cukup maka asam piruvat akan menjalani reaksi fermentasi. Akan tetapi,
asam piruvat yang mandapat molekul oksigen yang cukup dan akan meneruskan
tahapan reaksi tidak dapat begitu saja masuk ke dalam siklus Krebs, karena asam
piruvat memiliki atom C terlalu banyak, yaitu 3 buah. Persyaratan molekul yang
dapat menjalani siklus Krebs adalah molekul tersebut harus mempunyai dua atom
C (2 C). Karena itu, asam piruvat akan menjalani reaksi dekarboksilasi oksidatif.
Pertama-tama, molekul asam cuka yang dihasilkan reaksi glikolisis akan
melepaskan satu gugus karboksilnya yang sudah teroksidasi sempurna dan
mengandung sedikit energi, yaitu dalam bentuk molekul CO2. Setelah itu, 2 atom
karbon yang tersisa dari piruvat akan dioksidasi menjadi asetat (bentuk ionisasi
asam asetat). Selanjutnya, asetat akan mendapat transfer elektron dari NAD+ yang
tereduksi menjadi NADH. Kemudian, koenzim A (suatu senyawa yang
mengandung sulfur yang berasal dari vitamin B) diikat oleh asetat dengan ikatan
yang tidak stabil dan membentuk gugus asetil yang sangat reaktif, yaitu asetil
koenzim-A, yang siap memberikan asetatnya ke dalam siklus Krebs untuk proses
oksidasi lebih lanjut. Selama reaksi transisi ini, satu molekul glukosa yang telah
menjadi 2 molekul asam piruvat lewat reaksi glikolisis menghasilkan 2 molekul
NADH.

A.Definisi Dekarboksilasi
Dekarboksilasi oksidatif adalah reaksi yang mengubah asam piruvat yang beratom
C 3 buah menjadi senyawa baru yang beratom C dua buah, yaitu asetil koenzim-
A (asetil ko-A). Reaksi dekarboksilasi oksidatif ini (disingkat DO) disebut juga
sebagai tahap persiapan sebelum masuk ke siklus Krebs.

B.Mekanisme Dekarboksilasi
Proses Dekarboksilasi yang berlangsung di membran luar mitocondria merupakan
fase antara sebelum Siklus Krebs (Pra Siklus Krebs) sehingga Dekarboksilsi
Oksidatif sering dimasukkan langsung dalam Siklus krebs. Reaksi oksidasi piruvat
hasil glikolisis menjadi asetil koenzim-A merupakan tahap reaksi penghubung
yang penting antara glikolisis dengan jalur metabolisme lingkar asam
trikarboksilat (daur Krebs). Reaksi yang dikatalisis oleh kompleks piruvat
dehidrogenase dalam matriks mitokondria melibatkan tiga macam enzim yaitu
piruvat dehidrogenase, dihidrolipoil transasetilase, dan dihidrolipoil
dehidrogenase dan lima macam koenzim yaitu tiaminpirofosfat, asam lipoat.
3. Siklus Krebs

Tahap 1 :
Diawali dg reaksi kondensasi antara asetil KoA dg oksaloasetat sehingga
dihasilkan sitrat (yg mrpkan senyawa antara pertama dari siklus ini).
Reaksi ini dikatalisis oleh enzim sitrat sintase.
Tahap 2 :
Reaksi pembentukan isositrat dari sitrat melalui senyawa antara terikat
enzim, cis-akonitat, yg dikatalisis secara reversible oleh enzim akonitat
hidratase/akonitase.

Tahap 3 :
Oksidasi isositrat menjadi α-ketoglutarat berlangsung melalui
pembentukan senyawa antara oksalosuksinat, dikatalisis oleh enzim
Isositrat dehidrogenase. Reaksi ini merupakan reaksi pertama dalam TCA
yang menghasilkan NADH.

Tahap 4 :
Dekarboksilasi oksidatif α-ketoglutarat menjadi suksinil Co-A yang
dikatalisis oleh enzim α-ketoglutarat dehidrogenase.

Tahap 5 :
Suksinil KoA mengalami hidrolisis menjadi asam bebasnya. Merupakan
reaksi pelepasan gugus KoA dari suksinil-KoA menjadi di suksinat yg
dirangkai dg rekasi pembentukan energi dalam bentuk Guanosin Trifosfat
(GTP) dari Guanosin Difosfat (GDP) dan fosfat anorganik yang dikatalis
oleh enzim Suksinil-KoA sintetase.

Tahap 6 :
Mengoksidasi suksinat menjadi fumarat yang dikatalis oleh enzim suksinat
dehidrogenase, enzim ini adalah satu-satunya enzim yang terlibat dalam
siklus asam sitrat yang terikat kuat dengan membran.Dua hidrogen
ditrasnsfer ke FAD untuk membentuk FADH₂.

Tahap 7 :
Merupakan reaksi hidrasi fumarat menjadi malat, yaitu penambahan satu
molekul H2O ke ikatan rangkap dalam molekul fumarat utk menghasilkan
malat. Reaksi ini berlangsung secara reversible yg dikatalisis oleh enzim
fumarat hidratase atau fumarase
Tahap 8 :
Reaksi tahap akhir dari siklus krebs, terjadi dehidrogenasi atau oksidasi
malat menjadi oksaloasetat melalui reaksi reversible yang dikatalisis oleh
enzim malat dehidrogenase dan menghasilkan molekul NADH.

4. TRANSPOR ELEKTRON

Sistem Transpor Elektron (STE) merupakan tahapan terakhir dari respirasi


aerob, dapat disebut juga sistem oksidasi terminal yang terjadi di dalam membran
dalam mitokondria. Hidrogen dari siklus krebs yang tergabung dalam FADH₂ dan
NADH perlu diubah menjadi elektron dan proton. NADH dan FADH₂ akan
dirombak menjadi ATP dengan bantuan molekul oksigen, koenzim Q, sitokrom a,
sitokrom b, dan sitokrom c. NADH dan FADH₂ mengalami oksidasi, dan elektron
berenergi tinggi yang berasal dari reaksi oksidasi ini ditransfer ke koenzim Q.
Dengan bantuan sitokrom, energi yang dihasilkan melepaskan elektron yang
cukup besar untuk menyatukan ADP dan fosfat anorganik menjadi ATP. Setelah
menerima elektron, O₂akan bereaksi dengan ion H+ membentuk H₂O. Pada
akhirnya 1 molekul NADH dirombak menjadi 3 ATP sedangkan 1 molekul
FADH dirombak menjadi 2 ATP.

Asam oksalat

Asam oksalat adalah senyawa kimia yang memiliki rumus H2C2O4 dengan
nama sistematis asam etanadioat. Asam dikarboksilat paling sederhana ini biasa
digambarkan dengan rumus HOOC-COOH. Merupakan asam organik yang relatif
kuat, 10.000 kali lebih kuat daripada asam asetat. Di-anionnya, dikenal sebagai
oksalat, juga agen pereduktor. Banyak ion logam yang membentuk endapan tak
larut dengan asam oksalat, contoh terbaik adalah kalsium oksalat(CaOOC-
COOCa), penyusun utama jenis batu ginjal yang sering ditemukan.
Asam oksalat ada 2 macam yaitu asam oksalat anhidrat dan asam oksalat
dihidrat. Asam oksalat anhidrat (H2C2O4) yang mempunyai berat molekul 90,04
gr/mol dan mempunyai melting point 187oC. Sifat dari asam oksalat anhidrat
adalah tidak berbau berwarna putih, dan tidak menyerap air. Asam oksalat
dihidrat merupakan jenis asam oksalat yang dijual di pasaran yang mempunyai
rumus bangun (C2H4O2.2H2O), dengan berat molekul 126,07 gr/mol dan melting
point 101,5°C dan mengandung 71,42 % asam oksalat anhidrat dan 28,58 % air,
bersifat tidak bau dan dapat kehilangan molekul air apabila dipanaskan sampai
suhu 100°C.
Asam oksalat terdistribusi secara luas dalam bentuk garam pottasium dan
kalsium yang terdapat pada daun, akar dan rhizoma dari berbagai macam
tanaman. Asam oksalat juga terdapat pada air kencing manusia dan hewan dalam
bentuk garam kalsium yang merupakan senyawa terbesar dalam ginjal. Kelarutan
asam oksalat dalam etanol pada suhu 15,6oC dan etil eter pada suhu 25oC adalah
23,7 g / 100 g solvent dan 1,5 g / 100 g solvent. Makanan yang banyak
mengandung asam oksalat adalah coklat, kopi, strawberry, kacang dan bayam. (
Kirk R.E, Othmer D.F, hal.618 – 635, 1945 )
Titik leleh suatu zat padat adalah suatu temperature dimana terjadinya
keadaan setimbang antara fasa padat dan fasa cair pada tekanan satu atmosfer.
Untuk mengukur titik leleh suatu senyawa dapat digunakan alat melthing point.
Prinsipnya yaitu suatu zat bisa meleleh karena ikatan antarmolekul terputus
dimana putusnya molekul itu yang memerlukan suhu berbeda-beda tergantung
pada kekuatan ikatan tersebut. Semakin kuat ikatannya maka semakin tinggi suhu
yang dibutuhkan untuk memutuskan ikatan tersebut. Dengan adanya zat pengotor,
ikatan yang terputus akan lebih banyak atau intinya tergantung pada zat
pengotornya. Titik leleh juga bisa untuk mengukur gaya intermolekul antar
senyawa dimana makin tinggi titik leleh maka makin besar gaya
intermolekulernya, beberapa molekul dengan berat molekul sama, maka molekul
yang lebih polar dan struktur molekul yang lebih simetris akan lebih tinggi.
Angka titik leleh dan kisarannya tergantung pada kecepatan pemanasan,
keakuratan pada thermometer yang digunakan dan sifat padatan senyawa yang
terdapat pada suatu padatan yang telah diisolasi, rentang lelehannya harus
ditentukan untuk memastikan identitas dan kemurniannya. Dalam percobaan ini
dilakukan proses penentuan titik leleh dengan tujuan menentukan titik leleh dan
mengetahui kemurnian dari asam oksalat.
Dalam dunia industri asam oksalat digunakan yaitu untuk:
1. “Metal Treatment”
Asam oksalat digunakan pada industri logam untuk menghilangkan
kotorankotoran yang menempel pada permukaan logam yang akan di cat. Hal ini
dilakukan karena kotoran tersebut dapat menimbulkan korosi pada permukaan
logam setelah proses pengecatan selesai dilakukan.
2. “Oxalate Coatings”
Pelapisan oksalat telah digunakan secara umum, karena asam oksalat dapat
digunakan untuk melapisi logam stainless stell, nickel alloy, kromium dan
titanium. Sedangkan lapisan lain seperti phosphate tidak dapat bertahan lama
apabila dibandingkan dengan menggunakan pelapisan oksalat.
3. “Anodizing”
Proses pengembangan asam oksalat dikembangkan di Jepang dan dikenal lebih
jauh di Jerman. Pelapisan asam oksalat menghasilkan tebal lebih dari 60 μm dapat
diperoleh tanpa menggunakan teknik khusus. Pelapisannya bersifat keras, abrasi
dan tahan terhadap korosi dan cukup atraktif warnanya sehingga tidak diperlukan
pewarnaan. Tetapi bagaimanapun juga proses asam oksalat lebih mahal apabila
dengan dibandingkan dengan proses asam sulfat.
4. “Metal Cleaning”
Asam oksalat adalah senyawa pembersih yang digunakan untuk automotive
radiator, boiler, “railroad cars” dan kontaminan radioaktif untuk plant reaktor
pada proses pembakaran. Dalam membersihkan logam besi dan non besi asam
oksalat menghasilkan kontrol pH sebagai indikator yang baik. Banyak industri
yang mengaplikasikan cara ini berdasarkan sifatnya dan keasamannya.
5. “Textiles”
Asam oksalat banyak digunakan untuk membersihan tenun dan zat warna. Dalam
pencucian, asam oksalat digunakan sebagai zat asam, kunci penetralan alkali dan
melarutkan besi pada pewarnaan tenun pada suhu pencucian, selain itu juga asam
oksalat juga digunakan untuk membunuh bakteri yang ada didalam kain.
6. “Dyeing”
Asam oksalat dan garamnya juga digunakan untuk pewarnaan wool. Asam oksalat
sebagai agen pengatur mordan kromium florida. Mordan yang terdiri dari 4
kromium florida dan 2% berat asam oksalat. Wool di didihkan dalam waktu 1
jam. Kromic oksida pada wool diangkat dari pewarnaan. Ammonium oksalat juga
digunakan sebagai pencetakan Vigoreus pada wool, dan juga terdiri dari mordan
(zat kimia) pewarna. ( Kirk R.E, Othmer D.F., hal.630 – 631, 1945 ).

Secara umum, ada empat macam proses pembuatan asam oksalat dengan bahan
dasar yang berbeda, yaitu:
1) Sintesis dari Natrium Formiat
Pada proses pembuatan asam oksalat dari natrium formiat ini, bahan yang dipakai
adalah gas CO, Ca(OH)2, H2SO4, dan NaOH. Proses utama pembuatan asam
oksalat meliputi:
∑ Pembuatan, pemurnian dan pengempaan gas
∑ Udara panas direaksikan dengan kokas membentuk gas batubara, yang memiliki
komponen utama CO, N2, CO2, debu dan limbah gas lainnya. Kokas + udara
panas CO + N2 +CO2 + debu + limbah gas. Selanjutnya gas batubara (CO dan N2)
dimurnikan, dikeringkan dan dikempa
∑ Proses sintesa
Gas CO bertekanan direaksikan dengan larutan NaOH pada suhu 200oC menjadi
natrium formiat. (HCOONa).NaOH + CO HCOONa
∑ Proses Dehidrogenasi
HCOONa diuraikan menjadi Na2C2O4 dan gas hidrogen dengan reaksi sebagai
berikut : 2 HCOONa (COONa)2 + H2
∑ Proses pengolahan plumbite
Timbal sulfat (PbSO4) bereaksi dengan Na2C2O4 menghasilkan natrium sulfat
(Na2SO4) dan PbC2O4 yang tidak larut (COONa)2 + PbSO4 Na2SO4 + PbC2O4
Melalui pencucian dengan air, maka Na2SO4 dan PbC2O4 akan terpisahkan.
∑ Proses pengasaman
Dalam proses pengasaman, PbC2O4 bereaksi dengan asam sulfat membentuk asam
oksalat H2C2O4 dan PbSO4 yang tidak larut. PbC2O4 + H2SO4 (COOH)2 + PbSO4
∑ Pengkristalan dan pengeringan H2C2O4
Larutan asam oksalat dipanaskan, diuapkan dan diembunkan untuk menghasilkan
kristal asam oksalat.
2) Fermentasi glukosa
Proses ini menggunakan jamur untuk menguraikan glukosa menjadi asam oksalat.
Jamur yang digunakan pada proses ini adalah Aspergillus Niger yang beroperasi
optimum pada pH 4,5. Produk yang diperoleh kemudian disaring, diasamkan, dan
dihilangkan warnanya. Setelah itu, produk dinaikkan konsentrasinya dengan
evaporator dan hasilnya dikristalkan. Hasil dari pengkristalan dikeringkan untuk
meminimalkan kadar air dalam produk. Yield asam oksalat tergantung dari
nutrient (nitrogen) yang ditambahkan.
3) Peleburan alkali
Proses ini menggunakan bahan baku berupa bahan yang mengandung selulosa
tinggi, potass serbuk gergaji, sekam, tongkol jagung, dan lain-lain. Bahan ini
dilebur dengan sodium hidroksida atau potassium hidroksida pada suhu 240 –
285°C. Produk yang diperoleh direaksikan dengan kapur untuk mengikat oksalat
dengan kalsium. Produk ini kemudian direaksikan dengan asam sulfat untuk
membentuk asam oksalat. Reaksi-reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
Selulosa + NaOH Na2C2O4 + zat lain
Na2C2O4 + Ca(OH)2 →CaC2O4 + 2 NaOH
CaC2O4 + H2SO4 →CaSO4 + H2C2O4
Konversi yang diperoleh dari proses ini kurang dari 45 % dengan kemurnian
produk sebesar 60 %.
4) Oksidasi karbohidrat dengan HNO3
Cara ini ditemukan oleh Scheele pada tahun 1776. Karbohidrat yang dapat
digunakan pada proses ini antara lain yaitu berupa gula, glukosa, fruktosa,
maizena, pati gandum, pati kentang, tapioka, molasses, dan lain-lain. Karbohidrat
dihidrolisis terlebih dahulu untuk mendapatkan glukosa dengan reaksi :
(C6H10O5)n + n H2O › n C6H12O6 Glukosa yang diperoleh dicampurkan dengan
larutan induk asam oksalat yang mengandung } 50 % H2C2O4 dan kemudian
direaksikan dengan HNO3 menggunakan katalis V2O5. Reaksi yang terjadi pada
tahap ini adalah :
C6H12O6 + 12 HNO3 → 3 C2H2O4.2H2O + 3 H2O + 3NO + 9 N2O
4 C6H12O6 + 18 HNO3 + 3 H2O →12 C2H2O4.2H2O + 9 NO2
Dalam pembuatan asam oksalat dengan proses ini, bahan dasar yang digunakan
mengandung pati } 80%. Setelah didapatkan produk asam oksalat, dilakukan
penyaringan, pemisahan, dan pengkristalan. Konsentrasi asam oksalat yang
dihasilkan mencapai 99 % sedangkan yield dapat mencapai 95 - 97 %. Proses
pembuatan asam oksalat dengan metode ini dapat dilakukan secara batch maupun
kontinyu.
Produk Asam Oksalat yang dihasilkan terdiri atas :
a) Sifat fisika asam oksalat anhydrat (C2H2O4)
Berbentuk kristal, berwarna putih.
b) Sifat kimia asam oksalat anhydrat (C2H2O4)
Titik leleh : 187oC.
Densitas : 1.897 g / cm3.
Panas pembakaran (ΔE) pada 25oC : 245,61 kJ/mol.
Panas pembentukan standart (ΔHf) pada 25oC : 826,61 kJ/mol.
Berat molekul : 90.04 g/mol.
Asam oksalat dengan glycerol akan membentuk allyl alkohol. Asam oksalat
anhydrat menyublim pada suhu 150oC tetapi jika dipanaskan lagi akan
terdekomposisi menjadi karbondioksida dan asam formiat.
Jika asam oksalat dipanaskan dengan penambahan asam sulfat akan menghasilkan
karbon monoksida, karbondioksida dan H2O. ( Kirk R.E, Othmer D.F, hal.618 –
635, 1945 )
c) Sifat fisika asam oksalat dihydrat (C2H2O4.2H2O)
Berbentuk kristal, berwarna putih.
d) Sifat kimia asam oksalat dihydrat (C2H2O4.2H2O)
Titik leleh :101,5°C.
Densitas : 1,653 g / cm3.
Panas pembentukan standart (ΔHf) pada 18°C : -1422 kJ/mol.
Berat molekul : 126,07 g/mol.
Cp pada suhu 50°C adalah 0.385.
Cp pada suhu 100°C adalah 0.416.

Asam oksalat dan larutannya dalah korosif dan beracun. Debu asam
oksalat dan kabutnya dapat menyebabkan iritasi, khuhusnya dibawah kontak yang
lama. Personel yang menangani asam oksalat kristal dan larutannya harus
menggunakan sarung tangan plastik, aprons, sepatu boot, dan kacamata debu.
Ventilasi yang cukup juga harus disediakan dalam area dimana terdapat debu asap
dari asam oksalat. NIOSH diakui sebagai alat pernapasan yang dapat dipakai
ketika konsentrasi dari asam oksalat di udara melebihi konsentrasi udara yang
diijinkan dari 1mg/m3. Ingestion dari asam oksalat dan garam – garamnya dapat
menyebabkan kematian. Jika Ingestion telah terjadi, cairan larutan dari bahan
kalsium atau magnesium seperti susu dari magnesia, kalsium laktat, kalsium
gluconat, dan susu harus diatur (29-30). Tindakan pencegahan harus diambil
untuk mencegah kontaminasi pada makanan karena asam oksalat. Makanan tidak
dibolehkan ada dalam ruang kerja asam oksalat, atau asam oksalat juga tidak
boleh dikirimkan adjaoent pada makanan yang mengandung zat kimia. Para
pekerja yang menangani asam oksalat harus mencuci tangan dan wajah mereka
secara keseluruhan sebelum makan dan merokok.
Asam oksalat dapat ditemukan dalam bentuk bebas ataupun dalam bentuk
garam. Bentuk yang lebih banyak ditemukan adalah bentuk garam. Kedua bentuk
asam oksalat tersebut terdapat baik dalam bahan nabati maupun hewani. Jumlah
asam oksalat dalam tanaman lebih besar daripada hewan (Noonan dan Savage,
1999).
Menurut Noonan dan Savage (1999), asam oksalat membentuk garam larut
air bersama ion Na+, K+, dan NH4+ serta berikatan pula dengan Ca2+, Fe2+, dan
Mg2+ menyumbangkan mineral-mineral yang tidak tersedia pada hewan. Oksalat
terdapat dalam bentuk ion oksalat (C2O42-) pada beberapa spesies tumbuhan dari
famili Goosefoot dengan cairan sel mendekati pH 6. Ion oksalat yang ditemukan
biasanya dalam bentuk natrium oksalat yang dapat larut serta kalsium oksalat dan
magnesium oksalat yang tidak dapat larut. Oksalat dapat ditemukan dalam jumlah
yang relatif kecil pada banyak tumbuhan. Bahan pangan yang kaya dengan oksalat
biasanya hanya merupakan komponen minor dalam diet manusia, tetapi menjadi
penting dalam diet di beberapa wilayah di dunia. Peran oksalat pada tumbuhan
antara lain sebagai perlindungan terhadap insekta dan hewan pemakan tumbuhan
melalui toksisitas dan/atau rasa yang tidak menyenangkan, dan osmoregulasi (Ma
dan Miyasaka, 1998).
Kalsium oksalat adalah persenyawaan garam antara ion kalsium dan ion
oksalat. Senyawa ini terdapat dalam bentuk kristal padat non volatil, bersifat tidak
larut dalam air namun larut dalam asam kuat (Schumm, 1978). Secara umum
terdapat lima jenis bentuk dasar kalsium oksalat yang terdapat dalam berbagai
tanaman, diantaranya berbentuk raphide (jarum), rectangular dan bentuk pinsil,
druse (bulat), prisma, dan rhomboid (Horner dan Wagner, 1995).
DAFTAR PUSTAKA

http://www.slideshare.net/anazmi/53678527sintesisasamoksalat?from_m_app=an
droid

agnesmegakurniawati.blogspot.com/pembentukan-disakarida-dan-
polisakarida.html

https://wikipedia.org/wiki/sukrosa
KARBOHIDRAT

Oleh:
Gunawan Alvonsus Silaen
Mirani Ramadian Saputri 1807111733
Fadia Haya
Serly Marcelina Dwi Cantika

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA S-1


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2018/2019

1
B. JENIS-JENIS KARBOHIDRAT
1. Karbohidrat Sederhana
Menurut Robert (2003), karbohidrat sederhana terdiri dari:

1.1.Monosakarida
Sebagian besar monosakarida dikenal sebagai heksosa, karena terdiri atas 6-
rantai atau cincin karbon. Ada tiga jenis heksosa yang penting dalam ilmu gizi,
yaitu glukods, fruktosa, dan galaktosa. Ketiga macam monosakarida ini
mengandung jenis dan jumlah atom yang sama, yaitu 6 atom karbon, 12 atom
hidrogen, dan 6 atom oksigen. Perbedaannya hanya terletak pada cara penyusunan
atom-atom hidrogen dan oksigen di sekitar atom-atom karbon. Jenis heksosa lain
yang kurang penting dalam ilmu gizi adalah manosa. Monosakarida yang
mempunyai lima atom karbon disebut pentosa, seperti ribosa dan arabino.
ÿ Glukosa, dinamakan juga dekstrosa atau gula anggur, terdapat luas di alam dalam
jumlah sedikit, yaitu di dalam sayur, buah, sirup jagung, sari pohon, dan
bersamaan dengan fruktosa dalam madu. Glukosa memegang peranan sangat
penting dalam ilmu gizi. Glukosa merupakan hasil akhir pencernaan pati, sukrosa,
maltosa, dan laktosa pada hewan dan manusia. Dalam proses metabolisme,
glukosa merupakan bentuk karbohidrat yang beredar di dalam tubuh dan di dalam
sel merupakan sumber energi.
ÿ Fruktosa, dinamakan juga levulosa atau gula buah, adalah gula paling manis.
Fruktosa mempunyai rumus kimia yang sama dengan glukosa, C6H12O6, namun
strukturnya berbeda. Susunan atom dalam fruktosda merangsang jonjot kecapan
pada lidah sehingga menimbulkan rasa manis.
ÿ Galaktosa, tidak terdapat bebas di alam seperti halnya glukosa dan fruktosa, akan
tetapi terdapat dalam tubuh sebagai hasil pencernaan laktosa.
ÿ Manosa, jarang terdapat di dalam makanan. Di gurun pasir, seperti di Israel
terdapat di dalam manna yang mereka olah untuk membuat roti.
ÿ Pentosa, merupakan bagian sel-sel semua bahan makanan alami. Jumlahnya
sangat kecil, sehingga tidak penting sebagai sumber energi.
1.2. Disakarida
Ada empat jenis disakarida, yaitu sukrosa atau sakarosa, maltosa, laktosa, dan
trehaltosa. Trehaltosa tidak begitu penting dalam milmu gizi, oleh karena itu akan
dibahas secara terbatas. Disakarida terdiri atas dua unit monosakarida yang terikat
satu sama lain melalui reaksi kondensasi. kedua monosakarida saling mengikat
berupa ikatan glikosidik melalui satu atom oksigen (O). ikatan glikosidik ini
biasanya terjadi antara atom C nomor 1 dengan atom C nomor 4 dan membentuk
ikatan alfa, dengan melepaskan satu molekul air. hanya karbohidrat yang unit
monosakaridanya terikat dalam bentuk alfa yang dapat dicernakan. Disakarida dapat
dipecah kembali mejadi dua molekul monosakarida melalui reaksi hidrolisis.
Glukosa terdapat pada ke empat jenis disakarida; monosakarida lainnya adalah
fruktosa dan galaktosa.

ÿ Sukrosa atau sakarosa dinamakan juga gula tebu atau gula bit. Secara komersial
gula pasir yang 99% terdiri atas sukrosa dibuat dari keuda macam bahan makanan
tersebut melalui proses penyulingan dan kristalisasi. Gula merah yang banayk
digunakan di Indonesia dibuat dari tebu, kelapa atau enau melalui proses
penyulingan tidak sempurna. Sukrosa juga terdapat di dalam buah, sayuran, dan
madu.
ÿ Maltosa (gula malt) tidak terdapat bebas di alam. Maltosa terbentuk pada setiap
pemecahan pati, seperti yang terjadi pada tumbuh-tumbuhan bila benih atau bijian
berkecambah dan di dalam usus manusia pada pencernaan pati.
ÿ Laktosa (gula susu) hanya terdapat dalam susu dan terdiri atas satu unit glukosa
dan satu unit galaktosa. Kekurangan laktase ini menyebabkan ketidaktahanan
terhadap laktosa. Laktosa yang tidak dicerna tidak dapat diserap dan tetap tinggal
dalam saluran pencernaan. Hal ini mempengaruhi jenis mikroorgnaisme yang
tumbuh, yang menyebabkan gejala kembung, kejang perut, dan diare.
Ketidaktahanan terhadap laktosa lebih banyak terjadi pada orang tua. Mlaktosa
adalah gula yang rasanya paling tidak manis (seperenam manis glukosa) dan lebih
sukar larut daripada disakarida lain.
ÿ Trehalosa seperti juga maltosa, terdiri atas dua mol glukosa dan dikenal sebagai
gila jamur. Sebanyak 15% bagian kering jamur terdiri atas trehalosa. Trehalosa
juga terdapat dalam serangga.
1.3. Gula Alkohol
Gula alkohol terdapat di dalam alam dan dapat pula dibuat secara sintesis. Ada empat
jenis gula alkohol yaitu sorbitol, manitol, dulsitol, dan inositol.
ÿ Sorbitol, terdapat di dalam beberapa jenis buah dan secara komersial dibuat dari
glukosa. Enzim aldosa reduktase dapat mengubah gugus aldehida (CHO) dalam
glukosa menjadi alkohol (CH2OH). Struktur kimianya dapat dilihat di bawah.
Sorbitol banyak digunakan dalam minuman dan makanan khusus pasien
diabetes, seperti minuman ringan, selai dan kue-kue. Tingkat kemanisan sorbitol
hanya 60% bila dibandingkan dengan sukrosa, diabsorpsi lebih lambat dan
diubah di dalam hati menjadi glukosa. Pengaruhnya terhadap kadar gula darah
lebih kecil daripada sukrosa. Konsumsi lebih dari lima puluh gram sehari dapat
menyebabkan diare pada pasien diabetes.

ÿ Manitol dan Dulsitol adalah alkohol yang dibuat dari monosakarida manosa dan
galaktosa. Manitol terdapat di dalam nanas, asparagus, ubi jalar, dan wortel.
Secara komersialo manitol diekstraksi dari sejenis rumput laut. Kedua jenis
alkohol ini banyak digunakan dalam industri pangan.
ÿ Inositol merupakan alkohol siklis yang menyerupai glukosa. Inositol terdfapat
dalam banyak bahan makanan, terutama dalam sekam serealia.

1.4.Oligosakarida
Oligosakarida terdiri atas polimer dua hingga sepuluh monosakarida.
ÿ Rafinosa, stakiosa, dan verbaskosa adalah oligosakarida yang terdiri atas unit-
unit glukosa, fruktosa, dan galaktosa. Ketiga jenis oligosakarida ini terdapat du
dalam biji tumbuh-tumbuhan dan kacang-kacangan serta tidak dapat dipecah
oleh enzim-enzim perncernaan.
ÿ Fruktan adalah sekelompok oligo dan polisakarida yang terdiri atas beberapa
unit fruktosa yang terikat dengan satu molekul glukosa. Fruktan terdapat di
dalam serealia, bawang merah, bawang putih, dan asparagus. Fruktan tidak
dicernakan secara berarti. Sebagian ebsar di dalam usus besar difermentasi.
B. Karbohidrat Kompleks
Menurut Stanley (1988), karbohidrat Kompleks terdiri dari dua yaitu :
2.2.Polisakarida
Karbohidrat kompleks ini dapat mengandung sampai tiga ribu unit gula
sederhana yang tersusun dalam bentuk rantai panjang lurus atau bercabang. Jenis
polisakarida yang penting dalam ilmu gizi adalah pati, dekstrin, glikogen, dan
polisakarida nonpati.
ÿ Pati merupakan simpanan karbohidrat dalam tumbuh-tumbuhan dan merupakan
karbohidrat utama yang dimakan manusia di seluruh dunia. Pati terutama
terdapat dalam padi-padian, biji-bijian, dan umbi-umbian.
Jumlah unit glukosa dan susunannya dalam satu jenis pati berbeda satu sama
lain, bergantung jenis tanaman asalnya. Bentuk butiran pati ini berbeda satu
sama lain dengan karakteristik tersendiri dalam hal daya larut, daya
mengentalkan, dan rasa. Amilosa merupakan rantai panjang unit glukosa yang
tidak bercabang, sedangkan amilopektin adfalah polimer yang susunannya
bercabang-cabang dengan 15-30 unit glukosa pada tiap cabang.
ÿ Dekstrin merupakan produk antara pada perencanaan pati atau dibentuk melalui
hidrolisis parsial pati. Dekstrin merupakan sumber utama karbohidrat dalam
makanan lewat pipa (tube feeding). Cairan glukosa dalam hal ini merupakan
campuran dekstrin, maltosa, glukosa, dan air. Karena molekulnya lebih besar
dari sukrosa dan glukosa, dekstrin mempunyai pengaruh osmolar lebih kecil
sehingga tidak mudah menimbulkan diare.
ÿ Glikogen dinamakan juga pati hewan karena merupakan bentuk simpanan
karbohidrat di dalam tubuh manusia dan hewan, yang terutama terdapat di
dalam hati dan otot. Dua pertiga bagian dari glikogen disimpan dalam otot dan
selebihnya dalam hati. Glikogen dalam otot hanya dapat digunakan untuk
keperluan energi di dalam otot tersebut, sedangkan glikogen dalam hati dapat
digunakan sebagai sumber energi untuk keperluan semua sel tubuh. Kelebihan
glukosa melampaui kemampuan menyimpannya dalam bentuk glikogen akan
diubah menjadi lemak dan disimpan dalam jaringan lemak.

