MIKOLOGI
Disusun Oleh :
P27903116058
2017/2018
1. Berikan penjelasan berikut ini:
a. Morfologi dan sifat jamur
Morfologi jamur :
Bentuk jamur secara garis besar ada 3 bentuk, yaitu :
a) Yeast
Merupakan jamur uniseluler yang berbentuk oval/lonjong dengan diameter 3-15 mikron.
Berkembangbiak membelah diri membentuk tunas atau budding sel. Contoh yeast : Candida
sp, Candida albicans, Torulla, Cryptococcus neoformans.
b) Mold (kapang)
Merupakan jamur multiseluler yang membentuk benang-benang hifa/filament, kumpulan
dari hifa disebut miselium yang membentuk suatu anyaman. Contoh : Aspergillus,
Penicellium, Rhizopus, Mucor, Microsporum, Trichophyton, Epidermophyton.
c) Mushroom (fungi bertubuh buah)
Fungi jenis ini memiliki tubuh buah yang besar sehingga dapat dilihat dengan mudah oleh
mata. Berbeda dengan miselium pada kapang yang terjalin bebas tidak, beraturan, miselium
pada mushroom tersusun dalam struktur padat yang terorganisasi secara teratur membentuk
tubuh buah. Bentuk tubuh buah pada mushroom beragam, diantaranya berbentuk payung,
mangkuk, bulat, dan berbentuk seperti kuping.
Sifat jamur :
a) Jamur termasuk kingdom fungi
b) Tidak memiliki akar dan daun yang sejati
c) Tidak mempunyai klorofil sehingga tidak dapat berfotosintesis
d) Umumnya multiseluler (jamur merang, jamur tempe), dan uniseluler (Saccharomyces)
e) Eukariotik
f) Berbentuk benang
g) Dinding selnya mengandung kitin
h) Heterotrof
i) Bersifat saprofit
j) Berkembangbiak dnegan spora secara asexual maupun sexual
b. Hifa (Pengertian, Macam, Gambar, dan Contoh Jamur)
Hifa adalah sel penyusun tubuh jamur yang memanjang membentuk benang. Hifa
merupakan struktur menyerupai benang yang terdiri atas satu atau banyak sel yang dikelilingi
dinding berbentuk pipa. Hifa ini bercabang-cabang membentuk jaringan yang disebut miselium.
Miselium menyusun jalinan-jalinan membentuk tubuh buah. Pada beberapa jenis jamur, hifa
memiliki sekat-sekat antarsel yang disebut septa.
Macam-macam hifa :
a) Asepta : yaitu hifa yang tidak mempunyai sekat atau septum dan biasa disebut senosit.
b) Septa uninukleus : yaitu hifa dengan sel berinti tunggal, sekat membagi hifa menjadi ruang-
ruang dan setiap ruang berisi satu inti.
c) Septa multinukleus : yaitu hifa dengan sel banyak
1. Aspergillus 2. Penicillium
Hifa septa dan miselium bercabang Hifa septa dan miselium bercabang
3. Mucor 4. Rhizophus
Gambar :
1. Cryptococcus neoformans 2. Candida albicans
3. Torulla
Macam koloni :
Koloni ragi (yeast colony) dari sel-sel ragi dan tidak memiliki miselium. Sel- sel ragi
membentuk tunas dan pada jamur tertentu ada yang membentuk askospora.
Koloni menyerupai ragi (yeast like colony) terdiri dari sel-sel ragi, dan miselium semu
(pseudomiselium). Sel–sel ragi membentuk tunas tetapi tidak membentuk askospora.Koloni
filament (filamentous colony) terdiri atas hifa sejati, yang membentuk miselium dan juga
membentuk spora
Gambar
koloni :
Koloni Pada Mold
Contoh jamur :
Conidia nigrospora oryzae
Koloni monascus purpureus
Koloni penicilium sp
Koloni chaetomium globosum
Koloni scopulariopsis fusca
Koloni fusarium oxsysporum
Koloni Aspergullus flavus
Koloni Aspergullus niger
Conidia vurcularia lunata
3. Zygospora, merupakan spora besar berdinding tebal yang terbentuk dar ujung-ujung dua hifa
yang serasi yang disebut gametangia.
Contoh : Rhizopus
4. Oospora, merupakan spora hasil terbentuk dari pertemuan antara gamet betina (oogoonium)
dan gamet jantan (anteredium) sehingga akan terjadi pembuahan (oosfer) sehingga
menghasilkan oospora.
g. Spora aseksual (Pengertian, Macam, Gambar, dan Contoh Jamur)
Spora aseksual adalah spora yang dihasilkan dari pembelahan secara mitosis. Pembentukan
spora aseksual pada jamur terjadi melalui spora yang dihasilkan oleh hifa tertentu. Spora tersebut
merupakan sebuah sel reproduksi yang dapat tumbuh langsung menjadi jamur. Hal ini mirip
dengan perkecambahan biji pada tumbuhan tingkat tinggi.
b. Untuk menegakkan diagnosis infeksi oleh jamur, selain terjadi gejala-gejala yang khas dari tiap-
tiap jenis jamur, maka diagnosisnya harus dibantu dengan pemeriksaan laboratorik.
- Sebutkan macam-macam pemeriksaan laboratorik tersebut! (min 4)
Beberapa teknik diagnosis infeksi jamur yang dapat dikerjakan adalah :
1. Kultur darah
Identifikasi infeksi jamur dengan kultur darah masih dianggap merupakan gold standar,
namun sangat disayangkan teknik ini tidak dapat diterapkan pada semua spesies jamur.
Infeksi yang disebabkan oleh candida yang terdeteksi dengan kultur darah hanya 40-70%
sehingga sensitivitasnya sangat rendah. Golongan jamur yang dapat terdeteksi dengan
pemeriksaan kultur darah adalah golongan Fusarium spp dan Scedosporium spp, sedangkan
golongan Aspergillus spp dan Zygomycetes hampir tidak pernah ditemukan pada pemeriksaan
kultur darah.
2. Pemeriksaan histopatologi
Jamur dapat diidentifikasi berdasarkan gambaran morfologi dan histopatologinya.
Pemeriksaan histopatologi adalah mendeteksi jamur dengan menggunakan teknik pewarnaan.
Berbagai teknik pewarnaan yang sering digunakan adalah dengan Gomori-silver stain (GMS),
periodic acid schiff (PAS), dan teknik fluoresensi dengan fluorescent dyes. Pemeriksaan
histopatologi memiliki sensitivitas dan spesifitas yang tidak bisa diprediksi. Kelemahan teknik
diagnosis dengan cara ini adalah tergantung kepada jumlah jamur, jenis jamur serta kualitas
dan kedalaman spesimen yang diambil.
3. Pemeriksaan biomolekular
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi komponen dinding sel jamur dan DNA
jamur. Pemeriksaan yang dapat dilakukan dan masih terus dikembangkan antara lain:
a. Deteksi galactomannan
Galactomannan adalah komponen karbohidrat dinding golongan Aspergillus
spp. Galactomannnan dideteksi dengan teknik ELISA, terdapatmya galactomannan
dalam cairan tubuh merupakan alat bantu diagnostik yang sangat berguna dalam
mendeteksi infeksi jamur oleh Aspergillus spp. Hasil dilaporkan dalam bentuk rasio
densitas optik sampel dibandingkan dengan kontrol. Nilai ambang batas positif adalah
>0,8 pada sampel tunggal dan >0,5 pada dua sampel yang diambil berurutan.
