Morfologi jamur :
Bentuk jamur secara garis besar ada 3 bentuk, yaitu :
a) Yeast
Merupakan jamur unisel yang berbentuk oval/lonjong dengan diameter 3-15 mikron.
Berkembangbiak membelah diri membentuk tunas atau budding sel. Contoh yeast : Candida sp,
Candida albicans, Torulla, Cryptococcus neoformans.
b) Mold (kapang)
Merupakan jamur multicellular yang membentuk benang-benang hifa/filament, kumpulan dari hifa
disebut miselium yang membentuk suatu anyaman. Contoh : Aspergillus, Penicellium, Rhizopus,
Mucor, Microsporum, Trichophyton, Epidermophyton.
c) Mushroom (fungi bertubuh buah)
Fungi jenis ini memiliki tubuh buah yang besar sehingga dapat dilihat dengan mudah oleh mata.
Berbeda dengan miselium pada kapang yang terjalin bebas tidak, beraturan, miselium pada
mushroom tersusun dalam struktur padat yang terorganisasi secara teratur membentuk tubuh buah.
Bentuk tubuh buah pada mushroom beragam, diantaranya berbentuk payung, mangkuk, bulat, dan
berbentuk seperti kuping.
Sifat jamur :
a) Jamur termasuk kingdom fungi
b) Tidak memiliki akar dan daun yang sejati
c) Tidak mempunyai klorofil sehingga tidak dapat berfotosintesis
d) Umumnya multicellular (jamur merang, jamur tempe), dan uniseluler (Saccharomyces)
e) Eukariotik
f) Berbentuk benang
g) Dinding selnya mengandung kitin
h) Heterotrof
i) Bersifat saprofit
j) Berkembangbiak dnegan spora secara asexual maupun sexual
Macam-macam hifa :
a) Aseptat : yaitu hifa yang tidak mempunyai sekat atau septum dan biasa disebut senosit.
b) Septat uninukleus : yaitu hifa dengan sel berinti tunggal, sekat membagi hifa menjadi ruang-ruang
dan setiap ruang berisi satu inti.
c) Septat multinukleus : yaitu hifa dengan sel banyak
Gambar dan contoh jamur :
1. Aspergillus 2. Penicillium
3. Mucor 4. Rhizophus
Gambar :
1. Cryptococcus neoformans 2. Candida albicans
3. Torulla
Macam koloni :
Koloni ragi (yeast colony) dari sel-sel ragi dan tidak memiliki miselium. Sel- sel ragi membentuk
tunas dan pada jamur tertentu ada yang membentuk askospora.
Koloni menyerupai ragi (yeast like colony) terdiri dari sel-sel ragi, dan miselium semu
(pseudomiselium). Sel–sel ragi membentuk tunas tetapi tidak membentuk askospora.
Koloni filament (filamentous colony) terdiri atas hifa sejati, yang membentuk miselium dan juga
membentuk spora.
Gambar koloni :
KOLONI PADA MOLD
Contoh jamur :
Conidia nigrospora oryzae
Koloni monascus purpureus
Koloni penicilium sp
Koloni chaetomium globosum
Koloni scopulariopsis fusca
Koloni fusarium oxsysporum
Koloni Aspergullus flavus
Koloni Aspergullus niger
Conidia vurcularia lunata
2. Basidiospora, merupakan spora bersel satu yang diatas struktur berbentuk gada yang disebut
basidium
3. Zygospora, merupakan spora besar berdinding tebal yang terbentuk dar ujung-ujung dua hifa yang
serasi yang disebut gametangia.
Contoh : Rhizopus
4. Oospora, merupakan spora hasil terbentuk dari pertemuan antara gamet betina (oogoonium) dan
gamet jantan (anteredium) sehingga akan terjadi pembuahan (oosfer) sehingga menghasilkan
oospora.
