Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pada 1969, ilmuwan Biologi R. H. Whittaker, membagi makhluk hidup menjadi
lima kingdom, yaitu kingdom monera, protista, fungi, plantae, dan ani malia. Sistem ini
banyak digunakan para ilmuwan biologi. Pembagian lima kingdom ini didasarkan pada
susunan sel dan cara hidup dalam pemenuhan kebutuhan makanan (Fitria, 2010).
Monera adalah uniseluler (bersel tunggal), sel prokariotik (tidak memiliki membran
inti), dan memiliki reproduksi secara aseksual. Protista adalah eukariotik (mempunyai
membran inti), uniseluler atau multiseluler (bersel banyak), dan autotrof atau heterotrof.
Protista dibagi menjadi 3 yaitu, protista mirip hewan, protista mirip tumbuhan, dan
protista mirip jamur.
Protista yang memliki ciri-ciri seperti hewan (Protozoa) memiliki ciri seperti hewan
(protozoa). a) Rhizopoda bergerak dan menangkapi makanan menggunakan kaki semu
atau pseupodia. Rhizopoda hidup di laut, air tawar, tubuh he wan, atau manusia.
Contoh: Entamoeba histolityca (penyebab disentri).b) Flagellata Flagellata bergerak
menggunakan flagel atau bulu cambuk, hidup di laut, air tawar, tubuh hewan, atau
manusia. Contoh: Trypanosoma evansi (penyebab penyakit surra pada hewan ternak).c)
Cilliata Cilliata hidup bebas di air tawar atau laut, bergerak menggunakan rambut getar
silia. Contoh: Paramecium caudatum.d) Sporozoa tidak memiliki alat gerak, dan
semua jenis sporozoa hidup sebagai parasit. Contoh: Plasmodium (penyebab malaria).
Protista yang memiliki ciri-ciri seperti tumbuhan (ganggang/ algae) adalah a)
Euglenophyta Cirinya adalah uniseluler, tidak memiliki dinding sel, mempunyai
klorofil sehingga mampu berfotosintesis, dan memiliki flagel. Contoh: Euglena.b)
Pyrophyta Sebagian besar Pyrophyta adalah Dinoflagellata, hidup di air laut, tapi ada
juga yang hidup di air tawar, uniseluler, memiliki dinding sel, dan mampu bergerak
secara aktif. Contoh: Ceratium (Fitria, 2010).

Protista yang memiliki ciri-ciri seperti jamur (fungi) adalah Myxomycota (jamur
lendir) Dalam siklus hidupnya, Myxomycota menghasilkan sel-sel yang hidup bebas
yang berbentuk seperti amoeboid. Bila kekurangan makanan, sel-sel bebas ini
membentuk massa yang berlendir. Selain itu, dapat pula membentuk spora bila keadaan
kering. Contoh: Physarium. Oomycota (jamur air), Oomycota hidup bebas, makanan
diperolehnya dari sisa-sisa tumbuhan di danau atau kolam, dan reproduksi secara
seksual dan aseksual. Secara seksual menghasilkan hifa. Sedangkan, secara aseksual
menghasilkan zoospora, yaitu spora yang mempunyai dua flagel yang da pat tumbuh
menjadi hifa baru. Contoh: Saprolegnia (menempel pada tubuh ikan sebagai parasit).
Pada makalah ini akan dibahas lebih mendalam mengenai protista yang memiliki
ciri-ciri tumbuhan (ganggang / algae) yaitu Euglenophyta.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Euglenophyta?
2. Bagaimana ciri-ciri morfologi Euglenophyta?
3. Bagaimana Fisiologi dari Euglenophyta?
4. Bagaimana klasifikasi dari Euglenophyta?
5. Apa saja peranan Euglenophyta yang mencangkup kerugian dan keuntungan
terhadap lingkungan?
1.3 Tujuan
1. Dapat memahami pengertian Euglenophyta.
2. Dapat mengetahui cirri-ciri morfologi Euglenophyta.
3. Dapat mengetahui Fisiologi dari Euglenophyta.
4. Dapat mengetahui klasifikasi dari Euglenophyta
5. Dapat mengetahui peranan Euglenophyta yang mencangkup kerugian dan
keuntungan terhadap lingkungan.
1.4 Manfaat
Agar mahasiswa lebih banyak mengerti dan lebih mengetahui mengenai Euglenophyta
mencangkup morfologi, anatomi, fisiologi, dan peranan terhadap lingkungan.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Euglenophyta


