Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH EMBRIOLOGI TUMBUHAN

“EMBRIOLOGI PADA TUMBUHAN LUMUT (Bryophyta)”

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 1

Nama : 1. Ahmad (1713051391)

2. Jul Afrianus (1713051408)

3. Mirna (1713051411)

4. Murdi (1713051413)

5. Rahmah Isnania (1713051417)

Kelas : A.13

Prodi : Pendidikan Biologi

Mata Kuliah : Embriologi Tumbuhan

Dosen Pengampu : Hendrikus Julung, M. Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PEDIDIKAN

STKIP PERSADA KHATULISTIWA

SINTANG

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami penjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, kerena atas
berkatnya kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul embriologi pada tumbuhan
lumut. Tugas ini disusun sebagai salah satu tugas wajib yang diperlukan untuk tugas
terstruktur mata kuliah embriologi tumbuhan. Makalah ini disusun berdasarkan data-data dan
informasi yang diperoleh dari media, buku dan beberapa studi pustaka.

Makalah ini disusun dengan maksud untuk memberikan pedoman dan arahan kepada
para mahasiswa agar mereka lebih mudah, lebih lengkap lebih jelas dan kronologis mengerti
dan memahami tentang Konsep embriologi pada tumbuhan lumut. Kami telah berusaha
semaksimal mungkin dan menyadari sepenuhnya atas segala keterbatasan kemampuan dalam
menulis makalah ini. Jika ada kelemahan atau kesalahan dalam makalah ini kami bersedia
menerima segala kritikan dan saran dari semua pihak. Akhir kata semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan menambah pengatahuan bagi kita semua.

Sintang, 25 September 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Cover

KATA PENGANTAR...................................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................1

1.3 Tujuan.......................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Lumut......................................................................................................2

2.2 Perkembangbiakkan Lumut......................................................................................3

2.3 Struktur Perkembangbiakkan Lumut........................................................................10

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan...............................................................................................................14

3.2 Saran ........................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lumut merupakan kelompok tumbuhan kecil yang tumbuh menempel pada berbagai
jenis substrat. Substrat yang umum dapat di tumbuhi lumut adalah pada pohon, kayu mati,
kayu lapuk, serasah, tanah dan batuan dengan kondisi lingkungan lembab dan penyinaran
yang cukup. Kehidupan lumut dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti, suhu,
kelembaban dan cahaya. Lumut yang hidup seperti pada pohon akan dipengaruhi oleh
struktur permukaan kulit kayu atau tempat tersebut harus lembab dengan intensitas
cahaya yang cukup (Ariyanti, 2008).
Lumut merupakan salah satu kelompok tumbuhan rendah dan bagian dari
keanekaragaman hayati yang belum banyak mendapat perhatian (Windadri, 2009). Lumut
(Bryophyta) termasuk salah satu bagian kecil dari flora yang belum banyak tergali juga
merupakan salah satu penyokong keanekaragaman flora.
Lumut merupakan salah satu kelompok tumbuhan rendah dan bagian dari
keanekaragaman hayati yang belum banyak mendapat perhatian (Windadri, 2009). Ada
24.000 spesies Bryophyta yang dikenal, dan semua tumbuhan lumut membutuhkan
kondisi lingkungan yang lembab yang masuk kedalam siklus kehidupan tumbuhan
tersebut. Divisi Bryophyta dibagi menjadi tiga kelas, yaitu lumut hati (Hepatophyta)
dengan 9000 spesies dan 240 genus; lumut tanduk (Anthocerotopyhta)hanya 500 spesies;
dan lumut daun(Bryopsida) memiliki 12.000-14.500 spesies dan 670 genus
(Semple,1999).
1.2 Rumusan Masalah
A. Apa pengertian Lumut?
B. Bagaimana Perkembangbiakkan Lumut?
C. Bagaimana Struktur Perkembangbiakkan Lumut?
1.3 Tujuan
A. Mengetahui pengertian Lumut
B. Mengetahui Perkembangbiakkan Lumut
C. Mengetahui Struktur Perkembangbiakkan Lumut

