Anda di halaman 1dari 11

LO :

1. Microcalcification and microcalcification


Dengan menganalisis mikrokalsifikasi, ahli radiologi secara sistematis mencari tanda-tanda yang
sesuai dengan karsinoma in situ. Dalam bentuk duktal dan lobular, ia muncul di unit terminal
duktal-lobular (TDLU). Oleh karena itu perlu untuk sepenuhnya memahami karakteristik
histologis TDLU agar dapat membangun hubungan antara morfologi mikrokalsifikasi,
distribusinya, dan asal duktal-lobularnya.
Payudara memiliki rata-rata 15 sampai 20 lobus atau segmen yang memunculkan saluran
utama yang berakhir dengan sinus laktiferus di puting susu.
Setiap saluran membagi dari puting ke pinggiran di saluran sub-segmen dan kemudian menjadi
20 sampai 40 saluran terminal.
Setiap saluran terminal mengumpulkan 10 sampai 100 kelenjar asinus yang membentuk sebuah
lobulus
Seluruh panjang dinding duktus, ke canciuli dan asini, dibentuk oleh epitel permukaan kontinu
di pinggiran yang dikelilingi oleh lapisan sel mio-epitel yang terputus-putus. Lapisan ini dilapisi
dengan lapisan jaringan ikat kendur yang miskin kolagen dan kaya sel yang disebut membran
basal, persilangan yang menentukan sifat mikro-invasif dan kemudian invasif tumor [3].

Mikrokalsifikasi yang terkait dengan perkembangan karsinoma in situ muncul di lumen asini dan
duktus terminal, oleh produksi kalsium pada bahan sekret atau pada zona nekrosis. Mereka
hanya secara tidak langsung membuktikan proliferasi sel karsinoma, yang kemudian akan
berkembang ke arah retrograde, di dalam lobulus atau arah anterograde di saluran menuju
puting susu. Mikrokalsifikasi mungkin tampak terputus-putus dan mengindikasikan multi-fokus.
Lesi DCIS multifokal sebenarnya jarang dan paling sering berhubungan dengan lesi tunggal yang
meluas ke beberapa duktus secara berdekatan

Ukuran mikrokalsifikasi
Secara kasar, mikrokalsifikasi besar sekitar satu milimeter lebih sering jinak daripada yang
ukurannya di bawah 0,5 mm.
Namun, ada pengecualian karena kalsifikasi kasar heterogen atau distrofi yang berukuran lebih
dari satu milimeter dapat dikaitkan dengan lesi ganas.

Jumlah mikrokalsifikasi
Sekelompok 10 atau lebih mikrokalsifikasi dalam volume kurang dari 1 cm3 lebih dicurigai
daripada kelompok 5 mikrokalsifikasi dengan morfologi identik.
Dalam studi Barreau, jumlah mikrokalsifikasi yang tinggi dalam sebuah kluster berkorelasi
dengan tingkat DCIS yang tinggi dan adanya nekrosis.

https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2211568413003884

WO :
1. Describe the concepts of photo-oncogenes, oncogenes, and surveillance
Onkogen adalah gen yang termodifikasi sehingga meningkatkan keganasan sel
tumor. Onkogen umumnya berperan pada tahap awal pembentukan tumor. Onkogen
meningkatkan kemungkinan sel normal menjadi sel tumor, yang pada akhirnya dapat
menyebabkan kanker.

Proto-onkogen
Proto-onkogen adalah gen normal yang dapat menjadi onkogen bila mengalami
mutasi, atau bila ekspresinya meningkat ( gen-gen yang potensial memicu kanker).
Proto-onkogen mengkode protein yang diperlukan sel untuk regulasi perkembangbiakan dan
diferensiasi. Proto-onkogen sering ditemukan berperan pada transduksi sinyal dan eksekusi
sinyal mitogen (senyawa organic yang berperan didalam siklus sel sebagai stimulasi kelanjutan
proses menuju mitosis), yang umumnya dilakukan oleh produk protein yang dihasilkannya.
Setelah diaktifkan, proto-onkogen atau produk yang dihasilkan menjadi penginduksi tumor
yang disebut onkogen. Pada keadaan fisiologis proses pembelahan sel dapat dibagi kedalam
tahap-tahap sebagai berikut:
- Pengikatan factor pertumbuhan oleh reseptor factor pertumbuhan yang berada pada
membrane sel
- Aktivasi reseptor factor pertumbuhan yang kemudian menaktifkan protein penghantar
rangsang yang berada pada bagian dalam membrane sel
- Pengaliran rangsang pertumbuhan melalui sitoplasma ke inti
- Merangsang dan mengaktifkan factor pertumbuhan inti, sehingga transkripsi DNA
dimulai
- Sel masuk ke dalam siklus pembelahan sel; fase G1, fase S, fase G2; kemudian fase M

