Pengertian lumut
Di dalam bagian yang bulat itu dibentuk spora, oleh sebab itu
bagian tersebut juga disebut kapsul spora. Kapsul spora juga dianggap
sinonim dengan sporogonium karena leher arkegonium amat sempit,
maka sporogonium tidak dapat menembusnya dan bekas dinding
arkegonium ikut terangkat dan merupakan tudung capsule spora.
Mengingat bentuknya seperti tudung akar, pada ujung akar dan mungkin
juga mempunyai fungsi yang sama sebagai pelindung, maka bekas
dinding arkegonium itu juga dinamakan kaliptra. Jaringan dalam Kapsul
spora dinamakan arkespora. Arkespora membentuk sel induk spora, dan
dari satu sel induk spora dengan pembelahan reduksi terjadilah 4 spora
yang berkelompok merupakan tetrade. Seringkali pada pembentukan
spora itu ditentukan pula jenis kelaminnya. Dari spora itu, bergantung
pada macam sporanya, akan utmbuh lumut yang berumah satu atau
berumah dua. Spora itu membulat sebelum terpisah-pidah dan terlepas
dari capsule spora.
Reproduksi lumut bergantian antara seksual dengan aseksualnya,
reproduksi aseksualnyadengan spora haploid yang dibentuk dalam
sporofit, sedangkan reproduksi seksualnya denganmembentuk gamet –
gamet, baik gamet jantan maupun gamet betina yang dibentuk dalam
gametofit.
Ada 2 macam gametangium, yaitu sebagai berikut:
1. Arkegonium adalah gametangium betina yang bentuknya
seperti botol dengan bagian lebar yang disebut perut, bagian
yang sempit disebut leher.
2. Anteredium adalah gametangium jantan yang berbentuk bulat
seperti gada. Dinding anteredium terdiri dari selapis sel sel
yang mandul dan didalamnya terdapat sejumlah sel induk
spermatozoid.
Klasifikasi Lumut
Gambar: Perkembangan
serta hubungan antara
tumbuhan nonvascular,
tumbuhan vascular yang
tidak menghasilkan biji,
dan tumbuhan vascular
yang menghasilkan biji.
Gambar: Klasifikasi
Bryophyta, yang memiliki
tigas kelas utama yaitu
lumut hati, lumut tanduk,
dan lumut daun.
3. Lumut Daun/Musci
Lumut daun dapat tumbuh di atas tanah-tanah gundul yang
periodik mengalami masa kekeringan, bahkan di atas pasir yang
bergerak pun dapat tumbuh. Selanjutnya lumut-lumut itu dapat kita
jumpai di antara rumput-rumput, di atas batu-batu cadas, pada batang
dan cabang-cabang pohon, di rawa-rawa tetapi jarang di air. Bryopsida
merupakan class lumut terbesar, terdiri 95% dari seluruh spesies
lumut, kira-kira 9.500 spesies. Kelompok ini terkenal dengan
memilikinya spore capsules dengan gigi yaitu Arthrodontous; yang
terpisah dari lainnya dan tergabung di dasar dimana mereka mengikat
untuk membuka capsule. Gigi ini mengemuka saat penutup operculum
jatuh. Pada kelompok lumut lain, capsule adalah nematodontous
dengan operculum terikat, atau lainnya membuka tanpa operculum
atau gigi.
Susunan tubuh lumut daun pada substrat dengan menggunakan
rizoid yang multiseluler yang dapat bercabang-cabang. Mempunyai
daun yang berusuk dan tersusun dalam 3-8 deret pada sumbunya.
Sumbu (batang) pada lumut daun biasanya menunjukkan deferensiasi
menjadi epidermis, korteks, dan silinder pusat. Lumut daun banyak
terdapat di tempat-tempat yang lembab, yang mempunyai struktur
seperti akar yang disebut dengan rizoid dan struktur seperti daun.
Siklus hidup lumut mengalami pergantian antara generasi haploid
dengan diploid. Sporofit pada umumnya lebih kecil, berumur pendek
dan hidup tergantung pada gametofit.