Khamir :
1. Uniseluler dengan ukuran 5-20 mikro
2. Khamir tidak dapat bergerak
3. Dapat membentuk kapsul
4. Dapat tumbuh di suhu 0 derajat celcius, pada pH 4-4,5
5. Aerob
6. Bentuk khamir dapat sperikal sampai ovoid, kadang dapat membentuk miselium semu.
7. Struktur yang dapat diamati meliputi dinding sel, sitoplasma, vakuol air, globula lemak dan granula.
8. Kebanyakan khamir melakukan reproduksi secara aseksual melalui pembentukan tunas secara
multilateral ataupun polar. Reproduksi secara seksual menghasilkan askospora melalui konjugasi dua
sel atau konjugasi dua askospora yang menghasilkan sel anakan kecil. Jumlah spora dalam askus
bervariasi tergantung macam khamirnya.
a. Jamur pathogen.
Divisio Deuteromycotina karena jamur dari golongan tersebut adalah penyebab infeksi
opertunistik pada mukosa organ dan jaringan manusia.
Candida albicans, gram (+), berukuran 2-3 x 4-6µm, dan se-sel bertunas yang memanjang
menyerupai hifa (pseudohifa). Pada agar Sabouraud yang dieramkan pada suhu kamar, bentuk
koloni lunak, warna coklat seperti ragi. Pertumbuhan terdiri dari sel-sel bertunas lonjong,
pseudomiselium.Terdiri dari pseudohifa menjadi blastokonidia pada nodus-nodus dan kadang-
kadang klamidokonidia pada ujung-ujung. Faktor virulensi Candida yang menentukan adalah
dinding sel. Dinding sel merupakan bagian yang berinteraksi langsung dengan sel penjamu.
Dinding sel Candida mengandung zat yang penting untuk virulensinya, antara lain turunan ,
mannoprotein yang mempunyai sifat imunosupresif sehingga mempertinggi pertahanan
jamur terhadap imunitas penjamu. Candida tidak hanya menempel, namun juga penetrasi
ke dalam mukosa.
- Bagaimana mekanisme infeksi jamur ke dalam tubuh manusia? Jelaskan dan berikan
contohnya!
Pada keadaan normal kulit memiliki daya tangkis yang baik terhadap kuman dan jamur.
Antara lain karena adanya suatu lapisan lemak pelindung dan terdapatnya”penghuni-
penghuni” lain diatas permukaannya (flora bakteri), yang memelihara suatu keseimbangan
biologis. Akan tetapi, bila lapisan pelindung tersebut rusak atau keseimbangan mikro-
organisme terganggu, maka spora-spora dari fungi dapat dengan mudah mengakibatkan
infeksi. Terutama pada kulit yang lembab, misalnya bila laki-laki tidak dikeringkan dengan baik
setelah mandi, lembab karena berkeringat, akibat menggunakan sepatu tertutup. Atau terlalu
banyak dan sering menggunakan sabun pada waktu mandi.
Setelah terjadi infeksi, spora tumbuh menjadi mycellium dengan menggunakan serpihan
kulit sebagai makanan. Benang-benangnya merajalela keseluruh arah sehingga lokasi infeksi
meluas. Enzim yang dibuat fungi menembus kebagian dalam kulit dan mengakibatkan suatu
reaksi peradangan. Ini tampak sebagai bercak-bercak merah bundar, dengan batas-batas
tajam, yang melepaskan serpihan kulit dan menimbulkan perasaan gatal-gatal. Menurut
perkiraan
±30% dari penduduk Indonesia pada suatu waktu menderita salah satu infeksi jamur tersebut
diatas.
b. Untuk menegakkan diagnosis infeksi oleh jamur, selain terjadi gejala-gejala yang khas dari tiap-
tiap jenis jamur, maka diagnosisnya harus dibantu dengan pemeriksaan laboratorik.
1. Kultur darah
Identifikasi infeksi jamur dengan kultur darah masih dianggap merupakan gold standar,
namun sangat disayangkan teknik ini tidak dapat diterapkan pada semua spesies jamur.
Infeksi yang disebabkan oleh candida yang terdeteksi dengan kultur darah hanya 40-70%
sehingga sensitivitasnya sangat rendah. Golongan jamur yang dapat terdeteksi dengan
pemeriksaan kultur darah adalah golongan Fusarium spp dan Scedosporium spp, sedangkan
golongan Aspergillus spp dan Zygomycetes hampir tidak pernah ditemukan pada pemeriksaan
kultur darah.
