Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lumut adalah tumbuhan kecil yang sering kita lihat menempel di pepohonan,
bebatuan atau di atas tanah. Umumnya lumut berwarna hijau dengan bulu-bulu halus yang
terdapat disetiap bagian tumbuhnya. Sebagian orang mungkin menganggap tumbuhan
lumut sebagai tumbuhan penggangu yang tidak berguna mengingat tumbuhnya sering di
tempat-tempat yang tidak layak. Padahal sadar atau tidak ternyata manfaat tumbuhan
lumut cukup banyak baik bagi tumbuhan lain, lingkungan di sekitarnya, bahkan untuk
manusia khususnya untuk pengobatan.
Biasanya tumbuhan lumut ini tumbuh lebih dulu di suatu tempat sebelum
tumbuhan lain mampu tumbuh di area tersebut, itu sebabnya lumut disebut tumbuhan
pelopor. Lumut yang berukuran kecil ini hidup dengan membentuk koloni dan dapat
menjangkau area yang cukup luas. Manfaat tumbuhan lumut yang sudah mati adalah
sebagai unsur hara dan pupuk bagi tumbuhan lain disekitarnya termasuk untuk lumut
yang masih hidup.
Banyak sekali jenis tumbuhan lumut di dunia, terdapat sekitar 4.000 spesies
tumbuhan lumut (termasuk lumut hati), 3.000 di antaranya tumbuh di Indonesia. Dalam
ekosistem tumbuhan lumut berperan sebagai penyimpan air, dan sebagai penyerap
polutan. Disamping itu tumbuhan lumut dapat hidup di wilayah-wilayah dimana
tumbuhan lain tidak tumbuh.

1.
2.
3.
4.
5.
6.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
Apa yang dimaksud Bryophyta (lumut)?
Bagaimana ciri-ciri Bryophyta (lumut)?
Apa saja klasifikasi Bryophyta (lumut)?
Bagaimana reproduksi Bryophyta (lumut)?
Bagaimana siklus hidup Bryophyta (lumut)?
Bagaimana manfaat Bryophyta (lumut)?

1.
2.
3.
4.
5.
6.

C. Tujuan Penulisan
Tujuan dalam makalah ini adalah :
Untuk mengetahui pengertian Bryophyta (lumut).
Untuk mengetahui ciri-ciri Bryophyta (lumut).
Untuk mengetahui klasifikasi Bryophyta (lumut).
Untuk mengetahui reproduksi Bryophyta (lumut).
Untuk mengetahui siklus hidup Bryophyta (lumut).
Untuk mengetahui manfaat Bryophyta (lumut).

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bryophyta (Lumut)
Lumut merupakan kelompok tumbuhan yang telah beradaptasi dengan lingkungan
darat. Kelompok tumbuhan ini penyebarannya menggunakan spora dan telah mendiami
bumi semenjak kurang lebih 350 juta tahun yang lalu. Pada masa sekarang
ini Bryophyta dapat ditemukan disemua habitat kecuali di laut.
Lumut adalah tumbuhan kecil yang sering kita lihat menempel di pepohonan,
bebatuan atau di atas tanah. Umumnya lumut berwarna hijau dengan bulu-bulu halus yang
terdapat disetiap bagian tumbuhnya. Lumut termasuk divisi bryophyte, berasal dari bahasa
yunani yang berarti tumbuhan lumut, pada umumnya lumut berwarna hijau, karena
mempunyai sel sel dengan plastid yang menghasilkan klorofil a dan b, dengan demikian
lumut bersifat autotrof. Tubuh lumut dapat dibedakan antara sporofit dan gametofitnya.
Dalam skala evolusi lumut berada diantara ganggang hijau dan tumbuhan
berpembuluh (tumbuhan paku dan tumbuhan berbiji). Persamaan antara ketiga tumbuhan
tersebut adalah ketiganya mempunyai pigmen fotosintesis berupa klorofil A dan B, dan
pati sebagai cadangan makanan utama.
Perbedaan mendasar antara ganggang dengan lumut dan tumbuhan berpembuluh
telah beradaptasi dengan lingkungan darat yang kering dengan mempunyai organ
reproduksi (gametangium dan sporangium), selalu terdiri dari banyak sel (multiselluler)
dan dilindungi oleh lapisan sel-sel mandul, zigotnya berkembang menjadi embrio dan
tetap tinggal di dalam gametangium betina. Oleh karena itu lumut dan tumbuhan
berpembuluh pada umumnya merupakan tumbuhan darat tidak seperti ganggang yang
kebanyakan aquatik.
B. Ciri-Ciri Bryophyta (Lumut)
Ciri-ciri lumut secara umum adalah sebagai berikut :
Berwarna hijau, karena sel-selnya memiliki kloroplas (plastida).
Struktur tubuhnya masih sederhana, belum memiliki jaringan pengangkut.
Proses pengangkutan air dan zat mineral di dalam tubuh berlangsung secara difusi dan
dibantu oleh aliran sitoplasma.
Hidup di rawa-rawa atau tempat yang lembab.
Ukuran tinggi tubuh 20 cm.
Dinding sel tersusun atas selulose.
Gametangium terdiri atas anteredium dan archegoniom.
Daun lumut tersusun atas selapis sel berukuran kecil mengandung kloroplas seperti jala,
kecuali pada ibu tulang daunnya.
Hanya mengalami pertumbuhan primer dengan sebuah sel pemula berbentuk tetrader.
Belum memiliki akar sejati, sehingga menyerap air dan mineral dalam tanah
menggunakan rhizoid.
Rhizoid terdiri atas beberapa lapis deretan sel parenkim.
Sporofit terdiri atas kapsul dan seta. Sporofit yang ada pada ujung gametofit berwarna
hijau dan memiliki klorofil, sehingga bisa melakukan fotosintesis.
Ciri Ciri Tubuh
a. Sel sel penyusun tubuhnya telah memiliki dinding sel yang terdiri dari selulosa.
b. Pada semua tumbuhan yang tergolong lumut terdapat persamaan bentuk susunan
gametangiumnya (anteredium maupun arkegonium) terutama susunan arkegoniumnya,

c.

d.

e.
f.
g.

