Anda di halaman 1dari 18

REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

“ BRYOPHYTA “

Tugas Terstruktur Dalam Mata Kuliah Reproduksi dan Embriologi Tumbuhan


Dosen Pengampu : Ibu Khairuna, M.Pd.

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 8

1. Alfina Damayanti (0310203016)


2. Syaprina Anggriani (0310202012)
3. Miftahuddin (0310202066)
4. Mhd. Arya (0310202091)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATeRA UTARA
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................2

3.1 Defenisi Bryophyta..............................................................................................................3

3.2 Ciri-Ciri Bryophyta............................................................................................................3

3.3 Klassifikasi Bryophyta........................................................................................................4

3.3.1 Pembagian Anak Divisi Lumut Hati (Hepaticae)......................................................4

2.3.2 Pembagian Anak Divisi Lumut Daun ( Musci ).........................................................9

3.4 Reproduksi dan Embriologi Bryophyta..........................................................................13

2.5 Peranan Bryophyta...........................................................................................................15

2.6 Integrasi Al-Qur’an dan Hadis........................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................18
BAB III
BRYOPHYTA

3.1 Defenisi Bryophyta


Bryophyta, berasal dari bahasa yunani yang berarti “tumbuhan lumut“, pada umumnya
lumut berwarna hijau, karena mempunyai sel – sel dengan plastid yang menghasilkan
klorofil a dan b, dengan demikian lumut bersifat autotrof. Semua lumut merupakan
tumbuhan autotrop fotosintetik, tak berpembuluh, tetapi sudah memiliki batang dan daun
yang jelas dapat diamati meskipun akarnya masih berupa rizoid. Maka lumut dianggap
sebagai peralihan antara tumbuhan thallus ke tumbuhan berkormus, karena memiliki ciri
thallus berupa rizoid dan kormus yang telah menampakkan adanya bagian batang dan daun.
Bryophyta tidak memiliki jaringan yang diperkuat oleh lignin, oleh karenanya memiliki
profil yang rendah, tingginya hanya 1–2 cm dan yang paling besar tingginya tidak lebih dari
20 cm.1
Lumut dapat dengan mudah dijumpai di tempat yang lembap atau basah, seperti
menempel pada pohon dan di permukaan batu bata. Di kutub, lumut merupakan penyusun
ekosistem tundra (padang lumut). Lumut yang hidup di permukaan batu bata berbentuk
seperti beludru yang berwarna hijau. Ada juga yang berupa lembaran menempel pada tebing
atau dinding sumur.

3.2 Ciri-Ciri Bryophyta


a) Sel-sel penyusun tubuhnya telah memiliki dinding sel yang terdiri dari selulosa.
b) Pada semua tumbuhan yang tergolong lumut terdapat persamaan bentuk susunan
gametangiumnya (anteredium maupun arkegonium) terutama susunan arkegoniumnya,
mempunyai susunan yang khas yang sering kita jumpai pada tumbuhan paku
(pteridophyta).
c) Batang dan daun pada tumbuhan lumut yang tegak memiliki susunan yang berbeda-
beda, jika batangnya dilihat secara melintang tampak bagian-bagian sebagai berikut:
1. Selapis sel kulit, beberapa sel diantaranya memanjang membentuk rizoid-rizoid
epidermis.
2. Lapisan kulit dalam yang tersusun atas beberapa lapisan sel dinamakan korteks.
3. Silinder pusat terdiri dari sel-sel parenkimatik yang memanjang dan berguna untuk
1
Saw, J.T and Goffinet, B. 2000. Bryophyte Biology. Cambridge University Press
mengangkut air dan garam-garam mineral (makanan). Jadi pada tumbuhan lumut
belum terdapat floem maupun xylem.
d) Daun lumut umumnya setebal satu lapis sel, kecuali ibu tulang daun, lebih dari satu
lapis sel. Selsel daun kecil , sempit panjang dan mengandung kloroplas yang tersusun
seperti jala.
e) Pada tumbuhan lumut hanya terdapat pertumbuhan memanjang dan tidak ada
pertumbuhan membesar.
f) Rizoid tampak seperti rambut / benang-benang , berfungsi sebagai akar untuk melekat
pada tempat tumbuhnya dan menyerap air serta garam-garam mineral (makanan).
g) Struktur sporofit (sporogonium) tubuh lumut terdiri atas :
1. Vaginula , kaki yang diselubungi sisa dinding arkegonium.
2. Seta atau tangki
3. Apofisis, yaitu ujung seta yang agak melebar yang merupakan peralihan antara
seta dan kotak spora.
4. Kaliptra atau tudung berasal dari dinding arkegonium sebelah atas menjadi
tudung kotak spora.
5. Kolumela, jaringan yang tidak ikut mengambil bagian dalam pembentukan
spora (Gembong, 2005).

