Kelas : X IPA 2
Kingdom Plantae atau Kerajaan tumbuhan merupakan salah satu organisme eukariotik multiseluler
yang memiliki dinding sel dan klorofil. Klorofil yaitu zat hijau daun yang berperan pada proses
fotosintesis sehingga tumbuhan mampu membuat makanannya sendiri. Proses fotosintesis dapat
terjadi dengan adanya bantuan dari Sinar Matahari. Karena tumbuhan mampu membuat
Klasifikasi pada tumbuhan diperlukan karena dengan adanya klasifikasi ini kita dapat
membedakan spesies tumbuhan yang satu dengan yang lain. Adapun klasifikasi dari kingdom
• Lumut dapat ditemukan pada tempat yang lembab seperti tembok, tanah, batuan yang lapuk
dan kulit pohon.
• Lumut menyukai tempat yang lembab karena lumut membutuhkan air untuk melakukan
pembuahan. Ketiadaan air menyebabkan sel kelamin jantan tidak dapat membuahi sel
kelamin betina.
• Lumut tidak memiliki floem dan Xilem yang berfungsi sebagai pembuluh angkut. Karena
itu lumut menyukai tempat yang lembab karena terdapat kandungan air yang cukup.
• Lumut memiliki akar yang dinamakan dengan rizoid. Rizoid berfungsi untuk mengabsorbsi
air dan mineral serta sebagai alat perlekatan.
• Tumbuhan lumut terbagi atas 3 yaitu Kelas Hepaticopsida (Lumut Hati) , Kelas
Anthocerotopsida (Lumut Tanduk) dan Kelas Bryopsida (Lumut Daun).
Bryophyta berasal dari dua kata “bryon” dan “phyta”. Bryon berarti lumut dan phyta berarti
tumbuhan. Jadi bryophyte dapat diartikan sebagai tumbuhan lumut. Tumbuhan lumut merupakan
divisi tumbuhan yang hidup didarat , tidak berpembuluh, umumnya berukuran kecil (dapat
berukuran mikroskopik atau tidak terlihat jika tanpa bantuan mikroskop) dan berwarna hijau.
Divisi bryophyta ini termasuk kedalam anggota kingdom plantae (tumbuhan). Lumut mempunyai
sel-sel plastid yang menghasilkan klorofil a dan b sehingga dapat melakukan melakukan
fotosintesis. Oleh karena itu, lumut bersifat autrotrof karena dapat membuat makanan sendiri.
Lumut merupakan peralihan anatara tumbuhan bertalus (belum memiliki akar, batang dan daun
sejati) dengan tumbuhan berkormus (sudah memiliki akar, batang dan daun sejati). Lumut tudak
berpembuluh dan tidak berakar, namun memiliki rizoid (bulu-bulu akar) sebagai pengganti akar.
Melalui rizoid lumut dapat menempel dan menyerap air dan mineral. Setelah air masuk ketubuh
lumut kemudian didistribusikan keseluruh bagian tubuh dengan cara difusi, dengan daya
kapilaritas maupun aliran sitoplasma. Hal inilah yang menyebabkan lumut hanya dapat hidup
ditempat yang teduh dan dirawa. Lumut tidak dapat tumbuh tinggi dan besar seperti tumbuhan
lain, pada umumnya ukurannya tidak lebih 20 cm.
• Bersel banyak dan berbentuk pipih, melekat pada sunbstrat dengan ketinggian 1-2cm
namun ada pula yang mencapai 20cm.
• Bersifat autotroph.
• Dinding selnya terbentuk dari selulosa dan tidak memiliki jaringan yang diperkuat oleh
lignin seperti jaringan penguat pada tumbuhan tingkat tinggi.
• Pada semua tumbuhan lumut terdapat persamaan bentuk susunan gametangiumnya
(anteredium maupun arkegonium) terutama susuna arkegoniumnya.
• Sudah mempunyai rizoid dan daun tapi belum mempunyai akar, batang dan daun sejati.
Fungsi rizoid adalah untuk melekatkan ke substratnya (tempat tumbuhnya) dan menyarap
air dan garam-garam mineral (makanan).
• Tumbuhan lumut tidak memiliki pembuluh angkut sehingga proses pengangkutan dalam
tubuhnya menggunakan sel-sel parenkim.
• Habitatnya ditempat lembab dan basah, kecuali sphaginum yang hidup didalam air.
• Lumut tersebar dimana saja, dari daerah tropik sampai daerah tundra/kutub.
