Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tumbuhan merupakan salah satu keanekaragaman hayati yang banyak


dimanfaatkan manusia. Hewanpun bergantung pada tumbuhan sebagai sumber energi.
Dalam klasifikasi, makhluk hidup yang tergolong tumbuhan adalah semua organisme
eukariotik multiseluler fotosintetik yang memiliki klorofil, menyimpan karbohidrat
yang biasanya berupa tepung, dan embrionya dilindungi oleh jaringan tumbuhan
parental.

Tumbuhan yang ada di dunia ini memiliki keanekaragaman. Keanekaragaman


inilah yang di jadikan dasar untuk pengelompokan organisme (klasifikasi makhluk
hidup). Jika tumbuhan dalam satu kelompok di amati dengan lebih cermat, maka akan
tampak bahwa di antara tumbuhan tersebut masih terdapat perbedaan. Anggota suatu
kelompok akan lebih mirip satu sama lain dibandingkan dengan anggota kelompok
lain. Jadi, pengelompokkan tumbuhan ke dalam beberapa kelompok didasarkan pada
adanya persamaan dan perbedaan ciri. Berdasarkan persamaan dan perbedaan ciri
morfologi, dunia tumbuhan di bedakan menjadi 2 kelompok, yaitu tumbuhan tidak
berpembuluh dan tumbuhan berpembuluh.

Dunia tumbuhan dikelompokkan menjadi tumbuhan tidak berpembuluh atau


non-traecheophyta dan tumbuhan berpembuluh atau tracheophyta (yunani, trachoia =
Saluran Kecil, phyton = Tumbuhan). Tumbuhan non-tracheophyta adalah kelompok
lumut sedangkan kelompok tracheophyta adalah tumbuhan paku dan tumbuhan
berbiji. Dengan mempelajari taksonomi tumbuhan, kita dapat membedakan
berbebagai jenis tumbuhan yang termasuk tumbuhan tingkat rendah dan tumbuhan
tinggkat tinggi.

1
Pada makalah kali ini akan dibahas khususnya mengenai tumbuhan tak
berpembuluh (Non-tracheophyta).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat dirumuskan suatu


permasalahan dalam makalah ini yaitu sebagai berikut :

1. Apakah yang dimaksud dengan tumbuhan tak berpembuluh?


2. Apa saja ciri-ciri dan klasifikasi Tumbuhan Lumut (Bryophyta)?
3. Bagaimana reproduksi Tumbuhan Lumut?
4. Apa sajakah peranan Tumbuhan Lumut bagi kehidupan?

1.3 Tujuan Pembahasan

Tujuan dari pembahasan makalah ini yaitu sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan memahami tumbuhan tak berpembuluh


2. Untuk mengetahui dan memahami ciri-ciri dan klasifikasi Tumbuhan
Lumut (Briophyta)
3. Untuk mengetahui dan memahami reproduksi Tumbuhan Lumut
4. Untuk mengetahui dan memahami peranan Tumbuhan Lumut bagi
kehidupan

BAB II
PEMBAHASAN

2
2.1 Tumbuhan Tak Berpembuluh

Berdasarkan klasifikasi lima kingdom maka kingdom Plantae (tumbuhan)


dibagi ke dalam beberapa filum yakni Lumut (Bryophyta), Paku-pakuan
(Pteridhophyta), serta tumbuhan berbiji (Spermatophyta). Bakteri dan ganggang
(Algae) dimasukkan dalam kingdom Protista. Kelima kingdom diklasifikasikan
berdasarkan karakteristik yang khas dari masing-masing organisme-organisme yang
menyusunnya. Berdasarkan morfologi atau susunan tubuh tumbuhan bisa dibedakan
menjadi dua jenis kelompok yaitu Tumbuhan Berpembuluh dan Tumbuhan Tidak
Berpembuluh.

Secara umum, struktur tubuh tumbuhan tak berpembuluh masih sangat


sederhana sehingga antara akar, batang, dan daunnya sulit di bedakan. Bagian-bagian
tubuh tumbuhan itu sering disebut talus. Ada yang berbentuk benang dan ada pula
yang berbentuk lembaran. Tumbuhan tersebut hidup melekatkan diri dengan
menggunakan rizoid. Disebut tumbuhan tidak berpembuluh karena semua jenis
tumbuhan tersebut tidak memiliki berkas pembuluh. Air dan zat hara yang di
perlukannya di angkut dari sel-sel secara difusi dan osmosis. Pengangkutan tidak
dilakukan oleh pembuluh, hanya melalui antarsel. Jenis tumbuhan yang tergolong
tidak berpembuluh adalah Lumut (Briophyta).