2.2.Polisakari dan Nonpati/Serat


Serat akhir-akhir ini banyak mendapat perhatian karena peranannya dalam
mencegah berbagai penyakit. Ada dua golongan serat yaitu yang tidak dapat larut
dan yang dapat larut dalam air. Serat yang tidak larut dalam air adalah selulosa,
hemiselulosa, dan lignin. Serat yang larut dalam air adalah pektin, gum, mukilase,
glukan, dan algal.
Fungsi serat:
a. Mencegah Penyakit Jantung Koroner
contoh : Masyarakat yang mengkonsumsi makanan tinggi serat (terutama serat dari
seralia dan kacang-kacangan).cenderung kadar kolesterol darah rendah serta
angka kematian akibat penyakit jantung koroner lebih rendah dibandingkan
dengan orang Eropa yang konsumsi seratnya sangat sedikit. Penelitian lain
menunjukkan bahwa suku terasing Masai di Afrika yang hidupnya berburu
dan suku Venda di Afrika Selatan yang hidupnya bercocok tanam, tidak
ditemukan adanya penyakit jantung koroner, walaupun mereka
mengkonsurnsi lemak hewan dalam jumlah yang tinggi, yaitu masing-
rnasing 300 gram dan 126 gram per hari. Hal tersebut disebabkan mereka
makan jagung yang tidak digiling rata-rata 494 gram per-hari, yang kadar
seratnya diperkirakan 5,7 gram. Dibandingkan dengan orang Inggris yang
rata-rata hanya mengkonsumsi serat sebanyak 0,5 gram per hari.
b. Mencegah kanker pada usus besar
c. Mencegah penyakit Diabetes
d. Mencegah penyakit divertikular
e. Mencegah kegemukan
C. Sumber Karbohidrat
Menurut Erviani (2012), Sumber karbohidrat adalah padi-padian atau serealia,
umbi-umbian, kacang-kacang kering, dan gula. Hasil olah bahan-bahan ini adalah bihun,
mie, roti, tepung-tepungan, selai, sirup, dan sebagainya. Sebagian besar sayur dan buah
tidak banyak mengandung karbohidrat. Sayur umbi-umbian, seperti wortel dan bit serta
kacang-kacangan relatif lebih banyak mengandung karbohidrat daripada sayur daun-
daunan. Bahan makanan hewani seperti daging, ayam, ikan, telur, dan susu sedikit sekali
mengandung karbohidrat. Sumber karbohidrat yang banyak dimakan sebagai makanan
pokok di Indonesia adalah beras, jagung, ubi, singkong, talas, dan sagu.
D. Fungsi Karbohidrat

Menurut Erviani (2012), fungsi karbohidrat adalah sebagai berikut:


1. Sumber Energi
Fungsi utama karbohidrat adalah menyediakan energi bagi tubuh. Karbohidrat
merupakan sumber utama energi bagi penduduk di seluruh dunia, karena banyakdi
dapat di alam dan harganya relatif murah. Satu gram karbohidrat menghasilkan 4
kkalori. Sebagian karbohidrat di dalam tubuh berada dalam sirkulasi darah sebagai
glukosa untuk keperluan energi segera; sebagian disimpan sebagai glikogen dalam
hati dan jaringan otot, dan sebagian diubah menjadi lemak untuk kemudian
disimpan sebagai cadangan energi di dalam jaringan lemak. Seseorang yang
memakan karbohidrat dalam jumlah berlebihan akan menjadi gemuk.
2. Pemberi Rasa Manis pada Makanan
Karbohidrat memberi rasa manis pada makanan, khususnya mono dan disakarida.
Gula tidak mempunyai rasa manis yang sama. Fruktosa adalag gula yang paling
manis. Bila tingkat kemanisan sakarosa diberi nilai 1, maka tingkat kemanisan
fruktosa adalah 1,7; glukosa 0,7; maltosa 0,4; laktosa 0,2.
3. Penghemat Protein
Bila karbohidrat makanan tidak mencukupi, maka protein akan digunakan untuk
memenuhi kebutuhan energi, dengan mengalahkan fungsi utamanya sebagai zat
pembangun. Sebaliknya, bila karbohidrat makanan mencukupi, protein terutama
akan digunakan sebagai zat pembangun.
4. Pengatur Metabolisme Lemak
Karbohidrat mencegah terjadinya oksidasi lemak yang tidak sempurna, sehingga
menghasilkan bahan-bahan keton berupa asam asetoasetat, aseton, dan asam beta-
hidroksi-butirat. Bahan-bahan ini dibentuk menyebabkan ketidakseimbangan
natrium dan dehidrasi. pH cairan menurun. Keadaan ini menimbulkan ketosis atau
asidosis yang dapat merugikan tubuh.
5. Membantu Pengeluaran Feses
Karbohidrat membantu pengeluaran feses dengan cara emngatur peristaltik usus
dan memberi bentuk pada feses. Selulosa dalam serat makanan mengatur
peristaltik usus. Serat makanan mencegah kegemukan, konstipasi, hemoroid,
penyakit-penyakit divertikulosis, kanker usus besar, penyakiut diabetes mellitus,
dan jantung koroner yang berkaitan dengan kadar kolesterol darah tinggi.
Laktosa dalam susu membantu absorpsi kalsium. Laktosa lebih lama tinggal
dalam saluran cerna, sehingga menyebabkan pertumbuhan bakteri yang
menguntungkan.

F. Pengaruh Faal Karbohidrat Makanan Yang Tidak Dicernakan Di Usus

Menurut Robert (2003), pengaruh faal karbohidrat makanan yang tidak dicernakan di
usus yaitu:
1. Berat Feses
Makanan yang rendah serat menghasilkan feses yang keras dan kering yang
susah dikeluarkan dan membutuhkan peningkatan tekanan saluran cerna yang
luar biasa untuk mengeluarkannya. Makanan tinggi serat cenderung
meningkatkan berat feses.
2. Metabolisme Kolesterol
Data epidemologik menunjukkan bahwa konsumsi serat makanan mempunyai
hubungan negatif dengan insiden penyakit jantung koroner dan batu ginjal,
terutama dengan kolesterol darah. Polisakarida nonpati larut air (pektin, gum,
dan sebagainya) paling berpengaruh sedangkan polisakarida nonpati yang
tidak larut air hanya mempunyai pengaruh kecil terhadap kadar kolesterol.
Penurunan ini terutama terlihat pada fraksi LDL (low Density Lipoprotein)
yang disertai dengan penurunan kandungan kolesterol dalam hati dan lain
jaringan
3. Waktu Transit
Waktu transit makanan setelah ditelan adalah waktu yang dipelrukan makanan
untyuk melalui mulut sampai ke anus. Waktu transit dalam kolon biasanya
kurang lebih sepuluh kali lebih lama daripada waktu transit dari mulut ke awal
kolon dan merupakan tahap utama yang mempengaruhi seluruh waktu transit
makanan. Waktu transit dari mulut ke bagian awal usus besar dipengaruhi oleh
pengosongan lambung dan transit dalam usus halus.
4. Perubahan Susunan Mikroorganisme
Hubungan antara kolon dengan kekurangan serat makanan diduga karena
terjadinya perubahan pada susunan mikroorganisme dalam saluran cerna.
Mikroorganisme yang terbentuk menguntungkan pembentukan karsinogen
yang berpengaruh terhadap terjadinya kanker. Mikroorganisme ini juga diduga
mencegah atau membatasi pemecahan karsinogen yang terjadi secara normal
bila serat makanan lebih tinggi.

G. Bahan-Bahan Pengganti Gula (Pemanis Buatan)


Pemanis buatan digunakan untuk memberi rasa manis pada makanan. Pemanis buatan
ini tidak menghasilkan energi, oleh karena itu digunakan oleh mereka yang membatasi
konsumsi gulanya atau oleh pasien diabetes mellitus. Pemanis buatan yang banyak
digunakan di Indonesia adalah sakarin, siklamat, dan aspartam. Daya kemanisan
sakarin adalah lima ratus kali manis gula sakarosa.
ÿ Sakarin berupa Ca- atau Na-sakarin merupakan pemanis buatan yang paling lama
dikenal. Sakarin merupakan senyawa benzosulfimida atau o-sulfobenzimida dengan
rumus molekul C7H5NO3S.
ÿ Siklamat diperkenalkan ke dalam makanan dan minuman pada awal tahun 1950-an.
Daya kemanisannya adalah 80 kali kemanisan sukrosa. Siklamat biasa dipakai
dalam bentuk garam natrium dan asam siklamat.
ÿ Aspartam ditemukan pada tahun 1965 secara kebetulan. Aspartam adalah senyawa
metil ester dipeptida yaitu L-fenilalanin-metil ester yang mempunyai daya
kemanisan kurang lebih dua ratus kali kemanisan sakarosa. Struktur kimianya dapat
dilihat pada gambar di bawah ini.

H. Metabolisme Karbohidrat
Untuk mempermudah mempelajari metabolisme karbohidrat, maka dibagi menjadi beberapa
jalur metabolisme. Namun hendaknya diingat bahwa dalam tubuh, jalur-jalur ini merupakan
ke- satuan, yang mana jalur yang paling banyak dilalui tergantung pada keadaan status nutrisi
waktu itu. Pembagiannya adalah:
1. Glikolisis
2. Glikogenesis
3. Glikogenolisis
4. Glukoneogenesis
5. Oksidasi asam piruvat.
Daftar Pustaka

K. Murray, Robert, dkk. 2003. Biokimia Harper. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Marlitasari, Erviani. 2012. Makalah Biokimia Karbohidrat, (Online). (http://blog.ub.ac.id,
diakses 17 Februari 2019)
Pine, Stanley., dkk, 1988, Kimia Organik 2, Terbitan keempat, ITB : Bandung.
Kofaktor

1. Pengertian Kofaktor Enzim

Pada beberapa enzim ditemukan tidak membutuhkan unsur tambahan


tambahan dalam memenuhi aktivitasnya,tapi dalam beberapa diantaranya
memerlukan molekul non-protein yang disebut kofaktor untuk berkaitan dengan
enzim untuk menjadi aktif. Kofaktor dapat berwujud zat dalam bentuk anorganik,
contohnya ion da logam (Sismindari, 2016). Ion logam enzim dapat berpartisipasi
dalam proses katalitik dalam tiga cara utama yaitu :

a. Dengan mengikat substrat untuk mengarahkan dengan benar untuk reaksi.


b. Dengan elektrostatis menstabilkan atau melindungi muatan negatif.
c. Dengan memfasilitasi oksidasi, reaksi reduksi melalui perubahan reversibel
pada tingkat oksidasi ion logam.

Dan juga terbentuk dari zat organik, misalnya flavin dan heme. Kofaktor
organik terutama vitamin dan molekul organik non-vitamin lain seperti ATP,
Glutathione, Heme, CTP, Koenzim B dan lain-lain. Kofaktor organik dapat dibagi
lagi menjadi dua sebagai koenzim dan gugus prostetik. Gugus prostetik telah terikat
erat dengan enzim dan berpartisipasi dalam reaksi katalis enzim. Koenzim adalah
NADH, NADPH dan adenosina trifosfat. Molekul-molekul tersebut bekerja dengan
mentransfer gugus kimiawi antara enzim. Pada mahluk hidup khususnya manusia,
enzim yang membutuhkan kofaktor contohnya : karbonat anhidrase, dengan kofaktor
seng yang terikat sebagai bagian dari tapak aktifnya (Sadikin, 2002).

Molekul yang memiliki ikatan yang kuat dan ditemukan pada aktivitasnya
yang terlibat dalam katalisis. Beberapa enzim atau kompleks enzim memerlukan
beberapa kofaktor. Sebagai contoh, kompleks multienzim piruvat dehydrogenase
pada persimpangan glikolisis dan siklus asam sitrat membutuhkan lima kofaktor
organik dan satu ion logam: tiamina pirofosfat (TPP) yang terikat lemah, lipoamida
dan flavin adenina dinukleotida (FAD) yang terikat secara kovalen, dan kosubstrat
nikotinamida adenina dinukleotida (NAD+) dan koenzim A (CoA), serta sebuah ion
logam (Mg2+). Selama reaksi, kompleks kelompok enzim prostetik dapat mengalami
perubahan struktural, tetapi mereka masuk ke keadaan semula ketika reaksi selesai.
FAD ialah kelompok enzim prostetik dehidrogenase suksinat yang mereduksi ke
FADH2 dalam proses konversi suksinat menjadi fumarat.

2. Tipe Kofaktor Enzim

Menurut Saryono (2011), Fungsi kofaktor merupakan kunci dari aktivasi sebuah
enzim yang bersifat non protein. Kofaktor memiliki sifat yang relatif stabil dari
perubahan suha atau pada sebuah reaksi. Kofaktor dibedakan menjadi 3 bentuk yaitu
seperti berikut :

1. Aktivator

Aktivator merupakan jenis ion-ion yang biasanya memiliki ikatan yang bersifat lemah
dengansebuah enzim. Beberapa logam yang menjadi aktivator dalam sistem enzim
dalam tubuh kita yaitu Cu, Fe, Mn, Co, K dan Ca.

2. Gugus Prostetik

Enzim (protein) berkaitan erat dengan gugus prostetik yang memiliki ikatan pada
kovalen. Dalam gugus prostetik terbentuk dari senyawa organik yang membentuknya
seperti vitamin, ion dan logam. FAD memiliki kandungan riboflavin (vitamin B2)
dan merupakan bagian FAD yang menerima atom Hidrogen. Ion logam didapatkan
dari sitokrom sebagai pembawa elektoron Fe.

3. Koenzim
Koenzim merupakan enzim yang tidak memiliki gugus prostetik dan memerlukan
senyawa organik dalam aktivitasnya. Koenzim bukn bagian yang melekat erat pada
protein enzim. oenzim secara kimiawi berubah oleh aksi enzim, adalah dapat
dikatakan koenzim merupakan substrat yang khusus, ataupun substrat sekunder.
Sebagai contoh, sekitar 700 enzim diketahui menggunakan koenzim NADH.

Umumnya koenzim merupakan vitamin atau turunannya, antara lain vitamin B1


(tiamin), vitamin B2 (riboflavin), vitamin B5 (asam pantotenat), vitamin B6
(piridoksin), vitamin B12 (sianokobalamina), dan nikotinamida. Dalam mekanisme
kerja enzim, koenzim biasanya berperan sebagai pentransfer gugus kimia tertentu dari
satu reaktan ke reaktan lainnya. Gugus kimia yang ditransferkan dapat berupa gugus
sederhana, misalnya (H+ + 2e–) yang dibawa oleh NAD atau H+ yang dibawa oleh
FAD, namun dapat juga berupa gugus kompleks misalnya gugus amin (-NH2) yang
dibawa oleh piridoksal fosfat.

Beberapa contoh koenzim

Koenzim Gugus yang ditransfer


Tiamin pirofosfat Aldehida
Piridoksal fosfat gugus amino
Koenzim B12 (5’-
atom H dan gugus alkil
deoksiadenosilkobalamin)
Biositin CO2
FADH (Flavin adenin dinukleotida atom hydrogen
NADH (Nikotinamida adenin
ion hidrida (H–)
dinukleotida)
Koenzim A gugus asil
Tetrahidrofolat gugus satu karbon lainnya

Gugus prostetik secara kimiawi hampir sama dengan koenzim, yaitu senyawa
non-protein yang dapat terdialisa dan termostabil, namun ikatannya dengan apoenzim
cukup kuat, sehingga biasanya tidak bersifat reversibel. Sifat ikatannya dengan
apoenzim inilah yang membedakan gugus prostetik dengan koenzim (Saryono, 2011).
Tidak seperti koenzim yang dapat terikat, lepas, kemudian diikat lagi oleh apoenzim
selama kerja enzim, maka gugus prostetik umumnya berada dalam keadaan terikat
terus menerus menjadi satu dengan bagian apoenzim. Hanya saja, dalam mekanisme
kerja enzim, ia mengalami perubahan-perubahan bentuk, misalnya dari keadaan
tereduksi berubah menjadi keadaan teroksidasi, dan kemudian berubah lagi menjadi
keadaan tereduksi, dan seterusnya. Beberapa contoh gugus prostetik adalah
molibdopterin, lipoamida dan biotin.

Kofaktor atau aktivator ion logam di antaranya adalah K+, Fe++, Fe+++, Cu++,
Co++, Zn++, Mn++, Mg++, Ca++, and Mo+++. Beberapa contoh kofaktor ion logam
beserta enzimnya disajikan dalam tabel berikut.

Kofaktor ion logam pada beberapa enzim


Kofaktor
ion Enzim Peran kofaktor
logam
Sitokrom oksidase Redoks
Fe Katalase
Peroksidase
Cu Asam askorbat oksidase Redoks
Alkohol dehidrogenase Mengikat NAD
Zn Karbonik anhidrase
DNA polimerase
Histidin ammonia liase Pengambilan electron
Mn
Arginase
Heksokinase
Mg
Glukosa-6-fosfatase
Co Glutamat mutase
Ni Urease
Mo Xanthin oksidase Redoks
V Nitrat reduktase Redoks
Se Glutation peroksidase
K Piruvat kinase
DAFTAR PUSTAKA

Sismindari, Rumiyati, dkk, 2016. Biokimia Farmasi.Yogyakarta: Gadajah Mada


University Press.

Sadikin, Mohamad, 2002. Biokimia Enzim. Jakarta :Widya Medika.

Saryono, 2011. Biokimia Enzim. Yogyakarta: Nuha Medika.


Proses Metabolisme dari Sukrosa ke Asam Suksinat

Oleh:

Fadia Haya Ramadhani (1807113128)


Gunawan Alvonsus Silaen (1807113228)
Mirani Ramadian Saputri (1807111733)
Serly Marcellina Dwi Cantika (18071128290)

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA S-1


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2019
Metabolisme Tubuh
Metabolisme merupakan jumlah keseluruhan reaksi kimia dan fisik dan pengubahan
energi dalam tubuh yang menopang dan mempertahankan kehidupan. Metabolisme terdiri
dari 2 mekanisme yaitu katabolisme dan anabolisme. Anabolisme merupakan reaksi-reaksi
kimia untuk membentuk kompleks molekul yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan
mempertahankan kehidupan yang disintesis dari zat yang lebih simple disertai penggunaan
energi. Sedangkan katabolisme merupakan reaksi-reaksi kimia untuk memecah kompleks
molekul menjadi molekul yang berukuran lebih kecil disertai pelepasan energi. Reaksi
anabolic dan katabolic berlangsung didalam sel-sel tubuh secara bersamaan dan
berkelanjutan. Metabolisme ini terdiri dari metabolisme karbohidrat, protein dan lemak.

MEKANISME METABOLISME SUKROSA MENJADI ASAM SUKSINAT


Metabolisme karbohidrat terdiri dari 3 rangkaian yaitu glikolisis yang berlangsung di
sitoplasma sel dan secara aerob, siklus asam sitrat (siklus kreb dan siklus asam trikarboksilat)
yang berlangsung di mitokondria secara aerob, serta transfer electron yang juga berlangsung
dalam mitokondria dan penghasil ATP terbanyak.
Asam suksinat (HOOC(CH2)2COOH) merupakan senyawa komersial yang banyak
digunakan dalam bidang pangan, misalnya pada industri kecap, sari buah, anggur, dan
produk-produk susu lainnya. Selama ini asam suksinat yang kita gunakan dihasilkan melalui
serangkaian reaksi kimia yang sangat berbahaya sehingga diperlukan alternatif baru yang
lebih aman dan murah melalui proses biotransformasi dengan memanfaatkan aktivitas
Pseudomonas sp. Untuk mengetahui kemampuan Pseudomonas sp. dalam proses
biotransformasi digunakan sistem fermentasi batch untuk menentukan pola pertumbuhan,
perubahan pH, produksi amonium, laju penguraian substrat, dan pembentukan produk.
Analisis terhadap penguraian suksinonitril dan asam suksinat yang terbentuk menggunakan
kromatografi cair kinerja tinggi yang menggunakan metanol 80% sebagai fase gerak, fase
diam kolom organik C18 10 , dan detektor ultraviolet yang diukur pada panjang gelombang
220 nm, sedangkan amonium yang terbentuk diukur dengan menggunakan spektrofotometer
pada panjang gelombang 400 nm. Hasil penelitian menunjukkan produksi optimum enzim
terjadi pada fasa log. Laju pembentukan asam suksinat sebesar 0.982 mM/mL.jam seiring
dengan penurunan konsumsi substrat sebesar 1.235 mM/mL.jam. Perolehan asam suksinat
setelah 81 jam fermentasi sebesar 81 %. pH optimum, temperatur optimum, Km, dan Vmaks
adalah 7, 27 °C, 90 mM, dan 0.0002 µM/mL.jam.
Siklus krebs
Molekul asetil ko-A akan masuk krebs untuk menghasilkan ATP, NADH, FADH2,
dan CO2. Terdapat delapan tahap reaksi dalam siklus krebs yang terus berputar-putar
sehingga disebut sebagai suatu siklus.

Tahap-tahap dalam siklus krebs adalah sebagai berikut.

1.Asetil co-A akan berikatan dengan oksaloasetat membentuk sitrat


Asetil KoA dengan asam oksaloasetat akan bergabung membentuk asam sitrat dengan
bantuan enzim citrate synthase . Sitrat akan diubah menjadi isositrat oleh enzim akonitase.
Reaksi ini merupakan reaksi kondensasi aldol yang disertai hidrolisis dan berjalan searah
dan akan mengeluarkan KoA-SH
2. Sitrat Diubah Menjadi Isositrat melalui Cis- Akonitat
Asam sitrat akan membentuk isositrat dengan bantun enzim akonitase dan ion Fe 2+. Proses
ini melalui dua tahap yaitu :
a. Pembentukan Cis- Akonitat dengan proses dehidrasi ( yang tetap terikat enzim)
b. Melalui proses rehidrasi akan dibentuk asam isositrat Dari asam isositrat , dengan
adanya enzim isositrat dehidrogenase dan NAD+ akan dioksidasi membentuk asam
oksalosuksinat (oxalosuccunic).

H2O COOH
COOH H2O
COOH |
|
| CH2
CH2
CH2 |
|
| HC – COOH
HO – C – COOH
C – COOH |
|
|| HO – CH
CH2
HC |
| H2O H2O
| COOH
COOH akonitase akonitase
COOH
isositrat
sitrat
Cis - akonitrat

3. Isositrat Mengalami Dehidrogenasi Menghasilkan α -ketoglutarat dan CO2


Reaksi ini diikuti dekarboksilasi oleh enzim yang sama menjadi α-ketoglutarat. Enzim ini
memerlukan bantuan ion Mn++ atau ion Mg++.
Ada 3 jenis isositrat dehidrogenase yaitu :
a. Satu jenis isositrat yang memerlukan NAD+ dan hanya ditemukan di dalam
mitokondria. NADH dan H+ yang terbentuk akan diteruskan dalam rantai respirasi
b. Dua jenis isositrat lainnya menggunkaan NADP+ dan ditemukan dalam mitokondria
dan sitosol
4. α-ketoglutarat Dioksidasi Menjadi Suksinil KoA dan CO2
α- ketoglutarat akan membentuk suksinil KoA (succinyl CoA) dengan adanya enzim
kompleks α-ketoglutarat dehidrogenase . Enzim ini memerlukan kofaktor seperti TPP,
Lipoat , NAD+, FAD dan KoA. Reaksi ini secara fisiologis berjalan searah. Pada reaksi ini
, sama seperti reaksi pembentukan asetil KoA dari piruvat memerlukan NAD+ dan CoA-
SH dan akan menghasilkan NADH , H+ ,dan CO2. Reaksi ini dapat dihambat oleh arsenit
sehingga mengakibatkan akumulasi atau penumpukan α-ketoglutarat.

5. Pengubahan Suksinil KoA Menjadi Suksinat


Suksinil KoA akan bereaksi dengan Pi membentuk asam suksinat (succinic acid).
Enzim yang diperlukan adalah suksinat tiokinase dan Ko enzim GDP. Pada reaksi ini , akan
terbentuk GTP dan KoA- SH yang kemudian dapat berupah menjadi ATP. Reaksi ini
merupakan satu-satunya dalam TCA Cycle yang membentuk senyawa fosfat berenergi
tinggi pada tingkat substrat. Suksinat akan diubah menjadi fumarat oleh enzim suksinat
dehidrogenase. Pada reaksi ini akan dihasilkan FADH2.
6. Dehidrogenase Suksinat menjadi Fumarat
Asam suksinat dengan flavo protein suksinat dehidrogenase dan FAD akan mem-asam
fumarat dan FADH2. Reaksi ini tidak melewati NAD dan dehidrogenase secara kompetitif
dihambat oleh malonat
DAFTAR PUSTAKA

Maroharsono, Soeharsono. 2006. Biokimia 2. Yogyakarta : Gadjah Mada University


Press.
Page, David.1997. Prinsip – prinsip Biokimia. Surabaya. Universitas Airlangga.
Schumm, Dorothy E.1993. Intisari Biokimia. Jakarta : Binarupa Aksara.
Wijana, Nyoman. 2015. Biologi Dasar. Yogyakarta : Innosain.
INHIBISI ENZIM

Disusun Oleh:
Kelompok VI

Eka Mutika 180711


Habibullah Maulana 180711
Lusia Alvid 1807111748
Yosia Jumaga 1707

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA S1


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2019
ENZIM

Enzim atau fermen (dalam bahasa yunani, en = di dalam dan zyme = ragi)
adalah senyawa organik yang tersusun atas protein, dihasilkan oleh sel, dan
berperan sebagai biokatalisator dalam reaksi kimia. Enzim sangat penting dalam
kehidupan, karena semua reaksi metabolisme dikatalis oleh enzim. Jika tidak ada
enzim, atau aktivitas enzim terganggu maka reaksi metabolisme sel akan
terhambat hingga pertumbuhan sel juga terganggu.
Enzim adalah biokatalisator organik yang dihasilkan organisme hidup di
dalam protoplasma, yang terdiri atas protein atau suatu senyawa yang berikatan
dengan protein, berfungsi sebagai senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa
habis bereaksi dalam suatu reaksi kimia. Hampir semua enzim merupakan protein.
Pada reaksi yang dikatalisasi oleh enzim, molekul awal reaksi disebut sebagai
substrat, dan enzim mengubah molekul tersebut menjadi molekul-molekul
yang berbeda, disebut produk. Jenis produk yang akan dihasilkan bergantung
pada suatu kondisi/zat, yang disebut promoter. Semua proses biologis sel
memerlukan enzim agar dapat berlangsung dengan cukup cepat dalam suatu arah
lintasan metabolisme yang ditentukan oleh hormon sebagai promoter.

Fungsi enzim
Fungsi suatu enzim ialah sebagai katalis untuk suatu proses biokimia yang
terjadi dalam sel maupun di luar sel. Suatu enzim dapat mempercepat reaksi
108 sampai 1011 kali lebih cepat daripada suatu reaksi tersebut dilakukan tanpa
katalis. Jadi enzim dapat berfungsi sebagai katalis yang sangat efisien, di samping
mempunyai derajat kekhasan yang tinggi. Oleh karena itu, enzim mempunyai
peranan yang sangat penting dalam reaksi metabolisme. Peranan enzim dalam
reaksi metabolisme adalah sebagai berikut:

1. Biokatalisator yaitu meningkatkan kecepatan reaksi kimia dengan menurunkan


energi aktivasinya tetapi tidak ikut bereaksi.
2. Modulator yaitu mengatur reaksi yang bersifat acak menjadi berpola. Misalnya
glukosa yang terbentuk selama proses fotosintesis. Jika konsentrasi glukosa
telah melebihi keseimbangan, maka akan terurai menjadi CO2 dan H2O.
Dengan adanya enzim, glukosa dapat diubah menjadi sukrosa atau amilum.
Dalam bentuk sukrosa dapat diedarkan ke seluruh jaringan melalui floem dan
disimpan dalam bentuk amilum. Dengan mengubah glukosa menjadi molekul
lain, maka proses fotosintesis dapat terus berlangsung tidak terhambat oleh
akumulasi hasilnya.

SIFAT-SIFAT ENZIM
Sifat-sifat enzim secara singkat adalah sebagai berikut:
1. Sebagai biokatalisator.
2. Enzim sebagai protein. Maksudnya adalah, karena enzim memiliki protein
sebagai komponen utamanya,maka sifatnya mengikuti protein, salah satunya
adalah perlunya suhu optimal untuk bekerja.
3. Bekerja secara spesifik: satu enzim untuk satu substrat. Misalnya, lipase
hanya untuk hidrolisis lipid,katalase hanya untuk mengurai hidrogen
peroksida.
4. Hanya dibutuhkan dalam jumlah sedikit. Sedikit saja penambahan enzim
mengakibatkan percepatanreaksi yang sangat besar : oleh karena itu enzim
dikatakan efisien.
5. Bekerja bolak-balik
6. Dipengaruhi oleh faktor lingkungan

JENIS JENIS ENZIM


1. Rennet: adalah enzim yang digunakan dalam proses pembuatan keju
(cheese) yang terbuat dari bahan dasar susu.
2. Lactase: adalah enzim likosida hidrolase yang berfungsi untuk memecah
laktosa menjadi gula penyusunnya yaitu glukosa dan galaktosa.
3. Katalase: adalah enzim yang dapat diperoleh dari hati sapi (bovine livers)
atau sumber microbial. Enzim ini digunakan secara terbatas pada
proses produksi keju
4. Lipase digunakan untuk memecah atau menghidrolisis lemak susu dan
memberikan flavour keju yang khas.
5. Protease adalah enzim yang berfungsi untuk menghidrolisis ikatan peptida
dari senyawa-senyawa protein dan diurai menjadi senyawa lain yang lebih
sederhana (asam amino).
6. Amilase merupakan enzim dalam proses pembuatan biskuit, minuman
beralkohol, dan pembuatan sirup glukosa
7. Oksidoreduktase: golongan enzim yang mengkatalisis pengambilan atom
hidrogen dari suatu senyawa baik dehidrogenase maupun oksidase.
8. Transferase Enzim yang mengkatalisis reaksi pemindahan suatu gugus
dari suatu senyawa kapada senyawa lain
9. Hidrolase Enzim yang berperan sebagai katalis pada reaksi hidrolisis, baik
pemecahan ester, glikosida dan peptide.
10. Liase Enzim yang mekatalisis dalam reaksi pemisahan gugus dari suatu
substrat (bukan cara hidrolisis) atau sebaliknya.
11. Isomerase Enzim yang bekerja pada reaksi perubahan intramolekuler.
12. Ligase Enzim yang mengkatalisis reaksi penggabungan dua molekul.

INHIBITOR

Inhibitor merupakan suatu senyawa yang dapat menghambat atau


menurunkan laju reaksi yang dikatalisis oleh enzim. Contohnya adalah garam-
garam logam berat, seperti air raksa (Hg); senyawa yodium asetat, fluoride,
sianida, dan karbon monoksida. Makin banyak jumlah inhibitor, makin lambat
laju reaksi yang dikatalis oleh suatu enzim.
Pada umumnya, inhibitor ini tidak memiliki struktur yang mirip dengan
substrat dan bergabung dengan enzim pada bagian selain sisi aktif enzim. Jika
inhibitor ini bergabung dengan enzim maka akan mengubah bentuk sisi aktif
enzim. Penghambatan ini substrat sudah tidak dapat berikatan dengan kompleks
enzim-inhibitor, karena sisi aktim enzim yang telah berubah. Dengan demikian,
bentuk sisi aktif tidak sesuai lagi dengan bentuk substrat (model kerja enzim teori
gembok-kunci). Pengaruh inhibitor nonkompetisi ini tidak dapat dan dihilangkan
dengan penambahan substrat. Inhibitor berkaitan dengan permukaan enzim tanpa
lepas lagi dan tempatnya tidak dapat pula diganti oleh substrat.

Macam-Macam Inhibitor
Berdasarkan reaksi kimianya, inhbitor dapat dibedakan menjadi 2 : yaitu inhibitor
irreversible dan inhbitor reversible.

