Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan makalah
ini. Walaupun berbagai hambatan dan permasalahan, rencana untuk menyusun makalah ini
dapat terwujud juga.

Kami sadar makalah ini masih jauh dari sempurna. Tidak sedikit ide, saran, dan
kritik yang telah diberikan menjadi masukan bagi kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Oleh karena itu, kami mengharapkan ide, kritik, dan saran yang membangun atas isi makalah.
Masukan tersebut akan dengan senang hati kami terima guna perbaikan di kemudian hari.

Akhirnya, semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan kepada pembaca


sekalian dan Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan petunjuk dan bimbingan-Nya pada
kita semua.

Bone-Bone,15 November 2016


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………..

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………..

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Takson dan Klasifikasi Tumbuhan Paku…………………………………………………

2.2 Tumbuhan Paku (Pteridophyta)…………………………… ………………………….

2.3 Struktur Tumbuhan Paku……………………………………………………………….

2.4 Daur Hidup Tumbuhan Paku………………………………………………….. ………..

2.4.1 Generasi Sporofit……………………………………………………………………….

2.4.2 Generasi Gametofit…………………………………………………………………….

2.5 Manfaat Tumbuhan Paku……………………………………………………………….

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………

3.2 Saran…………………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………….


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tumbuhan paku (Pteridophyta) dapat digolongkan sebagai tumbuhan tingkat rendah, karena
meskipun tubuhnya sudah jelas mempunyai kormus, serta mempunyai sistem pembuluh
tetapi blm menghasilkan biji, dan alat perkembangbiakan yang lain. Alat perkembangbiakan
tumbuhan paku yang utama adalah spora. Jadi penempatan tumbuhan paku ke dalam
golongan tingkat rendah atau tinggi bisa berbeda-beda tergantung sifat yang digunakan
sebagai dasar. Jika didasarkan pada macam alat perkembangbiakannya, maka sebagai
tumbuhan berspora tergolong tumbuhan tingkat rendah. Namun, jika didasarkan pada ada
atau tidaknya sistem pembuluh, tumbuhan paku dapat digolongkan sebagai tumbuhan tingkat
tinggi karena sudah mempunyai berkas pembuluh (Tjitrosoepomo,1994).

Meskipun tumbuhan paku mempunyai akar, batang dan daun, tetapi untuk yang primitif
daunnya masih sangat sederhana. Tumbuhan paku belum mempunyai lamina dan masih
dinamakan mikrofil. Anggota dari Pteridophyta mempunyai habitus yang heterogen, dari
yang berukuran kecil sampai yang besar (Tjitrosoepomo,1994).

Sebagai tumbuhan tingkat rendah, Pteridophyta lbih maju dari pada Bryophyta karena sudah
mempunyai berkas pembuluh. Sporofitnya hidup bebas dan berumur panjang, sudah ada akar
sejati, dan sebagian sudah merupakan tumbuhan heterospor (Tjitrosoepomo,1994).

Sementara itu, ahli taksonomi yang lain (Eichler,1883) juga membagi tumbuhan menjadi dua
kelompok berdasarkan atas letak alat-alat kelaminnya, yaitu:

Cryptogamae: Tumbuhan yang alat perkawinannya tersembunyi di dalam. Yang termasuk


kelompok ini adalah Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta dan Pteridophyta. Kelompok ini
juga bisa dianggap sebagai golongan tumbuhan tingkat rendah.
Phanerogamae: Tumbuhan yang alat perkawinannya terihat mencolok. Yang termasuk
kelompok ini adalah Spermatophyta yang juga dapat dianggap sebagai golongan tumbuhan
tingkat tinggi.

Selanjutnya kelompok Cryptogamae itu sendiri dapat dibedakan menjadi dua golongan yang
didasarkan atas ada atau tidaknya sistem pembuluh, yaitu:

Non-vascular Cryptogamae, termasuk dalam golongan ini yaitu Schizophyta, Thallophyta


dan Bryophyta.
Vascular Cryptogamae, termasuk dalam golongan ini yaitu Pteridophyta.

Seperti halnya dengan Bryophyta, di dalam siklus hidup Pteridophyta juga terdapat
pergantian generasi. Individu yang menghasilkan gamet diberi nama gametofit dan
merupakan generasi yang haploid. Setelah terjadi fertilisasi akan terbentuk zigot yang
merupakan permulaan dari keturunan (generasi) yang diploid. Kemudian dari sini terbentuk
individu yang diploid dan diberi nama sporofit. Sporofit merupakan individu yang
menghasilkan spora melalui pembelahan reduksi. Jadi, spora ini merupakan permulaan dari
generasi yang haploid. Dari spora ini akan terbentuk protalium (protalus) melalui
perkecambhan dari spora (Suisetijiono,2011).
Perbedaannya dengan Bryophyta ialah, pada tumbuhan paku yang dikenal sebagai
tumbuhannya adalah aporofit, sedangkan pada tumbuhan lumut, yang dikenal sebagai
tumbuhannya adalah gametofit. Kemudian beberapa tumbuhan paku ada yang bersifat
heterospor sehingga dijumpai adanya makrogametofit dan mikrogametofit. Selain dari pada
itu sporofit dari tumbuhan paku dapat hidup bebas, hanya pada tingkatan permulaan dari
pertumbuhannya saja bergantung secara fisiologis dan gametofit (Sulisetijono,2011).

