DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1
3. Mirna (1713051411)
4. Murdi (1713051413)
Kelas : A.13
SINTANG
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami penjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, kerena atas
berkatnya kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul embriologi pada tumbuhan
lumut. Tugas ini disusun sebagai salah satu tugas wajib yang diperlukan untuk tugas
terstruktur mata kuliah embriologi tumbuhan. Makalah ini disusun berdasarkan data-data dan
informasi yang diperoleh dari media, buku dan beberapa studi pustaka.
Makalah ini disusun dengan maksud untuk memberikan pedoman dan arahan kepada
para mahasiswa agar mereka lebih mudah, lebih lengkap lebih jelas dan kronologis mengerti
dan memahami tentang Konsep embriologi pada tumbuhan lumut. Kami telah berusaha
semaksimal mungkin dan menyadari sepenuhnya atas segala keterbatasan kemampuan dalam
menulis makalah ini. Jika ada kelemahan atau kesalahan dalam makalah ini kami bersedia
menerima segala kritikan dan saran dari semua pihak. Akhir kata semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan menambah pengatahuan bagi kita semua.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Cover
KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.3 Tujuan.......................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan...............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Pergiliran Keturunan / Metagenesis Tumbuhan Lumut
1) fase gametofit : fase tumbuhan lumut yang menghasilkan gamet (sel kelamin).
Sel kelamin dihasilkan di bagian atas tumbuhan lumut pada struktur bernama
gametangium. Bila gametangium menghasilkan sel spermatozoid maka gametangium
di sebut anteridium Dan bila gametangiun menghasilkan sel ovum, maka
gametangium di sebut arkegonium
2) Fase sporofit : fase tumbuhan lumut yang menghasilkan spora
3
lumut, mereka terlahir pada tanaman yang sama. Pada pengairan, sperma dari
antheridia berjalan ke archegonia dan terjadi fertilisasi, mengawali produksi sporofit
diploid. Sperma lumut adalah biflagellate, mereka memiliki dua flagella yang
membantu sebagai daya pendorong.Tanpa air, fertilisasi tidak dapat terjadi. Setelah
fertilisasi, sporofit mandul didorong keluar dari archegonial venter. Ini membutuhkan
kira-kira seperempat sampai setengah tahun untuk sporofit untuk matang. Badan
sporofit terdiri dari gagang panjang, disebut seta, dan capsule disebut operculum.
Kapsul dan operculum terlapisi oleh kaliptra yang merupakan sisa archegonial venter.
Kaliptra biasanya mengecil/berkurang ketika kapsul matang. Di dalam kapsul, sel-sel
pereproduksi spora mengalami meiosis untuk membentuk spora haploid, dimana
siklus dapat berjalan lagi. Mulut capsule biasanya dikelilingi oleh set gigi disebut
peristome. Ini mungkin tidak terjadi pada beberapa lumut.Pada beberapa lumut,
struktur vegetatif hijau disebut gemmae yang diproduksi pada tangkai atau cabang,
yang bisa merusak dan membentuk kembali tanaman tanpa perlu melalui fertilisasi.Ini
disebut dengan reproduksi asexual.
Pada tumbuhan lumut terdapat tujuh jenis Lumut yang mana Anteridium dan
Arkegonuim serta bentuk spora yang berbeda-beda
1. Riccia
Riccia mulai berproduksi jika telah mencapai tahap dewasa. Caranya dibedakan
menjadi vegetatif dan reproduksi seksual.
a. Reproduksi Vegetatif
- Fragmentasi, tergantung usia sel-sel vegetatif, jika sel penyususun talus
mati karena telah tua maka talus muda akan terlepas dan selanjutnya
tumbuh dan membentuk talus baru.
- Cabang-cabang Adventif
Cabang-cabang adventif yang tumbuh pada bidang tengah talus
dipermukaan ventral.
4
b. Reproksi seksual
Anteridium berkembang dari sebuah sel initial(bakal) sel ini membesar
dan menjulur kemudian membelah secara transvesal menjadi sel atas dan sel
bawah. Sel bawah mengalami beberapa kali pembelahan dan akan menjadi
dasar penempelan tangkai anteridium. Sel atas membesar dan membelah
secara transversal menjadi sel anteridium primer dan sel tangkai primer. Sel
anteridium primer membelah dua kali sehimgga menghasilkan 4 sel, lalu
diikuti dengan pembelahan periklinal sehingga terdapat kelompok sel. Sel- sel
initial dinding anteridium yang terletak ditepi, dan sel-sel androgonial primer
yang berada didalam. Kelompok sel pertama membelah beberapa
kalimembentuk dinding antredium, sedangkan sel-sel androgonial primer juga
membelah berulang kali membentuk sel androgonial. Sel ini terus membelah
membentuk sel-sel induk sperma atau sel-sel induk androsit atau sperma tosit.