Terdeteksinya galactomannan digabungkan dengan kriteria klinis memenuhi kriteria
diagnosis sangat mungkin aspergillosis dengan sensitivitas 89% dan spesifitas 85% pada
pasien anak. Kelemahan teknik ini adalah sering terjadi false positif khususnya pada
pasien yang telah mendapatkan antibiotik betalaktam dan juga pada pasien anak.
b. Deteksi 1,3-ß-D-glucan
Komponen dinding sel jamur yang lain adalah 1,3-ß-D-glucan (BDG), berbeda
dengan galactomannan yang lebih spesifik untuk Aspergillius spp, 1,3-ß-D-glucan
terdapat pada hampir semua spesies jamur kecuali jenis Zygomycetes dan Cryptococcus
spp. Deteksi BDG juga kerjakan dengan teknik ELISA. Pemeriksaan dianjurkan
dilakukan dua sampai tiga kali dalam seminggu selama masih ada risiko infeksi. Nilai
cut-off untuk hasil positif adalah >80 pg/ml. Infeksi dapat ditegakkan dalam waktu
kurang dari tujuh hari. Deteksi BDG dalam serum adalah teknik yang tepat untuk
membedakan infeksi akibat Candida spp atau Aspergillus spp dengan negative predictive
value > 90%. Sensitivitas dan spesifitas teknik pemeriksaan ini adalah 62% dan 92%.
c. Deteksi mannan antigen dan anti mannan antibodi
Teknik yang sudah banyak digunakan adalah dengan platelia Candida, juga
dilakukan dengan teknik ELISA yang menggabungkan antara deteksi antigen mannan dan
anti-mannan antibodi dalam serum. Sensitivitas mencapai 80% dengan spesifitas 30%
dan diagnosis dapat ditegakkan dalam waktu kurang dari lima hari
d. Polymerase chain reaction (PCR)
Berbagai teknik untuk mendeteksi asam nukleat dari jamur telah dikembangkan
dengan tujuan untuk menegakkan infeksi jamur lebih awal. Deteksi asam nukleat jamur
dengan teknik PCR masih sedang diteliti. Masalah yang dihadapi adalah karena belum
ada standarisasi untuk melakukan tes PCR. Setiap laboratorium memiliki teknik
ekstraksi, probe, protokol dan tata cara yang berbeda dalam melakukan PCR. Kondisi ini
menyebabkan teknik diagnosis dengan PCR hasilnya masih diragukan, sehingga
sensitivitas dan spesifitasnya menjadi rendah. Masih sangat sedikit penelitian yang
dilakukan untuk penegakan diagnosis infeksi jamur dengan PCR, yang sudah dilakukan
adalah penelitian untuk mendeteksi adanya Candida spp pada pasien dengan sakit kritis
dan menurut studi yang dipublikasikan tahun 2008, dengan teknik PCR untuk deteksi
beberapa spesies Candida spp dilaporkan nilai positive predictive value dan negative
predictive value adalah > 90%.
e. Pencitraan
Teknik diagnosis dengan pencitraan mempunyai peranan yang penting untuk
menegakkan diagnosis dan pemantauan penyakit infeksi jamur invasif. Pemeriksaan
dengan CT scan dan magnetic resonance imaging (MRI) sangat penting untuk
menegakkan diagnosis kandidiasis pada hepar dan lien. Ekokardiografi merupakan
komponen penting dalam menegakkan diagnosis endokarditis akibat Candida spp.
Sedangkan, pemeriksaan dengan foto thoraks kurang sensitif untuk menegakkan infeksi
jamur. Pada pasien yang menjalani transplantasi organ yang kemudian mengalami
febril neutropenia pemeriksaan CT scan daerah thoraks perlu dilakukan karena
kemungkinan infeksi jamur sangat besar. Gambaran infeksi jamur biasanya tampak
sebagai nodul padat dengan batas tegas atau gambaran halo disekelilingnya. Gambaran
ini tidak spesifik sebagai penanda infeksi jenis jamur oleh Aspergillosis spp, namun
penemuan tanda ini lebih dini dan tatalaksana lebih awal memberikan luaran yang lebih
baik, karena infeksi jamur pada paru paling banyak disebabkan oleh spesies Aspergillus
spp. Infeksi jamur invasif lain pada paru seperti fusariosis, zygomycosis dan
scedosporiosis mempunyai gambaran yang sama dengan infeksi aspergillosis.
Penyebab
utamanya adalah
: T.violaseum,
T.rubrum,
T.metagrofites.
Mikrosporon
gipseum,
M.kanis,
M.audolini.
penyakit ini
sering
menyerupai :
1. Pitiriasis
rosea
2. Psoriasis
vulgaris
3. Morbus
hansen
tipe
tuberkuloi
d
4. Lues
stadium II
bentuk
makulo-
papular
2. Kromoblastomikosis
Sp. Penyebab kromomikosis atau dermatitis verukosa merupakan infeksi jamur kronis
pada kutis dan subkutis yang disebabkan spesies dematiaceous (berwarna kecoklatan).
Patogenitas
Perjalanan penyakit ini dapat diawali dengan masuknya jamur dari tanah melalui
abrasi kulit, berkembang membentuk nodula-nodula yang selanjutnya menjadi lesi
verukosa yang menyerupai kembang kol. Infeksi ini sering menyerang tungkai bawah
terutama telapak kaki, punggung kaki, dan bokong dengan gambarane ffloresensi berupa
nodula-nodula lentikular sampai nummular dengan permukaanyang kasar menyerupai
kembang kol dan berbatas tegas. Lesi awal dari infeksi biasanya ditemukan pada kaki,
lutut, tangan dan tungkaiatas. Gambaran klinik bervariasi, lesi awal berupa papul
yang menyebar secaralambat selama beberapa bulan sampai tahun. Kemudian lesi ini
akan membentuk suatu plak dengan bagian tengah yang atropi. Bentuk yang agak
sering berupa verrucous menyebar secara lambat dan local.
Penularan
Jamur ini terdapat di tanah, kayu dan tumbuhan yang busuk.Infeksi terjadi karena spora
masuk melalui luka/ lesi pada kulit. Penyebaran melaluipembuluh limfe dan secara
hematogen ke seluruh organ dan menjadi sistemik
Gambaran klinis
Khas sebagai kutil berkelompok dan dapat berbentuk bunga kol. Lesi b
erkembang lambat dan biasanya dijumpai pada kaki dan tangan.1-4 Infeksi dapat
disebabkan oleh beberapa jamur berpigmen yang berbeda, yang paling sering adalah
Phialophora verrucosa, Fonsecaea pedrosoi, F. compactum, Wangiella dermatidis, dan
Cladophialophora carrionii.
3. Cryptococcosis
Sp. PENYEBAB
Cryptococcosis merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi dari jamur
Cryptococcus. Terdapat 2 spesies, Cryptococcus neoformans dan Cryptococcus gattii,
yang bersifat patogenik pada manusia dan dapat menyebabkan cryptococcosis pada
manusia.
PATOGENESIS
Infeksi cryptococcus didapatkan melalui inhalasi partikel aerosol. Namun bentuk pasti
dari partikel yang terinhalasi ini masih belum dapat dipastikan, dugaaan utama mengenai
bentuk partikel terseubut adalah basidiospora dan sel yeast kecil yang kering.