Pada Pteridophyta juga dimungkinkan terjadi penyimpangan dari siklus hidup yang normal,
yaitu adanya peristiwa apogami dan apospori. Apogami ialah terbentuknya sporofit langsung
dari gametofit tanpa melalui persatuan dari gamet-gamet. Sporofit yang terjadi dari peristiwa
apogami mempunyai jumlah kromosom yang sama dengan gametofit. Terjadinya apogami
disebabkan karena terbentuknya tunas pada protalium yang langsugn tumbuh menjadi
sporofit, atau karena sel telur yang tumbuh menjadi sporofit tanpa terjadi fertilisasi terlebih
dahulu (partogenesis). Peristiwa apogami ini dapat terjadi pada jenis Dryopteris, Pteris,
Adiantum, diplazium, Asplenium, Osmunda, Lycopodium, Equisetum dan Polypodium
(Sulisetijono,2011).

Apospori ialah terbentuknya protalium dari sporofit tanpa melalui pembentukan spora.
Protalium yang terjadi dari peistiwa apospori juga mempunyai jumlah kromosom yang sama
dengan sporofit. Terjadinya apospori dapat disebabkan karena timbulnya filamen dari
jaringan sporofit yang kemudian menjadi protalium serta hanya membentuk anteridium
karena biasanya tidak membentuk arkegonium, atau disebabkan karena jaringan sporofit yang
dapat membentuk protalium tadi kemungkinan dari tangkai sporangium, dari daun dan juga
dari jaringan steril pada sorus. Peristiwa apospori dapat terjadi pada jenis Trichomanes,
Pteridium aquilium, Asplenium demorphum, Osmunda regalis, Osmunda javanica, Tectaria
trifoliata da Pteris cretica (Sulisetijono,2011).

Tumbuhan paku dimasukkan dalam divisi tersendiri yaitu Pteridophyta, yang dapat
dibedakan atas beberapa kelas yaitu Psilophytineae, Lycopodiineae, Equisetanae, dan
Filicanae. Tippo (1942) dalam Pandey (1977), memasukkan tumbuhan paku daam
Tracheophyta bersama Gymnospermae dan Angiospermae (Smith,1972).

Lycopsida, Sphenopsida dan Pteropsida. Wardlaw (1955) dalam Pandey (1977) sependapat
dengan Tippo, akan tetapi berdasarkan International Rules of Botanical Nomenclature, istilah
filum dan sub-filum digunakan dalam zoologi, maka empat sub-filum tersebut dimasukkan
dalam e,pat sub-divisi dengan nama tetap seperti yang telah disebut di atas. Sedangkan
menurut Smith (1972) dan Vasisht (1972), paku-pakuan terbagi atas empat divisi, yaitu
Psilophyta, Lepidophyta atau Lycophyta, Calamophyta atau Sphenophyta atau Arthrophyta
dan Pterophyta atau Filicophyta (Smith,1972).

Menurut Backer (1939), berdasarkan habitatnya, tumbuhan paku dibedakan menjadi tiga
kelompok yaitu:

Paku Tanah

Tumbuhan yang termasuk dalam kelompok ini iaah paku-pakuan yang hidup di tanah,
tembok dan tebing terjal. Holtum (1968) merinci paku tanah menjadi dua bagian yaitu:

1. Paku Pemanjat, Tumbuhan ini mempunyai rimpang yang ramping dan panjang,
berakar dalam tanah,memanjat pohon tapi tidak epifit. Beberapa contohnya adalah Bolbitis
heteroclita Ching, Lomagramma J. Smith, Teratophyllum Mettenius, Lindsaya macracana.
2. Paku batu-batuan dan tebing sungai, Tumbuhan paku jenis ini tumbuh pada batu-
batuan atau pada tebing sungai, menyukai kelembaban. Rimpangnya menjalar pada
permukaan batuan dan akar-akarnya masuk ke celah-celah batu. Contohnya yaitu Pteris
sericea Ching, Dipteris lobbiana (Hk.) Moore, Lindsaya lucida Bl., L. Nitida Bl.

Paku Epifit

Jenis tumbuhan ini hidup pada tumbuhan lain, terutama yang berbentuk pohon. Holtum
(1968) membagi paku epifit menjadi dua macam yaitu:

Epifit pada tempat-tempat terlindung, tumbuhan ini tumbuh pada bagian bawah pohon di
hutan terutama dekat aliran air atau di tempat-tempat yang dibayangi pegunungan. Contohnya
antara lain anggota Hymenophyllaceae, Antrophyum callifolium Bl., Asplenium tenerum
Forst.
Epifit pada tempat-tempat terbuka, tumbuhan ini terdapat pada tempat yang terkena sinar
matahari langsung atau agak teduh dan tahan terhadap angin. Contohnya antara lain: Drynaria
J. Smith, Asplenium nidus L., Platycerium Desvaux, Pyrrosia Mirbel, Drymoglossum Presl.