3.3 Klassifikasi Bryophyta


Pada beberapa sumber buku menyebutkan bahwa lumut dibedakan menjadi tiga kelas,
yaitu lumut hati, lumut daun, dan lumut tanduk. Namun, menurut Gembong (2005),
klasifikasi lumut dibedakan menjadi dua kelas yaitu kelas Hepaticae (lumut hati), dan kelas
Musci (lumut daun), sedangkan lumut tanduk masuk kedalam kelas lumut hati. 2

3.3.1 Pembagian Anak Divisi Lumut Hati (Hepaticae)

Gambar 3.1 Bentuk Lumut Hati


Kingdom : Plantae
2
Tjitrosomo, S. S. 1984. Botani Umum 3, edisi ketiga. PenerbitAngkasa, Bandung. Halaman75-101
Devisi : Hepaticophyta
Kelas : Hepaticosida
Ordo : Hepaticoceales
Family : Hepaticoceae
Genus : Hepaticopsida
Spesies : Hepaticopsida sp

Lumut hati merupakan lumut yang mempunyai bentuk lembaran mirip bentuk hati dan
banyak lekukan. Namun, perkembangan dalam taksonomi tumbuhan menunjukkan bahwa
penggabungan ini parafiletik, sehingga diputuskan untuk memisah lumut hati ke dalam
divisio baru. Lumut hati banyak ditemukan menempel di bebatuan, tanah, atau dinding tua
yang lembab. Bentuk tubuhnya berupa lembaran mirip bentuk hati dan banyak lekukan.
Tubuhnya memiliki struktur yang menyerupai akar, batang, dan daun. Hal ini menyebabkan
banyak yang menganggap kelompok lumut hati merupakan kelompok peralihan dari
tumbuhan Thallophyta menuju Cormophyta. Lumut hati beranggota lebih dari 6000 spesies.
Terdapat rizoid berfungsi untuk menempel dan menyerap zat-zat makanan. Tidak
memiliki batang dan daun. Reproduksi secara vegetatif dengan membentuk gemma
(kuncup), secara generatif dengan membentuk gamet jantan dan betina. Tubuhnya terbagi
menjadi dua lobus sehingga tampak seperti lobus pada hati. Siklus hidup lumut ini mirip
dengan lumut daun. Didalam spongaria terdapat sel yang berbentuk gulungan disebut alatera.
Elatera akan terlepas saat kapsul terbuka , sehingga membantu memencarkan spora. Lumut
ini juga dapat melakukan reproduksi dengan cara aseksual dengan sel yang disebut gemma,
yang merupakan struktur seperti mangkok dipermukaan gametofit. Contoh lumut hati adalah
Marchantia polymorpha dan porella.
Struktur lumut hati ada 3, yaitu :
1. Higromorf yaitu yang mampu beradaptasi dengan tempat-tempat yang basah.
2. Xeromorf yaitu terdapat pada tempat-tempat yang amat kering, misalnya pada
kulit-kulit pohon, diatas tanah atau batu cadas, namun hanya sebagian kecil saja.
3. Epifit yaitu struktur tubuh tumbuhan lumut yang hidup di daun pohon-pohon
dalam rimba daerah tropika.
Diantara lumut hati ada juga yang tidak memiliki krolofil, yaitu yang tergolong marga
Cryptothallus dan hidup sebagai saprofit. Protonema lumut hati kebanyakan hanya
berkembang menjadi suatu buluh yang pendek. Sebagian lumut hati mempunyai sel-sel yang
mengandung minyak (Gembong, 2005).
Lumut hati diklasifikasi menjadi tiga bangsa, yaitu :
A. Bangsa Anthocerotales (lumut tanduk)