1. Inhibitor irreversible
Inhibitor irreversible adalah inhibitor yang reaksi kimianya berjalan satu arah
atau tidak dapat balik, dimana setelah inhibitor mengikat enzim, inhibitor tidak
dapat dipisahkan dari sisi aktif enzim. Keadaan ini menyebabkan enzim tidak
dapat mengikat substrat atau inhibitor merusak beberapa komponen (gugus
fungsi) pada sisi katalitik molekul enzim. Hambatan tidak reversible pada
umumya disebabkan oleh terjadinya proses destruktif atau modifikasi sebuah
gugus fungsi atau lebih yang terdapat pada molekul enzim.
2. Inhibitor reversible
Inhibitor reversible adalah inhibitor yang reaksi kimianya berjalan dua arah
atau dapat balik, bekerja dengan mengikat sisi aktif enzim melalui reaksi
reversibel dan inhibitor ini dapat dipisahkan atau dilepaskan kembali dari
ikatannya. Inhibitor reversible terdiri dari tiga jenis, yaitu : inhibitor yang
bekerja secara kompetitif, non-kompetitif, dan un-kompetitif.
A. Competitive Reversible
Pada penghambatan ini zat – zat penghambat mempunyai struktur yang
mirip dengan struktur substrat. Dengan demikian baik substrat maupun zat
penghambat berkompetisi atau bersaing untuk bersatu dengan sisi aktif
enzim, jika zat penghambat lebih dulu berikatan dengan sisi aktif enzim ,
maka substratnya tidak dapat lagi berikatan dengan sisi aktif enzim.
Pada competitive reversible, inhibitor dan substrat berkompetisi untuk
berikatan dengan enzim. Seringkali inhibitor kompetitif memiliki struktur
yang sangat mirip dengan substrat asli enzim. Sebagai
contoh, metotreksat adalah inihibitor kompetitif untuk enzimdihidrofolat
reduktase. Pada inhibitor kompetitif, kelajuan maksimal reaksi tidak
berubah, namun memerlukan konsentrasi substrat yang lebih tinggi untuk
mencapai kelajuan maksimal tersebut, sehingga meningkatkan Km.
B. Non Competitive Reversible
Pada inhibitor tak kompetitif, inhibitor tidak dapat berikatan dengan enzim
bebas, namun hanya dapat dengan komples ES (enzim-substrat).
Kompleks EIS yang terbentuk kemudian menjadi tidak aktif. Jenis
inhibitor ini sangat jarang, namun dapat terjadi pada enzim-enzim
multimerik. Contoh: pestisida (DDT) dan parathion yang menghambat
kerja enzim dalam system syaraf, serta antibiotik dan penisilin pada sel
bakteri. Inhibitor irreversible non kompetitif ini melekat pada sisi aktif
enzim dengan sangat kuat (ikatan kovalen) sehingga tidak lepas dari enzim
(irreversible). Akibatnya enzim tidak aktif.
Pada penghambatan nonkompetitif, inhibitor (misalnya Q) menempelkan
diri pada suatu tempat di permukaan enzim yang agak jauh dari lokasi
aktif sehingga struktur lokasi aktif berubah. Karena perubahan struktur
lokasi aktif , substrat tidak dapat masuk. Akibatnya, peran enzim scbagai
katalisator yang normal tidak dapat terlaksana.
C. Uncompetitive Reversible
Inhibitor non-kompetitif dapat mengikat enzim pada saat yang sama
substrat berikatan dengan enzim. Baik kompleks EI dan EIS tidak aktif.
Karena inhibitor tidak dapat dilawan dengan peningkatan konsentrasi
substrat, Vmax reaksi berubah. Namun, karena substrat masih dapat
mengikat enzim, Km tetaplah sama.
D. Allosteric Inhibition
Enzim alosterik adalah enzim yang berpartisipasi di dalam metabolisme
dan terdapat kelompok khusus yang dikenal sebagai enzim pengatur,
enzim ini dapat mengenali berbagai isyarat metabolik serta mengubah
kecepatan katalitiknya sesuai dengan isyarat yang diterima, system enzim
initerkoordinasi dengan baik serta dapat menghasilkan suatu hubungan
yang harmonis di antara sejumlah aktivitas metabolik yang berbeda, yang
diperlukan untuk menunjang kehidupan.
E. Feed back inhibition (Inhibitor Campuran)
Inhibitor jenis ini mirip dengan inhibitor non-kompetitif, kecuali kompleks
EIS memiliki aktivitas enzimatik residual. Pada banyak organisme,
inhibitor dapat merupakan bagian dari mekanisme umpan balik. Jika enzim
memproduksi terlalu banyak produk, produk tersebut dapat berperan
sebagai inhibitor bagi enzim tersebut. Hal ini akan menyebabkan produksi
produk melambat atau berhenti. Bentuk umpan balik ini adalah umpan
balik negatif. Enzim memiliki bentuk regulasi seperti ini sering kali
multimerik dan mempunyai tapak ikat alosterik. Kurva substrat/kelajuan
enzim ini tidak berbentuk hiperbola melainkan berbentuk S.Koenzim asam
folat dan obat anti kanker metotreksat memiliki struktur yang sangat mirip.
Oleh sebab itu, metotreksat adalah inhibitor kompetitif bagi enzim yang
menggunukan folat. Inhibitor ireversibel bereaksi dengan enzim dan
membentuk aduk dengan protein. Inaktivasi ini bersifat ireversible.
Inhibitor seperti ini contohnya efloritina, obat yang digunakan untuk
mengobati penyakit yang disebabkan oleh protozoa African
trypanosomiasis. Penisilin dan Aspirin juga bekerja dengan cara yang
sama. Senyawa obat ini terikat pada tapak aktif, dan enzim kemudian
mengubah inhibitor menjadi bentuk aktif yang bereaksi secara ireversibel
dengan satu atau lebih residu asam amino

Kegunaan Inhibitor
Oleh karena inhibitor menghambat fungsi enzim, inhibitor sering
digunakan sebagai obat. Contohnya adalah inhibitor yang digunakan sebagai
obat aspirin. Aspirin menginhibisi enzim COX-1dan COX-2 yang memproduksi
pembawa pesan peradangan prostaglandin, sehingga ia dapat menekan peradangan
dan rasa sakit. Namun, banyak pula inhibitor enzim lainnya yang beracun.
Sebagai contohnya, sianida yang merupakan inhibitor enzim ireversibel, akan
bergabung dengan tembaga dan besi pada tapak aktif enzim sitokrom c-oksidase.
Proses Metabolisme dan Mikroorganisme yang terlibat dari
Glukosa menjadi Asam Laktat

Oleh:
Kelompok VI

Eka Mustika : 1807111686


Habibullah Maulana: 1807113445
Lusia Alvid : 1807111748
Yosia Jumaga : 1707123028

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA S1


FAKULTAS TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS RIAU
2018
PENDAHULUAN

Karbohidrat glukosa merupakan karbohidrat terpenting dalam kaitannya dengan


penyediaan energi di dalam tubuh. Hal ini disebabkan karena semua jenis karbohidrat baik
monosakarida, disakarida maupun polisakarida yang dikonsumsi oleh manusia akan terkonversi
menjadi glukosa di dalam hati. Glukosa ini kemudian akan berperan sebagai salah satu molekul
utama bagi pembentukan energi di dalam tubuh. Berdasarkan bentuknya, molekul
glukosa dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu molekul D-Glukosa dan L-Glukosa. Faktor
yang menjadi penentu dari bentuk glukosa ini adalah posisi gugus hidrogen (-H) dan
alkohol (–OH) dalam struktur molekulnya. Glukosa yang berada dalam bentuk molekul D &
L-Glukosa dapat dimanfaatkan oleh s i s t i m t u m b u h - t u m b u h a n , s e d a n g k a n
s i s t i m tubuh manusia hanya dapat memanfaatkan D-Glukosa.
Di dalam tubuh manusia glukosa yang telah diserap oleh usus halus kemudian akan
terdistribusi ke dalam semua sel tubuh melalui aliran darah. Di dalam tubuh, glukosa
tidak hanya dapat tersimpan dalam bentuk glikogen di dalam otot & hati namun juga dapat
tersimpan pada plasma darah dalam bentuk glukosa darah (blood glucose). Di dalam
tubuh selain akan berperan sebagai bahan bakar bagi proses metabolisme, glukosa
juga akan berperan sebagai sumber energi utama bagi kerja otak. Melalui proses
oksidasi yang terjadi di dalam sel-sel tubuh, glukosa kemudian akan digunakan
untuk mensintesis molekul ATP (adenosine triphosphate) yang merupakan
molukel molekul dasar penghasil energi di dalam tubuh. Dalam konsumsi
keseharian, glukosa akan menyediakan hampir 50—75% dari total kebutuhan
energi tubuh.
Untuk dapat menghasilkan energi, proses metabolisme glukosa akan
berlangsung melalui 2 mekanisme utama yaitu melalui proses anaerobik dan
proses aerobik. Proses metabolisme secara anaerobik akan berlangsung di dalam
sitoplasma (cytoplasm) sedangkan proses metabolisme aerobik akan berjalan
dengan mengunakan enzim sebagai katalis di dalam mitochondria dengan
kehadiran Oksigen (O).

Metabolisme Glukosa
1. Proses glikolisis
Tahap awal metabolisme konversi glukosa menjadi energi di dalam tubuh
akan berlangsung secara anaerobik melalui proses yang dinamakan Glikolisis
(Glycolysis). Proses ini berlangsung dengan mengunakan bantuan 10 jenis
enzim yang berfungsi sebagai katalis di dalam sitoplasma (cytoplasm) yang
terdapat pada sel eukaryotik (eukaryotic cells). Inti dari keseluruhan proses
Glikolisis adalah untuk mengkonversi glukosa menjadi produk akhir berupa
piruvat. Pada proses Glikolisis, 1 molekul glukosa yang memiliki 6 atom
karbon pada rantainya (C6H12O6) akan terpecah menjadi produk akhir berupa 2
molekul piruvat ( pyruvate) yang memiliki 3 atom karbom (C3H3O3).
Proses ini berjalan melalui beberapa tahapan reaksi yang disertai dengan
terbentuknya beberapa senyawa antara seperti Glukosa 6-fosfat dan Fruktosa 6-
fosfat . Selain akan menghasilkan produk akhir berupa molekul piruvat, proses
glikolisis ini juga akan menghasilkan molekul ATP serta molekul NADH (1
NADH3 ATP). Molekul ATP yang terbentuk ini kemudian akan diekstrak oleh
sel-sel tubuh sebagai komponen dasar sumber energi. Melalui proses glikolisis
ini 4 buah molekul ATP & 2 buah molekul NADH (6 ATP) akan dihasilkan
serta pada awal tahapan prosesnya akan mengkonsumsi 2 buah molekul ATP
sehingga total 8 buah ATP akan dapat terbentuk.

Tahap metabolisme energi berikutnya akan berlangsung pada kondisi aerobik


dengan mengunakan bantuan oksigen (O2). Bila oksigen tidak tersedia maka
molekul piruvat hasil proses glikolisis akan terkonversi menjadi asam laktat.

2. Siklus Metabolisme Asam Laktat


Asam laktat merupakan produk hasil metabolisme karbohidrat tanpa
menggunakan oksigen (metabolisme anaerob). Asam laktat diproduksi di sel
otot saat suplai oksigen tidak mencukupi untuk menunjang produksi energi.
Produk asam laktat normal terdapat di dalam tubuh manusia.
Glikolisis anaerobik, yang melibatkan pemecahan tidak sempurna dari
salah satu bahan makanan yaitu karbohidrat (gula), menjadi asam laktat
(karena itu dinamakan asam laktat). Di dalam tubuh, semua karbohidrat
dikonversi menjadi gula sederhana yaitu glukosa. yang segera dapat
dipergunakan dalam bentuk glukosa, disimpan di dalam hati dan otot sebagai
glikogen untuk dipergunakan kemudian. Asam laktat adalah hasil dari
glikolisis anaerobik.
Ciri-ciri dari sistem glikolisis anaerobik adalah sebagai berikut: (1)
menyebabkan terbentuknya asam laktat yang dapat menyebabkan kelelahan,
(2) tidak membutuhkan oksigen, (3) hanya menggunakan sumber energi
karbohidrat (glikogen dan glukosa), dan (4) energi yang dilepaskan hanya
cukup untuk resintesis A TP dalam jumlah yang sedikit.

Seperti telah dijelaskan di atas bahwa produk akhir dari glikolisis


anaerobik adalah asam laktat. Asam laktat akan menurunkan pH dalam otot
maupun darah. Selanjutnya, penurunan pH ini akan menghambat kerja enzim-
enzim glikolilik dan mengganggu reaksi kimia di dalam sel otot
Pada dalam keadaan hipoksia, maka glikogen akan diubah menjadi
glukosa, selanjutnya glukosa akan diubah laktat. Laktat melalui aliran darah
masuk ke hati. Di dalam hati, laktat akan diubah kembali menjadi glukosa.
Glukosa kembali masuk ke dalam darah yang selanjutnya akan digunakan di
dalam otot. Di dalam otot, glukosa diubah kembali menjadi glikogen. Hal
tersebut dikenal dengan siklus asam laktat atau siklus Cori (Lubis., 2006
Vernon., 2010).
Glikogen awal putus menjadi unit-unit glukosa 1-fosfat dan masing-
masing unit dibagi menjadi dua fragmen 3-karbon. Produk akhir dari
perombakan glukosa adalah asam piruvat. Energi yang bermanfaat dari
glikolisis adalah 3-Adenosine Diphosphate (ADP) dan mengalami fosforilasi
kembali untuk menghasilkan 3-Adenosine Triphosphate (ATP), dan 4 ion
hidrogen (H+) per molekul glukosa 1-fosfat yang di putus dari glikogen. Pada
kondisi anaerobik, ion hidrogen dilepaskan dalam glikolisis, tetapi siklus asam
trikarboksilat atau siklus Krebs tidak dapat menggabungkannya dengan
oksigen pada kecepatan yang cukup sehingga cenderung berakumulasi dalam
otot. Kelebihan ion hidrogen ini, kemudian digunakan untuk mengkonversi
asam piruvat menjadi asam laktat. Pada kondisi aerobik, ion-ion tersebut
diterima oleh senyawa pembawa H+, nikotinamida adenin dinukleotida bentuk
oksidasi (NAD+) dan mentransportasikan H+ ke dalam mitokondria untuk
fosforilasi kembali sehingga menghasilkan 4 molekul ATP. Selanjutnya asam
piruvat memasuki siklus Krebs dan dirombak menjadi karbondioksida dan ion
hidrogen. Karbondioksida kemudian berdifusi memasuki peredaran darah
sebagai hasil sisa, sedangkan ion hidrogen diterima oleh NAD+ untuk
membentuk senyawa NADH (NAD dalam bentuk reduksi). Produk-produk
perombakan dari asam lemak dan protein, juga memasuki siklus Krebs dan
dikonversi menjadi energi (Van der Beek, 2001).

3. Mikroorganisme Yang Berperan


Dalam kondisi anaerobik, tidak adanya oksigen, asam piruvat dapat
dialihkan oleh organisme ke dalam satu dari tiga jalur: asam fermentasi laktat,
fermentasi alkohol, atau selular (anaerobik) respirasi.
Contoh tipe fermentasi
1. Fermentasi asam Lactat: Ditemukan pada bakteri Streptococcus cremoris,
Lactobacillus acidophilus
2. Fermentasi campuran (Mixed acid fermentation): Ditemukan pada bakteri
Escherichia coli, Dasar dari uji methyl red
3. Fermentasi 2,3-Butanediol: Ditemukan pada bakteri Enterobacter
aerogenes, Dasar dari Uji reaksi Voges-Proskauer
Fermentasi Asam Laktat
Dalam frementasi asam laktat dibutuhkan bakteri asam laktat. Bakteri
asam laktat yaitu sekelompok banketri yang mampu mengubah karbohidrat
(glukosa) menjadi asam laktat. Bakteri yang termasuk kelompok bakteri asam
laktat L adalah Aerococcus, Allococcus, Carnobacterium, Enterococcus,
Lactobacillus, Leuconostoc, Pediococcus, Streptococcus, Tetragenococcus, dan
Vagococcus. Bakteri asam laktat mampu memproduksi asam laktat sebagai
produk akhir perombakan karbohidrat, hidrogen peroksida dan bakteriosin.
Fermentasi asam laktat terbagi menjadi dua jenis, yaitu homofermentatif
(sebagian besar hasil akhir merupakan asam laktat) dan heterofermentatif (hasil
akhir berupa asam laktat, asam asetat, etanol dan CO2). Secara garis besar,
keduanya memiliki kesamaan dalam mekanisme pembentukan asam laktat, yaitu
piruvat akan diubah menjadi laktat (atau asam laktat) dan diikuti dengan proses
transfer elektron dari NADH menjadi NAD+. Pola fermentasi ini dapat dibedakan
dengan mengetahui keberadaan enzim-enzim yang berperan di dalam jalur
metabolisme glikolisis.
Pada heterofermentatif, tidak ada aldolase dan heksosa isomerase tetapi
menggunakan enzim fosfoketolase dan menghasilkan CO2. Metabolisme
heterofermentatif dengan menggunakan heksosa (golongan karbohidrat yang
terdiri dari 6 atom karbon) akan melalui jalur heksosa monofosfat atau pentosa
fosfat.Sedangkan homofermentatif melibatkan aldolase dan heksosa aldolase
namun tidak memiliki fosfoketolase serta hanya sedikit atau bahkan sama sekali
tidak menghasilkan CO2. Jalur metabolisme dari yang digunakan pada
homofermentatif adalah lintasan Embden-Meyerhof-Parnas. Beberapa contoh
genus bakteri yang merupakan bakteri homofermentatif adalah Streptococcus,
Enterococcus, Lactococcus, Pediococcus, dan Lactobacillus; sedangkan contoh
bakteri heterofermentatif adalah Leuconostoc dan Lactobacillus.

Lactobacillus Bulgaricus sangat penting dalam fermentasi youghurt,


karena akan menghasilkan asam laktat. Menurut Anonim (2006) kombinasi antara
Streptococcus Thermophillus dan L. bulgaricus dapat meningkatkan produksi
asam laktat yang lebih tinggi. S. thermopillus tumbuh lebih cepat dan
menghasilkan karbondioksida. Karbondioksida ini akan menstimulasi
pertumbuhan L. bulgaricus. Disamping itu, aktivitas proteolitik dari L. bulgaricus
akan menghasilkan peptida dan asam amino yang digunakan oleh S.
thermophillus. S. thermophillus berperan dahulu untuk menurunkan pH sampai
sekitar 5,0 baru disusul L. bulgaricus menurunkan lagi sampai mencapai 4,0.
Menurut Anonim (2006), L. bulgaricus lebih berperan pada pembentukan aroma,
sedangkan S. thermophillus lebih berperan pada pembentukan cita rasa soyghurt.
Lactobacillus acidophilus umumnya dikenal sebagai bakteri probiotik.
Banyak ditemukan pada saluran pencernaan dan dapat menghasilkan antibiotik
alami yang disebut “lactocidin” dan “acidohilin”, yang dapat meningkatkan
resistensi imun terhadap bakteri patogen dan fungi seperti Escherchia coli
(Dwyana, 2005). Bakteri ini memiliki temperatur pertumbuhan optimum pada
37ºC dan relatif toleran terhadap oksigen dibandingkan dengan spesies probiotik
lainnya seperti Bifidobacterium. Di bawah suhu 20ºC pertumbuhannya sudah
melambat dan kebanyakan spesies ini tidak tumbuh lagi pada suhu 15ºC (Anonim,
2006).
Menurut Anonim (2006), Lactobacillus casei juga merupakan bakteri
probiotik meskipun juga digunakan pada beberapa kultur starter pada keju
Cheddar. Menurut Dwyana (2005), L. casei berfungsi sebagai sistem imun
berupa bakteriosin yang menghambat pertumbuhan bakteri patogen pada saluran
pencernaan, selain itu juga sangat efektif dalam peningkatan immunoglobulin A.
Menurut Mufidah (2000) dalam Yuliana (2004), menyimpulkan bahwa L. casei
subsp casei R-52 dapat digunakan untuk menurunkan kadar kolesterol pada
manusia. Menurut Surono (2004), L. casei tersebar di alam dan telah diisolasi
dari produk-produk olahan susu dan saluran pencernaan berbagai hewan. Jenis
bakteri ini dapat tumbuh pada pH 4,4-9,6.
Streptococcus thermophillus adalah bakteri gram positif, berbentuk bulat
yang terdapat sebagai rantai. Jenis ini memiliki kemampuan untuk meningkatkan
pertambahan berat badan, meningkatkan gerakan perut dari 4,8 kali dalam 10 hari
menjadi 5,7 kali (Edwin, 2006).
Daftar Pustaka

Widiyanto. 2007. Latihan Fisik dan Asam Laktat. Jurnal MEDIKORA.


Vol.111(1): 61-79

Hernawati. 2010. Produksi Asam Laktat Pada Exercise Aerobik Dan Anaerobik .
Bandung: FMIPA Universitas Pendidikan Indonesia
Proses Metabolisme dari Sukrosa Menjadi Asam Glutamat

Oleh:
Kelompok VI

Eka Mustika : 1807111686


Habibullah Maulana: 1807113445
Lusia Alvid : 1807111748
Yosia Jumaga : 1707123028

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA S1


FAKULTAS TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS RIAU
2018
I. SUKROSA
Sukrosa dikenal sebagai sebuah disakarida di mana monomer-
monomernyalah yang yang membentuknya yaitu berupa unit fruktosa dan glukosa
dengan C12H22O11 sebagai rumus molekulnya. Sukrosa merupakan disakarida
karbohidrat yang jika dihidrolisis akan membentuk beberapa monosakariya yang
sama atau berbeda. Disakarida ini terbentuk melalui kondensasi antara glukosa
dan fruktosa. Struktur senyawa sukrosa sebagai berikut :

Dalam kehidupan sehari-hari , sukrosa kita kenal sebagai gula dapat pada
berbagai jenis buah-buahan dan sayuran, contohnya tebu serta bit gula. Karena
gula ini belum dalam bentuk paling sederhana, sukrosa akan dipecah terlebih
dahulu oleh bantuan enzim bernama beta-fruktosidase. Kemudian akan
mengalami proses hidrolisis menjadi glukosa dan fruktosa. Setelah dihidrolisis
jadi glukosa dan fruktosa, selanjutnya fruktosa dan glukosa ini akan masuk ke
dalam jalur metabolisme nya masing-masing.
Glukosa bisa disalurkan dalam darah dan selanjutnya disimpan dalam sel
otot dan sel hati. Saat kita mendapatkan glukosa dari makanan, glukosa akan
diserap melalui usus halus, dan kemudian disalurkan lewat darah. Gula yang
berada di darah disebut dengan gula darah. Keberadaan gula darah ini selanjutnya
akan merangsang hormon insulin. Hormon insulin akan dilepaskan ke darah oleh
organ bernama pankreas untuk jadi pengantar gula darah masuk dalam sel-sel otot
dan sel-sel hati untuk disimpan. Berbeda dengan jalur metabolisme fruktosa.
Fruktosa tidak akan dialirkan ke dalam darah, sehingga membuat kadar gula
darah stabil. Alih-alih ke darah, fruktosa akan masuk ke dalam hati dan diproses
di dalam organ tersebut. Fruktosa juga bersifat lipogenik, sehingga dapat
merangsang produksi sel lemak. Keberadaan fruktosa tidak merangsang produksi
hormon leptin yang bertugas mengatur asupan dan pengeluaran energi. Nah, maka
itu, kalau orang kelebihan fruktosa dikhawatirkan penumpukan lemak akan lebih
cepat terjadi dibandingkan jika kelebihan glukosa. Kelebihan fruktosa memiliki
efek yang sama dengan orang yang kelebihan makanan berlemak.
II. ASAM GLUTAMAT
Asam glutamat merupakan asam amino yang banyak diproduksi. Glutamat
sendiri adalah salah satu jenis asam amino non-essensial yang merupakan
substansi dasar penyusun protein dan bisa diproduksi sendiri oleh tubuh kita untuk
keperluan metabolisme serta ditemukan hampir di dalam setiap makanan yang
mengandung protein.
Beberapa jenis makanan yang mengandung glutamat dari alam adalah
tomat, keju, saos soya, saos ikan, dan bahkan juga terdapat di air susu ibu (ASI).
Asam glutamat biasanya digunakan pada produksi MSG.
Asam glutamat sebagian dapat dihasilkan dengan cara menggunakan
mikroba. Berbagai teknik yang telah diketahui dalam pembuatan asam L-
glutamat, tapi memiliki bermacam variasi efisiensi dalam konversi
gula menjadi asam glutamat. Dalam semua sistem dan di antara parameter lain,
ekskresi asam glutamat oleh sel-sel bakteri memiliki tingkat faktor peleburan.

Kondisi Kultur
1. Sumber Karbon
Bakteri penghasil asam £-Glutamat dapat menggunakan berbagai macam
sumber karbon, seperti glukosa, fruktosa, sukrosa, maltosa, ribosa, atau silosa,
sebagai substrat untuk pertumbuhan sel dan biosintesis asam glutamat.
Konsentrasi biotin pada medium harus benar-benar dikontrol dalam level
suboptimal agar memaksimalkan pertumbuhan sehingga diperoleh asam
glutamat yang tinggi. Oleh karena itu, bahan baku kaya biotin, seperti molase
dari gula bit dan gula tebu, tidak dapat digunakan sebelum ditemukannya
pengaruh mediasi biotin pada penisilin dan asam lemak jenuh C16-C18. Asam
oleik hanya membutuhkan akumulasi mutan asam £-Glutamat pada medium
yang kaya biotin ketika konsentrasi asam oleik terkontrol pada level
suboptimal agar pertumbuhan maksimal.

2. Sumber Nitrogen dan Kontrol pH


Medium yang baik untuk fermentasi asam £-Glutamat mengandung nitrogen
dengan kadar 9,5 %. Contoh sumber nitrogen yang dapat ditambahkan ke
dalam medium adalah amonium klorida atau amonium sulfat. Bakteri yang
menghasilkan asam glutamat juga memiliki aktivitas urease yang kuat sehingga
urea juga dapat digunakan sebagai sumber nitrogen. Ion amonium berpengaruh
pada pertumbuhan sel dan pembentukan produk sehingga konsentrasinya
dalam medium harus dikontrol pada konsentrasi rendah.
Tingkat keasaman (pH) medium sangat mudah menjadi asam karena ion
amonium terasimilasi dan dihasilkan asam glutamat. Amonia dalam bentuk gas
lebih baik daripada basa cair dalam menjaga pH pada level 7-8, sebagai pH
optimum untuk produksi asam £-Glutamat. Amonia dalam bentuk gas berperan
sebagai agen pengontrol pH dan sebagai sumber nitrogen serta dapat mengatasi
bermacam-macam masalah teknis. Penambahan otomatis gas amonia dapat
mengontrol pH dengan tepat. Selain itu, juga mencegah efek merugikan dari
amonia dan pengenceran yang tidak diinginkan pada cairan fermentasi.

3. Faktor Tumbuh
Bakteri penghasil asam £-Glutamat membutuhkan biotin untuk pertumbuhan
dan konsentrasinya harus dikontrol agar memperoleh produk yang maksimal.
Dampak biotin pada fermentasi asam £-Glutamat sangat erat kaitannya dengan
permeabilitas asam £-Glutamat terhadap membran sel.

4. Ketersediaan Oksigen
Biosintesis dari asam glutamat merupakan proses aerob yang membutuhkan
oksigen selama proses fermentasinya. Untuk mengoptimalkan produksi, kadar
oksigen terlarut harus dijaga pada kondisi optimal. Sel yang melakukan
respirasi akan mengkonsumsi oksigen dalam media hanya dalam beberapa
detik sehingga oksigen harus disuplai secara terus-menerus untuk menjaga
konsentrasi oksigen terlarut.

Akumulasi Produk Lain yang Dipengaruhi oleh Perubahan Kondisi Kultur


1. Asam Laktat dan Asam Suksinat
Brevibacterium flavum yang memproduksi asam glutamat mengakumulasi
asam laktat dan asam suksinat ketika dikulturasi dengan jumlah oksigen yang
kurang. Saat jumlah suplai oksigen kurang dari kondisi kejenuhan komplet ke
berbagai derajat kecukupan kebutuhan oksigen, produk utama berubah dari
asam glutamat menjadi asam suksinat kemudian menjadi asam laktat. Lebih
dari 30 g l-1 asam suksinat atau 45 g l-1 asam laktat dapat mengakumulasi pada
72 h kondisi optimum.

2. Asam α-Ketoglutarat
Suplai oksigen yang cukup dengan ketidakadaan ion amonium pada fermentasi
asam £-Glutamat akan menghasilkan akumulasi asam α-Ketoglutarat. Ketika
pengontrol pH diubah dari NH4OH menjadi NaOH pada pada akhir fase
pertumbuhan, 18 g l-1 asam α–Ketoglutarat terakumulasi pada hasil substrat
0,20 g g l-1 pada pembudidayaan 72 h.

3. Asam £-Glutamin
Asam £-Glutamat diubah menjadi £-glutamin ketika terdapat kelebihan
amonium klorida pada kultur pada pH rendah dengan adanya ion seng. Pada
medium yang mengandung 40 g l-1 amonium klorida dan 10 mg l-1 sulfat seng,
sel terakumulasi lebih dari 40 l-1 £-Glutamin pada 0,30 g l-1 sumber
karbon. Konsentrasi tinggi ion amonium pada kondisi pH rendah
menghasilkan produksi N -asetil-£-glutamin. Ion seng efektif dalam
pengurangan ekskresi N -asetil-£-glutamin dalam akumulasi £-glutamin.
III. Proses Metabolisme dari Sukrosa Menjadi Asam Glutamat
Glutamat sendiri adalah salah satu jenis asam amino non-essensial yang
merupakan substansi dasar penyusun protein. Tahap awal reaksi metabolisme
seluler asam amino (metabolisme protein) melibatkan pelepasan gugus asam
amino dan kemudian perubahan kerangka karbon pada molekul asam amino.
Terdapat 2 proses utama dalam pelepasan gugus amino,
yaitu transaminasi dan deaminasi.

Transaminasi
Transaminasi ialah proses katabolisme asam amino yang melibatkan
pemindahan gugus amino dari satu asam amino kepada asam amino lain. Dalam
reaksi transaminasi ini gugus amino dari suatu asam amino dipindahkan kepada
salah satu dari tiga senyawa keto, yaitu asam piruvat, a ketoglutarat atau
oksaloasetat, sehingga senyawa keto ini diubah menjadi asam amino, sedangkan
asam amino semula diubah menjadi asam keto. Ada dua enzim penting dalam
reaksi transaminasi yaitu alanin transaminase dan glutamat transaminase yang
bekerja sebagai katalis dalamreaksi berikut :

Reaksi ini bersifat reversibel. Pada reaksi ini tidak ada gugus amino yang
hilang, karna gugus amino yang dilepaskan oleh asam amino diterima oleh asam
keto.
Alanin transaminase dapat mengubah berbagai jenis asam amino menjadi
alanin, selama asam piruvat ada. Glutamat transaminase dapat mengubah berbagai
jenis asam amino menjadi asam glutamat. Apabila jumlah alanin transaminase
banyak maka alanin akan diubah menjadi asam glutamat oleh enzim alanin-
glutamat transaminase. Jadi, walaupun ada beberapa jalur transaminasi tapi asam
ketoglutarat merupakan akseptor gugus amino terakhir, sehingga hasil
transaminasi keseluruhan adalah asam glutamat
Deaminasi Oksidatif
Asam amino dengan reaksi transaminasi dapat diubah menjadi asam glutamat.
Dalam beberapa sel misalnya dalam bakteri, asam glutamat dapat mengalami
proses deaminasi oksidatif yang menggunakan glutamat dehidrogenase sebagai
katalis.

Asam glutamat + NAD+ a ketoglutarat + NH4+ + NADH + H+

Dalam proses ini asam glutamat melepaskan gugus amino dalam bentuk
NH4+. Selain NAD+ glutamat dehidrogenase dapat pula menggunakan NADP+
sebagai aseptor elektron. Oleh karena asam glutamat merupakan hasil akhir proses
transaminasi, maka glutamat dehidrogenase merupakan enzim yang penting dalam
metabolisme asam amino oksidase dan D-asam oksidase.

Siklus Krebs
∑ Deaminasi maupun transaminasi merupakan proses perubahan protein → zat
yang dapat masuk kedalam siklus Krebs
∑ Zat hasil deaminasi/transaminasi yang dapat masuk siklus Krebs adalah: alfa
ketoglutarat, suksinil ko-A, fumarat, oksaloasetat, sitrat

Jalur a-ketoglutarat dan enzim yang terlibat dalam setiap proses


∑ Jalur ini memuat pengubahan arginin, prolin, histidin, dan glutamin menjadi
asam glutamat yang selanjutnya senyawa akhir dideaminasi menghasilkan a-
ketoglutarat.
∑ Arginin oleh enzin arginase dipecah menjadi ornitin dan urea, dengan jalan
transmiasi onitin yang terbentuk diubah menjadi glutamat semialdehida yang
selanjutnya mengalami dehidrogenasi menjadi asam glutamat. Enzim pertama
adalah ornitin transaminase dan yang berikutnya ialah dehidrogenase yang
dibantu oleh NAD+
∑ Prolin oleh prolin oksidase diubah menjadinprolin karboksilat yang karena
tidak mantap langsung berubah menjadi glutamat semi aldehida kemudian
menjadi asam glutamat melalui reaksi dehidrogenasi.
∑ Enzim histidase , urokanat hidratase dan imidazolon propionase bersama-sama
membuka cincin imidazolpada histidin menjadi N-formimino glutamat.
Senyawa ini kemudian melepaskan gugus formimino dalam suatu rekasi
transfer yang dikatalisa oleh glutamat-formimino tansferase dan berubah
menjadi asam glutamat.
∑ Glutamin dapat membebaskan gugus NH3, pada reaksi hidrolisis yang
dikatalisa oleh glutaminase, menjadi asam glutamat. Senyawa tersebut juga
bisa diubah menjadi asam glutamat karena kegiatan enzim glutamat sintase.