mempunyai susunan yang khas yang sering kita jumpai pada tumbuhan paku
(pteridophyta).
Batang dan daun pada tumbuhan lumut yang tegak memiliki susunan yang berbeda
beda, jika batangnya dilihat secara melintang tampak bagian bagian sebagai berikut:
Selapis sel kulit, beberapa sel diantaranya memanjang membentuk rizoid rizoid
epidermis.
Lapisan kulit dalam yang tersusun atas beberapa lapisan sel dinamakan korteks.
Silinder pusat terdiri dari sel sel parenkimatik yang memanjang dan berguna untuk
mengangkut air dan garam garam mineral (makanan). Jadi pada tumbuhan lumut belum
terdapat floem maupun xylem.
Daun lumut umumnya setebal satu lapis sel, kecuali ibu tulang daun, lebih dari satu lapis
sel. Selse l daun kecil , sempit panjang dan mengandung kloroplas yang tersusun seperti
jala.
Pada tumbuhan lumut hanya terdapat pertumbuhan memanjang dan tidak ada
pertumbuhan membesar.
Rizoid tampak seperti rambut / benang benang , berfungsi sebagai akar untuk melekat
pada tempat tumbuhnya dan menyerap air serta garam garam mineral (makanan).
Struktur sporofit (sporogonium) tubuh lumut terdiri atas:
Vaginula , kaki yang diselubungi sisa dinding arkegonium.
Seta atau tangki
Apofisis, yaitu ujung seta yang agak melebar yang merupakan peralihan antara seta dan
kotak spora
Kaliptra atau tudung berasal dari dinding arkegonium sebelah atas menjadi tudung
kotak spora
Kolumela, jaringan yang tidak ikut mengambil bagian dalam pembentukan spora

Gambar. Struktur sporofit (sporogonium)

C. Klasifikasi Bryophyta (Lumut)


Bryophyta digolongkan menjadi menjadi tiga kelas yaitu Musci, Hepaticeae, dan
Anthoceroraceae.
a. Lumut daun / Musci
Lumut daun banyak terdapat ditempat - tempat yang lembab, mempunyai struktur
seperti akar yang disebut rizoid dan struktur seperti daun. Siklus hidup lumut mengalami
pergantian antara generasi haploid dengan diploid Sporofit pada umumnya lebih kecil , berumur
pendek dan hidup tergantung pada gametofit. Contoh lumut ini antara lain: Polytricum
juniperinum, Furaria, Pogonatum cirratum, Aerobrysis longissima, dan lumut gambut Sphagnum.
b.

Lumut hati (Hepaticeae)


Tubuhnya terbagi menjadi dua lobus sehingga tampak seperti lobus pada hati. Siklus
hidup lumut ini mirip dengan lumut daun. Di dalam spongaria terdapat sel yang berbentuk
gulungan disebut alatera. Elatera akan terlepas saat kapsul terbuka, sehingga membantu
memencarkan spora. Lumut ini juga dapat melakukan reproduksi dengan cara aseksual
dengan sel yang disebut gemma, yang merupakan struktur seperti mangkok dipermukaan
gametofit. Disebut lumut hati, karena bentuknya menyerupai hati.
Tempat tumbuhnya pada tanah tanah yang cukup basah. Lumut hati ada 2 macam
yaitu lumut hati jantan dan betina, masing masing menghasilkan anteridium dan
arkegonium. Dari anteridium ke luar sel kelamin jantan sedangkan dalam arkegonium
terdapat sel telur. Pembuahan berlangsung dengan bantuan air. Oleh karena itu tempat
basah dan sedikit berair merupakan suatu tempat yang baik untuk tumbuhnya. Air hujan
atau percikan air membantu penyerbukan. Seperti halnya lumut daun, pada lumut hatipun
terdapat pergiliran turunan. Di dalam sporangia terdapat sel yang berbentuk gulungan
disebut elatera. Elatera akan terlepas saat kapsul terbuka, sehingga membantu
memencarkan spora. Lumut hati juga dapat melakukan reproduksi aseksual dengan
seberkas sel yang disebut mangkok di permukaan gametofit. Contoh lumut hati adalah
Marchantiapolymorpha dan Porella.

c.

Lumut tanduk (Anthocerotaceae)


Mempunyai gametofit lumut hati; perbedaannya adalah terletak padasporofit lumut
ini mempunyai kapsul memanjang yang tumbuh seperti anduk dari gametofit, masing masing mempunyai kloroplas tunggal yang berukuran besar, lebih besar dari kebanyakan
tumbuhan lumut.Contoh lumuttanduk adalah Anthoceros laevis. Anthoceropsida atau lumut
tanduk mempunyai gametofit bertalus dengan sporofit indeterminate dan berklorofil.
Berbeda dengan Bryophyta lainnya, sel-sel talus Anthocerpsida mempunyai satu kloroplas
besar pada masing-masing selnya. Kapsul berbentuk silindris memanjang dimulai dari
bagian ujung kapsul.

D. Reproduksi Bryophyta (Lumut)


Reproduksi lumut bergantian antara seksual dengan aseksualnya, reproduksi
aseksualnya dengan spora haploid yang dibentuk dalam sporofit, sedangkan
reproduksi seksualnya dengan membentuk gamet - gamet, baik gamet jantan maupun
gamet betina yang dibentuk dalam gametofit. Ada 2 macam gametangium , yaitu sebagai
berikut:
1. Arkegonium adalah gametangium betina yang bentuknya seperti botol dengan bagian
lebar yang disebut perut, bagian yang sempit disebut leher.
2. Anteredium adalah gametangium jantan yang berbentuk bulat seperti gada. Dinding
anteredium terdiri dari selapis sel sel yang mandul dan didalamnya terdapat sejumlah sel
induk spermatozoid.
Reproduksi aseksual dan seksual berlangsung secara bergantian melalui suatu
pergiliran keturunan yang disebut metagenesis.

Gambar Pergiliran Keturunan tumbuhan lumut dan seperti bagan metagenesis:


Jika anteredium dan arkegonium berada dalam satu individu, tumbuhan lumut
disebut berumah satu (monoesis) dan jika dalam satu individu hanya terdapat anteredium
atau arkegonium saja disebut berumah dua (diesis).

E.