2. Pemeriksaan histopatologi
3. Pemeriksaan biomolekular
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi komponen dinding sel jamur dan DNA
jamur. Pemeriksaan yang dapat dilakukan dan masih terus dikembangkan antara lain:
a. Deteksi galactomannan
>0,8 pada sampel tunggal dan >0,5 pada dua sampel yang diambil berurutan.
Terdeteksinya galactomannan digabungkan dengan kriteria klinis memenuhi kriteria
diagnosis sangat mungkin aspergillosis dengan sensitivitas 89% dan spesifitas 85% pada
pasien anak. Kelemahan teknik ini adalah sering terjadi false positif khususnya pada pasien
yang telah mendapatkan antibiotik betalaktam dan juga pada pasien anak.
b. Deteksi 1,3-ß-D-glucan
Komponen dinding sel jamur yang lain adalah 1,3-ß-D-glucan (BDG), berbeda
dengan galactomannan yang lebih spesifik untuk Aspergillius spp, 1,3-ß-D-glucan
terdapat pada hampir semua spesies jamur kecuali jenis Zygomycetes dan Cryptococcus
spp. Deteksi BDG juga kerjakan dengan teknik ELISA. Pemeriksaan dianjurkan
dilakukan dua sampai tiga kali dalam seminggu selama masih ada risiko infeksi. Nilai
cut-off untuk hasil positif adalah >80 pg/ml. Infeksi dapat ditegakkan dalam waktu
kurang dari tujuh hari. Deteksi BDG dalam serum adalah teknik yang tepat untuk
membedakan infeksi akibat Candida spp atau Aspergillus spp dengan negative predictive
value > 90%. Sensitivitas dan spesifitas teknik pemeriksaan ini adalah 62% dan 92%.
Teknik yang sudah banyak digunakan adalah dengan platelia Candida, juga
dilakukan dengan teknik ELISA yang menggabungkan antara deteksi antigen mannan dan
anti-mannan antibodi dalam serum. Sensitivitas mencapai 80% dengan spesifitas 30%
dan diagnosis dapat ditegakkan dalam waktu kurang dari lima hari
Berbagai teknik untuk mendeteksi asam nukleat dari jamur telah dikembangkan
dengan tujuan untuk menegakkan infeksi jamur lebih awal. Deteksi asam nukleat jamur
dengan teknik PCR masih sedang diteliti. Masalah yang dihadapi adalah karena belum
ada standarisasi untuk melakukan tes PCR. Setiap laboratorium memiliki teknik
ekstraksi, probe, protokol dan tata cara yang berbeda dalam melakukan PCR. Kondisi ini
menyebabkan teknik diagnosis dengan PCR hasilnya masih diragukan, sehingga
sensitivitas dan spesifitasnya menjadi rendah. Masih sangat sedikit penelitian yang
dilakukan untuk penegakan diagnosis infeksi jamur dengan PCR, yang sudah dilakukan
adalah penelitian untuk mendeteksi adanya Candida spp pada pasien dengan sakit kritis
dan menurut studi yang dipublikasikan tahun 2008, dengan teknik PCR untuk deteksi
beberapa spesies Candida spp dilaporkan nilai positive predictive value dan negative
predictive value adalah > 90%.
e. Pencitraan
Teknik diagnosis dengan pencitraan mempunyai peranan yang penting untuk menegakkan
diagnosis dan pemantauan penyakit infeksi jamur invasif. Pemeriksaan dengan CT scan dan
magnetic resonance imaging (MRI) sangat penting untuk menegakkan diagnosis kandidiasis
pada hepar dan lien. Ekokardiografi merupakan komponen penting dalam menegakkan
diagnosis endokarditis akibat Candida spp. Sedangkan, pemeriksaan dengan foto thoraks
kurang sensitif untuk menegakkan infeksi jamur. Pada pasien yang menjalani transplantasi
organ yang kemudian mengalami febril neutropenia pemeriksaan CT scan daerah thoraks
perlu dilakukan karena kemungkinan infeksi jamur sangat besar. Gambaran infeksi jamur
biasanya tampak sebagai nodul padat dengan batas tegas atau gambaran halo
disekelilingnya. Gambaran ini tidak spesifik sebagai penanda infeksi jenis jamur oleh
Aspergillosis spp, namun penemuan tanda ini lebih dini dan tatalaksana lebih awal
memberikan luaran yang lebih baik, karena infeksi jamur pada paru paling banyak disebabkan
oleh spesies Aspergillus spp. Infeksi jamur invasif lain pada paru seperti fusariosis,
zygomycosis dan scedosporiosis mempunyai gambaran yang sama dengan infeksi
aspergillosis.