Pengetahuan mengenai infeksi inisial dari cryptococcus masih sangat rendah. Hasil uji
serologi menunjukkan bahwa sebagian besar infeksi cryptococcus didapatkan pada masa
kanak-kanak namun masih belum diketahui apakah infeksi inisial ini bersifat simtomatik
atau tidak. Karena infeksi cryptococcus ini sangat umum terjadi namun yang
bermanifestasi menjadi penyakit sangat jarang, mekanisme pertahanan pulmoner pada
individu imunokompeten diduga sangat berperan dalam menahan jamur ini.
Cryptococcosis biasanya muncul secara klinis sebagai meningoensefalitis kronik.
Mekanisme bagaimana jamur dapat menyebar ekstrapulmoner dan masuk ke sistem saraf
pusat masih belum diketahui dengan jelas. Mekanisme bagaimana sel cryptococcus dapat
melewati sawar darah otak juga masih dipelajari secara intensif. Dari bukti yang ada,
diduga migrasi langsung sel fungus menyebrangi endotelium melalui makrofag sebagai
penyerbu “Trojan Horse”. Spesies ini memiliki faktor virulensi berupa kapsul
polisakarida, kemampuan untuk memproduksi melanin, dan elaborasi enzim seperti
fosfolipase dan urease yang meningkatkan kemampuan bertahan hidup jamur ini dalam
jaringan. Infeksi dari cryptococcus diketahui tidak atau hanya sedikit memicu respon
inflamasi.
PENULARAN
Kriptokokus dihasilkan di permukaan tanah (soil) dan terbawa dan tersebar kemana-mana
oleh angin, lalu terhirup manusia dan menimbulkan infeksi.Cryptococcus neoformans
suka hidup di lingkungan yang tercemar kotoran burung atau kelelawar. Kriptokokosis
atau penyakit yang disebut infeksi jamur Cryptococcus neoformans terjadi bila seseorang
termakan buah-buahan atau terminum susu yang telah tercemari atau terkontaminasi
dengan kotoran burung yang mengandung jamur tersebut. Mastitis pada lembu bisa pula
akibat infeksi jamur Cryptococcus neoformans sehingga terminum susu lembu yang
mengidap mastitis bisa pula mengundang infeksi jamur tersebut.
GAMBARAN KLINIS
Pada kucing berupa infeksi pada rongga hidung, bersin, mucopurulent, serous (bunyi
sengau), hemorrhagi, edema subcutan, juga luka pada kulit yang berupa papula atau
bongkol-bongkol kecil. Luka yang lebih besar cenderung menjadi bisul yang berupa
serous eksudat pada permukaan kulit.
4. Pneumocytosis
Sp. PENYEBAB
Suatu infeksi paru-paru akibat jamur yang bernama Pneumocystis carinii.
PATOGENITAS
Gangguan sistem immun menjadi syarat utama terjadinya manifestasi PCP. Dalam hal ini
yang termasuk orang-orang beresiko yaitu :
Penderita HIV+ tingkat lanjut
Pasien dengan obat imunosupresiv, terutama dengan Glukokortikoid,
Anak2 dengan gangguan imum bawaan,
Anak dengan gangguan pertumbuhan karena kekurangan gizi.
Ketika seseorang menghirup/inhalasi pneumocysta dalam bentuk tropozoid(khamir),
maka agen ini, dengan molekul adhesi (terdiri dari polipeptid) yang di milikinya,
melekat pada molekul2 matriks ekstraselulaer seperti fibronektin, vitronektin, laminin
dari tipe 1 pneumocyte. Kemudian kapilar alveoli di rusak yang mengakibatkan
masuknya cairan berbusa ke dalam alveoli. Hal ini membuat sel2 makrofage berkumpul
ke dalam parensim paru. Sebagian dari makrofage ini melebur membentuk sel lebih besar
dengan banyak inti sel. Jika infeksi menyebar ke seluruh paru, menyebabkan lung failure
yang bisa berakhir dengan kematian.
PENULARAN
Siklus hidup lengkap dari salah satu jenis Pneumocystis masih belum diketahui sampai
saat ini, namun melihat banyaknya kasus penyakit ini yang menginfeksi paru-paru
memungkinkan bahwa penularan kebanyakan melalui pernafasan.
GAMBARAN KLINIS
Gejala PCP yaitu demam, batuk tidak produktif (karena dahak terlalu kental untuk
menjadi produktif), sesak napas (terutama saat aktivitas), penurunan berat badan dan
keringat malam. Biasanya ada bukan jumlah yang besar dahak dengan PCP kecuali
pasien memiliki infeksi bakteri tambahan. Jamur dapat menyerang organ-organ viseral
lainnya, seperti hati , limpa dan ginjal , tetapi hanya pada sebagian kecil kasus.
5. Misetoma
Sp. PENYEBAB
Misetoma yang disebabkan Actinomycesm disebut Actinomycotic mycetoma yang
disebabkan bakteri botryomycosis dan yang disebabkan jamur berfilamen dinamakan
maduromycosis.
PATOGENITAS
Penyakit ini biasanya muncul pada para pekerja yang berada di daerah pertanian, lebih
khusus pada pria dengan usia 20-40 tahun. Penyakit ini terjadi karena adanya spora
bakteri atau fungi yang terdapat dalam tanah. Pseudoallescheria boydii spp. adalah salah
satu contoh fungi penyebab penyakit ini. Adanya infeksi karena penyakit ini tampak
dengan adanya bentukan seperti agar-agar/ yogurt saat sudah dewasa. Penyebaran yang
tidak sewajarnya juga bias terjadi, yaitu terjadinya hematogenus dan penyebaran pada
limpha. Normalnya, infeksi pertama ditemukan pada daerah kaki atau tangan dan akan
berjalan kearah lengan.
PENULARAN
Penyebaran terjadi melalui kulit wajah dan dapat melibatkan tulang. Penyebaran jarang
melalui hematogen atau limfatik.Perjalanan penyakit termasuk keluhan utama dan
tambahan : Jamur masuk ke dalam kuli tmelalui abrasi atau luka lecet di kaki, selanjutnya
berkembang menjadi tumor di bawah kulit,menyebabkan kelainan bentuk (deformitas)
pada kaki yang disebut dengan misetoma. Tumor kemudian mengalami perlunakan,
terbentuk fistula atau ulkus yang mengeluarkan sekretyang megandung butir ± butir
kuning kehijauan disebut dengan granula sulfur. Pederitamengeluh nyeri dan selalu
disertai dengan pembengkakan kelenjar limfe regional.
GAMBARAN KLINIS
Pembengkakan, abses, sinus dan fistel multiple. Di dalam sinus ditemukan butir ± butir
(granules) yang berpigmen yang kemudian dikeluarkan melaluieksudat. Pada lesi kulit
yang sirkumskrip dengan pembengkakan sepertitumor jinak dan harus disertai butir ±
butir. Inflamasi dapat menjalar dari permukaan sampaike bagian dalam dan dapat
menyerang subkutis, fasia, otot dan tulang. Sering terbentuk fistel,yang mengeluarkan
eksudat. Butir ± butir sering bersama ± sama eksudat mengalir ke luar dari jaringan.
