Anda di halaman 1dari 6

MATERI GENETIK: SIFAT DAN REPLIKASI

Disususn Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Genetika I


Yang Dibina oleh Prof. Dr. Duran Corebima Aloysius, M. Pd

Oleh:
Kelompok 10 Offering B Pendidikan Biologi 2016

1. Aini Fathiyyatur Rohmah (160341606035)


2. Rike Dwi Wahyuna (160341606067)

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
Januari 2018
A. Resume

Gen pertama kali ditemukan dan dikembangkan oleh seorang ilmuwan bernama
Mendel yang kemudian banyak ilmuwan lain yang mengembangkannya juga.
Pengembangan yang dilakukan selanjutnya mengarah kepada kegiatan untuk meneliti
hubungan yang tepat dari generasi ke generasi. Pada zaman ketika Mendel menemukan
dan mengembangkan gen ini, terdapat dua komponen penting dari gen yang harus
dipenuhi yaitu genotip dan fenotip. Penelitian yang selanjutnya dilakukan oleh para
ilmuwan adalah untuk mengetahui komposisi senyawa kimia dari kromosom. Diketahui
bahwa kromosom mengandung dua molekul yang disebut protein dan asam nukleat. Ada
dua jenis asam nukleat yaitu DNA (Deoxyribonucleic acid) dan RNA (Ribonucleic acid).

Transformasi pada Pneumococcus

Terdapat bukti dari sebuah penelitian yang dilakukan oleh O. T. Avery, C. M.


Macleod, and M. McCarty pada tahun 1944 yaitu mengenai fenomena transformasi pada
bakteri Diplococcus pneumoniae yang hasilnya menunjukkan bahwa materi genetik yang
terkandung di dalam kromosom adalah DNA. Sebelumnya, fenomena transformasi telah
ditemukan dan diteliti oleh Frederick Griffith pada tahun 1928. Griffith meneliti tentang
bakteri penyebab penyakit pneumonia pada manusia yaitu Pneumococcus. Pada
umumnya, Pneumococcus menunjukkan variabilitas genetik yang dapat dikenali dengan
adanya fenotipe yang berbeda seperti makhluk hidup lainnya.Griffith mengemukakan
bahwa terdapat dua karakteristik penting dari Pneumococcus yaitu ada tidaknya kapsul
polisakarida yang membungkus dan tipe kapsul yang dapat menjadi molekul spesifik dari
polisakarida yang terdapat di kapsul tersebut. Ada dua tipe strain yang diteliti yaitu strain
yang ganas (virulen) dan strain yang tidak ganas (avirulen). Strain yang virulen memiliki
kapsul yang ketika dibiakkan pada medium agar muncul koloni bakteri halus (S =
smooth) sedangkan strain yang avirulen (tidak memiliki kapsul) yang ketika dibiakkan
pada medium agar akan muncul koloni bakteri kasar (R = rough).
Terdapat empat macam perlakuan pada percobaan yang dilakukan oleh Griffith
yaitu:
(1) tikus disuntik dengan pneumococcus tipe IIIS, hasilnya adalah tikus mati,
(2) tikus disuntik dengan pneumococcus tipe IIIS yang mati karena diberikan perlakuan
panas tetapi virulen ketika hidup, hasilnya adalah tikus tetap hidup
(3) tikus disuntik dengan pneumococcus tipe IIR hidup, hasilnya adalah tikus hidup dan
(4) tikus disuntik dengan pneumococcus tipe IIIS yang mati karena perlakuan panas tetapi
virulen ketika hidup ditambah dengan pneumococcus tipe IIR hidup (avirulen), hasilnya
adalah tikus hanya hidup selama lima hari kemudian tikus akan mati
Sebenarnya, hasil yang diharapkan oleh Griffith pada perlakuan keempat adalah
tikus tetap hidup tetapi pada kenyataannya tikus mengalami kematian dan strain bakteri
yang berada pada darah tikus adalah tipe IIIS (virulen). Hal ini diluar pendugaan oleh
Griffith, awalnya Griffith menduga bahwa hasil pada percobaan keempat terdapat
kesalahan dalam perlakuan panas tetapi hal itu tidak mungkin karena pada perlakuan
kedua dimana diberi perlakuan panas untuk mematikan virulensi strain tipe IIIS hasilnya
tidak pernah ada pneunomia (tikus tetap hidup). Penafsiran selanjutnya adalah bahwa
bakteri jenis IIR telah bermutasi ke bentuk IIIS virulen yang akan menyebabkan
pneunomia pada tikus. Tetapi jika terjadi mutasi maka bakteri tipe IIR akan menjadi tipe
IIS bukan tipe IIIS. Akhirnya Griffith menyimpulkan bahwa bakteri tipe IIR yang belum
diketahui prosesnya telah berubah, memperoleh virulensi genetik dari bakteri tipe IIIS.
Transformasi ini telah menghasilkan perubahan yang permanen, genetik pada bakteri,
meskipun Griffith tidak memahami sifat dari transformasi, ia berteori bahwa beberapa
substansi (bahan kimia) dalam mantel (bungkus) polisakarida dari bakteri mati mungkin
dapat bertanggung jawab. Prinsip transformasi yang dikemukakan oleh O. T. Avery, C.
M. Macleod, and M. McCarty pada tahun 1944 bahwa DNA yang mempunyai kemurnian
tinggi dari pneumococcus tipe IIIS bersama dengan pneumococcus tipe IIR, maka
beberapa pneumococcus ditransformasikan ke tipe IIIS. Pada percobaan lainnya, DNA
dengan kemurnian yang tinggi dari sel tipe IIIS dapat diberi dengan DNA, RNA atau
protease yang kemudian diuji kemampuannya dalam mengubah sel tipe IIR ke sel tipe
IIIS. Selanjutnya diketahui bahwa segmen DNA dalam kromosom pneumococcus yang
membawa informasi genetik menentukan sintesis dari kapsul tipe III yang terintegrasi ke
dalam kromosom penerima sel tipe IIR melalui proses rekombinasi tertentu yang terjadi
selama transformasi.