Contoh proto-onkogen :
- Ras  ras mengkode protein transduksi sinyal intraseluler. Dengan kata lain, ras adalah
salah satu sakelar hidup/ mati dalam serangkaian Langkah dalam jalur utama yang
akhirnya mengarah pada pertumbuhan sel. Ketika ras bermutasi, ia mengkodekan
protein yang mneyebabkan sinyal pertumbuhan yang tidak terkendali
- HER2  gen ini membuat reseptor protein yang terlibat dalam pertumbuhan dan
pembelahan sel di payudara.
- Myc  dikaitkan dengan jenis kanker limfoma Burkitt. Ini terjadi Ketika translokasi
kromosom memindahkan urutan peningkatan gen di dekat proto-onkogen Myc
- Cyclin D  tugas normalnya adalah membuat protein yang disebut protein penekan
tumor Rb menjadi tidak aktif. Pada beberapa jenis kanker, seperti tumor pada kelenjar
paratiroid, Cyclin D diaktifkan karena mutase. Akibatnya, ia tidak dapat lagi melakukan
tugasnya untuk membuat protein penekan tumor menjadi tidak aktif. Hal ini pada
gilirannya menyebabkan pertumbuhan sel yang tidak terkendali

Aktifasi
Proto-onkogen apat menjadi onkogen dengan sedikit modifikasi pada fungsi aslinya. 2 tipe
pengaktifan :
- Terjadi mutase pada suatu onkogen yang berakibat perubahan pada struktur protein,
disebabkan oleh :
i. Kenaikan aktivitas protein (enzim)
ii. Hilangnya regulasi
iii. Terjadinya hybrid antar protein melalui kerasukan kromosom pada pembelahan
sel. Telah dikeahui bahwa kerusakan kromosom yang terjadi saat pembelahan
sel pada sumsum tulang belakang dapat menimbulkan leukimia
- Meningkatnya konsentrasi protein, disebabkan oleh :
i. Meningkatnya ekspresi protein akibat kesalahan regulasi
ii. Meningkatnya stabilitas protein, yang membuat keberadaan dan aktivitasnya
dalam sel menjadi lebih lama
iii. Duplikasi gen, yang berakibat meningkatnya jumlah protein dalam sel

Kategori perubahan genetic proto-onkogen menjadi onkogen :


- Translokasi / transposisi  gen berpindah ke lokus baru, di bawah control promoter
yang baru. Perubahan ini dapat menyebabkan produksi protein penstimulasi
pertumbuhan berlebih
- Amplifikasi gen  gen disalin hingga berlipat ganda dalam genom. Hasilnya serupa
dengan translokasi
- Mutase titik dalam gen.. hasilnya berupa protein penstimulasi pertumbuhan yang
bekerja hiperaktif atau resisten degradasi

Efekk dari aktivasi onkogen :


- Mengkode pembuatan protein yang berfungsi sebagai factor pertumbuhan, yang
berlebihan dan merangsang diri sendiri. Misalnya C-sis
- Memproduksi reseptor factor pertumbuhan yang tidak sempurna, yang memberi isyarat
pertumbuhan terus-menerus meskipun tidak ada rangsangan dari luar (misalnya c-erbB)
- Pada amplifikasi gen terbentuk reseptor factor pertumbuhan yang berlebihan, sehingga
sel tumor sangat peka terhadap factor pertumbuhan yang rendah, yang berada di
bawah ambang rangsang normal (misalnya c-neu)
- Memproduksi protein yang berfungsi sebagai penghantar isyarat di dalam sel yang tidak
sempurna, yang terus menerus menghantarkan isyarat meskipun tidak ada rangsangan
dari luar sel (misalnya c-K-Ras)
- Memproduksi protein yang berkaitan langsung dengan inti yang mernagsang
pembelahan sel (misalnya c-myc)