Gambar 3.2 Bentuk Lumut Hati dari Bangsa Anthocerotales (lumut tanduk)

Bangsa ini hanya memuat beberapa marga yang biasanya dimasukkan dalam satu
suku saja, yaitu suku Anthocerotaceae. Susunan lumut ini sangat rumit dibanding lumut lain.
Gametofitnya mempunyai talus berupa cakram dengan tepi bertoreh, biasanya
melekat pada tanah dengan perantara rizoid-rizoid. Sel-selnya hanya mempunyai satu
kloroplas dengan satu pirenoid yang besar. Pada sisi bawah talus terdapat stomata dengan
dua sel penutup yang berbentuk ginjal. Stoma itu kemudian hampir seluruh terisi dengan
lendir. Beberapa anteridium dan arkegonium terkumpul dalam suatu lekukan pada sisi atas
talus. Zigot mula- mula membelah menjadi dua sel dengan suatu dinding pemisah melintang.
Sel yang di atas terus membelah yang merupakan sporogonium. Sel-sel yang menyusun kaki
sporogonium berbentuk sebagian rizoid, melekat pada talus gametofitnya. Bagi
sporogonium, kaki itu berfungsi sebagai alat penghisap (haustorium). Sporogonium tidak
bertangkai, mempunyai bentuk seperti tanduk, panjangnya 10-15 cm. Jika telah masak,
pecah seperti buah polongan.
Sepanjang poros bujurnya terdapat jaringan yang terdiri, atas beberapa deretan sel-sel
mandul yang dinamakan klimela. Klimela ini diselubungi oleh jaringan yang kemudian akan
menghasilkan spora, ruang itu disebut arkespora. Selain spora, arkespora juga menghasilkan
sel-sel yang mandul yang dinamakan elatra. Berbeda denga lumut hati lainnya, masuknya
kapsul spora pada sporogonium itu tidak bersama-sama, akan tetapi dimulai dari atas dan
berturut-turut hingga bagian bawahnya. Dinding sorogonium memiiliki stoma dengan dua
sel penutup, dan sel-selnya mengandung kloroplas.

B. Bangsa Marchantiales
Lumut jenis ini mempunyai susunan talus yang agak rumit. Talus seperti pita + 2 cm
panjangnya, agak tebal, berdaging, bercabng-cabang menggarpu, dan mempunyai suatu
rusuk tengah yang tidak begitu jelas menonjol. Pada sisi bawah talus terdapat rizoid-rizoid
yang bersifat fototrop dan dinding selnya mempunyai penebalan ke dalam yang bentuknya
seperti sekat-sekat yang tidak sempurna.
Permukaaan atas talus mempunyai lapisan kutikula, oleh sebab itu hampir tak
mungkin dilalui oleh air. Jika dilihat dari atas, talus kelihatan berpetak-petak. Di bawah tiap-
tiap petak di dalam talus terdapat suatu ruang udara, dan di tengah petak terdapat suatu liang
udarayang menghubungkan ruang udara tadi dengan dunia luar. Liang udara itu berbentuk
seperti tong, dan mempunyai dinding yang lebih tinggi dari permukaan talus untuk
mencegah masuknya air. Dinding liang itu terdiri atas 4 cincin, masing-masing cincin terdiri
atas 4 sel. Pada marga tertentu sel-sel cincin yang letaknya paling dalam, dapat
memperlihatkan gerakan menutup. Pada dasar runag udara, terdapat sel-sel yang
mengandung krolopla dan merupakan jaringan asimilasi. Sel-sel lainnya, bahkan sel-sel
epidermis pun mempunyai krolofil, tetapi tidak seberapa. Bagi dunia tumbuhan hal ini
merupakan perkecualian, karena biasanya gametofit tidak mempunyai aparat asimilasi yang
sedemikian sempurnanya.