Siklus Hidup Lumut


Lumut mengalami siklus hidup diplobiontik dengan pergantian generasi
heteromorfik. Kelompok tumbuhan ini menunjukkan pergiliran generasi gametofit dan
sporofit yang secara morfologi berbeda. Generasi yang dominan adalah gametofit,
sementara sporofitnya secara permanen melekat dan tergantung pada gametofit. Generasi
sporofit selama hidupnya mendapat makanan dari gametofit seperti pada gambar :

Pada siklus hidup tumbuhan lumut, sporofit menghasilkan spora yang akan
berkecambah menjadi protonema. Selanjutnya dari protonema akan muncul gametofit.
Generasi gametofit mempunyai satu set kromosom (haploid) dan menghasilkan organ sex
(gametangium)
yang
disebut
archegonium
(betina)
yang
menghasilkan sel telur dan antheredium (jantan) yang menghasilkan sperma berflagella
(antherezoid dan spermatozoid). Gametangium biasanya dilindungi oleh daun-daun
khusus yang disebut bract (daun pelindung) atau oleh tipe struktur pelindung lainnya.
Gametangium jantan (antheredium) berbentuk bulat atau seperti gada, sedangkan
gametogonium betinanya (arkegonium) berbentuk seperti botol dengan bagian lebar
disebut perut dan bagian yang sempit disebut leher. Gametangia jantan dan betina dapat
dihasilkan pada tanaman yang sama (monoceous) atau pada tanaman berbeda (dioceous).

Fertilisasi sel telur oleh antherezoid menghasilkan zigot dengan dua set kromosom
(diploid). Zigot merupakan awal generasi sporofit. Selanjutnya pembelahan zigot
membentuk sporofit dewasa yang terdiri dari kaki sebagai pelekat pada gametofit, seta
atau tangkai dan kapsul (sporangium) di bagian ujungnya. Kapsul merupakan tempat
dihasilkannya spora melalui meiosis. Setelah spora masak dan dibebaskan dari dalam
kapsul berarti satu siklus hidup telah lengkap.
F.

1.
2.
3.
4.

Manfaat Bryophyta (Lumut)


Tumbuhan lumut jenis tertentu dapat dimanfaatkan untuk dekorasi ruangan (ornamen
tata ruang). jenis lumut lainnya dapat dijadikan bahan obat, sedangkan manfaat tumbuhan
lumut yang hidup di hutan dapat menyerap air di musim kemarau dan membantu menahan
erosi sehingga dapat mencegah banjir. Selain manfaat tadi, tumbuhan lumut juga dapat
dijadikan indikator biologi untuk mengetahui degradasi lingkungan di sekitarnya.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di negera China, terbukti lebih dari 40 jenis
lumut telah digunakan masyarakat China sebagai bahan obat-obatan seperti untuk
mengobati gatal-gatal dan penyakit lain yang disebabkan oleh bakteri dan jamur.
Berikut adalah beberapa manfaat tumbuhan lumut bagi manusia:
Dapat dijadikan tanaman pengganti ijuk.
Dapat mencegah terjadinya erosi dan banjir.
Menyediakan cadangan air karena dapat meyerap air di musim kemarau.
Lumut jenis tertentu dapat dijadikan sebagai obat seperti obat hati, penyakit mata, dan
kulit.
Dapat dijadikan antibakteri, antikanker, dan antiseptik.
Dapat membantu menghilangkan racun akibat gigitan ular.
Dapat dijadikan sebagai obat luka bakar.
Sebagai obat untuk merangsang pertumbuhan rambut.
Sebagai tumbuhan tingkat rendah, lumut memiliki fungsi yang tidak kalah penting
dibanding tumbuhan lain. Beberapa jenis Bryophyta selain berfungsi sebagai tumbuhan
perintis, juga bermanfaat untuk pengobatan dan bernilai estetis sebagai tanaman
hias. Beberapa jenis lumut memiliki manfaat dalam dunia kesehatan. Untuk mengenal
manfaat tumbuhan lumut lebih jauh dapat dilihat dari potensi yang dikandungnya,
diantaranya ekstrak lumut dapat digunakan sebagai antikanker, antibakteri, antifungi,
antifidan(tidak dimakan oleh serangga), mengobati darah tinggi, epilepsi, sebagai
antiseptik, penyakit kulit, mengobati luka bakar, luka sayatan, mengobati penyakit
jantung, menumbuhkan rambut, menghilangkan racun akibat gigitan ular, sebagai
pendegradasi logam berat yang banyak terkandung dalam tanah pertanian. Tumbuhan
lumut yang sudah dikenal manfaatnya sebagai obat-obatan terbagi atas dua golongan
yaitu lumut hati dan lumut daun. Beberapa tumbuhan lumut tersebut antara lain:
Marchantia polymorpha dikenal juga dengan lumut hati, jenis tersebut dapat digunakan
sebagai obat hepatitis, menghilangkan racun akibat gigitan ular.
Conocephalum conicum, juga termasuk lumut hati, berfungsi sebagai antibakteri,
antifungi, mengobati luka bakar dan luka luar.
Frullania tamarisci, merupakan lumut hati yang dapat digunakan sebagai obat antiseptik.
Fissidens japonicum, merupakan lumut daun, dapat digunakan untuk membantu
pertumbuhan rambut.

