Anda di halaman 1dari 23

ATLAS JAMUR

LABORATORIUM PARASITOLOGI

NAMA : Diva Ayu Shima A.W


KELAS : XI B ANALIS KESEHATAN

SMK KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI


GAMBAR KETERANGAN
1. ASPERGILLUS

Taksonomi
Kingdom : Myceteae
Divisi : Amastigomycota
Kelas : Ascomycetes
Ordo : Eurotiales
Famili : Euroticeae
Genus : Aspergillus
Spesies : Aspergillus fumigatus
Aspergillus flavus
Aspergillus clavatus
Aspergillus nidulans
Aspergillus niger
Aspergillus oryzae
Aspergillus yermus
Aspergillus wentii
Aspergillus adalah jamur yang membentuk
filamen-filamen panjang bercabang, dan
dalam media biakan membentuk miselia dan
konidiospora. Aspergillus berkembang biak
dengan pembentukan hifa atau tunas dan
menghasilkan konidiofora pembentuk spora.
Sporanya tersebar bebas di udara terbuka
sehingga inhalasinya tidak dapat dihindarkan
dan masuk melalui saluran pernapasan ke
dalam paru.(Tarigan, 1991)

2. Ciri-ciri.
Cici–ciri Aspergillus adalah mempunyai hifa
berseptat dan miselium bercabang, sedangkan
hifa yang muncul diatas permukaan
merupakan hifa fertil, koloninya berkelompok,
konidiofora berseptat atau nonseptat yang
muncul dari sel kaki, pada ujung hifa muncul
sebuah gelembung, keluar dari gelembung ini
muncul sterigma, pada sterigma muncul
konidium–konidium yang tersusun berurutan
mirip bentuk untaian mutiara, konidium–
konidium ini berwarna (hitam, coklat, kuning
tua, hijau) yang memberi warna tertentu pada
jamur .
Makroskopis Aspergillus sp.
Pada media SDA, Aspergillus sp. dapat

tumbuh cepat pada suhu ruang membentuk


koloni yang granular, berserabut dengan

beberapa warna sebagai salah satu ciri

identifikasi. Aspergillus fumigatus koloni

berwarna hijau, Aspergillus niger berwarna

hitam dan Aspergillus flavus koloni berwarna

putih atau kuning .

b) Mikroskopis Aspergillus sp.

Aspergillus sp. mempunyai hifa bersekat

dan bercabang, pada bagian ujung hifa

terutama pada bagian yang tegak membesar

merupakan konidiofornya. Konidiofora pada

bagian ujungnya membulat menjadi fesikel.

Pada fesikel terdapat batang pendek yang

disebut sterigmata Sterigmata atau filadia

biasanya sederhana berwarna atau tidak

berwarna. Pada sterigmata tumbuh konidia

yang membentuk rantai yang berwarna hijau,

cokelat atau hitam .

. Patogenitas Aspergillus sp.

Spesies dari Aspergillus sp. diketahui

terdapat di mana-mana dan hampir tumbuh

pada semua substrat. Beberapa jenis spesies

ini termasuk jamur patogen, misalnya yang

disebabkan Aspergillus sp. disebut

Aspergillosis, beberapa diantaranya bersifat


saprofit sebagaimana banyak ditemukan pada

bahan pangan (Fardiaz,1992).

Toksin yang dihasilkan oleh

Aspergillus sp. berupa mikotoksin.

Mikotoksin adalah senyawa hasil sekunder

metabolisme jamur. Mikotoksin yang

dihasilkan oleh Aspergillus sp. lebih dikenal

dengan aflatoxin, dapat menyerang sistem

saraf pusat, beberapa diantaranya bersifat

karsinogenik menyebabkan kanker pada hati,

ginjal, dan perut .

3. Epidemiologi Aspergillus sp.

Aspergillus sp. terdapat di alam

sebagai saprofit, hampir semua bahan dapat

ditumbuhi jamur tersebut , terutama daerah

tropik dengan kelembaban yang tinggi dan

dengan adanya faktor predisposisi

memudahkan jamur tersebut menimbulkan

penyakit

2. ASPERGILLUS SP NIGER

klasifikasi dari Aspergillus niger :

Kingdom : Myceteae

Divisi :
Amastigomycota

Kelas : Ascomycetes

Ordo : Eurotiales

Family : Euroticeae

Genus : Aspergillus

Spesies : Aspergillus

niger

MORFOLOGI
Aspergillus niger merupakan

mikroba jenis kapang mesofilik yang

tumbuh pada suhu 35ºC-37ºC (optimum),

6ºC-8ºC (minimum), 45ºC-47ºC

(maksimum), pH 2,2-8,8, kelembaban 80-

90%, dan memerlukan oksigen yang cukup

(aerobik) .