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Lumut


Secara ilmu tumbuhan, lumut termasuk Bryophyta, atau tumbuhan non
vaskuler. Lumut dapat dibedakan dari yang serupa liverworts ( Marchantiophyta atau
Hepaticae) dengan multisellular mereka rhizoid. Lain perbedaan bukanlah universal
untuk semua lumut dan semua liverworts, yang membedakan “batang” dan “daun-
daun”, ketiadaan daun-daun yang terbagi-bagi atau berlekuk, dan ketidakhadiran
daun-daun diatur dalam tiga golongan, semua menunjuk tumbuhan lumut.
Adapun ciri – ciri dari lumut ialah sebagai berikut :
a) Lumut mempunyai klorofil sehingga sifatnya autotrof. Lumut tumbuh di berbagai
tempat, yang hidup pada daun-daun disebut sebagai epifit. Jika pada hutan
banyak pohon dijumpai epifit maka hutan demikian disebut hutan lumut.
b) Akar dan batang pada lumut tidak mempunyai pembuluh angkut (xilem dan
floem). Pada tumbuhan lumut terdapat Gametangia (alat-alat kelamin) yaitu: Alat
kelamin jantan disebut Anteridium yang menghasilkan Spermatozoid. Alat
kelamin betina disebut Arkegonium yang menghasilkan Ovum
c) Jika kedua gametangia terdapat dalam satu individu disebut berumah satu
(Monoesius). Jika terpisah pada dua individu disebut berumah dua (Dioesius).
Gerakan spermatozoid ke arah ovum berupakan Gerak Kemotaksis, karena
adanya rangsangan zat kimia berupa lendir yang dihasilkna oleh sel telur.
d) Sporogonium adalah badan penghasil spora, dengan bagian - bagian :Vaginula
(kaki), Seta (tangkai), Apofisis (ujung seta yang melebar), Kotak Spora : Kaliptra
(tudung) dan Kolumela (jaringan dalam kotak spora yang tidak ikut membentuk
(spora). Spora lumut bersifat haploid.
2.2 Perkembangbiakkan Lumut
Pada lumut terjadi reproduksi secara aseksual (vegetatif) dan seksual
(generatif). Reproduksi aseksual terjadi dengan pembentukan spora di dalam
sporangium (kotak spora). Spora tersebut kemudian tumbuh menjadi gametofit.
Reproduksi seksual terjadi melalui fertilisasi ovum oleh spermatozoid yang
menghasilkan zigot. Dalam siklus hidupnya, lumut mengalami pergiliran keturunan
(metagenesis) antara generasi gametofit yang berkromosom haploid dengan generasi
sporofit yang berkromosom diploid.

2
Pergiliran Keturunan / Metagenesis Tumbuhan Lumut

1) fase gametofit : fase tumbuhan lumut yang menghasilkan gamet (sel kelamin).
Sel kelamin dihasilkan di bagian atas tumbuhan lumut pada struktur bernama
gametangium. Bila gametangium menghasilkan sel spermatozoid maka gametangium
di sebut anteridium Dan bila gametangiun menghasilkan sel ovum, maka
gametangium di sebut arkegonium
2) Fase sporofit : fase tumbuhan lumut yang menghasilkan spora

2.3 Struktur Perkembangbiakkan Lumut


Lumut hidup diawali dari sebuah spora haploid, yang bertunas untuk memproduksi
sebuah protonema, yang menumpuk filamen atau thalloid (flat dan seperti thallus ).Ini
merupakan tingkatan sementara dalam hidup lumut. Dari protonema tumbuh
gametophore yang dideferensiasi menjadi tangkai dan akar/ leaves (mikrofil).Dari
tangkai atau cabang berkembang organ sex lumut.Organ betina disebut archegonia
(archegonium) dan terlindungi oleh kumpulan tangkai yang termodifikasi yang
disebut perichaetum (plural, perichaeta). Archegonia memiliki leher disebut venter
dimana sperma jantan turun. Organ jantan disebut antheridia (singular antheredium)
dan tertutup oleh modifikasi tangkai disebut perigonium (plural, perigonia).Lumut
bisa menjadi dioicous atau monoicous.Pada lumut dioicous, kedua organ sex, jantan
dan betina terlahir pada gametofit tanaman. Pada monoicous (juga disebut autoicous)

3
lumut, mereka terlahir pada tanaman yang sama. Pada pengairan, sperma dari
antheridia berjalan ke archegonia dan terjadi fertilisasi, mengawali produksi sporofit
diploid. Sperma lumut adalah biflagellate, mereka memiliki dua flagella yang
membantu sebagai daya pendorong.Tanpa air, fertilisasi tidak dapat terjadi. Setelah
fertilisasi, sporofit mandul didorong keluar dari archegonial venter. Ini membutuhkan
kira-kira seperempat sampai setengah tahun untuk sporofit untuk matang. Badan
sporofit terdiri dari gagang panjang, disebut seta, dan capsule disebut operculum.
Kapsul dan operculum terlapisi oleh kaliptra yang merupakan sisa archegonial venter.
Kaliptra biasanya mengecil/berkurang ketika kapsul matang. Di dalam kapsul, sel-sel
pereproduksi spora mengalami meiosis untuk membentuk spora haploid, dimana
siklus dapat berjalan lagi. Mulut capsule biasanya dikelilingi oleh set gigi disebut
peristome. Ini mungkin tidak terjadi pada beberapa lumut.Pada beberapa lumut,
struktur vegetatif hijau disebut gemmae yang diproduksi pada tangkai atau cabang,
yang bisa merusak dan membentuk kembali tanaman tanpa perlu melalui fertilisasi.Ini
disebut dengan reproduksi asexual.