6. Histoplasmosis
Sp. PENYEBAB
Penyakit infeksi zoonosis yang disebabkan oleh jamur Histoplasma capsulatum
PATOGENITAS
Inhalasi mikokonidia merupakan stadium awal infeksi manusia. Konidia mencapai
alveoli, bertunas, dan berproliferasi sebagai ragi. Infeksi awal adalah bronkopneumonia.
Ketika lesi paru awal bertambah usianya, terbentuk sel raksasa disertai dengan
pembentukan granuloma dan nekrosis sentral. Pada saat pertumbuhan spora, sel ragi
masuk ke dalam system retikuloendotelial melalui system limfatik paru dan limfatik
hilus. Penyebaran dengan keterlibatan limfa khas menyertai infeksi paru primer. Pada
hospes normal, respons imun timbul pada sekitar 2 minggu. Lesi paru awal sembuh
dalam 2 sampai 4 bulan tetapi dapat mengalami kalsifikasi buckshot yang melibatkan
paru dan limpa. Tidak seperti tuberkolosis, reinfeksi dengan H.capsulatum terjadi dan
dapat menimbulkan respons hospes yang berlebihan pada beberapa kasus.
PENULARAN
Histoplasmosis tumbuh di tanah yang kaya dengan nitrat seperti tanah daerah-daerah
yang sangat terkontaminasi dengan tetesan-tetesan burung atau kayu yang lapuk. Spora
jamur sering dibawa sayap burung.
GAMBARAN KLINIS
Infeksi paru-paru akut adalah kelelahan, demam, dingin, sakit di dada, dan batuk kering.
Infeksi paru-paru kronis dapat seperti tuberculosis dan terjadi di sebagian besar orang
yang telah sakit paru-paru. Hal ini dapat berkembang berbulan-bulan atau bertahun-tahun
dan melukai paru-paru.
7. Blastomikosis
Sp. PENYEBAB
Blastomikosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh cendawan dimorfik
Blastomyces dermatitidis.
PATOGENITAS
Konidia inhalasi B. dermatitidis adalah fagositosis oleh neutrofil dan makrofag pada
alveoli. Beberapa fagositosis lolos ini dan berubah menjadi fase ragi dengan cepat.
Memiliki dinding tebal, ini resisten terhadap fagositosis dan mengekspresikan
glikoprotein, BAD-1 , yang merupakan faktor virulensi dan juga epitop. Pada jaringan
paru-paru, mereka berkembang biak dan menyebar melalui darah dan limfatik ke organ
lain, termasuk kulit, tulang, saluran genitourinari, dan otak. Masa inkubasi adalah 30
sampai 100 hari, meskipun infeksi dapat tanpa gejala.
PENULARAN
Penularan terjadi secara inhalasi dengan reservoir kemungkinan adalah tanah.
1. Masa inkubasi antara 2-4 minggu dengan gejala klinis berupa batuk,
demam,dahak berdarah.
2. Pada kasus kronis dapat menimbulkan rasa nyeri di dada dan jika tidak diobati
dapat menyebar ke kulit dengan manifestasi berupa ulserasi, papula/nodula
subkutan. Bila menyerang tulang akan terasa nyeri dan terjadi osteomyelitis. Bila
menyerang traktus genitoutinaria dapat menimbulkan dysuria, pyuria, hematuria.
GAMBARAN KLINIS
Penyakit ini dimulai dengan timbulnya demam yang cukup tinggi bahkan hingga
menggigil dan terdapat pula keringat yang cukup banyak. Bisa juga disertai batuk
berdahak yang cukup parah ( tetapi masih dalam kondisi wajar ) maupun kering, nyeri
dada dan kesulitan bernafas atau pernapasan terganggu.
Pada kulit dimulai dengan benjolan kecil (papula) dan bisa juga benjolan tersebut berisi
nanah (papulopustula), dan penyakit ini akan menyebar ke seluruh tubuh melalui
pembuluh darah. Kemudian akan timbul kutil yang dikelilingi abses atau penimbunan
nanah. Apabila terjadi pada tulang maka akan timbul pembengkakan disertai nyeri pada
tulang tersebut.
8. Coccidioidomycosis
Sp. PENYEBAB
Mikosis yang mengenai paru-paru yang disebabkan oleh Coccidioides immitis.
PATOGENITAS
Infeksi dari jamur ini didapat melalui inhalasi artrospora yang terdapat diudara. Infeksi
pernafasan yang nantinya timbul dapat bersifat asimptomatis dan mungkin hanya terbukti
dengan pembentukan antibody presipitasi dan tes kulit positif dalam 2-3 minggu.
Disamping itu penyakit yang menyerupai influenza, yang disertai demam, lesu, batuk,
dan rasa sakit di seluruh tubuh juga dapat terjadi.
Kurang dari 1% orang yang terinfeksi C. immitis, penyakitnya berkembang menjadi
bentuk yang menyebar dan sangat fatal. Hal ini dapat sangat menyolok terlihat pada
wanita yang sedang hamil. Ini disebabkan karena kadar estradiol dan progesterone yang
meningkat pada wanita hamil dapat menambah pertumbuhan C. immitis. Sebagian besar
orang dapat dianggap kebal terhadap reinfeksi, setelah tes – tes kulitnya menjadi positif.
Akan tetapi, bila individu seperti ini kekebalannya ditekan dengan obat atau penyakit,
penyebarannya dapat terjadi beberapa tahun setelah infeksi primernya.
Koksidioidomikosis yang menyebar dapat disamakan juga dengan tuberkolosis, dengan
lesi pada banyak organ tubuh, tulang dan susunan saraf pusat.
PENULARAN
Jamur Coccidioides immitis mampu terbang di udara. Penyakit ini ditularkan lewat udara
yang sudah terkontaminasi dengan jamur yang terhirup.
GAMBARAN KLINIS
Gejala yang ditimbulkan koksidioidomikosis antara lain:
1. Koksidioidomikosis primer akut
Koksidioidomikosis primer akut merupakan infeksi paru – paru yang ringan, yang
biasanya tanpa gejala. Kalaupun ada baru timbul 1 – 3 minggu setelah terinfeksi. Gejala –
gejalanya antara lain batuk berdahak, yang mungkin bisa sampai batuk darah, nyeri dada,
demam dan menggigil. Kompleks dari gejala – gejala ini dinamakan “Valley fever” atau
“Desert rheumatism”, rematik padang pasir, yaitu adanya konjungtivitis (peradangan
pada selaput mata) dan arthritis (peradangan sendi) disertai eritema nodosum (peradangan
kulit).
2. Koksidioidomikosis Progresif
Pada koksidioidomikosis ini sifat dari infeksinya adalah menyebar dan berakibat fatal.
Bentuk ini biasanya merupakan pertanda bahwa seseorang yang telah terinfeksi telah
mengalami gangguan system kekebalan. Gejala – gejalanya biasanya berupa demam
ringan, nafsu makan hilang, berat badan turun, dan badan terasa lemah. Pada kasus ini,
infeksi juga menyebar ke tulang, sendi, hati, limpa, ginjal dan otak.
9. Kriptokokkis
Sp. PENYEBAB
Cryptococcus neoformans
PATOGENITAS
Infeksi cryptococcus didapatkan melalui inhalasi partikel aerosol. Namun bentuk pasti
dari partikel yang terinhalasi ini masih belum dapat dipastikan, dugaaan utama mengenai
bentuk partikel terseubut adalah basidiospora dan sel yeast kecil yang kering.
