Anda di halaman 1dari 6

BAHAN AJAR

SUB MATERI LUMUT (BRYOPHYTA)

Indikator :
3.8.1 Peserta didik menjelaskan ciri tumbuhan lumut (bryophyta)
3.8.2 Peserta didik mengidentifikasi struktur tubuh lumut (bryophyta)beserta
fungsinya
3.8.3 Peserta didik menjelaskan metagenesis tumbuhan lumut (bryophyta)
3.8.4 Peserta didik menjelaskan klasifikasi tumbuhan lumut (bryophyta) beserta
contohnya
3.8.5 Peserta didik menjelaskan peranan tumbuhan lumut (bryophyta) dalam
kehidupan beserta contoh spesiesnya

Berdasarkan ada atau tidak adanya pembuluh angkut, tumbuhan dibedakan atas
dua macam, yaitu sebagai berikut.
• Tumbuhan tidak berpembuluh (non-tracheophyta) yang meliputi tumbuhan lumut
(bryophyta)
• Tumbuhan berpembuluh (tracheophyta) yang meliputi tumbuhan paku
(pterydophyta) dan tumbuhan berbiji (spermatophyta)
1. Ciri - Ciri Tumbuhan Lumut (bryophyta)
• Menghasilkan spora
• Generasi gametofit lebih dominan
• Bentuk tubuh peralihan antara talus dan kormus
• Tidak memiliki pembuluh angkut (xilem dan floem)
• Tumbuh terutama di tempat yang lembap dan teduh
• Mengalami pergiliran keturunan (metagenesis) antara generasi gametofit dengan
generasi sporofit.
2. Struktur Tumbuhan Lumut

Gambar 1. Gametofit dan sporofit pada lumut


daun
Lumut berbentuk tumbuhan kecil dan memiliki bagian-bagian tubuh yang mirip
akar, batang, dan daun. Bagian tubuh yang menyerupai akar pada lumut disebut rizoid,
berfungsi untuk menyerap air dan garam mineral serta untuk melekat pada habitatnya.
Daun lumut sangat tipis (terdiri atas selapis sel) dan tulang daun terdiri atas beberapa
lapis sel. Lumut tidak memiliki pembuluh angkut floem maupun xilem. Jaringan
pengangkut berupa jaringan empulur. Air diserap oleh rizoid dengan cara imbibisi,
kemudian diedarkan ke seluruh bagian tubuh melalui proses difusi. Lumut memiliki
dinding sel tetapi tidak diperkuat oleh lignin seperti tumbuhan darat lainnya. Pada
bagian ujung gametofit (bentuk tumbuhan lumut yang tampak berwarna hijau) terdapat
seta sebagai penghubung antara gametofit dengan sporangium yang berwarna
kecoklatan, kekuningan, kemerahan, atau keunguan. Sporofit merupakan bentuk
tumbuhan lumut yang menghasilkan spora, berbentuk kapsul dan dilindungi oleh
kaliptra.
Sporofit tetap melekat pada gametofit induk dan menyerap gula, asam amino,
mineral dan air dari sang induk. Sporofit yang khas terdiri dari satu kaki, satu seta, dan
satu sporangium. Kaki yang tertanam di dalam arkegonium menyerap nutrien dari
gametofit. Seta atau tangkai mengangkut zat-zat ini ke sporangium. Pada kebanyakan
lumut, seta akan memanjang, meningkatkan penyebaran spora dengan mengangkat
kapsul ke udara. Bagian atas kapsul biasanya memiliki struktur cincin yang berbentuk
seperti gigi, disebut peristom. Peristom akan membuka pada kondisi kering dan
menutup lagi saat kondisi lembap. Hal ini memungkinkan spora untuk dilepaskan
secara bertahap.
3. Reproduksi Tumbuhan Lumut (bryophyta)
Lumut berkembang biak secara aseksual dan seksual. Reproduksi aseksual
dilakukan dengan spora. Sementara reproduksi seksual terjadi melalui fertilisasi ovum
oleh spermatozoid yang menghasilkan zigot. Lumut mengalami pergiliran keturunan
(metagenesis) antara generasi sporofit yang berkromosom haploid (n) dengan generasi
gametofit yang berkromosom diploid (2n).

Gambar 2. Pergiliran keturunan (metagenesis) tumbuhan lumut


1) Spora berkromosom haploid (n) yang jatuh di habitat yang cocok akan
berkecambah, sel-selnya membelah secara mitosis dan tumbuh menjadi protonema
yang haploid (n).
2) Protonema akan tumbuh menjadi gametofit (tumbuhan lumut) jantan dan betina
yang haploid (n).
3) Tumbuhan lumut yang sudah dewasa akan membentuk alat kelamin jantan
(anteridium) dan alat kelamin betina (arkegonium).
4) Arkegonium menghasilkan spermatozoid berflagel yang berkromosom haploid (n).
Arkegonium menghasilkan ovum yang berkromosom haploid (n). Ovum
memproduksi zat gula dan protein yang merangsang pergerakan spermatozoid
menuju ovum. Pergerakan spermatozoid disebut kemotaksis.
5) Fertilisasi ovum oleh spermatozoid menghasilkan zigot yang berkromosom diploid
(2n).
6) Zigot mengalami pembelahan secara mitosis dan tumbuh menjadi embrio (2n).
7) Embrio tumbuh menjadi sporofit yang diploid (2n).
8) Sporofit akan membentuk sporogonium (2n) yang memiliki kotak spora
(sporangium).
9) Di dalam kotak spora terdapat sel induk spora diploid (2n) yang akan membelah
secara meiosis dan menghasilkan spora-spora yang haploid (n).
Spora dihasilkan melalui pembelahan meiosis sel induk spora (sporogonium)
yang terjadi dalam sporangium lumut sporofit. Spora yang dihasilkan sporofit adalah
spora haploid. Spora tersebut tumbuh menjadi protonema, kemudian berkembang
menjadi gametofit haploid (n). Zigot tersebut akan tumbuh menjadi sporofit. Sporofit
berumur pendek yaitu sekitar 3-6 bulan. Bentuk gametofit lebih sering kita temukan
karena gametofit lebih dominan dan memiliki masa hidup yang lebih lama daripada
bentuk sporofit.
4. Klasifikasikan Tumbuhan Lumut (bryophyta)
Lumut diklasifikasikan menjadi beberapa kelas, yaitu:

