Anda di halaman 1dari 20

Makalah

BRYOPHYTA
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah KT 1 Oleh Ibu Febriyanti, S.Pd, M.Sc
Disusun Oleh :
Nama : Deisy Fitriana Maunu
NIM : 431419012
Prodi : Pendidikan Biologi
Kelas : B
Semester : 2 (Dua)

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Shalawat dan salam penulis sampaikan kepada Nabi
Muhammad SAW yang diutus untuk menjadi rahmat sekalian alam. Seiring dengan
itu, tidak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah
memberikan motivasi dalam menyelesaikan makalah ini.Makalah ini menjelaskan
secara ringkas mengenai Lumut (Bryophyta). Penulis menyadari akan kekurangan
dari makalah ini. Karena “Tak ada gading yang tak retak”. Oleh karena itu, saran dan
masukan dari berbagai pihak sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah
ini dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat berguna bagi pembaca.

Gorontalo, Maret 2020

Penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lumut merupakan salah satu kelompok tumbuhan rendah dan bagian dari
keanekaragaman hayati yang belum banyak mendapat perhatian (Windadri,
2009). Ada 24.000 spesies Bryophyta yang dikenal, dan semua tumbuhan lumut
membutuhkan kondisi lingkungan yang lembab yang masuk kedalam siklus
kehidupan tumbuhan tersebut. Divisi Bryophyta dibagi menjadi tigakelas, yaitu
lumut hati (Hepatophyta) dengan 9000 spesies dan 240 genus; lumut tanduk
(Anthocerotopyhta) hanya 500 spesies; dan lumut daun (Bryopsida) memiliki
12.000-14.500 spesies dan 670 genus (Semple, 1999).
Bryophyta termasuk salah satu bagian kecil dari flora yang belum banyak
tergali juga merupakan salahs atu penyokong keanekaragaman flora. Tumbuhan
lumut tersebar luasdan merupakan kelompok tumbuhan yang menarik. Mereka
hidup di atas tanah, batuan, kayu, dan kadang – kadang di dalam air. Lumut hati
dan lumut daun yang hidup menyendiri biasanya tidak menarik. Namun dapat
tampak bahkan menarik jikatumbuh berkelompok. Pada umumnya jenis
tumbuhan ini kurang beradaptasi pada kondisi kehidupan daratan, dan sebagian
besar merupakan tumbuhan yang hidup pada lingkungan lembab dan terlindung.
Meskipun demikian,lumut tertentu khususnya lumut sejati (Bryopsida), dapat
bertahan hidup pada musim kering. Pertumbuhannya mengalami peremajaan jika
airtersedia kembali (Tjitrosomo, 1984).
Secara ekologis lumut berperan penting di dalam fungsi ekosistem. Seperti
lahangambut sangat tergantung pada lapisan atau tutupan lumut. Sehingga
keberadaan lumutsebagai penutup permukaan tanah juga mempengaruhi
produktifitas, dekomposisi sertapertumbuhan komunitas di hutan
(Saw dan Goffinet, 2000).

3
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana karakteristik dari Bryophyta?
2. Bagaimana struktur tubuh (morfologi dan anatomi) Bryophyta?
3. Bagaimana karakter morfologis Bryophyta?
4. Bagaimana pengelompokkan Bryophyta?
5. Bagaimana perkembangan Bryophyta?
6. Bagaimana peranan dari Bryophyta?
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui karakteristik dari Bryophyta.
2 Mahasiswa dapat mengetahui struktur tubuh (morfologi dan anatomi)
Bryophyta.
3 Mahasiswa dapat mengetahui karakter morfologis Bryophyta.
4 Mahasiswa dapat mengetahui pengelompokkan Bryophyta.
5 Mahasiswa dapat mengetahui perkembangan Bryophyta.
6 Mahasiswa dapat mengetahui peranan dari Bryophyta.