Pengetahuan mengenai infeksi inisial dari cryptococcus masih sangat rendah. Hasil uji
serologi menunjukkan bahwa sebagian besar infeksi cryptococcus didapatkan pada masa
kanak-kanak namun masih belum diketahui apakah infeksi inisial ini bersifat simtomatik
atau tidak. Karena infeksi cryptococcus ini sangat umum terjadi namun yang
bermanifestasi menjadi penyakit sangat jarang, mekanisme pertahanan pulmoner pada
individu imunokompeten diduga sangat berperan dalam menahan
jamur ini.
PENULARAN
Spora dari jamur yang menyebabkan kriptokokus dihasilkan di permukaan tanah (soil)
dan terbawa dan tersebar kemana-mana oleh angin, lalu terhirup manusia dan
menimbulkan infeksi.Cryptococcus neoformans suka hidup di lingkungan yang tercemar
kotoran burung atau kelelawar. Kriptokokosis atau penyakit yang disebut infeksi jamur
Cryptococcus neoformans terjadi bila seseorang termakan buah-buahan atau terminum
susu yang telah tercemari atau terkontaminasi dengan kotoran burung yang mengandun
jamur tersebut. Mastitis pada lembu bisa pula akibat infeksi jamur Cryptococcu
neoformans sehingga terminum susu lembu yang mengidap mastitis bisa pula
mengundang infeksi jamur tersebut.
GAMBARAN KLINIS
Kelainan terutama di paru- paru, menyerupai gejala paru-paru lain.
10. Paracoccidioidomycosis
Sp. PENYEBAB
Infeksi yang disebabkan oleh jamur Paracoccidioides brasiliensis.
PATOGENITAS
Manusia mendapat infeksi melalui inhalasi spora jamur. Lesi primer terjadi di paru,
biasanya progresif. Dari paru dapat menjalar ke organ tubuh lain seperti limpa, hati,
saluran cerna, otak dan tulang.
PENULARAN
Manifestasi penyakit ini jauh lebih sering pada pria daripaada wanita, tetapi infeksi dan
reaksi tes kulit sebanding pada kedua jenis kelamin. Karena Paracoccidioides brasiliensis
jarang diisolasi dari alam, habitat aslinya belum pernah ditentukan. Seperti halnya
mikosis endemis lainnya, Paracoccidioidomikosis tidak menular.
GAMBARAN KLINIS
Gejala berupa nyeri yang menyerang mukosa mulut dan kakeksia karena penderita tidak
dapat makan. Lesi di selaput lendir dapat menjalar ke kulit. Kelainan pada sistem limfe
terutama mengenai kelenjar limfe leher yang membengkak dan nyeri, kemudian melunak
menjadi asbes dan dapat pecah membentuk fistel.
Kebanyakan pasien berumur 30-60 tahun, dan lebih dari 90% adalah pria. Sedikit pasien
(kurang dari 10%) berusia kurang dari 30 tahun, secara khas menderita suatu infeksi
progresif akut atau subakut dengan masa inkubasi yang lebih pendek.
11. Cadidiasis
Sp. PENYEBAB
Cadidiasis disebabkan oleh jamur Candida sp.
PATOGENITAS
Beberapa faktor yang mempengaruhi pata patogenitas adan proses infeksi adalah adhesi,
perubahan dari bentik khamir ke bentuk filamen dan produksi enzim ekstraseluler.
Adhesi melibatkan interaksi antara ligand dan reseptor pada sel inamg dan proses
melekatnya C. albicans ke sel inang. Perubahan bentuk dari khamir ke filamen diketahui
berhubungan dengan patogenitas dan proses penyerangan Candida terhadap sel inang
yang diikuti pembentukan lapisan biofilm sebagai salah satu cara Candida spp untuk
mempertahankan diri dari obat-obat antifungi. Produksi enzim hidrolitik ekstraseluler
seperti aspartyl proteinase juga sering dihubungkan dengan patogenitas C. albicans.
PENULARAN
Candidiasis tidak menular dari ayam satu ke ayam lainnya. Penyakit ini sapat menular
melalui oral karena mengkomsumsi pakan ayau air minum atau karena kontak dengan
bahan/lingkungan yang tercemar oleh jamur tersebut.
GAMBARAN KLINIS
Gambaran klinis yang terlihat bervariasi tergantung dari bagian tubuh mana yang terkena,
dapat dilihat sebagai berikut :
a. Kandidiasis intertriginosa : Kelainan ini sering terjadi pada orang-orang gemuk,
menyerang lipatan-lipatan kulit yang besar. Lesi di daerah lipatan kulit ketiak,
lipat paha, intergluteal, lipat payudara, antara jari tangan atau kaki, glans penis
dan umbilikalis, berupa bercak yang berbatas tegas, bersisik, basah dan
eritematosa. Lesi tersebut dikelilingi oleh satelit berupa vesikel-vesikel dan
pustul-pustul kecil atau bula yang bila pecah meninggalkan daerah yang erosif
dengan pinggir yang kasar dan berkembang seperti lesi primer.
b. Kandidiasis perianal : Lesi berupa maserasi seperti infeksi dermatofit tipe basah.
Penyakit ini menimbulkan pruritus ani.
c. Kandidiasis kutis generalisata : Lesi terdapat pada glabrous skin, biasanya juga
pada lipat payudara, intergluteal dan umbilikus. Sering disertai glositis, stomatitis
dan paronikia. Lesi berupa ekzematoid, dengan vesikel-vesikel dan pustul-pustul.
Penyakit ini sering terdapat pada bayi, mungkin karena ibunya menderita
kandidiasis vagina atau mungkin karena gangguan imunologik.
d. Paronikia dan onikomikosis : infeksi jamur pada kuku dan jaringan sekitarnya ini
menyebabkan rasa nyeri dan peradangan sekitar kuku. Kadang-kadang kuku rusak
dan menebal. Hal ini sering diderita oleh orang-orang yang pekerjaannya
berhubungan dengan air.
e. Diaper rush : sering terdapat pada bayi yang popoknya selalu basah dan jarang
diganti yang dapat menimbulkan dermatitis iritan, juga sering diderita neonatus
sebagai gejala sisa dermatitis oral dan perianal.
12. Zyomycosis
Sp. PENYEBAB
Penyebabnya adalah jamur Zygomycetes.
PATOGENITAS
Spora menjadi kontaminan dalam tubuh.
PENULARAN
Dengan inhalasi ataupun karena menelan spora dari jamur oleh orang dengan daya tahan
tubuh lemah. Inokulasi jamur secara langsung dapat terjadi pada pecandu obat terlarang
yang menggunakan cara suntikan intravena dan jamur dapat masuk melalui tusukan
jarum infus dan pada luka bakar kulit jamur ini bias ditemukan.
GAMBARAN KLINIS
Tumor dibawah kulit kenyal berbatas jelas, tidak nyeri, tanpa tanda-tanda radang. Kulit
diatasnya menjadi tegang dan atrofi, pucat kehitaman Karena hiperpigmentasi.
13. Aspergillosis
Sp. PENYEBAB
Aspergillosis dapat disebabkan oleh beberapa jenis Aspergillus sp. namun paling
sering disebabkan oleh Aspergillus fumigatus, aspergillus flavus, aspergillus niger.