Gambar 3.3 Bentuk Lumut Hati dari Bangsa Marchantiales

Kapsul spora pada lumut ini mempunyai dinding-dinding yang terdiri atas selaput
sel, dengan penebalan-penebalan seperti serabut. Pada ujung kapsul, dindingnya terdiri atas
dua selaput sel. Ditempat itu kapsul pada waktu masak mulai robek, tutup terpecah, dan
dinding berkerut membentuk gigi-gigi. Kapsul spora mula-mula masih diselubungi oleh
bekas dinding arkegonium yang ikut terangkat pada perkembangan sporogonium, yaitu pada
pembentnagan tangkai sporogonium. Selain dari itu, tiao kapsul juga diselubungi suatu
selaput tipis yang berasal dari tagkai arkegonium. Kapsul spora Marchantiales dapat
menghasilkan beberapa ratus ribu spora. Spora itu akan jatuhdi tempat yang cocok akan
berkecambah menjadi protenema yang mengandeng karakteristik Marchantiales tersebut.
C. Bangsa Jungermaniales

Gambar 3.4 Bentuk Lumut Hati dari Bangsa Jungermaniales

Lumut hati kebanyakan kecil, hidup di atas tanah atau batang-batang pohon, di daeah
tropika juga sebagai epifit pada daun pohon-pohonan dalam hutan. Bangsa ini meliputi +
900 jenis dan merupakan 90% dari semua Hepaticae. Bentuk-bentuk tubuh yang sederhana
sangat menyerupai Marchantia, talus berbentuk pita, sempit dan bercabang menggarpu.
Sebaliknya ada pula yang rusuk tengah talusnya telah memberi kesan seperti batang dengan
bagian-bagian talus ke samping yang telah menyerupai daun- daun.
Kebanyakan Jungermaniales telah mempunyai semacam batang yangbercabang-
cabang banyak dan tumbuh dorsiventral. Pada bagian seperti batang itu terdapat dua baris
semacam daun-daun kecil yang letaknyaagak miring.
Bagian-bagian serupa daun kecil itu telah mempunyai ibu tulang, tetapi bagian yang
serupa batang belum mempunyai berkas pembuluh pengangkutan. Bagia-bagian serupa
daun-daun yang letaknya ke samping itu terbagi dalam helaian atas dan helaian bawah.
Helaian bawah itu untuk jenis-jenis yang tumbuh di tempat-tempat yang ada kemungkinan
bahaya kekurangan air, laluu berbentuk kantung dan berguna sebagai alat penyimpan air.
Selain dua baris bagian-bagian serupa daun-daun yang ke samping tadi seringkali terdapat
sederetan bagian-bagian semacam daun lagi yang terletak pada sisi bawah, dan dinamakan
daun-daun perut atau amfigatrium.
Berbeda dengan lumut hati lainnya, pada Jungermaniales tidak didapati mulut-mulut kulit.

2.3.2 Pembagian Anak Divisi Lumut Daun ( Musci )

Gambar 3.5 Bentuk Lumut Daun

Kingdom : Plantae

Devisi : Bryophyta

Kelas : Bryopsida

Ordo : Bryopceales

Family : Bryopceae

Genus : Bryopsida

Spesies : Bryopsida sp

Lumut daun dapat tumbuh di atas tanah-tanah gundul yang periodik mengalami masa
kekeringan, bahkan di atas pasir yang bergerak pun dapat tumbuh. Selanjutnya lumut-lumut
inidapat kita jumpai di antara rumput-rumput, di atas batu-batu cadas, pada batng-batang dan
cabang-cabang pohon, di rawa-rawa, tetapi jarang di dalam air.3