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Karakteristik Bryophyta
Menurut Mulyadi (2014), ada beberapa karakteristik pada Bryophyta :
a. Sel-sel penyusun tubuhnya telah memiliki dinding sel yang terdiri dari
selulosa.
b. Batang dan daun pada tumbuhan lumut yang tegak memiliki susunan berbeda-
beda. Lumut hanya dapat tumbuh memanjang tetapi tidak membesar, karena
tidak ada sel berdinding sekunder yang berfungsi sebagai jaringan penyokong.
Jika batangnya dililhat secara melintang, tampak bagian-bagian
sebagaiberikut:
1) Selapis sel kulit, beberapa sel diantaranya memanjang membentuk rhizoid-
rhizoid epidermis.
2) Lapisan kulit dalam, tersusun atas beberapa lapisan sel yang dinamakan
korteks.
3) Slinder pusat terdiri dari sel-sel parenkimatik yang memanjang dan
berguna untuk mengangkut air dan garam-garam mineral (makanan). Pada
lumut belum terdapat fioem dan xylem
c. Daun lumut umumnya setebal satu lapis sel, kecuali ibu tulang daun, lebih
dari satu lapis sel. Sel sel daunnya kecil, sempit, panjang, dan mengandung
kloroplas yang tersusun seperti jala. Di antaranya terdapat sel-sel mati dengan
penebalan dinding dalam berbentuk spiral. Sel-sel mati ini berguna sebagai
tempat persediaan air dan cadangan makanan. Sebagian tumbuhan lumut telah
mempunyai semacam liang udara yang berguna untuk pertukaran gas, jadi
mempunyai fungsi seperti stoma pada tumbuhan tinggi
d. Pada lumut, hanya terdapat pertumbuhan memanjang dan tidak ada
pertumbuhan membesar. Pada ujung batang, terdapat titik tumbuh
dengansebuah sel pemula di puncaknya. Sel pemula itu biasanya berbentuk

5
bidang empat (tetrader = kerucut terbalik) dan membentuk sel-sel baru ke tiga
arah menurut sisinya.
e. Rhizoid tampak seperti benang-benang, berfungsi sebagai akar untuk melekat
pada tempat tumbuhnya dan menyerap air serta garam-garam mineral
(makanan). Rhizoid terdiri darí satu deret sel yang memanjang, kadang-
kadang dengan sekat yang tidak sempurna.
f. Struktur sporofit (sporogonium) tubuh lumut terdiri dari
1) Vaginula, yaitu kaki yang diselubungi sisa dinding arkegonium
2) Seta, atau tangkai.
3) Apofisis, yaitu ujung seta yang agak melebar yang merupakan peralihan
antara seta dengan kotak spora.
4) Kaliptra atau tudung, berasal dari dinding arkegonium sebelah atas menjadi
tudung kotak spora.
5) Kolumela, jaringan yang tidak ikut ambil bagian dalam pembentukan
spora.
2.2 Struktur Tubuh (Morfologi dan Anatomi) Bryophyta
Tumbuhan lumut memiliki struktur tubuh pipih mmenyerupai pita dan ada
juga menyerupai batang dengan daun-daun, yang tumbuh tegak ataupun
mendatar menempel pada substrat menggunakan rhizoid. Tumbuhan lumut
memiliki alat reproduksi berupa arkegonium yang memproduksi ovum dan
anteridium yang memproduksi spermatozoid (Hasan, 2004).
Anteridium memiliki tangkai yang disebut anteridiofor, arkegonioforadalah
tangkai dari arkegonium. Dari letak alat reproduksi (gametangia), tumbuhan
lumut dapat di golongkan menjadi dua, yaituapabila anteridium dan arkegonium
berada pada individu yang sama di sebut lumut berumah satu, dan apabila
anteridium dan juga arkegonium berada pada individu yang berbeda dapat
disebut lumut berumah dua (Hasan, 2004).

6
Gambar 2.1 Struktur tumbuhan lumut (Hasan, 2004)
Menurut Hasan (2004), struktur tubuh tumbuhan lumut adalah sebagai
berikut:
a. Susunan Batang terbagi sebagai berikut :
1) Rizoid epidermis terbentuk dari beberapa selapis sel kulit.
2) Korteks, pengangkutan air dan garam dilakukan oleh silinder pusat yang
tersusun dari sel-sel parenkimatik yang memanjang, belum terdapat floem
dan xilem.
b. Daun tersusun dari satu lapis sel.
Kloroplas tumbuhan lumut tersusun seperti jala, berukuran kecil, sempit,
dan panjang. Lumut tidak memiliki jaringan penyokong, sehingga tumbuhan
lumut hanya dapat tumbuh memanjang tetapi tidak membesar.
c. Rizoid
Rizoid terdiri dari selapis sel tidak jarang di jumpai memiliki sekat yang
kurang sempurna, yang terbentuk menyerupai benang yang berfungsi sebagai
akar untuk melekat pada substrat dan menyerap garam mineral.
d. Gametofit
1) Anteridium (sel kelamin jantan) yang menghasilkan sperma.
2) Arkegonium (sel kelamin betina) yang menghasilkan sel telur.