Hasil dari efek aktivasi onkogen di atas, pada akhirnya akan id bawa ke siklus sel. Progresi sel
dalam pembelahan diatur melalui berbagai fase siklus sel yang dikendalikan oleh cycline-
dependent kinase (CDKs) yang menjadi aktif setelah berikatan dengan protein lain yaitu cycline.
Meskipun tiap fase dimonitor dengan sangat baik, namun peralihan dari G1 ke S merupakan
check point yang paling penting dalam siklus sel. Jika checkpoiny ini dilalui, maka sel diizinkan
melamutkan proses selanjutnya.
Jika sel menerima isyarat pertumubuhan, kadar family cycline tersebut ebekrja dan
mengaktifkan CDKs. Checkpoint fase G1 ke S dijaga oleh protein Rb(pRb). Apabila memasuki
fase S (fase sintesa DNA). Jika terjadi mutase yang mengganggu peraturan cycline D biasanya
overexpresi, mengakibatkan peningkatan sel masuk ke fase S, sehingga terjadi transformasi
neoplastic
Tumor suppressor / anti-onkogen
Tumor tidak hanya terjadi akibat aktifsi onkogen yang berlebihan tetapi dapat juga akibat
hilangnya atau tidak aktifnya gen yang bekerja menghambar perutmbuhan sel yang disebut
anti-onkogen. Pada pertumbuhan dan diferensiasi normal, anti-onkogen bekerja menghambar
pertumbuhan yang merangsang diferensiasi sel. Beberapa anti-onkogen ialah gen p53, Rb
(retinoblastoma)< APC (adenomatous polyposis coli), WT (william’s Tumor), DCC dan NF.

Mekanisme kerja anti-onkogen


Selama fase pertama sel yaitu G1, ada proses yang perlu dilalui oleh sel, yang disebut
checkpoint. Checkpoint ini bertujuan untuk mengecek, apakah sel diizinkan untuk membelah
atau tidak. Anti-onkogen berfungsi sebagai checkpoint untuk mengatur pembelahan sel.
Beberapa yang sering mengalami mutase adalah Rb dan p53

Mekanisme kerja Rb dan p53


Sebelum memasuki siklus sel fase S, pada fase G1 akan diadakan checkpoint. Pada siklus
nomrla, Rb akan berikatan dengan factor transkripsi yang disebut E2F. factor transkripsi ini
berfungsi dalam mengaktifkan ekspresi gen dan memberi sinyal bhawa pembelahan sel boleh
dilanjutkan. Jika E2F diikat Rb, maka proses siklus sel selanjutnya belum bisa dilakukan. Untuk
melepaskan ikatan ini, diperlukan CDKs yang telah diaktifkan oleh cycline, danb membuat Rn
difosforilasi. Fosforilasi rb menyebabkan ikatan E2f dan Rb putus. Dengan putusnya Rb dengan
E2F, maka E2F akan mengaktifkan ekspresi gen dan memberi sinyala gar siklus pembelahan sel
dilanjutkan. Jika terjadi mutase pada Rb, maka tidak ada yang mengikat E2F, sehingga ekspresi
gen dan sinyal pembelahan sel akan diteruskan kepada S yang akan membawa ke pembelahan
sel neoplastic
P53 bekerja untuk mengecek apakah terjadi kerusakan DNA atau tidak. Jika terdeteksi adanya
kerusakan DNA, maka ada 2 hal yang diperintahkan oleh p53, yaitu mengaktifkan DNA repair
gen dan penghentian siklus pada G1 sampai kerusakannya dapat diperbaiki. Mekanisme
penghentian siklus sel, yaitu dengan mengaktifkan p21. P21 berfungsi untuk mencegah aktifasi
CDKs oleh cylcline, sehingga CDKs tidak bisa memfosforilasi Rb. Akibatnya E2F tetap terikat
dengan Rb. Jika terjadi mutase pada p53, maka kerusakan DNA tidak akan dapat terdeteksi
yang pada akhirnya membawa kepada pertumbuhan sel neoplastic