Pada tumbuhan lumut terdapat tujuh jenis Lumut yang mana Anteridium dan
Arkegonuim serta bentuk spora yang berbeda-beda
1. Riccia
Riccia mulai berproduksi jika telah mencapai tahap dewasa. Caranya dibedakan
menjadi vegetatif dan reproduksi seksual.
a. Reproduksi Vegetatif
- Fragmentasi, tergantung usia sel-sel vegetatif, jika sel penyususun talus
mati karena telah tua maka talus muda akan terlepas dan selanjutnya
tumbuh dan membentuk talus baru.
- Cabang-cabang Adventif
Cabang-cabang adventif yang tumbuh pada bidang tengah talus
dipermukaan ventral.

4
b. Reproksi seksual
Anteridium berkembang dari sebuah sel initial(bakal) sel ini membesar
dan menjulur kemudian membelah secara transvesal menjadi sel atas dan sel
bawah. Sel bawah mengalami beberapa kali pembelahan dan akan menjadi
dasar penempelan tangkai anteridium. Sel atas membesar dan membelah
secara transversal menjadi sel anteridium primer dan sel tangkai primer. Sel
anteridium primer membelah dua kali sehimgga menghasilkan 4 sel, lalu
diikuti dengan pembelahan periklinal sehingga terdapat kelompok sel. Sel- sel
initial dinding anteridium yang terletak ditepi, dan sel-sel androgonial primer
yang berada didalam. Kelompok sel pertama membelah beberapa
kalimembentuk dinding antredium, sedangkan sel-sel androgonial primer juga
membelah berulang kali membentuk sel androgonial. Sel ini terus membelah
membentuk sel-sel induk sperma atau sel-sel induk androsit atau sperma tosit.

Arkegonium berkembang dari sebuah sel initial (bakal) arkegonium


yang merupakan drivat (turunanan) dari sel apikal. Sel bakal arkegonium
membesar dan menjulur ke atas lalu membelah secara transversal dan menjadi
dua sel. Sel ini membelah dan membesar secara eksentrik membentuk 4 sel.
Tiga yang terletak di tepi di sebut sel-sel prifer, dan satu yang tengah di sebut
sel axial (sumbu ) primer. Setiap sel prifer membelah sehingga dihasilkan 12
sel initial jaket, enam deret yang di atas merupakan calon sel-sel leher, dan

5
enam deret yang dibawah merupakan bakal sel-sel perut. Sementara itu axial
primer membelah menjadi 2 : sel tutup primer (yang diatas) dan sel sentral
(yang didalam) yang pertama membelah dua kali membentuk 4 sel penutup
sedangkan sel-sel sentral menjadi sel saluran leher primer (yang diatas) dan sel
perut primer(yang dibawah).

Bentuk sporitif pada Riccia:

2. Marchantia
Reproduksi marchantia dapat dibedakan menjadi vegetatif dan seksual
a. Reproduksi vegetatif
Reproduksi vegetatif pada prinsipnya melalui proses seperti yang terjadi pada
riccia
b. Reproduksi seksual
Alat kelamin anteredium atau arkegonium tumbuh pada ujung
gametangiofor tepatnya pada bagian resep-takel. Gametangiofor itu sendiri
merupan hasil pertumbuhan vertikal dari sebuah sel apikal pada takik
talus.Anteredium tumbuh didalam ruang anteridium yang tertanam pada

6
permukaan pada setiap lobus, dalam susunan akropetal. Pada permukaan atas
anteredium terdapat lubang (ostiole). Anteredium tumbuh dan berkembang
dari sebuah sel dibelakang titik tumbuh pada lobus reseptakel.

Arkegonium tumbuh pada permukaan atas reseptakel dengan posisi


keatas dan dalam susunan akropetal. Pada tahap ini arkegoniofor belum ada
atau masih sangat kecil sehingga reseptakel nampak tertanam pada talus.
Setelah anteridium yang tebentuk paling awal mencapai kematangan dan
mengalami petilisasi barulah arkegoniofor mulai tumbuh memanjang.