7
e. Sporofit
Bagian-bagian sporofit yaitu sebagai berikut:
1) Seta: tangkai.
2) Vaginula: kaki yang dilindungi oleh sisa arkegonium.
3) Apofisis: ujung seta yang membesar yang merupakan peralihan dari
tangkai dan sporangium.
4) Kaliptra: tudung yang berasal dari arkegonium sebelah atas.
5) Sporangium: kotak spora.
2.3 Karakter Morfologis Bryophyta
Menurut Edawua (2012), karakter morfologis dari Bryophyta diantaranya :
1. Karakter Morfologis Bryopsida
a) Karakter Morfologis Leucobryum
Lumut ini biasa ditemukan di bebatuan dan tanah yang lembab. Genus
ini jarang ditemukan tumbuh berkelompok, terkadang ditemukan bersama
dengan lumut daun lainnya. Lumut ini berperawakan kekar dan lebat.
Bentuk gametofit berupa daun-daun yang tumbuh dengan lebat dan
berdempetan. Warna daunnya hijau muda mengkilap, sempit dan
memanjang, terkadang pada ujungnya mudah melengkung, ujung daun
meruncing, dengan pangkal yang tumpul. Antheridiumdan archegonium
tidak ditemukan. Bentuk sporofitnya, menyatu antara batang (meyerupai
batang) atau cabang satu dengan yang lain, membentuk suatu akar yang
menyatu.

8
b) Karakter Morfologis Hypnum
Berperawakan lebat dan tumbuh berdempet, berwarna hijau gelap,
hijau muda, hingga terkadang hijau kehitaman. Tumbuhan ini memiliki
batang (bukan batang yang sebenarnya) merambat atau memanjat,
arkegonium , anteridium dan sporagonium lateral atau cabang akhir
tersusun seperti tikar. Bentuk daun lanset, lonjong dengan ujung daunnya
yang meruncing dan pangkalnya tumpul. Tanaman ini banyak hidup di
tanah yang basah atau lembab, dan di daerah yang di aliri air panas,
Hypnum termasuk dalam tumbuhan terestrial.

c) Karakter Morfologis Fissidens


Karakter pokok yang dimiliki adalah generasi gametofit, terpusat pada
daunnya yang tersusun dua deret (distichous) dan masing-masing
mempunyai duplikat daun berbentuk seperti perahu di sisi adaksialnya,
disebut “vaginantlamina”. Adapun genus ini berperawakan seperti pakis,
pucuk tegak atau melengkung horizontal. Daun pipih, berkosta; tepinya
kadang-kadang berpembatas. Sel-sel lamina bervariasi, halus, berpapila
atau bermamila. Seta halus atau berpapila; kapsul kecil, silindris pendek,
tegak atau menggantung, tutupnya berparuh. Tumbuhan berwarna hijau
kuning hingga coklat emas, sederhana. Daun melengkung, keriting jika
kering, lanset, ujungnya runcing, kadang-kadang bergigi kasar dan tidak

9
teraturan, pertulangannya kuat dan menonjol, ’vaginantlamina’. Sel-sel
lamina kecil, berdinding tebal, Seta sering lebih dari satu setiap batang.

2. Karakter Morfologis Anthocerotopsida


a) Karakter Morfologis Anthoceros
Anthoceros merupakan tumbuhan lumut yang paling sederhana,
ekologi habitatnya dapat ditemukan di tanah yang lembab. Anthoceros
terkadang ditemukan menempel atau hidup bersama dengan lumut lain,
seperti contoh dengan Marchantia. Anthoceros termasuk dalam lumut yang
berthalus dengan bentuk gametofit yang berlekuk-lekuk tidak beraturan,
sporofitnya berbentuk kapsul panjang dengan ujung melengkung dan
berwarna hitam.

