a. Khamir (Yeast)
Gambar 1. Tomogram elektron sel yeast. Gambar ini menunjukkan membran plasma, mikrotubulus
dan vakoula cahaya (hijau), nucleus, vakuola dan vesikula gelap (emas), mitokondria gelap dan besar
(biru) dan vesikel muda (merah muda) (Hoog et al., 2007).
Gambar 2. Gambar 2. Sel Yeast (Madigan et al., 2012).
b. Kapang (mold)
Kapang adalah jenis lain dari fungi, sebagian besar memiliki tekstur yang
tidak jelas dan biasanya ditemukan pada permukaan makanan yang
membusuk atau hangat, dan tempat-tempat lembab. Sebagian besar kapang
berreproduksi secara aseksual, tetapi ada beberapa spesies yang
bereproduksi secara seksual dengan menyatukan dua jenis sel untuk
membentuk zigot dengan produk uniselular sel (Viegas, 2004).
Gambar 3. Rhizopus sp.
c. Cendawan (Mushroom)
Cendawan merupakan salah satu kelompok dalam phylum fungi yang biasa
disebut dengan mushroom. Cendawan (mushroom) adalah fungi makroskopis
yang memiliki tubuh buah dan sering digunakan untuk konsumsi. Cendawan
sedikit berbeda. Cendawan memiliki bagian yang disebut dengan tubuh
buah. Tubuh buah tersebut terdiri dari holdfast atau bagian yang menempel
pada substrat, lamella, dan pileus (Dwidjoseputro, 1994).
a. Hifa
Fungi secara morfologi tersusun atas hifa. Dinding sel hifa bebentuk tabung
yang dikelilingi oleh membran sitoplasma dan biasanya berseptat. Fungi
yang tidak berseptat dan bersifat vegetatif biasanya memiliki banyak inti sel
yang tersebar di dalam sitoplasmanya. Fungi seperti ini disebut dengan fungi
coenocytic, sedangkan fungi yang berseptat disebut monocytic (Madigan et
al., 2012).
Kumpulan hifa akan bersatu dan bergerak menembus permukaan fungi yang
disebut miselium. Hifa dapat berbentuk menjalar atau menegak. Biasanya
hifa yang menegak menghasilkan alat perkembangbiakan yang disebut
spora. Septa pada umumnya memiliki pori yang sangat besar
agar ribosom dan mitokondria dan bahkan nukleus dapat mengalir dari satu
sel ke sel yang lain. Miselium fungi tumbuh dengan cepat, bertambah satu
kilometer setiap hari. Fungi merupakan organisme yang tidak bergerak, akan
tetapi miselium mengatasi ketidakmampuan bergerak itu dengan
menjulurkan ujung-ujung hifanya denagan cepat ke tempat yang baru
(Campbell et al., 2010).
Pada ujung batang hifa mengandung spora aseksual yang disebut konidia.
Konidia tersebut berwarna hitam, biru kehijauan, merah, kuning, dan
cokelat. Konidia yang menempel pada ujung hifa seperti serbuk dan dapat
menyebar ke tanah dengan bantuan angin. Beberapa fungi yang
makroskopis memiliki struktur yang disebut tubuh buah dan mengandung
spora. Spora tersebut juga dapat menyebar dengan bantuan angin, hewan,
dan air (Madigan et al., 2012).
Hifa dapat dijadikan sebagai ciri taksonomi pada fungi. Beberapa jenis fungi
ada yang memiliki hifa berseptat dan ada yang tidak. Oomycota
dan Zygomycota merupakan jenis fungi yang memiliki hifa tidak berseptat,
dengan nuklei yang tersebar di sitoplasma. Berbeda dengan kedua jenis
tersebut, Ascomycota dan Basidiomycota berasosiasi aseksual dengan hifa
berseptat yang memiliki satu atau dua nuklei pada masing-masing segmen
(Webster dan Weber, 2007).
Hifa yang tidak bersepta disebut hifa senositik, memiliki sel yang panjang
sehingga sitoplasma dan organel-organelnya dapat bergerak bebas dari satu
daerah ke daerah lainnya dan setiap elemen hifa dapat memiliki beberapa
nukleus. Hifa juga dapat diklasifikasikan berdasarkan fungsinya. Hifa
vegetatif (miselia), bertanggungjawab terhadap jumlah pertumbuhan yang
terlihat di permukaan substrat dan mempenetrasinya untuk mencerna dan
menyerap nutrisi. Selama perkembangan koloni fungi, hifa vegetatif
berkembang menjadi reproduktif atau hifa fertil yang merupakan cabang dari
miselium vegetatif. Hifa inilah yang bertanggungjawab terhadap produksi
tubuh reproduktif fungi yaitu spora (Campbell et al., 2010).
Hifa tersusun dari dinding sel luar dan lumen dalam yang mengandung
sitosol dan organel lain. Membran plasma di sekitar sitoplasma mengelilingi
sitoplasma. Filamen dari hifa menghasilkan daerah permukaan yang relatif
luas terhadap volume sitoplasma, yang memungkinkan terjadinya absorpsi
nutrien. (Willey et al., 2009).
b. Dinding Sel
c. Nukleus
a. Chytridiomycota
Sel berflagela pada minimal satu siklus hidupnya, bisa memiliki satu atau
lebih flagela. Dinding sel mengandung kitin dan β-1,3-1,6-glukan; glikogen
sebagai bentuk cadangan karbohidrat. Reproduksi seksual sering
menghasilkan satu zigot yang sporangium; saprofit atau parasit.
Gambar 9. Chytridiomycota
b. Zygomycota
c. Ascomycota
d. Basidiomycota
Umumnya termasuk cendawan. Reproduksi seksual meliputi pembentukan
basidium dengan basidiospora haploid. Umumnya 4 spora per basidium tapi
kadang 1 – 8. Reproduksi seksual dengan fusi membentuk miselium
dikariotik menghasilkan sepasang nukleus induk tapi tidak berfungsi.
e. Glomeromycota
f. Microsporidia