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK21662/

2. Discuss the factors which induce uncontrolled cellular growth


1. Energi radiasi  sinar Uv, sinar-X dan sinar gamma merupakan unsur mutagenic dan
karsinogenik. Radiasi Uv dapat menyebabkan terbentuknya dimmer pirimidin,
kerusakan pada DNA diperkirakan menjadi mekanisme dasar timbulnya karsinogenisitas
akibat energi radiasi. Selain itu, sinar radiasi menyebabkan terbentuknya radikal bebas
di dalam jaringan. Radikal bebas yang terbentuk dapat berinteraksi dengan DNA dan
makromolekul lainnya sehingga terjadi kerusakan molecular
2. Senyawa kimia  kontak dengan senyawa kimia dapat terjadi akibat pekerjaan,
makanan, atau gaya hidup. adanya interaksi senyawa kimia karsinogen dengan DNA
dapat mengakibatkan kerusakan pada DNA. Kerusakannya ada yang bisa diperbaiki dan
ada yang tidak. Kerusakan yang tidak dapat diperbaiki dianggap sebagai penyebab
timbulnya proses karsinogenesis
3. Virus  virus onkogenik mengandung DNA atau RNA sebagai genomnya. Adanya infeksi
virus pada sutau sel dapat mengakibaykan transformasi malignant, hanya saja
bagaimana protein virus dapat menyebabkan transformasi masih belum diketahui
secara pasti. Umumnya jenis retrovirus menyisipkan onkogen ke dalam genom,
mengubah proto-onkogen menjadi onkogen,a atu merusak gen dengan menyisipkan gen
lain di antara gen suppressor tumor. Beberapa jenis kanker yang disebabkan adalah
leukimia, kanker hati, dan kanker serviks

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK21662/

3. List various carcinogens and describe how they influence cell growth
Karsinogen adalah zat apa pun, radionuklida, atau radiasi yang memicu karsinogenesis,
pembentukan kanker. Hal ini mungkin karena kemampuan untuk merusak genom atau
gangguan proses metabolisme seluler.

Radiasi
CERCLA mengidentifikasi semua radionuklida sebagai karsinogen, meskipun sifat radiasi yang
dipancarkan (alfa, beta, gamma, atau neutron dan kekuatan radioaktif), kapasitas
konsekuennya untuk menyebabkan ionisasi (adalah proses dimana atomor suatu molekul
memperoleh muatan negatif atau positif dengan memperoleh atau kehilangan elektron,
seringkali bersamaan dengan perubahan kimia lainnya) dalam jaringan, dan besarnya paparan
radiasi, menentukan potensi bahaya. Karsinogenisitas radiasi tergantung pada jenis radiasi,
jenis paparan, dan penetrasi. Misalnya, radiasi alfa memiliki penetrasi yang rendah dan tidak
berbahaya di luar tubuh, tetapi pemancarnya bersifat karsinogenik jika terhirup atau tertelan.
Misalnya, Thorotrast, suatu suspensi (kebetulan radioaktif) yang sebelumnya digunakan sebagai
media kontras dalam diagnostik sinar-X, adalah karsinogen manusia yang kuat yang dikenal
karena retensi (penyimpanan) dalam berbagai organ dan emisi partikel alfa yang persisten.
Radiasi pengion tingkat rendah dapat menyebabkan kerusakan DNA yang tidak dapat diperbaiki
(menyebabkan kesalahan replikasi dan transkripsi yang diperlukan untuk neoplasia atau dapat
memicu interaksi virus) yang menyebabkan penuaan dini dan kanker.
Tidak semua jenis radiasi elektromagnetik bersifat karsinogenik. Gelombang energi rendah
pada spektrum elektromagnetik termasuk gelombang radio, gelombang mikro, radiasi infra
merah, dan cahaya tampak dianggap tidak demikian, karena energinya tidak cukup untuk
memutuskan ikatan kimia. Radiasi berenergi lebih tinggi, termasuk radiasi ultraviolet (terdapat
sinar matahari), sinar-x, dan radiasi gamma, umumnya bersifat karsinogenik, jika diterima
dalam dosis yang cukup.

In pre[are food
Chemical used in processed and cured meat such as some brand of bacon, sausages and ham
may produce carcinogens. Misalnya, nitrit digunakan sebagai makanan bahan pengawet dalam
daging yang diawetkan seperti bacon juga tercatat bersifat karsinogenik dengan kaitan
demografis, tetapi bukan penyebab kanker usus besar. karsinogen yang sebanding dengan yang
ditemukan dalam asap rokok (yaitu, benzo[a]pyrene) Pengasapan makanan seperti kokas
(memakai arang) menghasilkan karsinogen. Ada beberapa produk karsinogenik, seperti
hidrokarbon aromatik polinuklear, yang diubah oleh enzim manusia menjadi epoksida, yang
melekat secara permanen pada DNA. Memasak daging dalam oven microwave selama 2-3
menit sebelum memanggang mempersingkat waktu di atas wajan panas, dan menghilangkan
prekursor heterosiklik amina (HCA), yang dapat membantu meminimalkan pembentukan
karsinogen ini.