5. Rhodobryum giganteum, merupakan jenis lumut daun yang dapat mengobati tekanan
darah tinggi dan sebagai sedatif atau obat bius.
6. Cratoneuron filicinum, termasuk lumut daun yang mengandung senyawa untuk
mengobati penyakit jantung.
7. Haplocladium catillatum, merupakan lumut daun, yang berguna untuk mengobati
mengobati pneumonia.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Lumut adalah tumbuhan kecil yang sering kita lihat menempel di pepohonan,
bebatuan atau di atas tanah.
2. Umumnya lumut berwarna hijau dengan bulu-bulu halus yang terdapat disetiap bagian
tumbuhnya. Hidup di rawa-rawa atau tempat yang lembab. Ukuran tinggi tubuh 20
cm. Daun lumut tersusun atas selapis sel berukuran kecil mengandung kloroplas seperti
jala, kecuali pada ibu tulang daunnya dan sebagainya.
3. Klasifikasi Bryophyta (lumut) antara lain Lumut daun / Musci, Lumut tanduk
(Anthocerotaceae) dan Lumut hati (Hepaticeae).
4. Reproduksi lumut bergantian antara seksual dengan aseksualnya, reproduksi
aseksualnya dengan spora haploid yang dibentuk dalam sporofit, sedangkan
reproduksi seksualnya dengan membentuk gamet -gamet, baik gamet jantan maupun
gamet betina yang dibentuk dalam gametofit.
5. Pada
siklus
hidup
tumbuhan
lumut, dimulai
dari sporofit
menghasilkan
spora protonema gametofit. Gametofit mempunyai satu set kromosom (haploid) dan
menghasilkan organ sex (gametangium) yang disebut archegonium (betina)
yang menghasilkan sel telur dan antheredium (jantan) yang menghasilkan sperma
berflagella (antherezoid dan spermatozoid). Fertilisasi sel telur oleh antherezoid
menghasilkan zigot dengan dua set kromosom (diploid). Zigot merupakan awal generasi
sporofit. Selanjutnya pembelahan zigot membentuk sporofit dewasa yang terdiri dari kaki
sebagai pelekat pada gametofit, seta atau tangkai dan kapsul (sporangium).
6. Manfaat Bryophyta (lumut) antara lain lumut jenis tertentu dapat dijadikan sebagai obat
seperti obat hati, penyakit mata, dan kulit. Dapat dijadikan antibakteri, antikanker, dan
antisepti dan lain-lain.
B.

SARAN
Sebagai seorang mahasiswa khususnya farmasi sangat penting untuk mempelajari
lumut mengingatkeanekaragaman tumbuhan lumut yang terdapat di Indonesia memiliki
potensi sebagai obat-obatan karenakandungan zat aktifnya. Hal tersebut juga dapat
membuka peluang ekonomi yang besar bagi industri obat-obatan yang membutuhkan
bahan baku alami sebagai bahan dasar untuk pembuatan obat-obatan dan keanekaragaman
tumbuhan lumut itu sendiri dapat dipertahankan.

DAFTAR PUSTAKA
Gradstein, S.R., 2003, Ecology of Bryophyta. A Handout Lecture of Regional Training Course
On Biodeversity and Conservation of Bryophytes and Lichens, Bogor, Indonesia.
Hasan, M. dan Ariyanti, N. S. 2004, Mengenal Bryophyta (Lumut) Taman Nasional Gunung
Gede Pangrango Volume 1, Balai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Cibodas.
Rmhbaca, 2012, http://rmhbaca.wordpress.com/2012/08/01/manfaat-lumut-sebagai-obat/ .html,
di akses tanggal 12 November 2013.
Tan, B.C., 2003, Bryophytes (Mosses). A Handout Lecture of Regional Training Course On
Biodeversity And Conversation of Bryophytes And Lichen, Bogor, Indonesia.
Tjitrosoepomo, G., 1989, Taksonomi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Usman, Saswin, 2012, Lumut (pengertian,ciri-ciri,klasifikasi,siklus dan manfaat
lumut),http://saswinhtml.blogspot.com/2012/04/bryophyta-lumut.html , di akses tanggal
12 November 2013.

Bryophyta adalah sebuah divisi tumbuhan darat yang jelas batasannya dan tidak memiliki
hubungan kekerabatan erat dengan tumbuhan lain dari dunia tumbuhan. Sebagian besar
bryophyta berukuran kecil, yang terkecil hampir tidak tampak dengan bantuan lensa, sedangkan
yang terbesar tidak pernah lebih dari 50 cm tingginya atau panjangnya. Lumut ini lazim terdapat
pada pohon, batu, kayu gelondongan, dan ditanah pada setiap bagian dunia dan hampir semua
habitat kecuali di laut. Tumbuhan ini hidup subur pada lingkungan yang lembab dan banyak
sekali dijumpai, khususnya di hutan-hutan tropik dan di tanah hutan daerah iklim sedang yang
lembab. Meskipun menyukai habitat yang lembab, bryophyta merupakan tumbuhan darat, dan
yang tumbuh di air tawar hanya merupakan adaptasi sekunder terhadap kehidupan air. Sifat ini
tercermin dari kenyataan bahwa bryophyta air tetap mempertahankan sifat yang khas bagi
tumbuhan darat, antara lain sporanya mengandung kutin dan dipencarkan oleh angin (Loveless,
1983: 57).

1. Tinjauan Umum Tumbuhan Lumut.


Walaupun bryophyta selalu dapat dikenali dari strukturnya, mereka juga mudah dibedakan dari
tumbuhan darat lain menurut daur hidupnya. Daur hidup bryophyta, seperti halnya kebanyakan
tumbuhan, mengalami pergiliran keturunan antara generasi seksual atau generasi gametofit yang
berbiak secara seksual (dan kadang-kadang juga secara vegetatif), dan generasi aseksual atau
generasi sporofit yang berbiak dengan spora (Loveless, 1983: 58).
Perbedaan mendasar antara ganggang dengan lumut dan tumbuhan berpembuluh telah
beradaptasi dengan lingkungan darat yang kering dengan mempunyai organ reproduksi
(gametangium dansporangium), selalu terdiri dari banyak sel (multiselluler) dan dilindungi oleh
lapisan sel-sel mandul, zigotnya berkembang menjadi embrio dan tetap tinggal di dalam
gametangium betina. Oleh karena itu lumut dan tumbuhan berpembuluh pada umumnya
merupakan tumbuhan darat tidak seperti ganggang yang kebanyakan aquatik (Tjitrosoepomo,

1989). Lumut dapat dibedakan dari tumbuhan berpembuluh terutama karena lumut (kecuali
Polytrichales) tidak mempunyai sistem pengangkut air dan makanan. Selain itu lumut tidak
mempunyai akar sejati, lumut melekat pada substrat dengan menggunakan rhizoid. Siklus hidup
lumut dan tumbuhan berpembuluh juga berbeda (Hasan dan Ariyanti, 2004).
Pada tumbuhan berpembuluh, tumbuhan sesungguhnya di alam merupakan generasi aseksual
(sporofit), sedangkan generasi gametofitnya sangat tereduksi. Sebaliknya pada lumut, tumbuhan
sesungguhnya merupakan generasi seksual (gametofit). Sporofit lumut sangat tereduksi dan
selama perkembangannya melekat dan tergantung pada gametofit (Polunin, 1990).