3
Windadri, F. I. 2009.Keanekaragaman Lumut di Resort Karang Rajang, Taman Nasional Ujung Kulon
Banten.Jurnal Teknik Lingkunganvol:10 no 1, hal :19-25. BidangBotani, Pusat PenelitianBologi, Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Jakarta.
Pada lumut daun sering kali nampak habitus yang sangat mendekati Cormophyta
dengan sumbu pokok serta daun-daun yang tersusun radier, dalam suatu spiral atau bilateral,
jarang sekali daun-daunnya tersusun dalam dua baris saja. Musci dengan batang yang
berbaring dengan daun-daunnya seringkali menghadap ke satu arah saja, atau tersusun dalam
dua baris, sehingga daun-daun itu menjadi dorsiventral (Tjitrosoepomo, 2005).
Pada musci, alat-alat kelamin terkumpul pada ujung batang atau pada ujung cabang-
cabangnya, dan dikelilingi oleh daun-daun yang letaknya paling atas. Daun- daun itu
kadang-kadang mempunyai bentuk dan susunan yang khusus yang disebut perianthium.
Kemudian alat-alat kelamin itu dikatakan bersifat banci atau berumah satu, jika dalam satu
kelompok itu terdaoat, baik arkegonium maupun anteridium, dan

dinamakan berumah dua jika kumpulan arkegonium dan anteridium terpisah tempatnya
(Gembong, 2005)
Bryopsida adalah kelas yang terbesar di antara anggota Bryophyta lainnya dan paling
tinggi tingkat perkembangannya karena baik gametofit maupun sporofitnya sudah
mempunyai bagian-bagian yang lebih kompleks. Gametofit dari lumut daun umumnya
dibedakan dalam 2 tingkatan yaitu protonema yang terdiri dari benang bercabang-cabang,
dan gametafora yang berbatang dan berdaun.Sporogonium dari lumut daun terdiri atas
bagian kaki, seta dan kapsul. Selanjutnya bagian kapsul mempunyai bagian-bagian yang
dinamakan apofise, kotak spora atau teka, dan tutup atau operculum.
Kebanyakan ahli bryologi membagi Bryopsida menjadi 3 anak kelas yaitu
Sphagnidae, Andreaeidae, dan Bryidae. Perbedaan dari ketiga anak kelas tersebut terutama
terletak pada struktur anatomi sporogoniumnya. Anak kelas Sphagnidae mempunyai ciri-ciri
antara lain: protonema berbentuk daun kecil yang terdiri dari satu lapis sel, gametafora pada
ujungnya membentuk cabang-cabang sebagai roset yang menyerupai jambul dan tidak
mempunyai rizoid. Sporofit didukung oleh perpanjangan ujung batang yang namanya
pseudopodium.
Andreaeidae mempunyai persamaan dengan Sphagnidae dalam hal sporofitnya yang
didukung oleh pseudopodium, tetapi berbeda dalam hal cara membukanya kapsul spora
yaitu dengan membentuk 4 katup. Anggota Bryidae yang tergolong Stegocarpi mempunyai
peristoma pada kapsul sporanya, didasarkan atas sifat dari peristomanya Bryidae dibedakan
menjadi 2 golongan yaitu Nematodonteae dan Arthrodonteae. Peristoma adalah gigi-gigi
atau rambut-rambut yang mengelilingi stoma pada kapsul spora-spora yang dapat
mengadakan gerakan higroskopis, yaitu apabila spora-spora sudah masak peristoma bergerak
membuka ke arah luar hingga spora dapat keluar. Dalam klasifikasi lumut daun, bentuk
kapsul, jumlah gigi peristom, bentuk operkulum maupun kaliptra dapat dijadikan dasar
penggolongan yang penting. Protonema sekunder ialah protonema yang tidak berasal dari
perkecambahan spora, biasanya berupa benang-benang hijau seperti ganggang. Melalui
tunas-tunas yang timbul dari prononema sekunder dapat terbentuk individu yang lebih
banyak.