Bentuk sporitif pada marchantia:

7
3. Anthoceros
Reproduksi Anthoceros dapat dibedakan menjadi reproduksi vegetatif dan
reproduksi seksual:
a. Reproduksi vegetatif
Prosesnya sama dengan yang terjadi pada riccia. Fragmentasi jaranng terjadi
( tidak umum ) pada Anthoceros
b. Reproduksi seksual
Anteridium anthocerus terbentuk ( tunggal atau berkelompok) didalam
rongga yang tertutup (rongga anteridium) pada permukaan dorsal talus. Oleh
sebab itu anteridium dikatakan dibentuk secara endogeneus. Anteridium
dibentuk dari sebuah sel yang berkaitan dengan tiyik tumbuh pada permukaan
dorsal talus. Sel ini memiliki protoplasma yang padat dan sebuah inti. Sel
tersebut membelah periklinal menjadi dua: sel initial anteridium yang terletak
didalam, dan sel initial atau ruang anteridium. Yang pertama berkembang
menjadianteridium, dan yang kedua akan membentuk dua lapis atap ruang
anteridium. Selanjutnya kedua sel tersebut memisah satu sama lain, dan ruang
pemisah antara keduanya di isi mucilage (lendir). Sel-sel disekitar sel initial
anteridium akan mengerut sehingga ruang yang berisa lendir semakin
bertambah luas dan akhirnya menjadi ruang anteridium. Proses pembentukan
anteridium secra umum tidak berbeda dengan yang terjadi pada marchantia.
Anteridium yang telah masuk berbentuk seperti raket dengan tangkai yang
pendek atau panjang. Tubuh anteridium tersusun dari selapis sel dinding
anteridium yang menyelubungi masa androsit. Setiap sel androsit mengalami
metamorfosis menjadi spertozoa yang berflagel dua.

Arkegonium anthocerus berasal dari perkembangan sebuah sel yang


letaknya berdekatan dengan sel apikal. Sel ini disebut sel initial jaket yang
terletak ditepi, dan sebuah sel aksial primer yang terletak ditengah. Yang
terakhir ini membelah transversal menjadi sebuah sel luar dan sebuah sel
pusat. Sel luar membelah transversal menjadi sel initial penutup (atas) dan sel

8
saluran leher primer (bawah). Sel initial penutup selanjutnya membelah dua
kali membentuk empat sel penutup pada bagian apex arkegonium.

Bentuk sporifit pada anthocerus:

4. Sphagnum
Reproduksi sphagnum dibedakan menjadi reproduksi vegetatif dan reproduksi
seksual:
a. Reproduksi Vegetatif
1. Pemisahan sumbu tidak dari ”berkas” / kelompok sumbu yang selanjutnya
tumbuh/ berkembang menjadi tumbuhan tersendiri

9
2. Pembentukan protonema sekunder. Beberapa sel tepi dari protonema dapat
bersifar meristimatik ( dapat membelah) dan membentuki filamen. Ujung
filamen berkembenag menjadi protonema sekunder yang selanjutnya
berkembang menjadi gametofit berdaun.
b. Genetik atau seksual
Anteredium yang telah masak berbentuk seperti bola dengan tangkai
bulat panjang yang melekat pada ujung cabang. Panjang tangkai mungkin
sama panjang dengan bagian berbentuk bola tadi. Tangkai biasanya setebal
dua lapis sel. Bagian berbentuk bola tersusun dari dinding anteridium (satu
lapis sel) yang membungkus suatu tongga berisi androsit ( sel bakal sperma).
Jika lingkungan cukup air, anteridium akan pecah pada bagian ujungnya dan
androsit dilepas. Ketika terkena air androsit mengalami metamorfosis menjadi
sperma yang terbentuk seperti spiral dengan dua flagel yang muncul dari
bagian anteriol.

Arkegonium sangat pendek, warnanya hijau dan sepintas lalu


bentuknya menyerupai tunas. Ukuran filoidanya lebih besar dan kaya dengan
kloroplas. Arkegonium dewasa terdiri dari tangkai yang panjang dan tubuh
arkegonium. Tubuh arkegonium terdiri dari bagia leher dan bagian perut yang
padat. Saluran leher berisi banyak sel saluran leher berisi banyak sel saluran
leher. Sel leher dan sel perut bersama-sama membentuk dinding arkegonium.
Rongga perut arkegonium berisi sebuah sel telur (ovum) yang terletak
dibawah, dan sebuah sel saluran perut yang terletak diatas ovum pada ujung
atas dinding anteridium terdapat dua sel penutup.