Aspergillus niger memiliki bulu dasar berwarna

putih atau kuning dengan lapisan

konidiospora tebal berwarna coklat gelap

sampai hitam. Hifa bersekat dan memiliki

banyak inti (multiseluler), kepala konidia

bulat, berwarna hitam, cenderung memisah

menjadi bagian-bagian yang lebih longgar

dengan bertambahnya umur. Konidiospora

memiliki dinding yang halus, hialin tetapi juga

berwarna coklat. Habitat spesies ini


kosmopolit didaerah tropis dan subtropis,

dan mudah diisolasi dari tanah, udara, air,

rempah-rempah, kapas, buah-buahan,

gandum, beras, jagung, tebu, ketimun, kopi,

teh, coklat serta serasah dedaunan.

Metabolisme Aspergillus niger

Dalam metabolismenya Aspergillus niger

dapat menghasilkan asam sitrat sehingga fungi

ini banyak digunakan sebagai model

fermentasi karena fungi ini tidak

menghasilkan mikotoksin sehingga tidak

membahayakan. Aspergillus niger dapat

tumbuh dengan cepat, oleh karena itu

Aspergillus niger banyak digunakan secara

komersial dalam produksi asam sitrat, asam

glukonat, dan pembuatan berapa enzim seperti

amilase, pektinase, amiloglukosidase, dan

selulase. Selain itu, Aspergillus niger juga

menghasilkan gallic acid yang merupakan

senyawa fenolik yang biasa digunakan dalam

industri farmasi dan juga dapat menjadi

substrat untuk memproduksi senyawa

antioksidan dalam industri makanan.

Aspergillus niger dalam pertumbuhannya


berhubungan langsung dengan zat makanan

yang terdapat dalam substrat, molekul

sederhana yang terdapat disekeliling hifa

dapat langsung diserap sedangkan molekul

yang lebih kompleks harus dipecah dahulu

sebelum diserap ke dalam sel, dengan

menghasilkan beberapa enzim ekstra seluler

seperti protease, amilase, mananase, dan α-

galaktosidase. Bahan organik dari substrat

digunakan oleh Aspergillus niger untuk

aktivitas transport molekul, pemeliharaan

struktur sel, dan mobilitas sel .

3. ASPERGILLUS SP FLAVUS

Klasifikasi:
Super kingdom : Eukaryota
Kingdom : Fungi
Sub kingdom : Dikarya Phylum
Ascomycota
Sub phylum : Pezizomycotina
Classis : Eurotiomycetes
Sub classis : Eurotiomycetidae
Ordo : Eurotiales
Familia : Trichocomaceae
Genus :Aspergillus

Spesies : Aspergillus
flavus

Aspergillus flavus merupakan kapang saprofit di


tanah yang umumnya memainkan peranan
penting sebagai pendaurulang nutrisi yang
terdapat dalam sisa-sisa tumbuhan maupun
binatang. Kapang tersebut juga ditemukan
pada biji-bijian yang mengalami deteriorasi
mikrobiologis selain menyerang segala jenis
substrat organik dimana saja dan kapan saja
jika kondisi untuk pertumbuhannya terpenuhi.
Kondisi ideal tersebut mencakup kelembaban
udara yang tinggi dan suhu yang tinggi. Sifat
morfologis Aspergillus flavus yaitu bersepta,
miselia bercabang biasanya tidak berwarna,
konidiofor muncul dari kaki sel, sterigmata
sederhana atau kompleks dan berwarna atau
tidak berwarna, konidia berbentuk rantai
berwarna hijau, coklat atau hitam.