Percobaan “Hershey – Chase”


Percobaan ini dilakukan oleh A. D. Hershey (pemenang Nobel tahun 1969) dan
M. Chase. Percobaan ini dilakukan dengan adaya bukti tambahan yang mengindikasikan
bahwa DNA adalah materi genetik, hal ini dipublikasikan pada tahun 1952. Percobaan
“Hershey – Chase” menunjukkan bahwa informasi genetik pada virus yang menyerang
bakteri (Bakteriophage T2) adalah DNA.
Virus adalah organisme hidup terkecil di dunia. Virus yang telah menginfeksi
organisme tertentu dapat mengambil alih metabolisme sel inangnya. Virus dikatakan
sebagai parasit obligat aseluler karena hanya bisa bereproduksi ketika telah menginfeksi
sel inangnya. Segala aktivitas reproduksi virus tergantung pada inangnya, mencakup
reproduksi, energi yang digunakan, dan lain-lain. Virus berperan penting dalam
perkembangan ilmu genetic karena strukturnya sederhana serta komposisi kimia hanya
berupa protein dan asam nukleat.
Bakteriophage T2 bereproduksi dengan cara menginfeksi bakteri E. coli.
Berdasarkan Percobaan “Hershey – Chase” DNA virus masuk ke dalam sel inang dimana
sebagian besar protein virus diserap oleh bagian luar sel, hal ini menyiratkan bahwa
materi genetic yang sangat penting bagi reproduksi virus adalah DNA. Dasar dari
percobaan “Hershey – Chase” adalah DNA mengandung fosfor dan tidak mengandung
sulfur, sedangkan protein mengandung sulfur dan tidak mengandung fosfor. Detail dari
percobaan ini adalah (1) DNA yang dibiakkan dalam medium mengandung isotop
radioaktif fosfat 32P, isotop normal, dan 31P. (2) pelindung protein yang dibikkan dalam
medium mengandung radioaktif sulfur 35S, isotope normal, dan 32S. Ketika T2 phage yang
35
mengandung S dicampurkan dengan E. coli kemudian dibiarkan selama 10 menit
kemudian dipisahkan didapatkan hasil bahwa sebagian besar radioaktif serta protein dapat
dipisahkan tanpa mempengaruhi produksi sel progeni. Namun ketika menggunakan T2
phage yang mengandung 32P sebagai perlakuan didapatkan hasil bahwa semua radioaktif
ditemukan didalam sel. Kesimpulannya adalah seluruh DNA masuk kedalam sel host,
yang mana pelindung protein tetap berada diluar sel. Hasil akhir dari perlakuan ini adalah
informasi genetik yang mensintesis molekul DNA dan pelindung protein dari progeny
virus ditentukan oleh DNA induk, begitu pula partikel dari keturunan menunjukkan
32 35
kandungan dari beberapa P, tetapi tidak ada yang mengandung S dari fage induk.
Percobaan “Hershey – Chase” ini tidak memberkan kejelasan bahwa materi genetik pada
T2 fage adalah DNA. Sebagian jumlah 35S (protein) ditemukan pada host yang terinjeksi
dengan DNA. Hal ini menujukkan bahwa sebagian kecil dari protein fage mengandung
informasi genetik. Progeny phage hasil dari eksperiment ini disebut “transfection
experiment”, hal ini menujukkan bahwa materi genetik pada virus ini adalah DNA.

