Anda di halaman 1dari 8

Lumut (bryophytes)

Lumut adalah kelompok tumbuhan yang pertama beradaptasi di darat. Meskipun


merupakan tumbuhan darat tetapi untuk melakukan  pembuahan (fertilisasi) mutlak
memerlukan air. Tumbuhan ini mempunyai jaringan dan sistem reproduksi yang tertutup,
tetapi tidak mempunyai jaringan pembuluh, sehingga disebut juga tumbuhan non vascular.
Struktur tubuhnya sudah disesuaikan dengan lingkungan darat, yaitu: mempunyai rizoid,
terdapat sel-sel epidermis serta penebalan dinding sel sebagai perlindungan terhadap
kekeringan. Pada permukaan talus terdapat porus sehingga mempermudah pengambilan CO2
untuk fotosintesis. Reproduksi (perkembangbiakan) menggunakan spora yang berdinding
tebal dan disebarkan oleh angin. Tubuh berwarna hijau, mempunyai klorofil a dan b tetapi
tidak ada variasi dalam bentuk plastidanya. Lumut yg masih primitif tubuhnya berupa
lembaran yang merayap, tetapi untuk yang lebih maju, talusnya menyerupai tumbuhan
tingkat tinggi dengan ‘daun-daun’ (filoid) terdiri atas satu lapis sel dan mempunyai rusuk
tengah. Di bagian tengah terutama dekat rusuk tengah daun selalu terdiri atas lebih dari satu
lapis sel, tetapi belum ada daging daun (mesofil).

Klasifikasi lumut masih kontroversi di antara botanis. Jussieu (1836) semula


menggunakan nama Mosses untuk kelompok tumbuhan lumut. Pada tahun 1864 Braun
memperkenalkan nama Bryophyta, tetapi yg dimaksudkan bukan hanya lumut saja,
melainkan termasuk di dalamnya algae, fungi, lichenes dan mosses. Yang pertama
menempatkan kelompok tumbuhan lumut dalam Divisio Bryophyta adalah Schimper (1879).
Nama Bryophyta berasal dari bahasa Yunani Bryum= lumut , dan phyton= tumbuhan.
Kemudian Eichler (1883) membagi Bryophyta menjadi 2 classis yaitu Hepaticae dan Musci.
Selanjutnya oleh Engler (1892), classis Hepaticae dibagi menjadi 3 ordo yaitu Marchantiales,
Yungermanniales, dan Anthocerotales, sedangkan classis Musci dibagi menjadi ordo
Sphagnales, Andreaeales dan Bryales. Howe (1899) membagi Bryophyta menjadi 3 classis,
yaitu Hepaticae (lumut hati), Anthocerotae (lumut tanduk) dan Musci (lumut sejati).
Perubahan berikutnya mengenai nama classis oleh Rothmaler (,1951), sesuai dengan
peraturan dalam tatanama tumbuhan, yaitu Anthocerotae menjadi Anthoceropsida, namun
oleh Proskauer (1957) diganti lagi menjadi Anthocerotopsida. Selanjutnya nama-nama classis
tersebut masih tetap digunakan oleh para ahli botani modern, yaitu classis Hepaticopsida
(Hepaticae), Anthocerotopsida (Anthocerotae), dan Bryopsida (Musci).
Akan tetapi riset filogenetik mutakhir menunjukkan bahwa ‘bryophyte’ (lumut) bukan
berupa kelompok monofiletik, melainkan terdiri dari tiga kelompok yang terpisah (tidak ada
hubungan kekerabatan secara evolusi). Oleh karena itu, dalam klasifikasi dipisahkan menjadi
3 divisio yaitu Marchantiophyta (liverworts = lumut hati), Anthocerotophyta (hornworts =
lumut tanduk), dan Bryophyta (lumut sejati, sering disebut lumut daun). Sebutan lumut
( ‘bryophyte’) lebih merujuk pada kesamaan struktur dan cara hidup dibanding asal-muasal
secara evolusi, dan dipakai untuk keseluruhan lumut secara kolektif. Pada semua tumbuhan
yang tergolong lumut terdapat persamaan bentuk susunan gametangiumnya (anteredium,
maupun arkegonium) terutama susunan arkegoniumnya, mempunyai susunan yang khas
seperti yang sering kita jumpai pada tumbuhan paku (pteridophyte). Oleh karena itu,
tumbuhan lumut bersama dengan paku dapat dimasukkan menjadi satu kelompok yaitu
Archegoniata.