5
enam deret yang dibawah merupakan bakal sel-sel perut. Sementara itu axial
primer membelah menjadi 2 : sel tutup primer (yang diatas) dan sel sentral
(yang didalam) yang pertama membelah dua kali membentuk 4 sel penutup
sedangkan sel-sel sentral menjadi sel saluran leher primer (yang diatas) dan sel
perut primer(yang dibawah).
2. Marchantia
Reproduksi marchantia dapat dibedakan menjadi vegetatif dan seksual
a. Reproduksi vegetatif
Reproduksi vegetatif pada prinsipnya melalui proses seperti yang terjadi pada
riccia
b. Reproduksi seksual
Alat kelamin anteredium atau arkegonium tumbuh pada ujung
gametangiofor tepatnya pada bagian resep-takel. Gametangiofor itu sendiri
merupan hasil pertumbuhan vertikal dari sebuah sel apikal pada takik
talus.Anteredium tumbuh didalam ruang anteridium yang tertanam pada
6
permukaan pada setiap lobus, dalam susunan akropetal. Pada permukaan atas
anteredium terdapat lubang (ostiole). Anteredium tumbuh dan berkembang
dari sebuah sel dibelakang titik tumbuh pada lobus reseptakel.
7
3. Anthoceros
Reproduksi Anthoceros dapat dibedakan menjadi reproduksi vegetatif dan
reproduksi seksual:
a. Reproduksi vegetatif
Prosesnya sama dengan yang terjadi pada riccia. Fragmentasi jaranng terjadi
( tidak umum ) pada Anthoceros
b. Reproduksi seksual
Anteridium anthocerus terbentuk ( tunggal atau berkelompok) didalam
rongga yang tertutup (rongga anteridium) pada permukaan dorsal talus. Oleh
sebab itu anteridium dikatakan dibentuk secara endogeneus. Anteridium
dibentuk dari sebuah sel yang berkaitan dengan tiyik tumbuh pada permukaan
dorsal talus. Sel ini memiliki protoplasma yang padat dan sebuah inti. Sel
tersebut membelah periklinal menjadi dua: sel initial anteridium yang terletak
didalam, dan sel initial atau ruang anteridium. Yang pertama berkembang
menjadianteridium, dan yang kedua akan membentuk dua lapis atap ruang
anteridium. Selanjutnya kedua sel tersebut memisah satu sama lain, dan ruang
pemisah antara keduanya di isi mucilage (lendir). Sel-sel disekitar sel initial
anteridium akan mengerut sehingga ruang yang berisa lendir semakin
bertambah luas dan akhirnya menjadi ruang anteridium. Proses pembentukan
anteridium secra umum tidak berbeda dengan yang terjadi pada marchantia.
Anteridium yang telah masuk berbentuk seperti raket dengan tangkai yang
pendek atau panjang. Tubuh anteridium tersusun dari selapis sel dinding
anteridium yang menyelubungi masa androsit. Setiap sel androsit mengalami
metamorfosis menjadi spertozoa yang berflagel dua.
8
saluran leher primer (bawah). Sel initial penutup selanjutnya membelah dua
kali membentuk empat sel penutup pada bagian apex arkegonium.
4. Sphagnum
Reproduksi sphagnum dibedakan menjadi reproduksi vegetatif dan reproduksi
seksual:
a. Reproduksi Vegetatif
1. Pemisahan sumbu tidak dari ”berkas” / kelompok sumbu yang selanjutnya
tumbuh/ berkembang menjadi tumbuhan tersendiri
9
2. Pembentukan protonema sekunder. Beberapa sel tepi dari protonema dapat
bersifar meristimatik ( dapat membelah) dan membentuki filamen. Ujung
filamen berkembenag menjadi protonema sekunder yang selanjutnya
berkembang menjadi gametofit berdaun.
b. Genetik atau seksual
Anteredium yang telah masak berbentuk seperti bola dengan tangkai
bulat panjang yang melekat pada ujung cabang. Panjang tangkai mungkin
sama panjang dengan bagian berbentuk bola tadi. Tangkai biasanya setebal
dua lapis sel. Bagian berbentuk bola tersusun dari dinding anteridium (satu
lapis sel) yang membungkus suatu tongga berisi androsit ( sel bakal sperma).
