Anda di halaman 1dari 23

A.

Pengertian lumut

Lumut (Bryophyta) merupakan salah satu divisi pada tumbuhan


tingkat rendah. Bryophyta berasal dari kata Bryon artinya lumut dan
phyton berarti lembab atau basah, yang bila digabungkan menjadi satu
kata berarti tumbuhan yang hidup ditempat-tempat lembab atau basah.
Lumut mempunyai sekitar 16.000 spesies yang dikelompokkan menjadi
tiga kelas yakni lumut hati (Hepaticeae), lumut daun (Musci), dan lumut
taduk (Anthocerotae).

Secara ilmu tumbuhan, lumut termasuk Bryophyta, atau tumbuhan


non vaskuler. Lumut dapat dibedakan dari yang serupa liverworts
(Marchantiophyta atau Hepaticae) dengan multisellular mereka rhizoid.
Lain perbedaan bukanlah universal untuk semua lumut dan semua
liverworts, yang membedakan “batang” dan “daun-daun”, ketiadaan
daun-daun yang terbagi-bagi atau berlekuk, dan ketidakhadiran daun-
daun diatur dalam tiga golongan, semua menunjuk tumbuhan lumut.
Sebagai tambahan terhadap kekurangan suatu sistem vaskuler, lumut
mempunyai gametophyte-dominant siklus hidup, yaitu sel haploid untuk
kebanyakan siklus hidupnya. Sporophytes (diploid) berumur pendek dan
dependen pada atas gametophyte.

Secara umum Bryophyta memiliki bentuk tubuh tumbuhan yang


berstruktur rendah, dengan tinggi hanya beberapa millimeter dan tegak
di permukaan tanah. Bentuk tubuh lumut merupakan peralihan dari
thalus kebentuk kormus (Eni Nuraeni, 2013:1). Meskipun berbentuk kecil,
berwarna dominan hijau, dan cenderung jarang terlihat serta
diperhatikan namun tumbuhan lumut ini memiliki kompleksitas bentuk
organ yang unik, untuk memaksimalkan fugsi sehingga menunjang
kebutuhan hidupnya. Semua jenis Bryophyta seperti halnya struktur
tumbuhan tingkat rendah lainnya maka mereka tidak memiliki akar,
batang maupun daun dengan bentuk sempurna. Tumbuhan lumut tidak
menghasilkan bunga dan biji, juga tidak memiliki struktur jaringan
pengangkut xylem dan floem seperti yang biasa ditemui pada tumbuhan
tingkat tinggi. Mereka hanya memiliki struktur yang mirip dengan akar
untuk melangsungkan absorbsi serta transportasi air dan nutrisi bagi
kebutuhan hidupnya.

Habitat Bryophyta sangat beragam, mereka dapat hidup di


permukaan tanah, bebatuan maupun menempel di pohon-pohon. Karena
kemampuan hidup yang istimewa tersebut, maka seringkali lumut
disebut tumbuhan pioneer, karena setelah Bryophyta mengawali
kehidupan pada permukaan yang tandus, segera akan diikuti oleh
beragam jenis tumbuhan lain yang hidup dikawasan tersebut. Dengan
demikian terlihat bahwa tumbuhan lumut memiliki peran yang sangat
penting dalam suatu ekosistem.

Hampir semua jenis tumbuhan lumut merupakan tumbuhan darat


(terrestrial), walaupun kebanyakan dari tumbuhan ini masih menyukai
tempat-tempat yang basah. Tumbuhan lumut berwarna hijau karena
mempunyai sel-sel dengan plastida yang menghasilkan klrofil a dan b.
Bryophyta memiliki keistimewaan untuk menyeimbangkan kandungan
nutrisi dalam tanah melalui mekanisme mineralisasi bebatuan,
penguraian serta fiksasi karbon. Dengan demikian maka dapat
disimpulkan bahwa Bryophyta memiliki fungsi penting dalam ekosistem
dan fungsi ekonomis. Hal tersebut disebabkan tumbuhan ini bermanfaat
bagi tumbuhan lain sebagai media, penghasil obat, pengendali polusi
dan bahkan sebagai sumber energi yang ramah lingkungan.