10
3. Karakter Morfologis Hepatophyta
a) Karakter Morfologis Marchantia
Lumut hati ini pada dasarnya berbeda dengan lumut daun dari struktur
generasi sprofitnya, juga berbeda pada generasi gametofitnya yang
berukuran lebih besar dan penampilannya sangat jelas, yaitu genus
Marchantia. Gametofitnya berupa thallus yang penampilannya sangat jelas,
thallus tidak berdaun, berbentuk pita, menjalar pada permukaan tanah atau
dibebatuan. Marchantia berkembang dengan 2 jenis reproduksi, bisa
seksual dan aseksual. Jika vegetatif, Marchantia berupa thallus hijau
berbentuk pita, tumbuh dipermukaan tanah dan bercabang-cabang secara
dikotomi, yaitu menggarpu berulang-ulang menjadi dua bagian yang sama
perkembangannya. Perkembagandengan aseksual berupa gemma, sebuah
cawan yang bersel banyak dengan titik yang berupa thalli yang tumbuh di
dalam cawannya. Sedangkan perkembangan seksual, berupa anteridium
(kelamin jantan) dan arkegonium (kelamin betina). Arkegonium berbentuk
seperti payung dengan 4-9 jari-jari. Tebal thallus terdiri dari banyaknya sel
yang tersusun, di atas permukaan thallus terdapat banyak pori-pori udara
atau lensa. Ditengah-tengah setiap bagian terdapat sebuah titik berupa pori
kecil yang tersambung ke ruang udara di bawah epidermis.

11
2.4 Pengelompokkan Bryophyta
Menurut Campbell (2012), divisi tumbuhan lumut (Bryophyta) dibagi
menjadi tiga kelas berdasarkan bentuknya, yaitu lumut hati (Hepaticopsida),
lumut tanduk (Anthocerotopsida), dan lumut daun (Bryopsida).
a. Lumut Hati (Hepaticopsida)
Tumbuhan ini merupakan suatu kelas kecil yang biasanya atas tumbuhan
berukuran relatif kecil yang dapat melakukan fotosintesis, meskipun selalu
bersifat multiseluler dan terlihat jelas tanpa bantuan mikroskop. Lumut hati
banyak ditemukan menempel di bebatuan, tanah, atau dinding tua yang
lembab. Bentuk tubuhnya berupa lembaran mirip bentuk hati dan banyak
lekukan. Tubuhnya memiliki struktur yang menyerupai akar, batang dan daun.
Hal ini menyebabkan banyak yang menganggap kelompok lumut hati
merupakan kelompok peralihan dari tumbuhan Thalophyta menuju
Cormophyta. Seperti halnya lumut daun, lumut hati mempunyai rhizoid yang
yang berfungsi untuk menempel dan menyerap zat-zat makanan
(Tjitrosomo, 1987).
Tubuhnya terbagi menjadi dua lobus sehingga tampak seperti lobus pada
hati. Berkembangbiak secara generatif dengan oogami, dan secara vegetatif
dengan fragmentasi tunas, dan kuncup eram. Lumut hati melekat pada substrat
dengan rhizoid uniseluler (Hasan, 2004)

Gambar 2.3 Marchantia geminata

12
Berdasarkan bentuk talusnya, lumut hati dibagi menjadi 2 kelompok yaitu
lumut hati bertalus dan lumut hati berdaun. Tubuh lumut hati menyerupai
talus (dorsiventral), bagian atas dorsal berbeda dengan bagian bawah ventral.
Daun bila ada tampak rusak dan tersusun pada tiga deret pada batang sumbu.
Alat kelamin terletak pada bagian dorsal talus pada jenis terletak pada bagian
terminal, sporogonium sederhana tersusun atas bagian kaki dan kapsul atau
kaki tangkai dan kapsul. Mekanisme merakahnya kapsul tidak manentu dan
tidak teratur (Loveless, 1989).
Lumut hati hidup pada tempat-tempat yang basah, untuk struktur tubuh
yang himogrof. Pada tempat-tempat yang kering, untuk struktur tubuh yang
xeromorf (alat penyimpan air). Lumut hati yang hidup sebagai epifit
umumnya menempel pada daun-daun pepohonan dalam rimba di daerah
tropika.
b. Lumut Tanduk (Anthocerotopsida)

Gambar 2.4 Anthoceros laevis (Indah, 2009).


