NIM : BID221032
KELAS : B/21
Defenisi Jamur
Jamur adalah mikroorganisme yang termasuk golongan eukariotik dan tidak termasuk
golongan tumbuhan. Jamur berbentuk sel atau benang bercabang dan mempunyai dinding sel
yang sebagian besar terdiri atas kitin dan glukan, dan sebagian kecil dari selulosa atau ketosan.
Gambaran tersebut yang membedakan jamur dengan sel hewan dan sel tumbuhan. Sel hewan
tidak mempunyai dinding sel, sedangkan sel tumbuhan sebagian besar adalah selulosa. Jamur
mempunyai protoplasma yang mengandung satu atau lebih inti, tidak mempunyai klorofil dan
berkembangbiak secara aseksual, seksual atau keduanya (Sutanto dkk, 2013)
Morfologi Jamur
1) Hifa Hifa adalah suatu struktur fungus berbentuk tabung menyerupai seuntai benang
panjang yang terbentuk dari pertumbuhan spora atau konidia. Bagian tubuh fungi yang
mencolok adalah miselium yang terbuat dari kumpulan hifa yang bercabang- 9
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta cabang membentuk suatu jala yang umumnya
berwarna putih. Hifa berisi protoplasma yang dikelilingi oleh suatu dinding yang kuat
2) Dinding Sel Dinding sel memberikan bentuk kepada sel dan melindungi isi sel dari
lingkungan. Meskipun kokoh, dinding sel tetap bersifat permeable untuk nutrient-nutrien
yang diperlukan fungi bagi kehidupannya. Komponen penting dalam dinding sel
sebagian besar fungi adalah kitin, suatu polisakarida yang juga merupakan komponen
utama dari kerangka luar serangga dan artropoda lainnya. Kitin adalah polimer linear
dari N-asetil-glukosamin yang subunit-subunitnya dihubungkan oleh ikatan ß-(1-4)
glukosida.
3) Septum Septum merupakan suatu sekat yang membagi hifa menjadi kompartemen-
kompartemen. Meskipun demikian protoplasma dari sel-sel masih saling berhubungan
karena septum tersebut mempunyai lubang-lubang.
4) Mitokondria Mitokondria terdapat dalam sitoplasma sel fungi, dapat berbentuk lingkaran,
oval atau memanjang.
5) Ribosom 10 Poltekkes Kemenkes Yogyakarta Ribosom terdapat bebas dalam
sitoplasma, tetapi ada juga yang terikat pada permukaan reticulum endoplasma atau
pada membran nukleus. Dalam riboson terjadi sintesis polipeptida. Ribosom terdapat
dalam matriks mitokondria.
6) Aparatus Golgi Aparatus golgi mempunyai aneka peran, antara lain memroses dan
menyekresi glikoprotein yang akan menjadi bagian dari dinding sel, menyekresi bahan-
bahan ekstraseluler seperti cell coat pada pembelahan spora dari suatu sitoplasma yang
multinukleat, menghasilkan vesikel yang berperan dalam pertumbuhan dinding sel.
7) Microbodies Microbodies, antara lain: peroksisom (mengandung katalase); glioksisom
(mengandung enzim-enzim yang terlibat dalam oksidasi asam lemak dan dalam siklus
glio-oksalat); hidrogenosom (mengandung hidrogenase untuk reaksi-reaksi yang
anaerob dalam sel); lisosom (mengatur pemecahan komponen-komponen sel, misalnya
pemecahan septum agar inti sel bisa bergerak dari sel yang satu ke sel yang lain dan
pada fungi yang parasitic untuk memecah dinding sel dari inang.
8) Vesikel Di dalam sel juga terdapat vesikel-vesikel, yaitu strukturstruktur mirip kantung,
dalam jumlah besar di lokasi-lokasi 11 Poltekkes Kemenkes Yogyakarta pertumbuhan
dinding sel, terutama pada hifa apikal. Vesikel tersebut mengosongkan isinya di antara
plasmalema dan dinding sel. Beberapa vesikel mengandung enzim-enzim yang
melunakkan dinding sel yang sudah ada agar kemudian dapat meluas (bertambah),
Pertumbuhan Jamur
Bila suatu konidia atau spora fungi ditanam di atas agar dalam cawan Petri, 12
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta maka setelah satu atau dua hari baru terlihat sesuatu pada
permukaan agar yang dapat berupa tetesan kental apabila suatu khamir atau berupa benang-
benang bila bentuk tersebut adalah suatu kapang. Pemeriksaan mikroskopis akan membuktikan
bahwa yang tumbuh itu betul-betul suatu koloni khamir atau suatu koloni kapang (Gandjar
dkk.,2006).
Klasifikasi Jamur
a. Deskripsi
Aspergillus flavus adalah jamur kontaminan yang umumnya hidup sebagai saprofit.