Adapun ciri – ciri dari lumut ialah sebagai berikut :


a) Lumut mempunyai klorofil sehingga sifatnya autotrof. Lumut
tumbuh di berbagai tempat, yang hidup pada daun-daun disebut
sebagai epifit. Jika pada hutan banyak pohon dijumpai epifit maka
hutan demikian disebut hutan lumut.
b) Akar dan batang pada lumut tidak mempunyai pembuluh angkut
(xilem dan floem). Pada tumbuhan lumut terdapat Gametangia
(alat-alat kelamin) yaitu: Alat kelamin jantan disebut Anteridium
yang menghasilkan Spermatozoid. Alat kelamin betina disebut
Arkegonium yang menghasilkan Ovum.
c) Jika kedua gametangia terdapat dalam satu individu disebut
berumah satu (Monoesius). Jika terpisah pada dua individu disebut
berumah dua (Dioesius). Gerakan spermatozoid ke arah ovum
berupakan Gerak Kemotaksis, karena adanya rangsangan zat kimia
berupa lendir yang dihasilkna oleh sel telur.
d) Sporogonium adalah badan penghasil spora, dengan bagian -
bagian :Vaginula (kaki), Seta (tangkai), Apofisis (ujung seta yang
melebar), Kotak Spora : Kaliptra (tudung) dan Kolumela (jaringan
dalam kotak spora yang tidak ikut membentuk spora). Spora lumut
bersifat haploid.
e) Lumut mengalami keturunan (metagenesis). Dalam daur hidupnya, lumut mengalami
duafase kehidupan, yaitu fase gametofit (haploid) dan fase sporofit (diploid). Alat
perkembangbiakan jantan berupa antheridium dan alat perkembangbiakan betina
berupa arkegonium.

B. Siklus Hidup Lumut

Lumut (dan Bryophyta lain) memiliki satu set kromosom (haploid,


beebrapa kromosom hidup dalam sebuah salinan sel yang unik). Periode
siklus hidup lumut secara lengkap, merusak kromosom, tetapi hal ini
hanya pada sporofit.
Lumut hidup diawali dari sebuah spora haploid, yang bertunas
untuk memproduksi sebuah protonema, yang menumpuk filamen atau
thalloid (flat dan seperti thallus ). Ini merupakan tingkatan sementara
dalam hidup lumut. Dari protonema tumbuh gametophore yang
dideferensiasi menjadi tangkai dan akar/ leaves (mikrofil). Dari tangkai
atau cabang berkembang organ sex lumut. Organ betina disebut
archegonia (archegonium) dan terlindungi oleh kumpulan tangkai yang
termodifikasi yang disebut perichaetum (plural, perichaeta). Archegonia
memiliki leher disebut venter dimana sperma jantan turun. Organ jantan
disebut antheridia (singular antheredium) dan tertutup oleh modifikasi
tangkai disebut perigonium (plural, perigonia).

Lumut bisa menjadi dioicous atau monoicous. Pada lumut dioicous,


kedua organ sex, jantan dan betina terlahir pada gametofit tanaman.
Pada monoicous (juga disebut autoicous) lumut, mereka terlahir pada
tanaman yang sama. Pada pengairan, sperma dari antheridia berjalan ke
archegonia dan terjadi fertilisasi, mengawali produksi sporofit diploid.
Sperma lumut adalah biflagellate, mereka memiliki dua flagella yang
membantu sebagai daya pendorong.Tanpa air, fertilisasi tidak dapat
terjadi. Setelah fertilisasi, sporofit mandul didorong keluar dari
archegonial venter. Ini membutuhkan kira-kira seperempat sampai
setengah tahun untuk sporofit untuk matang. Badan sporofit terdiri dari
gagang panjang, disebut seta, dan capsule disebut operculum. Kapsul
dan operculum terlapisi oleh kaliptra yang merupakan sisa archegonial
venter. Kaliptra biasanya mengecil/berkurang ketika kapsul matang. Di
dalam kapsul, sel-sel pereproduksi spora mengalami meiosis untuk
membentuk spora haploid, dimana siklus dapat berjalan lagi. Mulut
capsule biasanya dikelilingi oleh set gigi disebut peristome. Ini mungkin
tidak terjadi pada beberapa lumut. Pada beberapa lumut, struktur
vegetatif hijau disebut gemmae yang diproduksi pada tangkai atau
cabang, yang bisa merusak dan membentuk kembali tanaman tanpa
perlu melalui fertilisasi. Ini disebut dengan reproduksi asexual.

