Anda di halaman 1dari 7

RQA ke-4

KONTROL GENETIK PADA PEMBELAHAN SEL:


ONKOGEN DAN PROTOONKOGEN
Disususn Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Genetika II
Yang Dibina oleh Prof. Dr. Duran Corebima Aloysius, M. Pd

Oleh:
Kelompok 11 Offering B Pendidikan Biologi 2016

1. Aini Fathiyyatur Rohmah (160341606035)


2. Amalia Nurul Arfianti (160341606078)

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
September 2018
A. Resume

Pada eukariotik, kontrol pembelahan sel lebih kompleks dari pada prokariotik
Karena tidak hanya pengaruran duplikasi kromosom dan sitokinesis, tetapi juga
komponen apparatus yang harus dibentuk dan berfungsi pada waktu yang tepat pada
siklus sel. Pada ragi Saccaromyces cerevisiae, proses pembelahan hampir dipangkas
dengan isolasi dan kajian mengenai mutan sensitif terhada suhu yang dapat memblokir
berbagai macam tahap pada siklus sel. Mutan gen didesain dengan cdc, yang mana dapat
mengakibatkan siklus pembelahan sel cacat atau rusak. Pengaruh cdc terhadap tahap
pembelahan sel ini membuat para ilmuan mengaksi lebih dalam terkait dengan
pengaturan tahap – tahap pembelahan sel.

REGULASI SIKLUS SEL PADA PEMBELAHAN MITOSIS EUKARIOTIK


Seiring dengan pertumbuhan sel, membran sel (dan dinding sel, pada sel
tumbuhan) serta komponen pada sitosol mengalami peningkatan dalam segi ukuran dan
jumlah. Ketika telah memasuki masa kritis, sel membelah menghasilkan 2 sel anakan
yang lebih kecil. Dalam kondisi yang sesuai sel anak akan terus tumbuh dan membelah
lagi. Sebagaimana proses dalam siklus sel, 2 kunci yang harus terjadi secara akurat dan
terkoordinasi adalah:
1. Materi genetik harus mengalami duplikasi (replikasi semikonservatif DNA)
2. Dua kopian materi genetik harus di distribusikan pada kedua sel anakan
(pembelahan mitosis).
Kajian mengenai mutan pada siklus pembelahan sel (cdc) pada
Schizosaccharomyces pombe dan Saccharomyces cereviciae, serta pada awal pebelahan
sel Xenophus laevis memperlihatkan bahwa sel memiliki 2 kali checkpoin selama tahap
pembelahan sel. Poin pertama disebut start, yakni terjadi di akhir fase G1. Pada start poin
ini sel akan menginisiasi untuk sintesis DNA sesaat sebelum memasuki fase S.
Checkpoint yang kedua yakni untuk memulai kodensasi kromosom serta mengontrol
penyebaran kromatid selama mitosis. Ini saat awal sekali pada fase M siklus sel. Dapat
disimpulkan bahwa adanya check poin ini untuk mengatur protein sinyal pada kedua
tahap.
Dalam studi lanjut mengenai MPF (mitosis promoting factor) jika diinjeksikan
pada oosit Xenophus akan memicunya untuk memasuki fase M. Kajian ini menyebutkan
adanya 2 protein penting yang ada dalam MPF;
1. Protein yang disebut cyclin yang terakumulasi dan disintesis telama fase G1
dan G2, serta mulai terdegradasi pada awal fase M
2. A Start dan M phase-specific, bekerja pada awal fase M.

KOMUNIKASI TERSERSELULER PADA EUKARIOTIK MULTISELULER


Pada eukariotik multiseluler, mekanisme yang mengontrol pembelahan sel dan
pertumbuhan sel lebih kompleks karena adanya pengarutan khusus untuk komunikasi
interseluler. Pembelahan sel harus dikontrol dengan sangat cermat pada setiap jaringan,
serta untuk jaringan yang berbeda maka sinyal yang diberikan juga berbeda. Terdapat
factor tertentu yang menstimulasi ataupun menghambat diferensiasi dan pertumbuhan sel.
Pembelahan sel, sebagaimana proses biologi yang lain, juga dikontrol oleh materi
genetik. Jika terjadi mutasi dapat mengakibatkan menyebabkan pembelahan sel yang
tidak diinginkan, dapat berupa pembelahan sel tidak terjadi sama sekali, ataupun ketidak
mampuan sel untuk berhenti membelah. Dalam suatu kajian terbaru mengenai gen virus
yang disebut “onkogen” (tumor), dapat menyebabkan kehilangan kontrol normal
pembelahan sel, setelah diidentifikasi ditemukan adanya gen homolog yang disebut
sebagai “protoonkogen” pada genom normal hewan dan manusia. Protonkogen dapat
menjadi onkogen dengan adanya mekanisme rekombinasi. Hal ini mengindikasikan
bahwa fungsi seluler protoonkogen melibatkan aspek spesifik dalam pembelahan sel juga.