Morfologi Aspergillus flavus dalam setiap


fase hidupnya berbeda, meliputi fase:
a. Mycelium dan Sclerotia
Mycelium jamur merupakan struktur yang
cukup dominan ditemukan dalamtanah.
Sclerotia juga bisa terbentuk yang
membuatnya bisa bertahan hidup cukup lama
dalam tanah.

b. Konidiofor
Mycelium membentuk banyak konidiofor.
konidiofor tumbuh secara tunggal dari badan
hifa.

c. c. Konidia
Konidiofor yang matang akan membentuk
konidia pada ujungnya. Konidiaberbentuk
bulat dan unisel dengan dinding yang kasar.
Konidia bisa tumbuh menyebar di udara,
menempel pada tubuh serangga, pada
tanaman, pada hasil panen.

d. Mycelia Saprovit
Aspergillus flavus biasanya tumbuh dan hidup
sebagai saprovit di dalam tanah .
Pertumbuhannya sangat didukung dengan
adanya sisa sisa tanaman dan hewan dalam
jumlah besar.

4. ASPERGILLUS ORYZAE

Kapang Aspergillus oryzae yang


ditumbuhkan di nasi untuk
membuat koji
Klasifikasi ilmiah
Domain: Eukaryota
Kingdom: Fungi
Divisi: Ascomycota
Kelas: Eurotiomycetes
Ordo: Eurotiales
Famili: Trichocomaceae
Genus: Aspergillus
Spesies: A. oryzae
Nama binomial
Aspergillus oryzae

Morfologi

Pengamatan morfologi dilakukan pada biakan

murni yang diinokulasikan pada medium PCA

miring, sehingga diameter koloni tidak dapat

dihitung. Koloni mempunyai sifat menyerupai

serbuk, warna koloni hijau dan kuning, serta

warna khas bagian dasar koloni tetap seperti

medium.

b) Ciri-ciri mikroskopis
Kapang Aspergillus Oryzae memiliki hifa

yang bersekat, warnanya hijau transparan

dengan diameter 2,5 µm. Konidiofor berwarna

hijau transparan dengan panjang 110 µm dan

diameter 10 µm, berdinding kasar. Vesikula

berbentuk globose, dan berdiameter 12,5 µm.

Pada pengamatan tidak ditemukan adanya

metula. Konidia berbentuk globose dan

berdinding kasar, berdiameter 2,5 µm,

berwarna hijau transparan, tipe

pertumbuhannya radiata. Fialidanya

menempel pada vesikula, berbentuk

ampuliformis, berwarna hijau muda,

berdiameter 2,5 µm.

5. ASPERGILLUS WENTII

Klasifikasi :
Family: Aspergillaceae
Genus: Aspergillus
Species: Aspergillus wentii

Jamus aspergillus wentii masuk dalam kelas


ascomycetes ,, jamur ini tumbuh sbg saprofit
pada tumbuh"an yg membusuk,, dan dpt
ditemukan pula pada tanah, debu organik dan
merupakan kontaminan yg sering ditemukan
di laboratorium dan rumah sakit.. jamur ini
membentuk filamen-filamen panjang
bercabang, dan dalam media biakan
membentuk miselia dan konidiospora serta
berkembang biak dengan pembentukan hifa
atau tunas dan menghasilkan konidiofora
pembentuk spora.,.
ciri: mempunyai hifa berseptat dan miselium
bercabang, sedangkan hifa yang muncul diatas
permukaan merupakan hifa fertil, koloninya
berkelompok, konidiofora berseptat atau
nonseptat yang muncul dari sel kaki,,. pada
ujung hifa muncul sebuah gelembung, keluar
dari gelembung ini muncul sterigma, pada
sterigma muncul konidium–konidium yang
tersusun berurutan mirip bentuk untaian
mutiara, konidium–konidium ini berwarna
(hitam, coklat, kuning tua, hijau) yang
memberi warna tertentu pada jamur .

6. ASPERGILLUS NIDULANS

. nidulans with wild-type green


spores, grown under laboratory
conditions.
Scientific classification
Kingdom: Fungi
Division: Ascomycota
Class: Eurotiomycetes
Order: Eurotiales
Family: Trichocomaceae
Genus: Aspergillus
Species: A. nidulans
Binomial name
Aspergillus nidulans
G Winter 1884
Synonyms
Emericella nidulans

parasit pada telinga menyebabkan automikosis


7. ASPERGILLUS FUMIGATUS

. Klasifikasi
• Superkingdom : Eukaryota
• Kingdom : Fungi
• Phylum : Ascomycota
• Subphylum : Pezizomycotina
• Class : Eurotiomycetes
• Order : Eurotiales
• Family : Trichocomaceae
• Genus : Aspergillus
• Species : Aspergillus fumigates