• Pada tumbuhan lumut hanya terdapat pertumbuhan memanjang dan tidak tumbuh
membesar.
• Hidup secara berkoloni
batang dilihat dari penampang melintang maka akan tampak bagian-bagian berikut:
• Selapis sel kulit, beberapa sel diantaranya memanjang dan membentuk rhizoid-rhizoid
epidermis
• Lapisan kulit dalam tersusun atas beberapa lapisan sel yang dinamakan korteks.
• Silinder pusat terdiri dari sel-sel parenkim yang memanjang untuk mengangkut makanan
2. Daun lumut umunya setebal satu lapis sel, kecuali ibu tulang daun. Sel-sel daun kecil,
sempit, panjang dan mengandung kloroplas yang tersusun seperti jala. Diantaranya sel-sel
mati yang besar dengan penebalan dinding dalamnya berbentuk spiral. Sel-sel mati ini
3. Pada ujung batang terdapat titik tumbuh titik tumbuh dengan sel pemula dipuncaknya. Sel
pemula tersebut umumnya bebertuk bidang empat (tetrader: kerucet terbalik) dan membentuk sel-
sel baru ketiga arah menurut sisinya. Ukuran terbatas mungkin disebabkan karena tidak adanya
sel berdinding sekunder yang berfungsi sebagai penyokong seperti pada tumbuhan berpembuluh.
4. Rhizoid (bulu-bulu akar), berfungsi sebagai akar untuk melekat pada tempat tumbuhnya
dan menyerap makanan. Rhizoid terdiri dari deret sel yang memanjang kadang-kadang dengan
• Vaginula yaitu akar yang diselubungi oleh sisa dinding arkegonium. Seta (tangkai)
• Apofisis yaitu ujung seta yang melebar dan merupakan peralihan seta dengan kotak spora.
• Kaliptra (tudung) berasal dari dinding arkegonium seebelah atas menjadi tudung kotak
spora.
• Kolumera, yaitu jaringan yang tidak ikut serta dalam pembentukan spora.
Lumut yang paling banyak dikenal adalah lumut daun yang habitatnya ditempat yang lembab.
Lumut jenis ini mempunyai rizoid (struktur seperti akar) dan struktur seperti daun. Siklus hidupnya
mengalami pergantian masa antara haploid dan diploid. Ukuran sporofitnya lebih kecil, hidup
bergantung pada gametofitnya dan berumur pendek. Contoh lumut ini yaitu: Firaria,
Lumut hati tubunya terbagi menjadi dua lobus, sehingga tampak seperti lobus pada hati. lumut hati
mencakup sekitar 6.500 spesies. Bentuk gametofit pada lumut tersusun dari struktur yang
membentuk hati pipih yang disebut dengan talus yang tidak terdiferensiasi menjadi akar, batang
dan daun. Dalam sporangium tumbuhan lumut hati terdapat elatera (sel yang berbentuk gulungan)
yang akan terlepas saat kapsul terbuka dan membantu memancarkan spora.
Lumut tanduk ini berbentuk seperti tanduk. Sporofit lumut tanduk mempunyai kapsul memanjang
seperti tanduk. Masing-masing mempunyai kloroplas tunggal berukuran besar, lebih besar dari
• Tubuhnya mirip lumut hati namun sporofitnya membentuk kapsul yang memanjang
(seperti tanduk).
• Gametofitnya berupa talus yang lebar dan tipis dengan tepi berlekuk.
• Rhizoid berada pada bagian ventral
• Berhabitat didaerah yang mempunyai kelembaban yang tinggi.
Reproduksi tumbuhan lumut bergantian antara seksual dan aseksualnya. Reproduksi aseksualnya
dengan spora haploid yang dibentuk dalam sporofit, sedangkan reproduksi seksualnya dengan
membentuk gamet-gamet, baik gamet jantan maupun gamet betina yang dibentuk dalam gametofit.
1. Arkegonium
Arkegonium adalah gametangium betina, berbentuk seperti botol terdiri dari dua bagian, bagian
lebar yang disebut perut dan bagian sempit yang disebut leher. Keduanya mempunyai dinding
yang tersusun atas selapis sel. Diatas perut terdapat saluran leher dan satu sel induk yang besar,
2. Anteredium
Anteredium adalah gametangium jantan yang berbentuk bulat seperti gada. Dinding anteredium
terdiri dari selapis sel-sel yang mandul dan didalamnya terdapat sejumlah besar sel induk
spermatozoid. Sel induk ini membelah secara miosis dan menghasilkan spermatozoid yang
bentuknya seperti spiral pendek, sebagian besar terdiri dari inti dan bagian depannya terdapat dua
bulu cambuk.