sinar ultraviolet 360nm (atau, sinar “hitam” yang dapat gunakan untuk memibantu
evaluasi
Kerokan kulit
Mukosa
Macam-macam Pewarnaan
1. Pewarnaan KOH
2. Ciri-ciri mikroskopik :
Mikrokondia hialin 1-2 sel,
berbentuk ovoid atau oblog
agak
bengkok,makrokonidia
hialin, 2 hingga beberapa
sel, berbentuk sabit atau
kuno dengan ujung agak
membengkok
Tinea Unguium Dermatofitosis Trichophyton Bentuk subungual Bentuk ini mulai dari
pada kuku jari rubrum distalis tepi distal atau
tangan dan kaki. distolateral kuku.
T.interdigitale
Proses ini menjalar ke
Leukonikia trikofita proksimal dan di
atau leukonikia bawah kuku terbentuk
mikotika sisa kuku yang rapuh.
Bentuk subungual Kalau proses berjalan
proksimalis terus, maka
permukaan kuku
bagian distal akan
hancur dan yang
terlihat hanya kuku
rapuh yang
menyerupai kapur.
Kelainan kuku pada
bentuk ini merupaka
leukonikia atau
keputihan di
permukaan kuku yang
dapat dikerok untuk
dibuktikan adanya
elemen jamur.
Kelainan ini
dihubungkan dengan
Trichophyton
mentagrophytes
sebagai penyebabnya
Makrokonidia : tidak
khas
Bentuk lonjong –
memanjang seperti
pinsil berisi beberapa
sel
Hifa: seperti spiral,
conidiophore pendek
Sporothrix schenkii Spora masuk melalui luka. Mula- Sporotrikosis Infeksi terjadi karena
mula timbul papula atau nodula masuknya spora melalui
subkutan. inhalasi dan luka.
gejala pertama
muncul dalam 1- 12
pekan (rata-rata 3
pekan) setelah
pemaparan pertama
oleh jamur.
Sporotrikosis
terutama
mempengaruhi kulit
dan daerah dekat
pembuluh limfatik
Tipe Limfokutan Pada
infeksi ini terbatas
pada kulit, pembiluh
getah bening dan
jaringan subkutan
Fixed cutaneous
sporotrichosis Berupa
krusta tebal yang
menutupi ulkus, erosi,
pioderma, papula
yang mengalami
infiltrasi dan plak
menyerupai sarkoid,
plak verukosa, plak
psoriasis dan selulitis
muka
Sporotrikosis
diseminata
Dapat mengenai tulang, sendi,
mukosa (mulut, hidung, mata)
susunan saraf pusat
(meningen), ginjal, hati, usus,
dan genetali
Malassezia furfur Persebaran spora pada lingkungan Pitirialis versicolor Infeksi jamur superfisial yang
beriklim hangat ditemukan hifa (panu) ditandai dengan adanya
yang berhubugan dengan jamur makula di kulit, skuama halus,
malassezia dan disertai rasa gatal
menyerang pada tubuh bagian
atas, lengan atas, leher,
abdomen, aksila, inguinal,
paha, dan genitalia
Candida albicans Melalui kontak sekret atau ekskret Kandidiasis Infeksi terjadi melalui
dari mulut, kulit, vagina dan tinja kontak, tertelan, dan
dari penderita lesi/traumatik: kandida
berada pada jaringan mati
dan melakukan invasi
kebawah permukaan kulit
atau mukosa yang luka,
terjadinya invasi ke jaringan
bawah kulit dipengaruhi
oleh faktor virulensi,
kolonisasi pada kulit serta
terjadinya penurunan daya
tahan tubuh.
Piedraia hortai Rambut kontak langsung dengan Piedra hitam Penyakit ini tidak
spora. Misalnya melalui sisir yang menimbulkan gejala khusus.
digunakan oleh penderita. Biasanya rambut penderita
mudah patah pada saat
disisir. Selain itu akan
terdengar bunyi seperti
kawat apabila rambut disisir.