Euglenophyta selnya berflagela dan merupakan sel tunggal yang berklorofil,
tetapi dapat mengalami kehilangan klorofil dan kemampuan untuk
berfotosintesa.Semua spesies Euglenophyta yang mampu hidup pada nutrien komplek
tanpa adanya cahaya, beberapa ilmuwan memasukkannya ke dalam filum protozoa.
Contohnya strain mutan alga genus Chlamydomonas yang tidak berklorofil, dapat
dimasukkan ke dalam kelas Protozoa genus Polytoma. Hal ini merupakan contoh
bagaimana sulitnya membedakan dengan tegas antara alga dan protozoa.
Divisi Euglenophyta terdiri hanya satu kelas yaitu Euglenophyceae. Sebagian
besar kelompok ini hidup di air tawar, tetapi ada beberapa yang hidup di air laut,
contohnya Eutreptia dan klepsiella.Euglenophyceae terutama banyak hidup di tempat
yang banyak mengandung bahan organik, hidup bebas senagai zooplankton.Beberpara
ada yang bersifat andozoik, contohnya Euglenomorpha (hidup pada perut berudu Rana
sp). (Saptasari,2007)
Secara umum mempunyai cara hidup yang lengkap, yaitu dapat bersifat saprofit,
holozoik, dan fototrofik. Oleh karena itu, dapat hidup secara heterotrof dan
autotrof.Tetapi yang lebih sering dilakukan adalfh secara heterotrof, autotrof dilakukan
apabila lingkungan kurang terdapat bahan organik.Oleh karena itu, Euglenophyceae
sering disebut bersifat miksotrof.
Euglenophyta memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Uniseluler
2. Pada umumnya memiliki flagel yang tidak sama panjang (Heterokontae)
jumlah flagel 2 atau 4
3. Umumnya hidup di air tawar yang kaya bahan organik (di laut sangat
sedikit)
4. Bersifat autorof, karena memiliki klorofil a dan b, karoten dan beberapa
xanthofil yaitu astaxanthin
5. Bersifat heterotrof karena memakan bahan organik/ bakteri yang tersedia.
6. Ada yang memiliki kloroplast (dapat berfotosintesis) ada juga yang tidak
dapat berfotosintesis.
7. Yang berfotosintesis disebut Phototrophic
8. Yang tidak berfotosintesis disebut Osmotrophic (makan dengan cara diffusi)
9. Kelompok yang ketiga disebut Phagotrophic (makan dengan cara
menangkap makanan)
10. Dinding sel tidak terbuat dari selulosa namun membran tipis tersusun atas
lapisan-lapisan protein berbentuk spiral, yang disebut "pellicle
11. Jumlah genus hanya 40 dan jumlah spesies - /+ 800
12. Memiliki bintik mata yang disebut stigma
13. Eyespot (stigma) merah terang yang sensitive terhadap cahaya. Pigmen
merah ini merupakan astaxanthin
14. Juga disebut Euglenozoa, euglenoids, euglenophytes
15. Cadangan makanan berupa paramilum yaitu bentuk antara dari polisakarida
16. Ujung anterior dari sel berupa sitostom dan dibawahnya berupa
kerongkongan / gullet . Gullet terdiri atas leher yang sempit (cytopharynx)
dan bagian posterior yang membesar berupa waduk (reservoir). Waduk
berhubungan dengan vakoula kontraktil
17. Sistem pergerakan
a. Dengan flagellum
Prinsipnya sama dengan pergerakan baling-baling. Pergerakan
flagellum pada 1 atau 2 bidang digunakan untuk dorongan atau
sentakan.
b. Metaboly ( menggunakan dinding sel yang mengandung protein)