Perkembangan lumut secara singkat berlangsung sebagai berikut :


spora yang kecil dan haploid, berkecambah menjadi suatu protalium
yang pada lumut dinamakan protonema. Protonema pada lumut ada
yang menjadi besar, adapula yang tetap kecil. Pada protoneme ini
terdapat kuncup-kuncup yang tumbuh dan berkembang menjadi
tumbuhan lumutnya. Tubuh tumbuhan lumut berupa tallus seperti
lembaran-lembaran daun (hepaticae), atau telah mempunyai habitus
seperti pohon kecil dengan batang dan daun-daunnya (pada musci),
tetapi padanya belum terdapat akar yang sesungguhnya, melainkan
hanya rizoid-rizoid yang berbentuk benang-benang atau kadang-kadang
memang telah menyerupai akar. Pada tumbuhan inilah dibentuk
gametangium. Setelah sel telur dibuahi oleh spermatozoid yang
bentuknya seperti spiral atau alat pembuka gabus tutup botol dengan
dua bulu cambuk itu, maka zigot tidak memerlukan waktu istirahat dulu
tetapi terus berkembang menjdi embrio yang diploid. Bagian bawah
embrio dinamakan kakinya. Kaki masuk ke jaringan lumut yang lebih
dalam dan berfungsi sebagai alat penghisap (haustorium). Embrio itu lalu
tumbuh merupakan suatu badan yang bulat atau jorong dengan tangkai
pendek atau panjang dan seperti telah telah disebut di atas disebut
sporogonium.

Di dalam bagian yang bulat itu dibentuk spora, oleh sebab itu
bagian tersebut juga disebut kapsul spora. Kapsul spora juga dianggap
sinonim dengan sporogonium karena leher arkegonium amat sempit,
maka sporogonium tidak dapat menembusnya dan bekas dinding
arkegonium ikut terangkat dan merupakan tudung capsule spora.
Mengingat bentuknya seperti tudung akar, pada ujung akar dan mungkin
juga mempunyai fungsi yang sama sebagai pelindung, maka bekas
dinding arkegonium itu juga dinamakan kaliptra. Jaringan dalam Kapsul
spora dinamakan arkespora. Arkespora membentuk sel induk spora, dan
dari satu sel induk spora dengan pembelahan reduksi terjadilah 4 spora
yang berkelompok merupakan tetrade. Seringkali pada pembentukan
spora itu ditentukan pula jenis kelaminnya. Dari spora itu, bergantung
pada macam sporanya, akan utmbuh lumut yang berumah satu atau
berumah dua. Spora itu membulat sebelum terpisah-pidah dan terlepas
dari capsule spora.
Reproduksi lumut bergantian antara seksual dengan aseksualnya,
reproduksi aseksualnyadengan spora haploid yang dibentuk dalam
sporofit, sedangkan reproduksi seksualnya denganmembentuk gamet –
gamet, baik gamet jantan maupun gamet betina yang dibentuk dalam
gametofit.
Ada 2 macam gametangium, yaitu sebagai berikut:
1. Arkegonium adalah gametangium betina yang bentuknya
seperti botol dengan bagian lebar yang disebut perut, bagian
yang sempit disebut leher.
2. Anteredium adalah gametangium jantan yang berbentuk bulat
seperti gada. Dinding anteredium terdiri dari selapis sel sel
yang mandul dan didalamnya terdapat sejumlah sel induk
spermatozoid.