Paku Akuatik

Tumbuhan yang termasuk kelompok ini mengapung bebas di permukaan air. Contohnya ialah
anggota famili Salviniaceae dan Marsileaceae.

Selain itu terdapat juga tumbuhan paku yang sebagian hidupnya berada pada air, misalnya
Acrosticum aureum L. Pada daerah mangrove Tectaria semibinnata (Wall.) C. Chr. Pada
daerah pasang surut, Ceratopteris thalictroides Brongn. Pada perairan dangkal.

Hampir semua paku-pakuan adalah herba atau agak berkayu. Tetapi ada pula yang berupa
pohon, misalnya pada anggota Cyatheaceae (Haupt, 1953). Pada umumnya akar dari
tumbuhan paku adalah serabut yang bercabang-cabang secara dikotom. Ada pula yang
bercabang monopodial atau tidak bercabang. Namun tidak semua tumbuhan paku mempunyai
akar, misalnya pada bangsa Psilotales, fungsi akarnya digantikan oleh rizoid.

Letak akar dari tumbuhan paku bermacam-macam, antara lain pada sepanjang bagian bawah
rimpang yang menjalar, misalnya Lycopodium, pada seluruh permukaan rimpang, misalnya
pada Pteris biaurita, pada pangkal rimpang yang tegak, misalnya Adiantum, pada bawah buku
dan hanya kadang-kadang saja pada ruasnya, misalnya Marsilea crenata. Akar pada
Selaginellales terbentuk pada ujung rizofora yaitu percabangan dari batang utama yang tidak
berdaun, selain itu juga dari pangkal hipokotil atau langsung dari batang (Haupt,1959).

Bentuk akar ada yang tipis, keras atau kasar, ada pula yang tebal dan berdaging, misalnya
pada bangsa Marattiales. Warnanya ada yang hitam atau coklat tua (Vasishta,1972).

Semua batang tumbuhan paku cenderung berupa rimpang karena pada umunya arah
tumbuhnyamenjalar atau memanjat, meskipun ada yang tegak, misalnya pada Cyatheaceae.
Diantara beberapa jenis tumbuha paku (yang termasuk Equisetaceae, Lycopodiaceae, dan
Psilotaceae), disamping mempunyai rimpang juga mempunyai cabang dengan arah tumbuh
tegak atu menggantung. Sedangkan batang pada Selaginellaceae arah tumbuhnya menjalar
atau tegak (Backer,1939).
Permukaan tumbuhan paku tidak selalu halus, tetapi kadang dihiasi dengan bentukan tertentu.
Diantara bentukan tersebut yaitu:

Duri, misalnya pada Teratophillum Mettenius


b. Rambut-rambut uniseluler, misanya pada Selaginella braunii, S. biformis, S. vogelii.
c. Ramenta, Bentukan seperti rambut yang terletak pada rimpang atau sering pula pada
tangkai daun, tulang dan urat daun, juga dapat berbentuk perisai, misalnya pada Lycopodium
L.
d. Lapisan lilin yang berwarna putih atau kebiruan, misalnya pada Davallia corniculata
e. Lubang-lubang yang biasanya ditempati semut
f. Sisa-sisa tangkai

Daun tumbuhan paku terbagi menjadi bermacam-macam bagian. Berdasarkan tulang


daunnya, dapat dibedakan:

Sisik, daun ini tidak mempunyai tulang daun meskipun pada pangkal masing-masing daun
dihubungkan dengan jaringan pembuluh, mislanya anggota Psilotales.
Mikrofil, daun ini mempunyai tulang daun tunggal tak bercabang dari pangkal ke ujung,
misalnya anggota Lycopodiales, Selaginellales dan Equisetaceae.
Makrofil/ Megafil, daun ini mempunyai tulang daun dengan sistem percabangan baik
terbuka atau tertutup.

Menurut Tjitrosoepomo (1981) beradasarkan fungsinya, daun tumbuhan paku dibedakan


menjadi dua, yaitu:

a) Tropofil (daun steril), daun yang hanya berfungsi untuk fotosintesis.

b) Sporofil (daun fertil), yang fungsi utamanya adalah menghasilkan sporangium. Biasanya
hampir semua sporofil juga berfungsi sebagai organ untuk fotosintesis.

Daun tumbuhan paku mempunyai bentuk yang khas, yang berbeda dengan tumbuhan lain,
sehingga biasa disebut ental (frond). Tangkai enta disebut tangkai (stipe) untuk membedakan
dari tangkai yang lain. Bagian pipih ental sering disebut lamina yang bisa berbentuk tunggal
atau terbagi-bagi menjadi beberapa atau banyak anak daun yang tersusun menjari atau
sebagian besar menyirip. Tiap anak daun yang menyirip disebut dengan sirip (pinna) dan
poros tempat sirip berada disebut rakis (rachis).Tepi anak daun yang terbagi oleh tulang daun
di sisi yang menuju ujung ental disebut akroskopi, yang menuju pangkal ental disebut
basiskopi (Holttum,1968).

Berdasarkan ukuran daunnya, tumbuhan paku dibagi menjadi 2 macam, yaitu:

a) Isofil, yaitu daun-daun yang mempunyai ukuran sama atau serupa.

b) Anisofil, yaitu daun-daunnya terdiri dari 2 ukuran yaitu yang satu lebih besar dari yang
lain.