Tubuh lumut tanduk seperti lumut hati yaitu berupa talus, tetapi
sporifitnya berupa kapsul memanjang. Perkembangbiakan pada lumut tanduk
hampir sama pada lumut hati. Sel lumut tanduk hanya mempunyai satu
kloroplas. Mempunyai gametofit lumut hati, perbedaanya adalah terletak pada
sporofit lumut ini mempunyai kapsul memanjang yang tumbuh seperti tanduk
dari gametofit, masing-masing kloroplas tunggal yang berukuran besar, lebih
besar dari kebanyakan tumbuhan lumut. Lumut tanduk hidup ditepi-tepi

13
sungai atau danau dan sering kali disepanjang selokan, dan ditepi jalan yang
basah atau lembab. Salah satu kelas dari lumut tanduk adalah Anthoceros
Laevis (Tjitrosoepomo, 2005).
Perkembangan secara generatif dengan membentuk anteridium dan
arkhegonium. Anteridium terkumpul pada satu lekukan sisi atas talus
arkegonium juga terkumpul pada suatu lekukan pada sisi atas talus. Zigot
mula-mula membelah menjadi dua sel dengan suatu dinding pisah melintang.
Sel di atas terus membelah yang merupakan sporogonium diikuti oleh sel
bagian bawah yang membelah terus-menerus membentuk kaki yang berfungsi
sebagai alat penghisap, bila sporogoniummasak maka akan pecah seperti buah
polongan, menghasilkan jaringan yang terdiri dari beberapa deretan sel-sel
mandul yang dinamakan kolumila ini diselubungi oleh sel jaringan yang
kemudian menghasilkan spora, yang disebut arkespora. Kemudian tumbuhan
lumut akan berkembang menjadi tumbuhan lumut muda (protonema)
(Hasan, 2004).
c. Lumut daun (Bryopsida)

Gambar 2.5 Barbula indica (Anonim, 2018)

14
Lumut daun meliputi 12.000 spesies yang mempunyai daerah persebaran
yang sangat luas. Lumut daun dapat tumbuh di atas tanah-tanah gundul yang
periodik mengalami masa kekeringan, bahkan pasir yang dapat bergerak pun
dapat tumbuh. Kebanyakan lumut daun suka pada tempat-tempat yang basah,
tetapi ada pula yang tumbuh di tempat-tempat yang kering. Perbedaan yang
jelas dibandingkan dengan lumut hati ialah adanya simetri radial, yaitu
daunnya tumbuh pada semua sisi sumbu utama. Daun-daun ini tidak seperti
yang terdapat pada lumut hati yang merupakan kerabatnya, biasanya
mempunyai rusuk tengah dan tersusun pada batang mengikuti suatu garis
spiral, yang panjangnya dapat bervariasi. Rusuk tengahnya mengandung sel-
sel memanjang, dan suatu berkas di pusat batangnya biasanya mengandung
sel-sel memanjang yang diduga berfungsi untuk mengangkut air dan zat-zat
hara. Akar yang sesungguhnya tidak ada, tetapi masih berbentuk rhizoid, pada
suatu golongan yang khas dan penting yang dikenal sebagai lumut gambut
atau lumut rawa, daunya tidak hanya khas karena tidak adanya rusuk tengah,
tetapi unik karena terdiri atas jaringan-jaringan sel kecil yang hidup yang
memisahkan sel-sel mati yang besar-besar yang tembus cahaya dan
berlubang-lubang, menghisap dan menahan air dengan efisiensi yang luar
biasa, oleh karena itulah besar kemampuan rawa-rawa untuk menahan air
sebagian besar terbentuk oleh tumbuh-tumbuhan seperti itu (Polunin, 1990).
Gametofit lumut daun membentuk alat-alat kelamin jantan dan betina
yang kecil, umumnya dalam kelompok yang terbukti dari adanya modifikasi
daun-daun yang mengelilinginya, dan terdapat pada tumbuhan yang sama
(banci), atau lebih sering pada dua individu (jantan dan betina) yang terpisah.
Pembuahan kembali dilakukan oleh spermatozoid yang bergerak aktif, yang
bila ada air, berenang ke sel telur yang terlindung baik. Badan yang terbentuk
melalui peleburan seksual itu berkembang menjadi sporofit, panjang, dan
sebuah kapsul yang sedikit banyak bersifat rumit dan khas (Tjitrosomo, 1987).