SEL KANKER: KEHILANGAN KONTROL PADA PEMBELAHAN SEL


Kanker disebabkan adanya pertumbuhan dan pembelahan sel yang tidak
terkontrol. Pada jaringan dengan pertumbuhan sel yang tidak terkontrol, sehingga
terbentuk massa sel yang tidak normal, bentukan ini disebut “tumor”. Tumor ganas
(bersifat kanker) dapat mudah berpindah ke bagian lain dari tubuh (proses ini disebut
metastasis), sedangkan tumor jinak tidak bersifat kanker dan tidak dapat mengalami
metastasis.

TUMOR YANG DIINDUKSI VIRUS: ONKOGEN VIRUS


Infromasi mengenai onkogen, didapatkan melalui kajian mengenai RNA tumor
virus ataupun retrovirus. Genom DNA virus; seperti polyoma virus, SV40 dan adenovirus
memiliki onkogen yang mampu menginduksi kesalahan kontrol. DNA virus yang
memiliki onkogen lebih sulit dikaji dari pada retrovirus yang juga memiliki onkogen
karena DNA ini tidak mudah dibedakan dari efek yang disebabkan oleh replikasi
kromosom virus, karena biasanya sel host yang terinfeksi virus ini mati.
Siklus Sel pada Virus Sarcoma
Retrovirus yang sering diidentifikasi adalah Raus sarcoma, virus biasa
menginfeksi sel pada ayam. RNA genomnya direplikasi menjadi DNA dengan bantuan
enzim reverse transcriptase, kemudian DNA virus akan terintegrasi menuju DNA
kromosom sel host. Kemudian DNA virus dan DNA sel host sama–sama ditranskripsikan
oleh perangkat metabolik sel host sebagaimana gen normal. Genom Raus sarcoma
mengandung 4 gen; gag, yang mengkode protein kapsid (virion); pol, yang mengkode
reverse transkripase; env, yang yang mengkode protein dan membrane virus; src
onkogen, mengkode protein membrane. Gen src dapat menyebabkan kanker pada sel host.

Keberagaman Onkogen pada Retrovirus


Kajian mengenai retrovirus pada berbagai hewan yang berbeda. Lebih dari 20
onkogen yang berbeda, retrovirus yang berbeda yang membawahi jenis kanker yang sama
biasanya memiliki onkogen yang sama atau serupa.

Produk Onkogen berupa Pengaturan Pembelahan Sel


Onkogen menginduksi kesalahan kontrol pada pertumbuhan sel sehingga
menyebabkan terbentuknya tumor. Dampak dari onkogen berperan dalam beberapa
aspek, misalnya; produk dari onkogen v-sis pada simian sarcoma virus berupa polipeptida
hormone pertumbuhan yang disebut sebagai PDGF (plateled-derived growth factor).
PDGF mendukung untuk penyembuhan luka dengan cara menstimulasi pertumbuhan sel
pada bagian yang terluka. Sama halnya dengan ketika virus ini diinjeksikan pada monyet
woolly; yang juga menginduksi terbentuknya fibroblast pada yang mana mekanismenya
sama dengan PDGF normal pada daerah yang yang terluka.
Onkogen lain yang mengkode produk yang sama dengan factor pertumbuhan dan
reseptor hormone. Onkogen erbB dan fms mengkode protein yang serupa dengan reseptor
hormone pertmbuhan CF1 faktor pertumbuhan. CF1 ini menstimulasi pertumbuhan dan
diferensiasi makrofag, sedangkan erbB menghasilkan produk berupa reseptor nuclear
untuk hormone T3. Kedua onkogen ini sama – sama mengatur mengenai komunikasi
interseluler.

PROTOONKOGEN DAN ONKOGEN SELULER


Gen dengan sekuen DNA yang sangat mirip dengan onkogen retrovirus yang
mengkode protein yang sama dengan genom hewan dan manusia.
1. DNA sirkuler yang telah mengalami hibridisasi dari onkogen hewan ataupun virus
2. Kanker yang diakibatkan oleh gen pada genom sel kanker, dari percobaan
transfeksi. Misalnya percobaan sel tumor yang diisolasi pada jaringan normal.

Kesamaan dengan Onkogen Virus


Onkogen src pertama kali diidentifikasi pada genom Rous sarcoma yang diisolasi
dari ayam. Percobaan subsekuen yang telah didemostrasikan dari genom DNAs normal
(non kanker) pada sel normal di seluruh hewan tingkat tinggi mengandung sekuen DNa
yang telah terhibridisasi dengan sekuen onkogen retrovirus. Pada beberapa kasus,
terdapat persamaan pada onkogen retrovirus yang ditemukan pada eukariotik tingkat
rendah, misalnya pada Saccharomyces cerevisiae. Gen seluler normal dengan onkogen
homolognya disebut protoonkogen. Pada beberapa kasus, protoonkogen dapat bermutasi
menjadi bentuk yang mampu menyebabkan onkogenesis.