Reproduksi aseksual dan seksual berlangsung secara bergantian melalui suatu pergiliran
keturunan disebut metagenesis.Jika anteredium dan arkegonium terdapat dalam satu individu
maka tumbuhan lumut tersebut berumah satu (monoesis). Sedangkan jika dalam individu
hanya terdapat anteredium atau arkrgonium saja maka tumbuhan tersebut berumah dua
(diesis).
menghasilkan ovum (sel kelamin betina),. Spermatozoid kemudian membuahi sel telur dan
menghasilkan zigot. Zigot hasil pembuahan akan tumbuh menjadi sporangium. Sporangium
menghasilkan spora. Spora terkumpul pada kotak spora (sporangium). Apabila kotak spora pecah,
maka spora akan bertebaran. Jika spora jatuh pada tempat yang lembab maka akan terjadi siklus
berikut:
2. Divisi Pteridophyta (Tumbuhan Paku/Pakis)
• Tumbuhan paku telah memiliki akar, batang dan daun sejati. Susunan daun tumbuhan paku
menyirip seperti bulu.
• Telah memiliki pembuluh angkut yaitu Xilem dan floem
• Dapat hidup dimana saja terutama daerah yang lembab seperti air, permukaan batu, tanah,
hutan hujan tropis dan kulit pohon.
• Memiliki bentuk yang bervariasi seperti lembaran, perdu atau tanduk rusa
• Terdiri atas 4 kelas yaitu Kelas Psilopsida (Paku Purba), Kelas Lycopsida (Paku Kawat),
Spenopsida (Paku ekor kuda) dan Pteriopsida (Paku Sejati).
Pteridophyta atau yang lebih sering kita sebut dengan tumbuhan paku merupakan tumbuhan
tingkat tinggi yang sudah memiliki akar, daun dan batang sejati. Tumbuhan paku ini dapat
ditemukan hidup di tempat yang lembab (higrofit), hidup di air (hidrofit) atau menempel pada
pohon lain (epifit). Pteridophyta tidak menghasilkan biji dalam proses seksualnya, melainkan
meereka melepaskan spora sebagai alat penyebarluasan dan perkembangbiakannya. Saat ini sudah
Berdasarkan jenis sporanya, tumbuhan paku dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu : a.
Paku Homospora
Paku homospora merupakan tumbuhan paku yang menghasilkan spora yang memiliki jenis
kelamin dan ukuran sama, tidak dapat dibedakan antara spora jantang dan betina. Tumbuhan jenis
b. Paku Heterospora
Paku heterospora merupakan tumbuhan paku yang menghasilkan spora yang ukurannya berbeda
antara spora jantang dan betina. Spora jantan berukuran lebih kecil sehingga disebut mikrospora.
Sedangkan spora betina berukuran lebih besar sehingga disebut makrospora. Paku heterospora
Paku peralihan merupakan tumbuhan paku dengan jenis kelamin yang berbeda (jantan atau betina)
Berdasarkan kelasnya, tumbuhan paku dapat dibagi menjadi 4 kelompok utama, yaitu :
Pteridophyta kelas psilophyta belum memiliki daun dan akar yang sejati, tetapi memiliki batang
yang sudah ada berkas pengangkutnya. Batangnya bercabang dan mempunyai sporangium di
ujungnya. Biasanya mereka berhabitat di air dangkal. Dindingselnya terdiri dari beberapa lapis sel
yang tersusun sebagai tetrade. Diameter batangnya sekitar 1 cm. Bagian-bagian yang melebar
bukanlah daun, melainkan mulut kulit yang tidak fertil dan berfungsi untuk asimilasi sehingga
dianggap sebagai bentuk purbakala dari daun. Pada bagian batang terdapat sebuah struktur yang
disebut mikrofil. Mikrofil ini berbentuk sisik, tidak bertulang, dan tersusung jarang-jarang dalam
garis spiral.
2. Equisetophyta/Sphenophyta (Paku ekor kuda)
Tumbuhan paku kelas ini merupakan tumbuhan paku yang memiliki batang mirip dengan bentuk
ekor kuda. Daunnya mirip kawan dan tersusun dalam satu lingkaran. Berikut adalah beberapa ciri
utama Equisetophyta/sphenophyta :
Lycophyta merupakan tumbuhan paku dengan berkas pengangkut sederhana dan mempunyai akar
membentuk percabangan menggarpu. Pada tubuh tumbuhan ini juga ditemukan daun yang
berbentuk seperti rambut atau jarum. Sporofilnya berbentuk segitiga sama sisi, mempunyai
rangkaian, mempunyai sporangium yang agak pipih. Letak sporangium adalah pada sisi atas daun,
Filicinae merupakan kelompok tumbuhan paku yang tingkatannya lebih tinggi dari sebelumnya.