2. Struktur tumbuhan lumut

Gambar 1. Tumbuhan Lumut (Sumber: Hasan dan Ariyanti, 2004)

Ukuran tumbuhan lumut relatif kecil dan jarang ada yang mencapai 15 cm, bahkan ada yang
tingginya hanya beberapa millimeter saja. Bentuk tubuhnya pipih sepereti pita dan ada pula
seperti batang dengan daun-daun kecil. Tumbuh tegak atau mendatar pada substratnya
dengaaan perantaraan rhizoid. Lumut memiliki dua macam alat reproduksi,
yaitu anteridium yang menghasilkan spermatozoid danarkegonium yang menghasilkan ovum.
Tangkai anteridium disebut anteridiofor, sedangkan tangkai arkegonium
disebut arkegoniofor.Berdasarkan letak alat kelaminnya (gametangia), lumut dibedakan menjadi

dua golongan, yaitu lumut berumah satu, bila anteridium dan arkegonium terletak pada satu
individu dan lumut berumah dua, bila anteridium dan arkegonium terletak pada individu yang
berlainan.

2. Struktur tubuh tumbuhan lumut


a. Batang apabila dilihat melintang akan tampak susunan sebagai berikut :
1) Selapis sel kulit, beberapa sel di antaranya membentuk rizoid epidermis.
2) Lapisan kulit dalam (korteks), silinder pusat yang terdiri sel-sel parenkimatik yang memanjang
untuk mengangkut air dan garam, belum terdapat floem dan xilem.
3) Silinder pusat yang terdiri dari sel-sel parenkim yang memanjang dan berfungsi sebagai
jaringan pengangkut.
b. Daun tersusun atas satu lapis sel.
Sel-sel daunnya kecil, sempit, panjang, dan mengandung kloroplas yang tersusun seperti jala.
Lumut hanya dapat tumbuh memanjang tetapi tidak membesar, karena tidak ada sel berdinding
sekunder yang berfungsi sebagai jaringan penyokong.
c. Rizoid
Rizoid terdiri dari selapis sel kadang dengan sekat yang tidak sempurna, membentuk seperti
benang sebagai akar untuk melekat pada tempat tumbuhnya dan menyerap garam-garam
mineral.
d. Sporofit
Sporofit terdiri atas bagian-bagian :
(1) Vaginula : kaki yang dilindungi oleh sisa arkegonium.
(2) Seta : tangkai. yang berasal dari arkegonium sebelah atas.
e. Gametofit
Gametofit terdiri atas :
(1) Anteridium (sel kelamin jantan) yang menghasilkan sperma.
(2) Arkegonium (sel kelamin betina) yang menghasilkan sel telur.

(Najmi Indah, 2009: 47).

3. Sikus Hidup Lumut


Lumut mengalami siklus hidup diplobiontik dengan pergantian generasi heteromorfik. Kelompok
tumbuhan ini menunjukkan pergiliran generasi gametofit dan sporofit yang secara morfologi
berbeda. Generasi yang dominan adalah gametofit, sementara sporofitnya secara permanen
melekat dan tergantung pada gametofit. Generasi sporofit selama hidupnya mendapat makanan
dari gametofit (Mishler et al., 2003).

Gambar 2. Siklus Hidup Tumbuhan Lumut (Sumber : tolwb.org/Bryophyta)


Pada siklus hidup tumbuhan lumut,sporofitmenghasilkan spora yang akan berkecambah
menjadiprotonema. Selanjutnya dariprotonema akan muncul gametofit.
Generasigametofitmempunyai satu set kromosom (haploid) dan menghasilkan organ sex
(gametangium) yang disebut archegonium (betina) yang menghasilkan sel telur dan
antheredium (jantan) yang menghasilkan sperma berflagella (antherezoid dan spermatozoid).
Gametangium biasanya dilindungi oleh daun-daun khusus yang disebut bract (daun pelindung)
atau oleh tipe struktur pelindung lainnya (Mishler et al., 2003).
Gametangium jantan (anteridium) berbentuk bulat atau seperti gada, sedangkan betina
(arkegonium) berbentuk seperti botol dengan bagian lebar disebut perut dan bagian yang sempit
disebut leher.Gametangia jantan dan betina dapat dihasilkan pada tanaman yang sama
(monoceous) atau pada tanaman berbeda (dioceous) (Gradstein, 2003).
Fertilisasi sel telur oleh antherezoid menghasilkan zigot dengan dua set kromosom (diploid).
Zigot merupakan awal generasi sporofit. Selanjutnya pembelahan zigot
membentuk sporofit dewasa yang terdiri dari kaki sebagai pelekat pada gametofit, seta atau
tangkai dan kapsul (sporangium) di bagian ujungnya. Kapsul merupakan tempat dihasilkannya

spora melalui meiosis. Setelah spora masak dan dibebaskan dari dalam kapsul berarti satu
siklus hidup telah lengkap (Hasan dan Ariyanti, 2004).