Klasifikasi Lumut

Lumut (Bryophyta) memiliki hubungan kekerabatan yang cukup dekat


dengan ganggang hijau dan diprediksikan keduanya memiliki hubungan
filogeni yang dekat. Bryophyta merupakan bagian dasar dari pohon filogenik
untuk tumbuhan yang ada di wilayah daratan, dengan struktur tubuh yang
memiliki fase gametofit dan sporofit yang pendek. Bryophyta memiliki
tahapan seksual (gametofit) pada siklus hidupnya dan tahapan sporofit
dengan organ penghasil spora (sporangium) yang biasanya akan menjadi
parasite saat tahapan gametofitnya.

Identifikasi bryophytes dilakukan dengan menggunakan karakteristik


gametofit dan sporofit. Menggunakan bahan sporofitik lumut yang hidup
sangat membantu identifikasi, meskipun mungkin untuk menidentifikasi
bryophyte dapat juga dengan mengamati specimen kering yang tidak hidup.
Pengamatan secara mikroskopis seperti bentuk, detail sel, posisi dan pola
bercabang dari rizhoid, juga penting untuk tujuan klasifikasi. Namun
memang dibutuhkan pengalaman untuk melakukan identifikasi bryophyte
hingga ke tingkat genus dan spesies setelah proses pengamatan secara
detail. Pada dasarnya pengamatan terhadap struktur bryophyte yang lebih
besar dan lebih khas, akan menjadikan proses identifikasi sering lebih cepat
dibandingkan dengan bentuk lumut yang lebih kecil.

Tumbuhan lumut termasuk dalam jenis tumbuhan yang tidak


berpembuluh dan tidak menghasilkan biji. Untuk melakukan transportasi air
dan mineral yang dibutuhkan makan bryophyte memiliki jaringan sederhana
yang khusus untuk transportasi internal air, nutrisi dan makanan yang
dibutuhkan. Karena mereka tidak memiliki jaringan pembuluh maka mereka
juga tidak memiliki akar, batang, dan daun sejati dengan bentuk tubuh yang
relative kecil meskipun pada beberapa spesies lumut yang hidup di perairan
dapat menacapai ukuran yang besar, seperti spesies Fontinalis.

Gambar: Tumbuhan lumut


Fontinalis antipyretica

Gambar dibawah ini menjelaskan perkembangan dari tumbuhan


tingkat rendah yang tidak berpembuluh hingga tumbuhan tingkat tinggi
(angiospermae) yang memiliki pembuluh angkut serta menghasilkan biji.
Tingkatan tersebut menunjukkan perkembangan evolusi dan perpindahan
filogeni yang sekaligus mencerminkan perbedaan antar taksa dari jenis
tumbuhan yang ada.

Perbedaan diantara kelas utama Bryophyta sangat jelas, dimana lumut


tanduk memiliki gametofit talus (atau pada dasarnya talus) dimana organ
seksual sepenuhnya tertanam di talus tersebut. Sporofit selalu berbentuk
tanduk dan terutama terdiri dari sporangium yang jatuh tempo dari apeks ke
bawah ke kakinya di talus. Pada kebanyakan lumut tanduk,spora
ditumpahkan dari puncak dewasa sementara pertumbuhan di atas kaki terus
menghasilkan spora baru selama periode pertumbuhan menguntungkan.

Gambar: Perkembangan
serta hubungan antara
tumbuhan nonvascular,
tumbuhan vascular yang
tidak menghasilkan biji,
dan tumbuhan vascular
yang menghasilkan biji.

Bryopyhta merupakan tanaman hijau yang termasuk dalam klasifikasi


tanaman rendah dan memiliki tiga divisi penting, yaitu Bryopsida atau Musci,
Liverworts (Hepaticopsida atau Hepaticae), dan Hornworts
(Anthocerotopsida atau Anthocerotae). Ketiga divisi Bryophyta tersebut
memiliki ciri yang sangat menyolok sehingga dengan mudah dapat
dibedakan dengan tumbuhan berpembuluh (vaskuler) pada umumnya.
Sebagian besar tumbuhan lumut tidak memiliki jaringan vaskuler, sehingga
terkadang dikategorikan dalam klasifikasi tumbuhan ‘nonvaskuler’. Akan
tetapi tampaknya klasifikasi tersebut belum sepenuhnya benar, karena pada
tumbuhan lumut masih ditemui pembuluh pengangkut air yang terdapat
pada beberapa spesies tumbuhan ini. Secara umum maka klasifikasi dari
Bryophyta dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar: Klasifikasi
Bryophyta, yang memiliki
tigas kelas utama yaitu
lumut hati, lumut tanduk,
dan lumut daun.