2.2 Susunan Tubuh Euglenophyta


Susunan tubuhnya dibatasi oleh perikel yang merupakan membran plasma yang
menebal, ada yang kaku contohnya Phacus dan ada yang lentur contohnya Euglena dan
Paranema.Pada yang bersifat lentur periplas juga sebagai alat gerak, gerak periplas ini
juga disebut dengan gerak euglenoid.
Organisme ini mempunyai tingkat perkembangan lebih tinggi daripada
Cyanophyta karena sudah mempunyai inti yang tetap dan mempunyai khloroplast
seperti pada tumbuhan tinggi.Karena itu Euglena dapat melangsungkan fotosinthesis
dan tumbuh seperti halnya pada tumbuhan tinggi. Beberapa euglenoid berfotosintesis
dan yang lain tidak. Anggota-anggota yang berpigmen memiliki kloroplas yang berisi
klorofil a dan b. Hasil fotosintesis disimpan sebagai paramilon, sebuah polimer glukosa
yang berbentuk butiran dalam sitoplasma.
Dinding sel tidak dibungkus oleh dinding selulosa, melainkan oleh perikel
berprotein, yang berada didalam plasmalema.Pada kebanyakan Euglenoid, perikel itu
bersifat lentur sehingga memungkinkan perubahan bentuk sel, tetapi pada beberapa
jenis, perikel ini kaku sehingga sel memiliki bentuk tetap.
Ujung anterior dari sel berupa sitostoma, sel terbentuk dari ujung depan sel
euglenoid melekuk kedalam membentuk saluran yang ujung dalamnya meluas menjadi
rongga membulat membentuk reservoar. Saluran dan reservoar itu walaupun dianggap
sebagai terusan tempat partikel makanan padat masuk kedalam sel. dan dibawahnya
berupa kerongkongan/gullet.Pada beberapa jenis celah ini berguna untuk
memasukkan makanan berbentuk padat, tetapi pada beberapa jenis tidak
demikian.Gullet terdiri atas leher yang sempit (cytopharynx) dan bagian posterior yang
membesar berupa waduk (reservoir).Waduk berhubungan dengan vakoula kontraktil.
Pada genera tertentu pada gulletnya terdapat batang farink, terletak parallel dengan
panjang gullet, dan ujung bawahnya sampai setinggi dasar waduk atau memanjang ke
ujung posterior dari sel.
Fungsi organ ini untuk menyokong sitostoma waktu menelan makanan padat.
Flagella dari Euglena pangkalnya tertanam pada dasar waduk dan keluar
sepanjang sitofarinx dan sitostoma.Yang mempunyai satu flagella, tumbuh ke muka.
Genera yang mempunyai dua flagella, flagellanya sama panjang dan tumbuh ke arah
depan tetapi lebih banyak genera yang flagellanya tidak sama panjang. Flagelanya
mempunyai rumbai-rumbai sepanjang batang (tipe tinsel).
Sistem pergerakan flagella pada prinsipnya sama dengan pergerakan baling-
baling. Pergerakan flagellum pada 1 atau 2 bidang digunakan untuk dorongan atau
sentakan.Gelombang dari sistem undulatori ini lewatnya dari dasar ke ujung dan
langsung mengendalikan organisme dalam arah yang berlawanan atau pergerakan
gelombang lewat dari ujung ke dasar dan ini gerakan sentakan organisme.
Sel mempunyai sebuah pigmen merah menyerupai bintik mata.Pigmen merah
ini merupakan astaxanthin yang hanya dijumpai pada golongan Crustaceae.Cadangan
makanan berupa paramilum yaitu bentuk antara dari polisakharida, jadi bukan berupa
amilum seperti pada tumbuhan tinggi atau glycogen seperti pada binatang.
Euglenophyta dapat hidup secara autotrof tetapi juga secara saprofit; tidak dapat
hidup dalam medium yang hanya mengandung garam-garam anorganik, tetapi akan
cepat tumbuh bila dalam medium ditambah dengan sejumlah asam amino. Beberapa
jenis hidup secara obligat saprofit sedang yang lain obligat autotrof, disamping ada
yang hidup secara holozoik yaitu dapat menangkap dan menelan mangsanya seperti
pada binatang.
Hubungan antara Euglenophyta dengan alga lainnya masih belum jelas.Melihat
adanya persamaan dalam hal warnanya, maka diduga ada persamaannya dengan
Chlorophyta, tetapi organisasi protoplas antara keduanya jauh berbeda.Dalam
kenyataannya kelompok euglenoid ini mempunyai persamaan dengan Chrysophyta,
Dinoflagellata dan Volvox.