15
2.5 Perkembangan Bryophyta
Perkembangan lumut secara singkat berlangsung sebagai berikut : spora
yang kecil dan haploid, berkecambah menjadi suatu protalium yang pada lumut
dinamakan protonema. Protonema pada lumut ada yang menjadi besar, adapula
yang tetap kecil.Pada protoneme ini terdapat kuncup-kuncup yang tumbuh dan
berkembang menjadi tumbuhan lumutnya. Tubuh tumbuhan lumut berupa tallus
seperti lembaran-lembaran daun (hepaticae), atau telah mempunyai habitus
seperti pohon kecil dengan batang dan daun-daunnya (pada musci), tetapi
padanya belum terdapat akar yang sesungguhnya, melainkan hanya rizoid-rizoid
yang berbentuk benang-benang atau kadang-kadang memang telah menyerupai
akar. Pada tumbuhan inilah dibentuk gametangium. Setelah sel telur dibuahi oleh
spermatozoid yang bentuknya seperti spiral atau alat pembuka gabus tutup botol
dengan dua bulu cambuk itu, maka zigot tidak memerlukan waktu istirahat dulu
tetapi terus berkembang menjdi embrio yang diploid. Bagian bawah embrio
dinamakan kakinya. Kaki masuk ke jaringan lumut yang lebih dalam dan
berfungsi sebagai alat penghisap (haustorium). Embrio itu lalu tumbuh
merupakan suatu badan yang bulat atau jorong dengan tangkai pendek atau
panjang dan seperti telah telah disebut di atas disebut sporogonium
(Tjitrosomo, 1984).
Di dalam bagian yang bulat itu dibentuk spora, oleh sebab itu bagian tersebut
juga disebut kapsul spora.Kapsul spora juga dianggap sinonim dengan
sporogonium karena leher arkegonium amat sempit, maka sporogonium tidak
dapat menembusnya dan bekas dinding arkegonium ikut terangkat dan
merupakan tudung capsule spora. Mengingat bentuknya seperti tudung akar, pada
ujung akar dan mungkin juga mempunyai fungsi yang sama sebagai pelindung,
maka bekas dinding arkegonium itu juga dinamakan kaliptra. Jaringan dalam
Kapsul spora dinamakan arkespora. Arkespora membentuk sel induk spora, dan
dari satu sel induk spora dengan pembelahan reduksi terjadilah 4 spora yang
berkelompok merupakan tetrade. Seringkali pada pembentukan spora itu

16
ditentukan pula jenis kelaminnya. Dari spora itu, bergantung pada macam
sporanya, akan utmbuh lumut yang berumah satu atau berumah dua. Spora itu
membulat sebelum terpisah-pisah dan terlepas dari capsule spora.
Reproduksi lumut bergantian antara seksual dengan aseksualnya, reproduksi
aseksualnya dengan spora haploid yang dibentuk dalam sporofit, sedangkan
reproduksi seksualnya dengan membentuk gamet – gamet, baik gamet jantan
maupun gamet betina yang dibentuk dalam gametofit (Tjitrosomo, 1984).
Ada 2 macam gametangium, yaitu sebagai berikut:
1) Arkegonium adalah gametangium betina yang bentuknya seperti botol dengan
bagian lebar yang disebut perut, bagian yang sempit disebut leher.
2) Anteredium adalah gametangium jantan yang berbentuk bulat seperti gada.
Dinding anteredium terdiri dari selapis sel sel yang mandul dan didalamnya
terdapat sejumlah sel induk spermatozoid (Tjitrosomo, 1984).
2.6 Peranan Bryophyta
Suatu penelitian yang menyangkut kegunaan Bryophytadiseluruh dunia telah
dilakukan. Berdasarkan data yang ada, lumut dapat digunakan sebagai bahan
untuk hiasan rumah tangga, obat-obatan, bahan untuk ilmu pengetahuan dan
sebagai indikator biologi untuk mengetahui degradasi lingkungan. Beberapa
contoh lumut yang dapat digunakan tersebut adalah Calymperes, Campylopus
dan Sphagnum. Selain sebagai indikator lingkungan, keberadaan lumut di dalam
hutan hujan tropis sangat memegang peranan penting sebagai tempat tumbuh
organisme seperti serangga dan waduk air hujan (Gradstein, 2003).
Lumut sering juga digunakan untuk pertamanan dan rumah kaca. Hal lain
yang telah dilakukan dengan lumut ini adalah menggunakannya sebagai bahan
obat-obatan. Berdasarkan hasil penelitian di Cina, lebih dari 40 jenis lumut telah
digunakan oleh masyarakat Cina sebagai bahan obat-obatan terutama untuk
mengobati gatal-gatal dan penyakit lain yang disebabkan oleh bakteri dan jamur
(Aslam, 2003).