Pada beberapa tumbuhan paku, selain memiliki ciri umum, juga memiliki ciri khusus, antara
lain yaitu:
Vernasi bergelung, daun mudanya menggelung, yang akan membuka jika telah dewasa,
akibat lebih lambatnya pertumbuhan permukaan atas dari pada permukaan pada
perkembangan awalnya.
Dimorfisme, antara tropofil dan sporofil terdapat dalam satu individu, berbeda bentuk dan
ukurannya saja.
Daun tereduksi, terdapat pada daun yang majemuk menyirip.
Daun sarang, daun ini berukuran cukup kecil, cepat kehilangan hijau daun dan fungsi
asimilasinya.
Ligula, Pada bagian bawah daun Pada Selaginella terdapat suatu lembaran kecil yang
disebut lidah (ligula) yang berfungsi sebagai penghisap air
Daun penumpu, pada pangkal tangkai daun dari Marattiaceae terdapat sepasang lembaran
yang disebut daun penumpu.

Setelah mengetahui ciri umum dan ciri khusus dari tumbuhan paku, maka akan dapat
dilakukan sebuah pengamatan tumbuhan paku. Pada pengamatan kali ini, pengamatan
dilakukan di Coban Talun, Malang. Pengamatan ini dilakukan pada tangga 18 Maret 2012.
Pengamatan ini dilakukan untuk mengetahui keragaman jenis tumbuhan paku yang ada di
Coban Talun.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Takson dan Klasifikasi Tumbuhan Paku

Dalam klasifikasi, makhluk hidup yang jumlahnya banyak dan beraneka ragam,
dipilah dan dikelompokkan atau disusun tingkatan-tingkatannya dalam klasifikasi disebut
takson. Sedangkan taksonomi adalah cabang biologi yang mempelajari pengelompokan atau
klasifikasi makhluk hidup. Klasifikasi makhluk hidup adalah suatu cara memilah-milah dan
mengelompokkan makhluk hidup menjadi golongan-golongan tertentu atau unit-unit tertentu.
Berikut adalah skema klasifikasi dunia tumbuhan.

Klasifikasi organisme sampai saat ini belum ada keseragaman. Masing-masing ahli
mempunyau alasan-alasan tersendiri dalam mengklasifikasikan organisme, sehingga setiap
buku banyak perbedaan dalam menyusun klasifikasi.

Secara tradisional, Pteridophyta mencakup semua kormofita berspora, kecuali lumut hati,
lumut tanduk, dan tumbuhan lumut. Selain paku sejati (kelas Filicinae), termasuk di
dalamnya paku ekor kuda (Equisetinae), rane dan paku kawat (Lycopodinae), Psilotum
(Psilotinae), serta Isoetes (Isoetinae). Sampai sekarang pun ilmu yang mempelajari
kelompok-kelompok ini disebut pteridologi dan ahlinya disebut pteridolog.

Sampai saat ini para ahli mengelompokkan tumbuhan menjadi empat divisi yaitu Thallophyta
(tumbuhan bertalus), Bryophyta (lumut), Pteridophyta (tumbuhan paku), dan Spermatophyta
(tumbuhan berbiji). Disamping itu, ada beberapa ahli yang membedakan tumbuhan
berdasarkan ada atau tidak adanya berkas pembuluh angkut. Berdasarkan klasifikasi tersebut,
tumbuhan secara umum dibagi menjadi dua divisi, yaitu tumbuhan tidak berpembuluh
(Thallophyta) dan tumbuhan berpembuluh (Tracheophyta). Tumbuhan tidak berpembuluh
tidak memiliki akar, batang, daun sejati. Sedangkan tumbuhan berpembuluh memiliki akar,
batang, dan daun sejati. Tumbuhan tidak berpembuluh meliputi tumbuhan lumut, sedangkan
tumbuhan berpembuluh meliputi tumbuhan paku dan tumbuhan biji.

Tumbuhan paku termasuk ke dalam kingdom Plantae (tumbuhan) dan memiliki beberapa
kelas, yaitu Psilophytinae, Equisetinae, Lycopodinae, dan Felicinae

2.1.1 Kelas : Psilophytinae

Tidak ada daun dan akar, tetapi mempunyai rizom (batang mendatar), atau memiliki daun
tetapi kecil-kecil. Golongan paku ini sudah hampir punah. Kebanyakan hidup di zaman purba
dan ditemukan dalam bentuk fosil. Hanya ada satu jenis yang sekarang masih ada, tetapi
hampir punah yaitu Psilotum. Psilotum banyak terdapat di daerah tropis dan subtropis
. Ordo : Psilotales

Famili : Psilotaceae

Genus : Psilotum

Spesies : Psilotum nudum (paku purba)

2.1.2 Kelas: Equisetinae

Paku yang merupakan peralihan antara yang homospora dengan heterospora equisetum
debile. Kelas Equisetinae memiliki ciri batangnya beruas, berbuku, dan berongga, daun kecil-
kecil seperti sisik, terletak melingkar pada buku-buku. Sporangiumnya melekat pada sporofil
yang berbentuk perisai dan bertangkai. Sporofil tersusun menjadi strobilus yang letaknya
diujung percabangan. Batangnya dapat bercabang. Cabang duduk mengitari batang utama.
Batangnya berwarna hijau dan mengandung klorofil.