Jika lingkungan cukup air, anteridium akan pecah pada bagian ujungnya dan
androsit dilepas. Ketika terkena air androsit mengalami metamorfosis menjadi
sperma yang terbentuk seperti spiral dengan dua flagel yang muncul dari
bagian anteriol.
10
Bentuk sporifit pada sphagnum:
5. Andreaea
Reproduksi andreaea terutama secara seksual. Anteridium dan arkegonium
tumbuh pada cabang yang berlainan (autoicous). Anteredium maupun arkegonium
tumbuh mengerombol pada ujung cabang masing-masing, berselang seling dengan
parafisis. Ketiganya berkembang dari sel embrional atau sel apikal pada ujung
cabang masing-masing. Perkembangan anteridium dan arkegonium tidak berbeda
dengan tumbuhan lumut yang lain.
6. Funaria
11
Reproduksi vegetatif :
1. Pegadaan pada tahap protenema
Pragmen protenema tersusun dari sebuah sel yang hidup yang kemudian
berkembang menjadi gametofit baru.
2. Pembentukan protonema sekunder
Protonema juga dibentuk oleh setiap sel yang terlepas dari bagian batang ,
daun atau rhizoid. Sel-sel tersebut bila jatuh di tempat yang lembab akan
berkembang jadi protonema sekunder.
3. Gemmae
Adalah tunas kecil yang tumbuh dari se-sel ujung cabang protonema.
Reproduksi seksual
Alat kelamin jantan dan betina tumbuh dalam satu talus yang sama tetapi
pada cabang yang berbeda.
7. Polytrichum
Reproduksi vegetatif dengan cara :
1. Membentuk bulbil (tunas berbentuk seperti bola lampu) pada rhizoid.
2. Pengadaan protonema
3. Tunas-tunas pada protonema dapat membentuk sumbu tegak yang baru
Reproduksi seksual
12
Bersifat diecious (anteredium dan arkegonium tumbuh padd talus yang
berbeda.
BAB III
13
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa lumut merupakan kelompok tumbuhan kecil yang tumbuh
menempel pada berbagai jenis substrat. Substrat yang umum dapat di tumbuhi lumut
adalah pada pohon, kayu mati, kayulapuk, serasah, tanah dan batuan. Faktorlingkungan
yang mempengaruhi kehidupannya seperti, suhu, kelembaban dancahaya.Macam-macam
lumut ialah lumut daun/musci, Lumut hati (Hepaticeae) dan Lumut tanduk
(Anthocerotaceae).Reproduksi lumut bergantian antara seksual dengan aseksualnya,
reproduksi aseksualnyadengan spora haploid yang dibentuk dalam sporofit, sedangkan
reproduksi seksualnya dengan membentuk gamet-gamet, baik gamet jantan maupun
gamet betina yang dibentuk dalam gametofit.
3.2 Saran
Kurangnya refrensi yang relevan untuk penyelesain makalah ini menjadi kendala yang
cukup berpengaruh. Sehingga refrensi yang relevan perlu di perbanyak untuk lebih
menyempurnkan makalah ini. Saran yang membangun sangat penyusun harapkan agar
makalah yang akan kami susun selanjutnya dapat lebih baik dari sebelumnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
14
DAFTAR PUSTAKA
Ariyanti, Merjin M.B, Kuswata. K, Sri S.T, Guhardja, S. Robbert. G, 2008. Bryophytes on
tree trunks in natural forests, selectively logged Forests and cacao agroforests in
central sulawesi, Indonesia. Artical in Press Biological Conservation.
Gradstein, S.R. (2003). Ecology of Bryophuta. A Handout Lecture of Regional Training
Course On Biodeversity and Conservation of Bryophyta and Lichens. Bogor.
Indonesia.
Windadri, F. I. 2009.Keanekaragaman Lumut di Resort Karang Rajang, Taman Nasional
Ujung Kulon Banten.Jurnal Teknik Lingkunganvol:10 no 1, hal :19-25. BidangBotani,
Pusat Penelitian Bologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Jakarta.
Windadri, F. I. 2009.Keanekaragaman Lumut di Resort Karang Rajang, Taman Nasional
Ujung Kulon Banten.Jurnal Teknik Lingkungan vol:10 no 1, hal :19-25. Bidang
Botani, Pusat Penelitian Bologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI),
Jakarta.
Pandey, S.N and P.S trivendi, A textbook of botany. Volume II, Vikas Publishing House PTV
Ltd., New Delhi, 1997.
Smith, G.M., Cryptogamic Botany, Volume II, MeGraw Hill Book Co., New York, 1995.
Eashishta, B.R., Botany For Degree Students: Bryophyta, S, Chand and Company Ltd., New
Delhi, 1983.
15