A. Bangsa Andreales

Bangsa ini hanya memuat satu suku, yaitu suku Andreaeaceae, dengan satu marga
Andreaea. Protonema berbentuk pita yang bercabang-cabang. Kapsul spora mula-mula
diselubungi oleh kaliptra yang bentuknya seperti kopyah bayi. Jika sudah masak, pecah
dengan 4 katup-katup. Kolumela diselubungi oleh jaringan sporogen. Contoh lumut dari
bangsa ini adalah : Andreaea rupestris dan Andreaaea petrophila.

Gambar 3.6 Bentuk Lumut Daun dari Bangsa Andreales

B. Bangsa Sphagnales

Bangsa ini merupakan suatu bangsa yang monotipik, terdiri atas satu suku saja:
Spagnaceae dan satu marga: Sphagnum yang terdiri atas beberapa jenis yang
kebanyakan hidup ditempat-tempat yang berawa-rawa dan membentuk rumpun atau
bantalan, yang dari atas tiap-tiap tahun tampak bertambah luas, sedang bagian bawah yang
ada dalam air mati dan berubah menjadi gambut (Tjitrosoepomo, 2005) Protonema tidak
berbentuk benang, melainkan meupakan suatu badan berbentuk dau kecil, tepinya bertoreh-
toreh dan hanya terdiri atas selapis sel saja. Batangnya banyak bercabang-cabang. Cabang-
cabang yang muda tumbuh tegak dan membentuk rozet pada ujungnya. Daun yang tua
membengkok ke bawah sampai merupakan suatu pembalut bagi batan. Cabang-cabang
itu karena tanaman lumut mati dari bawah akhirnya akan terpisah-pisah dan masing-
masing merupakan tanaman yang berdiri sendiri (Gembong, 2005)
Cabang-cabang batang ada yang mempunyai bentuk dan warna khusus, yaitu cabang-
cabang jantan mempunyai anteridium yang buat dan bertangkai di ketiak- ketiak daunnya.
Cabang betina mempunyai arkegonium pada ujungnya. Contoh contoh lumut dari bangsa ini
adalah : Sphagnum fimbriatum, Sphagnum squarrosum dan Sphagnum acutifolium.

Gambar 3.7 Bentuk Lumut Daun dari Bangsa Sphagnales

C. Bangsa Bryales
Sebagian lumut daun tergolong dalam bangsa ini. Pada bangsa ini kapsul sporanya
telah mencapai diferensiasi yang paling mendalam. Sporogoniumnya mempunyai suatu
tangkai yang elastis, yang dinamakan seta. Tangkai dengan kaki sporogoniumnya tertanam
dalam jaringan tumbuhan gametofitnya. Pada ujung tangkai terdapat kapsul spora yang
diselubungi oleh kaliptra. Kaliptra ini berasal dari bagian atas dinding arkegonium.
( Gembong, 2005)
Khusus pada kebanyakan warga Bryales di bawah operkulum terdapat suatu organ
berupa gigi-gigi yang menutupi lubang kapsul spora. Gigi-gigi ini yang dnamakan peristom.
Dalam mengklasifikasikan Bryales lebih lanjut, bentuk kapsul spora peristom, operkulum, da
kaliptra, merupakan tanda-tanda pengenal yang penting. Contoh lumut dari bangsa ini adalah
: Pogonatum sp.

Gambar 3.8 Bentuk Lumut Daun dari Bangsa Bryales

3.4 Reproduksi dan Embriologi Bryophyta


Reproduksi lumut bergantian antara seksual dengan aseksualnya, reproduksi
aseksualnya dengan spora haploid yang dibentuk dalam sporofit, sedangkan reproduksi
seksualnya dengan membentuk gamet-gamet, baik gamet jantan maupun gamet betina yang
dibentuk dalam gametofit. Ada 2 macam gametangium , yaitu sebagai berikut:
1. Arkegonium adalah gametangium betina yang bentuknya seperti botol dengan bagian
lebar yang disebut perut, bagian yang sempit disebut leher.
2. Anteredium adalah gametangium jantan yang berbentuk bulat seperti gada. Dinding
anteredium terdiri dari selapis sel sel yang mandul dan didalamnya terdapat sejumlah
sel induk spermatozoid.
Reproduksi aseksual dan seksual berlangsung secara bergantian melalui suatu
pergiliran keturunan yang disebut metagenesis.
Gambar 3.9 Reproduksi Lumut Secara Seksual dan Aseksual