Sekitar 15.000 species lumut telah dikenal dan dideskripsi. Mereka terdistribusi di
seluruh bagian bumi, dan terutama melimpah di daerah arctic dan daerah boreal, di mana
mereka mendominasi vegetasi dasar. Lumut juga dijumpai di daerah tropis, di mana mereka
umumnya tumbuh menempel pada tumbuhan lain, terutama di hutan dataran tinggi. Di
Indonesia terdapat kurang-lebih 3.000 jenis. Kebun Raya Cibodas di Jawa Barat memiliki
"taman lumut" yang mengoleksi berbagai tumbuhan lumut dan lumut hati dari berbagai
wilayah di Indonesia dan dunia.
Lumut memerlukan kelembaban yang tinggi untuk tumbuh. Kebutuhan air yang tinggi
ini sebagai akibat dari sejumlah karakteristiknya. Tumbuhan ini sudah menunjukkan
diferensiasi tegas antara organ penyerap hara dan organ fotosintetik namun belum memiliki
akar dan daun sejati. Batang dan daunnya tipis, dan tidak mempunyai kutikula atau kalau ada
sangat tipis, sehingga mudah menyebabkan kekeringan. Daun tumbuhan lumut dapat
berfotosintesis. Kelompok tumbuhan ini juga belum memiliki pembuluh sejati. Organ
penyerap hara-nya adalah ‘rizoid’ (harafiah: "serupa akar"). Karena lumut tidak mempunyai
akar dan sistem jaringan pembuluh, mereka tidak bisa memperoleh air dari tanah dan
mentranspor ke jaringan bagian atas, oleh karena itu tumbuhan lumut umumnya kecil. Di
samping itu, sel kelamin jantan (sperma) memerlukan media air bebas untuk dapat sampai ke
sel telur , baik dalam tubuh lumut yang sama atau tubuh lumut yang lain.

Tumbuhan lumut merupakan tumbuhan perintis, yang tumbuh di suatu tempat


sebelum tumbuhan lain mampu tumbuh. Ini terjadi karena tumbuhan lumut berukuran kecil
tetapi membentuk koloni yang dapat menjangkau area yang luas. Jaringan tumbuhan yang
mati menjadi sumber hara bagi tumbuhan lumut lain dan tumbuhan yang lainnya.

Siklus hidup lumut

Penyebaran lumut adalah melalui spora, karena tidak menghasilkan bunga dan biji.
Lumut menghasilkan gamet yang berfusi membentuk zigot, yang kemudian berkembang
menjadi embryo, namun tidak mengandung biji seperti pada Gymnospermae dan
Angiospermae. Tumbuhan lumut mengalami pergiliran keturunan dalam daur hidupnya.
Secara umum tanaman ini berorientasi gametofit, yaitu yang dominan adalah bentuk/fase
gametofitnya yang haploid, sedangkan fase sporofit hidup tergantung pada gametofitnya. Ada
dua macam gametofit berkaitan dengan alat reproduksinya: yaitu satu tubuh gametofit hanya
memproduksi antheridia (organ kelamin jantan) atau archegonia (organ kelamin betina), dan
satu tubuh gametofit memproduksi baik antheridia maupun archegonia

Gambar. Siklus hidup lumut daun


Sel-sel kelamin jantan (sel sperma) dihasilkan dari anteridium dan sel-sel kelamin
betina (sel telur atau ovum) terletak di dalam arkegonium. Anteredium adalah gametangium
jantan yang berbentuk bulat seperti gada. Dinding anteredium terdiri dari selapis sel sel yang
mandul dan didalamnya terdapat sejumlah sel induk spermatozoid. Arkegonium adalah
gametangium betina yang bentuknya seperti botol dengan bagian lebar yang disebut perut,
bagian yang sempit disebut leher. Kedua organ penghasil sel kelamin ini terletak di bagian
puncak dari tumbuhan. Anteridium yang masak akan melepas sel-sel sperma. Sel-sel sperma
berenang (pembuahan terjadi apabila kondisi lingkungan basah) menuju arkegonium untuk
membuahi ovum.