1. Lumut hati (Hepaticeae)


Lumut hati tubuhnya berbentuk lembaran, menempel di atas
permukaan tanah, pohon atau tebing. Bentuk tubuhnya berupa
lembaran mirip bentuk hati dan banyak lekukan. Tubuhnya memiliki
struktur yang menyerupai akar, batang, dan daun. Hal ini
menyebabkan banyak yang menganggap kelompok lumut hati
merupakan kelompok peralihan dari tumbuhan Thallophyta menuju
Cormophyta.Lumut hati beranggota lebih dari 6000 spesies.Terdapat
rizoid berfungsi untuk menempel dan menyerap zat-zat
makanan.Tidak memiliki batang dan daun. Reproduksi secara
vegetatif dengan membentuk gemma (kuncup), secara generatif
dengan membentuk gamet jantan dan betina. Contohnya:
Ricciocarpus, Marchantia dan Lunulari.
Tubuhnya terbagi menjadi dua lobus sehingga tampak seperti
lobus pada hati. Siklus hiduplumut ini mirip dengan lumut daun. Di
dalam spongaria terdapat sel yang berbentuk gulungan disebut
alatera. Elatera akan terlepas saat kapsul terbuka, sehingga
membantu memencarkan spora. Lumut ini juga dapat melakukan
reproduksi dengan cara aseksual dengan sel yang disebut gemma,
yang merupakan struktur seperti mangkok dipermukaan gametofit.
Contoh lumut hati lainnya adalah Marchantia polymorpha dan Porella.
Adapun ciri – ciri dari lumut hati, yaitu : tubuhnya masih berupa
talus dan mempunyai rhizoid, gametofitnya membentuk anteredium
dan arkegonium yang berbentuk seperti payung, sporofit
pertumbuhannnya terbatas karena tidak mempunyai jaringan
meristematik, berkembangbiak secara generatif dengan oogami, dan
secara vegetatif dengan fragmentasi, tunas, dan kuncup, habitatnya
ditempat lembab.

Gambar: Lumut hati dengan talus yang


menempel di tanah. Belum nampak alat
perkembangbiakan pada lumut hati
tersebut. Biasanya organ seksual lumut
hati biasanya terletak di bagian
permukaan, dengan dilindungi oleh
struktur uniseluler yang menyerupai
rizoid.
Berdasarkan bentuk talusnya, lumut hati terbagi dua jenis, yaitu
lumut hati bertalus dan lumut hati berdaun. Menyerupai talus
(dorsiventral), bagian atas dorsal berbeda dengan bagian bawah
ventral. Daun bila ada tampak rusak dan tersusun pada tiga deret
pada batang sumbu. Alat kelamin terletak pada bagian dorsal talus
pada /pada jenis terletak pada bagian terminal, sporogonium
sederhana tersusun atas bagian kaki dan kapsul atau kaki tangkai dan
kapsul. Mekanisme merakahnya kapsul tidak menentu dan tidak
teratur. Seperti pita bercabang menggarpu dan menyerupai rusuk
ditengah mempunyai rizoid. Pada rusuk tengah, terdapat badan
seperti piala dengan tepi yang bergigi, yang disebut piala eram atau
keranjang eram kepala atau mangkok. Kemudian puncup-puncup
eram atau tunas yang disebut gema mudah terlepas oleh air hujan.