Kelas ini sudah memiliki akar, batang dan daun sejati secara keseluruhan. Daunnya berukuran
besar sehingga disebut megafil. Batangnya dapat tumbuh di atas atau di bawah tanah. Ciri khas
dari filicinae adalah daunnya yang mudah menggulung dengan sporus yang biasanya ditemukan
Karena jenisnya yang banyak dan mudah ditemukan, tumbuhan paku sering dimanfaatkan oleh
1. Sayuran
Tumbuhan paku yang biasanya dimanfaatkan sebagai sayuran antara lain Marsilea Crenata
2. Tanaman Hias
Beberapa spesies yang dijadikan tanaman hias antara lain Adiantum Cuneatum (Suplir),
Asplenium Nidus (Paku sarang burung) dan Platycerium Biforme (Paku Simbar Menjangan).
3. Obat-Obatan
Contoh tumbuhan paku yang digunakan sebagai obat adalah Equisetum (paku ekor kuda) sebagai
4. Bahan Bangunan
Tumbuhan paku yang banyak dimanfaatkan untuk pembuatan tiang bangunan adalah Alsophila
Glauca.
5. Alat Penggosok/Pembersih
Equisetum sp (Paku ekor kuda) juga banyak dimanfaatkan sebagai alat penggosok atau ampelas.
6. Pupuk Hijau
Tumbuhan paku yang banyak dimanfaatkan sebagai pupuk hijau adalah Azolla Pinnata
(bersimbiosis dengan Anabaena Azolle) yang mampu mengikat gas Nitrogen bebas.
Spermatophyta merupakan kelompok tumbuhan yang menghasilkan biji, karena itu mereka juga
sering disebut dengan tumbuhan berbiji. Spermatophyta merupakan kormophyta karena memiliki
akar, batang, dan daun sejati. Spermatophyta juga dapat menghasilkan bungan sehingga termasuk
ke dalam anthophyta. Habitat spermatophyta biasanya di darat, tetapi ada juga yang dapat
c. REPRODUKSI (PERKEMBANGBIAKAN)
Proses reproduksi spermatophyta secara generatif (seksual) dilakukan dengan membentuk biji
yang diawali dengan pembentukan gamet (gametogenesis), kemudian penyerbukan (polinasi), lalu
terjadi peleburan gamet jantan dan betina (fertilisasi) yang akan menghasilkan embrio.
Perkembangan secara vegetatif (aseksual) dilakukan dengan organ-organ vegetatif seperti tunas,
Secara umum spermatophyta (Tumbuhan Berbiji) dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu :
Angiospermae berasal dari Bahasa Yunani, angios yang artinya “tertutup” dan spermae artinya
biji. Jadi, secara Bahasa, Angiospermae adalah tumbuhan yang menghasilkan biji tertutup. Hampir
semua tumbuhan angiospermae memiliki bunga. Diantara semua tumbuhan tinggi lainnya,
kelompok tumbuhan angiospermae inilah yang memiliki jenis paling banyak, yaitu kurang lebih
ada sekitar 300.000 spesies. Tumbuhan dari kelompok ini juga sangat penting, baik bagi manusia
• Bakal biji yang terlindungi oleh daun buah, sehingga disebut biji tertutup.
• Tumbuhan angiospermae umumnya berupa pohon besar, perdu, tumbuhan rambat ataupun
panjat, dan tumbuhan tidak berkayu.
• Daunnya relative lebar dan pipih dengan bentuk yang beranekaragam.
• Memiliki sistem perakaran serabut dan tunggang.
• Memiliki batang lunak dan keras berkayu.
• Memiliki bunga sebagai alat perkembangbiakan utama.