Ovum yang terbuahi akan tumbuh menjadi sporofit yang tidak mandiri karena
hidupnya disokong oleh gametofit. Sporofit ini diploid (x = 2n) dan berusia pendek (3-6
bulan untuk mencapai tahap kemasakan). Sporofit akan membentuk kapsula yang disebut
sporogonium pada bagian ujung. Sporogonium berisi spora haploid yang dibentuk melalui
meiosis. Sporogonium masak akan melepaskan spora. Spora tumbuh menjadi suatu berkas-
berkas yang disebut protonema. Berkas-berkas ini tumbuh meluas dan pada tahap tertentu
akan menumbuhkan gametofit baru.

Gambar. Archegonium Marchantia polymorpha. 1. archegonium masak tapi masih


tertutup. e, Ovum; b, sel saluran ventral; d, sel ujung. 2. Archegonium siap fertilisasi; 3.
Archegonium setelah fertilisasi, telur yang sudah dibuahi berkembang menjadi sebuah
sporogonium f; d, perianth.
Divisio Marchantiophyta,
Classis Hepaticopsida (Lumut hati = hepaticeae)
  
  Gametofit berwarna hijau, pipih dorsiventral, struktur talus sederhana atau
terdifrensiasi seperti batang dan daun-daun, menempel pada tanah dengan menggunakan
rizoid. Kadang tubuhnya terbagi menjadi dua lobus. Sporofiel-sel sporofit tidak mempunyai
sel yang mengandung kloroplas dan didalamnya tidak ada kolumella. Di dalam spongaria
terdapat sel yang berbentuk gulungan disebut elatera yang akan terlepas saat kapsul terbuka,
sehingga membantu memencarkan spora. Bila spora jatuh di tempat yang sesuai, akan
berkecambah menjadi suatu buluh yang pendek (tidak membentuk protonema). Mempunyai
sel-sel minyak.
Hidup di tempat dengan kelembaban tinggi dan tidak menerima sinar matahari
langsung, misalnya di hutan, di tepi sungai, ada juga yg di rawa (Riella) sehingga tubuhnya
mempunyai struktur yg higromorf (misalnya dalam tubuhnya terdapat rongga-rongga udara),
ada yg terapung di air (Riccia fluitans), lumut juga ada yg dapat hidup di tempat kering
sehingga tubuhnya bersifat xeromorfik (pada tubuhnya terdapat alat penyimpan air), tempat
tersebut seperti batu cadas, pada kulit pohon, di permukaan daun (disebut epifil). Siklus hidup
lumut ini mirip dengan lumut daun.

Lumut ini juga dapat melakukan reproduksi dengan cara aseksual antara lain dengan:
 pembentukan kuncup yang disebut gemma, yang merupakan struktur seperti mangkok
dipermukaan gametofit (contohnya pada Marchantia, Lunularia, dan Blasia).
 pembentukan tunas cabang (contohnya pada Riccia fluitan, Targionia dan Reboulia)
 pembentukan umbi (tuber) contohnya pada Petalophyllum
 fragmentasi, contoh Marchantia

Klasifikasi

1. Ordo Marchantiales
Ciri –ciri : Gametofit berupa talus sederhana. Struktur anatomi talus memperlihatkan
diferensiasi jaringan, ada ruang udara dan poros. Gametangium letaknya tenggelam di dalam
talus, atau dengan pendukung. Sporofit terdiri dari kapsul saja atau terdiri dari kaki, seta dan
kapsul.
Ordo Marchantiales terdiri 6 familia yaitu:
• Familia Ricciaceae contohnya Riccia fluitan
• Familia Corsiania contohnya Corsinia
• Familia Targoniaceae contohnya Targonia
• Familia Marchantiaceae contohnya Marchantia
• Familia Monocleaceae contohnya Monoclea
• Familia Monocarpaceae contohnya Monocarpa

archegoniofor

anteridiofor

Gemma cup

Gambar. Lumut Marchantia (kiri) dengan archegoniofor (seperti bintang), dan anteridiofor
(gbr tengah dan atas), gemma cup di ujung talus.