2.2 Tumbuhan Lumut (Briophyta)

2.2.1 Pengertian Tumbuhan Lumut (Briophyta)

Lumut merupakan kelompok tumbuhan yang telah beradaptasi dengan


lingkungan darat. Kelompok tumbuhan ini penyebarannya menggunakan spora dan
telah mendiami bumi semenjak kurang lebih 350 juta tahun yang lalu. Pada masa
sekarang ini Bryophyta dapat ditemukan disemua habitat kecuali di laut
(Gradstein,2003).

Dalam skala evolusi lumut berada diantara ganggang hijau dan tumbuhan
berpembuluh (tumbuhan paku dan tumbuhan berbiji). Persamaan antara ketiga

3
tumbuhan tersebut adalah ketiganya mempunyai pigmen fotosintesis berupa klorofil
A dan B, dan pati sebagai cadangan makanan utama (Hasan dan Ariyanti, 2004).

Lumut dapat dibedakan dari tumbuhan berpembuluh terutama karena lumut


(kecuali Polytrichales) tidak mempunyai sistem pengangkut air dan makanan. Selain
itu lumut tidak mempunyai akar sejati, lumut melekat pada substrat dengan
menggunakan rhizoid. Siklus hidup lumut dan tumbuhan berpembuluh juga berbeda
(Hasan dan Ariyanti, 2004). Pada tumbuhan berpembuluh, tumbuhan sesungguhnya
di alam merupakan generasi aseksual (sporofit), sedangkan generasi gametofitnya
sangat tereduksi. Sebaliknya pada lumut, tumbuhan sesungguhnya merupakan
generasi seksual (gametofit). Sporofit lumut sangat tereduksi dan selama
perkembangannya melekat dan tergantung pada gametofit (Polunin, 1990).

Secara umum struktur tubuh lumut tersusun atas :

1. Rhizoid, yaitu bagian seperti akar yang berfungsi untuk melekat pada
substrat dan untuk penyerapan air
2. Batang semu, yaitu bagian yang memanjang dari pangkal rhizoid sampai
ke ujung. Fungsinya adalah untuk meyalurkan air yang diserap oleh
rhizoid. Pada batang semu ini belum terdapat xylem dan floem yang
sesungguhnya
3. Daun semu, kecil sempit dan memanjang yang berfungsi untuk proses
fotosintesis
4. Sel sel penyusun tubuhnya telah memiliki dinding sel yang terdiri
dari selulosa.
5. Batang dan daun pada tumbuhan lumut yang tegak memiliki susunan
yang berbeda beda, jika batangnya dilihat secara melintang tampak
bagian bagian sebagai berikut:
- Selapis sel kulit, beberapa sel diantaranya memanjang membentuk
rizoid rizoid epidermis.
- Lapisan kulit dalam yang tersusun atas beberapa lapisan sel
dinamakan korteks.
- Silinder pusat terdiri dari sel sel parenkimatik yang memanjang
dan berguna untuk mengangkut air dan garam garam mineral

4
(makanan). Jadi pada tumbuhan lumut belum terdapat floem
maupun xylem.
6. Daun lumut umumnya setebal satu lapis sel, kecuali ibu tulang daun,
lebih dari satu lapis sel. Sel sel daun kecil, sempit panjang dan
mengandung kloroplas yang tersusun seperti jala.
7. Pada tumbuhan lumut hanya terdapat pertumbuhan memanjang dan tidak
ada pertumbuhan membesar.
8. Rizoid tampak seperti rambut / benang benang, berfungsi sebagai
akar untuk melekat
9. Struktur sporofit (sporogonium) tubuh lumut terdiri atas:
- Vaginula, kaki yang diselubungi sisa dinding arkegonium.
- Seta atau tangki
- Apofisis, yaitu ujung seta yang agak melebar yang merupakan
peralihan antara seta dan kotak spora
- Kaliptra atau tudung berasal dari dinding arkegonium sebelah atas
menjadi tudung kotak spora.
- Kolumela, jaringan yang tidak ikut mengambil bagian dalam
pembentukan spora