4. Klasifikasi Lumut
Divisi Bryophyta dibagi menjadi tiga kelas, yaitu lumut hati (Hepaticopsida), lumut tanduk
(Anthocerotopsida), dan lumut sejati (Bryopsida) (Siti Sutarni Tjitrosomo, 1984: 76).
a. Lumut Hati
Tumbuhan ini merupakan suatu kelas kecil yang biasanya terdiri atas tumbuhan berukuran relatif
kecil yang dapat melakukan fotosintesis, meskipun selalu bersifat multiseluler dan tampak
dengan mata bugil. Lumut hati banyak ditemukan menempel di bebatuan, tanah, atau dinding tua
yang lembab. Bentuk tubuhnya berupa lembaran mirip bentuk hati dan banyak lekukan.
Tubuhnya memiliki struktur yang menyerupai akar, batang dan daun. Hal ini menyebabkan
banyak yang menganggap kelompok lumut hati merupakan kelompok peralihan dari tumbuhan
Thalophyta menuju Cormophyta. Seperti halnya lumut daun, lumut hati mempunyai rizoid yang
yang berfungsi untuk menempel dan menyerap zat-zat makanan.
Tubuhnya terbagi menjadi dua lobus sehingga tampak seperti lobus pada hati. Berkembangbiak
secara generatif dengan oogami, dan secara vegetatif dengan fragmentasi, tunas, dan kuncup
eram. Lumut hati melekat pada substrat dengan rizoid uniseluler (Hasan dan Ariyanti, 2004).
Berdasarkan bentuk talusnya, lumut hati dibagi menjadi 2 kelompok yaitu lumut hati bertalus dan
lumut hati berdaun. Tubuh lumut hati menyerupai talus (dorsiventral), bagian atas dorsal berbeda
dengan bagian bawah ventral. Daun bila ada tampak rusak dan tersusun pada tiga deret pada
batang sumbu. Alat kelamin terletak pada bagian dorsal talus pada jenis terletak pada bagian
terminal, sporogonium sederhana tersusun atas bagian kaki dan kapsul atau kaki tangkai dan
kapsul. Mekanisme merakahnya kapsul tidak manentu dan tidak teratur.
Lumut hati hidup pada tempat-tempat yang basah, untuk struktur tubuh yang himogrof. Pada
tempat-tempat yang kering, untuk struktur tubuh yang xeromorf (alat penyimpan air). Lumut hati
yang hidup sebagai epifit umumnya menempel pada daun-daun pepohonan dalam rimba di
daerah tropika.
b. Lumut tanduk
Tubuh lumut tanduk seperti lumut hati yaitu berupa talus, tetapi sporifitnya berupa kapsul
memanjang. Perkembangbiakan pada lumut tanduk hampir sama pada lumut hati. Sel lumut
tanduk hanya mempunyai satu kloroplas. Mempunyai gametofit lumut hati, perbedaanya adalah
terletak pada sporofit lumut ini mempunyai kapsul memanjang yang tumbuh seperti tanduk dari
gametofit, masing-masing kloroplas tunggal yang berukuran besar, lebih besar dari kebanyakan
tumbuhan lumut. Lumut tanduk hidup ditepi-tepi sungai atau danau dan sering kali disepanjan

selokan, dan ditepi jalan yang basah atau lembab. Salah satu kelas dari lumut tanduk
adalah Anthoceros Laevis.
Perkembangan secara generatif dengan membentuk anteridium dan arkhegonium. Anteridium
terkumpul pada satu lekukan sisi atas talus arkegonium juga terkumpul pada suatu lekukan pada
sisi atas talus. Zigot mula-mula membelah menjadi dua sel dengan suatu dinding pisah
melintang. Sel diatas terus membelah yang merupakan sporogenium diikuti oleh sel bagian
bawah yang membelah terus-menerus membentuk kaki yang berfungsi sebagai alat penghisap,
bila sporogenium masak maka akan pecah seperti buah polongan, menghasilkan jaringan yang
terdiri dari beberapa deretan sel-sel mandul yang dinamakan kolumila ini diselubungi oleh sel
jaringan yang kemudian menghasilkan spora, yang disebut arkespora.
c. Lumut sejati
Masyarakat pada umumnya lebih mengenal lumut ini dibandingkan dengan lumut hati, karena
tumbuhan tersebut tumbuh pada tempat agak terbuka dan bentuknya lebih menarik. Perbedaan
yang jelas dibandingkan dengan lumut hati ialah adanya simetri radial, yaitu daunnya tumbuh
pada semua sisi sumbu utama (Siti Sutarni Tjitrosomo, 1984: 90). Daun-daun ini tidak seperti
yang terdapat pada lumut hati yang merupakan kerabatnya, biasanya mempunyai rusuk tengah
dan tersusun pada batang mengikuti suatu garis spiral, yang panjangnya dapat bervariasi dari
suatu bagian dari satu inci sampai barangkali satu kaki. Rusuk tengahnya mengandung sel-sel
memanjang, dan suatu berkas di pusat batangnya biasanya mengandung sel-sel memanjang
yang diduga berfungsi untuk mengangkut air dan zat-zat hara. Akar yang sesungguhnya tidak
ada, tetapi pangkal batang pada kebanyakan tipe lumut daun mempunyai banyak sekali lumutlumut daun untuk bersauh. Pada suatu golongan yang khas dan penting, yang dikenal sebagai
lumut gambut atau lumut rawa, daunya tidak hanya khas karena tidak adanya rusuk tengah,
tetapi unik karena terdiri atas jaringan-jaringan sel kecil yang hidup yang memisahkan sel-sel
mati yang besar-besar yang tembus cahaya dan berlubang-lubang, menghisap dan menahan air
dengan efisiensi yang luar biasa, oleh karena itulah besar kemampuan rawa-rawa untuk
menahan air sebagian besar terbentuk oleh tumbuh-tumbuhan seperti itu (Polunin, 1990: 64).
Pada gametofit terbentuk alat-alat kelamin jantan dan betina yang kecil, umumnya dalam
kelompok yang terbukti dari adanya modifikasi daun-daun yang mengelilinginya, dan terdapat
pada tumbuhan yang sama (banci), atau lebih sering pada dua individu (jantan dan betina) yang
terpisah. Pembuahan kembali dilakukan oleh spermatozoid yang bergerak aktif, yang bila ada air,
berenang ke sel telur yang terlindung baik. Badan yang terbentuk melalui peleburan seksual itu
berkembang menjadi sporofit, yang bila telah masak terdiri atas kaki penghisap, satu tangkai
yang biasanya panjang, dan sebuah kapsul yang sedikit banyak bersifat rumit dan khas (Polunin,
1990: 65).
5. Ekologi Lumut