PATOGENESIS
Aspergillosis memperlihatkan gejala patologis sebagai berikut : terdapat lesi pada paru-
paru berupa noduli kaseus kecil berwarna kekuningan dengan diameter ± 1 mm. Lesi
disertai plaque yang terdiri atas eksudat kaseus berwarna kuning mengumpul pada daerah
koloni jamur. Noduli kaseus terdiri dari eksudat radang dan jaringan jamur. Pada kasus
yang melanjut, plaque semakin banyak dan membentuk agregat.
Perubahan makroskopik : lesi stadium awal sangat menciri dengan timbulnya timbunan
limfosit, makrofag, dan beberapa giant cells. Pada stadium selanjutnya akan terlihat lesi
yang menjadi granuloma terdiri dari daerah nekrosis sentral menganduung heterofil dan
dikelilingi makrofag, giant cells, limfosit, dan sejumlah jaringan ikat. Lesi pada otak
terdiri dari abses dengan bagian yang sama namun pada daerah nekrosis ditemukan hifa,
pada chamber dan retina ditemukan heterofil, makrofag, hancuran sel, dan hifa
PENULARAN
Penularan Aspergillosis terjadi melalui udara, debu,dan bahan ternak seperti pakan, air
minum dan lain-lain yang tercemar spora.
GAMBARAN KLINIS
• Aspergilosis paru- paru : timbul abses dan aspergiloma
• Alergi
• Kulit dan kuku otomikosus dan onimikosus
• Sinusis
• Ulkus dan hipopion
• Dari paru menyebar ke alat lain otak, jantung dan ginjal.
6. lengkapi tabel berikut ini!
Mikroskopis
Makroskopis
2. Rhizopus sp Sporangiospora Rhizopus orizae : terdapat
stolon, yaitu hifa yang
terletak di antara dua
kumpulan sporangiofor
(tangkai sporangium).
Hifa membentuk rhizoid
Mikroskopis : R. orizae untuk menempel ke
substrat. Memiliki hifa
coenositik, sehingga tidak
bersepta atau bersekat.
Mikroskopis
Makroskopis
4. Aspergillus flavus Zoospora -Memiliki sterigma primer
dan sterigma sekunder
karena phialidesnya
bercabang 2 kali.
-Memproduksi aflatoxin, zat
karsinogenik terkuat yang
pernah ditemukan.
Mikroskopis
Makroskopis
5. Aspergillus Zoospora -Memiliki sterigma primer
fumigatus dan sterigma sekunder
karena phialidesnya
bercabang 2 kali.
-Membentuk koloni
Mikroskopis berwarna hijau berkabut
dengan tekstur seperti
beludru.
Makroskopis
6. Candida albicans Klamidospora -Tergolong jenis jamur
benang. Antara hifa satu
dengan yang lainnya tiak
berikatan erat sehingga sel
gampang terlepas dan
Mikroskopis membentuk tunas.
-Candida sp jarang
membentuk misellium
maupun konidium, dan bila
ada, biasanya bersifat
rudimenter.
Makroskopis
7. Mucor sp Sporangiospora Memiliki sporangium yang
berkolom-kolom atau
kolumela.
Mikroskopis
Makroskopik
8. Neurospora Askospora -Kapang ini berwarna jingga
sitophila yang khas serta bentuk
spora (konidia) seperti
tepung.
Mikroskopis
Makroskopis
9. Penicillium sp Askospora Memiliki ciri hifa bersepta
dan membentuk badan
spora yang disebut
konidium. Konidium tampak
membentuk gerumbul.
Mikroskopis
Makroskopis
10. Epidermophyton Klamidospora Jamur ini dapat mencerna
floccosum keratin kulit oleh karena
mempunyai daya tarik
kepada keratin
(keratinofilik) sehingga
Mikroskopis infeksi jamur ini dapat
menyerang lapisan-lapisan
kulit mulai dari stratum
korneum sampai dengan
stratum basalis.
Makroskopis
11. Trichopyton Artrospora Jamur yang pada pembiakan
rubrum memberikan koloni
filament.
Mikroskopis
Makroskopis
12. Microsporum Artrospora Jamur yang pada pembiakan
gypseum memberikan koloni
filament.
Mikroskopis
Makroskopis
13. Piedra hortai Askospora Bentuknya seperti benjolan
berwarna tengguli hitam,
terdiri atas hifa berseptum,
teranyam padat dan
terdapat askus-askus.
Mikroskopis
14. Trichosporan Askospora -Mempunyai hifa tidak
beigelii berwarna termasuk
moniliaceae
Mikroskopis
Makroskopis
15. Malassezia furfur Belum Disebut juga dengan
ditemukan penyakit bermotif batik,
karena menginfeksi kulit
dengan beberapa warna.
Pada orang dengan kulit
Mikroskopis coklat atau sawo matang,
panu berwarna putih. Pada
orang dengan kulit yang
tidak berwarna coklat atau
orang berkulit putih, panu
berwarna coklat terang.
Pada orang yang berkulit
gelap, panu berwarna coklat
gelap. Bahkan, beberapa
panu berwarna kemerahan
hingga merah, kecoklatan,
keabuan, atau kehitam-
hitaman dalam berbagai
ukuran. Inilah mengapa
panu juga disebut "penyakit
bermotif batik" karena
warna, pola, ukurannya
yang bervariasi.
Makroskopis
17. Coccidiodes Artrospora Dikenal sebagai jamur
immitis dimorfik karena jamur ini
mempunyai daya adaptasi
morfologik yang unik
Mikroskopis terhadap pertumbuhan
dalam jaringan atau
pertumbuhan pada 37°C.
Makroskopis
18. Cryptococcus Blastospora Dapat menggunakan
neoformans berbagai macam sumber
karbon, memproduksi enzim
urease dan fenoloksidase.
neovormans memiliki kapsul
Mikroskopis yang berperan bagi
virulensinya dan terbuat
dari polisakarida, enzim,
serta protein.
19. Paracoccidioides Belum -Pada fase miselium
brasiliensis ditemukan didapatkan hifa bersepta
(berbentuk tabung yang
memiliki sekat) memiliki
chlamydoconidia terminal
Mikroskopis dan intercalary dan juga
mempunyai mikroconidia.
-Pada fase yeast terdapat
multiple budding sel yang
mempunyai bentukan khas
seperti kemudi kapal (ship's
wheel)
20. Sporothrix schenkii Belum diketahui Pada 37 ° C, Sporothrix
schenckii menghasilkan oval
untuk berbentuk cerutu
(juga disebut "tubuh
cerutu") sel ragi.
Mikroskopis
Makroskopis
21. Trichphyton Artrospora -Jamur yang pada
mentagrohytes pembiakan memberikan
koloni filament.
-Adanya hifa berbentuk
spiral
Mikroskopis
Makroskopis
22. Microsporum Artrospora Jamur yang pada pembiakan
canis memberikan koloni
filament.
Mikroskopis
Makroskopis
7.lengkapi tabel berikut ini!
2.Koksidioidomikosis progresif.
Merupakan suatu infeks yang cukup
berat di karenakan bersifat menyebar ke
seluruh tubuh dan kebanyakan berakibat
fatal bagi penderitanya bahkan bisa
mengakibatkan kematian khususnya
bagi penderita yang sudah mempunyai
penyakit AIDS karena penyakit ini
menyerang sistem kekebalannya. Gejala
penyakit jenis ini berupa demam ringan,
kehilangan nafsu makan, penurunan
berat badan dan badan terasa lemah.