2.2.2. Ciri-ciri Tumbuhan Lumut (Briophyta)


Ciri-ciri lumut secara umum adalah sebagai berikut:

1. Berwarna hijau, karena sel-selnya memiliki kloroplas (plastida)


2. Disebut sebagai tumbuhan peralihan antara tumbuhan berthallus dan
tumbuhan berkormus
3. Struktur tubuhnya masih sederhana, belum memiliki jaringan pengangkut
4. Proses pengangkutan air dan zat mineral di dalam tubuh berlangsung
secara difusi dan dibantu oleh aliran sitoplasma
5. Hidup di rawa-rawa atau tempat yang lembab
6. Epifit ( menempel pada makhluk hidup yang lain)
7. Ukuran tinggi tubuh 20 cm
8. Dinding sel tersusun atas sellulose

5
9. Gametangium terdiri atas anteredium dan archegoniom
10. Daun lumut tersusun atas selapis sel berukuran kecil mengandung
kloroplas seperti jala, kecuali pada ibu tulang daunnya
11. Hanya mengalami pertumbuhan primer dengan sebuah sel pemula
berbentuk tetrader
12. Belum memiliki akar sejati, sehingga menyerap air dan mineral dalam
tanah menggunakan rhizoid
13. Rhizoid terdiri atas beberapa lapis deretan sel parenkim
14. Sporofit terdiri atas kapsul dan seta
15. Sporofit yang ada pada ujung gametofit berwarna hijau dan memiliki
klorofil, sehingga bisa melakukan fotosintesis.
2.2.3. Klasifikasi Tumbuhan Lumut (Briophyta)

Bryophyta dibedakan menjadi 3 kelas utama, yaitu:

1. Lumut daun (Musci)


Lumut daun banyak kita temui disekitar kita. Umumnya menempel pada
dinding yang lembab. Berwarna hijau, ukurannya antara 3-5 cm, pada
tanamannya telah ditemukan struktur daun walaupun ukurannya sangat kecil.
Contoh kelas Musci adalah :
- Sphagnum fimbriatum
- Polythricum commune
- Andreae petrophila

Gambar Lumut Daun

6
Gambar 7.18 Bagian-bagian tumbuhan lumut daun

Lumut daun merupakan tumbuhan kecil yang mempunyai batang semu dan
tumbuhnya tegak. Lumut ini tidak melekat pada substratnya, tetapi mempunyai rizoid
yang melekat pada tempat tumbuhnya. Bentuk daunnya berupa lembaran yang
tersusun spiral. Amatilah batang dan daunnya dengan menyayat setipis mungkin,
kemudian letakkan di objek glass, tetesi dengan air lalu tutuplah dengan cover glass.
Amatilah di bawah mikroskop! Apakah Anda menemukan jaringan pengangkut? Jika
tidak menemukannya, berarti dia tidak mempunyai jaringan pengangkut. Inilah yang
membedakan lumut dengan tumbuhan tingkat tinggi, sehingga digolongkan
tersendiri.

Pada lumut daun, alat-alat kelaminnya terkumpul pada ujung batang atau
ujung cabang-cabangnya, dan dikelilingi oleh daun-daun yang letaknya paling atas.
Ada lumut daun yang bersifat banci atau berumah satu, yaitu jika terdapat anteridium
dan arkegonium, sedangkan yang bersifat berumah dua jika kumpulan anteridium dan
arkegonium terpisah tempatnya. Apabila anteridium ini sudah masak, maka akan
membuka pada ujungnya, hal ini terjadi karena sel-sel dinding yang letaknya di ujung
menjadi berlendir dan mengembang sehingga kutikulanya pecah. Hal tersebut juga
terjadi pada arkegonium yang sel telurnya telah siap untuk dibuahi. Pada arkegonium,

7
tepi bagian dindingnya terbuka dan akan membengkok ke luar dan berbentuk seperti
corong, seperti tampak pada Gambar 7.18! Apabila ada hujan, air ini sangat
membantu spermatozoid menuju sel telur, dan sel telur ini menghasilkan sakarose
untuk menarik spermatozoid dan gerakannya disebut sebagai gerak kemotaksis.
Setelah terjadi pembuahan, akan terbentuk zigot, selanjutnya akan berkembang
menjadi embrio kemudian berkembang menjadi sporofit.