IV. Produksi Asam Glutamat


Pembentukan asam glutamate dapat dilakukan dengan menggunakan
Micrococcus glutamicum yang kemudian lebih dikenal dengan nama
Corynebacterium glutamicum. Reaksi yang terjadi dalam produksi asam
glutamate adalah sebagai berikut: 1) metabolisme glukosa melalui jalur EMP
(Embden Meyerhof Partnas) dan HMS (Hexosa Monophosphat Shunt), 2) pada
laju aerasi yang rendah, jalur EMP lebih dominan sehingga asam laktat lebih
terakumulasi jika dibandingkan daripada asam glutamate, 3) dengan udara cepat,
system HMS akan dominan sehingga asam glutamate akan terakumulasi. Setelah
asam glutamate terbentuk, maka mikroorganisme hanya mempunyai sedikit
kemampuan untuk menguraikan produk yang terjadi.
Pada system HMS, glukosa dioksidasi menjadi glukonat. Dari 6-
phosphoglukonat dan ribose 5-phosphat terbentuklah piruvat dan asetat.
Mikroorganisme ini tidak dapat mensintesis asam glutamatdari piruvat dan laktat.,
tetapi dapat memproduksi asam glutamate dari malat dan sitrat. Malat dihasilkan
dari reaksi enzim, karena asam dengan 4 karbon dibutuhkan untuk
pembentukannya. Asam sitrat dibentuk dari asetat dan oksalat, kemudian
dioksidasi menjadi asam glutamate melalui NADP-dehidrogenase khusus,
misalnya isositrat dehidrogenase dan L-glutamat dehidrogenase yang terhadap
dalam ion ammonium. Selain mikroorganisme tersebut di atas, asam glutamate
dapat diproduksi oleh Brevibacterium circulars, B. megaterium, B. cercus, B.
divanicatum, B. flavum, B. laktofermantum, dan lain sebagainya.
Mekanisme Biosintesis Asam £-Glutamat
Produksi asam £-Glutamat membutuhkan dua enzim penting, yaitu
Phosphoenol Carboxylase dan α-Ketoglutarate Dehydrogenase.
Gambar 1. Jalur pembentukan asam glutamat melalui siklus
glioksilat sebagai sistem pembentuk oksaloasetat tanpa pembentukan
karbondioksida.

Gambar 2. Jalur pembentukan asam glutamat melalui fosfoenolpiruvat


dengan pengikatan karbondioksida

Produksi asam £-Glutamat membutuhkan dua enzim penting, yaitu


Phosphoenol Carboxylase dan α-Ketoglutarate Dehydrogenase. Phosphoenol
Carboxylase akan mengkatalis karboksilasi dari fosfofenol piruvat ke dalam
bentuk oxaloasetat. Sedangkan α-Ketoglutarate Dehydrogenase, mengubah α-
Ketoglutarat menjadi suksinil KoA. Efisiensi dari fiksasi karbondioksida
oksaloasetat bergantung pada hasil dari aktivitas Phosphoenol Carboxylase.
Asam aspartat menunjukan adanya hambatan dan tantangan enzim. Penghambatan
ini telah ditingkatkan oleh asam α-Ketoglutarat. Oleh karena itu, endogenus asam
aspartat dan asam α-Ketoglutarat harus diminimalkan apabila produk asam £-
Glutamatingin dimaksimalkan. α-Ketoglutarate Dehydrogenase ini penting untuk
oksidasi glukosa menjadi CO2. Enzim ini dicegah oleh cisakonitat, suksinil KoA,
NADH, NADPH, piruvat dan oksalat yang kemudian akan diubah menjadi asetil
KoA. Kandungan α-Ketoglutarate Dehydrogenase dari bakteri penghasil asam
glutamat sangat menguntungkan untuk sintesis asam glutamat dari asam α-
Ketoglutarat, mencegah oksidasi asam α-Ketoglutarat menjadi CO2 dan H2O
melalui suksinil KoA. Nilai K m α-Ketoglutarate Dehydrogenase untuk asam α-
Ketoglutarata adalah sekitar 1×17 glutamat dehydrogenase. Enzim ini
kemudianmengkatalis formasi asam glutamat menjadi lebih luas daripada α-
Ketoglutarate Dehydrogenase. Akibatnya,, konsentrasi endogenus α-Ketoglutarat
yang mengatur daur metabolit α-Ketoglutarat mengikuti biosinteseis asam
glutamat ataupun oksidasi. Hal ini ditunjukan dengan cukup tingginya produksi
asam glutamat.
DAFTAR PUSTAKA

Agus, (2011). Efek hasil olahan asam glutamat dari Corynebacterium


glutamicum menjadi MSG (monosodium glutamat) bagi kehidupan.
https://aguskrisnobog.wordpress.com/2011/12/16/efek-hasil-olahan-asam
glutamat-dari-bakteri-corynebacterium-glutamicum. Diakses: 24 April 2018.

Agus, (2012). Biosintesis Asam Glutamat Berbasis Pemanfaatan


Mikroorganisme. https://aguskrisnoblog.wordpress.com. Diakses: 9 Agustus
2018.
Enzim Fumarase

Oleh :

Kelompok 7:

Aini Hafizah 1807113178

Irfan Alfandi 1807113204

Melyana Thoresia Manalu 1807113181

Muhammad Afdil 1807111742

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA S-1

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS RIAU

2019
BAB I
PEMBAHASAN

Asam fumarat merupakan senyawa kimia yang memiliki rumus kimia


HO2CCH=CHCO2H. Senyawa ini berupa senyawa kristal dan merupakan isomer
asam dikarboksilat tak jenuh asam maleat. Senyawa ini memiliki rasa seperti
buah-buahan. Garam dan ester asam fumarat dikenal sebagai fumarat. Sifat-sifat
kimia asam fumarat dapat terlihat dari gugus fungsinya. Asam lemah ini dapat
membentuk diester, mengalami adisi di ikatan gandanya, dan merupakan dienofil
yang baik. Asam fumarat berbentuk kristal putih dan mempunyai rumus molekul
C4H4O4. Proses produksi asam fumarat ini menggunakan bahan baku butena.
Selain itu, asam fumarat juga dapat dibuat dari fermentasi jus apel menggunakan
jamur Rhizopus nigricans. Bahan baku butena yang dalam ini berupa fasa gas
mempunyai rumus molekul C4H8 dengan flash point -112 oF.

Pada Enzim fumarase dapat terjadi defesiensi, yang disebabkan oleh


mutasi gen yang mengkode fumarase. Kekurangan enzim fumarase menyebabkan
ensefalopati, retardasi wajah yang berat, fitur wajah yang tidak biasa, kelainan
otak, dan serangan epilepsi karena jumlah abnormal rendah fumarase dalam sel.
Pola penurunan penyakit ini disebut autosomal resesif.

I.1. Pemilihan Proses

Asam fumarat pertama kali dibuat dari asam suksinat. Cara sintesis
tradisional melibatkan oksidasi furfural (dari hasil pemrosesan jagung)
menggunakan natrium klorat dengan keberadaan katalis berbasis vanadium.
Zaman sekarang, sintesis asam fumarat dalam skala industri kebanyakan
berdasarkan isomerisasi katalitik asam maleat (yang bisa didapatkan dalam
jumlah besar dari hidrolisis maleat anhidrat, yang diproduksi dari oksidasi
katalitik benzena atau butana) dalam larutan akuatik. Pada saat ini, kebanyakan
asam fumarat diproduksi dari benzena, butana, dan butena. Asam fumarat yang
dibuat dari butena dilakukan dengan tiga tahap reaksi yaitu adalah oksidasi butena
menjadi maleat anhidrat dilanjutkan oleh hidrolisis maleat anhidrat menjadi asam
maleat dan yang terakhir adalah asam maleat diisomerisasi menjadi asam fumarat.

1. Reaksi Kimia
Butena adalah bahan baku dari pembuatan asam fumarat. Tahap pertama
dari proses produksi asam fumarat yaitu adalah oksidasi butena yang akan
menghasilkan maleat anhidrat. Mekanisme reaksinya adalah sebagai berikut :
Reaksi utama:
C4H8 + 3O2 4H2O3 + 3H2O
Reaksi samping:
C4H8 + 6O2 2 + 4H2O
C4H8 + O2 2H4O

C4H8 + O2 6H6O + H2O


Maleat anhidrid yang terbentuk ditambahkan pada aquadest yang telah
dididihkan. Dalam hal ini aquadest berfungsi sebagai pelarut sehingga
mempermudah terjadinya pembukaan ikatan pada senyawa siklik dari anhidrida
maleat dan terbentuknya karbokation. Mekanisme reaksinya sebagai berikut:

Gambar 1.1. Mekasnisme reaksi pengubahan asam maleat menjadi


Fumarat
Reaksi hidrolisis tersebut akan membentuk asam maleat. Sebagian asam
maleat mengkristal dalam air, karena kelarutan asam maleat dalam air adalah
sekitar 44,1 g/100 g air pada 25°C. Sebagian asam maleat lainnya larut dalam air,
yang kemudian digunakan untuk mengubah menjadi asam fumarat. Mekanisme
reaksi pengubahan asam maleat menjadi asam fumarat sebagai berikut:

Gambar 1.2. Mekasnisme perpindahan elektron pada reaksi asam maleat


Larutan filtrat asam maleat dari proses sebelumnya ditambahkan HCl
pekat dan direfluks perlahan-lahan. Dalam hal ini HCl pekat berfungsi sebagai
katalis yang digunakan untuk memprotonasi salah satu gugus karbonil sehingga
ikatan rangkap pada atom karbon dapat beresonansi dan terjadi rotasi pada ikatan
tunggal, selanjutnya ikatan rangkap beresonansi kembali. Setelah dilakukan
refluks mulai terbentuk endapan kristal asam fumarat dari larutan panas. Larutan
didinginkan pada suhu kamar dan direkristalisasi dengan air. Pada tahap
rekristalisasi digunakan air sebagai pelarut yang sesuai karena asam fumarat
termasuk senyawa yang polar sehingga akan larut dalam pelarut yang polar pula.
2. Katalis
Dalam reaksi oksidasi yang terjadi, katalis yang digunakan adalah
Vanadium Phosphorus Oxide (VPO). Katalis ini memiliki komposisi berikut
vanadium (9,53 %), oksigen (77,74 %), phospat (12,74 %). Susunannya berupa
macroporus VPO phases dengan template berupa polysterene spheres. Massa
jenis katalis ini 4,339 g/cm3 dengan surface area-nya 38,2 m2/g. Harga katalis ini
sekitar 1200 – 1300 USD per tonnya. Sedangkan untuk reaksi isomerisasi
digunkan katalis Ammonium Bromide (NH4Br). Katalis ini memiliki bulk density
sebesar 600 g/L. Bentuknya berupa kristal berwarna putih yang dilarutkan dalam
air. Harga katalis ini sekitar 1500 – 3500 USD per tonnya.

3. Justifikasi Proses yang Dipilih


Proses yang dipilih untuk perancangan pabrik ini adalah proses berbasis
petrokimia. Proses ini membutuhkan 3 tempat untuk terjadinya reaksi yang utama.
Reaksi oksidasi akan dilakukan di reaktor multitubular, reaksi hidrolisis terjadi di
absorber, dan reaksi isomerasi terjadi di reaktor tangki alir berpengaduk dengan
bantuan asam klorida.

I.2. Market Analysis (Penentuan Kapasitas Pabrik)


1. Potensi Pasar yang Ada
Asam Fumarat (HOOCC2H2COOH) adalah senyawa dengan dua gugus
karboksilat. Asam fumarat, yang merupakan building block, memiliki cakupan
aplikasi yang luas, mulai dari aplikasi untuk produk bernilai jual tinggi seperti
bahan tambahan pada makanan dan farmasi hingga aplikasi pada produksi dengan
kapasitas besar seperti, BDO (1,4- butanediol), polybutylene terephthalate,
tetrahydrofuran, ᵞ-butyrolactane, polyurethane, plasticizer, resin, dan coating
(pelapisan). Potensi dari asam fumarat yang sangat besar adalah senyawa ini dapat
berfungsi sebagai pengganti maleat anhidrat dalam proses produksi butanediol.
Selain itu asam fumarat juga digunakan di industri tinta dan kertas. Dari, sisi
harga, pada tahun 2014 asam fumarat berbasis petrokimia berada di kisaran USD
14.000 – 15.000 per metrik ton. Harga dari asam fumarat tentunya dapat
diturunkan lagi jika kapasitas produksi global sudah meningkat yang diiringi
dengan peningkatan efisiensi teknologi serta performa alat.
Di sisi lain harga butena internasional yakni sekitar USD 1400 per ton
relatif sangat murah jika dibandingkan harga asam fumarat yang mencapai USD
14.000. Namun dengan perkembangan saat ini tepatnya di tahun 2014 di mana
permintaan global asam fumarat juga meningkat. Jadi, pabrik ini tergolong sangat
menarik untuk didirikan dengan analisis kuantitatif secara kasar rasio antara harga
produk dan bahan baku.
Gambar 1.3. Potensi Penggunaan Asam Fumarat
Gambar 1.4. Konsumsi Asam Fumarat di Dunia Berdasarkan Negaranya
(chemical.

Salah satu senyawa derivatif dari asam fumarat adalah Poly Buthylene
Terphthalate (PBT). Karena semakin naiknya harga dari polipropilen dan
polietilen, pemakaian PBT diprediksi akan tumbuh cepat di masa depan. Seiring
dengan berkembangnya isu-isu lingkungan, PBT merupakan produk “hijau”
dibandingkan polipropilen dan polietilen karena PBT bersifat biodegradable.
Menurut Frost dan Sullivan, investasi di bidang pasar rekayasa plastik di Asia
Tenggara tumbuh 10-15% per tahun dalam delapan tahun terakhir. Pada tahun
2011, investasinya sebesar 6 miliar EURO. Sedangkan permintaan plastik di
Indonesia mencapai 2,1 juta ton di tahun 2012.
2. Kapasitas Pabrik yang Sudah Ada
Di China tepatnya di Changzaou, produksi asam fumarat cukup besar yaitu
sekitar 150.000 metrik ton per tahun, seperti yang dilaporkan oleh Changzhou
Yabang Chemical Co.,Ltd. Perusahaan ini menyuplai bahan baku dari asam
fumarat untuk memproduksi resin poliester tak jenuh di dunia. Sedangkan di
pabrik lain yang juga di China, tepatnya di Anhui, Anhui Sealong Biotechnology
Co. Ltd. juga memproduksi asam fumarat namun dengan kapasitas 20.000 ton per
tahun. Di India juga terdapat pabrik asam fumarat dengan kapasitas 14.000 ton per
tahun yaitu Thirumalai Chemicals Ltd. Pabrik ini menyuplai asam fumarat sejak
tahun 1992 sebagai fine chemical, sedangkan suplai asam fumarat untuk industri
makanan dimulai pada tahun 1996.
3. Kapasitas Produksi yang Optimum
Kapasitas produksi yang optimum didasarkan oleh trend penggunaan asam
fumarat di dunia pada tabel I dan butena sebagai raw material yang tersedia.
Dimisalkan jangka waktu dari studi kelayakan sampai dengan pabrik siap
produksi 100%, yang termasuk di dalamnya adalah pembangunan pabrik dan
commisioning, adalah 3 tahun dimulai dari 1 Januari 2016. Jadi pabrik ini siap
menyuplai kebutuhan asam fumarat mulai aktif beroperasi selama 10 tahun
dimulai dari 1 Januari 2017 sampai 31 Desember 2027. Berdasarkan aspek suplai
bahan baku, jumlah butena yang di Indonesia sudah mencukupi. Kebutuhan
plastik di Indonesia akan meningkat, maka sebagai bahan baku plastik, asam
fumarat produksinya mampu ditingkatkan dari pabrik-pabrik yang sudah ada
sebelumnya. Pada tahun 2014 produksi butena di Indonesia mencapai 100466,1
ton/tahun. Dengan demikian pemenuhan bahan baku telah terpenuhi, sehingga
desain kapasitas produksi pabrik sebesar 50.000 ton per tahun menjadi ideal.
DAFTAR PUSTAKA

Kuchel, P.H., dan Gregory B.R. 2006. Biokimia. Jakarta: Erlangga.

Ngili, Yohanis. 2009. Biokimia: struktur & fungsi Biomolekul. Yogyakarta :


Graha Ilmu.

Ngili, Y., dan Richardo U. 2015. Enzimologi : sifat, mekanisme, katalisis, dan
kinematika enzim. Yogyakarta : Innosain.

WirahadiKusumah, Muhamad. 1985. Biokimia: metabolisme energi, karbohidrat,


dan lipid. Bandung : ITB.
Enzim dan Metabolisme Karbohidrat

Oleh :

Kelompok 7:

Aini Hafizah 1807113178

Irfan Alfandi 1807113204

Melyana Thoresia Manalu 1807113181

Muhammad Afdil 1807111742

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA S-1

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS RIAU

2019
A. Enzim

Enzim adalah protein yang mengkatalis reaksi kimia. Enzim biasanya


terdapat pada konsentrasi yang sangat rendah didalam sel, dimana mereka
meningkatkan laju reaksi tanpa mengubah posisi kesetimbangan. Laju reaksi
kedepan maupun reaksi kebalikan ditingkatkan oleh faktor yang sama. faktor ini
biasanya sekitar 103-1012(Ngili, 2009).

Enzim bersifat sangat efisien sebagai katalis biologis selektif. Tiap sel
hidup punya ratusan enzim yang mengataliskan reaksi yang esential bagi
kehidupan. Bahkan organisme multi sel, komplemen enzim yang ada
mendiferensiasi satu tipe sel dari yang lain. Kebanyakan reaksi yang dikataliskan
oleh enzim tidak berlangsung pada laju signifikan dalam kondisi fisiolgis tanpa
enzim. Reaksi katalis enzim atau reaksi enzimatik adalah 103- 107 kali lebih cepat
daripada reaksi tanpa katalis (Ngili dan Ricardo, 2015).

Enzim sangat spesifik untuk reaktan atau substrat yang dikerjakan, derajat
spesifitas substrat bervariasi. Sebagian enzim bekerja pada kelompok substrat
berkaitan, yang hanya pada satu senyawa. Banyak enzim mengeluarkan
stereospesifitas, berarti bahwa mereka bekerja hanya pada satu stereoisomer
substrat. Sebagian reaksi enzim berfungsi sebagai titik kontrol dalam
metabolisme. Metabolisme diatur dalam berbagai cara, termasuk perubahan dalam
konsentrasi enzim, substrat, dan inhibitor enzim dan modulasi level aktivitas
enzim tertentu.

Nama enzim diambil dari kata yunani yang berarti “dalam ragi”. Ini
menandakan bahwa katalis ini ada dalam sel. Pada akhir 1980an, ilmuan
mempelajari fermentasi gula oleh sel ragi. Vitalists (yang mempertahankan bahwa
senyawa organik hanya bisa dibuat oleh sel hidup) berkata bahwa sel utuh
diperlukan untuk fermentasi. Pada mekanis mengkalim bahwa enzim dalam sel
ragi mengkatalis reaksi fermentasi. Kesimpulan akhir didukung oleh pengamatan
bahwa ekstrak bebas sel ragi bisa mengkatalisis fermentasi. Penemuan ini lalu
diikuti oleh identifikasi reaksi-reaksi individu dan enzim yang mengkatalisnya.
Meskipun fenomena fermentasi dan pencernaan telah dikenal, tetapi
penjelasan pertama tentang enzim baru dibuat oleh payen dan persoz ketika
mereka menemukan bahwa endapan alkohol dari ekstrak ragi mengandung suatu
zat yang tidak tahan panas yang dapat mengubah tepung menjadi gula. Zat ini
disebut sebagai diastase (dalam bahasa yunani berarti “pemisahan”) karena
kemampuannya untuk memisahkan dekstrin yang dapat larut dengan butiran
tepung yang tidak larut. Diastase menjadi istilah yang biasa digunakan untuk
pencampuran enzim ini sampai tahun 1989, ketika duclaux mengusulkan
penggunaan akhiran ase dalam nama enzim(Ngili, 2009).

B. Klasifikasi Umum Enzim

Semua Enzim diberi nama menurut sistem yang dirancang oleh komisi
enzim (Enzyme Commission, EC) dari International Union of Pure and Applied
Chemistry (IUPAC), dan berdasarkan pada tipe reaksi yang dikatalis enzim
tersebut. setiap tipe enzim mempunyai empat digit nomor EC yang spesifik, serta
nama yang kompleks namun jelas dan bisa menepis kebingungan tentang enzim-
enzim yang mengkatalisis reaksi yang serupa tetapi tidak identik(Ngili dan
Ricardo, 2015)

Berikut kelas-kelas utama enzim:

Digit Kelas Enzim Tipe reaksi yang dikatalisis


Pertama EC
1 Oksodoreduktase Oksidasi-Reduksi. Pendonor hidrogen atau
elektron adalah salah satu substratnya.
2 Tranferase Transfer gugus Kimia dari bentuk umum
A-X+B→A+B-X
3 Hidrolase Pemotongan Hidrolitik pada C-C, C-N, C-O,
dan Ikatan Lainnya
4 Liase Pemotongan (Bukan Hidrolitik) pada C-C, C-
N, C-O, dan Ikatan Lainnya, meni ggalkan
ikatan rangkap; atau alternatifnya yakni
penambahan gugus pada suatu ikatan
rangkap.
5 Isomerase Perubahan penataan geometrid (Spasial)
suatu molekul.
6 Ligase Ligasi (menghubungkan) dua molekul
dengan mengikutsertakan hidrolisis senyawa
yang memiliki △G besar untuk hidrolisis.

C. Metabolisme Karbohidrat
1. Metabolisme

Metabolisme adalah segala proses reaksi kimia yang terjadi dalam


makhluk hidup, mulai dari makhluk ber sel satu yang paling sederhana seperti
bakteri protozoa, jamur, tumbuhan, hewan ; sampai kepada manusia, makhluk
yang susunan tubuhnya sangat kompleks. Didalam proses ini makhluk hidup
dapat mengubah, dan memakai senyawa kimia dari sekitarnya untyk
mempertahankan kelangsungan hidupnya(Wirahadikusuma, 1985)

Metabolisme meliputi proses sintesis dan proses penguraian senyawa atau


komponen kehidupan dalam sel hidup. Proses sintesis itu disebut anabolisme dan
proses penguraiannnya disebut proses katabolisme. Semua reaksi metabolisme
dikatalisis oleh enzim , termasuk reaksi yang sederhana seperti penguraian asam
karbonat menjadi air dan karbondioksida, proses pemasukan dan pengeluaran zat
kimia dari dan kedalam sel melalui membran; proses biosintesis protein yang
panjang dan rumit ataupun proses penguraian bahan makanan dalam sistem
pencernaan, penyerapan hasil penguraian tersebut, serta penyebaran keseluruh
bagian tubuh yang memerlukannya. Hal lain yang penting dari metabolisme
adalah peranannya dalam proses pengawaracunan atau detoksifikasi, yaitu
mekanisme reaksi pengubahan zat yang beracun menjadi senyawa tak beracun
yang dapat dikeluarkan dari tubuh.
Sebagai contoh dari metabolisme yaitu pada proses pencernaan makanan.
Sistem pencernaan pada hakekatnya merupakan saluran pipa panjang kenyal yang
berbelok-belok, mulai dari mulut sampai ke anus. Sebagaimana terlihat digambar:

Sumber: Wirahadikusuma, 1985


Gambar saluran pencernaan manusia
Polisakarida atau Karbohidrat, yang merupaka salah satu komponen utama
bahan makanan, diubah menjadi monosakarida. Protein , komponen utama
lainnya, diubah menjadi berbagai asam amino, sedangkan lipid menjadi asam
lemak dan gliserol. Dengan demikian pencernaan pada hakikatnya mempunyai
peranan menghasilkan molekul yang cukup kecil untuk dapat diserap oleh tubuh
melalui dinding usus halus, untuk selanjutnya dibawa oleh aliran darah untuk
disebarkan ke seluruh bagian tubuh yang memerlukannya.
Berikut ringkasan proses pencernaan karbohirat, protein, dan lipida.
2. Karbohidrat

Istilah karbohidrat pada awalnya digunakan untuk golongan senyawa yang


mengandung C, H, dan O yang dianalisis mempunyai rumus (CH2O)n, yaitu senyawa-
senyawa yang n atom karbonnya tampak terhidrasi oleh n molekul air. Senyawa-
senyawa ini memiliki sifat sebagai zat pereduksi karena mengandung gugus karbonil
seperti aldehida dan keton, dan memiliki gugus hidroksil dalam jumlah yang sangat
banyak. Saat ini, istilah karbohidrat mengacu pada polihidroxil-aldehida atau
polihidroxil-keton, atau senyawa-senyawa yang diturunkan dari gugus ini(Kuchel, 2006).

Terdapat dua jenis monosakarida sederhana, yaitu senyawa polihidroksilik yang


mengandung gugus fungsi karbonil: aldosa, yang mengandung gugus aldehida, dan
ketossa, yang mengandung gugus keton. Monosakarida sederhana juga dapat
digulongkan menurut jumlah atom karbon yang dikandungnya- triosa, tetrosa, pentosa,
heksosa, dan lain-lain, yang masing-masing mengandung tiga, empat, lima, atau enam
atom karbon. Kedua sistem penggolangan tersebut dapa digabungkan.

3. Metabolisme Karbohidrat

Setelah melewati proses penyerapan melalui dinding usus halus, sebagian


besar monosakarida dibawa oleh aliran darah ke hati. Didalam hati, monosakarida
mengalami proses sintesa menghasilkan glikogen, oksidasi menjadi CO2 dan H2O,
atau dilepaskan untuk dibawa dengan aliran darah ke bagian tubuh yang
memerlukannya. Sebagian lain dari monosakarida dibawa langsung ke sel
jaringan organ tertentu dan mengalami proses metabolisme lebih lanjut. Karena
pengaruh beberapa faktor dan hormon insulin yang dihasilkan oleh kelenjar
pankreas, hati dapat mengatur kadar glukosa dalam darah, bila kadar glukosa
dalam darah meningkat sebagai akibat naiknya proses pencernaan dan penyerapan
karbohidrat, sintesis glikogen dari glukosa oleh hati akan naik. Sebaliknya bila
kadar glukosa menurun, umpamanya akibat olahraga, glikogen diuraikan menjadi
glukosa untuk selanjutnya mengalami proses katabolisme menghasilkan
energi(Wirahadikusuma, 1985).
a. Biosintesis dan perombakan glikogen

Glukosa 6-fosfat dan glukosa 1-fosfat merupakan senyawa antara dalam proses
glikogenesis atau pembentukan glikogen dari glukosa. Proses kebalikannya,
penguraian glikogen menjadi glukosa yang disebut glikogenolisis, juga
melibatkan terjadinya kedua senyawa antara tersebut tetapi dengan jalur yang
berbeda. Senyawa antar UDP-glukosa (glukosa uridin difosfat) terjadi pada jalur
pembentukan tetapi tidak pada jalur penguraian glikogen. Demikian pula enzim
yang berperan dalam kedua jalur tersebut berbeda.

Sumber: Wirahadikusuma, 1985


Gambar jalan reaksi glikogenesis dan glikogenolisis, UTP = uridin trifosfat. ATP=
adenosin Trifosfat. ADP = adenosin difosfat. (P) = gugus fosfat anorganik. UDP-
glukosa = uridin difosfat glukosa, Enzim : E1 = fosforilase; E2 =
fosfoglukomutase; E3 = Fosfatase; E4 = glukokinase; E5 = pirofosforilase; E6 =
glikogen sintase. Ppi = asam pirofosfat.
b. Glikogenesis

Gugus fosfat dan energi yang diperlukan dalam reaksi pembentukan


glukosa 6-fosfat dari glukosa diberikan oleh enzim yang berperan sebagai
senyawa kimia berenergi tinggi. Sedang enzim yang mengkatalisisnya adalah
glukokinase. Selanjutnya, dengan fosfoglukomutase, glukosa 6-fosfat mengalamin
reaksi isomerisasi menjadi glukosa 1-fosfat.

Mekanisme reaksi glikogenesis juga merupakan jalur metabolisme umum


untuk biosintesis disakarida dan polisakarida. Dalam hal ini UDP-glukosa
bereaksi dengan fruktosa 6-fosfat, dikatalisis oleh sukrosa fosfat sintase,
membentuk sukrosa 6-fosfat, yang kemudian dengan enzim sukrosa fosfatase
dihidrolisis menjadi sukrosa.

c. Glikogenolisis

Tahap pertama penguraian glikogen adalah pembentukan glukosa 1-fosfat.


Reaksi ini tidak melibatkan UDP glukosa, dan enzimnya adalah glikogen
fosforilase. Selanjutnya glukosa 1-fosfat diubah menjadi glukosa 6-fosfat oleh
enzim yang sama seperti pada reaksi kebalikannya (glikogenesis) yaitu
fosfoglukomutase.

d. Pengaturan pembentukan dan penguraian glikogen

Enzim yang mengkatalis reaksi pembentukan dan enguraian glikogen


adalh masing-masing glikogen sintase dan glikogen fosforilase. Kerja kedua
enzim ini diatur oleh beberapa enzim lainnya secara bertahap dan terkoordinasi
sedemikian rupa sehinga kedua enzim tersebut dapat berada dalam keadaan
bentuk aktif atau tidak aktif. Bila glikogen sintase berada dalam bentuk aktif,
glikogen fosforilase berada dalam bentuk tak aktif, dan sebaliknya. Glikogen
sintase-I dan glikogen sintesa-D masing-masing adalah bentuk aktif dan tidak
aktif enzim pembentuk glikogen, sedangkan glikogen fosforilase-a dan
fosforilase-b masing-masing adalah bentuk aktif dan tak aktif dari enzim pengurai
glikogen.

Perubahan dari glikogen sintase-D ke glikogen sintase-I yang aktif terjadi


dengan cara pelepasan gugus fosfat yang terkandung dalam glikogen sintase-D
oleh enzim lain yaitu sintase fosfatase. Reaksi kebalikannya, yaitu perubahan dari
I ke D terjadi melalui proses fosforilasi sintase-I oleh ATP dan dikatalisis oleh
enzim sintesa kinase, menghasilkan ADP dan glikogen sintase-D. Sintase kinase
adalah enzim yang kerjanya dapat dihambat oleh insulin.

Kadar glukosa yang rendah dalam darah akan menimbulkan rangsangan


kepada kelenjar anak ginjal untuk mensekresi hormon epinefrin yang akan
mengurai ATP menjadi AMP melingkar dan PPi dengan cara mengaktifkan adenil
siklase.

e. Penguraian dan pembentukan glukosa

Proses penguraian glukosa menjadi piruvat, alkohol, laktat, atau CO2 dan air dapat
berlangsung melalui beberapa jalan metabolisme, tergantung dari keadaan
lingkungan, keadaan sel, atau keadaan jasadnya. Satu macam jasad hidup dapat
melakukan satu atau lebih metabolisme penguraian glukosa tergantung pada
diperlukan atau tidaknya proses penguraian tersebut.

Sumber: Wirahadikusuma, 1985


Gambaran umum proses pernafasan secara keseluruhan
f. Glikolisis dan glikoneogenesis

Dengan adanya oksigen (aerob), glikolisis berlangsung menghasilkan


piruvat, atau tanpa oksigen (anaerob) menghasilkan laktat. Glikolisis
menghasilkan dua senyawa karbohidrat beratom tiga dari senyawa beratom enam;
pada proses ini terjadi sintesis ATP dari ADP + Pi.

Sumber: Wirahadikusuma, 1985


Gambar Glikolisis (→) dan glikogenesis (--→) secara keseluruhan. Glukogenesis:
pembentukan glukosa dari piruvat
Bila glikolisis dimulai dari glukosa:

Reaksi tahap pertamanya adalah memasukkan satu gugus fosfat dalam


molekul glukosa menghasilkan satu gugus fosfat dalam molekul glukosa
menghasilkan glukosa 6-fosfat dengan katalis Mg2+. Reaksi kebalikannya dikatalis
oleh enzim glukosa 6-fosfatase.

Reaksi tahap kedua mengkatalisis isomerisasi glukosa 6-fosfat menjadi


fruktosa 6-fosfat, dikatalis oleh fosfoheksoisomerase yang juga mengkatalis reaksi
kebalikannya.

Reaksi tahap tiga adalah pemasukan gugus fosfat dri ATP, dikatalisis oleh
fosfofruktokinase dengan ion Mg2+ sebagai kofaktor menghasilkan fruktosa 1,6-
difosfat.

Reaksi tahap empat merupakan pemecahan senyawa karbohidrat beratom


enam menjadi senyawa beratom tiga, gliseraldehida 3-fosfat dan dihidroksiaseton
fosfat dengan dikatalis oleh enzim aldolase yang juga bekerja untuk reaksi
kebalikannya. Selanjutnya terjedai reaksi isomerisasi bolak-balik antara kedua
senyawa beratom tiga ini dikatalisis oleh triosafosfat isomerase.

Reaksi tahap lima merupakan perubahan gliseraldehida 3-fosfat menjadi


1,3-difosfogliserat. Reaksi ini dikatalis oleh enzim gliseraldehida 3-fosfat
dehidrogenase dan dirangkaikan dengan reaksi reduksi pembentukan NADH.

