Anda di halaman 1dari 6

RESUME

Untuk pertama kalinya, gen di analisis oleh Mendel dan ilmuan-ilmuan lain. Gen terletak di
kromosom. Menurut Mendel, dimanapun materi genetik, mereka harus memiliki 2 kunci,
yaituy:

1. Fungsi genotip, artinya bahwa matreri genetik berisi informasi-informasi tertentu


yang diwariskan ke keturunan selanjutnya tanpa terputus.
2. Fungsi fenotip, artinya bahwa materi genetik mengontrol ekspresi dari organisme
mulai dari pertumbuhan, perkembangan, kapan dia aktif, dan kapan dia tidak aktif.

Kromosom sendiri terdiri atas protein dan asam nukleat. Asam nukleat terdiri atas 2 macam
yaitu DNA dan RNA.

1. Transformasi pada Pneumococus ( Percobaan O.T Avery, C. M. Macleod, and M.


McCarty )

Pada tahun 1928 untuk pertama kalinya, pembuktian letak materi genetik itu dilakukan oleh
Frederick Griffith, dalam eksperimennya, dia menunjukan terjadinya transformasi pada
Pneumococus. Eksperimen ini diteruskan dan dibuktikan oleh O.T Avery, C. M. Macleod,
and M. McCarty. Mereka mempubliskan dimana letak materi genetik, apa di DNA atau
protein atau RNA. Mereka mendemostrasikan mengenai fenomena transformasi di bakteri
Diplococcus pneumoniae yang terjadi di DNA. Transformasi merupakan salah satu cara dari
rekombinasi.

Fenomena transformasi sendiri telah ditemukan Fraderick Griffith pada tahun 1928. Griffith
mendemostrasikan transformasi di Pneumococcus. Menurut Griffith ada 2 karakteristik
fenotip yang penting dalam proses trasformasi saat diujikan dalam mendium agar darah yaitu:

1. Ada tidaknya kapsul .


Bakteri yang memiliki kapsul bersifat lebih virulen (mematikan) dengan membentuk
koloni halus dan besar sehinggga disebut tipe S. Bakteri berkapsul akan mengandung
polisakarida sehingga diberi tanda III.
Bakteri yang tidak memiliki kapsul lebih bersifat nonvirulen (tidak mematikan) akan
membentuk koloni kecil kasar, sehingga disebut tipe R. Bakteri tidak berkapsul akan
tidak mengandung polisakarida sehingga diberi tanda II.
2. Spesifikasi atau macam dari kapsul.
Sifat virulen pada bakteri dapat kembali, tetapi hal ini tidak terjadi pada semua
bakteri. Bakteri yang dapat virulen kembali karena mutasi disebut II R, II S juga dapat
virulen tetapi kemungkinannya 1:10 jt.

Demonstrasi transformasi pada pneumococcus yang dilakukan Griffith.

Dari hasil tersebut Griffith menyatakan bahwa bakteri galur IIIS yang telah dimatikan
berperan di dalam konversi dari bakteri avirulen IIR menjadi virulen IIIS. Dia menyimpulkan
bahwa terdapat bahan yang utama untuk terjadinya proses transformasi (transforming
principle) yang berperan dalam konversi tersebut yang mungkin merupakan beberapa bagian
dari kapsul polisakarida atau beberapa senyawa yang dibutuhkan untuk sintesis kapsul
walaupun kapsul itu sendiri tidak dapat menyebabkan pneumonia.

Prinsip Transformasi adalah DNA

Inti dari prinsip transformasi yaitu dengan menguji DNA, Protein dan RNA dengan enzim.
Berikut merupakan hasil dari uji tersebut.