Morfologi
Euglenoida memiliki tubuh yang menyerupai gelendong dan diselimuti oleh
pelikel Euglena viridis. Ukuran tubuhnya 35 60 mikron dimana ujung tubuhnya
meruncing dengan satu bulu cambuk.Hewan ini memilki stigma (bintik mata berwarna
merah) yang digunakan untuk membedakan gelap dan terang.Euglena juga memiliki
kloroplas yang mengandung klorofil untuk berfotosintesis. Euglena memasukkan
makanannnya melalui sitofaring menuju vakuola dan ditempat inilah makanan yang
berupa hewan hewan kecil dicerna.
Anatomi
Euglena memiliki satu flagella yaitu ekor sebagai alat gerak, satu panjang dan
satu pendek organieme ini dapat melakukan simbiosis dengan jenis ganggang tertentu
dan tubuhnya dapat memancarkan sinar bila terkena rangsangan mekanik. Untuk
reproduksi Euglena berkembang biak secara vegetatif, yaitu dengan pembelahan biner
secara membujur. Pembelahan ini dimulai dengan membelahnya nukleus menjadi
dua.Selanjutnya flagel dan sitoplasma serta selaput sel juga terbagi menjadi
dua.Akhirnya terbentuklah dua sel euglena baru.Sistem sirkulasi euglena mengambil
zat organik yang terlarut di sekitarnya. Pengambilan zat organik dilakukan dengan cara
absorbsi melalui membran sel. Selanjutnya, zat makanan itu dicernakan secara
enzimatis di dalam sitoplasma.

2.3 Perkembangbiakan Euglenophyta


2.3.1 Reproduksi Aseksual
Reproduksi Euglenophyta terjadi secara aseksual yaitu pembelahan biner
longitudinal. Sedangkan reproduksi seksual belum diketahui. Tahapan pembelahan
biner longitudinal Euglenophyta sebagai berikut :
1. Pembelahan biner longitudinal hanya melibatkan satu individu
( gambar a )
2. Pada euglena yang memiliki satu flagela, blepharoplast ( tempat keluarnya
flagel ) membelah menjadi dua ( gambar b )
3. Inti sel mulai membelah secara mitosis ( gambar c )
4. Terjadi pelekukan sitoplasma dari bagian anterior ( gambar d )
5. Kedua flagel saling menjauh diikuti pembagian inti sel ( gambar e )
6. Terbentuk dua individu baru yang masing-masing memiliki satu flagela dan inti
sel ( gambar f )
Catatan : pada euglena yang memiliki dua flagela, satu sel anakan dapat
membawa dua flagela lama dan sel anakan yang lain akan membentuk
dua flagela baru. Atau masing-masing sel anakan membawa satu flagela
kemudian menghasilkan satu flagela lagi.

Gambar 1.1 Pembelahan biner longitudinal pada euglena


(Sumber: Rahayu, 2014)

2.3.2 Reproduksi Seksual


Adanya konjugasi/penggabungan sel vegetatif pernah dijumpai pada
beberapa euglenoid, tetapi kasus ini masih sangat kabur.Autogami
(penggabungan dua inti anakan dalam sel), Inti hasil fusi kemudian membelah
meiosis membentuk empat nukleus yang masing-masing berkembang menjadi
sel vegetatif. Hal ini pernah dijumpai pada Phacus.