2. Morfologi
Aspergillus fumigatus Gambaran mikroskopik
dari Aspergillus fumigatus memiliki tangkai –
tangkai panjang (conidiophores) yang
mendukung kepalan ya yang besar (vesicle).
Di kepala ini terdapat spora yang
membangkitkan sel hasil dari rantai panjang
spora. Jamur ini mampu tumbuh pada suhu 37
° C/99 ° F (suhu tubuh normal manusia), dan
dapat tumbuh pada suhu sampai 50 ° C/122 °
F, dengan konidia bertahan hidup pada suhu
70 ° C/158 ° F-kondisi itu pertemuan secara
teratur dalam tumpukan kompos pemanasan
sendiri. Pada rumput kering Aspergillus
fumigatus dapat tumbuh pada suhu di atas
50oC.

3. Epidomologi A. fumigatus adalah


saprotroph atau saprofit yang tersebar luas di
alam, Hampir semua bahan dapat ditumbuhi
jamur tersebut, terutama di daerah tropik
dengan kelembaban yang tinggi dan ia juga
memainkan peranan penting dalam karbon
dan daur ulang nitrogen. Sifat ini
memudahkan jamur aspergillus menimbukan
penyakit bila terdapat faktor presdisposisi.
Koloni jamur dari ribuan konidiofor
menghasilkan konidia abu-abu-hijau menit (2-
3 pM) yang siap menjadi udara. Selama
bertahun-tahun fumigatus A. diperkirakan
hanya bereproduksi secara aseksual, selama
tidak kawin atau meiosis yang pernah diamati.
Namun, pada tahun 2008 itu menunjukkan
bahwa A. fumigatus memiliki siklus berfungsi
penuh reproduksi seksual, 145 tahun setelah
deskripsi awal oleh Fresenius. Meskipun
aspergillus terdapat lebih dari 100 spesies,
jenis yang dapat menimbulkan penyakit pada
manusia ialah Aspergillus fumigates,
Aspergillus niger, Aspergillus flavus dan
Aspergillus clavatus yang semuanya menular
dengan transmisi inhalasi.

4. Siklus hidup Aspegillus fumigatus


mempunyai suatu haploid genome yang stabil,
dengan tidak mengalami siklus seksual. A.
fumigatus bereproduksi dengan pembentukan
conidiospores yang dilepaskan ke dalam
lingkungan. Spesies Aspergillus secara
alamiah ada dimana-mana, terutama pada
makanan, sayuran basi, pada sampah daun
atau tumpukan kompos. Konidia biasanya
terdapat di udara baik di dalam maupun di luar
ruangan dan sepanjang tahun. Aspergillus juga
bisa tumbuh di daun-daun yang telah mati,
gandum yang disimpan, kotoran burung,
tumpukan pupuk dan tumbuhan yang
membusuk lainnya.

5. Penyebaran Melalui inhalasi konidia yang


ada di udara.

6. Penyakit Penyakit yamg ditimbulkan oleh


jamur ini adalah Aspergilosis
Bronkopulmoner Alergika (ABPA), Chronic
Necrotizing Pneumonia Aspergillosis
(CNPA), .ABPA terjadi karena terdapat reaksi
hipersensitivitas terhadap kolonisasi
aspergilosis di daerah pohon trakeobronkial
dan terjadi berkaitan dengan asma dan fibrosis
kistik .

Diagnosa Dari berbagai pemeriksaan


diperoleh hasil sebagai berikut :
•Jumlaheosinofilmeningkat • Rontgen dada
menunjukkan adanyain filtrasi dan bayangan
yang menyerupai jari tangan • CAT scan dada
menunjukkan adanyab ronkiektasis sentral
atau sumbatan lendir •Bronkoskopi disertai
pembiakan dan biopsi transbronkial • Biopsi
paru (jarang dilakukan). adanya reaksi
benjolan merah di kulit jika dilakukan
skarifikasi atau suntikan intradermal dengan
antigen Aspergillus, adanya sumbatan
bronchus yang menahun, terbentuknya
antibodi presipitasi serum terhadap
Aspergillus, peningkatan kadar IgE dalam
serum dan adanya infiltrat paru yang bersifat
transien (dengan atau tanpa bronkiektasis
sentral).