Karena sporofit yang ada di dalam arkegonium terus tumbuh membesar dan
memanjang, maka arkegonium lama kelamaan akan robek dan akan membentuk
tudung (kaliptra) pada bagian atas sporofit. Bagian atas sporofit ini akan terus
membesar dan membentuk kapsul/sporangium. Kapsul yang telah masak
memperlihatkan susunan yang khusus, yaitu berbentuk seperti tabung silindris dan
pada puncaknya mempunyai penutup yang disebut operculum, di bawah operculum
terdapat gigi peristom jika dalam keadaan lembap akan menutup sehingga spora tidak
bisa keluar. Apabila keadaan kering atau kapsul sudah masak, maka gigi peristom
akan membuka menghadap ke luar dan operculum terlepas sehingga spora akan
keluar, lihat Gambar 7.18!

Gigi peristom juga mempunyai tangkai yang disebut seta. Seta ini akan
mengangkat kapsul ke atas, sehingga spora yang akan dikeluarkannya mudah tertiup
angin dan tersebar ke mana-mana. Spora tersebut bila jatuh pada tempat yang cocok
akan tumbuh menjadi protonema, tumbuh tunas-tunas, dan menjadi tumbuhan lumut.

Contoh species lumut daun yang terkenal adalah Sphagnum sp. Kebanyakan
lumut ini tumbuh di rawa-rawa yang membentuk rumpun atau bantalan yang dari
tiap-tiap tahun tampak bertambah luas sedangkan bagian bawah yang ada dalam air
mati berubah menjadi gambut yang membentuk tanah gambut. Jenis tanah ini
bermanfaat untuk menggemburkan medium pada tanaman pot dan dapat
dimanfaatkan sebagai bahan bakar.

2. Lumut Hati ( Hepaticae) / Hepaticopsida


Ciri-ciri:

8
1. tubuhnya berbentuk lembaran,
2. menempel di atas permukaan tanah,pohon atau tebing
3. terdapat rizoid berfungsi untuk menempel dan menyerap zat-zat
makanan
4. tidak memiliki batang dan daun
5. reproduksi secara vegetatif dengan membentuk gemma (kuncup),
secara generatif dengan membentuk gamet jantan dan betina

Gambar Lumut Hati

Gambar tersebut menunjukkan salah satu contoh species lumut hati yang
terkenal. Contoh lumut hati yang lain adalah Marchantia geminata, Anthoceros
natans, Ricceia natans, dan Marchantia polymorpha. Tubuhnya berwujud tumbuhan
yang pipih hijau seperti pita yang bercabang-cabang dan di tengahnya ada urat daun.
Permukaan atasnya lebih hijau dibandingkan dengan permukaan bawahnya, hal ini
menunjukkan bahwa lumut tersebut mengandung klorofil, Sebagian besar lumut hati
ini mempunyai sel-sel yang mengandung minyak. Minyak tersebut berupa kumpulan
tetes-tetes minyak atsiri.

Tumbuhnya lekat dengan permukaan tanah yang lembap dengan ratusan rizoid
yang panjang dan halus. Cara perkembangbiakannya sama dengan lumut pada
umumnya, yaitu secara seksual dan tempat anteridium dan arkegonium terpisah, jadi
Marchantiales ini berumah dua. Pendukung anteridium dinamakan anteridiofor dan
pendukung arkegonium dinamakan arkegoniofor. Pada tiap lekukan (lobus) terdapat
satu arkegonium yang tumbuh ke arah bawah. Pada saat turun hujan, pembuahan ini

9
akan terjadi, yaitu oleh percikan air hujan, cairan yang mengandung spermatozoid
terlempar dari anteridium ke arkegoniofor dan terbentuk zigot, kemudian menjadi
sporofit dan terbentuk kapsul sebagai tempat terbentuknya spora, sementara
arkegoniofor akan tumbuh terus memanjang. Spora ini akan jatuh pada tempat yang
cocok sehingga akan berkecambah menjadi protonema yang berupa benang pendek
dan mengandung klorofil dan selanjutnya tumbuh menjadi tumbuhan lumut hati.