Bunyi ini ditimbulkan karena
adanya benjolan-benjolan
pada rambut.
Trichosporon Rambut kontak langsung dengan Piedra putih Pada piedra putih, kelainan
beigelii spora rambut tampak sebagai
benjolan yang berwarna
putih kekuningan. Selain
pada rambut kepala, dapat
juga menyebabkan kelainan
pada rambut kumis dan
rambut
Aspergillus fumigatus Spora spesies ini dapat dihisap Aspergilosis Gejala klinis
masuk ke dalam paru-paru dan Bronkopulmoner Alergika aspergilosis tidak ada
menyebabkan infeksi kronik yang khas, pasien ABPA
atauaspergillosis diseminata mungkin akan
mengalami demam,
batuk berdahak,
dengan mengi pada
auskultasi
Epidermophyton melalui kontak langsung ataupun kutu air Penyakit ini biasanya
floccosum kontak dengan peralatan yang Tinea cruris dimulai pada selaput
terkontaminasi, dan dapat di antara jari kaki,
mengalami eksaserbasi karena tetapi dapat dengan
adanya oklusi dan lingkungan yang cepat menyebar ke
hangat, serta iklim yang lembab seluruh permukaan
kaki, naik keatas kunci
paha, dan menyebar
ke seluruh tubuh.
Tricophyton melalui kontak langsung ataupun Athlete’s foot Menyerang kulit pada
mentagrophtes kontak dengan peralatan yang (tinea pedis) jari kaki dan
terkontaminasi Dermatophitosis menyebabkannya jadi
kering dan kawasan
lesion yang bersisik.
Lesion membesar
bergantung kepada
kelembapan.
Seterusnya kulit akan
merekah, pucat dan
terdapat jangkitan
sekunder dari bakteria
yang menyebabkan
gatal-gatal.
Menyebabkan kerak
air, pengelupasan dan
rasa gatal pada kulit
yang terinfeksi Dapat
menyebabkan kulit
terbelah,
pembengkakan dan
rasa nyeri serta perih.
Dapat menginfeksi
bagian tubuh seperti
ketiak, lutut, siku, dan
selangkangan
Tricophyton rubrum Melalui kontak langsung ataupun Tinea pedis Tinea pedis, Awalnya
kontak dengan peralatan yang Tinea corporis rasa gatal diantara jari,
terkontaminasi Tinea cruris kemudian vesikel kecil
Tinea ungium pecah mengeluarkan
cairan encer. Kulit di
sela-sela jari maserasi
dan mengelupas,
nampak pecah-pecah.
kala infeksi jadi kronis,
pengelupasan dan
pecah-pecah pada kulit
jadi manifestasi yang
mendasar, disertai
nyeri dan pruritus.
Peradangan jaringan
hidup di bawahnya
sangat ringan dan
hanya terlihat sedikit
bagian yang bersisik
kering, terjadi iritasi,
eritema (merah-merah
menyebar pada kulit),
edema (akumulasi
berlebihan zat alir
serum di dalam
jaringan), dan
terbentuk gelembung
pada bagian tepi yang
menjalar; lingkaran
berwarna merah jambu
ini menimbulkan nama
ringworm (kadas)
Microsporum gypseum Kontak langsung dengan spora Tinea favosa, Kulit kemerahan,
Tinea capitis, bersisik, terjadi
Tinea unguium penebalan
(pembengkakan), dan
disertai rasa gatal.
Microsporum
gypseum ini
menyerang kulit
tubuh, dan lebih
sering dialami oleh
anak-anak. Infeksi
kulit yang disebabkan
terlihat membengkak
seperti sarang lebah.
8. Lengkapi tabel berikut:
2. Non Dermatofitosis
Pitirialis versicolor
badan dan kadang di ketiak,
sela paha,tungkai atas,
leher, muka dan kulit kepala
: Bercak putih sampai coklat
yang bersisik, terkadang
gatal.
Tinea nigra palmaris
Telapak tangan atau kaki :
bercak-bercak putih atau
hitam. kadang-kadang
terasa gatal.