Ordo : Equisetales

Famili : Equisetaceae

Genus : Equisetum

Spesies : Equisetum debile (paku ekor kuda)

2.1.3 Kelas : Lycopodinae

Berupa daun kecil tersusun rapat dan tersusun spiral, sporangium muncul di ketiak daun dan
berkumpul membentuk strobilus (kerucut), batangnya bercabang-cabang dan seperti kawat.
Sporofit bentuk jantung, punya sporangium bentuk ginjal sebagian anggotanya termasuk
paku heterospora. Akar bercabang menggarpu, terletak di sepanjang bagian bawah dari
rimpang. Tumbuh tegak atau berbaring dengan cabang-cabang menjulang ke atas. Cabang-
cabang tertutup oleh daun. Memiliki berkas pengangkut yang masih sederhana

Ordo : Lycopodiales

Famili : Licopodiaceae

Genus : Lycopodium (paku kawat)

Spesies : Lycopodium clavantum, Lycopidium cernatum, dan Selaginella widenowii (Paku


rane)

2.1.4 Kelas : Felicinae


Paku sejati dikenal sebagai tumbuhan paku yang sebenarnya dan dapat dilihat di sekitar kita,
yang umumnya disebut pakis. Paku sejati memiliki banyak tulang daun dan mempunyai
makrofil (daun besar), serta mesofil (daging daun). Memiliki daun ukuran lebih besar.
Sporangium tersusun dalam bentuk sorus di permukaan daun. Letak sorus di permukaan daun
(atas, bawah), di ujung/di tepi. Paku sejati ada yang tumbuh di darat, air, atau rawa-rawa.
Kelompok yang hidup di darat meliputi jenis paku dari yang terkecil sampai yang terbesar
(berupa pohon), misalnya suplir, paku sarang burung dan paku tiang. Kelompok yang hidup
di air misalnya paku air, paku sampan, dan semanggi.

– Subkelas : Eusporangiatae

Sporangium mempunyai dinding tebal dan kuat yang terdiri atas beberapa lapis sel, spora
sama besar. Kelas ini meliputi tumbuhan paku menurut pengertian kita sehari-hari, yang telah
mempunyai makrofil dengan tulang-tulang daun dan mesofil di antaranya.

Ordo : Marattiales

Famili : Marattiaceae

Genus : Christensenia

Spesies : Christensenia Aesculifolia

Ordo Ophioglossales

Genus : Ophioglossum

Spesies : Ophioglossum reticulum

– Subkelas : Leptosporangiatae

Famili : Schizaeaceae

Spesies : Lygodium circinnatum

Famili : Gleicheniaceae

Spesies : Gleicenia linearis (paku resam)

Famili : Hymenophyaceae

Spesies : Hymenophillum australe

Famili : Cyatheaceae

Spesies : Alsophlia glauca (paku tiang)

Famili : Davalliceae

Spesies : Davallia trichomanoides


Famili : Aspidiaceae

Spesies : Aspidium filix-mas

Famili : Aspleniaceae

Spesies : Asplenium nidus (paku sarang burung)

Famili : Pteridaceae

Spesies : Adiantum cuneatum (suplir)

Famili : Polypodiaceae

Spesies : Drymoglossum heterophyllum (paku picis)

Famili : Arcrostichaceae

Spesies : Acrostichum aureum (paku laut), Platycerium bifurcatum (paku tanduk rusa)

– Subkelas : Hydropterides

Famili : Salviniaceae

Spesies : Salvinia natans (paku sampan)

Famili : Marsileaceae

Spesies : Marsilea crenata (semanggi)

2.2 Tumbuhan Paku (Pteridophyta)

Tumbuhan paku (Ptridophyta) diduga merupakan tumbuhan berkormus tertua yang menghuni
daratan bumi. Fosil tumbuhan paku dijumpai pada batu-batuan zaman Karbon, diperkirakan
berasal dari 345 juta tahun yang lalu. Ada yang hidup sebagai saprofit dan ada pula sebagi
epifit. Paku menyukai tempat lembab (higrofit), tumbuhnya mulai dari pantai (paku laut)
sampai sekitar kawah-kawah (paku kawah).
Tumbuhan berkormus adalah tumbuhan yang memiliki batang, akar dan daun yang
sebenarnya. Artinya, batang, akar dan daunnya sudah memiliki pembuluh angkut xylem dan
floem.