Lumut hati juga melakukan perkembangbiakan secara aseksual dengan


pemisahan bagian tubuhnya (fragmentasi) dan pembentukan kuncup (gemma) pada
bagian atas daun, kuncup yang terlepas tersebut akan tumbuh menjadi tumbuhan
lumut hati. Apa peranan lumut hati bagi kehidupan kita? Dahulu, lumut ini digunakan
sebagai bahan obat penyakit hepar (hati), tetapi sampai saat ini belum diketahui
secara pasti kepentingan ekonomisnya. Tetapi dapat digunakan sebagai indikator
untuk daerah lembap dan basah.

3. Anthoceropsida (lumut tanduk)


Ciri-ciri:
1. Bentuk tubuhnya seperti lumut hati yaitu berupa talus, tetapi
sporofitnya berupa kapsul memanjang
2. Sel lumut tanduk hanya mempunyai satu kloroplas.
3. Hidup di tepi sungai, danau, atau sepanjang seloka
4. Reproduksi seperti lumut hati
Contoh: Anthocerros sp.

Gambar Lumut Tanduk

10
Anthocerotales (lumut tanduk) biasa hidup melekat di atas tanah dengan
perantara rizoidnya. Lumut tanduk mempunyai talus yang sederhana dan hanya
memiliki satu kloroplas pada tiap selnya. Pada bagian bawah talus terdapat stoma
dengan dua sel penutup.
Lumut tanduk juga mengalami pergiliran keturunan (metagenesis) ketika fase
sporofit dan fase gametofit terjadi secara bergiliran. Susunan sporogonium lumut
tanduk lebih rumit jika dibandingkan dengan lumut hati lainnya. Gametofitnya
mempunyai cakram dan tepi bertoreh. Sepanjang poros bujurnya terdapat sederetan
sel mandul yang disebut kolumela. Kulomela dilindungi oleh arkespora penghasil
spora. Dalam askespora, selain spora, juga dihasilkan sel mandul yang disebut elatera.
Tidak seperti lumut hati lainnya, masaknya kapsul spora pada sporogonium lumut
tanduk tidak bersamaan, tetapi berurutan dari bagian atas sampai pada bagian bawah.

2.3 Reproduksi Tumbuhan Lumut (Briophyta)

Lumut mempertahankan kelestarian jenisnya dengan melakukan


perkembangbiakan generatif dan vegetatif. Proses perkembangbiakan lumut
berlangsung dengan pergiliran keturunan (metagenesis), yaitu perkembangbiakan
generative bergantian dengan perkembangbiakan vegetative.

Alat perkembangbiakan lumut terdiri atas arkegonium dan anteridum.

1. Arkegonium, adalah gametangium betina yang berbentuk seperti botol, bagian


yang melebar di sebut perut, dan bagian yang sempit di sebut leher.
Arkegonium berfungsi sebagai penghasil sel telur (ovum).
2. Anteridium, adalah gametangium jantan yang berbentuk seperti gada.
Anteridium berfungsi sebagai penghasil sel kelamin jantan (sel spermatozoid).

Struktur arkegonia dan anteridia menjaga sel gamet tidak mengalami


kekeringan. Pada beberapa lumut, arkegonia dan anteridia berada di dalam tumbuhan
yang sama (monoecious). Pada beberapa spesies lainnya, arkegonia dan anteridia
berada pada individu yang berbeda (dioecious).

11
Lumut berkembang biak melalui dua tahap atau dua fase, yaitu fase gametofit
dan fase sporofit. Fase gametofit adalah proses reproduksi yang ditandai dengan
pembentukan gamet (sel kelamin), sedangkan fase sporofit ditandai dengan
pembentukan spora. Tahap reproduksi ini dinamakan dengan Metagenesis atau
pergiliran keturunan.

Fase gametofit disebut juga dengan fase generatif yang ditandai dengan
pembentukan spermatozoid yaitu sel kelamin jantan dan ovum atau sel telur, yaitu sel
kelamin betina. Spermatozoid dihasilkan oleh Antheridium, sedangkan ovum
dihasilkan oleh Arkegonium.