Umumnya lumut daun berumah dua (dioesious) yang berarti satu individu hanya
memiliki satu jenis kelamin (sudarsono, 2005) . Jika arkegonium telah masak, sel telur siap
untuk dibuahi, dan seluruh sel di dalam arkegonium melebur menjadi semacam lendir. Sel
dinding yang terdapat di ujung akan terlepas dan bagian atas arkegonium akan menjadi
corong. Begitu juga dinding anteridium akan pecah sehingga spermatozoid dapat keluar.
Spermatozoid dapat menuju ke sel telur jika ada air dan baru terjadi pembuahan pada musim
hujan. Arkegonium menghasilkan suatu zat (gula atau protein) untuk menarik spermatozoid
agar bergerak menuju ke sel telur. Gerak spermatozoid ini disebut kemotaksis. Pembuahan
menghasilkan zigot yang diselubungi oleh arkegonium yang akan tumbuh dan berkembang
menjadi sporogo-nium yang merupakan sporofit (Syamsiah, 2009).
Di dalam kotak spora terjadi pembentukan spora melalui pembelahan meiosis
sehingga dihasilkan spora yang haploid. Kotak spora berbentuk periuk dengan suatu cincin
yang melingkar sepanjang tepi atasnya, disebut operkulum. Di bawah operkulum terdapat
dua baris gigi peristom yang jika keadaan lembap akan menutup sehingga spora tidak dapat
keluar. Jika kadar air rendah kaliptra (tudung kotak spora) dan operkulum terlepas, gigi
peristom membuka (menghadap ke luar) dan spora keluar. Jika spora jatuh di tempat yang
sesuai, akan tumbuh menjadi protonema. Dari protonema tumbuh tunas-tunas yang menjadi
tumbuhan lumut. Tumbuhan lumut merupakan Bagan daur hidup lumut daun gametofit yang
berumur panjang, sedangkan sporogonium merupakan sporofit yang berumur pendek.
2.5 Peranan Bryophyta
Setiap makhluk hidup yang diciptakan pasti mempunyai manfaat, termasuk lumut.
Dengan adanya macam-macam lumut, pastinya manfaat dari lumut itu sendiri banyak 4
berikut ini disebutkan beberapa dari manfaat lumut :
 Lumut hati dapat digunakan sebagai obat hepatitis (infeksi pada hati)
 Lumut hati jenis frullania tamarisci digunakan sebagai obat antiseptik
 Lumut hati jenis Conocphalum conicum digunakan untuk mengobati luka bakar dan
luka luar
 Lumut daun dari bangsa lumut gambut seperti Sphagnum digunakan sebagai
pembalut atau pengganti kapasLumut daun jenis Cratoneuron filicinum digunakan
untuk menggobati sakit jantung
 Lumut daun jenis Haplocaldium catillatum digunakan untuk mengobati penyakit
pneumonia
 Lumut daun jenis Rhodobryum giganteum digunakan sebagai obat darah tinggi dan
obat bius
 Lumut daun dari marga Sphagnum digunakan sebagai obat penyakit kulit dan mata
 Lumut dari marga usnea digunakan untuk obat diare atau sakit perut (Gembong,
2005)
Lumut selain mempunyai manfaat atau kelebihan, juga mempunyai kekurangan.