Pengobatan Prinsip pengobatan yang


disebabkan oleh jamur Aspergillus fumigatus
adalah dengan menghilangkan jamur dan
sporanya yang terdapat dalam tubuh. ABPA
diobati dengan corticosteroid suppression
namun dengan oral, bukan lagi inhalasi dan
biasanya membutuhkan terapi yang lama.
Reseksi bedah, jika memungkinkan, adalah
pengobatan paling tepat untuk aspergilloma.
Amphotericin B (Fungizone® atau formasi
lipid) IV dapat digunakan untuk infeksi
jaringan bentuk invasif. Pemberian
Itraconazole bermanfaat bagi penderita yang
perkembangannya lebih lambat dan untuk
penderita yang mempunyai masalah
kekebalan. Terapi imunosupresif harus
dihentikan atau dikurangi sebisa mungkin.
Kolonisasi endobronkial harus diobati
sedemikian rupa untuk memperbaiki drainase
bronkopulmoner. ABPA yang berbarengan
dengan sinusitis alergik fungal memerlukan
tindakan operasi jika terdapat polip obstruktif.

Cara Pencegahan
Udara ruangan yang disaring dengan High
Efficiency Particulate Air (HEPA) dapat
menurunkan infeksi aspergillosis invasive
pada penderita yang dirawat di RS terutama
penderita dengan netropenia. v Orang-orang
dengan faktor predisposisi (asma, fibrosis
kistik, dll), sebaiknya menghindari lingkungan
dimana jamur aspergillus ditemukan .
8. ASPERGILLUS CLAVATUS

Scientific classification
Kingdom: Fungi
Division: Ascomycota
Class: Eurotiomycetes
Order: Eurotiales
Family: Trichocomaceae
Genus: Aspergillus
Species: A. clavatus
Binomial name
Aspergillus clavatus
Synonyms
Aspergillus pallidus

Aspergillus clavatus adalah spesies jamur


dalam genus Aspergillus dengan dimensi
konidia 3–4,5 x 2,5–4,5 μm. Ini ditemukan di
tanah dan kotoran hewan. Jamur pertama kali
dijelaskan secara ilmiah pada tahun 1834 oleh
ahli mikologi Perancis, John Baptiste Henri
Joseph Desmazières.

Jamur dapat menghasilkan patin toksin, yang


mungkin terkait dengan penyakit pada
manusia dan hewan. Spesies ini hanya
sesekali bersifat patogen.

Sumber-sumber lain telah mengidentifikasi


banyak spesies Aspergillus sebagai
memproduksi spora kering, hidrofobik yang
mudah terhirup oleh manusia dan hewan.
Karena ukuran spora yang kecil, sekitar 70%
spora A. fumigatus mampu menembus ke
dalam trakea dan bronkus primer dan
mendekati 1% ke alveoli. Menghirup spora
Aspergillus adalah risiko kesehatan. A.
clavatus adalah alergi, menyebabkan
pneumonitis hipersensitivitas kerja yang
dikenal sebagai malt-pekerja paru-paru.
9. MUCOR MUCEDO

KLASIFIKASI :
Kingdom : Fungi
Divisio : Zygomycota
Class : Zygomycetes
Order : Mucorals
Familia : Mucoraceae
Genus : Mucor
Species : Mucor sp.

Ciri morfologi koloni: hifa seperti benang


putih; bagian tertentu tampak sporangium dan
sporangiofor berupa titik-titik hitam seperti
jarum pentul.

Ciri mikroskopis: hifa tanpa sekat, terdapat


sporangium dan sporangio- spora. Organisme
ini dan Zygomycetes lain akan tumbuh dengan
cepat pada kebanyakan media jamur. Dapat
menyebabkan kekebalan tubuh berkompromi
mucorosis dalam individu. Situs infeksi paru-
paru, sinus hidung, otak, mata dan kulit.
Infeksi mungkin memiliki beberapa situs.