Reaksi tahap keenam ini dikatalis oleh enzim fosfogliserat kinase


menghasilkan asam 3-fosfogliserat. Reaksi tahap kelima dalam urutan tahap
glikolisis merupakan reaksi pertama yang menghasilkan energi.

Tahap ketujuh adalah isomerisasi asam gliserat 3-fosfat menjadi asam


gliserat 2-fosfat, dikatalis oleh fosfogliserat mutase. Selanjutnya di tahap kedelpan
enzim enolase melepaskan satu molekul H2O dari asam gliserat 2-fosfat
menghasilkan asam fosfoenol piruvat.

Reaksi tahap akhir glikolisis adalah pembentukan asam piruvat dari asam
enolpiruvat melalui senyawa antara enolpiruvat .
g. Glikolisis Anaerob

Dalam keadaan tanpa oksigen respirasi terhenti karena proses pengangkutan


elektron yang dirangkaikan dengan fosforilasi oksida melalui rantai pernafasan
yang menggunakan molekul oksigen sebagai penerima elektron terakhir tidak
berjalan. Akibatnya jalan metabolisme lingkar asam trikarboksilat (daur krebs)
akan terhenti pula sehingga piruvat tidak dapat masuk kedalam daur siklus krebs
malainkan dialihkan pemakaiannya yaitu diubah menjadi asam laktat
dehidrogenase.
DAFTAR PUSTAKA

Kuchel, P.H., dan Gregory B.R. 2006. Biokimia. Jakarta: Erlangga.

Ngili, Yohanis. 2009. Biokimia: struktur & fungsi Biomolekul. Yogyakarta :


Graha Ilmu.

Ngili, Y., dan Richardo U. 2015. Enzimologi : sifat, mekanisme, katalisis, dan
kinematika enzim. Yogyakarta : Innosain.

WirahadiKusumah, Muhamad. 1985. Biokimia: metabolisme energi, karbohidrat,


dan lipid. Bandung : ITB.
Metabolisme Glukosa Menjadi Aseton

Oleh :

Kelompok 7:

Aini Hafizah 1807113178

Irfan Alfandi 1807113204

Melyana Thoresia Manalu 1807113181

Muhammad Afdil 1807111742

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA S-1

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS RIAU

2019
Banyak usaha telah dilakukan untuk memanfaatkan bahan limbah yang kaya akan
selulose sebagai bahan pakan ternak atau sebagai sumber gizi (substrat) dalam proses
fermentasi yang mampu menghasilkan produk yang mempunyai nilai tambah,
misalnya asam amino, vitamin, asam, organik, dan larutan solven (aseton dan
etanoat), salah satunya proses secara simultan antara proses ensimatik dan proses
biologik, seperti pada gambar 1.1

Gambar 1.1 Proses perubahan lignocellulosic menjadi beberapa produk secara


simultan antara reaksi ensimatik dan reaksi biologik.

Dalam proses hidrolisis selulose dan hemiselulose yang merupakan komponen


utama limbah pertanian, akan menghasilkan beberapa campuran gula, misalnya d-
glukose dan xylose sebagai produk utama.
B.macerans,salah satu fakultatif bakteri anaerob yang mampu mengubah d-
glukose menjadi senyawa asetat, aseton, dan etanol melalui proses glikolisis dan
heterofermentasi. Adapun tipe fermentasi d-glukose oleh B.macerans ditandai adanya
dua fase: fase pertama merupakan fase pembentukan asam, dengan diikuti oleh
turunnya pH serta sel tumbuh secara exponential. Fase kedua disebut fase
pembentukan solven, terjadi kenaikan pH, karena sebagian asetat diubah menjadi
aseton. Karena ketersedian bahan dalam medium terbatas serta adanya produk yang
bersifat toksik, maka sel akan mengalami pertumbuhan yang tetap, yang akhirnya
akan berhenti.
Di samping fase pertumbuhan memengaruhi produk yang dihasilkan, ternyata
pH medium juga memengaruhi tipe produk yang dihasilkan dari proses fermentasi d-
glukose oleh B.macerans. Pada pH 6.0, akhir dari proses fermentasinya ditandai
dengan pertumbuhan sel yang mampu menghasilkan solven, sedangkan pada pH 7.0,
asam asetat merupakan produk utama dari proses fermentasi d-glukose.
Sebagai konsekuensi dari pengaruh pH serta perbedaan fase pertumbuhan
terhadap tipe fermentasi d-glukose oelh B.macerans, maka sangat dimungkinkan
adanya perbedaan dalam level aktivitas enzim pada proses fermentasi d-glukose
tersebut.

Analisa aktivitas enzim


Ensim yang berperan dalam proses fermentasi d-glukose oleh B.macerans
adalah:
Phosphotransacetylase: aktivitas enzim phosphotransacetyla dikur spektophoto-
meter pada suhu 25ºC, dengan mengukur kadar Coensim-A yang dibebaskan karena
adanya penambahan Acetyl co-A sebagai substrat.
Coensim-A transferase: pengukuran enzim coensim A transferase ditentukan dengan
pengukuran tidak langsung. Acetyl co-A yang terbentuk akan mengalami proses
pembebasan Co-A dengan adanya enzim phosphotrasacetylase dan arsenat. Co-A
yang dibebaskan akan ditentukan dengan DTNB 5.5’-dithiobis (2-nitro-benzoic acid)
Acetatkinase: aktivitas enzim acetatekinase ditentukan dengan mengukur kecepatan
terbentuknya senyawa ADP karena adanya pyruvatekinase dan lactatdehidrogenase.
Thiolase: enzim thiolase ditentukan berdasarkan reaksi thiolitik di mana acetoacetyl
co-A sebagai substrat. Aktivitas enzim tersebut diukur dengan memonitor penurunan
Co-A pada panjang gelombang 303 nm.
Glyceral dehyde-3-phosphodehydrogenase: metode yang dilakukan untuk analisis
enzim tersebut.
Hidrogenase: pengukuran enzim hidrogenase dilakukan pada kondisi anaerob.
Aktivitas enzim tersebut dilakukan dengan memonitor reaksi reduksi dari methil
viologen.
Pyruvat dehydrogenase: penentuan enzim pyruvat dehydrogenase pada dasarnya
sama dengan pengukuran enzim hydrogenase.
Acetaldehyde reductase dan ethanol dehydrogenase: metode pengukuran kedua
enzim tersebut.

Sesuai dengan tipe fermentasi d-glukose oleh B.macerans, yang terbagi dalam
2 fase: fase acidogenic ditandai dengan adanya proses pembentukan asetat serta
turunnya pH medium. Pada fase ini pula sel tumbuh secara exponential. Fase yang
kedua adalah fase solventogenic. Pada fase ini sel memanfaatkan sisa glukose yang
tersedia, serta senyawa asetat yang terbentuk untuk disintesis menjadi aseton dan
etanol.
Hasil dari proses fermentasi secara batch kultur, menunjukkan bahwa pH
medium sangat berhubungan dengan produk yang dihasilkan. Batch fermentasi pada
pH 6,0 akan menunjukkan bahwa sel mampu memproduksi aseton pada kadar yang
lebih tinggi dibandingkan pada pH 7,0. pada pH 7,0 tipe proses fermentasi d-glukose
ditandai dengan produksi asetat pada konsentrasi yang tinggi.
Dengan demikian, secara garis besar enzim yang berperan dalam proses
fermentasi d-glukose oleh B.macerans dibagi menjadi tiga kelompok: 1) enzim yang
berperan dalam proses glikolisis, 2) enzim yang memproduksi asam asetat, 3) enzim
yang mampu menghasilkan aseton dan etanol.

Aktivitas enzim karena perbedaan fase pertumbuhan sel


Enzim acetatekinase dan phosphotransacetylase pada fase pertumbuhan awal
mempunyai aktivitas yang tinggi daripada fase akhir pertumbuhan. Aktivitas enzim
phosphotransacetylase terjadi penurunan kira-kira sebesar 50% dari 540
µmole/min/mg protein pada awal pertumbuhan menjadi 250 µmole/min/mg protein
pada akhir pertumbuhan, sedangkan asetatkinase aktivitasnya menurun hanya sebesar
20% dari 52 µmole/min/mg protein menjadi 43µmole/min/mg.
Berbeda dengan enzim pembentuk asetat, ternyata enzim yang bertanggung
jawab pada pembentukan aseton dan etanol mempunyai tipe aktivitas yang
berlawanan. Enzim thiolase dan co-A transferase mempunyai aktivitas yang tinggi
pada fase akhir pertumbuhan dibanding dengan fase awal pertumbuhan. Thiolase
misalnya mempunyai aktivitas sebesar 2880 µmole/min/mg protein pada akhir
pertumbuhan (stationary growth), dan hanya 1120 µmole/min/mg protein pada
exponential growth. Begitu juga terjadi pada enzim aceto acetyl co-A transferase
secara berturut-turut mempunyai aktivitas sebesar 180 dan 50µmole/min/mg protein
pada akhir dan awal pertumbuhan.
Metabolisme Lipida dalam Hati
Metabolisme lipida dalam tubuh, hati memegang peranan yang penting sebab
di dalam organ ini terjadi proses sintesis TG, phosplipid, kolesterol, dan lipoprotein.
Juga, di sini terjadi oksidasi -β yang aktif, mengahsilkan energi bagi keperluan
berbagai proses metabolisme. Di samping itu, hati masih memiliki peranan yang unik
dalam metabolisme lipida, yakni kemampuannya membentuk senyawa-senyawa
keton (keton boddies), yang merupakan sumber energi bagi berbagai organ tubuh.
Pada keadaan-keadaan tertentu.
Asam lemak yang banyak disintesis di hati kemudian dierterifikasi menjadi
TG, phosplipid, dan kolesterol ester. Ketiga senyawa ini bersama-sama dengan
apoprotein selanjutnya membentuk VLDI (Very Low Density Lipoprotein) untuk
ditransport ke jaringan ekstrahepatik, di mana asam lemak dalam TG dibebaskan dari
TG tersebut, diesterifikasi kembali. Dengan demikian, hati menghasilkan asam-asam
lemak untuk dipakai sebagai sumber energi bagi jaringan-jaringan tubuh/disimpan di
jaringan lemak.
Selain VLDI, lipoprotein lain yang dibentuk oleh hati adalah HDL (High
Density Lipoprotein) yang berfungsi membantu metabolisme kilomikron dan VLDI.
Gambar 1.2 Pengaturan oksidasi asam lemak rantai panjang dalam hati

Ketogenesis
Ketone bodies (senyawa keton dalam tubuh) adalah hasil oksidasi asam lemak
yang tidak sempurna. Ketidakseimbangan hormonal terutama produksi insulin yang
tidak cukup untuk mengimbangi aktivitas glukagon di dalam tubuh memungkinkan
kondisi metabolisme yang cenderung mengarah ke produksi yang relatif banyak
ketone bodies yang disebut ketosis.
Pengertian lain Ketogenesis adalah pembentukan keton dari proses
glukoneogenesis yang berlangsung dalam hepar. Keton merupakan senyawaan asam
bilamana diproduksi berlebihan menyebabkan KETOASIDOSIS atau KETOSIS.
Kelainan ini banyak ditemukan pada penderita DM.

Seperti telah dijelaskan pada uraian terdahulu, asam lemak dioksidasi dan
dibelah menjadi ASETIL KOENZIM A, dan diikuti oleh oksidasi gugus asetil
melalui DAUR ASAM SITRAT (KREB’S CYCLE) pada sel yang sama. Proses
seperti ini banyak berlangsung dalam otot (baik otot lurik maupun otot jantung) yang
berguna untuk penyediaan energi.

Namun demikian di dalam hati dan ginjal, oksidasi asam lemak hanya sampai
pada pembentukan ASETOASETAT dengan proses sebagai berikut: Asetil KoA
bergabung dengan Asetoasetil KoA dan dikatalisasi enzim hidroksimetil glutaril KoA
sintetase membentuk 3-hidroksi-3-metilglutaril KoA dengan melepas satu molekul
Koenzim A, selanjutnya dibelah lagi oleh enzim hidroksi di atas menjadi Asetoasetat
dengan melepas satu molekul asetil KoA. Asetoasetat ( 3-OKSOBUTIRAT atau D-3-
HIDROKSIBUTIRAT) kemudian diangkut melalui peredaran, dan mengoksidasinya
lebih lanjut pada jaringan lain (OTOT dan OTAK).

COO- COO-
∣ ∣
CH2 CH2
∣ ∣
C=O H-C-OH
∣ ∣
CH3 CH3
3-OKSOBUTIRAT D-3 HIROKSOBUTIRAT

1. Asam lemak yang tersimpan di dalam sel-sel adipose dengan cepat dilepas ke
aliran darah. Alasan utama terjadinya hal ini adalah jika insulin sangat rendah di
dalam darah, karena insulin akan menghambat lipolisis, sebaliknya akan menyimpan
lemak. Pertambahan yang berlimpah dari asam lemak di dalam darah akan diambil
oleh hati.
2. Oksidasi asam lemak menjadi asetil-CoA mendominasi/melebihi sintesis asam
lemak di dalam hati.
3. Karena hati mengambil asam lemak dan memecahkannya menjadi asetil-CoA,
kapasitas siklus asam sitrat untuk memproses molekul-molekul asetil-CoA yang
dihasilkan menurun. Terutama hal ini karena metabolisme asam lemak menjadi asetil-
CoA menghasilkan banyak ATP, dan jumlah ATP yang tinggi akan memperlambat
aktivitas siklus asam sitrat di dalam sel-sel hati. Pada dasarnya, tidak perlu memakai
siklus asam sitrat (yang peranan utamanya mentransfer energi dari bahan bakar untuk
digunakan dalam sintesis ATP) jika sel-sel sudah memiliki banyak ATP. Perubahan-
perubahan metabolisme ini akan memicu sel-sel hati membentuk asetil-CoA dan
kemudian menyatukan dua molekul asetil-CoA menjadi senyawa yang mengandung
empat atom karbon. Senyawa ini kemudian dimetaboliser dan akhirnya disekresikan
ke dalam aliran darah sebagai ketone bodies seperti asam asetoasetat dan senyawa
sejenisnya asam beta-hidroksibutirat dan aseton. Kebanyakan ketone bodies akhirnya
akan diubah menjadi kembali ke asetil-CoA di dalam sel lain yang memakai ketone
bodies sebagai bahan bakar. Kemudian ketone bodies di tolakkan melalui siklus asam
sitrat. Salah satu ketone bodies yang terbentuk (aseton) meninggalkan badan melalui
paru-paru menyebabkan pernapasan seseorang sebagai karakteristik kondisi ketosis,
napas berbau seperti buah.

Ketosis pada keadaan lapar atau masa puasa


Jika seseorang dalam keadaan puasa, ketersediaan karbohidrat sangat rendah
sehingga produksi insulin juga sedikit. Karena rendahnya kadar insulin akan
menyebabkan asam lemak banyak terdapat di dalam darah dan akhirnya membentuk
ketone bodies. Jantung, otot, dan bagian tertentu dari buah pinggang menggunakan
ketone bodies sebagai bahan bakar. Sesudah beberapa hari dalam keadaan ketosis,
otak juga mulai memetaboliser ketone bodies untuk energi. Ini adalah suatu respon
penyesuaian (adaptive response) yang penting terhadap puasa. Karena semakin
banyak sel-sel tubuh mulai menggunakan ketone bodies untuk sumber energi,
kebutuhan akan glukosa sebagai sumber energi makin berkurang. Hal ini kemudian
mengurangi kebutuhan bagi buah pinggang dan hati untuk menghasilkan glukosa dari
asam amino, akan menghemat protein yang dimanfaatkan sebagai sumber energi.
Penghematan jumlah protein dengan cara seperti ini merupakan kunci utama
kemampuan utntuk melewati masa puasa atau keadaan lapar. Kematian dapat terjadi
bila kira-kira separoh dari protein tubuh berkurang, biasanya sesudah kira-kira 50-70
hari puasa total.

Proses Ketogenesis.
Proses ketogenesis merupakan proses pembentukan badan-badan keton di
mana proses ini terjadi akibat pemecahan lemak dan karbohidrat tidak seimbang.
Proses ketogenesis sering terjadi pada keadaan kelaparan dan DM yang tak
terkontrol.
Asetil KoA yang terbentuk pada oksidasi asam lemak akan memasuki daur
asam sitrat hanya jika pemecahan lemak dan karbohidrat terjadi secara berimbang.
Karena masuknya asetil KoA ke dalam daur asam sitrat tergantung pada tersedianya
oksaloasetat untuk pembentukan sitrat. Tetapi konsentrasi oksaloasetat akan menurun
jika karbohidrat tidak tersedia atau penggunaannya tidak sebagaimana mestinya.
Oksaloasetat dalam keadaan normal dibentuk dari piruvat.
Pada puasa atau diabetes, oksaloasetat dipakai untuk membentuk glukosa
pada jalur glukoneogenesis dan demikian tidak tersedia untuk kondensasi dengan
asetil KoA. Pada keadaan ini asetil KoA dialihkan kepembentukan asetoasetat dan D-
3hidroksibutirat. Asetoasetat, D- 3- hidroksibutirat dan Aseton disebut dengan zat
keton.
Asetoasetat dibentuk dari asetil KoA dalam tiga tahap. Dua molekul asetil
KoA berkondensasi membentuk asetoasetil KoA. Reaksi yang dikatalisis oleh tiolase
ini merupakan kebalikan dari tahap tiolisis pada oksidasi asam lemak. Selanjutnya
astoasetil KoA bereaksi dengan asetil KoA dan air untuk menghasilkan 3 - hidroksi-
3 – metilglutaril KoA ( HMG - KoA ) dan KoA. Kondensasi ini mirip dengan
kondensasi yang dikatalisis oleh sitrat sintase.Keseimbangan yang tidak
menguntungkan bagi pembentukan asetoasetil KoA diimbangi oleh reaksi ini, yang
keseimbangannya menguntungkan karena hidrolisis iaktan tioester. 3 - Hidroksi - 3 -
metilglutaril KoA kemudian terpecah menjadi asetil KoA dan asetoasetat. Hasil dari
keseluruhan reaksi adalah:
2 Asetil KoA + H20 Asetoasetat +2 KoA H+
3–Hidroksibutirat terbentuk melalui reduksi asetoasetat di matriks mitokondria.
Rasio hidroksibutirat terhadap astoasetat tergantung pada rasio NADH / NAD+ di
dalam mitokondria. Karena merupakan asam keto - β, asetasetat secara lambat
mengalami dekarboksilasi spontan menjadi aseton. Bau aseton dapat dideteksi dalam
udara pernafasan seseorang yang kadar asetoasetat dalam darahnya tinggi.
Asetoasetat adalah merupakan salah satu bahan bakar yang utama dalam
jaringan. Situs utama produksi asetasetat dan 3 - hidroksibutirat adalah hati.
Senyawa-seyawa ini berdifusi dari mitokondria hati ke dalam darah dan diangkut ke
jaringan perifer. Asetoasetat dan 3- hidroksibutirat merupakan bahan bakar normal
pada metabolisme energi dan secara kwantitatif penting sebagai sumber energi.
Otot jantung dan korteks ginjal menggunakan asetoasetat sebagai sumber
energi dibanding glukosa. Glukosa merupakan bahan bakar utama bagi otak dan sel
darah merah pada orang yang mempunyai gizi baik dengan diet seimbang. Akan
tetapi, otak dapat beradaptasi dan menggunakan asetoasetat dalam keadaan kelaparan
dan diabetes. Pada kelaparan berkepanjangan, 75% bahan bakar yang diperlukan oleh
otak didapat dari asetoasetat.
Asetoasetat dapat diaktifkan melalui pemindahan KoA dari suksinil KoA
dalam suatu reaksi yang dikatalisis oleh suatu koA transferase spesifik. Kemudian,
asetoasetil KoA dipecah oleh tiolase menjadi dua molekul asetil KoA, yang
selanjutnya memasuki daur asam sitrat. Hati dapat membekali organ-organ lain
dengan asetoasetat karena hati tidak memiliki KoA transferase spesifik ini.
Asam lemak dilepaskan oleh jaringan adiposa dan diubah menjadi unit- unit
astil oleh hati, yang kemudian mengeluarkannya sebagai asetoasetat. Kadar
asetoasetat yang tinggi dalam darah menandakan berlimpahnya unit asetil yang
menyebabkan berkurangnya laju lipolisis di jaringan adiposa.
Asetoasetat atau keton bodies yang diproduksi secara terus menerus akan di-
DEKARBOKSILASI sehingga terbentuk ASETON dan b-HIDROKSIBUTIRAT.
Kedua senyawaan inilah yang dikenal sebagai KETON BODIES. Produksi yang
meningkat dari asetoasetat atau keton bodies dalam darah menyebabkan penyakit
KETONEMIA, sedangkan proses pembentukan keton (KETOGENESIS) yang cepat
sehingga jumlahnya berlebihan akan dibuang bersama urin. Kadar senyawa keton
yang tinggi dalam urin dikenal sebagai KETONURIA, sedangkan penderitanya
dikenal mengalami gejala KETOSIS. Gejala ketosis sering disertai dengan gejala
ASIDOSIS, karena bersama oksibutirat juga terbentuk H+ yang menyebabkan pH
darah sangat asam.

Beberapa penyebab gejala ketonemia atau ketosis:

(1) Keadaan Kelaparan atau STARVATION,

(2) Penderita Diabetes mellitus, dan

(3) Diet Abnormal.

Karena tubuh kekurangan glukosa maka asam lemak akan digunakan secara
besar-besaran sehingga produksi aseton tinggi terjadilah Ketosis tersebut. Oleh
karenanya diet pada penderita DM harus dikendalikan ketat. Ciri ketosis adalah bau
mulut seperti aseton, terutama penderita DM tipe II (berat).
REAKSI REDUKSI

Oleh:

Angga Khorniawan 1807113382

Cici Meida Sari 1807111546

Rio Rifaldo 1807112645

Sunariyo 1807111677

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA S-1

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS RIAU

2018
REAKSI REDUKSI

Reaksi reduksi ialah reaksi pelepasan oksigen dan reaksi penangkapan


elektron.

H2O  H2 + O2 (reaksi pelepasan oksigen)

H2S  S+ 2H+ + 2e- (reaksi penangkapan elekton)

Reaksi reduksi juga merupakan reaksi penurunan bilangan oksidasi.

HNO3  NO
+5 +2

Senyawa yang mengalami reaksi reduksi disebut: Oksidator

Contoh reaksi reduksi dalam kehidupan sehari-hari:

Dalam kehidupan sehari-hari, Reaksi reduksi selalu dibarengi dengan


reaksi oksidasi. Contoh dari reaksi reduksi-oksidasi dalam kehidupan sehari-hari
adalah, sebagai berikut:

1. Pembakaran
Reaksi pembakaran pada dasarnya merupakan reaksi suatu zat dengan
oksidator, biasanya oksigen. Contoh: reaksi pembakaran gas metana yang
terkandung dalam LPG.
CH₄(g) + 2O₂(g) → CO₂(g) + 2H₂O(g)
2. Pengolahan logam dari bijihnya
Sebagian besar logam diperoleh dengan cara mereduksi bijihnya.
Contoh: pengolahan bijih besi.
Fe₂O₃(s) + 3CO(g) → 2 Fe(s) + 3CO₂(g)
3. Proses pemutihan
Zat pemutih adalah senyawa yang dapat digunakan untuk
menghilangkan warna benda, seperti pada tekstil, rambut, dan kertas.
Penghilangan warna terjadi melalui reaksi oksidasi. Oksidator yang biasa
digunakan adalah natrium hipoklorit (NaOCl) dan hidrogen peroksida (H₂O₂).
4. Pelapisan logam dengan logam lain
Pelapisan logam menggunakan listrik dikenal dengan
istilah electroplating. Electroplating biasanya dilakukan terhadap logam-
logam yang reaktif supaya tahan lama, terhindar dari korosi, dan memiliki
penampilan menarik. Misalnya sendok dan garpu makan dilapisi oleh logam
nikel atau bemper mobil dilapisi dengan logam kromium.
5. Pengawetan bahan makanan
Bahan makanan bisa rusak karena proses oksidasi. Misalnya mentega
dan minyak sayur jika dibiarkan lama akan berbau tengik. Untuk menghindari
proses oksidasi pada bahan makanan dapat ditambahkan zat antioksidan
misalnya BHA dan BHT.
6. Pembuatan biogas
Bakteri aerob bekerja terjadi reaksi oksidasi, sedangkan pada saat
bakteri anaerob bekerja terjadi reaksi reduksi. Bakteri anaerob bisa digunakan
untuk mereduksi senyawa-senyawa organik untuk dimanfaatkan pada proses
pembuatan biogas contohnya gas metana (CH₄).
7. Pengolahan limbah cair dengan lumpur aktif
Proses pengolahan limbah cair dilakukan melalui tiga tahap, yaitu
pengolahan secara fisik, kimiawi, dan biologis. Proses pengolahan secara
biologis dilakukan dengan memanfaatkan mikroorganisme sebagai agen
pengurai limbah. Mikroorganisme tersebut diperoleh dengan memanfaatkan
kerja lumpur aktif.
8. Sel Volta komersial
Sel Volta adalah sumber energi listrik siap pakai yang dikemas dalam
bentuk dan ukuran sesuai kegunaan. Sel Volta terdiri atas elektroda—anoda
dan katoda—tempat terjadinya reaksi redoks. Kedua elektroda ini dicelupkan
ke dalam zat kimia yang berperan sebagai medium aliran listrik dan sebagai
oksidator atau reduktor. Umumnya, sel Volta komersial berupa sel kering
baterai dan accumulator (accu). Jenis baterai bermacam-macam diantaranya
baterai seng-karbon, baterai litium, dan baterai nikel-kadmium (nicad).
9. Fotosintesis
Fotosintesis merupakan proses yang kompleks dan melibatkan
tumbuhan hijau, alga hijau atau bakteri tertentu yang mampu menggunakan
energi dalam cahaya matahari (cahaya ultraviolet) melalui reaksi redoks
menghasilkan oksigen dan gula.
10. Baterai Nikel Kadmium
Baterai nikel-kadmium merupakan jenis baterai yang dapat diisi ulang
seperti aki,baterai HP, dll. Anoda yang digunakan adalah kadmium, katodanya
adalah nikel danelektrolitnya adalah KOH. Reaksi yang terjadi:
anoda : Cd + 2 OH-→Cd(OH)2+ 2e
katoda : NiO(OH) + H2O→Ni(OH)2+ OH-
Potensial sel yang dihasilkan sebesar 1,4 volt.
11. Baterai alkali
Baterai alkali hampir sama dengan bateri karbon-seng. Anoda dan
katodanya samadengan baterai karbon-seng, seng sebagai anoda dan MnO2
sebagai katoda.Perbedaannya terletak pada jenis elektrolit yang digunakan.
Elektrolit pada bateraialkali adalah KOH atau NaOH. Reaksi yang terjadi
adalah:
anoda: Zn + 2 OH-→ZnO + H2O + 2e
katoda: 2MnO2+ H2O + 2e-→Mn2O3+ 2OH-
Potensial sel yang dihasilkan baterai alkali 1,54 volt. Arus dan tegangan pada
baterai alkali lebih stabil dibanding baterai karbon-seng.
12. Baterai perak oksida
Bentuk baterai ini kecil seperti kancing baju biasa digunakan untuk baterai
arloji,kalkulator, dan alat elektronik lainnya. Anoda yang digunakan adalah
seng,katodanya adalah perak oksida dan elektrolitnya adalah KOH. Reaksi
yang terjadi:
anoda : Zn→Zn2++ 2 e-
katoda : Ag2O + H2O + 2e→2Ag + 2 OH-
Potensial sel yang dihasilkan sebesar 1,5 volt.
13. Aki
Jenis baterai yang sering digunakan pada mobil adalah baterai 12 volt
timbal-asam yang biasa dinamakan Aki. Baterai ini memiliki enam sel 2 volt
yang dihubungkanseri. Logam timbal dioksidasi menjadi ion Pb2+ dan
melepaskan duaelektron di anoda. Pb dalam timbal (IV) oksida mendapatkan
dua elektron danmembentuk ion Pb2+ di katoda. Ion Pb2+bercampur dengan
ion SO42- dari asamsulfat membentuk timbal (II) sulfat pada tiap-tiap
elektroda. Jadi reaksi yang terjadiketika baterai timbal-asam digunakan
menghasilkan timbal sulfat pada keduaelektroda
.PbO2+ Pb + 2H2SO4→2PbSO4+ 2H2O
Reaksi yang terjadi selama penggunaan baterai timbal-asam bersifat
spontan dan tidak memerlukan input energi. Reaksi sebaliknya, mengisi ulang
baterai, tidak spontan karena membutuhkan input listrik dari mobil. Arus
masuk ke baterai dan menyediakan energi bagi reaksi di mana timbal sulfat
dan air diubah menjadi timbal (IV) oksida, logam timbal dan asam sulfat.
2PbSO4+ 2H2O→PbO2+ Pb + 2H2SO4
14. Baterai karbon-seng
Sering juga disebut sel kering karena tidak terdapat larutan nelektrolit,
yang menggantikannya adalah pasta semi padat. Pasta mangan(IV) oksida
(MnO2) berfungsi sebagai katoda. Amonium klorida(NH4Cl) dan seng klorida
(ZnCl2) berfungsi sebagai elektrolit. Seng pada lapisanluar berfungsi sebagai
anoda.Reaksi yang terjadi :
anoda : Zn→Zn2++ 2 e-
katoda : 2MnO2+ H2O + 2e-→Mn2O3+ 2OH-
Dengan menambahkan kedua setengah reaksi akan membentuk reaksi redoks
utama yang terjadi dalam sel kering karbon-seng.
Zn + 2MnO2+ H2O→Zn2++ Mn2O3+ 2OH-
Baterai ini menghasilkan potensial sel sebesar 1,5 volt. baterai ini bisa
digunakan untuk menyalakan peralatan seperti senter, radio, CD player,
mainan, jam dansebagainya.
15. Redoks dalam Fotografi
Film fotografi dibuat dari plastik yang dilapisi gelatin yang
mengandung milyaran butiran AgBr, yang peka terhadap cahaya. Ketika
cahaya mengenai butiran-butiran AgBr, terjadilah reaksi redoks sehingga ion
Ag+ tereduksi menjadi logamnya, dan ion Br- menjadi gas Bromin.
16. Pernapasan sel
Oksidasi glukosa (C6H12O6) menjadi CO2 dan reduksi oksigen
menjadi air. Persamaan ringkas dari pernapasan sel adalah:
C6H12O6 + 6 O2 → 6 CO2 + 6 H2O
17. Reaksi dalam sel bahan bakar
2H2+4OH-→4H2O+4e
O2(g)+2H2O+4e-→4OH-
Reaksitotal: 2H2(g)+O2(g)→2H2O(l)
18. Las karbits
Karbit (CaC2) digunakan dalam proses las karbit dan juga dapat
mempercepat pematangan buah. Persamaan reaksi Kalsium Karbida dengan
air adalah:
CaC2 + 2 H2O → C2H2 + Ca(OH)2
Karena itu CaC2 menghasilkan asetilen yang kemudian dibakar untuk
menghasilkan panas yang diperlukan dalam pengelasan.
19. Pada perkaratan besi
Pada peristiwa perkaratan (korosi), logam mengalami oksidasi,
sedangkan oksigen (udara) mengalami reduksi. Rumus kimia dari karat besi
adalah Fe2O3 . xH2O => berwarna coklat-merah.
Korosi merupakan proses elektrokimia. Pada korosi besi, bagian tertentu dari
besi itu berlaku sebagai anode, dimana besi mengalami oksidasi.
Fe(s) —–> Fe2+(aq) +2e ………….. E=+0,44V
O2(g) + 2H2O(l) +4e ——–> 4OH- ……. E=+0,40V
Ion besi (II) yg terbentuk pd anode selanjutnya teroksidasi membentuk ion
besi (III) yg kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi, Fe2O3 . xH2O,
yaitu karat besi.
20. Penyapuhan emas
Dalam proses penyepuhan dengan emas reaksi yg terjadi adalah
reduksi ion-ion emasmenjadi logamnya,
Au+ + e- -> Au atau Au3+ + 3e- -> Au2.

