Disusun Oleh:
KELOMPOK I
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT.yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat
dan salam penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang diutus untuk menjadi
rahmat sekalian alam. Seiring dengan itu, tidak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada guru
mata pelajaran yang telah memberikan motivasi dalam menyelesaikan makalah ini.Makalah ini
menjelaskan secara ringkas mengenai Lumut (Bryophyta).Penulis menyadari akan kekurangan
dari makalah ini. Karena “Tak ada gading yang tak retak”.Oleh karena itu, saran dan masukan
dari berbagai pihak sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah ini dan semoga
dengan selesainya makalah ini dapat berguna bagi pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Lumut merupakan kelompok tumbuhan kecil yang tumbuh menempel pada berbagai
jenis substrat. Substrat yang umum dapat di tumbuhi lumut adalah pada pohon, kayu mati, kayu
lapuk, serasah, tanah dan batuan dengan kondisi lingkungan lembab dan penyinaran yang
cukup. Kehidupan lumut dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti, suhu, kelembaban dan
cahaya. Lumut yang hidup seperti pada pohon akan dipengaruhi oleh struktur permukaan kulit
kayu atau tempat tersebut harus lembab dengan intensitas cahaya yang cukup (Ariyanti, 2008).
Lumut merupakan salah satu kelompok tumbuhan rendah dan bagian dari
keanekaragaman hayati yang belum banyak mendapat perhatian (Windadri, 2009). Ada 24.000
spesies Bryophyta yang dikenal, dan semua tumbuhan lumut membutuhkan kondisi lingkungan
yang lembab yang masuk kedalam siklus kehidupan tumbuhan tersebut. Divisi Bryophyta
dibagi menjadi tiga kelas, yaitu lumut hati (Hepatophyta) dengan 9000 spesies dan 240 genus;
lumut tanduk (Anthocerotopyhta)hanya 500 spesies; dan lumut daun(Bryopsida) memiliki
12.000-14.500 spesies dan 670 genus (Semple,1999).
Bryophyta termasuk salah satu bagian kecil dari flora yang belum banyak tergali juga
merupakan salah satu penyokong keanekaragaman flora. Tumbuhan lumut tersebar luas dan
merupakan kelompok tumbuhan yang menarik. Mereka hidup di atas tanah, batuan, kayu, dan
kadang – kadang di dalam air. Lumut hati dan lumut daun yang hidup menyendiri biasanya
tidak menarik. Namun dapat tampak bahkan menarik jika tumbuh berkelompok. Pada
umumnya jenis tumbuhan ini kurang beradaptasi pada kondisi kehidupan daratan, dan sebagian
besar merupakan tumbuhan yang hidup pada lingkungan lembab dan terlindung. Meskipun
demikian, lumut tertentu khususnya lumut sejati (Bryopsida), dapat bertahan hidup pada
musim kering. Pertumbuhannya mengalami peremajaan jika air tersedia kembali (Tjitrosomo,
1984).
Kelas Bryopsida terdiri dari ordo Archidiales, Polytrichales, Fissidentales, Dicranales,
Funariales, Eubryales, Isobryales, Buxbaumiales, Hyponobryales dan Tetraphidales
(Eddy,1988). Polytrichales merupakan lumut yang memiliki penyebaran yang luas di dunia
beberapa yang telah dikenali sebanyak 19 genus dan lebih kurang 370 spesies (Schofield,
1927).
Secara ekologis lumut berperan penting di dalam fungsi ekosistem. Seperti lahan
gambut sangat tergantung pada lapisan atau tutupan lumut. Sehingga keberadaan lumutsebagai
penutup permukaan tanah juga mempengaruhi produktifitas, dekomposisi sertapertumbuhan
komunitas di hutan (Saw dan Goffinet, 2000).