Jamur Aspergillus flavus dapat menjadi patogen dan menginfeksi manusia melalui
transmisi inhalasi, air maupun makanan yang terkontaminasi (Brooks, dkk., 2008).
b. Taksonom
Menurut Samson dan Pitt (2000), klasifikasi Aspergillus flavus adalah sebagai berikut
Kingdom : Fungi
Divisi : Ascomycota
Kelas : Eurotiomycetes
Ordo : Eurotiales
Famili : Trichocomaceae
Genus : Aspergillus
Species : Aspergillus flavus
Definisi Alga
Alga adalah sekelompok organisme autotrof yang tidak memiliki organ dengan
perbedaan fungsi yang nyata. Alga bahkan dapat dianggap tidak memiliki organ seperti
yang dimiliki tumbuhan seperti akar, batang, daun, dan sebagainya. Karena itu alga
pernah digolongkan pula sebagai tumbuhan bertalus (Campbell, 2003). Sangat banyak
jenis alga di alam ini, salah satunya adalah jenis fitoplankton
Fitoplankton dapat berbentuk satu sel, koloni, atau bentuk filamen. Fitoplankton
merupakan organisme autotrof yang dapat menghasilkan makanannya sendiri melalui
proses fotosintesis. Fotosintesis yaitu proses perubahan senyawa anorganik menjadi
senyawa organik dengan bantuan sinar matahari, atau sejumlah karbon yang difiksasi
oleh organisme autotrof melalui sintesis zat-zat organik dari senyawa anorganik seperti
CO2 dah H2O. Sintesa ini menggunakan energi dari radiasi cahaya matahari atau
sebagian kecil melalui reaksi kimia (Naimah, 1999).
Alga hijau adalah kelompok alga yang paling maju dan memiliki banyak sifat-sifat
tanaman tingkat tinggi. Kelompok ini adalah organisme prokariotik dan memiliki struktur-
struktur sel khusus yang dimiliki sebagaian besar alga. Mereka memiliki kloroplast,
DNA–nya berada dalam sebuah nukleus, dan beberapa jenisnya memiliki flagella.
Dinding sel alga hijau sebagaian besar berupa sellulosa, meskipun ada beberapa yang
tidak mempunyai dinding sel. Mereka mempunyai klorophil-a dan beberapa karotenoid,
dan biasanya mereka berwarna hijau rumput. Pada saat kondisi budidaya menjadi padat
dan cahaya terbatas, sel akan memproduksi lebih 5 banyak klorofil dan menjadi hijau
gelap. Kebanyakan alga hijau menyimpan zat tepung sebagai cadangan makanan
meskipun ada diantaranya menyimpan minyak atau lemak. Pada umumnya unisel
merupakan sumber makanan dalam budidaya dan filamen-filamennya merupakan
organisme pengganggu (Arini 2015).
Morfologi Alga
Genus alga kebanyakan terdapat sebagai sel tunggal yang berbentuk bola,
batang, gada dan kumparan. Alga ada yang bersel satu contohnya Chlorococcus dan
ada juga yang berkoloni seperti Volvox dan juga berupa benang seperti Spirogyra,
Oscillatoria, Vaucheria dan lain-lain. Alga yang berupa lembaran contohnya Ulva,
Padina, x Laminaria dan lain-lain. Dan alga 6 yang berupa rerumputan yaitu Chara,
Nitella, Sargassum dan lain-lain. Alga, sebagaimana protista eukariotik yang lain,
mangandung nukleus yang dibatasi oleh membran. Benda-benda lain yang ada di
dalamnya adalah pati dan butirbutir seperti pati, tetesan minyak dan vakuola. Setiap sel
mengandung satu atau lebih khloroplas yang dapat berbentuk pita atau seperti cakram-
cakram diskrit (satuan-satuan tersendiri) sebagaimana yang terdapat pada tumbuhan
hijau. Di dalam matriks khloroplast terdapat gelembung-gelembung pipih bermembran
yang dinamakan tilakoid. Membran tilakoid berisikan khlorofil dan pigmenpigmen
pelengkap yang merupakan suatu reaksi cahaya pada fotosintesis (Pelczar & Chan,
2005).
1. Salinitas Bagi golongan air laut/payau, salinitas sangat penting untuk mempertahankan
tekanan osmotik antara protoplasma dari organisme dengan air sebagai lingkungan
hidupnya. Hal ini akan berpengaruh pada proses metabolismenya.
2. Suhu, pH dan intensitas cahaya Hal ini merupakan faktor fisik yang mempengaruhi
pertumbuhan alga. Cahaya sangat diperlukan untuk proses fotosintesis. Beberapa alga
melakukan fotosintesis pada pH 7-8.
3. Aerasi Dalam aerasi, selain terjadi proses pemasukan gasgas yang diperlukan dalam
proses fotosintesis juga akan timbul gesekan-gesekan antara gelembung udara dan
molekul-molekul air sehingga terjadi sirkulasi air. Hal ini sangat penting untuk
mempertahankan suhu tetap homogen serta penyinaran dan nutrien tetap merata. Selain
itu sirkulasi juga dapat mencegah pengendapan plankton.
4. Parameter-parameter biologis Hal-hal ini meliputi saat seeding dan aklimatisasi juga
parasit-parasit yang dapat mengganggu pertumbuhan alga. Selama pertumbuhannya
fitoplankton dapat mengalami beberapa fase pertumbuhan (Isnansetyo dan Kurniastuty,
1995).
Klasifikasi Alga (Fitoplankton)