Pada siklus hidup lumut, fase gametofit lebih mendominasi.

Adapun proses metagenesis dapat dilihat pada bagan dibawah ini:


Spora

Protonema

Tumbuhan lumut (n)

Anteridium Arkegonium

12
Spermatozoid ovum

Zigot (2n)

Embrio (2n)

Sporogonium (2n)

Spora (n)
Pada tumbuhan lumut, proses reproduksi baik secara seksual dan aseksual
berlangsung melalui suatu proses yang disebut sebagai metagenesis. Dalam
metagenesis, terjadi pergiliran keturunan antara generasi sporofit (2n) dan generasi
gametofit (n). Ketika ada spora yang jatuh pada tempat yang sesuai, maka spora tadi
akan tumbuh menjadi protonema. Protonema tadi akan segera tumbuh menjadi
tumbuhan lumut dewasa yang akan menghasilkan gamet jantan, yaitu anteridium
yang akan menghasilkan spermatozoid dan juga menghasilkan gamet betina, yaitu
arkegonium yang akan menghasilkan ovum. Apabila terjadi fertilisasi antara
spermatozoid dengan ovum maka akan terbentuk zigot, zigot tadi akan segera
berkembang menjadi sporogonium yang akan menghasilkan spora. Spora yang
dihasilkan sporogonium akan membelah dan akan keluar serta tumbuh lagi menjadi
protonema. Siklus akan berjalan seperti semula.
Fertilisasi sel telur oleh antherezoid menghasilkan zigot dengan dua set
kromosom (diploid). Zigot merupakan awal generasi sporofit. Selanjutnya
pembelahan zigot membentuk sporofit dewasa yang terdiri dari kaki sebagai pelekat
pada gametofit, seta atau tangkai dan kapsul (sporangium) di bagian ujungnya.
Kapsul merupakan tempat dihasilkannya spora melalui meiosis. Setelah spora masak
dan dibebaskan dari dalam kapsul berarti satu siklus hidup telah lengkap (Hasan dan
Ariyanti,2004).

13
REPRODUSI ASEKSUAL pada lumut melakukan reproduksi aseksual
dengan membentun kuncup atau fragmentasi.

Reproduksi lumut bergantian antara seksual dengan aseksualnya, reproduksi


aseksualnya dengan spora haploid yang dibentuk dalam sporofit, sedangkan
reproduksi seksualnya dengan membentuk gamet gamet, baik gamet jantan maupun
gamet betina yang dibentuk dalam gametofit.

2.4 Peranan Lumut Bagi Kehidupan

Sebenarnya apakah peranan lumut bagi kehidupan kita? Sepintas kita melihat
lumut seperti tidak ada manfaatnya bagi kehidupan kita. Terlebih-lebih jika lumut
tumbuh di kamar mandi atau di tembok-tembok rumah yang dapat menyebabkan
pemandangan menjadi tak sedap. Sebenarnya lumut pun ada manfaatnya, amatilah
lumut yang tumbuh di atas batubatuan! Lumut yang hidup di atas batu-batuan lama
kelamaan akan menyebabkan batu hancur menjadi tanah karena rizoidnya dapat
menembus permukaan batuan tersebut. Selanjutnya, secara bertahap akan membentuk
tanah yang baru sebagai tempat untuk tumbuh tanaman lainnya, karena inilah lumut
disebut sebagai vegetasi perintis. Lumut yang hidup di hutan-hutan atau di atas
permukaan tanah dapat mencegah erosi, mengurangi bahaya banjir, dan mampu

14
menyerap air sehingga dapat menyediakan air pada musim kemarau. Lumut yang
sudah mati pun dapat dimanfaatkan menjadi penambat zat organik dalam tanah
sehingga tanah tersebut akan menjadi subur dan cocok untuk tumbuhan lainnya.
Beberapa jenis lumut sudah dapat dimanfaatkan, misalnya Marchantia sebagai obat
penyakit hati, Sphagnum sebagai bahan pembalut dan sumber bahan bakar.