2.4 Klasifikasi Euglenophya


KlasifikasiEuglenophyta, Kelas Euglenoceae dibagi menjadi 3 ordo, yaitu:
1. Ordo : Euglenales
Family : Euglenaceae
Genus : Euglena, Phacus, Trachelomonas
2. Ordo : Peranemales/Eutreptiales
Family : Eutreptiaceae
Genus : Astacia, Peranema, Hyalophacus
3. Order : Rhabdomonadales
Family : Rhabdomonadaceae
Genus : Colacium, Petalomonas
Contoh spesies dari kelompok Euglenophyta
a. Euglena
Termasuk semua anggota Euglenophyceae yang selama hidupnya sel
selalu mempunyai flagel dan dapat bergerak. Hidupnya soliter, tidak pernah
membentuk koloni.Kloroplast berbentuk cakram sampai bentuk pita. Spesies
tertentu dari Euglena yang mempunyai khloroplast juga menghasilkan pigmen
merah (euglenarhodone), yang jumlahnya dapat demikian banyak sehingga
mengaburkan isi selnya.Euglenarhodone adalah suatu keton karetenoid.
Makanan Euglena sangat bervariasi meliputi segala organisme hidup.
Cytostoma Euglena dapat digembungkan dengan sangat besar untuk menelan
mangsanya yang besar. Bila Euglena tumbuh di tempat gelap dengan substrat
organik yang cocok, warnanya hilang, tetapi akan berwarna kembali bila ada
cahaya. Pada keadaan yang luar biasa, Euglena dapat menghasilkan suatu
varietas/ras yang tidak berwarna (apokhlorotik), ras ini tetap tidak berwarna
meskipun ada cahaya.Ras apokhlorotik ini dapat diperoleh dengan
memperlakukan sel Euglena dengan streptomysin dalam cahaya.
Cadangan makanan Euglena berupa paramylum, yaitu karbohidrat yang
tidak larut, bentuknya dapat berupa cakram cincin, batang atau bulat, yang
kadang-kadang ukurannya relatif besar. Paramylum berupa polysaccharida
yang rumus molekulnya menyerupai tepung/pati, tetapi tidak bereaksi dengan
tes pati. Butir paramylum menyerupai butir pati/amylum, yaitu mempunyai
lapisan yang konsentris.
Euglena sering kali dapat memberi warna pada air bila dalam jumlah
yang banyak. Banyak dijumpai di dalam kolam-kolam kecil yang banyak
mengandung bahan organik. Dalam bentuk kehidupan yang saprofit tanpa zat
warna, jarang dijumpai dan bila ada biasanya terdapat pada tempat-tempat
dimana terjadi purifikasi (pembusukan). Beberapa jenis Euglena hidup pada
lumpur sepanjang tepi sungai, estuarine, atau payau-payau bergaram. Pada
tempat ini dapat tumbuh subur sehingga cukup memberi warna pada lumpur.
Jika populasinya di kolam sangat banyak, maka menyebabkan permukaan
kolam seperti tertutup lapisan hijau yang dapat berubah warna menjadi merah
dalam beberapa jam.

Gambar 1.2 Euglena sp.

b. Astasia (tidak berwarna)


Mempunyai bentuk mirip Euglena, hanya tidak berwarna karena tidak memiliki
kloroplas, sehingga bersifat heterotrof.

Gambar 1.3 Astasia sp.


c. Phacus
Phacus mirip juga dengan Euglena, tetapi selnya lebih kaku karena mem
iliki keel, kloroplast discoid, tanpa pirenoid, paramylum bodi besar berbentuk
seperti donat dan terletak di tengah sel. Partamylum bodi Lepocinclis berbentu
cincin tetapi di kedua sisi anterior.
Tubuhnya yang memanjang dengan suatu evaginasi (reservoir) di bagian
ujung anterior. Vakuola kontraktil berupa suatu kantung, dan dua flagella
muncul dari dinding tersebut. Sebuah pigmen berupa suatu bintik atau berupa
stigma dan bertempat di area dasar flagella yang panjang yang berfungsi untuk
fotoreseptif.

Gambar 1.4 Phacus sp.

d. Peranema
Peranema bersifat holozoik.Cara ingesti Peranema telah dipelajari
secara detail.Bagian akhir anterior tubuhnya terdapat dua organ rod paralel
dinamakan organ rod yang letaknya berdekatan dengan reservoir. Bagian
anterior organ rod yang disebut cytostoma yang berhubungan dengan reservoir.
Pada proses makannya, organ rod ditonjolkan keluar untuk berlabuh dengan
menyentakkan tubuhnya menangkap mangsanya untuk kemudian ditelan secara
keseluruhan atau organ rod tersebut dapat digunakan untuk memotong makanan
baru kemudian ditelan dan dihancurkan di dalam vacuola makanan.