Richardson (1981 cit. Windadri dan Siti, 2005) melaporkan bahwa beberapa
jenisanggota dari marga Polytrichum dimanfaatkan untuk memperindah taman di sekitar pura
Saihoji di kaki Gunung Koinzan di sebelah barat Kyoto. Selain itu Polytrichum digunakan
sebagai indikator terhadap kondisi asam serta memiliki mineral dan unsur hara yang kaya
(Glime dan Saxene, 1991).
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
Secara ilmu tumbuhan, lumut termasuk Bryophyta, atau tumbuhan non vaskuler.
Lumut dapat dibedakan dari yang serupa liverworts ( Marchantiophyta atau Hepaticae)
dengan multisellular mereka rhizoid. Lain perbedaan bukanlah universal untuk semua
lumut dan semua liverworts, yang membedakan “batang” dan “daun-daun”, ketiadaan
daun-daun yang terbagi-bagi atau berlekuk, dan ketidakhadiran daun-daun diatur dalam
tiga golongan, semua menunjuk tumbuhan lumut. Sebagai tambahan terhadap kekurangan
suatu sistem vaskuler, lumut mempunyai gametophyte-dominant siklus hidup, yaitu.sel
haploid untuk kebanyakan siklus hidupnya. Sporophytes (diploid) berumur pendek dan
dependen pada atas gametophyte.
Perkembangbiakan
Secara aseksual, menggunakan spora dan tunas, secara seksual, ex: Maechantia.
Anteridium terpancang pada permukaaan atas, bentuknya seperti cakram.Dasar bunga
betina agak melebar dan membentuk paying, dengan cuping berbentuk jari, umumnya
berjumlah 9. Arkegonium tumbuh pada alur-alur diantara cuping-cuping dengan leher
menekuk ke bawah. Anteridium merekah mengeluarkan sperma menuju ke
arkegonium. Generasi sporofit dari telur yang sudah dibuahi (zigot). Zigot membelah
membentuk embrio (bentuk bola), bagian pangkal dari embrio membentuk kaki masuk
kejaringan reseptakel.Bagian terbesar dari janin membentuk kapsul yang dipisahkan
dari bagian kaki zona yang terdiri dari sel-sel yang disebut tangkai.Kapsul berisi sel
induk spora yang berkelompok (elater) yaitu benang-benang memanjang dengan
dinding bagian dalam terpilin.Setelah miosis terbentuklah tetraspora, tangkainya yang
memanjang arkegonium yang melebar jadi pecah dan kapsul jadi terdorong ke
bawah.Kapsul lalu mongering dan terbuka memancarkan spora, lepasnya spora dari
kapsul dibantu dengan adanya elater yang sifatnya higroskopik.Akibat mengeringnya
kapsul elater menggulung, menjadi kering dan mengadakan gerakan sentakan yang
melempar spora ke udara.
Tumbuhan lumut tidak berperan langsung dalam kehidupan manusia, tetapi ada spesies
tertentu yang dimanfaatkan oleh penduduk untuk mengobati hepatitis, yaitu Marchantia
polymorpha. Selain itu jenis – jenis lumut gambut dari genus Sphagnum dapat digunakan
sebagai pembalut atau pengganti kapas. Tumbuhan lumut juga memiliki peran dalam ekosistem
sebagai penyedia oksigen, penyimpan air (karena sifat selnya yang menyerupai spons), dan
sebagai penyerap polutan. Tumbuhan lumut dapat dimanfaatkan antara lain : Sphagnum
sebagai komponen dalam pembentukan tanah gambut yang bermanfaat untuk mengemburkan
medium pada tanaman pot dan dapat digunakan sebagai bahan bakar.
Manfaat lumut bagi kehidupan manusia sangat besar. Suatu penelitian yang
menyangkut kegunaan dan manfaat lumut (Bryophyta) diseluruh dunia telah dilakukan.
Berdasarkan data yang ada, lumut dapat digunakan sebagai bahan untuk hiasan rumah tangga,
obat-obatan, bahan untuk ilmu pengetahuan dan sebagai indikator biologi untuk mengetahui
degradasi lingkungan.