Percobaan Transfeksi
Deteksi seluler onkogen yakni dengan cara percobaan transfeksi adalah
berdasarkan kemampuan onkogen untuk mengubah sel non kanker (indikator berdasarkan
kontrol pembelahan sel) ditumbuhkan pada kultur yang bersifat kanker (indikator
berdasarkan ketidakmampuan kontrol pembelahan sel). Normal (tidak mengalami
transformasi) sel yang tumbuh dalam kultur akan berhenti membelah jika bersinggungan
dengan sel lain (sel tetangga), fenomena ini disebut inhibition. Sel ini akan membentuk
monolayer pada permukaan medium kultur ketika mereka tumbuh. Sel yang mengalami
transformasi akan terus membelah atau tumbuh meskipun bersinggungan dengan sel
tetangga, jadi tidak ada fenomena inhibition, sel ini akan terus membelah hingga
membentuk tumor pada permukaan medium kultur.

Onkogen Seluler yang mengandung Intron-Homolog Virus merupakan Ekson


Tunggal
Seperti yang sudah disebutkan terlebih dahulu, onkogen virus, seperti src hasil
teknik rekombinasi DNA digunakan untuk hibridisasi untuk mencari sekuen homolog
pada sel host normal. Sekuen homolog selalu ditemukan pada kromosom normal. v-src
dan c-src sama-sama mengkode protein kinase yang memiliki ukuran dan struktur yang
hampir sama. Perbedaan antara kedua protein adalah pada ujung COOH.
Konservasi Protoonkogen Selama Evolusi
Sebuah argument mengenai pentingnya protoonkogen dan produk yang megkode
pertumbuhan atau pembelahan pada sel normal. seluruh vertebrata memiliki
protoonkogen yang homolog dengan onkogennya. Faktanya, genom D. melanogaster
mengandung 2 gen homolog dengan src dan 3 gen homolog dengan ras, sama seperti
genom pada vertebrata.

Produk Protoonkogen; Regulator Kunci pada Pembelahan Sel


Selama beberapa tahun terakhir, informasi yang banyak didapatkan mengenai
struktur dan fungsi dari berbagai protoonkogen. Sekarang tampak jelas bahwa satu-
satunya properti yang menyatukan gen-gen ini sebagai suatu kelompok adalah bahwa
mereka semua memainkan peran sentral dalam kendali pembelahan sel. Ketika
diklasifikasikan menurut fungsi, protoonkogen yang berbeda tampaknya cocok dengan
empat kelompok:
1. Pengkode faktor pertumbuhan (c-sis) atau reseptor faktor pertumbuhan (c-fms dan
c-erbB);
2. Pengkode GTP — binding protein dengan aktivitas GTPase (c-H-ras, c-K-ras dan
N-ras);
3. Pengkode protein kinase baik protein tirosin-spesifik kinase (c-abl, c-fes, c-fgr, c-
fps, c-ros, c-scr, dan c-yes) atau serine / threonine protein spesifik kinase (c-mil,
c-mos, dan c-raf); dan
4. Pengkode regulator transkripsional (c-fos, c-jun, c-erbA, c-myc dan pos-sibly c-
myb dan c-ets).

B. Question
1. Bagaimana fungsi checkpoint dan kapan terjadinya pada Xenophus laevis?
2. Bagaimana perbedaan tumor ganas dan tumor jinak?
3. Bagaimana teori mengenai seleksi klonal?
4. Sebutkan dan jelaskan tiga macam gen major bistocompatibility complex (MHC)!

C. Answer
1. Xenophus laevis memperlihatkan bahwa sel memiliki 2 kali checkpoin selama
tahap pembelahan sel. Poin pertama disebut start, yakni terjadi di akhir fase G1.
Pada start poin ini sel akan menginisiasi untuk sintesis DNA sesaat sebelum
memasuki fase S. Checkpoint yang kedua yakni untuk memulai kodensasi
kromosom serta mengontrol penyebaran kromatid selama mitosis. Ini saat awal
sekali pada fase M siklus sel. Dapat disimpulkan bahwa adanya check poin ini
untuk mengatur protein sinyal pada kedua tahap.
2. Tumor ganas (bersifat kanker) dapat mudah berpindah ke bagian lain dari tubuh
(proses ini disebut metastasis), sedangkan tumor jinak tidak bersifat kanker dan
tidak dapat mengalami metastasis.

Anda mungkin juga menyukai