Piedra
Hitam
rambut kepala, kumis atau
jambang, dan dagu :
benjolan hitam,keras,dan
rambut mudah patah bila
disisir.
Putih
rambut ketiak dan pubis,
rambut kepala : Adanya
benjolan warna tengguli
pada rambut, kumis,
jenggot, kepala, umumnya
tidak memberikan gejala-
gejala keluhan.
Otomikosis
terasa gatal atau sakit
diliang telinga dan daun
telinga menjadi merah,
skuamous dan dapat meluas
ke dalam liang telinga
sampai 2/3 bagian luar.
Pengamatan mikroskopis
1. Disiapkan alat dan bahan
yang digunakan
2. Dilakukan secara aseptis
pada pengamatan
mikroskopis
3. Objek dan cover glass
didesinfeksi dengan alkohol
4. Disiapkan LCB untuk
pewarnaan
5. Dipipet 1-2 tetes larutan
LCB kedalam objek glass
6. Diambil koloni tunggal
jamur pada biakan/kultur
jamur dari sampel swab
vagina di media PDA
dengan ose dan diaduk
perlahan pada objek glass
7. Dipanaskan dengan
melewatkan pada api
bunsen sampai menguap,
tidak mendidih, kemudian
tutup dengan cover glass
8. Diamat dengan
menggunakan mikroskop
pembesaran lensa objektif
10X dan 40X
7. Cara 1. Mikroskop 1. Larutan KOH 1. Rongga mulut pasien Sediaan diperiksa di bawah
pemeriksaan 2. Container 10% dibersihkan dengan air mikroskop dengan
jamur pada steril 2. Sampel : matang pembesaran 10x45 untuk
sputum 3. Ose Sputum 2. Keluarkan sputum (bukan melihat adanya elemen
4. Kaca Objek saliva) dan ditampung pada jamur berupa: spora,
5. Cover glass container steril bermulut blastospora/sel ragi, hifa
6. Cawan petri lebar (cawan petri) dan hifa semu
3. Sebaiknya sputum yang
diperiksa terhadap jamur
diambil selama 3 hari
berturut-turut
4. Sputum diambil secukupnya
dengan ose yang telah
dipanaskan dan diletakkan di
atas kaca objek
5. kemudian tambahkan 1 tetes
KOH 10 % dan ditutup
dengan kaca tutup
8. Pemeriksaan 1. Mikroskop 1. Media PDA 1. Untuk jamur di udara, Mengidentifikasi setiap
jamur 2. Cover glass 2. Sampel membuka cawan PDA I di koloni mikroba yang
opportunistik di 3. Objek glass 3. Air atas meja selama 1 jam tumbuh dengan melihat
udara 4. Inkubator kemudian menutpnya warna koloni dan bentuk
5. Ose Tusuk kembali. jamur di bawah mikroskop.
2. Untuk jamur dari bahan
makanan, menghaluskan
bahan makanan (roti)
kemudian menaburkan pada
cawan PDA 2, lalu tutup
kembali.
3. Menginkubasikan pada
suhu kamar atau masukan
kedalam incubator dengan
250 C selama 3 x 24 jam.
4. Mengamati setiap jenis
koloni mikroba yang
tumbuh.
5. Mengambil objek gelas dan
gelas penutup yang sudah di
bersihkan, meneteskan air
satu tetes di atas objek gelas
tersebut, kemudian
mengambil sedikit koloni
jamur dengan menggunakan
jarum inokulasi.
6. Mengidentifikasi setiap
koloni mikroba yang
tumbuh dengan melihat
warna koloni dan bentuk
jamur di bawah mikroskop.
7. Menggambar morfologi
penting untuk semua jamur
yang di periksa
9. Gambarkan skema pemeriksaan
Jamur yang anda ketahui, mulai Sampel nasi yang sudah Diambil satu ose
dari pengambilan sampel hingga didiamkan 3-7 hari pada bagian yang
diperoleh hasil pemeriksaan sudah ditumbuhi
jamur dan gores
pada media PDA
Ambil satu ose
jamur yang telah
Diamkan pada suhu ruang
tumbuh dan
selama 1 minggu dan
oleskan pada
diamati
object glass yg
berisi 1 tetes LPCB