Perkembangbiakan, alat-alat kelamin terkumpul pada ujung
batang atau pada ujung cabang-cabangnya, dan dikelilingi oleh daun
yang letaknya paling atas. Daun-daun itu kadang-kadang mempunyai
bentuk dan susunan yang khusus dan seperti pada jungermaniales
juga dinamakan Periantum. Alat-alat kelamin itu dikatakan bersifat
banci atau berumah satu, jika dalam kelompok itu terdapat kumpulan
arkegonium dan anteridium terpisah tempatnya. Diantara alat-alat
kelamin dalam kelompok itu biasanya terdapat sejumlah rambut-
rambut yang terdiri dari banyak sel dan dapat mengeluarkan suatu
cairan. Seperti pada tubuh buah fungi rambut-rambut steril itu
dinamakan Parafisis.
Manfaat lumut
Tumbuhan lumut tidak berperan langsung dalam kehidupan manusia, tetapi ada spesies
tertentu yang dimanfaatkan oleh penduduk untuk mengobati hepatitis, yaitu Marchantia
polymorpha. Selain itu jenis – jenis lumut gambut dari genus Sphagnum dapat digunakan sebagai
pembalut atau pengganti kapas. Tumbuhan lumut juga memiliki peran dalam ekosistem sebagai
penyedia oksigen, penyimpan air (karena sifat selnya yang menyerupai spons), dan sebagai
penyerap polutan. Tumbuhan lumut dapat dimanfaatkan antara lain : Sphagnum sebagai
komponen dalam pembentukan tanah gambut yang bermanfaat untuk mengemburkan medium
pada tanaman pot dan dapat digunakan sebagai bahan bakar.
Manfaat lumut bagi kehidupan manusia sangat besar. Suatu penelitian yang menyangkut
kegunaan dan manfaat lumut (Bryophyta) diseluruh dunia telah dilakukan. Berdasarkan data
yang ada, lumut dapat digunakan sebagai bahan untuk hiasan rumah tangga, obat-obatan, bahan
untuk ilmu pengetahuan dan sebagai indikator biologi untuk mengetahui degradasi lingkungan.
Beberapa contoh lumut yang dapat digunakan tersebut adalah Calymperes, Campylopus
dan Sphagnum (Glime & Saxena, 1991 dalam Tan, 2003). Selain sebagai indikator lingkungan,
keberadaan lumut di dalam hutan hujan tropis sangat memegang peranan penting sebagai tempat
tumbuh organisme seperti serangga dan waduk air hujan (Gradstein, 2003).
Lumut sering juga digunakan untuk pertamanan dan rumah kaca. Hal lain yang telah
dilakukan dengan lumut ini adalah menggunakannya sebagai bahan obat-obatan. Berdasarkan
hasil penelitian di Cina, lebih dari 40 jenis lumut telah digunakan oleh masyarakat Cina sebagai
bahan obat-obatan terutama untuk mengobati gatal-gatal dan penyakit lain yang disebabkan oleh
bakteri dan jamur (Ding, 1982 dalam Tan 2003).
Beberapa manfaat dari tumbuhan lumut antara lain sebagai berikut:
1. Sebagai media tanaman (pengganti ijuk): Lumut daun
2. Dapat mencegah erosi: Lumut secara umum
3. Sebagai obat penyakit hati: Marchantia sp
4. Sebagai bahan pembalut, kapas dan sumber bahan bakar: Sphagnum
5. Sebagai vegetasi perintis karena tumbuhan yang paling awal
terbentuk
6. Lumut tanduk dapat dimanfaatkan sebagai indikator ekologi,
indikator pencemaran air dan udara dan indikator deposit
mineral (Ahirra, 2014).
DAFTAR PUSTAKA
Gradstein, S.R. 2003. Ecology of Bryophuta. A Handout Lecture of Regional Training Course
On Biodeversity and Conservation of Bryophyta and Lichens. Bogor. Indonesia.
Glime, J.M and Saxena, D. 1991. Uses of Bryophytes. NewDelhi: Jawahar Offset Press
Lukitasari, Marheny. 2018. Mengenal Tumbuhan Lumut (Bryophyta) Deskripsi, Klasifikasi,
Potensi, dan Cara Mempelajarinya. Jawa Timur: CV. AE MEDIA GRAFIKA.