Menurut Holttum (1966: 19), ekologi adalah ilmu pengetahuan tentang hubungan antara
tumbuhan atau hewan yang ada di sekitarnya. Lingkungan untuk tumbuhan lumut adalah tanah,
curah hujan, angin, perubahan suhu dan tumbuhan lain disekitarnya. Warming (1896) dan Smith
mendefinisikan bentuk kehidupan (life form) tumbuhan lumut sebagai kebiasaan tumbuhan
dalam keselarasan dengan kondisi kehidupannya. Keberadaan tumbuhan lumut disuatu tempat
selalu dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Faktor lingkungan tersebut meliputi faktor biotik dan
abiotik. Tumbuhan lumut jarang ditemukan yang bersifat individu, melainkan hidup berkelompok
dan mempunyai bentukbentuk kehidupan khusus.
Lumut hati dan lumut sejati hidup di tanah, pada pasir lembab, bebatuan, dan pada batang
pohon serta cabang-cabangnya baik yang tegak maupun yang melepa. Juga mereka itu, tumbuh
dalam air dan diantara tumbuhan lain-lain di lapangan, padang rumput dan rawa. Beberapa
spesies tumbuh subur diberbagai habitat, yang lain-lain terbatas pada lingkungan yang khusus.
Umpamanya, lumut sejati tertentu meminta macam tanah khusus sehingga terbatas pada tanah
asam saja atau basa saja.
Pada umumnya, lumut sejati lebih toleran pada tempat terlindung daripada tumbuhan tingkat
yang lebih tinggi, dan hal ini menerangkan kemampuanya menyerbu lapangan rumput dan
menggantikan rumputnya ditempat-tempat yang teduh. Lumut hati meliputi banyak bentuk xerofit,
juga mesofit dan hidrofit. Bryophyta juga dapat menyesuaikan diri pada suhu yang sangat
ekstrim, karena mereka berkisar antara yang hidup didaerah arktik sampai kepada yang ditropik,
dan tumbuh disekitar air panas.
Perkembangannya yang paling subur ialah dihutan-hutan basah dan sejuk. Bryophyta
merupakan komponen penting dari flora di muka bumi kita dan memainkan peranan memadai
dalam ekonomi alam. Hal ini merupakan akibat jumlah besar tumbuhan individu yang dihasilkan
secara pembiakan vegetatif. Lumut sejati mudah berkembang biak sehingga membentuk masa
yang luas membentang bagaikan permadani hijau menutupi permukaan tanah.
Ciri lain yang mempunyai arti penting dalam ekologi ialah kemampuannya menyimpan air yang
tertangkap diantara daun dan tangkainya. Banyak lumut sejati di hutan bersama lumut gambut
mempunyai kemampuan menyerap air melalui daun-daunnya. Karena struktur dan cara
hidupnya, lumut hati itu dalam banyak cara memberi sumbangan kepada modifikasi alam sekitar.
Penyimpanan air oleh massa lumut hati berdaun dan lumut sejati yang tumbuh pada pohonpohon tumbang dan bahan organik lain dalam tanah. Meskipun hanya sedikit air yang diserapnya
dari substrat, hal itu menyebabkan tanah menjadi kering melainkan justru melindunginya
terhadap desikasi (proses pengeringan). Sebagai akibat kemampuanya menahan air, maka
persemaian alamiah dari lumut sejati tidak disangsikan lagi bertindak sebagai pesemaian benih
untuk tumbuhan herba, tumbuhan bunga berkayu, dan tumbuhan conifer.
Salah satu peranan bryophyta ialah dalam memperlambat proses erosi. Massa lumut sejati yang
bagaikan permadani itu mempunyai daya simpan air yang lebih besar daripada lapisan daun

mati. Karena itu lumut sejati memperlambat air permukaan yang cepat dari air hujan dan salju
yang cair. Selain itu, tegakan lumut sejati yang rapat menghimpun dan menahan partikel-partikel
tanah. Walaupun sekilas tampaknya tidak berarti sebagai tumbuhan individu, namun bersamasama tumbuhan tingkat tinggi mereka pun membentuk dan mengubah lingkungan hidup kita.

Faktor-faktor klimatik yang mempengaruhi tumbuhan lumut,


yaitu:
a. Temperatur
Temperatur mempengaruhi semua kegiatan tumbuhan absopsi air, fotosintesis, transpirasi,
respirasi, perkecambahan, tumbuhan dan reproduksi. Temperatur yang rendah hampir sama
pengaruhnya dengan temperatur tinggi, keduanya sama-sama pempengaruhi proses
metabolisme tumbuhan. Pengaruh temperatur rendah umumnya dijumpai didaerah-daerah
subtropika, yang kadang-kadang mengalami musim dingin yang dingin sekali sehingga dapat
menyebabkan kematian tumbuhan karena rusaknya sistem akar, pepagan, dan kuncup. Matinya
tumbuhan yang terkena suhu rendah sekali bukan disebabkan oleh pengaruh langsung
melainkan karena akibat terbantuknya es didalam jaringan terjadinya kristal didalam protoplas
biasanya berakibat matinya sel tekanan difusi dalam air berbentuk es lebih rendah dibandingkan
dengan yang dalam air berbentuk cairan. Akibat es cenderung berdifusi dari sel-sel yang
berkumpul sebagai es interseluler.
Hilangnya air dari sel-sel mengakibatkan dehidrasi pada protoplasma dan dapat menyebabkan
(ketika suhu turun) koagulasi protoplasma dan kematian sel-sel tersebut. Jadi matinya sel
disebabkan oleh desikasi dan bukan oleh pembekuan.
Demikin pula hal yang sama dijumpai pada tumbuhan didaerah beriklim panas. Tingginya
temperatur mangakibatkan tumbuhan menjadi layu karena lebih banyak air yang ditranspirasikan
ke udara dari pada yang diabsopsi oleh akar. Akibatnya tumbuhan menjadi layu karena
kekeringan dan apabila keadaan ini berlangsung lama dapat menyebabkan kematian (Siti
Sutarmi Tjitrosono, 1986: 180-181).
b. Intensitas cahaya
Intensitas cahaya merupakan faktor penting yang membantu menentukan penyebaran dan
pembentukan keanekaragaman. Berdasarkan adaptasinya terhadap cahaya, ada jenis-jenis
tumbuhan yang memerlukan cahaya penuh, juga ada tumbuhan yang tidak memerlukan cahaya
penuh (siti sutarmi tjitrosomo, 1985: 188).
Terlalu banyak atau terlalu sedikit intensitas cahaya sangat mempengaruhi tumbuhan dan hewan
dalam lingkungan. Keseluruhan ekosistem dipengaruhi oleh campur tangannya terhadap
pertumbuhan tanaman (produksi primer). Fotosintesis berbanding langsung dengan sinar sampai
tingkat maksimum. Titik ini yang dibawahnya laju fotosintesis berkurang, pada saat intensitas