Gambar 3. Klasifikasi Lumut

1. Lumut Daun (Bryopsida)


Bryopsida merupakan lumut sejati dan paling banyak dibandingkan spesies
dari dua kelas lainnya. Tubuh lumut daun berbentuk seperti tumbuhan kecil yang
tumbuh tegak. Pada umumnya tinggi lumut daun kurang dari 10 cm, tetapi adapula
yang mencapai 40 cm, misalnya Polytrichum commune. Lumut daun mudah
ditemukan di permukaan tanah, tembok, batu-batuan, atau menempel di kulit
pohon. Di atas permukaan tanah yang lembap, lumut daun tumbuh rapat,
menyokong satu sama lain dan memiliki sifat seperti busa yang memungkinkannya
menyerap dan menahan air. Disebut lumut daun karena pada jenis lumut ini telah
ditemukan daun meskipun ukurannya masih kecil. Contoh-contoh spesiesnya
adalah Polytrichum juniperinum, Furaria, Pogonatum cirratum, dan Sphagnum.
Sporofit lumut daun biasanya memanjang. Walaupun hijau dan bersifat fotosintetik
ketika muda, sporofit akan berubah menjadi coklat kekuningan atau merah
kecoklatan sewaktu siap melepaskan spora.
2. Lumut Hati (Hepaticopsida)
Lumut hati berbentuk lembaran, pipih, dan berlobus. Pada umumnya lumut
hati tidak berdaun, misalnya Marchantia dan Lunularia. Namun ada lumut hati
yang berdaun, misalnya Jungermannia. Lumut hati tumbuh mendatar dan melekat
pada substrat dengan menggunakan rizoidnya. Lumut hati banyak ditemukan di
tempat lembap dan ada juga yang tumbuh di permukaan air, misalnya Ricciocarpus
natans. Pada beberapa lumut hati, misalnya Marchantia polymorpha memiliki
struktur khas berbentuk seperti mangkok yang disebut gemmae cup yang berfungsi
sebagai alat reproduksi secara vegetatif karena di dalamnya terdapat gemmae atau
tumbuhan lumut kecil yang bila terlepas atau terpelanting oleh air hujan akan
tumbuh menjadi lumut baru. Selain itu, reproduksi vegetatif lumut juga dapat
dilakukan dengan cara fragmentasi (pemutusan sebagian tubuhnya).
3. Lumut Tanduk (Anthocerotopsida)
Lumut tanduk berbentuk seperti lumut hati, tetapi sporofitnya berbentuk
kapsul memanjang seperti tanduk, misalnya Anthoceros leavis. Sporofit tumbuh
dari jaringan cawan arkegonium. Setelah sporofit masak, bagian ujungnya akan
terbelah dua. Sporogonium memiliki benang-benang elater yang mengatur
pengeluaran spora, dan pada kapsulnya terdapat stomata. Anteridium dan
arkegonium ada yang terletak pada talus yang sama (berumah satu) adapula yang
terletak pada talus yang berbeda (berumah dua).
5. Peranan Tumbuhan Lumut (bryophyta) dalam Kehidupan Sehari-hari
Beberapa jenis tumbuhan lumut dapat digunakan sebagai bahan untuk hiasan
rumah tangga, obat-obatan, bahan untuk ilmu pengetahuan dan sebagai indikator
biologi untuk mengetahui degradasi lingkungan. Beberapa contoh lumut yang dapat
digunakan tersebut adalah Calymperes, Campylopus dan Sphagnum (Glime &
Saxena, 1991 dalam Tan, 2003). Selain sebagai indikator lingkungan, keberadaan
lumut di dalam hutan hujan tropis sangat memegang peranan penting sebagai tempat
tumbuh organisme seperti serangga dan waduk air hujan (Gradstein, 2003).
Manfaat tumbuhan lumut(bryophyta):
1. Marchantia polymorpha dimanfaatkan sebagai obat penyakit hepatitis
2. Lumut jenis Sphagnum merupakan komponen utama bahan bakar, yang
mana ditambang untuk penggunaan sebagai bahan bakar
3. Sphagnum sebagai bahan pembalut
4. Lumut dapat tumbuh di habitat di mana tumbuhan lain tidak dapat tumbuh
(s perintis)
5. Mampu tumbuh dan menutupi areal yang luas sehingga bermanfaat untuk
menahan erosi, menyerap air, dan menyediakan sumber air saat kemarau
6. Dapat berfotosintesis sehingga berperan menyediakan oksigen untuk
lingkungannya

Anda mungkin juga menyukai