Total spesies yang diketahui hampir 10.000 (diperkirakan 3000 di antaranya tumbuh di
Indonesia sebagian besar tumbuh di daerah tropika basah yang lembab., yang juga dikenal
sebagai masa keemasan tumbuhan paku karena merajai hutan-hutan di bumi. Tumbuhan paku
tidak menghasilkan biji, tetapi menghasilkan spora. Spora dihasilkan oleh daun, biasanya
pada permukaan bawah daun. Daun yang masih muda menggulung. Mengapa disebut
tumbuhan paku disebut juga tumbuhan berkormus? Hal ini dikarenakan tumbuhan paku
memiliki akar, batang dan daun. Tumbuhan paku juga termasuk kedalam kelompok
Tracheophyta yang memiliki jaringan pengangkut khusus yang berbentuk pembuluh (pipa).
Tumbuhan ini cenderung tidak tahan dengan kondisi air yang terbatas, mungkin mengikuti
perilaku moyangnya di zaman Karbon. Tumbuhan paku yang ada di bumi ini mempunyai
masa kejayaan dalam zaman Paileozoikum, terutama dalam zaman karbon atau disebut
zaman paku. Sisa-sisanya sekarang dapat digali sebagai batubara.

2.3 Struktur Tubuh Tumbuhan Paku

Tumbuhan paku memiliki akar, batang, dan daun sejati. Batang tumbuhan paku berada
didalam tanah dan disebut rizom. Pada rizom akan muncul akar-akar seperti rambut yang
merupakan akar serabut. Dari rizom ini juga muncul tangkai daun. Ada pula tumbuhan paku
yang batangnya mirip tumbuhan palem, yakni batangnya menjulang ke

atas, misalnya paku pohon (Cyathea sp.).

Daun terbagi atas dua bagian, yaitu tangkai daun dan helaian daun. Helaian daun ada yang
tunggal. Akan tetapi, umumnya merupakan daun majemuk menyirip. Salah satu ciri
tumbuhan paku adalah pada saat masih tunas, daunnya menggulung.

Pada paku tertentu, ukuran daun tidak sama. Ada daun kecil (mikrofil) dan ada pula daun
besar (makrofil). Pada mikrofil tidak terdapat tangkai daun dan tulang daun serta bentuk kecil
atau bersisik, belum memperlihatkan diferensiasi sel. Sedangkan makrofil daun besar,
bertangkai, bertulang daun, bercabang-cabang, sel telah terdiferensiasi. Daun tumbuhan paku
ada yang khusus menghasilkan spora dan disebut sporofil dan ada yang tidak menghasilkan
spora disebut tropofil. Toprofil hanya berfungsi untuk fotosintesis. Sporofil merupakan daun
yang subur. Pada adiantum (pakis) dan suplir tidak ada daun yang berfungsi khusus.
Tumbuhan paku menghasilkan spora. Spora terdapat di dalam kotak spora atau sporangium.
Sporangium-sporangium berkumpul di dalam kotak spora atau sorus-sorus berkumpul di
helaian daun bagian bawah. Perhatikan di bagian bawah daun paku ada sederet bentukan
bulat atau oval atau tamapak seperti bulan sabit pada suplir. Jika sudah matang akan tampak
kehitaman. Bentukan itu adalah sorus. Sorus ada yang dilindungi oleh selaput yang disebut
indusium dan di dalamnya terdapat banyak kotak spora

Akar, batang, dan daun tumbuhan paku memiliki berkas pengangkut xylem dan floem.
Xylem atau pembuluh kayu berfungsi untuk mengangkut air dan zat hara dari tanah ke daun.
Adapun floem berfungsi untuk mengangkut hasil-hasil fotosintesis dari daun ke seluruh
tubuh. Berkas pengangkut umumnya tersusun konsentris, artinya xylem ditengah dikelilingi
oleh floem. Berikut adalah tabel ciri-ciri tumbuhan paku.

Akar Batang Daun


Akar paku bersifat sebagai Batang umumnya berupa akar Bentuk, ukuran, dan susunan
akar serabut, ujungnya tongkat (rizom) kecuali pada anatomi daun paku
dilindungi oleh kaliptra paku tiang dan golongannya bervariasi
Akar terdiri atas: Sistem anatomi batang paku – Daun yang berukuran
berbeda-beda tergantung jenis kecil disebut mikrofil. Pada
– kulit luar (epidermis) tumbuhannya mikrofil belum
memperlihatkan diferensiasi,
– kulit dalam (korteks) yaitu belum dapat dibedakan
antara epidermis daging
– silinder pusat yang daun (mesofil) dan tulang
terdiri dari xylem dan floem daun
yang konsentris, yaitu xylem
terdapat di tengah dikelilingi – Daun yang berukuran
oleh floem besar disebut makrofil.

Pada makrofil sudah


mempunyai epidermis,
mesofil yang terdiri dari
jaringan tiang dan jaringan
bunga karang dan terdapat
tulang-tulang daun.
Batang terdiri atas bagian- Menurut fungsinya
bagian: dibedakan menjadi dua,
yaitu :
– epidermis : di bawah
lapisan epidermis terdapat – Tropofil : daun yang
jaringan penguat yang terdiri berfungsi khusus untuk
atas sel-sel skelerenkim fotosintesa

– Korteks : banyak – Sporofil : daun yang


mengandung lubang yaitu berfungsi menghasilkan
ruang antar sel spora.

– Silinder pusat : terdiri Tetapi adapula tumbuhan


ata xylem dan floem yang paku yang mempunyai kedua
konsentris. fungsi tersebut.