21. Peleburan biji logam


Untuk besi, reaksi totalnya adalah
2Fe2O3 + 3C -> 4Fe + 3CO2 Fe2O3
adalah bijih besi (hematit) dengan kokas (karbon/C) sebagai reduktor.
22. Dalam sistem biosensor
Sistem biosensor berupa alat pengukur kadar gula dan kolesterol
berbasis enzim didalam tanah untuk keperluan medis yang menggunakan
teknologi film tebal (thick film). Alat Pengukur kadar gula dan kolesterol
dalam darah bekerja menggunakan prinsip elektrokimia amperometrik. Prinsip
kerja deteksi dari alatini didasari pada reaksi yang terjadi antara enzim glucose
oxidase dan cholesterol oxidase dengan sample darah yang diukur. Proses
reaksi kimiawi ini menghasilkan aliran arus listrik yang kemudian diproses
oleh signal conditioning dan data akusisi. Hasil proses ini merupakan besar
kadar gula dan kolesterol didalam darah. Peralatan ini bersifat portable,
kompak dan berdaya rendah
23. Pengolahan Alumunium
Cara memperoleh aluminium dengan elektrolisistidak berhasil karena
apabila larutan garam alumunium dihidrolisis, air lebih mudah direduksi
daripada Ion Alumunium. Hal ini menyebabkan gas Hidrogen yang terbentuk
di anoda dan bukannya Alumunium.
24. Pengolahan Magnesium
Ion magnesium diendapkan dari air laut sebagai hidroksida, kemudian
Mg(OH)2 diubah menjadi kloridanya dengan cara mereduksinya dengan asam
klorida. Setelah airnya menguap, MgCl2 dilelehkandan dielektrolisis.
Magnesium dihasilkan di katoda dan Klor di Anoda.
Daftar Pustaka

Mc. Murry, Jhon, dan Robert C.F., 1998. Kimia(Terjemahan) Edisi Kedua.
Erlangga: Jakarta.

Syukri, S., Kimia Dasar 1, Penerbit ITB, Bandung, 1999


Syukri, S., Kimia Dasar 2, Penerbit ITB, Bandung, 1999
Enzim dan Enzim pada Protein

I. Teori Enzim

A. Pengertian
Enzim adalah protein yang dihasilkan oleh sel hidup yang mempengaruhi reaksi
kimia. Ditinjau dari fungsinya enzim merupakan katalis dalam sistem biologi. Katalis
adalah molekul yang berfungsi mempercepat reaksi kimia. Hampir semua enzim
merupakan protein. Dua sifat penting enzim adalah memiliki daya katalitik yang sangat
besar dan sangat spesifik.

B. Daya katalitik enzim


Daya katalitik enzim sangat besar, yaitu mampu mempercepat reaksi kimia
minimal sejuta kali. Tanpa enzim, kecepatan sebagian besar reaksi kimia di dalam sistem
biologi sangatlah rendah sehingga tak dapat diukur. Bahkan reaksi yang sederhana
sekalipun seperti hidrasi CO2 harus dikatalisis oleh enzim karbonat anhidrase.

Karbonat anhidrase

CO2 + H2O―――――――――→H2CO3
C. Spesifitas enzim
Enzim sangat spesifik, baik terhadap terhadap jenis reaksi yang dikatalisisnya maupun
terhadap substrat atau reaktan yang diolahnya. Gambaran spesifitas enzim\tercantum pada
Gambar di ba wah ini. Satu enzim biasanya mengkatalisis sat u jenis reaksi kimia saja, atau
seperangkat reaksi yang sejenis. Dalam reaksi enzimatik sangat jarang terjadi reaksi
sampingan yang menyebabkan terbentuknya hasil sampin gan yang tak berguna.
Gambar Model spesifitas enzim terhadap substrat dan reaksi tertentu
Kompleks enzim-substrat
Sebagian besar daya katalitik enzim berasal dari kemampuan enzim menempatkan
substrat ke dalam kedudukan yang menguntungkan pada kompleks enzim-sub strat.
Enzim memiliki situs aktif, yaitu tempat tertentu pada molekul enzim untuk men gikat
substrat. Emil Fischer mengumpamaka n substrat dan situs aktif sebagai anak kunci da n
kunci. Lihat Gambar di bawah ini untuk ilustrasi yang lebih jelas.

Gambar Kompleks enzim-substrat

D, Klasifikasi enzim

Enzim diklasifikasikan berdasarkan tipe reaksi dan mekanisme reaksi yang


dikatalisis. Pada awalnya hanya ada beberapa enzim yang dikenal, dan kebanyakan
mengkatalisis reaksi hidrolisis ikatan kovalen. Semua enzim ini diidentifikasi dengan
menambahkan akhiran –ase pada nama substansi atau substrat tempat enzim bekerja
(dihidrolisis).

Secara ringkas, sistem penamaan enzim menurut IUB dijelaskan sebagai berikut:
1. Reaksi dan enzim yang mengkatalisis membentuk 6 kelas, masing-masing mempunyai
4- 13 subkelas
2. Nama enzim terdiri atas 2 bagian, pertama menunjukkan substrat dan kedua ditambah
dengan –ase yang menunjukkan tipe reaksi yang dikatalisis. Contoh: heksosa isomerase
(substrat: heksosa dengan reaksi isomerase).

3. Jika diperlukan, ditambah dengan informasi tambahan tentang reaksi dalam tanda
kurung di bagian akhir nama. Contoh: 1.1.1.37 L-malat:NAD + oksidoreduktase
(dekarboksilasi).
4. Setiap enzim mempunyai nomor kode (EC) yang terdiri atas:

- Digit pertama : kelas tipe reaksi


- Digit kedua : subkelas tipe reaksi
- Digit ketiga : sub-subkelas tipe reaksi
- Digit keempat : untuk enzim spesifik
:

E Cara kerja Enzim

1. Sisi aktif enzim


Karakteristik sisi aktif enzim:
1. Merupakan bagian kecil dari enzim (Mengapa enzim harus memiliki ukuran besar?)
2. Sisi aktif merupakan suatu cekukan yang bersifat 3 dimensi.
3. Substrat terikat pada sisi aktif dengan interaksi atau ikatan yang lemah.
4/ Spesifitas enzim dipengaruhi oleh asam amino yg menyusun sisi aktif suatu enzim

\Gambar sisi aktif enzim dan asam amino yang terlibat


Sisi aktif mempunyai 2 bagian yang penting:

1. Bagian yang mengenal substrat dan kemudian mengikatnya


2. Bagian yang mengkatalisis
ngkatalisis reaksi, setelah substrat diikat oleh enzim
Asam amino yang membentuk kedua bagian tersebut tidak harus berdekatan dalam urutan
secara linear, tetapi dalam konformasi 3D mereka berdekatan.

2.. Mekanisme reaksi enzim


Molekul selalu bergerak dan bertumbukan satu sama lain. Jika suatu molekul substrat
menumbuk molekul enzim yang tepat, substrat akan menempel pada enzim. Ada dua teori
mengenai kerja enzim, yaitu teori lock and key (gembok – ana k kunci) dan induced fit
(kecocokan terinduuksi).
uksi).
Berikut mekanisme cara kerja enzim:

1. Teori Gembok - anak kunci


Bentuk substra t sesuai dengan sisi aktif, seperti gembok cocok dengan anak
kuncinya. Hal itu menyebabkan enzim bekerja secara spesifik. Substrat yang mempuyai
me
bentuk rua ng yang sesuai dengan sisi aktif enzim akan berkaitan dan membentuk kompleks
transisi enzim – substrat. Senyawa transisi i ni tidak stabil sehingga pembentuka n produk
berlangsung dengan sendirinya.
2. Teori Induced Fit (Koshland)
Reaksi antara substrat dengan enzim berlangsung karena adanya induksi molekul
substrat terhadap molekul enzim. Menurut teori ini, sisi aktif enzim bersifat fleksibel dalam
menyesuaikan struktur sesuai dengan struktur substrat. Ketika substrat memasuki sisi aktif
enzim, maka enzim akan terinduksi dan kemudian mengubah bentuknya sedikit sehingga
mengakibatkan perubahan sisi aktif yang semula tidak cocok menjadi cocok (fit). Kemudian
terjadi pengikatan substrat oleh enzim, yang selanjutnya substrat diubah menjadi produk.
Produk kemudian dilepaskan dan enzim kembali pada keadaan semula, siap untuk mengikat
substrat baru.
Enzim dapat bekerja dengan beberapa cara, yang kesemuanya menurunkan ΔG ‡:

1. Menurunkan energi aktivasi dengan menciptakan suatu lingkungan yang mana keadaan
transisi terstabilisasi (contohnya mengubah bentuk substrat menjadi konformasi keadaan
transisi ketika ia terikat dengan enzim.)
2. Menurunkan energi keadaan transisi tanpa mengubah bentuk substrat dengan menciptakan
lingkungan yang memiliki distribusi muatan yang berlawanan dengan keadaan transisi.
3. Menyediakan lintasan reaksi alternatif. Contohnya bereaksi dengan substrat sementara
waktu untuk membentuk kompleks Enzim-Substrat antara.
4 Menurunkan perubahan entropi reaksi dengan menggiring substrat bersama pada orientasi
yang tepat untuk bereaksi. Menariknya, efek entropi ini melibatkan destabilisasi keadaan
dasar, dan kontribusinya terhadap katalis relatif kecil.

II. Enzim pada Protein

Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti “yang paling utama”) adalah
senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-
monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Molekul
protein mengandung karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan kadangkala sulfur serta fosfor.
Protein berperan penting dalam struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup dan virus.
Kebanyakan protein merupakan enzim atau subunit enzim. Jenis protein lain berperan
dalam fungsi struktural atau mekanis, seperti misalnya protein yang membentuk batang dan
sendi sitoskeleton. Protein terlibat dalam sistem kekebalan (imun) sebagai antibodi, sistem
kendali dalam bentuk hormon, sebagai komponen penyimpanan (dalam biji) dan juga dalam
transportasi hara. Sebagai salah satu sumber gizi, protein berperan sebagai sumber asam
amino bagi organisme yang tidak mampu membentuk asam amino tersebut (heterotrof).
Protein merupakan salah satu dari biomolekul raksasa, selain poliskarida, lipid, dan
polinukleotida, yang merupakan penyusun utama makhluk hidup. Selain itu, protein
merupakan salah satu molekul yang paling banyak diteliti dalam biokimia. Protein ditemukan
oleh Jons Jakob berzelius pada tahun 1838.
Biosintesis protein alami sama dengan ekspresi genetik. Kode genetik yang dibawa
DNA ditranskripsi menjadi RNA, yang berperan sebagai cetakan bagi translasi yang
dilakukan ribosom. Sampai tahap ini, protein masih “mentah”, hanya tersusun dari asam
amino proteinogenik. Melalui mekanisme pascatranslasi, terbentuklah protein yang memiliki
fungsi penuh secara biologi.
Macam asam amino
Ada 20 macam asam amino, yang masing-masing ditentukan oleh jenis gugus R atau
rantai samping dari asam amino.Jika gugus R berbeda maka jenis asam amino
berbeda.Contohnya ada pada Gambar 2.2.Dari gambar tersebut tampak bahwa asam amino
serin, asam aspartat dan leusin memiliki perbedaan hanya pada jenis gugus R saja.
1) Alanin (alanine) 20) Valin (Valine)
2) Arginin (arginine)
3) Asparagin (asparagine)
4) Asam aspartat (aspartic acid)
5) Sistein (cystine)
6) Glutamin (Glutamine)
7) Asam glutamat (glutamic acid)
8) Glisin (Glycine)
9) Histidin (histidine)
10) Isoleusin (isoleucine)
11) Leusin (leucine)
12) Lisin (Lysine)
13) Metionin (methionine)
14) Fenilalanin (phenilalanine)
15) Prolin (proline)
16) Serin (Serine)
17) Treonin (Threonine)
18) Triptofan (Tryptophan)
19) Tirosin (tyrosine)
1. Pemecahan Protein (Katabolisme Protein)
Enzim-enzim yang menguraikan golongan protein disebut proteinase/protease. Protease
adalah enzim yang berfungsi untuk menghidrolisis ikatan peptida dari senyawa-senyawa
protein dan diurai menjadi senyawa lain yang lebih sederhana (asam amino). Protease yang
dipakai secara komersial seperti serine, protease, dan metalloprotease biasanya berasal dari
Bacillus subtilis yang mempunyai kemampuan produksi dan sekresi enzim yang tinggi.
Contoh dari enzim protease adalah sebagai berikut:
1. Enzim peptidase adalah enzim yang berfungsi mengurai senyawa peptide menjadi
senyawa asam amino.
2. Enzim renin adalah enzim yang berfungsi mengurai senyawa kasein dan susu.
3. Enzim tripsin adalah enzim yang berfungsi mengurai pepton menjadi senyawa asam
amino.
4. Enzim galaktase adalah enzim yang berfungsi mengurai senyawa gelatin.
5. Enzim entrokinase adalah enzim yang berfungsi mengurai senyawa pepton menjadi
sentawa asam amino.
Dalam memecah protein, protease dibantu oleh proenzim berikut:

1. Prokarboksipeptidase menguraikan asam amino dari ujung karboksil polipeptida.

2 Kimotripsinogen menguraikan ikatan peptida menjadi asam amino methionine, tryptophan,


tyrosine, asparagine, phenylalani,dan Histidine..

3. Tripsinogen menguraikan ikatan peptida menjadi asam amino arginine dan lysine.

4. Proelastase dan collagenase menguraikan polipeptida menjadi tripeptida dan polipeptida


yang lebih kecil.

2. Sintesis Protein (Anabolisme Protein)


Secara garis besar, DNA sebagai bahan genetis mengendalikan sifat individu melalui
proses sintesis protein. Ada dua kelompok protein yang dibuat ADN, yaitu protein struktural
dan protein katalis. Protein struktural akan membentuk sel, jaringan, dan organ hingga
penampakan fisik suatu individu. Inilah yang menyebabkan ciri fisik tiap orang berbeda satu
sama lain. Protein katalis akan membentuk enzim dan hormon yang berpengaruh besar
terhadap proses metabolisme, dan akhirnya berpengaruh terhadap sifat psikis, emosi,
kepribadian, atau kecerdasan seseorang.

Proses sintesis protein dapat dibedakan menjadi dua tahap. Tahap pertama adalah transkripsi
yaitu pencetakan ARNd oleh ADN yang berlangsung di dalam inti sel. ARNd inilah yang akan
membawa kode genetik dari ADN. Tahap kedua adalah translasi yaitu penerjemahan kode
genetik yang dibawa ARNd oleh ARNt.

1. Transkripsi
Langkah transkripsi berlangsung sebagai berikut:
1. Sebagian rantai ADN membuka, kemudian disusul oleh pembentukan rantai ARNd.
Rantai ADN yang mencetak ARNd disebut rantai sense/template. Pasangan rantai
sense yang tidak mencetak ARNd disebut rantai antisense.
2. Pada rantai sense ADN didapati pasangan tiga basa nitrogen (triplet) yang disebut
kodogen. Triplet ini akan mencetak triplet pada rantai ARNd yang disebut kodon.
Kodon inilah yang disebut “kode genetika” yang berfungsi mengkodekan jenis asam
amino tertentu yang diperlukan dalam sintesis protein. Selanjutnya boleh dikatakan
bahwa ARNd atau kodon itulah yang merupakan kode genetika. Lihat daftar kodon
dan asam amino yang dikodekannya di bawah ini.
3. Setelah terbentuk, ARNd keluar dari inti sel melalui pori-pori membran inti menuju ke
ribosom dalam sitoplasma.

Untuk setiap satu molekul protein yang dibentuk akan selalu dimulai dengan kodon inisiasi
atau kodon start yaitu AUG yang mengkodekan asam amino metionin. Jika satu molekul
protein telah terbentuk akan selalu diakhiri dengan tanda berupa kodon stop atau kodon
terminasi, yaitu UGA, UAA, atau UAG (lihat daftar di atas).

2. Translasi

ARNt memiliki triplet yang merupakan pasangan kodon dan disebut antikodon. Setiap
ARNt hanya dapat mengikat satu jenis asam amino sesuai yang dikodekan oleh kodon. Jadi
dalam translasi terjadi penerjemahan kode genetik yang dibawa ARNd (kodon) oleh ARNt
(antikodon) dengan cara ARNt mengikat satu asam amino yang sesuai.

Setelah ARNd keluar dari dalam inti, selanjutnya ia bergabung dengan ribosom dalam
sitoplasma. Langkah berikutnya adalah penerjemahan kode genetik (kodon) yang dilakukan
oleh ARNt. Caranya, ARNt akan mengikat asam amino tertentu sesuai yang dikodekan oleh
kodon, lalu membawa asam amino tersebut dan bergabung dengan ARNd yang telah ada di
ribosom. Langkah tersebut dilakukan secara bergantian oleh banyak ARNt yang masing-
masing mengikat satu jenis asam amino yang lain. Setelah asam amino dibawa ARNt
bergabung dengan ARNd di ribosom, selanjutnya akan terjadi ikatan antar asam amino
membentuk polipeptida. Protein akan terbentuk setelah berlangsung proses polimerisasi.
Dalam Sintesis Protein, Teradapat enzim yang berperan sebagai berikut:

1. Enzim DNA Helikase


Enzim DNA Helikasi membuka dua untai DNA, memperlihatkan untai template, yang akan
mengkode untuk RNA yang akan ditranskripsi.
2. Enzim RNA polimerase
Enzim Rberikatan dengan untai cetakan, bergerak sepanjang dan mensintesiskan untai RNA
(mRNA) yang melengkapi untai DNA template. Setiap nukleotida tunggal DNA akan
mengkode untuk satu nukleotida RNA yang akan ditambahkan ke untai mRNA.
DAFTAR PUSTAKA

Halimah, dkk. 2010. Bahan Ajar Biokimia. Bengkulu: Politeknik Kesehatan Bengkulu.
Azhar, Minda. 2016. Biomolekul Sel: Karbohidrat, Protein, dan Enzim. Padang: UNP Press.
Enzim dan Enzim pada Protein

Oleh:

Angga Khorniawan 1807113382

Cici Meida Sari 1807111546

Rio Rifaldo 1807112645

Sunariyo 1807111677

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA S-1

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS RIAU

2019
Asam Malat

 Proses penguraian karbohidrat menjadi piruvat. Juga disebut jalur metabolisme Emden-
Meyergoffdan sering diartikan pula sebagai penguraian glukosa menjadi piruvat. Proses ini
terjadi dalam sitoplasma. Glikolisis anaerob: proses penguraian karbohidrat menjadi laktat
melalui piruvat tanpa melibatkan oksigen.
 Proses penguraian glukosa menjadi CO 2 dan air seperti juga semua proses oksidasi.
Energi yang dihasilkan dari proses penguraian glukosa ini adalah 690 kilo-kalori (kkal).
 Jumlah energi ini sebenarnya jauh lebih besar daripada jumlah energi yang dapat
disimpan secara sangkil dalam bentuk energi kimia ATP yang dihasilkan dalam proses
penguraian tersebut.
 Dengan adanya oksigen (dalam suasana aerob), glikolisis menghasilkan piruvat, atau
tanpa oksigen (glikolisis anaerob) menghasilkan laktat. Glikolisis menghasilkan dua senyawa
karbohidrat beratom tiga dari satu senyawa beratom enam; pada proses ini terjadi sintesis ATP
dari ADP + Pi. Gambar 13 me-nunjukkan proses glikolisis secara keselurhan.
 Seperti halnya reaksi dengan glukokinase (reaksi tahap pertama) dan fosfofruktokinase
(reaksi tahap ketiga), reaksi dengan piruvat kinase ini juga merupakan reaksi yang tidak
reversibel, sehingga merupakan salah satu tahap reaksi pendorong glikolisis.

 Reaksi kebalikannya yang merupakan reaksi tahap pertama glukoneogenesis merupakan


suatu reaksi yang kompleksyang melibatkan beberapa enzim dan organel sel yaitu mitokondrion,
yang diperlukan untuk terlebih dahulu mengubah piruvat menjadi malat sebelum terbentuknya
fosfoenol piruvat.
 Pada jalan metabolisme ini, piruvat diangkut kedalam mitokondria dengan cara
pengangkutan aktif melalui membran mitokondrion. Selanjutnya piruvat bereaksi dengan CO 2
menghasilkan asam oksalasetat.
 Reaksi ini dikatalis oleh piruvat karboksilase (enzim yang terdapat pada mitokondria
tetapi tidak terdapat pada sitoplasma), dan memerlukan koenzim biotin dan kofaktor ion maggan,
serta ATP sebagai sumber energi.
 Dalam mekanisme reaksinya, biotin (sebagai gugus biotinil) yang terikat pada gugus
lisina dari piruvat karboksilase, menarik CO 2 atau HCO 3 dalam mitokondrion kemudian
mengkondensasikan dengan asam piruvat ( dengan bantuan ATP dan Mn -2) menghasilkan asam
oksalasetat.
 Asam oksalasetat kemudian direduksi menjadi asam malat oleh NADH dan dikatalis
malat dehidrogenase. Asam malat diangkut keluar mitokondria dengan cara pengangkutan aktif
melalui membran mitokondrion yang kemudian dioksidasi kembali menjadi asam oksalasetat
oleh NAD + dan malat dehidrogenase yang terdapat dalam sitoplasma.

Malat dehidrogenase
Asam oklalasetat + NADH Asam Malat + NAD+

Merupakan reaksi yang reversible sehingga untuk menghentikan reaksi tsb. Menggunakan inhibitor
Glutamat. Inhibitor akan berikatan dengan senyawa pada memberan mitokondria lalu kompleks ini akan
berikatan dengan malat dehidrogenasi sehingga Asam Oksalasetat akan menghasilkan asam Malat dan
Asam Malat tidak akan kembali menjadi Asam oksalasetat
DAFTAR PUSTAKA

Azhar, Minda. 2016. Biomolekul Sel: Karbohidrat, Protein, dan Enzim. Padang: UNP Press.
ASAMA MALAT

Oleh:

Angga Khorniawan 1807113382

Cici Meida Sari 1807111546

Rio Rifaldo 1807112645

Sunariyo 1807111677

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA S-1

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS RIAU

2019
KELOMPOK 4 TEKNIK KIMIA S1-B
Annisa Salsabillah Nasution (1807113452)
Brastian Natan (1807113114)
Eka Novrian Saputra (1807113195)
Yara Pra Adha (1807113189)

Reaksi Reduksi dan Reaksi Oksidasi pada Metabolisme

Reaksi oksidasi adalah suatu reaksi yang melibatkan oksigen dengan


pelepasan elektron dari satu atom atau senyawa, sebaliknya reaksi reduksi adalah
suatu reaksi yang melibatkan oksigen dengan penambahan elektron dari satu atom
atau senyawa.

Di dalam sel, kedua reaksi tersebut terjadi secara bersamaan (simultan),


artinya jika elektron dipindahkan dari molekul sebagai pemberi (donor) elektron
maka ada molekul lain yang bertindak sebagai penerima (akseptor) elektron.
Dengan demikian, donor elektron menjadi molekul yang teroksidasi sedangkan
akseptor menjadi molekul yang tereduksi. Reaksi simultan antara oksidasi dan
reduksi disebut dengan reaksi redoks.
CONTOH REAKSI REDOKS

Dalam Bidang Industri

1. Baterai Karbon Seng

Baterai yang murah ini adalah sel galvani karbon-seng, dan terdapat beberapa
jenis, termasuk standard dan alkaline. Jenis ini sering juga disebut sel kering
karena tidak terdapat larutan elektrolit, yang menggantikannya adalah pasta semi
padat.

Gambar 2. Baterai Karbon-Seng


Pasta mangan(IV) oksida (MnO2) berfungsi sebagai katoda. Amonium
klorida (NH4Cl) dan seng klorida (ZnCl2) berfungsi sebagai elektrolit. Seng pada
lapisan luar berfungsi sebagai anoda.
Reaksi yang terjadi :

anoda : Zn ‡ Zn2+ + 2 e-
katoda : 2MnO2 + H2O + 2e-‡ Mn2O3 + 2OH-

Dengan menambahkan kedua setengah reaksi akan membentuk reaksi redoks


utama yang terjadi dalam sel kering karbon-seng.

Zn + 2MnO2 + H2O ‡ Zn2+ + Mn2O3 + 2OH-

Baterai ini menghasilkan potensial sel sebesar 1,5 volt. Baterai ini bias
digunakan untuk menyalakan peralatan seperti senter, radio, CD player, mainan,
jam dan sebagainya.

Dalam Biologi

Banyak proses biologi yang melibatkan reaksi redoks. Reaksi ini berlangsung
secara simultan karena sel, sebagai tempat berlangsungnya reaksi-reaksi biokimia,
harus melangsungkan semua fungsi hidup. Agen biokimia yang mendorong
terjadinya oksidasi terhadap substansi berguna dikenal dalam ilmu pangan dan
kesehatan sebagai oksidan. Zat yang mencegah aktivitas oksidan disebut
antioksidan.
Pernapasan sel, contohnya, adalah oksidasi glukosa (C6H12O6) menjadi CO2
dan reduksi oksigen menjadi air. Persamaan ringkas dari pernapasan sel adalah:

C6H12O6 + 6 O2 → 6 CO2 + 6 H2O


Proses pernapasan sel juga sangat bergantung pada reduksi NAD+ menjadi
NADH dan reaksi baliknya (oksidasi NADH menjadu NAD+). Fotosintesis secara
esensial merupakan kebalikan dari reaksi redoks pada pernapasan sel:

6 CO2 + 6 H2O + light energy → C6H12O6 + 6 O2

Energi biologi sering disimpan dan dilepaskan dengan menggunakan reaksi


redoks. Fotosintesis melibatkan reduksi karbon dioksida menjadi gula dan
oksidasi air menjadi oksigen. Reaksi baliknya, pernapasan, mengoksidasi gula,
menghasilkan karbon dioksida dan air. Sebagai langkah antara, senyawa karbon
yang direduksi digunakan untuk mereduksi nikotinamida adenina dinukleotida
(NAD+), yang kemudian berkontribusi dalam pembentukan gradien proton, yang
akan mendorong sintesis adenosina trifosfat (ATP) dan dijaga oleh reduksi
oksigen. Pada sel-sel hewan, mitokondria menjalankan fungsi yang sama. Lihat
pula Potensial membran.
Istilah keadaan redoks juga sering digunakan untuk menjelaskan
keseimbangan antara NAD+/NADH dengan NADP+/NADPH dalam sistem
biologi seperti pada sel dan organ. Keadaan redoksi direfleksikan pada
keseimbangan beberapa set metabolit (misalnya laktat dan piruvat, beta-
hidroksibutirat dan asetoasetat) yang antarubahannya sangat bergantung pada
rasio ini. Keadaan redoks yang tidak normal akan berakibat buruk, seperti
hipoksia, guncangan (shock), dan sepsis.

Kiri : asam dehidroaskorbat (bentuk teroksidasi vitamin C)


Kanan : asam askorbat (bentuk tereduksi vitamin C)
METABOLISME MENGHASILKAN ASPARTAT

A. Metabolisme Asam Amino


Peran utama dari asam amino yaitu sebagai substrat dalam sintesis protein.
Asam amino berfungsi sebagai prekursor dari berbagai jenis molekul kecil yang
memiliki peran biologis yang penting dan beragam. Dalam hal ini, asam amino
yang baru disintesis diaktifkan oleh kovalen lampiran tRNA dan aminoasil-tRNA
digunakan sebagai substrat untuk sintesis polipeptida dengan sintesis protein .
(Horton,2012)
Kira-kira 75% asam amino digunakan untuk sintesis protein. Asam-asam amino
dapat diperoleh dari protein yang kita makan atau dari hasil degradasi protein di
dalam tubuh kita. Degradasi ini merupakan proses kontinu. Karena protein di dalam
tubuh secara terus menerus diganti (protein turnover). Contoh dari protein turnover,
tercantum pada tabel berikut.

Protein Turnover rate (waktu paruh)


Enzim 7-10 menit
Di dalam hati 10 hari
Di dalam plasma 10 hari
Hemoglobin 120 hari
Otot 180 hari
Kolagen 1000 hari

Asam-asam amino juga menyediakan kebutuhan nitrogen untuk:


1. Struktur basa nitrogen DNA dan RNA
2. Heme dan struktur lain yang serupa seperti mioglobin, hemoglobin, sitokrom,
enzim dll.
3. Asetilkolin dan neurotransmitter lainnya.
4. Hormon dan fosfolipid
Selain menyediakan kebutuhan nitrogen, asam-asam amino dapat juga digunakan
sebagai sumber energi jika nitrogen dilepas.
a. Jalur Metabolik Utama dari Asam Amino
Jalur metabolik utama dari asam-asam amino terdiri atas pertama, produksi
asam amino dari pembongkaran protein tubuh, digesti protein diet serta sintesis
asam amino di hati. Kedua, pengambilan nitrogen dari asam amino. Sedangkan
ketiga adalah katabolisme asam amino menjadi energi melalui siklus asam serta siklus
urea sebagai proses pengolahan hasil sampingan pemecahan asam amino. Keempat
adalah sintesis protein dari asam-asam amino.

b. Katabolisme Asam Amino


Asam-asam amino tidak dapat disimpan oleh tubuh. Jika jumlah asam amino
berlebihan atau terjadi kekurangan sumber energi lain (karbohidrat dan
protein), tubuh akan menggunakan asam amino sebagai sumber energi. Tidak seperti
karbohidrat dan lipid, asam amino memerlukan pelepasan gugus amin. Gugus
amin ini kemudian dibuang karena bersifat toksik bagi tubuh. Ada 2 tahap
pelepasan gugus amin dari asam amino, yaitu:
1) Transaminasi, dimana enzim aminotransferase memindahkan amino
kepada α-ketoglutarat menghasilkan glutamat atau kepada oksaloasetat
menghasilkan aspartate.
2) Deaminasi oksidatif, dimana terjadinya elepasan amin dari glutamat
menghasilkan ion ammonium.
Ringkasan skematik mengenai reaksi transaminasi dan deaminasi oksidatif

Dari 20 jenis asam amino, ada yang tidak dapat disintesis oleh tubuh kita
sehingga harus ada di dalam makanan yang kita makan. Asam amino ini dinamakan
asam amino esensial. Selebihnya adalah asam amino yang dapat disintesis dari asam
amino lain. Asam amino ini dinamakan asam amino non-esensial.

Asam Amino Non-Esensial Asam Amino Esensial


Alanine Arginine
Asparagine Histidine
Aspartate Isoleucine
Cysteine Leucine
Glutamate Lysine
Glutamine Methionine
Glycine Phenylalanine
Proline Threonine
Serine Tyrptophan
Tyrosine Valine
B. Pembentukan Aspartat

Aspartat merupakan anggota pertama dari keluarga aspartat asam amino,


berasal dari oksaloasetat dalam reaksi transaminasi.

Enzim yang mengkatalisis reaksi ini adalah aspartat transaminase .