1. Protein + Protease - masih terjadi rekombinasi


Hal ini berarti bahwa protein bukan bertugas dalam rekombinasi. Ketika protein
diluruhkan oleh enzim protease, rekombinasi tetap terjadi. Padahal jika protein
bertanggung jawab pada rekombinasi maka setelah protein diluruhkan maka
rekombinasi tidak akan terjadi.
2. RNA + RNA-ase - masih terjadi rekombinasi
Hal ini berarti bahwa RNA bukan bertugas dalam rekombinasi. Ketika RNA
diluruhkan oleh enzim RNA-ase, rekombinasi tetap terjadi. Padahal jika RNA
bertanggung jawab pada rekombinasi maka setelah protein diluruhkan maka
rekombinasi tidak akan terjadi.
3. DNA + DNA-ase - tidak terjadi rekombinasi
DNA merupakan materi yang bertugas dalam proses rekombinasi. Hal ini dapat
diketahui ketika DNA diluruhkan, proses rekombinasi tidak terjadi.

2. Percobaan Harshey-Chase

Bukti tambahan yang mengindikasikan bahwa DNA adalah materi genetik yang
dipublikasikan pada tahun 1952 oleh A. D. Hersey (penerima hadiah nobel tahun 1969) dan
M. Chase. Eksperimen ini menunjukan bahwa informasi genetik dari bakteri virus tertentu
(bacteriophage T2) terdapat dalam DNA. Hasil eksperimen mereka meskipun kemungkinan
kurang dapat dipastikan dibandingkan dengan hasil percobaan Avery, Macleod, dan Mc
Carty menghasilkan dampak besar terhadap penerimaan para ilmuwan bahwa DNA sebagai
materi genetik (Gardner, 1991).

Hershey dan Chase menggunakan virus Fag T2 dalam percobaannya dengan bahan uji
lainnya adalah bakteri E. Coli. Digunakannya virus Fag T2 karena virus ini telah diketahui
sebelumnya mengenai strukturnya dengan menggunakan mikroskop cahaya biasa. Virus T2
ini juga merupakan virus yang menginfeksi bakteri E. Coli. Selain itu, virus ini bentuknya
sederhana, yaitu terdiri atas cangkang protein yang berisi bahan genetik. Metodenya adalah
virus yang sama-sama dimasukkan kedalam suatu tabung reaksi dan membiarkan virus
menginfeksi bakteri E. Coli dan menjadikannya sebagai inang atau perantara bagi pembiakan
diri virus hingga tubuh virus dapat berlipat ganda dengan mengeksploitasi bakteri.

Percobaan yang dilakukan oleh Hershey dan Chase ini meliputi dua tahapan atau proses,
yaitu tahap pertama dengan unsur fosfor-32 radioaktif (isotop radioaktif) sebagai indikator
dan selanjutnya tahapan kedua yaitu dengan menggunakan belerang-35 radioaktif sebagai
indikator. Singkat kata, percobaan Hershey dan Chase ini juga ingin membuktikan mengenai
siapa yang bertanggungjawab atas pemrograman ulang tubuh inang untuk memproduksi virus
dalam jumlah besar.
Protein (bukan DNA) mengandung unsur belerang dan unsur-unsur radioaktif yang
digunakan dalam percobaan ini hanya masuk kedalam protein dari faga tersebut. Pada DNA
dapat ditemukan unsur fosfor, dan unsur ini tidak ditemukan pada asam amino yang
merupakan komponen dasar protein.

Hasil percobaan menunjukkan bahwa virus Fag T2 menyuntikkan bahan genetik berupa DNA
kedalam tubuh inangnya dengan selubung proteinnya tetap berada diluar. Selanjutnya, DNA
yang merupakan bahan genetik dari virus akan merusak kerja dari DNA bakteri E. Coli,
sehingga DNA virus dapat mengendalikan kerja tubuh bakteri. Pengalihan perintah kerja oleh
bahan genetik ini digunakan untuk memperbanyak jumlah DNA virus.

3. Percobaan H. Fraenkel-Conrat dn Singer

Pada tahun 1957 Fraenkel Conrat & Singer melakukan suatu percobaan pada virus yang
materi genetiknya hanya berupa RNA. Percobaan dilakukan dengan menggunakan virus
TMV (Tobacco Mosaic Virus) yang merupakan virus penyebab penyakit pada daun
tembakau. Pada TMV (Tobacco Mosaic Virus) memiliki komponen materi genetik berupa
RNA dan protein, jadi Fraenkel Conrat & Singer ingin mengetahui materi genetik yang mana
yang akan berperan.