2.4 Daur Hidup Tumbuhan Paku

Tumbuhan paku bereproduksi secara vegetatif dengan rizom. Rizom tumbuh menjalar ke
segala arah membentuk koloni-koloni tumbuhan paku. Tumbuhan paku mengalami pergiliran
keturunan atau metagenesis dengan dua generasi, yaitu generasi sporofit dan generasi
gametofit.
2.4.1 Generasi Sporofit

Generasi sporofit atau tumbuhan penghasil spora adalah tumbuhan paku itu sendiri. Jadi,
tumbuhan paku yang biasa kita lihat itu merupakan tumbuhan dalam fase sporofit. Sporofit
paku berumur lebih lama di dapat banding gametofit. Sporofit dapat tumbuh lalu bertunas
sehingga jumlahnya bertambah banyak. Ini merupakan reproduksi secara aseksual. Spora
yang dihasilkan tumbuhan paku keluar dari sporangium dan tersebar mengikuti arah angin.
Jika spora ini jatuh di tempat lembab, akan tumbuh menjadi tumbuhan baru yang dikenal
sebagai protalium.

2.4.2

Generasi Gametofit

Generasi gametotit atau tumbuhan penghasil gamet dikenal dengan nama protalium.
Protalium yang berbentuk talus itu berukuran kira-kira 1-2 cm, bentuknya seperti daun waru,
biasanya tumbuh di permukaan tanah lembab, diatas batu bata, di tebing sungai, dan ditempat
lembab lainnya. Berbeda dengan tumbuhan lumut, gametofit paku hanya berumur beberapa
minggu. Protalium membentuk anteridium. Sebagai alat kelamin jantan dan arkegonium
sebagai alat kelamin betina. Anteridium menghasilkan sperma dan arkegonium menghasilkan
ovum. Fertilisasi sperma dan ovum menghasilkan zigot. Selanjutnya, zigot akan tumbuh
menjadi tumbuhan paku baru yang berakar, berbatang dan berdaun.

Berdasarkan jenis spora yang dihasilkannya tumbuhan paku dibedakan menjadi paku
homospora, heterospora, dan peralihan.

1. Paku Homosprosa (isospora)

Paku homospora hanya memproduksi satu macam ukuran spora. Sering pula disebut
tumbuhan paku berumah satu, contohnya lycopodium (paku kawat). Tumbuhan tersebut
batangnya seperti kawat, hidup memanjat pada tumbuhan lain.

2. Paku Heterospora

Paku heterospora memproduksi dua macam ukuran spora. Spora yang berukuran kecil dan
berkelamin jantan disebut mikrospora. Spora yang berukuran besar dan berkelamin betina
disebut makrospora. Contohnya selaginella (paku rane), yang dapat dijadikan tanaman hias,
dan marsilea (semanggi) yang dapat dimakan. Mikrospora akan tumbuh menjadi
mikroprotalium sedangkan makrospora akan tumbuh menjadi makroprotalium.
Mikropotalium membentuk mikrogametofit yang akan menghasilkan anteridium, sedangkan
makroprotalium membentuk makrogametofit yang akan menghasilkan arkegonium.
Anteridium menghasilkan sperma dan arkegonium menghasilkan ovum. Fertilisasi antara
sperma dan ovum menghasilkan zigot. Zigot akan tumbuh menjadi tumbuhan paku yang akan
menghasilkan spora, demikian seterusnya.
3. Paku Peralihan

Tumbuhan paku peralihan menghasilkan spora yang berukuran sama, tetapi dapat dibedakan
antara spora jantan (spora +) dan spora betina (spora -). Contohnya paku ekor kuda
(equisetum debile).

Spora paku jatuh di tanah subur akan tumbuh menjadi protalium. Protalium memiliki rizoid
yang berfungsi untuk melekatkan diri pada tanah dan menghisap air serta mineral. Protalium
akan tumbuh menjadi gametofit yang menghasilkan anteridium dan arkegonium. Anteridium
menghasilkan spermatozoid sedangkan arkegonium menghasilkan ovum. Karena protalium
menghasilkan gamet, maka protalium merupakan

generasi gametofit. Setelah terjadi pembuahan pada ovum oleh spermatozoid, terbentuk zigot.
Zigot kemudian tumbuh menjadi tumbuhan paku. Daun-daun pada tumbuhan paku akan
menghasilkan spora, sehingga tumbuhan paku merupakan generasi sporofit. Bila kotak spora
pecah, spora-spora akan bertebaran dan jatuh. Spora yang jatuh pada tempat yang sesuai akan
tumbuh menjadi protalium kembali.

2.5 Manfaat Tumbuhan Paku

Manfaat dari tumbuhan paku antara lain :

1 Sebagai tanaman hiasan : Platycerium nidus (paku tanduk rusa) yang bentuknya seperti
tanduk rusa dan sering ditanam dengan ditempelkan pada pohon, Asplenium nidus (paku
sarang burung), Adiantum cuneatum (suplir), dan Selaginella wildenowii (paku rane)

2 Sebagai bahan penghasil obat-obatan : Asipidium filix-mas dan Lycopodium clavatum

3 Sebagai sayuran : Marsilea crenata (semanggi) dan Salvinia natans (paku sampan =
kiambang). Beberapa tumbuhan paku ada yang diambil daunnya yang masih muda untuk
sayur

4 Sebagai pupuk hijau : Azolla pinnata yang hidup di sawah-sawah, bersimbiosis dengan
anabaena azollae (ganggang biru) yang dapat mengikat N2 bebas di udara menjadi senyawa
yang dapat diserap oleh tumbuhan lain. Dengan demikian, Azolla pinnata dapat dijadikan
pupuk hijau yang kaya nitrogen.