17
Beberapa manfaat dari tumbuhan lumut antara lain sebagai berikut:
1. Sebagai media tanaman (pengganti ijuk): Lumut daun
2. Dapat mencegah erosi: Lumut secara umum
3. Sebagai obat penyakit hati : Marchantia sp.
4. Sebagai bahan pembalut, kapas dan sumber bahan bakar : Sphagnum
5. Sebagai vegetasi perintis karena tumbuhan yang paling awal terbentuk
6. Lumut tanduk dapat dimanfaatkan sebagai indikator ekologi, indikator pence
maran air dan udara dan indikator deposit mineral (Ahira, 2014)

18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bryophyta memiliki karakteristik yaitu dinding sel yang terdiri dari selulosa,
batang dan daun pada tumbuhan lumut yang tegak memiliki susunan berbeda-
beda, hanya terdapat pertumbuhan memanjang dan tidak ada pertumbuhan
membesar.
Tumbuhan lumut memiliki struktur tubuh pipih mmenyerupai pita dan ada
juga menyerupai batang dengan daun-daun, yang tumbuh tegak ataupun
mendatar menempel pada substrat menggunakan rhizoid. Tumbuhan lumut
memiliki alat reproduksi berupa arkegonium yang memproduksi ovum dan
anteridium yang memproduksi spermatozoid.
Karakteristik morfologis dari tumbuhan lumut atau bryophyte terdiri atas
beberapa diantaranya karakter morfologis bryopsida, karakter morfologis
anthocerotopsida, dan karakter morfologis hepatophyta.
Divisi tumbuhan lumut (Bryophyta) dibagi menjadi tiga kelas berdasarkan
bentuknya, yaitu lumut hati (Hepaticopsida), lumut tanduk (Anthocerotopsida),
dan lumut daun (Bryopsida).
Reproduksi lumut bergantian antara seksual dengan aseksualnya, reproduksi
aseksualnya dengan spora haploid yang dibentuk dalam sporofit, sedangkan
reproduksi seksualnya dengan membentuk gamet – gamet, baik gamet jantan
maupun gamet betina yang dibentuk dalam gametofit.
Peranan lumut diantaranya sebagai obat-obatan, mencegah erosi, sebagai
indicator ekologi, sebagai bahan pembalut, kapas, dan bahan bakar, sebagai
media tanaman, sebagai vegetasi perintis, dan lain sebagainya.
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan para pembaca dapat mengetahui
lebih banyak lagi tentang tumbuhan Lumut atau Bryophyta guna menambah
wawasan untuk pembelajaran.

19
DAFTAR PUSTAKA

Aslam. 2003. Farmasi Klinis. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo

Campbell. 2012. Biology Edisi 8 Jilid 2. Jakarta : Erlangga

Edawua, Nathania. 2012. Diversitas Bryophyta di Pemandian Air[tesis]. Jawa


Timur : ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Gradstein. 2003. Ecology of Bryophyta, A Handout Lecture of Regional Training
Course on Biodiversity and Conservation og Bryophyta and Lichens.
Bogor : Erlangga
Hasan, M. 2004. Mengenal Bryophyta (Lumut) Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango Volum 1. Cibodas : Balai Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango
Indah, Najmi. 2009. Taksonomi Tumbuhan Tingkat Rendah (Schyzophyta,
Thallophyta, Bryophyta, Pteridophyta). Jember : Jurusan Biologi
Fakultas MIPA IKIP PGRI
Loveless. 1989. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik 2.
Jakarta : Gramedia
Mulyadi, Hasanuddin. 2014. Botani Tumbuhan Rendah. Aceh : Syiah Kuala
University Press
Polunin. 1990. Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun.
Yogyakarta : Gajah Mada University Press
Tjitrosomo. 1984. Botani Umum. Bandung : Angkasa

Tjitrosomo. 1987. Botani Umum 2. Bandung : Angkasa

Tjitrosoepomo. 2005. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta : Gajah Mada


University Press

20

Anda mungkin juga menyukai