Aspartat transaminase (AST) (juga dikenal sebagai glutamat oksaloasetat
transaminase, atau GOT), yang paling aktif dari aminotransferase, dan ditemukan
di sebagian besar sel. Karena Isozim AST terjadi baik di mitokondria dan
sitoplasma, reaksinya reversible. Aktivitas enzim ini secara signifikan
mempengaruhi aliran karbon dan nitrogen dalam sel. (Trudy McKee.2004)
Keluarga aspartat juga mengandung asparagin, lisin, metionin, dan treonin.
Treonin berkontribusi pada jalur reaksi dimana isoleusin disintesis. Asparagin,
amida dari aspartat, tidak terbentuk langsung dari aspartat dan NH4+. (Trudy
McKee.2004)
Asparagin disintesis oleh ATP dari nitrogen amida glutamin dalam reaksi
yang dikatalisasi oleh asparagin sintetase. Dalam beberapa bakteri, asparagin
sintetase mengkatalisis pembentukan asparagin dari aspartat menggunakan
amonia daripada glutamat sebagai sumber dari kelompok amida. Reaksi ini mirip
dengan reaksi yang dikatalis oleh glutamine sintetase. Dalam beberapa kasus,
asparagin sintetase dapat menggunakan salah amonia atau glutamat sebagai
substrat. (Horton.2006)
a. Biosintesis glutamat dan aspartat
Glutamat dan aspartat disintesis dari asam α-keto dengan reaksi
tranaminasi sederhana. Katalisator reaksi ini adalah enzim glutamat
dehidrogenase dan selanjutnya oleh aspartat aminotransferase, AST. Glutamat
disintesis dengan aminasi reduktif α-ketoglutarat yang dikatalisis oleh glutamat
dehidrogenase yang merupakan reaksi nitrogen-fixing. Glutamat juga dihasilkan
oleh reaksi aminotranferase, yang dalam hal ini nitrogen amino diberikan oleh
sejumlah asam amino lain. Sehingga, glutamat merupakan kolektor umum
nitrogen amino.
Aspartat dibentuk dalam reaksi transaminasi yang dikatalisis oleh aspartat
transaminase, AST. Reaksi ini menggunakan analog asam α-keto aspartat,
oksaloasetat, dan glutamat sebagai donor amino. Aspartat juga dapat dibentuk
dengan deaminasi asparagin yang dikatalisis oleh asparaginase.
Asparagin sintetase dan glutamin sintetase mengkatalisis produksi asparagin
dan glutamin dari asam α-amino yang sesuai. Glutamin dihasilkan dari
glutamat dengan inkorporasi langsung amonia dan ini merupakan reaksi fixing
nitrogen lain. Tetapi asparagin terbentuk oleh reaksi amidotrans ferase

Reaksi biosintesis glutamat


Aspartat juga diturunkan dari asparagin dengan bantuan asparaginase.
Peran penting glutamat adalah sebagai donor amino intraseluler utama untuk
reaksi transaminasi. Sedangkan aspartat adalah sebagai prekursor ornitin untuk
siklus urea.

b. Jalur Glukoneogenesis
Piruvat mengalami karboksilasi oleh piruvat karboksilase
membentuk oksaloasetat. Enzim ini memerlukan biotin, yaitu katalisasi
anaplerotik pada siklus asam trikarboksilat. Pada glukoneogenesis, reaksi ini
melengkapi lagi oksaloasetat yang digunakan untuk sintesis glukosa. Karbon
dioksida yang dibebaskan oleh fosfoenolpiruvat karboksikinase
(PEPCK) ditambahkan ke piruvat untuk membentuk oksaloasetat. Oksaloasetat
akan mengalami dekarboksilasi oleh fosfoenolpiruvat karboksikinase
menghasilkan fosfoenolpiruvat. Untuk reaksi ini, GTP merupakan sumber energi
serta sumber gugus fosfat fosfoenolpiruvat. Enzim-enzim yang mengkatalisis
kedua langkah ini terletak di dua kompartemen yang berbeda. Piruvat karboksilase
dijumpai di mitokondria manakala fosfoenolpiruvat karboksikinase terletak di
sitosol atau mitokondria.
Oksaloasetat tidak mudah menembus membran mitokondria maka dapat
diubah menjadi malat atau aspartat. Perubahan oksaloasetat menjadi malat
memerlukan NADH. Fosfoenolpiruvat, malat, dan aspartat dapat dipindahkan ke
dalam sitosol. Setelah menembus membran mitokondria dan masuk ke dalam
sitosol, terjadi perubahan kembali malat kepada oksaloasetat membebaskan
NADH dan perubahan aspartat kepada oksaloasetat. Di sitosol, oksaloasetat
diubah kembali menjadi fosfoenolpiruvat oleh fosfoenolpiruvat karboksikinase
sitosol. Langkah glukoneogenesis selanjutnya berlangsung di dalam sitosol.
Fosfoenolpiruvat membentuk gliseraldehida 3-fosfat, berkondensasi untuk
membentuk fruktosa 1,6-bifosfat. Enzim fruktosa 1,6-bifosfotase membebaskan
fosfat inorganik dari fruktosa 1,6-bifosfat untuk membentuk fruktosa 6-fosfat.
Dalam reaksi glukoneogenik berikutnya, fruktosa 6-fosfat diubah menjadi glukosa
6-fosfat oleh isomerase.
Glukosa 6-fosfatase memutuskan Pi dari glukosa 6-fosfat, dan
membebaskan glukosa bebas untuk masuk ke dalam darah. Glukosa 6-fosfatase
terletak di membran retikulum endoplasma. Glukosa 6-fosfatase digunakan tidak
saja pada glukoneogenesis, tetapi juga menghasilkan glukosa darah dari
pemecahan glikogen hati (Murray R. K. et al., 2003).
Glukoneogenesis berlangsung selama puasa, juga dapat dirangsang
olahraga yang lama, diet tinggi protein, dan keadaan stres. Faktor yang
mendorong secara keseluruhan aliran karbon dari piruvat ke glukosa meliputi
ketersediaan substrat dan perubahan aktivitas atau jumlah enzim kunci tertentu
pada glukoneogenesis (Cranmer H. et al., 2009).
Selama reaksi glukoneogenik, terjadi penguraian 6 mol ikatan fosfat
berenergi tinggi. Diperlukan dua mol piruvat untuk sintesis 1 mol glukosa.
Sewaktu 2 mol piruvat mengalami karboksilasi oleh piruvat karboksilase, terjadi
hidrolisis 2 mol ATP. Fosfoenolpiruvat karboksikinase memerlukan 2 mol GTP
untuk mengubah 2 mol oksaloasetat menjadi 2 mol fosfoenolpiruvat. Digunakan
tambahan 2 mol ATP untuk melakukan 2 mol fosforilasi 3-fosfogliserat yang
membentuk 2 mol 1,3-bifosfogliserat. Diperlukan juga energi dalam bentuk
ekuivalen reduksi (NADH) untuk perubahan 1,3-bifosfogliserat menjadi
gliseraldehida 3-fosfat. Pada keadaan puasa, energi yang diperlukan untuk
glukoneogenesis diperoleh dari oksidasi-β asam lemak (Murray R. K. et al.,
2003).
Substrat untuk glukoneogenesis adalah :
1. Asam laktat yang berasal dari otot, sel darah merah, medulla dari glandula
supra-renalis,retina dan sumsum tulang
2. Gliserol, yang berasal dari jaringan lemak
3. Asam propionat, yang dihasilkan dalam proses pencernaan pada hewan
memamah biak.
DAFTAR PUSTAKA

Cranmer H., Shannon M., 2009. Neonatal Hypoglycemia. Available from:


http://emedicine.medscape.com/article/802334-overview.
Diabetes Health Center, 2009.

Horton, Robert.dkk . 2012. Principle of Biochemistry 5th ed. New York :


Pearson Education.

Horton,Robert. 2006. Principle of Biochemistry. New York: Pearson Education.

McKee, McKee. 2004. Biochemistry : The Molecular Basis Of Life , 3rd edition.
New York: Mc Graw Hill.

Murray R. K., Granner D. K., Mayes P. A., Rodwell., 2003. Carbohydrates of


Physiologic Significance. In: Meyes P. A., Bender D. A. 26th ed.
Harper’s Illustrated Biochemistry. USA: Appleton & Lange, 102-162.
ASAM FORMIAT

Asam format atau asam formiat (nama sistematis: asam metanoat)


adalah asam karboksilat yang paling sederhana. Asam format secara alami antara
lain terdapat pada sengat lebah dan semut, sehingga dikenal pula sebagai asam
semut. Asam format merupakan senyawa antara yang penting dalam
banyak sintesis bahan kimia. Rumus kimia asam format dapat dituliskan
sebagai HCOOH atau CH2O2.

Di alam, asam format dihasilkan banyak serangga dari bangsa


Hymenoptera, misalnya lebah dan semut sebagai alat serang atau alat bertahan.
Asam format juga merupakan hasil pembakaran yang signifikan dari bahan bakar
alternatif, yaitu pembakaran metanol (dan etanol yang tercampur air), jika
dicampurkan dengan bensin. Nama asam format berasal dari
kata Latin formica yang berarti "semut". Pada awalnya, senyawa ini
diisolasi melalui distilasi semut. Semut menghasilkan asam ini pada kantung yang
disebut sebagai acidophore. Apabila semut "mengigit" (sebenarnya menjepit), ia
juga menyemprotkan asam format dari acidophore untuk memperkuat rasa sakit
pada korbannya. Senyawa kimia turunan asam format, misalnya
kelompok garam dan ester, dinamakan format atau metanoat. Ion format memiliki
rumus kimia HCOO−.

Asam ini banyak dijumpaipada beberapa jenis tumbuhan, pada bulu-bulu


jelatang dan hasil darifermentasi bakteri pada karbohidrat. Beberapa ilmuwan
melakukan penelitian yang berhubungan dengan Asam formiat dari semut tersebut.
Brunfles pada permulaanabad ke-16 menyelidiki uap dari semut gunung penyebab
warna merah dari tumbuh-tumbuhan. Et-Muller pada tahun 1684 telah mendistilasi
sejumlah semut gunung yang menghasilkan suatu “acid spirit” yang dapat merusak besi.
Fisher mendistilasi sejumlah semut dengan air dan ditemukan pada larutan distilatnya
suatu asam menyerupai “spirit of vinegar”. Pada umumnya, Asam formiat yang dijual
dipasaran mempunyai kadar 85% dan 90% sedangkan dalam bentuk anhidrat tersedia
dalam jumlah bebas. Asam formiat banyak digunakan untuk koagulen karet,
conditioner pada p ncelupantekstil, industri kulit serta sintesa bahan-bahan farmasi
dan bahan kimia lain

Proses Pembuatan Asam Formiat

A. Proses Kimia

1. Oksidasi Hidrokarbon pada Fase Cair


Pada proses ini Asam formiat didapat dari hasil samping oksidasi butane
atau naphta ringan pada pembuatan Asam asetat. Reaksi yang terjadi adalah:
C4H10 + O2↔ CH3COOH + HCOOH
Butana segar, recycle butane dan udara diumpankan kedalam reaktor yang
dikondisikan pada suhu 180 OC dan tekanan 50 atmosfer. Produk dari butane
yang tidak bereaksi dipisahkan oleh separator gas cair dan separator cair
cair.Pada separator gas cair, fasa atas yang kaya akan butane dikembalikan ke
reaktor sedangkan gasnya dikondensasikan pada suhu –5 OC sebelum dikirim
ke absorber untuk diambil kandungan butananya Pada separator cair cair
dipisahkan fase bawah yaitu asam asetat, air, metil etil keton, metil asetat, etil
asetat, asetaldehid, dan asam formiat yang diumpankan kekolom produk ringan.
Hasil bawah kemudian dimasukkan kekolom solvent untuk diambil Aseton,
metil asetat, etil asetat, dan metil etil keton. Sisanya dikeringkan dan melalui
serangkaian kolom distilasi asam formiat dapat diperoleh. (Kirk and Othmer,
1992).
2. Dari Sodium Formiat
Sodium formiat diproduksi melalui reaksi natrium hidroksida dengan
karbon monoksida. Sodium format direaksikan dengan asam sulfat untuk
memperoleh asam formiat dan garam sulfat sebagai hasil samping. Reaksi yang
terjadi sebagai berikut:
NaOH + CO → NaCOOH2NaCOOH + H2SO4→ 2HCOOH + Na2SO4
Pada tahap awal direaksikan antara natrium hidroksida dengan karbon
monoksida pada suhu 180 OC dan tekanan 1,5–1,8 atm membentuk sodium
formiat. Produk yang terbentuk kemudian direaksikan dengan asam sulfat
dalam reaktor berpengaduk pada suhu 350 OC membentuk asam formiat dan
garam. Kadar asam formiat yang diperoleh yaitu sekitar 90 % dengan konversi
pembentukan asam formiat sekitar 95 %.

3. Sintesa Langsung Karbon Monoksida Dengan Air


Asam formiat dapat diperoleh secara langsung dengan cara menghidrolisis
gas CO. Proses ini berlangsung secara kesetimbangan dengan reaksi sebagai
berikut:
CO + H2O ↔ HCOOH
Katalis yang biasa digunakan adalah CuCl Dengan proses ini akan
didapatkan asam formiat 90 %.

4. Hidrolisa Metil Format


HCOOCH3 + H2O → HCOOH + CH3OH
Reaksi berjalan pada temperatur 80 OC dan tekanan 3 atm Reaksi berjalan
didalam reaktor CSTR Keluaran reaktor dikirim ke pemisahan hasil hidrolisa,
dimana metanol dan metil formiat diambil dari seksi atas lalu dimasukkan ke
menara distilasi, untuk seksi bawah dari reaktor berisi asam formiat dan air
kemudian dialirkan ke pemurnian asam formiat. Secara teori hasil dari
pemurnian ini adalah asam formiat 85 % berat tetapi pada prakteknya asam
formiat yang dihasilkan sekitar 82 % berat. (Mc Ketta, 1975)
Pada prarancangan pabrik asam formiat terkadang dipilih proses hidrolisa
metil formiat dengan pertimbangan yaitu proses ini tidak menggunakan katalis
sehingga lebih ekonomis dalam biaya produksinya, proses ini menghasilkan
produk hanya kira kira 82 % berat, sehingga cukup ekonomis untuk
dikembangkan, temperatur optimum yang digunakan dalam proses ini relatif
rendah sehingga memudahkan dalam penanganan prosesnya, pada proses
hidrolisa metil formiat ini dihasilkan produk samping yaitu metanol yang dapat
dijual.
B. Proses Pembatan Glukosa menjadi Asam Format

Telah dilakukan oksidasi glukosa dengan molekul oksigen menggunakan


katalis palladium (II) klorida, tem-baga (II) klorida dan asam format dalam pelarut
aseton yang menghasilkan suatu asam dikarboksilat, yaitu asam glukarat (52%).
Namun, dalam proses pembuatan Asam Format sendiri tidak bisa langsung
dilakakukan dari Glukosa. Ada beberapa proses yang perlu dilakukan dan
memerlukan mikroorganisme ragi Saccharomyces Cerevisiae. Penjabarannya
adalah sebagai berikut:

1. Sintesis Asam Format dengan Katalik Gliserol dari Udara

a) Pembuatan Gliserol dari Tebu Secara Peragian Dengan Saccharomyces


Cerevisieae menggunakan Metoda Sulfit
Di Indonesia tetes tebu banyak digunakan sebagai bahan baku industri
spiritus dan glutamat (bumbu masak). Disamping itu tetes tebu juga digunakan
sebagai bahan baku pembuatan asam laktat, asam sitrat, produk-produk
makanan ternak, minu man serta serta bahan baku pembuatan gliserol.
ntuk pembuatan gliserol secara peragian, di sini dipilih me toda sulfit.
Pada metoda ini digunakan sulfit (Na2S0^) sebagai pengikat akseptor hidrogen
(asetaldehida) yang terbentuk selama proses peragian. Asetaldehida dalam
bentuk terikat de. ngan sulfit tidak berfungsi sebagai akseptor hidrogen. Hidro
gen berasal dari DPNH (Diphosphopyridine Nucleotide, dalam bentuk
tereduksi), setelah melepas hidrogen DPNH berubah menja di DPN
(Diphosphopyridine Nucleotide, dalam bentuk teroksida si). Dalam keadaan
yang demikian DPN semula dihasilkan dari reaksi yang mengarah pada
pembentukan etanol digeser menjadi mengarah pada pembentukan gliserol.
Jumlah gliserol yang dihasilkan tergantung dari jumlah sulfit yang
ditambahkan.
Adapun gula yang terkandung dalam air tebu adalah sukrosa (30%-
40%), glukosa (4%-9%), dan fruktosa (5%-12%).
Dalam proses ini, Nutrisi dan beberapa hal yang mempengaruhi
pertumbuhan Saccharomyces cerevisieae juga harus diperhatikan. Demi
mendapatkan hasil pertumbuhan yang maksimum maka diusahakan keadaan
lingkungan yang cocok dan mengandung bahan makanan cukup baik bahan
organik maupun anorganik. Bahan - bahan tersebut antara lain yaitu:
∑ Karbon, sebagai karbon dapat dipakai gula, beet dan biji-bijian.
∑ Nitrogen, dajpat diberikan sebagai garam ammonium, bahan turunan
protein yang larut seperti pepton, peptida, asam amino atau urea.
∑ Fosfor, merupakan nutrien esensial, dapat diberikan sebagai
diammoniunfosfat, dinatriumfosfat, asam fosfat.
∑ Magnesium, diberikan dalam bentuk hepta hidrat, hal ini dilakukan bila
perlu, yaitu pada medium yang keku rangan nutrien tersebut setelah
dilakukan pemeriksaan laboratoris.
Disamping bahan makanan tadi lingkungan juga sa ngat mempengarui
pertumbuhan Saccharomyces cerevisieae.
∑ PH, dijaga konstan selama proses fermentasi berlangsung. Derajad
keasaman tergantung pada metoda yang di gunakan. Pada derajad
keasaman sangat rendah dan tinggi pertumbuhan sel terganggu.
∑ Suhu, suhu optimum berkisar antara 30-35°C.
∑ Udara (oksigen), pangaliran udara penting pada saat pembiakan sebel-
um dilakukan peragian yang sebenarnya. Fungsi oksigen dalam
pertubuhan Saccharomvces cerevisieae belum diketahui secara pasti,
diduga kerja oksigen adalah:
ÿ Menghambat peragian dan meningkatkan respirasi.
ÿ Membantu mengaduk medium.
ÿ Menghilangkan hasil akhir yang bersifat racun.
ÿ Merangsang pertumbuhan vegetative.

Peragian gula menjadi gliserol erat hubunganya dengan perubahan gula


menjadi etanol (jalur Meyerhof-Emb den). Pada keadaan normal gliserol
terbentuk dalam jumlah kecil, sedangkan etanol terbentuk dalam jumlah besar.
Pada gambar dua (skema Meyerhof-Embden) dapat dilihat bahwa peragian gula
menjadi etanol terjadi dalam 1^ tahap dan melibatkan 15 enzim serta 3 koenzim.
Kesemua enzim dan koenzim tersebut terkandung dalam ragi sebagai zimase.
Glukosa mengalami fosforilasi oleh koenzim ATP dihasilkan
glukopiranosa-6-fosfat selanjutnya menjadi fruktofuranosa-6- fosfat dan terakhir
menjadi fruktofuranosa-l,6-difosfat, Fruktofuranosa-l,6-difosfat pecah menjadi
satu molekul glise- raldehid dan satu molekul dihidroksiasetonfosfat. Kedua
mule- kul tersebut berada dalam keadaan setimbang antara satu dengan lainya.
Koenzim DPNH (Diphosphopyridine Nucleotide, dalam ben- bentuk tereduksi)
mereduksi dihidroksiasetonfosfat menjadi alfa gliserofosfat• Alafagliserofosfat
dibawah pengaruh fosfatase dirubah menjadi gliserol. Pada tahap berikutnya
katalisator enzim fosfogliseraldehid-dehidrogenase, enzim DPN (Diphospho
pyridine Nucleotide , dalam bentuk teroksidasi) dan asam fos fat (Hy?0^) akan
raerubah 3-gliseraldehidfosfat menjadi asam 1,3-difosfogliserat. Setelah
melepas fosfat asam ini menjadi 3-fosfogliserat« ADP (Adenosin Difosfat)
menangkap fosfat men jadi ATP (Adenosin trifosfat). Enzim fosfogliseromutase
meru bah asam-3-^osfogliserat menjadi asam-2-fosfogliserat, kedua asam ini
berada dalam kesetimbangan. Setelah melepas molekul air asam-2-fosfogliserat
menjadi asam fosfo piruvat (enol). Enzim enolase mengkatalisa pelepasan
molekul air. Fosfat dari asam fosfopiruvat dan ATP ditangkap oleh ADP
dibawah pengaruh enzim karboksilase dan enzim kokarboksilase sehingga
menghasil kan asetaldehid dan karbondioksida. Asetaldehid menerima hidro gen
dari DPNH menjadi etanol.Di muka telah dikatakan bahwa gliserol terbentuk
pada tahap pengantar, secara garis besar tahap tersebut dapat di - tunjukkan pada
reaksi dibawah ini :

Dihidroksiaseton fosfat + DPNH + H+ dehidrogenase Alfa-gliserol fos fat + DPN+


H O osfatase
Alfa-gliserol fos fat + DPN+ 2 Gliserol + H3P04
Proses tersebut penting untuk peragian, karena mempunyai peranan
menghasilkan DPN+ untuk mengoksidasi 3-gliseraldehidfosfat menjadi asam-
1,3-difosfogliserat pada tahap pemantapan (statio nary). Reaksi tersebut berguna
untuk pembentukan aetaldehida. Setelah asetaldehid terbentuk akan dihasilkan
DPN+ dalam jumlah besar sebagai hasil reaksi DPNH dengan asetaldehid.Pada
pembuatan gliserol secara peragian ditambahkan sulfit yang akan membuat
proses berjalan tidak normal. Sulfit dalam media peragian akan berubah menjadi
bisulfit, selanjutnya bisulfit berikatan dengan asetaldehid. Asetaldehid dalam
bentuk terikat ini tidak dapat berfungsi sebagai hidrogen akseptor. Dengan
demikian asetaldehid tidak tereduksi menja di etanol. Dalam keadaan demikian
DPN+ dihasilkan melalui reaksi yang mengarah pada pembentukan gliserol.

b) Sintesis Asam Format dengan Oksidasi Katalik Gliserol


Pada penelitian ini, asam format akan disintesis dengan cara mengoksidasi
gliserol dengan udara sebagai oksidator dan Ferro Pyrophosphate sebagai
katalis. Pada awal penelitian, katalis Ferro Pyrophosphate dibuat karena katalis
ini akan digunakan baik dalam percobaan pendahuluan maupun dalam
percobaan utama. Percobaan pendahuluan dilakukan untuk mengetahui waktu
optimum dan peranan CuSO4 yang dibutuhkan oleh proses oksidasi untuk
menghasilkan yield asam format yang maksimum. Setelah waktu optimum
ditentukan, dilakukan percobaan utama dengan memvariasikan temperatur dan
konsentrasi katalis yang digunakan dalam proses oksidasi gliserol selama waktu
optimum yang telah diperoleh. Hasil yang diperoleh akan dianalisis
menggunakan titrasi dengan NaOH. Sedangkan residu yang ada pada reaktor
akan dianalisis menggunakan asam periodat.
DAFTAR PUSTAKA

Claus, Edward P. 1962. Pharmacognosy , fourth ed, Lea & Febiger. Philadelpia.

Ginting, Tjurmin. 2009. Oksidasi Glukosa dengan Molekul Oksigen Menggunakan


Katalis Paladium (II) Klorida, Tembaga (II) Klorida dan Asam Format
dalam Pelarut Asetat. Jurnal Penelitian Sains. Palembang: Universitas
Sriwijaya.

Hari Purwono; Adiono. 1985. Ilmu pangan, Dep. P&K Dirjen Pendidikan Tinggi.
Jakarta: Universitas Indonesia.

Kirk, R.E., and Othmer, V.F., 1992-1997, “Encyclopedia of Chemical Technology,


vol.4-23, John Wiley and Sons Inc, New York.

Mc. Ketta, J.J., 1978. Encyclopedia of Chemical Processing and Design, Volume
8, Marcell Decker Inc. New York.

Otto Soemarnoto, 1980, Aspek ekologi penganekaan pangan 1980. Yogyakarta:


Bagian Penerbitan Yayasan Pertanian UGM.
MIKROBIOLOGI
KATABOLISME DAN ANABOLISME

Kelompok 10:
Ikhwan (1807113260)
Farah Adinda Trisna Putri (1807112914)
Resti Khairunnisa (1807111703)
Rini Marsela (1807111539)

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA S-1


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2018
METABOLISME
Metabolisme merupakan keseluruhan proses kimia yang terjadi di dalam
tubuh makhluk hidup. Pada metabolisme terjadi proses pembentukan atau
pengurain zat di dalam sel hidup yang di sertai dengan adanya perubahan energi.
Proses pembentukan zat terjadi pada proses fotosintesis dan kemosintesis. Proses
penguraian zat dapat berupa respirasi sel dan fermentasi sel.
Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa dalam proses metabolisme ada
dua proses yaitu proses pembentukan dan penguraian. Proses pembentukan dalam
metabolisme di sebut juga proses anabolisme. Sedangkan proses penguraian
disebut dengan proses katabolisme. Kedua proses ini disebut juga sebagai arah
lintasan dari proses metabolisme. Kedua arah lintasan metabolisme diperlukan
setiap organisme untuk dapat bertahan hidup. Arah lintasan metabolisme ditentukan
oleh suatu senyawa yang disebut sebagai hormon, dan dipercepatkan oleh senyawa
organik yang disebut sebagai enzim. Pada senyawa organik, penentu arah reaksi
kimia disebut promoter dan penentu percepatan reaksi kimia disebut katalis.
Pada proses anabolisme, energi yang dibutuhkan lebih banyak sehingga
reaksinya dapat berlangsung cepat dan efisien serta memerlukan energi dalam
bentuk energi panas. Proses ini memerlukan energi yang lebih besar karena, dalam
proses anabolisme proses yang terjadi lebih banyak dan prosesnya yang cepat dan
efisien sehingga energi yang di perlukan lebih besar. Reaksi seperti ini disebut juga
reaksi endergonik atau reaksi endoterm. Sedangkan dalam proses
katabolisme energi yang di butuhkan lebih sedikit. Hal ini terjadi dikarenakan pada
reaksi katabolisme hanya menguraikan zat dan melepaskan energi. Jadi energi yang
diperlukan lebih sedikit. Suatu proses di mana terjadi pelepasan energi disebut juga
reaksi eskergonik atau reaksi eksoterm.
Dalam proses metabolisme baik anabolisme maupun katabolisme, kedua
proses tersebut melibatkan peran enzim. Enzim sangat diperlukan sebagai
katalisator (senyawa yang dapat mempercepat proses terjadinya reaksi tanpa habis
reaksi ). Enzim bekerja dengan cara menempel pada permukaan molekul zat–zat
yang bereaksi, dan dengan demikian dapat mempercepat proses reaksi.
1. ANABOLISME

Proses penyusunan senyawa kompleks dari senyawa-senyawa yang lebih


sederhana disebut anabolisme. Proses ini membutuhkan energi bebas dari
lingkungannya. Energi yang digunakan dalam reaksi ini dapat berupa
energi cahaya ataupun energi kimia. Energi tersebut, selanjutnya digunakan untuk
mengikat senyawa-senyawa sederhana tersebut menjadi senyawa yang lebih
kompleks. Jadi, dalam proses ini energi yang diperlukan tersebut tidak hilang, tetapi
tersimpan dalam bentuk ikatan-ikatan kimia pada senyawa kompleks yang
terbentuk.
Reaksi yang termasuk dalam reaksi anabolisme yaitu fotosintesis dan
kemosintesis. Fotosintesis ialah reaksi anabolisme yang menggunakan energi
cahaya. sedangkan kemosintesis ialah reaksi anabolisme yang menggunakan
energi kimia. Berikut akan di jelaskan lebih lanjut mengenai kedua proses tersebut.

A. FOTOSINTESIS

Fotosintesis adalah proses pengubahan zat-zat anorganik yaitu H2O dan


CO2 oleh klorofil menjadi zat organik yaitu karbohidrat dengan pertolongan
cahaya. Tumbuhan menangkap cahaya menggunakan pigmen yang
disebut klorofil. Pigmen inilah yang memberi warna hijau pada tumbuhan. Klorofil
terdapat dalam organel yang disebut kloroplas. klorofil menyerap cahaya yang akan
digunakan dalam fotosintesis. Meskipun seluruh bagian tubuh tumbuhan yang
berwarna hijau mengandung kloroplas, namun sebagian besar energi dihasilkan di
daun.
Di dalam daun terdapat lapisan sel yang disebut mesofil yang mengandung
setengah juta kloroplas setiap milimeter perseginya. Cahaya akan melewati lapisan
epidermis tanpa warna dan yang transparan, menuju mesofil, tempat terjadinya
sebagian besar proses fotosintesis. Permukaan daun biasanya dilapisi oleh kutikula
dari lilin yang bersifat anti air untuk mencegah terjadinya penyerapan sinar
matahari ataupun penguapan air yang berlebihan.
Di dalam kloroplas terdapat pigmen klorofil yang berperan dalam proses
fotosintesis. Kloroplas mempunyai bentuk seperti cakram dengan ruang yang
disebut stroma. Stroma ini dibungkus oleh dua lapisan membran. Membran stroma
ini disebut tilakoid, yang didalamnya terdapat ruang-ruang antar membran yang
disebut lokuli.
Di dalam stroma juga terdapat lamela-lamela yang bertumpuk-tumpuk
membentukgrana (kumpulan granum). Granum sendiri terdiri atas membran
tilakoid yang merupakan tempat terjadinya reaksi terang dan ruang tilakoid yang
merupakan ruang di antara membran tilakoid. Bila sebuah granum disayat maka
akan dijumpai beberapa komponen seperti protein, klorofil a, klorofil
b, karetonoid, dan lipid. Secara keseluruhan, stroma berisi protein, enzim,
DNA, RNA, gula fosfat, ribosom, vitamin-vitamin, dan juga ion-ion logam seperti
mangan (Mn), besi (Fe), maupun perak (Cu). Pigmen fotosintetik terdapat
pada membran tilakoid. Sedangkan, pengubahan energi cahaya menjadi energi
kimia berlangsung dalam tilakoid dengan produk akhir berupa glukosa yang
dibentuk di dalam stroma. Klorofil sendiri sebenarnya hanya merupakan sebagian
dari perangkat dalam fotosintesis yang dikenal sebagai fotosistem.
Pada dasarnya, rangkaian reaksi fotosintesis dapat dibagi menjadi dua
bagian utama: reaksi terang (karena memerlukan cahaya) dan reaksi gelap (tidak
memerlukan cahaya tetapi memerlukan karbon dioksida).

1. Reaksi Terang

Reaksi terang terjadi jika ada cahaya. Warna cahaya yang paling efektif diserap
klorofil adalah merah dan biru. Reaksi terang terjadi pada membran tilakoid. Pada
membran tersebut terdapat fotosistem yang tersusun dari pigmen-pigmen seperti
klorofil a, klorofil b, dan karotenoid. Fotosistem yang terlibat dalam fotosintesis
adalah fotosistem I dan II. Fotosistem I (P700), mengandung klorofil a yang
menyerap kuat energi cahaya dengan panjang gelombang 700 nm. Fotosistem II
(P680), mengandung klorofil a yang menyerap kuat energi cahay dengan panjang
gelombang 680 nm.
Pigmen-pigmen dalam fotosistem berfungsi untuk menangkap energi cahaya.
Energi tersebut digubakan oleh klorofil a untuk melepaskan elektronnya. Ada dua
macam aliran elektron, yaitu :
a. Jalur Elektron Siklik
Elektron yang dilepaskan oleh fotosistem I akan ditangkap oleh transport
elektron. Elektron tersebut selanjutnya diteruskan menuju sistem feredoksin (Fd)
dan selanjutnya diteruskan menuju kompleks sitokrom dan akhitnya kembali
fotosistem I. Jalur elketron siklik menghasilkan ATP.
b. Jalur Elekton Nonsiklik
Reasksi ini dimulai ketika fotosistem II menyerap enegri cahaya. Energi
tersebut ditangkap oleh klorofil untuk memecah molekul air (fotolisis). Elektron
yang dilepaskan dari hasil fotolisis diteruskna menuju akseptor elektron ke sistem
transport elektron. Dalam proses ini terbentuk ATP. Pada akhirnya eletron tersebut
akan diterima oleh fotosistem I. Pada saat yang bersamaan, fotosistem I menyerap
energi cahaya dan juga melepaskan eletron. Elektron tersebut diteruskan menuju
akseptor elektron ks istem transport elektron (feredoksin). Pada akhirnya, elektron
tersebut akan ditangkap oleh NADP+, ion H+ hasil fotosintesis akan diikat oleh
NADP+ membentuk NADPH2.
Reaksi terang dan gelap menghasilkan ATP dan NADPH2. Kedua senyawa tersebut
akan disunakan dalam reaksi gelap.

2. Reaksi Gelap

Reaksi gelap berlangsung di dalam stroma tanpa memerlukan energi


cahaya. Reaksi ini memiliki tiga tahapan, yaitu fiksasi, reduksi dan regenerasi:
a. Tahap Fiksasi
Pada tahap ini CO2 berikatan dengan ribulosa bifosfat (RuBP) membentuk
dua molekul 3-fosfogliserat (PGA) dengan bantuan enzim RuBP karboksilase
(rubikso).
b. Tahap Reduksi
Pada tahap ini PGA dirubah menjadi DPGA (1,3-difosfogliserat) melalui
penambahan gugus fosfat dari ATP. Selanjutnya, NADPH mereduksi DPGA
menjadi fosfogliseraldehid (PGAL).
c. Tahap Regenerasi
Pada tahap ini molekul PGAL disusun ulang menjadi 3 molekul RuBP. Untuk
menyelesaikna proses ini, siklus membutuhkan 3 ATP. Adapun PGAL yang lain
digunakan untuk membentuk glukosa.

B. KEMOSINTESIS

Proses penyusunan bahan organik dari H2O dan CO2 dengan menggunakan
energi kimia disebut kemosintesis. Kemosisntesis terjadi pada berbagai kelompok
bakteri. Pelakunya disebut sebagai organisme kemosintetik atau kemoautotrof,
misalnya bakteri nitrifikasi, bakteri belerang, bakteri besi, bakteri hidrogen, dan
bakteri metana.

2. KATABOLISME

Proses penguraian senyawa kompleks menjadi senyawa-senyawa yang lebih


sederhana disebut dengan katabolisme. Proses ini menghasilkan energi yang dapat
digunakan oleh makhluk hidup sehingga disebut reaksi eksogernik. Tujuan utama
katabolisme adalah untuk membebaskan energi yang terkandung di dalam senyawa
sumber. Proses pembongkaran ini dibedakan menjadi dua macam.yaitu sebagai
berikut :
1. Apabila pembongkaran suatu zat dalam lingkungan memerlukan cukup oksigen
(aerob) disebut proses respirasi.
Contoh Respirasi : C6H12O6 + O2 ——————> 6CO2 + 6H2O + 688KKal.
(glukosa)
Proses respirasi aerob mengubah energi kimia yang terkandung dalam sari
makanan (glukosa) menjadi energi kimia dalam bentuk ATP. Reaksi pembongkaran
glukosa sampai menjadi H2O + CO2 + Energi, melalui tiga tahap:

1. Glikolisis
Glikolisis merupakan proses pengubahan molekul glukosa menjadi
asam piruvat menghasilkan NADH dan ATP. Glikolisis terjadi di sitosol.
Dalam glikolisis, satu molekul glukosa akan dihasilkan 2 asam piruvat, 2
NADH, dan 2 ATP. Asam piruvat selanjutnya memasuki tahap
dekarboksilasi oksidatif di dalam mitokondria.