10. MUCOR RACEMOSUS

KLASIFIKASI :

Kingdom: Fungi
Phylum: Zygomycota
Class: Zygomycetes
Subclass: Incertae sedis
Order: Mucorales
Family: Mucoraceae
Genus: Mucor
Species: M. racemosus
Binomial name
Mucor racemosus

Mucor racemosus adalah jamur yang tumbuh


cepat dan kurus yang termasuk dalam filum,
Zygomycota. Ini adalah salah satu jamur
paling awal yang ditanam dalam budaya
murni dan pertama kali diisolasi pada tahun
1886. Ini memiliki distribusi di seluruh dunia
dan menjajah banyak habitat seperti produk
vegetasi, tanah dan rumah. Jamur ini sebagian
besar dikenal karena kemampuannya untuk
menunjukkan morfologi mirip filamen dan
ragi, sering disebut sebagai dimorfisme.
Perbedaan mencolok terlihat dalam bentuk
dan kondisi lingkungan sangat mempengaruhi
fase M. racemosus. Seperti banyak jamur, ia
juga bereproduksi secara seksual dan aseksual.
Kapasitas dimorfik spesies ini telah diusulkan
sebagai faktor penting dalam patogenitas dan
telah meningkatkan kepentingan industri.
Spesies ini dianggap sebagai patogen
oportunistik, umumnya terbatas pada individu
immunocompromised. Itu juga dikaitkan
dengan alergi dan radang sinus wajah.
Hubungannya dengan alergi telah
membuatnya menjadi jamur umum yang
digunakan dalam pengujian medis alergen.
Penggunaan industri jamur

Morfologi dan taksonomi

Bentuk dimorfik spesies terutama ada dan


tumbuh secara vegetatif baik sebagai hifa
filamen (bentuk cetakan) atau sebagai ragi
bulat (bentuk ragi). Namun, organisme ini
paling dikenal dari bentuk cetakan yang
dicirikan oleh produksi keadaan reproduksi
aseksual yang terdiri dari sporangiophores
yang tinggi (hingga 2 cm) dengan
pembengkakan apikal yang diapit oleh
sporangium besar yang diisi dengan
ellipsoidal, bersel tunggal. , sporangiospores
berdinding halus, tidak berpigmen. Di
laboratorium, jamur membentuk koloni abu-
abu gelap atau abu-abu terang pada media
laboratorium yang paling umum. Jika
mengalami kondisi anaerobik, jamur dapat
berubah menjadi bentuk seperti ragi. Kondisi
anaerobik dan 30% keberadaan karbon
dioksida merangsang konversi ke bentuk ragi.
Demikian juga, biakan yang dilengkapi
dengan Tween 80, ergosterol dan dipasok
dengan 100% nitrogen juga diubah menjadi
ragi. Sebaliknya, peningkatan konsentrasi
oksigen akan menyebabkan konversi bentuk
ragi ke bentuk cetakan. Seperti banyak
zygomycetes, M. racemosus mereproduksi
secara seksual dan aseksual tergantung pada
kondisi lingkungan. Selama reproduksi
seksual, hyphae dari jenis kawin yang
kompatibel menyentuh dan menyatu, akhirnya
menghasilkan zygosporangium berdinding
tebal yang mengandung zigospor tunggal.
Perkecambahan dari zygospore menyebabkan
pertumbuhan hifa baru yang menimbulkan
spora aseksual dari kedua tipe + dan - kawin.
Perkecambahan spora ini menghasilkan hifa
haploid baru dari jenis kawin yang sama.

11. MUCOR HIEMALIS

KLASIFIKASI :
Kingdom: Fungi
Phylum: Zygomycota
Class: Zygomycetes
Subclass: Incertae sedis
Order: Mucorales
Family: Mucoraceae
Genus: Mucor
Species: M. hiemalis
Binomial name
Mucor hiemalis

Mucor hiemalis adalah patogen tanaman


jamur.
M. hiemalis tumbuh dalam memperluas koloni
abu-abu. Tumbuh sporangiophores bercabang
yang menghasilkan sporangia kuning ke
coklat gelap yang dapat kawin untuk
membentuk zigospora
hitam-coklat, berduri.