• Angiospermae juga dapat dibagi lagi menjadi dua kelompok :
• Berdasarkan jumlah keping lembaganya, tumbuhan angiospermae dibagi menjadi dua
kelas, yaitu Monocotyledonae (berkeping satu) dan Dycotyledonae (berkeping dua)
Organ vegetative pada tumbuhan angiospermae terdiri atas akar, batang dan daun. Akar, batang
dan daun tersusun atas 3 jaringan yang sama, yaitu jaringan dermal, jaringan pembuluh dan
jaringan dasar. Jaringan dermal terdapat pada bagian luar tubuh tumbuhan. Pada tumbuhan primer,
jaringan dermal terdiri atas jaringan epidermis, namun pada tumbuhan sekunder jaringan dermal
berupa jaringan periderm.jaringan pembuluh pada tumbuhan terdiri dari xylem dan floem. Xylem
berfungsi untuk mengangkut air dan garam-garam mineral dari akar ke daun melalui batang,
sedangkan floem berfungsi untuk mengangkut hasil fotosintesis dari daun ke seluruh tubuh
tumbuhan.
Struktur anatomi akar tumbuhan angiospermae secara umum tersusun atas jaringan epidermis,
jaringan dasar yang berupa korteks, endodermis, dan empulur, serta berkas pengangkut (xylem
dan floem). Berkas pengangkut pada akar terdiri atas xylem dan floem yang tersusun secara
berselang-seling dan berdampingan. Struktur anatomi akar pada tumbuhan monokotil dan dikotil
berbeda.
Struktur anatomi batang secara umum tersusun atas epidermis yang berkutikula dan beberapa
terdapat stomata, jaringan dasar berupa korteks dan empulur, dan sistem berkas pembuluh yang
terdiri dari xylem dan floem. Susunan xylem dan floem pada tumbuhan monokotil dan dikotil
berbeda. Pada tumbuhan monokotil, xylem dan floem tersusun melingkar, namun pada tumbuhan
Struktur anatomi daun tumbuhan angiospermae tersusun atas epidermis yang berkutikula dan
terdapat beberapa stomata ataupun trikoma. Jaringan dasar pada daun monokotil dan dikotil juga
berbeda dan dapat dibedakan dengan jelas. Pada tumbuhan dikotil, jaringan dasar (mesofil)
dibedakan atas jaringan palisade (jaringan tiang) dan jaringan spons (jaringan karang). Berkas
pembuluh pada daun terdiri atas xylem dan floem yang terdapat pada tulang daun.
Berdasarkan jumlah keping lembaganya, tumbuhan angiospermae dibagi menjadi dua kelas, yaitu
1. Monocotyledonae (monokotil)
• Terdiri atas akar serabut yang umumnya tidak sekokoh akar tunggang.
• Memiliki batang yang beruas dan tidak bercabang
• Tidak memiliki cambium sehingga tidak dapat tumbuh membesar
• Umumnya daun memiliki tulang yang sejajar atau melengkung
• Bunganya memiliki bagian yang mahkotanya jumlahnya kelipatan tiga
• Tumbuhan monokotil terbagi atas lima ordo, yaitu Ordo Graminae (Rumput-rumputan),
ordo palmae (palem-paleman), Ordo Zinggiberaceae (jahe-jahean), Ordo Bromeliaceae
(Nanas) dan Orchicidaceae (Anggrek).
Tumbuhan monokotil memiliki beberapa suku sebagai berikut:
2. Dycotyledonae (dikotil)
• Suku
Gymnospermae berasal dari Bahasa Yunani, gymnos artinya telanjang atau terbuka dan spermae
artinya biji. Secara Bahasa, Gymnospermae adalah tumbuhan yang memiliki biji terbuka. Disebut
dengan biji terbuka karena, bakal bijinya terbuka atau tidak dilindungi oleh daun-daun buahnya.
• Bakal biji tidak dilindungi oleh daun buah, itulah sebabnya tumbuhan ini disebut dengan
tumbuhan gymnospermae.
• Umumnya berupa pohon besar.
• Pada batangnya terdapat kambium, sehingga batang dapat membesar.
• Umumnya memiliki akar tunggang. Dan tumbuhan gymnospermae memiliki berkas
pengangkut berupa floem dan xylem.
• Bentuk daunnya berupa jarum atau sisik seperti daun pohon pinus dan cemara, dan ada juga
yang daunnya lebar seperti daun melinjo.
• Tidak memiliki bunga sesungguhnya.
• Alat perkembangbiakannya berupa strobilus atau disebut dengan runjung. Strobilus ini
terdiri atas dua yaitu, strobilus jantan dan strobilus betina. Strobilus jantan berupa
kumpulan kantung-kantung sari yang berisi serbuk sari dan mengandung sperma.
Sedangkan strobilus betina mengandung bakal biji yang berisi sel telur.
• Beberapa tumbuhan Gymnospermae memiliki alat kelamin (jantan dan betina) pada satu
pohon, namun ada juga yang terpisah.