Suatu penelitian yang menyangkut kegunaan Bryophyta di seluruh dunia telah


dilakukan. Berdasarkan data yang ada, lumut dapat digunakan sebagai bahan untuk
hiasan rumah tangga, obat-obatan, bahan untuk ilmu pengetahuan dan sebagai
indikator biologi untuk mengetahui degradasi lingkungan. Beberapa contoh lumut
yang dapat digunakan tersebut adalah Calymperes, Campylopus dan Sphagnum
(Glime & Saxena, 1991 dalam Tan, 2003). Selain sebagai indikator lingkungan,
keberadaan lumut di dalam hutan hujan tropis sangat memegang peranan penting
sebagai tempat tumbuh organisme seperti serangga dan waduk air hujan (Gradstein,
2003).

Sphagnum kadang-kadang digunakan sebagai media alternatif untuk


mengerami telur buaya oleh para petani buaya di Philipina. Bahkan dilaporkan pula
penggunaan lumut yang dikeringkan sebagai bahan bakar dan bahan untuk konstruksi
rumah-rumah di daerah-daerah panas tetapi hal ini tidak dapat diterapkan di wilayah
Asia Tenggara (Pant & Tewari, 1989 dalam Tan, 2003).

Lumut sering juga digunakan untuk pertamanan dan rumah kaca. Hal lain
yang telah dilakukan dengan lumut ini adalah menggunakannya sebagai bahan obat-
obatan. Berdasarkan hasil penelitian di Cina, lebih dari 40 jenis lumut telah
digunakan oleh masyarakat Cina sebagai bahan obat-obatan terutama untuk
mengobati gatal-gatal dan penyakit lain yang disebabkan oleh bakteri dan jamur
(Ding, 1982 dalam Tan 2003).

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pada makalah yang berjudul
Reproduksi pada Tumbuhan Tak Berpembuluh adalah sebagai berikut:

1. Plantae adalah salah satu Kingdom yang terdapat pada system klasifikasi
makhluk hidup.
2. Berdasarkan alat pengangkutannya, golongan tumbuhan dibedakan menjadi :
a. Atrakeophyta, yaitu tumbuhan yang belum mempunyai system
pengangkutan, misal tumbuhan lumut (Bryophyta)
b. Trakeophyta, yaitu tumbuhan yang telah mempunyai system
pengangkutan secara sempurna, misal Pteridophyta dan spermatophyte
(tumbuhan berbiji)
3. Lumut merupakan kelompok tumbuhan yang telah beradaptasi dengan
lingkungan darat. Kelompok tumbuhan ini penyebarannya menggunakan
spora dan telah mendiami bumi semenjak kurang lebih 350 juta tahun yang
lalu. Pada masa sekarang ini Bryophyta dapat ditemukan disemua habitat
kecuali di laut
4. Lumut berkembangbiak secara seksual dan aseksual
5. Fase yang dominan pada Lumut adalah fase gametofit
6. Peranan lumut sangat berguna bagi kehidupan manusia contohnya sebagai
bahan untuk hiasan rumah tangga, obat-obatan, bahan untuk ilmu pengetahuan
dan sebagai indikator biologi untuk mengetahui degradasi lingkungan, tetapi
beberapa lumut ada yang merugikan seperti yang tumbuh dikamar mandi atau
tembok-tembok rumah.

16
3.2 Saran

Dengan uraian diatas, semoga makalah ini bisa bermanfaat untuk para
pembaca. Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran
dari pembaca yang sifatnya membangun sangat kami harapkan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Suharno, dkk. 2007. Biologi Untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga

Dian Rahmawati, dkk. 2010. Lembar Kerja Siswa Kelas X. Bogor: Siswa Mandiri

Anonim. 2011. Klasifikasi.http://www.adipedia.com/2011/04/ciri-ciri-reproduksi-dan-


klasifikasi.html. 30 september 2015

Anonim. 2013. Briophyta. http://bebas.ui.ac.id/v12/sponsor/Sponsor-


Pendamping/Praweda/Biologi/0013%20Bio%201-3b.htm. 30 September 2015

Anonim. 2014. Briophyta. http://www.sentra-edukasi.com/2010/04/bryophyta-


lumut.html]. 30 September 2015

Risqi, Ardian. 2010. Briophyta. http://www.ardianrisqi.com/2010/02/divisio-


bryophyta-lumut.html. 30 September 2015

18

Anda mungkin juga menyukai