5 Sebagai pelindungan tanaman di persemaian : Gleichenia linearis

6 Untuk tempat menanam anggrek, yaitu paku tiang (Alsophlia glauca)

Tumbuhan paku yang hidup di zaman Karbon telah memfosil. Fosil tersebut berupa batu
bara yang dapat dijadikan bahan bakar.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Tumbuhan paku (Pterydophyta) merupakan tumbuhan berkormus dan berpembuluh yang


paling sederhana. Terdapat lapisan pelindung sel di sekeliling organ reproduksi, sistem
transpor internal, hidup di tempat yang lembap. Akar serabut berupa rizoma, ujung akar
dilindungi kaliptra. Sel-sel akar membentuk epidermis, korteks, dan silinder pusat (terdapat
xilem dan floem).

Batang tumbuhan paku tidak tampak karena terdapat di dalam tanah berupa rimpang, sangat
pendek, ada juga yang dapat mencapai 5 meter seperti pada paku pohon atau paku tiang.
Daun ketika masih muda melingkar dan menggulung. Beradasarkan bentuk dan ukuran dan
susunannya daun tumbuhan paku dibedakan menjadi mikrofil dan makrofil. Berdasarkan
fungsinya daun tumbuhan paku dibedakan menjadi tropofil dan sporofil.

Spora tumbuhan paku dibentuk dalam kotak spora (sporangium). Kumpulan sporangium
disebut sorus. Sorus muda dilindungi oleh selaput yang disebut indusium. Berdasarkan
macam spora yang dihasilkan tumbuhan paku dibedakan menjadi tiga yaitu paku homospora
(isospora), paku heterospora dan paku peralihan. Paku homospora menghasilkan satu jenis
spora misalnya Lycopodium (paku kawat). Paku heterospora menghasilkan dua jenis spora
yang berlainan yaitu megaspora (ukuran besar) dan mikrospora (ukuran kecil)
misalnya Marsilea (semanggi) dan Selaginella (paku rane). Paku peralihan merupakan
peralihan antara homospora dan heterospora menghasilkan spora dengan bentuk dan
ukurannya sama tetapi berbeda jenis kelamin misalnya Equisetum debile (paku ekor kuda).

Tumbuhan paku bereproduksi secara aseksual (vegetatif) dengan stolon yang menghasilkan
gemma (tunas). Gemma adalah anakan pada tulang daun atau kaki daun yang mengandung
spora. Reproduksi seksual (generatif) melalui pembentukan sel kelamin jantan (gametangium
jantan/anteridium) dan sel kelamin betina (arkegonium). Seperti pada lumut tumbuhan paku
juga mengalami pergiliran keturunan (metagenesis). Metagenesis tersebut dibedakan antara
paku homospora dan heterospora.

Tumbuhan paku dibedakan menjadi empat kelas yaitu Psilotophyta, Lycophyta, Sphenophyta,
dan Pterophyta (Filicinae).

Tumbuhan paku juga memiliki banyak sekali manfaat bagi kehidupan manusia. Contonhya
digunakan sebagai tanaman hias, untuk sayuran, dan sebagainya.

3.2 Saran

Banyak dari kita menganggap bahwa tumbuhan paku adalah tanaman pengganggu. Padahal
banyak sekali manfaat yang bisa di dapat dari tumbuhan paku itu sendiri. Contohnya kelakai
yang tumbuh di daerah basah dan tergenang memiliki banyak khasiat sebagai obat penambah
darah.
Dengan menganggap tumbuhan paku sebagai tanaman pengganggu maka secara

sudah mengancam kelestarian tumbuhan paku juga. Oleh karena itu, diharapkan kita untuk
bisa menjaga kelestarian alam yang ada. Dan dengan mengetahui nama-nama spesies
tumbuhan paku serta mengenal jenis tumbuhannya kita juga dapat menambah wawasan
tentang kerajaan tumbuhan. Serta ikut memanfaatkan alam secara bijaksana
DAFTAR PUSTAKA

https://henilisa1412ra.wordpress.com/2013/03/03/makalah-biologi-tumbuhan-paku/ Diakses
Tanggal 06 November 2016

http://www.wakata.id/2015/03/makalah-tumbuhan-paku.html Diakses Tanggal 06 November


2016

http://delovta.blogspot.co.id/2015/03/makalah-paku.html Diakses Tanggal 06 November


2016
MAKALAH
TUMBUHAN PAKU
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :

MIKHA FEBRIANI
RENI ASMIRA
MICHAEL
QORI WAHYUDIANTO
RATNAWATI
LUKY FIRMANSYAH
MUH. MUFLI IBNU M

KELAS: X ATPH. A

SMK NEGERI 1 BONE-BONE


TAHUN PELAJARAN 2016/2017

Anda mungkin juga menyukai