Glukosa + 2ADP + 2P + 2NAD → 2 asam piruvat + 2ATP + 2NADH

2. Dekarboksilasi Oksidatif atau Pembentukan Asetil Co-A


Pada tahap ini asam piruvat diubah menjadi asetil Co-A dengan
menghasilkan NADH dan melepaskan CO2. Pada organisme eukariotik,
dekarboksilasi oksidatif berlangsung dalam matriks mitokondria. Pada
organisme prokariotik, tahap berlangsung dalam sitosol (cairan sitoplasma)

2NAD+ 2NADH

2C3H4O3 + 2CoA 2C2H3O-CoA + 2CO2

3. Siklus Kreb
Siklus kreb berfungsi menghasilkan enrgi dan berbagai senyawa antara
yang akan digunakan untuk sintesis senyawa lain. Tahap ini berlangsung
didalam matriks mitokondria. Dari 2 asetil Co-A yang masuk siklus akan
menghasilkan 4 CO2, 2 ATP, 6 NADH, dan 2 FADH2.

4. Sistem Transpor Elektron


Setiap transpor elektron berfungsi mengoksidasi NADH dan FADH2
dari tahap sebelumnya. Tahap ini berlangsung dimembran dalam
mitokondria. Elektron dan nitrogen dari senyawa yang bergabung dalam
NADH dan FADH2 dialirkan melalui senyawa penerima elektron seperti
NAD, FAD, koenzim, dan sitokrom. Oksigen berfungsi sebagai penerima
elektron terakhir pada proses tersebut. Selanjutnya, oksigen bergabung
dengan H+ membentuk H2O. Setiap perpindahan elektron yang terjadi,
energi yang terlepas dignakan untuk membentuk ATP.
Pembentukan ATP dalam sistem transpor elektron terjadi melalui
reaksi fosforilasi oksidatif. Oksidasi 1 NADH menghasilkan 3 ATP,
oksidasi 1 FADH menghasilkan 2 ATP.
Ada perbedaan antara jumlah ATP yang dihasilkan organisme
eukariotik dan prokriotik pada organisme eukariotik, oksidasi NADH dan
FADH2 terjadi dalam membran mitokondria. Namun, NADH hasil
glikolisis dibentuk didalam sitosol. Akibatnya, NADH tersebut harus
dimasukkan kedalam mitokondria. Pemindahan 2NADH hasil glikolisis
tersebut memerlukan 2 ATP. Dengan demikian, jumlah total ATP yang
dihasilkan sebanyak 36.
Pada organisme prokariotik tidak memilik mitokondria, sehingga tidak
terjadi pengurangan ATP untuk pemindahan NADH kedalam mitokondria.
Jumlah total ATP yang dihasilkan sebanyak 38.

1. Apabila pembongkaran suatu zat dalam dalam lingkungan tanpa


memerlukan oksigen (anaerob) disebut proses fermentasi. Reaksi-reaksi
yang terjadi serta organel yang berperan dalam respirasi anaerob sama
seperti pada respirasi aerob. Namun, dalam respirasi anaerob peran oksigen
digantikan dengan zat lain, contoh NO3 dan SO4. Respirasi anaerob hanya
dapat dilakukan oleh mikroorganisme tertentu, misal bakteri. Respirasi
anaerob merupakan reaksi fermentasi. Fermentasi adalah proses
penguraian karbohidrat menjadi senyawa lain tanpa bantuan oksigen.
Fermentasi terdiri dari 2 tahap, yaitu glikolisis dan pembentuka NAD+.
Pada proses ini asam piruvat hasil glikolisis tidak diubah menjadi asetil Co-
A tetapi direduksi menjadi senyawa lain dengan bantuan NADH. Contoh
fermentasi ialah, fermentasi asam laktat dan fermentasi alkohol.

Contoh Fermentasi : C6H12O6 ——————> 2C2H5OH + 2CO2 + Energi.


(glukosa) (etanol)
PERAN ENZIM DALAM METABOLISME
Enzim adalah protein katalitik. Dalam tubuh organisme enzim berperan
sebagai biokatalisator yang artinya enzim dapat mempercepat reaksi-reaksi biologi
tanpa mengalami perubahan struktur kimia. Dalam reaksi kimia, enzim tidak ikut
bereaksi sehingga tidak mempengaruhi keseimbangan reaksi atau mengubah
produk.
1. KOMPONEN ENZIM
1. Enzim sederhana, hanya terdiri atas protein.
2. Enzim kompleks atau enzim konjugasi (holoenzim), terdiri atas
komponen-komponen yaitu komponen protein (apoenzim) dan
komponen non protein (gugus prostetik).

2. SIFAT-SIFAT ENZIM
1. Dipengaruhi oleh suhu dan pH.
2. Bekerja secara spesifik
3. Bekerja secara bolak-balik (reversible)
4. Diperlukan dalam jumlah sedikit
5. Dapat bereaksi dengan substrat asam maupun basa.
6. Berupa koloid
7. Dapat digunakan berulangkali

3. MEKANISME KERJA ENZIM


Enzim mempercepat suatu reaksi dengan cara menurunkan energi aktivasi.
Energi aktivasi adalah energi awal untuk memulai suatu reaksi. Enzim bekerja
dengan membentuk kompleks enzim-substrat. Mula-mula enzim berikatan dengan
substratnya, membentuk kompleks enzim-substrat. Pada saat enzim dan substrat
berikatan maka akan menghasilkan produk. Beberapa teori yang menjelaskan kerja
enzim:
a. Lock and Key Theory ( Teori Gembok dan Kunci)
Teori ini menjelskan bahwa enzim diumpamakan sebagai gembok karena
memiliki sebuah bagian kecil yang dapat berikatan dengan substrat. Bagian ini
disebut sisi aktif. Sementara itu, substrat diumpamakan sebagai kunci karena
dapat berikatan secara pas dengan sisi aktif enzim.
b. Induced Fit Theoty (Teori Ketepatan Induksi)
Teori ini menjelaskan bahwa sisi aktif enzim dapat berubah bentuk sesuai
dengan substratnya.
4. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KERJ ENZIM
a. Suhu (Temperatur)
Setiap enzim mempunyai suhu optimal yang spesifik. Enzim pada suhu 0º atau
dibawahnya bersifat nonaktif. Akan tetapi enzim pada suhu tersebut tidak rusak.
Kenaikan suhu dapat meningkatkan kerja enzim. Namun, jika jika suhu melebihi
batas optimum, enzim dapat mengalami denaturasi (kerusakan).
b. Perubahan pH
Perubahan pH mengakibatkan sisi aktif enzim berubah sehingga dapat
menghalangi teriatnya substrat pada sisi aktif enzim.
a. Konsentrasi Enzim
Semakin besar konsentrasi enzim akan meningkatkan keceatan reaksi.
Peningkatan kecepatan reaksi akan terus bertambah hingga tercapai kecepatan
konstan yakni jika semua substrat sudah terikat oleh enzim.
b. Konsentrasi Substrat
Bertambahnya konsentrasi substrat dalam suatu reaksi akan meningkatkan
kecepatan reaksi jika jumlah enzim dalam reaksi tersebut tetap. Peningkatan
kecepata reaksi akan terus bertambah hingga tercapai kecepatan konstan, yakni
jika semua enzim mengikat substrat.
c. Aktivator
Zat-zat yang berfungsi untuk memacu atau mempercepat reaksi enzim
disebut aktivator. Contohnya, garam-garam dari logam alkali dalam kondisi
encer (2%-5%), dan ion logam seperti Ca, Mg, Ni, Mn, dan Cl.
d. Inhibitor
Dua macam inhibitor enzim, yaitu:
1) Inhibitor Kompetitif
Inhibitor yang berikatan secara kuat pada sisi aktif enzim disebut
inhibitor kompetitif (inhibitor ireversible). Inhibitor kompetitif ini
dapat dihilangkan dengan cara menambah konsentrasi substrat.
2) Inhibirot Non-kompetitif
Inhibitor yang terikat pada sisi alosterik enzim (selain sisi ektif
enzim) disebut inhibitor non-kompetitif. Inhibitor ini mengakibatkan
sisi aktif enzim berubah sehingga substrat tidak dapat berikatan dengan
sisi aktif enzim. Inhibitor ini tidak dapat dihilangkan walaupun dengan
menambahkan substrat.
DAFTAR PUSTAKA

Kimball.W.John.1983.Biologi.Jakarta:Erlangga.
Lehninger,A.L.2008.Dasar-Dasar Biokimia jilid 2 Terjemahan.Jakarta:Erlangga.
Rachmadiarti,Fida,dkk.2007.Biologi Umum.Surabaya:Unesa Unipress.
Wirahadikusumah,M.1985.Biokimia:Metabolisme Energi, Karbohidrat, dan
Lipid.Bandung:ITB
MIKROBIOLOGI
KOENZIM

Kelompok 10:
Ikhwan (1807113260)
Farah Adinda Trisna Putri (1807112914)
Resti Khairunnisa (1807111703)
Rini Marsela (1807111539)

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA S-1


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2018/2019
ENZIM DAN KOENZIM

1. Enzim
Enzim adalah protein yang dihasilkan oleh sel hidup yang mempengaruhi reaksi
kimia. Ditinjau dari fungsinya enzim merupakan katalis dalam sistem biologi. Katalis
adalah molekul yang berfungsi mempercepat reaksi kimia. Hampir semua enzim
merupakan protein. Dua sifat penting enzim adalah memiliki daya katalitik yang sangat
besar dan sangat spesifik, yaitu:
a. Daya katalitik enzim
Daya katalitik enzim sangat besar, yaitu mampu mempercepat reaksi kimia
minimal sejuta kali. Tanpa enzim, kecepatan sebagian besar reaksi kimia di dalam sistem
biologi sangatlah rendah sehingga tak dapat diukur. Bahkan reaksi yang sederhana
sekalipun seperti hidrasi CO2 harus dikatalisis oleh enzim karbonat anhidrase.

Karbonat anhidrase
CO2 + H2O ―――――――――→ H2CO3

b. Spesifitas enzim
Enzim sangat spesifik, baik terhadap terhadap jenis reaksi yang dikatalisisnya
maupun terhadap substrat atau reaktan yang diolahnya. Gambaran spesifitas enzim
tercantum pada gambar di bawah ini. Satu enzim biasanya mengkatalisis satu jenis
reaksi kimia saja, atau seperangkat reaksi yang sejenis. Dalam reaksi enzimatik sangat
jarang terjadi reaksi sampingan yang menyebabkan terbentuknya hasil sampingan yang
tak berguna.
Gambar 4.1 Model spesifitas enzim terhadap substrat dan reaksi tertentu.

c. Kompleks enzim-substrat
Sebagian besar daya katalitik enzim berasal dari kemampuan enzim menempatkan
substrat ke dalam kedudukan yang menguntungkan pada kompleks enzim substrat.
Enzim memiliki situs aktif, yaitu tempat tertentu pada molekul enzim untuk mengikat
substrat. Emil Fischer mengumpamakan substrat dan situs aktif sebagai anak kunci dan
kunci. Lihat Gambar 4.2 untuk ilustrasi lebih jelas.

Gambar 4.2 Kompleks enzim-substrat


1. Klasifikasi enzim
Enzim diklasifikasikan berdasarkan tipe reaksi dan mekanisme reaksi yang
dikatalisis. Pada awalnya hanya ada beberapa enzim yang dikenal, dan kebanyakan
mengkatalisis reaksi hidrolisis ikatan kovalen. Semua enzim ini diidentifikasi dengan
menambahkan akhiran –ase pada nama substansi atau substrat tempat enzim bekerja
(dihidrolisis).
Secara ringkas, sistem penamaan enzim menurut IUB dijelaskan sebagai berikut:
1. Reaksi dan enzim yang mengkatalisis membentuk 6 kelas, masing-masing
mempunyai 4-13 subkelas
2. Nama enzim terdiri atas 2 bagian, pertama menunjukkan substrat dan kedua
ditambah dengan –ase yang menunjukkan tipe reaksi yang dikatalisis. Contoh:
heksosa isomerase (substrat: heksosa dengan reaksi isomerase).
3. Jika diperlukan, ditambah dengan informasi tambahan tentang reaksi dalam tanda
kurung di bagian akhir nama.

4. Contoh: 1.1.1.37 L-malat:NAD+ oksidoreduktase (dekarboksilasi).


5. Setiap enzim mempunyai nomor kode (EC) yang terdiri atas:
a. Digit pertama : kelas tipe reaksi
b. Digit kedua : subkelas tipe reaksi
c. Digit ketiga : sub-subkelas tipe reaksi
d. Digit keempat :untuk enzim spesifik
Contoh: 2.7.1.1 diuraikan menjadi:
a. Kelas 2 : transferase
b. Subkelas 7 : transfer fosfat
c. Subsubkelas 1 : alkohol merupakan akseptor fosfat
d. Enzim spesifik 1 : heksokinase atau ATP:D-heksosa 6-fosfotransferase
Suatu enzim yang mengkatalisis pemindahan fosfat dari ATP ke gugus hidroksil
atom C ke enam molekul glukosa.
B. Penggolongan (Klasifikasi) enzim
Enam kelas utama enzim dengan beberapa contohnya di bawah ini:
1. Oksidoreduktase.
Enzim-enzim yang mengkatalis oksidoreduksi antara 2 substrat s dan S’ S red
+ S’ oks = Soks +S’ red
2. Transferase
Enzim-enzim yang mengkatalisis pemindahan suatu gugus,G (lain dari
hidrogen), antara sepasang substrat S dan S’.
S─G + S’= S’─ G+S
3. Hidrolase
Enzim-enzim yang mengkatalisis hidrolisis ikatan-ikatan ester, peptida, glikosil,
anhidrida asam, C-C,C-halida, atau P─N.
4. Liase
Enzim-enzim yang mengkatalisis pembuangan gugus dari substrat dengan
mekanisme yang lain daripada hidrolisis,dan meninggalkan ikatan rangkap.
5. Isomerase
Yang termasuk kelas ini adalah semua enzim yang mengkatalisis interkoversi
isomer-isomer optic, geometric, atau posisi.
6. Ligase
Ligase (ligare = mengikat) enzim yang mengkatalisis penggabungan 2 senyawa
diikuti oleh pemecahan ikatan pirofosfat pada ATP atau senyawa yang sejenis. Yang
temasuk golongan ini adalah enzim-enzim yang mengkatalisis reaksi pembentukan ikatan
C─ O,C─S, C─N dan C─C.
Beberapa contoh enzim berdasarkan reaksinya
1. Hidrolase
Hidrolase merupakan enzim-enzim yang menguraikan suatu zat dengan
pertolongan air. Hidrolase dibagi atas kelompok kecil berdasarkan substratnya yaitu :
Karbohidrase, yaitu enzim-enzim yang menguraikan golongan karbohidrat kelompok ini
masih dipecah lagi menurut karbohidrat yang diuraikannya, misal :
a. Amilase, yaitu enzim yang menguraikan amilum (suatu polisakarida) menjadi maltosa 9
(suatu disakarida).
2 (C6H10O5)n + n H2O n C12H22O11
amilum amylase maltosa
b. Sukrase, yaitu enzim yang mengubah sukrosa (gula tebu) menjadi glukosa dan
fruktosa.
c. Laktase, yaitu enzim yang mengubah laktase menjadi glukosa dan galaktosa.
d. Selulase, emzim yang menguraikan selulosa ( suatu polisakarida) menjadi selobiosa (
suatu disakarida)
e. Pektinase, yaitu enzim yang menguraikan pektin menjadi asam-pektin.

f. . Maltase, yaitu enzim yang menguraikan maltosa menjadi glukosa maltase


C12H22O11 + H20 2 C6H12O6

maltosa glukosa maltase


2. Esterase, yaitu enzim-enzim yang memecah golongan ester.

Contoh :

a. Lipase, yaitu enzim yang menguraikan lemak menjadi gliserol dan asam lemak.
b. Fosfatase, yaitu enzim yang menguraikan suatu ester hingga terlepas asam
fosfat.
3. Proteinase atau Protease, yaitu enzim enzim yang menguraikan golongan protein.
Contoh:

a. Peptidase, yaitu enzim yang menguraikan peptida menjadi asam amino.

b. Gelatinase, yaitu enzim yang menguraikan gelatin.

c. Renin, yaitu enzim yang menguraikan kasein dari susu.


4. Oksidase dan reduktase , yaitu enzime yang menolong dalam proses oksidasi dan
reduksi.
Enzim Oksidase dibagi lagi menjadi;
a. Dehidrogenase : enzim ini memegang peranan penting dalam mengubah zat- zat
organik menjadi hasil-hasil oksidasi.
b. Katalase : enzim yang menguraikan hidrogen peroksida menjadi air dan
oksigen.
5. Desmolase
Demolase yaitu enzim-enzim yang memutuskan ikatan-ikatan C-C, C-N
dan beberapa ikatan lainnya. Enzim Desmolase dibagi lagi menjadi :

a. Karboksilase : yaitu enzim yang mengubah asam piruvat menjadi asetaldehida.

b. Transaminase : yaitu enzim yang memindahkan gugusan amine dari suatu asam
amino ke suatu asam organik sehingga yang terakhir ini berubah menjadi suatu
asam amino.

B. Cara kerja Enzim


a. Sisi Aktif Enzim
Karakteristik sisi aktif enzim
1. Merupakan bagian kecil dari enzim

2. Sisi aktif merupakan suatu cekukan yang bersifat 3 dimensi.

3. Substrat terikat pada sisi aktif dengan interaksi atau ikatan yang lemah.
4. Spesifitas enzim dipengaruhi oleh asam amino yg menyusun sisi aktif suatu
enzim
Gambar 4.3 sisi aktif enzim dan asam amino yang terlibat

Sisi aktif mempunyai 2 bagian yang penting:


1. Bagian yang mengenal substrat dan kemudian mengikatnya
2. Bagian yang mengkatalisis reaksi, setelah substrat diikat oleh enzim.
Asam amino yang membentuk kedua bagian tersebut tidak harus
berdekatan dalam urutan secara linear, tetapi dalam konformasi 3D mereka berdekatan.
A. Mekanisme reaksi enzim
Molekul selalu bergerak dan bertumbukan satu sama lain. Jika suatu molekul
substrat menumbuk molekul enzim yang tepat, substrat akan menempel pada enzim. Ada
dua teori mengenai kerja enzim, yaitu teori lock and key (gembok – anak kunci) dan
induced fit (kecocokan terinduksi).
1. Teori Gembok - anak kunci
Bentuk substrat sesuai dengan sisi aktif, seperti gembok cocok dengan anak
kuncinya. Hal itu menyebabkan enzim bekerja secara spesifik. Substrat yang
mempuyai bentuk ruang yang sesuai dengan sisi aktif enzim akan berkaitan dan
membentuk kompleks transisi enzim – substrat. Senyawa transisi ini tidak stabil
sehingga pembentukan produk berlangsung dengan sendirinya.
2. Teori Induced Fit (Koshland)
Reaksi antara substrat dengan enzim berlangsung karena adanya induksi molekul
substrat terhadap molekul enzim. Menurut teori ini, sisi aktif enzim bersifat
fleksibel dalam menyesuaikan struktur sesuai dengan struktur substrat.
Ketika substrat memasuki sisi aktif enzim, maka enzim akan terinduksi dan
kemudian mengubah bentuknya sedikit sehingga mengakibatkan perubahan sisi aktif
yang semula tidak cocok menjadi cocok (fit). Kemudian terjadi pengikatan substrat oleh
enzim, yang selanjutnya substrat diubah menjadi produk. Produk kemudian dilepaskan
dan enzim kembali pada keadaan semula, siap untuk mengikat substrat baru. Ketika
substrat memasuki sisi aktif enzim, maka enzim akan terinduksi dan kemudian mengubah
bentuknya sedikit sehingga mengakibatkan perubahan sisi aktif yang semula tidak cocok
menjadi cocok (fit). Kemudian terjadi pengikatan substrat oleh enzim, yang selanjutnya
substrat diubah menjadi produk. Produk kemudian dilepaskan dan enzim kembali pada
keadaan semula, siap untuk mengikat substrat baru.

Enzim dapat bekerja dengan beberapa cara, yang kesemuanya menurunkan ΔG‡:
1. Menurunkan energi aktivasi dengan menciptakan suatu lingkungan yang
mana keadaan transisi terstabilisasi (contohnya mengubah bentuk substrat
menjadi konformasi keadaan transisi ketika ia terikat dengan enzim.)
2. Menurunkan energi keadaan transisi tanpa mengubah bentuk substrat
dengan menciptakan lingkungan yang memiliki distribusi muatan yang
berlawanan dengan keadaan transisi.
3. Menyediakan lintasan reaksi alternatif. Contohnya bereaksi dengan substrat
sementara waktu untuk membentuk kompleks Enzim-Substrat antara.
4. Menurunkan perubahan entropi reaksi dengan menggiring substrat bersama
pada orientasi yang tepat untuk bereaksi. Menariknya, efek entropi ini
melibatkan destabilisasi keadaan dasar, dan kontribusinya terhadap katalis
relatif kecil.
5. bersama pada orientasi yang tepat untuk bereaksi. Menariknya, efek entropi
ini melibatkan destabilisasi keadaan dasar, dan kontribusinya terhadap
katalis relatif kecil.
A. Struktur Enzim

Pada mulanya enzim dianggap hanya terdiri dari protein dan memang ada
enzim yang ternyata hanya tersusun dari protein saja, misalnya pepsin dan tripsin.Tetapi
ada juga enzim-enzim yang selain protein juga memerlukan komponen selain protein.
Komponen selain protein pada enzim dinamakan kofaktor. Koenzim dapat merupakan
ion logam/ metal, atau molekul organik yang dinamakan koenzim. Gabungan antara
bagian protein enzim (apoenzim) dan kofaktor dinamakan holoenzim. Enzim yang
memerlukan ion logam sebagai kofaktornya dinamakan metaloenzim.. Ion logam ini
berfungsi untuk menjadi pusat katalis primer, menjadi tempat untuk mengikat substrat,
dan sebagai stabilisator supaya enzim tetap aktif.
B. Aktivitas Enzim

Seperti halnya katalisator, enzim dapat mempercepat reaksi kimia dengan menurunkan
energi aktivasinya. Enzim tersebut akan bergabung sementara dengan reaktan sehingga
mencapai keadaan transisi dengan energi aktivasi yang lebih rendah daripada energi
aktivasi yang diperlukan untuk mencapai keadaan transisi tanpa bantuan katalisator atau
enzim. Enzim juga dapat dibedakan menjadi eksoenzim dan endoenzim berdasarkan
tempat kerjanya, ditinjau dari sel yang membentuknya. Eksoenzim ialah enzim yang
aktivitasnya diluar sel. Endoenzim ialah enzim yang aktivitasnya didalam sel.

Selain eksoenzim dan endoenzim, dikenal juga enzim konstitutif dan enzim
induktif. Enzim konstitutif ialah enzim yang dibentuk terus-menerus oleh sel tanpa
peduli apakah substratnya ada atau tidak. Enzim induktif (enzim adaptif) ialah enzim
yang dibentuk karena adanya rangsangan substrat atau senyawa tertentu yang lain.
Misalnya pembentukan enzim beta-galaktosida pada escherichia coli yang diinduksi
oleh laktosa sebagai substratnya. Tetapi ada senyawa lain juga yang dapat menginduksi
enzim tersebut walaupun tidak merupakan substarnya, yaitu melibiosa. Tanpa adanya
laktosa atau melibiosa, maka enzim beta-galaktosidasa tidak disintesis, tetapi
sintesisnya akan dimulai bila ditambahkan laktosa atau melibiosa.

C. Koenzim
Dalam peranannya, enzim sering memerlukan senyawa organik tertentu selain
protein. Ditinjau dari fungsinya, dikenal adanya koenzim yang berperan sebagai
pemindah hidrogen, pemindah elektron, pemindah gugusan kimia tertentu (“group
transferring”) dan koenzim dari isomerasa dan liasa. Koenzim akan memperbesar
kemampuan katalitik suatu enzim sehingga jauh melebihi kemampuan yang
ditawarkan. Koenzim yang berikatan secara erat dengan enzim melalui ikatan kovalen
atau non kovalen sering disebut sebagai gugus prostetik.
Tabel 4.2 Contoh-contoh koenzim dan peranannya

Yang
No Kode Singkatan dari
dipindahkan
1. NAD Nikotinamida-adenina dinukleotida Hidrogen
Nikotinamida-adenina Hidrogen
2. NADP
3. FMN Flavin mononukleotida dinukleotid Hidrogen
4. FAD Flavin-adenina
a fosfat dinukleotida Hidrogen
5. Ko-Q Koenzim Q atau Quinon Hidrogen
6. Sit Sitokrom Elektron
7. Fd Ferredoksin Elektron
8. ATP Adenosina trifosfat Gugus fosfat
9. PAPS Fosfoadenil sulfat Gugus sulfat
10. UDP Uridina difosfat Gula
D. Isoenzim

Isoenzim adalah protein yang dapat mengkatalisis reaksi yang sama dan terjadi
pada spesies yang sama, tetapi mempunyai sifat-sifat fisika dan kimia yang berbeda.
Dapat berasal dari : beberapa organ yg berbeda, bagian sel yang berbeda, satu bagian
yang sama.
RANGKUMAN
1. Enzim adalah protein yang dihasilkan oleh sel hidup yang mempengaruhi reaksi
kimia. Ditinjau dari fungsinya enzim merupakan katalis dalam sistem biologi.
Katalis adalah molekul yang berfungsi mempercepat reaksi kimia..
2. Dua sifat penting enzim adalah memiliki daya katalitik yang sangat besar dan
sangat spesifik. Enzim memiliki daya katalitik yang sangat besar, yaitu mampu
mempercepat reaksi kimia minimal sejuta kali. Selain itu, suatu enzim biasanya
mengkatalisis satu jenis reaksi kimia saja, atau seperangkat reaksi yang sejenis.
3. Enzim memiliki situs/sisi aktif, yaitu tempat tertentu pada molekul enzim untuk
mengikat substrat,
4. Sisi aktif enzim ini memiliki 2 bagian yang penting, yaitu bagian yang mengenal
substrat kemudian mengikatnya dan bagian yang mengkatalisis reaksi setelah
substrat diikat oleh enzim.
5. Enzim diklasifikasikan berdasarkan tipe reaksi dan mekanisme reaksi yang
dikatalisis. Ada 6 kelas utama dalam pengklasifikasian enzim, yaitu :
a. Oksidoreduktase.
b. Transferase
c. Hidrolase
d. Liase
e. Isomerase
f. Ligase
6. Ada dua teori mengenai kerja enzim, yaitu teori lock and key (gembok – anak
kunci) dan induced fit (kecocokan terinduksi).
7. Suatu molekul enzim dapat terdiri dari protein saja, seperti pepsin dan tripsin.
8. Ada enzim yang juga memerlukan komponen selain enzim, seperti ion logam
atau molekul organik, yang dinamakan kofaktor.
9. Isoenzim adalah protein yang dapat mengkatalisis reaksi yang sama dan terjadi
pada spesies yang sama, tetapi mempunyai sifat-sifat fisika dan kimia yang
berbeda.
MIKROBIOLOGI
METABOLISME GLUKOSA MENJADI BUTADION

Kelompok 10:
Ikhwan (1807113260)
Farah Adinda Trisna Putri (1807112914)
Resti Khairunnisa (1807111703)
Rini Marsela (1807111539)

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA S-1


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2018
A. Metabolisme Glukosa menjadi Butadion
Metabolisme diketahui dari kemampuan mikroorganisme untuk menggunakan dan
menguraikan molekul yang kompleks seperti zat pati, lemak, protein dan asam nukleat. Selain itu
pengamatan juga dilakukan pada molekul yang sederhana seperti amino dan monosakarida.
1. Fermentasi Karbohidrat
Kemampuan memfermentasikan berbagai karbohidrat dan produk fermentasi yang
dihasilkan merupakan ciri yang sangat berguna dalam identifikasi mikroorganisme. Hasil akhir
dari fermentasi karbohidrat ini ditentukan oleh sifat mikroba, media biakan yang digunakan, serta
faktor lingkungan yaitu Ph, dan suhu. Media fermentasi harus mengandung senyawa yang dapat
dioksidasi dan difermentasikan oleh mikroorganisme. Glukosa merupakan senyawa yang paling
sering digunakan oleh mikroorganisme dalam proses fermentasi itu. Selain itu, terdapat pula media
sukrosa dan laktosa.
Fermentasi merupakan proses oksidasi biologi dalam keadaan anaerob dan yang
bertindak sebagai substrat adalah karbohidrat. Dari hasil fermentase ini berbeda-beda bergantung
pada jenis bakteri yang digunakan, misalnya asam laktat, asam cuka, CO2, dan asam lainnya.
Pada uji fermentasi karbohidrat, yang akan dilihat adalah pembentukan asam yang terlihat
dari perubahan warna medium menjadi kuning dan pembentukan gas yang terlihat dari adanya
gas dalam tabung durham. Perubahan warna medium mejadi kuning disebabkan karena
terdapatnya Indicator Brom Timol Blue (BTB) dalam medium. Penambahan indikator BTB ke
dalam medium yang mengalami fermentasi karbohidrat menjadi asam dalam keadaan aerob,
maka pH akan turun, akhirnya indikator BTB akan berubah warna menjadi kuning. Beberapa
mikroorganisme seperti E. coli, dapat menggunakan laktosa sebagai sumber karbon. Selain
laktosa, substrat alamiah dari enzim juga merupakan bahan yang sangat penting, ONPG (o-nitro-
phenyl-β-D-galactopyranoside) juga dapat digunakan. Β-galaktosidase dapat mengkatalisis
ONPG dengan reaksi sebagaiberikut:

β-galaktosidase

ONPG + H20 → galaktosa + o-nitrofenol


ONPG tidak berwarna tetapi setelah dihidrolisis menjadi o-nitrofenol, akan timbul
warna kuning pada larutan yang alkali. Tes ini digunakan utuk identifikasi beberapa jenis
bakteri. Berikut jenis bakteri yang mampu melakukan fermentasi terhadap karbohidrat serta
hasil fermentasinya, adalah:
a)Fermentasi asam laktat: bakteri asam laktat (Streptococcus, Lactobacillus)
b ) F e r m e n t a s i a l k o h o l : Zygomonas, Saccharomycetes
c)Fermentasi asam propionate: bakteri asam propionate (Propionibacterium)
d)Fermentasi 2,3-butanadiol: Enterobacter , Serralia, Bacillus.
e)Fermentasi asam campuran: bakteri enterik (Escherichia, Enterobacter,
Salmonella, Proteus)

2. Uji Voges-Proskueur
Uji ini digunakan untuk mengidentifikasi mikroorganisme yang melakukan fermentase
dengan hasil akhir 2,3 butanadiol. Bila bakteri memfermentasikan karbohidrat menjadi 2,3
butanadiol sebagai produk utama, akan terjadi penumpukan bahan tersebut dalam media
pertumbuhan. Pada uji VP ini dilakukan penambahan 40% KOH dan 5% larutan alfa naftol pada
saat pengamatan. Hal ini dapat menentukan adanya asetoin (asetil metil karbinol), suatu senyawa
pemula dalam sintesis 2,3 butanadiol.
Dengan adanya penambahan KOH 40 %, keberadaan setoin ditunjukkan dengan
perubahan warna medium menjadi merah, dan perubahan ini makin jelas dengan penambahan
alfa naftol beberapa tetes.Uji VP ini sebenarnya merupakan uji tidak langsung untuk mengetahui
adanya 2,3 butanadiol. Karena uji ini lebih dulu menentukan asetoin. Asetoin adalah senyawa
pemula dalam sintesis 2,3 butanadiol, sehingga dapat dipastikan bahwa dengan adanya asetoin
dalam media berarti menunjukkan adanya produk 2,3 butanadiol sebagai hasil fermentasi.
Mekanisme terjadinya reaksi pada Uji Voges-Proskueur dapat digambarkan sebagai berikut:
40% KOH

Acetoin + α-naftol → diasetil + keratin (kompleks pink)


Alkohol absolute

2,3-Butanediol (23BD) adalah komoditas kimia yang biasanya diproduksi


dari minyak. 2,3-Butanediol ini dapat digunakan sebagai prekursor dalam
pembuatan berbagai produk kimia, termasuk pelarut metil etil keton (MEK),
gamma-butyrolactone (GBL), dan 1,3-butadiene. 23BD diproduksi oleh
serangkaian mikroba pengolah gula (atau sitrat), termasuk Bacillus
amyloliquefaciens, Bacillus subtilis, Enterobacter aerogenes, Klebsiella
pneumoniae, Klebsiella oxytoca, Lactococcus lactis, Paenibacillus polymyxa, dan
Serratia marcescens.
DAFTAR PUSTAKA

Djide, Natsir & Sartini. 2006. Dasar-Dasar Mikrobiologi Laboratorium


Mikrobiologi Farmasi. Makassar: Universitas Hasanuddin.
Dwijoeseputro. 19990. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan Malang
Prescott, Harley. 2002. Laboratory Exercies in Microbiology. New York:
The MC-Graw Hill Companies.

Anda mungkin juga menyukai