Beberapa contoh lumut yang dapat digunakan tersebut adalah Calymperes,
Campylopus dan Sphagnum (Glime & Saxena, 1991 dalam Tan, 2003). Selain sebagai
indikator lingkungan, keberadaan lumut di dalam hutan hujan tropis sangat memegang peranan
penting sebagai tempat tumbuh organisme seperti serangga dan waduk air hujan (Gradstein,
2003).
Lumut sering juga digunakan untuk pertamanan dan rumah kaca. Hal lain yang telah
dilakukan dengan lumut ini adalah menggunakannya sebagai bahan obat-obatan. Berdasarkan
hasil penelitian di Cina, lebih dari 40 jenis lumut telah digunakan oleh masyarakat Cina sebagai
bahan obat-obatan terutama untuk mengobati gatal-gatal dan penyakit lain yang disebabkan
oleh bakteri dan jamur (Ding, 1982 dalam Tan 2003).
Beberapa manfaat dari tumbuhan lumut antara lain sebagai berikut:
1. Sebagai media tanaman (pengganti ijuk): Lumut daun
2. Dapat mencegah erosi: Lumut secara umum
3. Sebagai obat penyakit hati: Marchantia sp
4. Sebagai bahan pembalut, kapas dan sumber bahan bakar: Sphagnum
5. Sebagai vegetasi perintis karena tumbuhan yang paling awal terbentuk
6. Lumut tanduk dapat dimanfaatkan sebagai indikator ekologi, indikator
pencemaran air dan udara dan indikator deposit mineral (Ahirra, 2014).
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Ariyanti, Merjin M.B, Kuswata. K, Sri S.T, Guhardja, S. Robbert. G, 2008. Bryophytes on tree
trunks in natural forests, selectively logged Forests and cacao agroforests in central
sulawesi, Indonesia. Artical in Press Biological Conservation.
Ahira, Anne. 2014. Lumut Tanduk. [http://www.anneahira.com/lumut-tanduk.htm]. diakses 03
Desember 2014.
Aslam, M., Tan, C.K., Prayitno, A. (2003). Farmasi Klinis (Clinical Pharmacy), Menuju
Pengobatan Rasional dan Penghargaan Pilihan Pasien. Jakarta: Elex Media
Komputindo.
Gradstein, S.R. (2003). Ecology of Bryophuta. A Handout Lecture of Regional Training Course
On Biodeversity and Conservation of Bryophyta and Lichens. Bogor. Indonesia.
Glime, J.M and Saxena, D.1991. Uses of Bryophytes. Jawahar Offset Press
Daryaganj.NewDelhi.
Sainudin, Muhammad. 2013. Metagenesis Tumbuhan Lumut dan Tumbuhan. Dikutip dari
[http://muhammadsainudinnoor.blogspot.com/2013/01/metagenesis-tumbuhan-lumut-
dan-tumbuhan.html] Diakses pada 30 Oktober 2014.
Saw, J.T and Goffinet, B. 2000. Bryophyte Biology. Cambridge University Press.
Schofield, W.B. 1927. Introduction to Bryology. Departemen of Botany University of
BritishColumbia.
Semple, J. C. 1999. An Introduction to Fungi, Algae, Plants, 2th edition, Pearson Custom
Publising. Halaman 76-83.
Tjitrosomo, S. S. 1984. Botani Umum 3, edisi ketiga. PenerbitAngkasa, Bandung. Halaman75-
101.
Windadri, F. I. 2009.Keanekaragaman Lumut di Resort Karang Rajang, Taman Nasional
Ujung Kulon Banten.Jurnal Teknik Lingkunganvol:10 no 1, hal :19-25. BidangBotani,
Pusat PenelitianBologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Jakarta.
Windadri, F.I dan Siti, S. 2005. Leucobryum dan Potensi Pemanfaatannya; Study Kasus
Masyarakat Lokal di Sekitar Cagar Alam Mandor Kalimantan Barat dan Hutan Wisata
Alam Bukit Bangkirai Kalimantan Timur. ENVIRO 5 (1): 60-63.