Secara aseksual, menggunakan spora dan tunas, secara seksual,


ex: Maechantia. Anteridium terpancang pada permukaaan atas,
bentuknya seperti cakram. Dasar bunga betina agak melebar dan
membentuk paying, dengan cuping berbentuk jari, umumnya
berjumlah 9. Arkegonium tumbuh pada alur-alur diantara cuping-
cuping dengan leher menekuk ke bawah. Anteridium merekah
mengeluarkan sperma menuju ke arkegonium. Generasi sporofit dari
telur yang sudah dibuahi (zigot). Zigot membelah membentuk embrio
(bentuk bola), bagian pangkal dari embrio membentuk kaki masuk
kejaringan reseptakel.Bagian terbesar dari janin membentuk kapsul
yang dipisahkan dari bagian kaki zona yang terdiri dari sel-sel yang
disebut tangkai.Kapsul berisi sel induk spora yang berkelompok
(elater) yaitu benang-benang memanjang dengan dinding bagian
dalam terpilin.Setelah miosis terbentuklah tetraspora, tangkainya
yang memanjang arkegonium yang melebar jadi pecah dan kapsul
jadi terdorong ke bawah.Kapsul lalu mongering dan terbuka
memancarkan spora, lepasnya spora dari kapsul dibantu dengan
adanya elater yang sifatnya higroskopik.Akibat mengeringnya kapsul
elater menggulung, menjadi kering dan mengadakan gerakan
sentakan yang melempar spora ke udara.

2. Lumut tanduk (Anthocerotaceae)


Bentuk tubuhnya seperti lumut hati yaitu berupa talus, tetapi
sporofitnya berupa kapsul memanjang. Sel lumut tanduk hanya
mempunyai satu kloroplas. Hidup di tepi sungai, danau, atau
sepanjang selokan. Reproduksi seperti lumut hati. Contohnya
Anthocerros sp. Lumut tanduk memiliki ciri-ciri seperti: tubuhnya mirip
lumut hati, tapi berbeda pada sporofitnya, berdasarkan analisis asam
nukleat, ternyata lumut ini berkerabatan dekat dengan tumbuhan
berpembuluh dibanding dari kelas lain pada tumbuhan lumut,
gametofitnya berupa talus yg lebar dan tipis dgn tepi yg berlekuk,
rhizoid berada pada bagian ventral, habitatnya didaerah yg
mempunyai kelembaban tinggi. Cotohnya Anthoceros leavis (Sinudin,
2013).