Kekurangan yang disebabkan adanya lumut yaitu :

 Mengurangi estetika

 Kompetitor bagi penyerapan nutrisi

 Inang beberapa jenis penyakit

 Menjadi gulma pada sistem hidroponik substrat terutama apabila tingkat


ketebalannya tinggi

 Tumbuh pada papan penyangga tanaman (misal styrofoam)

 Mengotori dinding

4
Aslam, M., Tan, C.K., Prayitno, A. (2003).Farmasi Klinis (Clinical Pharmacy), Menuju Pengobatan
Rasional dan Penghargaan Pilihan Pasien.Jakarta: Elex Media Komputindo.
 Melapukkan batu

 Licin jika tumbuh di jalan

2.6 Integrasi Al-Qur’an dan Hadis

Firman Allah dalam Al-Qur’an Surat al-An’am ayat 99 yang berbunyi:

”Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu
segala macam tumbuh-tumbuhan Maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu
tanaman yang menghijau. Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang
banyak; dan dari mayang korma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-
kebun anggur, dan (kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak
serupa. perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah dan (perhatikan pulalah)
kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan
Allah) bagi orang-orang yang beriman.

Ayat-ayat di atas menjelaskan tentang firman Allah Swt yang ”Dan Dialah yang
dimaksud adalah Allah Swt., menurunkan air dari langit yaitu air hujan dengan kadar
tertentu sebagai berkah dan rezeki bagi hamba dan untuk menghidupkan dan menyirami
berbagai makhluk sebagai rahmat dari Allah untuk makhluk-Nya. “Lalu Kami (Allah
Swt.) tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuhan” seperti firman Allah Swt., “Dan
air Kami (Allah Swt) jadikan segala sesuatu yang hidup, maka kami (Allah Swt)
mengeluarkan dari tumbuhan itu tanaman yang menghijau “berupa tanaman dan
pepohonan yang menghijau. Kemudian Kami menciptakan biji dan buah pada pohon itu.
Oleh karena itu, Allah Swt. berfirman, “ Kami (Allah Swt.) keluarkan dari tanaman yang
menghijau itu butir yang bersusun” satu sama lain sebagai tandan yakni tanaman pisang
“Dan dari mayang kurma berjuntailah tangkai-tangkai yang menjulai (Ar-Rifa’I, 1999).
DAFTAR PUSTAKA

Ariyanti, Merjin M.B, Kuswata. K, Sri S.T, Guhardja, S. Robbert. G, 2008. Bryophytes on
tree trunks in natural forests, selectively logged Forests and cacao agroforests in
central sulawesi, Indonesia. Artical in Press Biological Conservation.
Aslam, M., Tan, C.K., Prayitno, A. (2003).Farmasi Klinis (Clinical Pharmacy), Menuju
Pengobatan Rasional dan Penghargaan Pilihan Pasien.Jakarta: Elex Media
Komputindo.
Gradstein, S.R. (2003).Ecology of Bryophuta. A Handout Lecture of Regional Training
Course On Biodeversity and Conservation of Bryophyta and Lichens. Bogor.
Indonesia.
Glime, J.M and Saxena, D.1991. Uses of Bryophytes. Jawahar Offset Press
Daryaganj.NewDelhi.
Saw, J.T and Goffinet, B. 2000. Bryophyte Biology. Cambridge University Press.
Schofield, W.B. 1927. Introduction to Bryology. Departemen of Botany University of
BritishColumbia.
Semple, J. C. 1999. An Introduction to Fungi, Algae, Plants, 2th edition, Pearson Custom
Publising. Halaman 76-83.
Tjitrosomo, S. S. 1984. Botani Umum 3, edisi ketiga. PenerbitAngkasa, Bandung.
Halaman75-101.
Windadri, F. I. 2009.Keanekaragaman Lumut di Resort Karang Rajang, Taman Nasional
Ujung Kulon Banten.Jurnal Teknik Lingkunganvol:10 no 1, hal :19-25. BidangBotani,
Pusat PenelitianBologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Jakarta.
Windadri, F.I dan Siti, S. 2005. Leucobryum dan Potensi Pemanfaatannya; Study Kasus
Masyarakat Lokal di Sekitar Cagar Alam Mandor Kalimantan Barat dan Hutan
Wisata Alam Bukit Bangkirai Kalimantan Timur. ENVIRO 5 (1): 60-63.

Anda mungkin juga menyukai