Percobaan dilakukan dengan cara memisahkan antara RNA dan protein pada TMVA dan
pada TMVB. Perbedaan strain TMV dapat diidentifikasi atas dasar perbedaan di komposisi
kimia pada mantel proteinnya. Kemudian mereka merekombinasi/menyilangkan kedua stain
TMV maka hasil percobaannya :

RNA TMVA + Protein TMVB = hasil yang muncul adalah gejala pada daun sama dengan
indukan TMVA

RNA TMVB + Protein TMVA = hasil yang muncul adalah gejala pada daun sama dengan
indukan TMVB

Dari percobaan diatas Frankel meneruskan dengan menginfeksikan ke daun tembakau.


Hasilnya keturunan menunjukkan bahwa baik genotif maupun fenotif anakannya identik
dengan virus asal RNAnya. Kesimpulan Frenkel bahwa materi genetik pada TMV adalah
RNA, bukan protein.
Pertanyaan

1. Apakah yang menyebabkan protein A dapat direkontruksi dengan RNA B atau


sebaliknya ?
Rekombinasi tersebut dapat terjadi karena pada RNA A dan RNA B memiliki reseptor
protein yang hampir sama, sehingga ketika ada protein A atau B yang menempel ke
RNA A atau RNA B dapat diterima oleh RNA A atau RNA B. Selain itu, rekonstruksi
tersebut mungkin dibantu juga oleh enzim tertentu yang bertugas dalam
menggambungkan / merekonstruksi.
2. Mengapa pada percobaan Harsey-Chase menggunakan virus fag T2 ?
Hal tersebut dikarenakan untuk fag T2 sudah diteliti sebelumnya dan strukturnya
dengan menggunakan mikroskop cahaya. Selain itu, virus fag T2 merupakan virus
yang mudah untuk perlakuannya dalam penelitian dan virus ini bentuknya sederhana
yaitu terdiri atas selubung protein yang berisi bahan genetik.
3. Pada saat perlakuan di percobaan Avery saat tikus diinjeksi bakteri tipe IIR dan
bakteri IIIS mati bagaimana bisa ditemukan bakteri IIIS hidup sehingga menyebabkan
tikus tersebut mati ?
Hal ini terjadi karena saat bakteri ini di dalam tubuh tikus terjadi transformasi pada
bakteri IIIS terhadap IIR. Dimana bahan materi genetik berupa DNA di tipe bakteri
IIIS mati dapat membangkitkan sifat virulen dari tipe bakteri IIR sehingga
menghasilkan tipe bakteri IIIS yang hidup, oleh karena itu tikus tersebut mati.
4. Bagaimana pengaruh penggunaan radioaktif yang berbeda pada percobaan Harshey-
Chase ?
T2 ditumbuhkan dengan E.coli dalam sulfur radioaktif (35S) untuk menandai protein
karena protein mengandung sulfur. Dengan cara yang serupa, kultur T2 yang berbeda
ditumbuhkan dalam fosfor radioaktif (32P) untuk menandai DNA karena DNA
mengandung fosfor. Dari hasil pengamatan radioaktivitas di dalam pelet dan
supernatan, dapat dibuktikan bahwa bakteri yang terinfeksi faga T2 yang berlabel
radioaktif (35S) pada proteinnya, sebagian radioaktifnya ditemukan di dalam
supernatan. Hal ini membuktikan bahwa protein faga tidak memasuki sel inang. Pada
bakteri yang terinfeksi faga T2 yang DNA-nya ditandai dengan fosfor radioaktif
(32P), sebagian besar peletnya mengandung unsur radioaktif tersebut. Hal ini
membuktikan bahwa DNA virus memasuki sel inang.

Anda mungkin juga menyukai