bertambah, disebut tingkat kejenuhan sinar. Tingkat kejenuhan sinar baragam untuk tumbuhtumbuhan yang berlainan (Michael, 1994: 17).
c. Kelembaban udara
Kelembaban udara adalah banyaknya air diudara. Kelembaban ini terkait dengan suhu, semakin
rendah suhu umumnya akan menaikkan kelembaban. Kelembaban udara berpengaruh terhadap
transpirasi, semakin rendah keelembaban udara maka transpirasi akan semakin tinggi (Mujiman,
1997: 22).
Faktor-faktor edafik yaitu:
1). Kelembaban tanah
Kelebihan dan kekurangan air mempengaruhi kelembaban tanah. Kelembaban juga dipengaruhi
oleh adanya pohon pelindung terutama apabila pohonnya rapat (Ance Gunarsih Kartasapoetra,
2006: 13).
2). Suhu tanah
Suhu tanah adalah faktor yang mempengaruhi tumbuhan. Suhu yang rendah mempengaruhi
rata-rata penguapan air dan pertumbuhan dari akar. Suhu udara yang rendah pada musim dingin
mendorong pernapasan yang cepat. Sementara suhu tanah yang rendah mengurangi kecepatan
penguapan air oleh akar. Dalam keadaan seperti ini tumbuhan yang tumbuh sangat lambat atau
mati sebagai akibat kelebihan air yang Tanah dikatakan netral (tidak bersifat asam atau basa)
apabila memiliki pH = 7. Pada umumnya tanaman dapat tumbuhg pada pH antara 5,0 8,0
(Ance Gunarsih Kartasapoetra, 2006: 62).

6. Hubungan antara Ketinggian Tempat


dengan Faktor Klimatik dan Edafik
Ketinggian tempat (altitude) merupakan suatu kondisi lingkungan yang dapat mempengaruhi
iklim. Pada tempat yang tinggi, misalnya pegununggan biasanya memiliki suhu udara rata-rata
lebih rendah dibangdingkan dengan dataran rendah. Hal tersebut terjadi karena kerapatan udara
pada tempat yang tinggi lebih renggang, sehingga kurang mampu menyimpan panas
dibandingkan dengan udara dataran rendah yang bersifat lebih rapat. Fluktuasi suhu musiman
untuk masing-masing lokasi di wilayah Indonesia sangat kecil karena Indonesia terletak didaerah
tropis. Suhu minimum rata-rata pada ketinggian 1000 m dpl masih diatas 15oC, masih jauh
diatas titik beku air dan suhu minimum lebih rendah ditemukan pada daerah dengan ketinggian
lebih dari 1000 m (Lukitan, 1997: 102).

Semakin bertambahnya ketinggian di suatu tempat, maka suhu udara semakin turun. Laju
penurunan suhu umumnya sekitar 0,6 oC pada setiap penambahan ketinggian diatas permukaan
air laut (dpl). Tetapi hal ini dapat berbeda tergantung tempat, musim, waktu, uap air dalam udara.

7. Konsep Keanekaragaman
Keanekaragaman merupakan ungkapan terdapatnya beranekaragam bentuk, penampilan,
densitas, dan sifat yang tampak pada berbagai organisasi kehidupan seperti ekosistem, jenis
dan genetik (Sudarsono, 2005: 5). Menurut Sudarsono (2005: 6) keanekaragaman tumbuhan
dibagi dalam tiga kategori yaitu:
1. Keanekaragaman genetik menunjukan variasi genetik didalam jenis yang meliputi populasi
yang perbedaanya jelas dalam jenis yang sama atau variasi genetik didalam populasi.
2. Keanekaragaman jenis menunjukan variasi jenis didalam suatu daerah.
3. Keanekaragaman ekosistem, contohnya ekosistem pantai, kawah, hutan jati, sabana, hutan
bakau dan lain-lain.
Menurut Odum (1993: 186) komunitas didalam lingkungan yang mantap seperti pada hutan
tropik, mempunyai keanekaragaman jenis yang lebih tinggi dari pada komunitas-komunitas yang
dipengaruhi oleh gangguan-gangguan musiman atau secara periodik oleh manusia atau alam.
Menurut Odum (1993: 185) ada dua cara pendekatan yang digunakan untuk menganalisis
keragaman jenis dalam keadaan yang berlainan yaitu:
1. Pembandingan-pembandingan yang didasarkan pada bentuk, pola atau persamaan kurva
banyaknya jenis.
2. Perbandingan yang didasarkan pada indeks keanekaragaman yang merupakan nisbah atau
pernyataan matematika lainnya dari hubungan-hubungan jenis kepentingan.
8. Manfaat Lumut
Suatu penelitian yang menyangkut kegunaan Bryophyta diseluruh dunia telah dilakukan.
Berdasarkan data yang ada, lumut dapat digunakan sebagai bahan untuk hiasan rumah tangga,
obat-obatan, bahan untuk ilmu pengetahuan dan sebagai indikator biologi untuk mengetahui
degradasi lingkungan. Beberapa contoh lumut yang dapat digunakan tersebut adalah
Calymperes, Campylopus dan Sphagnum (Glime & Saxena, 1991 dalam Tan, 2003). Selain
sebagai indikator lingkungan, keberadaan lumut di dalam hutan hujan tropis sangat memegang
peranan penting sebagai tempat tumbuh organisme seperti serangga dan waduk air hujan
(Gradstein, 2003).

Lumut sering juga digunakan untuk pertamanan dan rumah kaca. Hal lain yang telah dilakukan
dengan lumut ini adalah menggunakannya sebagai bahan obat-obatan. Berdasarkan hasil
penelitian di Cina, lebih dari 40 jenis lumut telah digunakan oleh masyarakat Cina sebagai bahan
obat-obatan terutama untuk mengobati gatal-gatal dan penyakit lain yang disebabkan oleh
bakteri dan jamur (Ding, 1982 dalam Tan 2003).

Anda mungkin juga menyukai