Fisiologi
M. hiemalis adalah nitrat positif dan
membutuhkan thiamin untuk tumbuh.
12. MUCOR CIRCINELLOIDES

KLASIFIKASI :
ingdom: Fungi
Division: Mucoromycota
Subdivision: Mucoromycotina
Class: Mucorales
Order: Mucoraceae
Genus: Mucor
Species: M.circinelloides
Binomial name
Mucor circinelloides

Mucor circinelloides adalah jamur


dimorfik [1] milik Ordo Mucorales
(Divisi Mucormycota). Ini
memiliki distribusi di seluruh
dunia, kebanyakan ditemukan di
tanah, kotoran dan sayuran akar.
Spesies ini digambarkan tidak
diketahui dapat memproduksi
mikotoksin, [2] namun telah sering
dilaporkan menginfeksi hewan
seperti sapi dan babi, serta unggas,
platipus, dan kadang-kadang
manusia. [3] [4] Pasien ketoasidosis
secara khusus berisiko terinfeksi M.
circinelloides
Mucor circinelloides bereproduksi
secara aseksual. Sporangiophores
ditemukan sebagai dua jenis:
memanjang dan bercabang secara
sympodial. [6] Para
sporangiophores memanjang
memiliki sporangia yang lebih
besar, yang putih pada awalnya dan
semakin berubah warna menjadi
coklat kehijauan. [6] Mereka
mengasumsikan bentuk bulat dan
berukuran 40-80 μm; dicirikan
sebagai "kepala terayun-ayun". [6]
Sporangiophores sebagian besar
bercabang-cabang sympodial [5]
dengan sporangia kecil (25 μm); [6]
cabang dan kadang-kadang
bersirkulasi. [7] Diameter sporangia
berkisar 20-80 μm. [7] Sporangia
memiliki dinding yang sedikit
bertatahkan. [5] Pada sporangia
yang lebih besar, membran menjadi
ringan, sedangkan mereka persisten
pada yang lebih kecil dan pecah
pada saat jatuh tempo. [7] [5]
Sporangia yang lebih kecil juga
memiliki dinding persisten yang
halus. [6] Sporangiophores adalah
ellipsoid (diameter 6-7 μm) atau
subglobose (diameter 4-6 μm). [7]
Sejumlah chlamydospores juga
diproduksi. [5]

Koloni cepat tumbuh dan tingginya


hingga 2 cm. [6] Pada piring
Czapek Yeast Autolysate (CYA),
pertumbuhan koloni rendah dan
jarang, paling sering menyebar ke
seluruh cawan Petri. [2] Koloni-
koloni ini berdiameter 60 mm atau
lebih tampak berwarna abu-abu
pucat atau kuning, dengan
sebaliknya menjadi tidak berwarna.
[2] Koloni juga mengisi seluruh
cawan Petri agar-agar ekstrak malt,
menghasilkan warna koloni yang
mirip dengan yang diamati pada
CYA. [2] Mucor circinelloides
dapat mengasumsikan bentuk
pertumbuhan seperti ragi. [6] Telah
diisolasi dalam bentuk ragi ini dari
urin manusia dan spesimen tinja
normal. [6] Ini juga telah
ditemukan sebagai ragi dari katak.

Fisiologi

Mucor circinelloides memiliki


pertumbuhan dan sporulasi yang
baik antara 5-10 ℃ [4] [5] dan
pertumbuhan yang sangat buruk
pada 37 ℃ yang juga merupakan
suhu pertumbuhan maksimum. [5]
[3] Aktivitas air minimal (aw)
untuk pertumbuhan adalah 0,9. [4]
M. circinelloides mengasimilasi
etanol dan nitrat. [3] Panjang dan
jumlah sporangiophores tinggi
menurun dengan suhu yang lebih
rendah. [4] Spora secara luas
ellipsoid (4.4-6.8 x 3.7-4.7 µm [5]
Pertumbuhan, sporulasi, dan
kehadiran sporangiophores tinggi
dan pendek dapat dipengaruhi oleh
suhu, namun bentuk
sporangiophore, ukuran dan
keseragaman tidak dipengaruhi
oleh suhu. [4]
Habitat dan ekologi

Setidaknya 20 spesies yang


termasuk genus Mucor ditemukan
diekstraksi dari makanan. [4] M.
circinelloides adalah salah satu dari
lima jamur paling signifikan dari 20
ini bersama dengan M. hiemalis, M.
piriformis, M. plumbeus dan M.
racemosus. [4] Telah dilaporkan
merusak keju dan ubi jalar serta
penyakit mangga. [2] Jamur ini
juga telah diisolasi dari berbagai
makanan seperti daging, hazelnut,
walnut, jagung, kacang hijau,
kacang kedelai, dan barley. [2]