Gambar 1.5 Peranema sp.


e. Colacium
Colacium calvum bersifat epizoik pada copepoda, rotifera dan
zooplankton air tawar lainnya. Sel-sel dari Colacium dibungkus oleh selaput
lendir yang melekat dengan suatu tangkai pada inangnya, ujung anterior sel
menghadap ke bawah. Tangkai lendir terbentuk karena bagian anterior sel
manghasilkan lebih banyak lendir. Mempunyai banyak khloroplast berbentuk
cakram, dengan atau tanpa pirenoid.
Inti tunggal, besar terletak pada bagian posterior (atas) dari sel. Bagian
anterior (bawah) sel/protoplast mengandung gullet yang jelas dan juga ada
bintik mata.Pada koloni bentuk pohon, protoplastnya tidak mempunyai flagella.
Protoplast dari Colacium juga dapat berkembang membentuk stadium
telanjang yang amoeboid, dan berkembang secara vegetatif. Dapat pula
berbentuk stadium telanjang yang amoeboid dengan 4 inti. Pada stadium ini
reproduksi dengan membentuk tunas dengan satu inti dan kemudian mengalami
metamorfose menjadi sel kembar dengan satu flagella.
Bila pembelahan sel berlangsung, sel anakan masing-masing akan
membentuk tangkai yang tetap melekat pada tangkai induknya. Pembelahan sel
yang berulang-ulang akan menghasilkan koloni yang berbentuk pohon
(dendroid). Sel-sel dari koloni membentuk pohon berbentuk bulat telur atau
lonjong.
Sel dari stadium/bentuk dendroid atau palmelloid, protoplastnya dapat
menghasilkan satu flagellum dan keluar berupa suatu zooid yang berenang
bebas.Zooid ini berenang beberapa saat sebelum menanggalkan flagellanya dan
menghasilkan dinding.

Gambar 1.6 Colacium


2.5 Peranan Euglenophyta dalam Kehidupan
1. Peranan positif
a. Bidang Perikanan
Ganggang yang merupakan fitoplankton dan zooplankton berfungsi sebagai
makanan ikan.
b. Bidang Industri
Dinding sel diatom banyak mengandung silikat. Sisa-sisa dinding sel diatom
yang hidup di jaman lampau membentuk lapisan tanah yang dikenal sebagai
tanah diatom. Tanah ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan penggosok,
isolasi, bahan dasar industri kaca, dan penyaring (karena berpori).

c. Dalam Dunia Sains


Euglena sering dijadikan sebagi objek karena mudah didapat dan dibiakkan
dan sebagai indikator adanya pencemaran organik.
2. Peranan negatif
a. Mencemari sumber air
b. Penimbunan endapan tanah pada dasar kolam dan danau
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan
Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa:
1. Euglenophyta selnya berflagela dan merupakan sel tunggal yang berklorofil,
tetapi dapat mengalami kehilangan klorofil dan kemampuan untuk
berfotosintesis.
2. Beberapa ciri morfologi euglenophyta yaitu susunan tubuhnya dibatasi oleh
perikel yang merupakan membran plasma yang menebal, ada yang kaku,
berklorofil, dinding sel tidak dibungkus oleh dinding selulosa, melainkan oleh
perikel berprotein, yang berada didalam plasmalema, ujung anterior dari sel
berupa sitostoma, sel terbentuk dari ujung depan sel euglenoid melekuk
kedalam membentuk saluran yang ujung dalamnya meluas menjadi rongga
membulat membentuk reservoir.
3. Reproduksi dari euglenophyta yaitu bereproduksi secara aseksual yaitu melalui
pembelahan sel dan secara seksual yakni dengan melakukan konjugasi.
4. Peranan positif dari euglenophyta ini yaitu di bidang perikanan, industri, sains,
sedangkan dampak negatifnya, yaitu mencemari sumber air dan penimbunan
endapan tanah pada dasar kolam dan danau

3.2 SARAN
Adapun saran-saran yang dapat kami sampaikan dalam makalah ini yaitu
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan kedepannya dapat
memberi kritik apabila terdapat kesalah dalam redaksi makalah ini guna perbaikan
bagi penulis.

Anda mungkin juga menyukai