Paracoccidioi Ditemukan di alam Paracoccidi Lesi pada mulut, hidung, hati,
des bebas. oidomikosis limfa, adrenal, atau kulit.
brasiliensis Batuk
Sulit bernapas
Nyeri pada dada
Emfisema
Histoplasma Di alam, H. Histoplasm Batuk berdarah (hemoptisis)
capsulatum capsulatum tumbuh osis Batuk kering
sebagai kapang Demam, Anoreksia
berhubungan dengan Keringat yang berlebihan
tanah dan habitat Leher kaku
burung, diperkaya Nyeri otot (mialgia)
oleh substrat alkali Panas dingin atau menggigil
nitrogen pada
Penurunan berat badan yang
kotoran hewan.
tidak diinginkan
Rasa sakit di dada
Rasa sakit pada persendian
Ruam kulit
Sesak nafas
Sporothrix Jamur ini sering Sporotricho Gejala awal dari sporotrichosis adalah
schenkii ditemukan pada duri sis bintil kulit bertekstur keras yang dapat
bunga mawar, berwarna merah muda atau keunguan.
jerami, ranting, dan Bintil tidak terasa sakit atau hanya terasa
tanah. sedikit nyeri ketika ditekan. Seiring
waktu, bintil dapat pecah dan
mengeluarkan cairan bening. Jika tidak
diobati, bintil ini dapat bersifat kronis
dan kambuhan hingga tahunan.
Trichosporan Jamur ini dapat Piedra putih Munculnya bintik kecil berwarna
beigelii ditemukan krem yang lembut dan rapuh di
ditanah, udara,dan ujung batang rambut.
permukaan tubuh.
2. Non Dermatofitosis
Pitirialis versicolor
badan dan kadang di ketiak,
sela paha,tungkai atas,
leher, muka dan kulit kepala
: Bercak putih sampai coklat
yang bersisik, terkadang
gatal.
Tinea nigra palmaris
Telapak tangan atau kaki :
bercak-bercak putih atau
hitam. kadang-kadang
terasa gatal.
Piedra
Hitam
rambut kepala, kumis atau
jambang, dan dagu :
benjolan hitam,keras,dan
rambut mudah patah bila
disisir.
Putih
rambut ketiak dan pubis,
rambut kepala : Adanya
benjolan warna tengguli
pada rambut, kumis,
jenggot, kepala, umumnya
tidak memberikan gejala-
gejala keluhan.
Otomikosis
terasa gatal atau sakit
diliang telinga dan daun
telinga menjadi merah,
skuamous dan dapat meluas
ke dalam liang telinga
sampai 2/3 bagian luar.
Teknik 1. Objek glass 1. Sampel 1. Bagian yang akan Diperiksa pada mikroskop
pembuata 2. Cover glass 2. Oil imersi dikerok akan dihapus dengan lensa objektif 10x untuk
n kerokan 3. Cawan petri 4. 3. KOH 10% beberapa kali dengan mencari lapang pandang
kulit 4. Ose 5. 4. Kapas alcohol kapas yang telah kemudian dengan perbesaran 40x
5. Api spiritus 6. 5. Lens paper dibasahi dengan untuk mencari adanya hifa dan
6. Kapas 7. 6. Tissue alcohol spora.
berlemak 2. Bagian kulit yang
7. Mikroskop dikerok sebaiknya
8. Pinset dipinggir lesi yang aktif
dan tertutup dengan
sisik
3. Perlahan-lahan dikerok
bagian tersebut
dengan menggunakan
scalpel
4. Kerokan kulit
ditampung didalam
sebuah cawan petri,
siap dipakai untuk
bahan pemeriksaan
Teknik 1. Objek glass 1. Sampel 1. Larutan KOH 10% Diperiksa pada mikroskop
pembuata 2. Cover glass 2. Oil imersi diteteskan pada objek dengan lensa objektif 10x untuk
n sediaan 3. Cawan petri 4. 3. KOH 10% glass mencari lapang pandang
langsung 4. Ose 5. 4. Kapas alcohol 2. Ujung ose dibasahi kemudian dengan perbesaran 40x
kerokan 5. Bunsen 6. 5. Lens paper dengan larutan KOH untuk mencari adanya hifa dan
kulit 6. Kapas berlemak7. 6. Tissue 10% kemudian spora.
7. Mikroskop ditempelkan pada
8. Pinset kerokan kulit sehingga
kerokan tersebut
menempel pada jarum
ose
3. Kerokan ditempelkan
pada tetesan larutan
KOH 10% kemudian
ditutup dengan kaca
penutup
4. Dilewatkan beberapa
kali diatas api spiritus
dan didiamkan selama
10 menit
5. Diperiksa pada
mikroskop lensa
objektif 10x untuk
mencari lapang
pandang kemudian
dengan perbesaran 40x
untuk mencari adanya
hifa dan spora.
Teknik 1. Waterbath 1. Medium PDA 1. Medium kultur (PDA Setelah 2 hari, amati kenampakan
pembuata 2. Cawan petri 2. Media NA dan NA) dipanaskan hasil (lender, seperti debu dan
n Biakan 3. Bunsen didalam waterbath kapas dll), bentuk koloni dan
(kultivasi) 4. Entcase sampai mencair warna koloni, berapa jumlahnya.
5. Stopwatch 2. Medium PDA cair
6. Inkubator dituangkan ke dalam 3
cawan petri masing-
masing sebanyak 12,5
ml. Langkah ini
dilakukan untuk
medium NA dan
dilakukan diatas
bunsen, di dalam
entcase atau laminar air
flow, sehingga ada 6
cawan petri berisi
medium
3. Dalam keadaan
tertutup, cawan petri
digoyangkan pelan-
pelan supaya medium
merata dan datar,
kemudian didiamkan
pada posisi horizontal
sampai medium
kembali membeku
4. Setelah medium
membeku cawan petri
dibawa keluar dan
dilakukan langkah-
langkah sebagai
berikut:
a. Dua cawan petri
yang satu berisi
medium PDA dan
yang lainnya berisi
medium NA dibuka
selama 5 detik,
kemudian segera
tutup kembali dan
diberi label (PDA-5
dan NA-5)
b. Dua cawan petri
yang satu berisi
medium PDA dan
yang lainnya berisi
medium NA dibuka
selama 30 detik,
kemudian segera
tutup kembali dan
diberi label (PDA-
30 dan NA-30)
c. Dua cawan petri
yang satu berisi
medium PDA dan
yang lainnya berisi
medium NA tidak
dibuka dan diberi
label (PDA-0 dan
NA-0)5.
5. Semua cawan petri
diinkubasikan dalam suhu
kamar dalam keadaan
tetap tertutup dan
terbungkus
Teknik 1. Ose jarum 1. Koloni jamur Identifikasi mikroskopis Diperiksa pada mikroskop
pembuata 2. Cellophane tape sampel (tempe, dengan larutan lactophenol dengan lensa objektif 10x untuk
n sediaan 3. Object glass jagung, roti dll) 1. Membuat sediaan semi mencari lapang pandang
dari 4. Cover glass 2. Alkohol 70% permanen dari koloni kemudian dengan perbesaran 40x
biakan 5. Bunsen 3. Pewarna LPCB jamur untuk mencari adanya hifa dan
jamur 6. Pipet tetes 4. Canada balsem 2. Ambil koloni dengan spora.
ose jarum, letakan pada
object glass
3. Tambah 1 tetes alkohol
70% dan koloni
dihancurkan sampai
menjadi serpihan halus.