Jamur dalam kelas ordo Mucorales


belum diselidiki secara rinci karena
kemampuan mereka untuk
memproduksi mikotoksin; [8]
Sitotoksisitas dan produksi
mikotoksin dianalisis dan diuji
untuk menggunakan uji
sitotoksisitas (MTT assay) dan
metode multimikotoxin berbasis
LC / MS / MS. masing-masing
untuk tiga spesies jamur, termasuk
M. circinelloides. [8] Mucor
circinelloides ditemukan mampu
menghasilkan asam 3-
nitropropionic serta memiliki
sitotoksisitas rendah. [8] Secara
konvensional, M. circinelloides
dianggap tidak menghasilkan
mikotoksin
13. RHIZOPUS

KLASIFIKASI :

Klasifikasi Rhizopus oryzae menurut Germain


(2006) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Fungi
Divisio : Zygomycota
Class : Zygomycetes
Ordo : Mucorales
Familia : Mucoraceae
Genus : Rhizopus
Species : Rhizopus oryzae
Menurut Soetrisno (1996) sifat-sifat jamur
Rhizopus oryzae yaitu koloni berwarna putih
berangsur-angsur menjadi abu-abu; stolon
halus atau sedikit kasar dan tidak berwarna
hingga kuning kecoklatan; sporangiofora
tumbuh dari stolon dan mengarah ke udara,
baik tunggal atau dalam kelompok (hingga 5
sporangiofora); rhizoid tumbuh berlawanan
dan terletak pada posisi yang sama dengan
sporangiofora; sporangia globus atau sub
globus dengan dinding berspinulosa (duri-duri
pendek), yang berwarna coklat gelap sampai
hitam bila telah masak; kolumela oval hingga
bulat, dengan dinding halus atau sedikit kasar;
spora bulat, oval atau berbentuk elips atau
silinder; suhu optimal untuk pertumbuhan
350C, minimal 5-70C dan maksimal 440C.
Berdasarkan asam laktat yang dihasilkan
Rhizopus oryzae termasuk mikroba
heterofermentatif

Rhizopus oryzae merupakan jamur yang


sering digunakan dalam pembuatan tempe.
Jamur ini aman dikonsumsi karena tidak
menghasilkan toksin dan mampu
menghasilkan asam laktat. Rhizopus oryzae
mempunyai kemampuan mengurai lemak
kompleks menjadi trigliserida dan asam
amino. Selain itu jamur ini juga mampu
menghasilkan protease. Menurut Sorenson
dan Hesseltine (1986), Rhizopus oryzae
tumbuh baik pada kisaran pH 3,4-6. Pada
penelitian, semakin lama waktu fermentasi,
pH tempe semakin meningkat sampai pH 8,4,
sehingga jamur semakin menurun karena pH
tinggi kurang sesuai untuk pertumbuhan
jamur. Secara umum jamur juga
membutuhkan air untuk pertumbuhannya,
tetapi kebutuhan air untuk jamur lebih sedikit
dibandingkan dengan bakteri. Selain pH dan
kadar air, jumlah nutrien dalam bahan juga
dibutuhkan oleh jamur.

Ciri-ciri R. oryzae secara umum, antara lain


ialah hifa tidak bersekat (senositik), hidup
sebagai saprotrof, yaitu dengan menguraikan
senyawa organik. Pembuatan tempe dilakukan
secara aerobik. Reproduksi aseksual
cendawan R. oryzae dilakukan dengan cara
membentuk sporangium yang di dalamnya
terdapat sporangiospora. Pada R. oryzae
terdapat stolon, yaitu hifa yang terletak di
antara dua kumpulan sporangiofor (tangkai
sporangium). Reproduksi secara seksual
dilakukan dengan fusi hifa (+) dan hifa (-)
membentuk progamentangium.
Progamentangium akan membentuk
gametangium. Setelah terbentuk
gamentangium, akan terjadi penyatuan plasma
yang disebut plasmogami. Hasil peleburan
plasma akan membentuk cigit yang kemudian
tumbuh menjadi zigospora. Zigospora yang
telah tumbuh akan melakukan penyatuan inti
yang disebut kariogami dan akhirnya
berkembang menjadi sporangium kecambah.
Di dalamsporangium kecambah setelah
meiosis akan terbentuk spora (+) dan spora (-)
yang masing-masing akan tumbuh menjadi
hifa (+) dan hifa (-).

Anda mungkin juga menyukai