10
Bentuk sporifit pada sphagnum:

5. Andreaea
Reproduksi andreaea terutama secara seksual. Anteridium dan arkegonium
tumbuh pada cabang yang berlainan (autoicous). Anteredium maupun arkegonium
tumbuh mengerombol pada ujung cabang masing-masing, berselang seling dengan
parafisis. Ketiganya berkembang dari sel embrional atau sel apikal pada ujung
cabang masing-masing. Perkembangan anteridium dan arkegonium tidak berbeda
dengan tumbuhan lumut yang lain.

6. Funaria

11
Reproduksi vegetatif :
1. Pegadaan pada tahap protenema
Pragmen protenema tersusun dari sebuah sel yang hidup yang kemudian
berkembang menjadi gametofit baru.
2. Pembentukan protonema sekunder
Protonema juga dibentuk oleh setiap sel yang terlepas dari bagian batang ,
daun atau rhizoid. Sel-sel tersebut bila jatuh di tempat yang lembab akan
berkembang jadi protonema sekunder.
3. Gemmae
Adalah tunas kecil yang tumbuh dari se-sel ujung cabang protonema.
Reproduksi seksual
Alat kelamin jantan dan betina tumbuh dalam satu talus yang sama tetapi
pada cabang yang berbeda.

7. Polytrichum
Reproduksi vegetatif dengan cara :
1. Membentuk bulbil (tunas berbentuk seperti bola lampu) pada rhizoid.
2. Pengadaan protonema
3. Tunas-tunas pada protonema dapat membentuk sumbu tegak yang baru
Reproduksi seksual

12
Bersifat diecious (anteredium dan arkegonium tumbuh padd talus yang
berbeda.

BAB III

13
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa lumut merupakan kelompok tumbuhan kecil yang tumbuh
menempel pada berbagai jenis substrat. Substrat yang umum dapat di tumbuhi lumut
adalah pada pohon, kayu mati, kayulapuk, serasah, tanah dan batuan. Faktorlingkungan
yang mempengaruhi kehidupannya seperti, suhu, kelembaban dancahaya.Macam-macam
lumut ialah lumut daun/musci, Lumut hati (Hepaticeae) dan Lumut tanduk
(Anthocerotaceae).Reproduksi lumut bergantian antara seksual dengan aseksualnya,
reproduksi aseksualnyadengan spora haploid yang dibentuk dalam sporofit, sedangkan
reproduksi seksualnya dengan membentuk gamet-gamet, baik gamet jantan maupun
gamet betina yang dibentuk dalam gametofit.
3.2 Saran
Kurangnya refrensi yang relevan untuk penyelesain makalah ini menjadi kendala yang
cukup berpengaruh. Sehingga refrensi yang relevan perlu di perbanyak untuk lebih
menyempurnkan makalah ini. Saran yang membangun sangat penyusun harapkan agar
makalah yang akan kami susun selanjutnya dapat lebih baik dari sebelumnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

14
DAFTAR PUSTAKA

Ariyanti, Merjin M.B, Kuswata. K, Sri S.T, Guhardja, S. Robbert. G, 2008. Bryophytes on
tree trunks in natural forests, selectively logged Forests and cacao agroforests in
central sulawesi, Indonesia. Artical in Press Biological Conservation.
Gradstein, S.R. (2003). Ecology of Bryophuta. A Handout Lecture of Regional Training
Course On Biodeversity and Conservation of Bryophyta and Lichens. Bogor.
Indonesia.
Windadri, F. I. 2009.Keanekaragaman Lumut di Resort Karang Rajang, Taman Nasional
Ujung Kulon Banten.Jurnal Teknik Lingkunganvol:10 no 1, hal :19-25. BidangBotani,
Pusat Penelitian Bologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Jakarta.
Windadri, F. I. 2009.Keanekaragaman Lumut di Resort Karang Rajang, Taman Nasional
Ujung Kulon Banten.Jurnal Teknik Lingkungan vol:10 no 1, hal :19-25. Bidang
Botani, Pusat Penelitian Bologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI),
Jakarta.
Pandey, S.N and P.S trivendi, A textbook of botany. Volume II, Vikas Publishing House PTV
Ltd., New Delhi, 1997.
Smith, G.M., Cryptogamic Botany, Volume II, MeGraw Hill Book Co., New York, 1995.
Eashishta, B.R., Botany For Degree Students: Bryophyta, S, Chand and Company Ltd., New
Delhi, 1983.

15

Anda mungkin juga menyukai