2. Ordo Spaerocarpales
Ciri-ciri : Gametofit berupa talus sederhana. Struktur anatomi talus tidak memperlihatkan
difrensiasi jaringan, tidak ada ruang udara dan poros. Gametangium diselubungi involukrum.
Sporofit terdiri dari kaki, seta dan kapsul. Contohnya Spaerocarpa

3. Ordo Jungermanniales
Ciri-ciri : Gametofit berupa talus sederhana. Arkegonium diselubungi involukrum. Sporofit
terdiri dari kapsul saja atau terdiri dari kaki, seta dan kapsul
Subordo Metzgerineae atau Anacrogynae, mencakup golongan yang masih berupa talus
sederhana, bentuknya seperti pita dan dorsiventral. Sporofit terletak disisi dorsal dan diliputi
involukrum
Terdiri 7 familia yaitu :
• Familia Riccardiaceae contohnya Riccardia
• Familia Pelliaceae contohnya Pellia
• Familia Treubiaceae contohnya Treubia
• Familia Fossombroniaceae contohnya Fossombronia
• Familia Pallaviciniaceae contohnya Pallavicinia
• Familia Blasiaceae contohnya Blasia
• Familia Metzgeriaceae contohnya Metzgeria

Subordo Jungermannineae atau Accrogynae. Mencakup golongan yang talusnya menyerupai


batang dengan daun-daun menyerupai batang dengan daun tersusun dalam 3 deretan yaitu 2
deretan daun samping (daun lateral) dan satu deretan daun ventral (amfigastrum). Daun
samping tersebut terbagi atas lobus dorsal dan lobus ventral. Daun yang melindungi
arkegonium disebut periketium atau periantium, sedangkan daun yang melindungi anteridium
disebut perigonium. Contoh. Jungermannia, Madontheca

Gambar Lumut Chiloscyphus polyanthos, salah satu anggota Jungermaniales

4. Ordo Calobryales
Cirri-ciri: Gametangium tidak mempunyai batang dengan daun-daun yang tersusun dalam 3
baris. Gametangium terbenuk diujung batang. Sporofit terdiri dari kapsul saja
Contohnya Calobryum, Haplomitrium
Divisio Anthocerotophyta
Classis Anthocerotopsida (Lumut tanduk =Anthocerotae)
   
Mempunyai gametofit berbentuk lembaran seperti lumut hati. Perbedaannya adalah
terletak pada sporofit lumut ini yang mempunyai kapsul memanjang, tumbuh seperti tanduk
dari gametofit. Struktur anatomi talus homogen, masing – masing sel mempunyai kloroplas
tunggal yang berukuran besar, lebih besar dari kebanyakan tumbuhan lumut. Sporogonium
terdiri atas kaki dan kapsul saja. Spora berkecambah tidak membentuk protonema.
Perkembangbiakan aseksual sama dengan lumut hati
Terdiri 1 ordo yaitu Ordo yaitu Anthocerotales dengan dua familia yaitu Anthocerotaceae dan
Notothylaceae.
Familia Anthocerotaceae mempunyai ciri:
 Sporogonium panjang, silindris dan tumbuh tegak di tengah permukaan talus
 Bagian pangkal sporogonium diselubungi involukrum
 Sel-sel dinding kapsul mengandung kloroplas dan terdapat stomata
Hanya terdiri dari 4 marga yaitu: Anthoceros, Phaeceros, Megaceros dan Dendroceros

Familia Notothylaceae mempunyai ciri:


 Sporogonium pendek, tumbuh horizontal pada tepi talus
 Bagian pangkal sporogonium tidak diselubungi involukrum
 Dinding kapsul tidak ada sel-sel yang mengandung kloroplas dan tidak ada stomata
Hanya terdiri dari satu marga yaitu Notothylas

Gambar. Anthoceros laevis. ket sp= Sporogonium; c= columella. From Strasburger's Text-
book of Botany.

Anda mungkin juga menyukai