3. Lumut Daun/Musci
Lumut daun dapat tumbuh di atas tanah-tanah gundul yang
periodik mengalami masa kekeringan, bahkan di atas pasir yang
bergerak pun dapat tumbuh. Selanjutnya lumut-lumut itu dapat kita
jumpai di antara rumput-rumput, di atas batu-batu cadas, pada batang
dan cabang-cabang pohon, di rawa-rawa tetapi jarang di air. Bryopsida
merupakan class lumut terbesar, terdiri 95% dari seluruh spesies
lumut, kira-kira 9.500 spesies. Kelompok ini terkenal dengan
memilikinya spore capsules dengan gigi yaitu Arthrodontous; yang
terpisah dari lainnya dan tergabung di dasar dimana mereka mengikat
untuk membuka capsule. Gigi ini mengemuka saat penutup operculum
jatuh. Pada kelompok lumut lain, capsule adalah nematodontous
dengan operculum terikat, atau lainnya membuka tanpa operculum
atau gigi.
Susunan tubuh lumut daun pada substrat dengan menggunakan
rizoid yang multiseluler yang dapat bercabang-cabang. Mempunyai
daun yang berusuk dan tersusun dalam 3-8 deret pada sumbunya.
Sumbu (batang) pada lumut daun biasanya menunjukkan deferensiasi
menjadi epidermis, korteks, dan silinder pusat. Lumut daun banyak
terdapat di tempat-tempat yang lembab, yang mempunyai struktur
seperti akar yang disebut dengan rizoid dan struktur seperti daun.
Siklus hidup lumut mengalami pergantian antara generasi haploid
dengan diploid. Sporofit pada umumnya lebih kecil, berumur pendek
dan hidup tergantung pada gametofit.
Perkembangbiakan, alat-alat kelamin terkumpul pada ujung
batang atau pada ujung cabang-cabangnya, dan dikelilingi oleh daun
yang letaknya paling atas. Daun-daun itu kadang-kadang mempunyai
bentuk dan susunan yang khusus dan seperti pada jungermaniales
juga dinamakan Periantum. Alat-alat kelamin itu dikatakan bersifat
banci atau berumah satu, jika dalam kelompok itu terdapat kumpulan
arkegonium dan anteridium terpisah tempatnya. Diantara alat-alat
kelamin dalam kelompok itu biasanya terdapat sejumlah rambut-
rambut yang terdiri dari banyak sel dan dapat mengeluarkan suatu
cairan. Seperti pada tubuh buah fungi rambut-rambut steril itu
dinamakan Parafisis.
Manfaat lumut
Tumbuhan lumut tidak berperan langsung dalam kehidupan manusia, tetapi ada spesies
tertentu yang dimanfaatkan oleh penduduk untuk mengobati hepatitis, yaitu Marchantia
polymorpha. Selain itu jenis – jenis lumut gambut dari genus Sphagnum dapat digunakan sebagai
pembalut atau pengganti kapas. Tumbuhan lumut juga memiliki peran dalam ekosistem sebagai
penyedia oksigen, penyimpan air (karena sifat selnya yang menyerupai spons), dan sebagai
penyerap polutan. Tumbuhan lumut dapat dimanfaatkan antara lain : Sphagnum sebagai
komponen dalam pembentukan tanah gambut yang bermanfaat untuk mengemburkan medium
pada tanaman pot dan dapat digunakan sebagai bahan bakar.
Manfaat lumut bagi kehidupan manusia sangat besar. Suatu penelitian yang menyangkut
kegunaan dan manfaat lumut (Bryophyta) diseluruh dunia telah dilakukan. Berdasarkan data
yang ada, lumut dapat digunakan sebagai bahan untuk hiasan rumah tangga, obat-obatan, bahan
untuk ilmu pengetahuan dan sebagai indikator biologi untuk mengetahui degradasi lingkungan.
Beberapa contoh lumut yang dapat digunakan tersebut adalah Calymperes, Campylopus
dan Sphagnum (Glime & Saxena, 1991 dalam Tan, 2003). Selain sebagai indikator lingkungan,
keberadaan lumut di dalam hutan hujan tropis sangat memegang peranan penting sebagai tempat
tumbuh organisme seperti serangga dan waduk air hujan (Gradstein, 2003).
Lumut sering juga digunakan untuk pertamanan dan rumah kaca. Hal lain yang telah
dilakukan dengan lumut ini adalah menggunakannya sebagai bahan obat-obatan. Berdasarkan
hasil penelitian di Cina, lebih dari 40 jenis lumut telah digunakan oleh masyarakat Cina sebagai
bahan obat-obatan terutama untuk mengobati gatal-gatal dan penyakit lain yang disebabkan oleh
bakteri dan jamur (Ding, 1982 dalam Tan 2003).
Beberapa manfaat dari tumbuhan lumut antara lain sebagai berikut:
1. Sebagai media tanaman (pengganti ijuk): Lumut daun
2. Dapat mencegah erosi: Lumut secara umum
3. Sebagai obat penyakit hati: Marchantia sp
4. Sebagai bahan pembalut, kapas dan sumber bahan bakar: Sphagnum
5. Sebagai vegetasi perintis karena tumbuhan yang paling awal
terbentuk
6. Lumut tanduk dapat dimanfaatkan sebagai indikator ekologi,
indikator pencemaran air dan udara dan indikator deposit
mineral (Ahirra, 2014).
DAFTAR PUSTAKA

Gradstein, S.R. 2003. Ecology of Bryophuta. A Handout Lecture of Regional Training Course
On Biodeversity and Conservation of Bryophyta and Lichens. Bogor. Indonesia.
Glime, J.M and Saxena, D. 1991. Uses of Bryophytes. NewDelhi: Jawahar Offset Press
Lukitasari, Marheny. 2018. Mengenal Tumbuhan Lumut (Bryophyta) Deskripsi, Klasifikasi,
Potensi, dan Cara Mempelajarinya. Jawa Timur: CV. AE MEDIA GRAFIKA.

Anda mungkin juga menyukai