Sebelum mengering
diberi 1-2 tetes larutan
Lactophenol/LPCB dan
proses penghancuran
koloni dilanjutkan
kembali
4. Ditutup dengan cover
glass dan sediaan
diamati pada mikroskop
Teknik 1. Cawan Petri 1. Pewarna LCB Persiapan Sterilisasi Pengamatan Hasil Slide Culture
pembuata steril 2. Aquades steril Cawan Petri dan Media
1. Bersihkan kaca benda dengan
n slide 2. Kertas tisu steril 3. Alkohol 70% Agar
menggunakan alkohol
culture 3. Tusuk gigi steril 4. Koloni uji yang
1. Bersihkan cawan petri 2. Teteskan 2-3 tetes larutan
4. Object glass berumur 7-10 hari
dan atur tisu sesuai lactophennol cotton blue
5. Cover glass 5. PDA atau SDA
dengan bentuk cawan 3. Selanjutnya, teteskan 1-2
6. Scapel
Petri, lalu letakkan di tetes alkohol
7. Ose & pinset
dalam cawan Petri 4. Dengan menggunakan pinset,
8. Mikropipet
2. Bersihkan tusuk gigi, ambil kaca penutup pada
9. Bunsen
kaca benda, dan kaca cawan petri slide culture
penutup, lalu letakkan 5. Letakkan pada kaca benda
di dalam cawan petri yang telah ditetesi
3. Bungkus cawan petri lactophennol cotton blue dan
tersebut lalu bungkus alkohol
dengan kertas buram 6. Amati pada mikroskop dengan
4. Untuk memudahkan, lensa objektif 10x untuk
masukkan cawan petri mencari lapang pandang
ke dalam kertas plastik kemudian dengan perbesaran
yang telah dilubangi 40x untuk mencari adanya
5. Masukkan ke dalam hifa dan spora.
autoclave beserta
media agar dan
aquades
6. Sterilisasi
Pemindahan Isolat ke
Cawan Petri
1. Sterilkan scapel
menggunakan bunsen,
lalu ambil satu potong
media agar
2. Letakkan potongan
tersebut di atas objek
glass
3. Sterilkan ose
menggunakan bunsen,
lalu ambil isolat koloni
uji
4. Goreskan pada salah
satu sisi potongan agar
5. Lakukan hal yang sama
pada ketiga sisi agar
lainnya.
6. Sterilkan pinset dengan
menggunakan bunsen,
ambil cover glass, lalu
letakkan di atas potong
agar
7. Dengan menggunakan
mikropipet, berikan
beberapa tetes
aquadest steril pada
kertas tisu
8. Tutup cawan Petri, lalu
seal (bungkus sisi
cawan Petri
menggunakan plastic
wrap)
9. Simpan pada suhu
ruang dan amati setiap
1x24 jam
Cara 1. Mikroskop 1. Sampel keputihan Pewarnaan gram Amati pada mikroskop dengan
pemeriksa 2. Object glass 2. Karbol-gentian 1. Sediaan dioleskan pada lensa objektif 10x untuk mencari
an 3. Bunsen violet obejct glass kemudian lapang pandang kemudian
keputihan 4. Pipet tetes 3. Lugol keringkan, fiksasi 3x dengan perbesaran 40x untuk
4. Aquades pada bunsen mencari adanya hifa dan spora.
5. Carbol fuchsin 2. Tuangi dengan larutan
karbol-gentian violet
(sesudah sediaan
dingin) biarkan 5 menit
3. Bilas dengan aquades,
tuang dengan lugol
tunggu 1-3 menit
4. Bilas dengan aquades
dan preparat
dicelupkan dalam
alkohol 96% sampai
warna violet luntur
5. Bilas dengan air kran,
bubuhi dengan karbol
fuchsin biarkan 1-2
menit
6. Bilas dengan air kran
keringkan dan amati
Cara 1. Ose 1. Sputum Pemeriksaan Langsung Pemeriksaan Langsung :
pemeriksa 2. Bunsen 2. KOH 10% 1. Sputum diambil Sediaan diperiksa pada
an Jamur 3. Mikroskop 3. Alkohol 70% secukupnya dengan ose mikroskop pembesaran 10x45
pada 4. Inkubator 4. Pewarna LPCB yang telah dipijarkan untuk melihat adanya elemen
sputum 5. Pipet tetes 5. Media SDA 2. Letakan pada atas jamur berupa spora,
6. Media PDA object glass kemudian blastospora/sel ragi, hifa dan hifa
tambah 1 tetes KOH semu
10% dan tutup dengan Biakan/Kultur
cover glass -Pemeriksaan makroskopis
Biakan/Kultur meliputi jenis koloni, permukaan
1. Siapkan media SDA (+) koloni dan warna koloni.
dan SDA (-) masing- -Pemeriksaan mikroskopis
masing 2 tabung meliputi :
2. Sampel diambil dengan *Bila yang tumbuh kapang maka
ose steril sebanyak diperiksa dengan alkohol 70%
mungkin dan dan LPCB
dihapuskan ke *Bila yang tumbuh khamir periksa
permukaan media SDA dengan LPCB dan hitung koloni
secara aseptis khamir.
3. Inkubasi selama 2-7 Tentukan genus/ spesies jamur
hari pada suhu kamar yang tumbuh.
dan amati adanya
pertumbuhan jamur.
Cara 1. Object glass 1. Media PDA 1. Ambil satu object Amati pada mikroskop dengan
pemeriksa 2. Deck glass 2. Media SDA glass tetesi dengan lensa objektif 10x untuk mencari
an Jamur 3. Pipet tetes 3. Media CMA NaOH atau KOH lapang pandang kemudian
Opportuni 4. Sputum 10-20% lalu dengan perbesaran 40x untuk
stic dari 5. Hapusan/kerokan letakkan jamur mencari adanya hifa dan spora.
udara dari lesi yang akan
6. Darah diperiksa dan tutup
7. Cairan spinal dengan deck glass
8. Urine 2. Ambil satu object
9. Eksudat, dll glass tetesi dengan
LPCB lalu letakan
jamur yang akan
diperiksa tutup
dengan deck glass
Gambarka
Sampel nasi yang sudah Diambil satu ose pada bagian
didiamkan 3-7 hari yang sudah ditumbuhi jamur
dan gores pada media PDA
n skema
pemeriksa
an Jamur
yang anda
ketahui,
mulai dari Ambil satu ose jamur yang Diamkan pada suhu ruang
pengambil
telah tumbuh dan oleskan pada selama 1 minggu dan diamati
an sampel
object glass yg berisi 1 tetes
hingga
diperoleh
LPCB
hasil
pemeriksa Tutup dengan cover glass Didapat Hasil Jamur
an kemudian amati pada mikroskop
pembesaran 10x dan 40x
Daftar pustaka:
Singleton dan Sainsbury. 2006. Dictionary of Microbiology and Molecular Biology 3rd Edition.
John Wiley and Sons. Sussex, England
Postlethwait dan Hopson. 2006. Modern Biology. Holt, Rinehart and Winston. Texas.
Purves dan Sadava. 2003. Life The Science of Biology 7th Edition. Sinauer Associates Inc. New
York.