RNA sebagai Materi Genetik pada Virus yang Berukuran Kecil


Semakin banyak identifikasi dan pembelajaran mengenai virus, jelas bahwa
banyak diantara virus yang mengandung RNA dan protein, tanpa memiliki DNA. Dalam
beberapa kasus secara jelas menyebutkan bahwa “Virus RNA” memiliki susunan asam
nukleat yang mirip dengan organisme lainnya, meskipun asam nukleatnya berupa RNA.
Percobaan pertama mengenai RNA sebagai materi genetik pada virus RNA disebut
“Percobaan Rekonstitusi” oleh H. Fraenkel – Conrat dan B. Singer yang dipublikasi pada
tahun 1957. Percobaan ini dilakukan pada virus yang menyerang tanaman bakau yaitu
tobacco mosaic virus (TMV), virus yang berukuran kecil yang mengandung molekul
tunggal dari RNA tanpa mantel. Strain yang berbeda pada TMV dapat diidentifikasi
melalui perbedaan koposisi dari pelindung proteinnya.
Perlakuan kimia ynag sesuai dapat digunakan untuk memisahkan pelindung
protein pada TMV dengan RNA. Terlebih, proses ini bersifat reversible; dengan cara
menempatkan RNA pada kondisi yang dibawah normal maka rekonstitusi akan terjadi
dan akan didapatkan partikel infektif. H. Fraenkel – Conrat dan B. Singer menempatkan
2 strain TMV yang berbeda yaitu strain A yang berasal dari komponen DNA dan strain
B yang berasal dari komponen B. percobaan ini dilakukan dengan cara merekonstitusi
kedua strain, hasil akhir dari percobaan ini menunjukkan bahwa daun tembakau yang
diberi Kristal virus hasil rekonstitusi memiliki gejala seperti tembakau dengan penyakit
dari strain A. Hal ini berarti materi genetik pada TMV adalah RNA bukanlah protein.

B. Question
1. Jelaskan mengenai fakta yang ditemukan pada percobaan Frederick Griffith!
2. Bagaimana sel tipe IIR dapat berubah menjadi sel tipe IIIS?
3. Mengapa A. D. Hershey dan M. Chase dapat menyimpulkan bahwa materi genetik
yang diwariskan adalah DNA bukanlah protein?
4. Bagaimana yang langkah yang digunakan H. Fraenkel – Conrat dan B. Singer
untuk menguji bahwa RNA adalah materi genetik pada virus yang berukuan kecil?

C. Answer
1. Percobaan ini menemukan fakta bahwa ada bahan kimiaatau komponen tertentu
yang berperan terhadap peristiwa transformasi dari strain bakteri IIR yang tidak
memiliki kapsul menjadi strain bakteri IIIS yang memiliki kapsul sehingga dapat
menyebabkan penyakit pneunomia
2. Belum diketahui secara pasti tentang proses tersebut, tetapi terdapat teori yang
dikemukakan oleh Frederick Griffith bahwa substansi (bahan kimia) dalam
mantel (bungkus) polisakarida dari bakteri mati mungkin yang dapat menjadi
penanggung jawabnya. Karena jika terjadi mutasi dari sel tipe IIR menjadi sel tipe
IIIS, maka bakteri tipe IIR akan menjadi tipe IIS bukan tipe IIIS.
3. Hal ini didapat dari hasil percobaan yang dilakukannya, yaitu dengan cara;
32
(1) Menginfeksi bakteri E.coli dengan DNA fag yang dilebeli dengan P,
kemudian dipisahkan menggunakan blander dan sentrifius. Didapatkan hasil
bahwa pada bagian pallet (komponen sel – sel bakteri) terdapat banyak
radioaktif.
(2) Menginfeksi bakteri E.coli dengan pelindung (mantel) protein yang dilebeli
35
dengan S, kemudian dipisahkan menggunakan blander dan sentrifius.
Didapatkan hasil bahwa pada bagian supernatan (komponen mantel protein)
terdapat banyak radioaktif.
Berdasarkan hasil dari percobaan tersebut maka dapat di Tarik kesimpulan bahwa
komponen virus yang masuk ke dalam sel yang terisnfeksi, dalam kasus ini
adalah bakteri E.coli DNA, bukanlah protein. DNA virus inilah yang dapat
mengambil alih metabolisme sel yang terinfeksi, sehingga materi genetik yang
diwariskan kepada keturunannya adalah DNA.
4. Cara yang dilakukan oleh H. Fraenkel – Conrat dan B. Singer untuk melakukan
eksperimen yaitu :
Menempatkan RNA pada kondisi yang dibawah normal sehingga materi genetik
da protein dapat terpisah membentuk partikel infektif;
(1) Memisahkan RNA dan protein pada tembakau yang terserang penyakit TMV1
sehingga didapatkan RNA TMV1 + protein TMV1
(2) Memisahkan RNA dan protein pada tembakau yang terserang penyakit TMV2
sehingga didapatkan RNA TMV2 + protein TMV2
Setelah didapatkan 2 strain TMV yang berbeda maka akan dilakukan rekonstitusi
dengan cara mencampurkan RNA TMV1 + protein TMV2 yang mana setelah itu
hasil rekonstitusi akan digosokkan ada daun tembakau yang normal (tidak
terinfeksi TMV). Hasil yang dapat digunakan untuk menarik kesimpulan adalah
bercak penyakit pada tembakau memiliki gejala yang lebih merip pada indukan
1 ataukah 2.

Anda mungkin juga menyukai