Pada rokok
Ada hubungan yang kuat antara merokok dengan kanker paru-paru; risiko terkena kanker paru-
paru meningkat secara signifikan pada perokok. Sejumlah besar karsinogen yang diketahui
ditemukan dalam asap rokok. Karsinogen kuat yang ditemukan dalam asap rokok termasuk
hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH, seperti benzo(a)pyrene), benzena, dan nitrosamine

Aflatocxin B
Naturally occurring mycotoxins that are produced by many species of Aspergillus flavus and
Aspergillus parasiticus
Klasifikasi
International Agency for Research on Cancer
- Grup 1: agen (campuran) pasti karsinogenik bagi manusia. Keadaan paparan
memerlukan paparan yang bersifat karsinogenik bagi manusia. (aflatoksin)
- Kelompok 2A: agen (campuran) mungkin (produk lebih mungkin) karsinogenik bagi
manusia. Keadaan paparan memerlukan paparan bahwa knalpot mesin diesel) mungkin
bersifat karsinogenik bagi manusia.
- Kelompok 2B: agen (campuran) mungkin (kemungkinan produk menjadi) karsinogenik
bagi manusia. Keadaan paparan memerlukan paparan yang mungkin bersifat
karsinogenik pada manusia. (gasoline exhaust
- Kelompok 3: agen (keadaan campuran atau paparan) tidak dapat diklasifikasikan sebagai
karsinogenisitasnya pada manusia kafein
- Kelompok 4: agen (campuran) mungkin tidak bersifat karsinogenik pada manusia

https://www.cancer.org/cancer/cancer-causes/general-info/known-and-probable-human-
carcinogens.html

4. Describe how changes in DNA and RNA result in uncontrolled cellular growth
Hereditary cancer kebanyakan disebabkan oleh DNA mutastion (delesi, insersi, transisi,
transversi) yang dapay mengakibatkan kerusakan struktur protein sehingga protein tidak dapat
bekerja dengan semestinya, atau[un terjadi peningkatan dari konsentrasi protein yang
mengakibatkan protein bekerja lebih daripada yang seharusnya. Protein yang termutasi
sehingga tidak dapat bekerja dengan baik biasa terjadi pada tumor suppressor protein yang
diproduksi oleh tumor suppressor gene, dan DNA repair gene. Sedangkan peningkatan
konsentrasi protein biasa terjadi [ada cell growth promotor protein yang diproduksi oleh cell
growth promotor gene
Mutasi pada tumor suppressor dan DNA repair gene
Tugas dari tumor suppressor gene adalah untuk memperbaiki kesalahan DNA yang rusak
dengan cara menghentikan cell cycle untuk sementara lalu mengaktifkan DNA repair gene agar
kesalahan DNA dapat segera di perbaiki, namun jika kesalahannya sudah terlalu besar, maka
tumor suppressor gene akan memprogramsel tersebut untuk mati untuk mencegah terjadinya
sel yang abnormal yang tumbuh.
Contoh :
Tumos suppressor gene p53. p53 ini bekerja untuk mengecek apakah terjadi kerusakan DNA
atau tidak. Jika terdeteksi adanya kerusakan DNA,maka ada 2 hal yang diperintahkan oleh
p53,yaitu mengaktifkan DNA repair gen dan penghentiansiklus sel pada G1 sampai
kerusakannya dapat diperbaiki. Mekanisme penghentiansiklus sel,yaitu dengan mengaktifkan
p21. p21 ini berfungsi untuk mencegah aktifasi CDKs oleh cycline, sehingga CDKs tidak bisa
memfosforilisasi Rb. Akibatnya E2F tetap terikat dengan Rb. Sehingga, ketika terjadi mutasi
pada DNA pembentuk tumor suppressor gene ataupun DNA repair gene, atau
keduanya,akibatnya adalah kerusakan DNA tidak dapat dideteksi,yang pada akhirnya akan
membawa pertumbuhan sel neoplastic (terus membelah diri)

Mutase pada cell promotor growthm menghasilkan produksi protein pelindung sel yang
berlebihan
Normal cells will commit cell suicide when they are no longer needed, until them, they are
protected from cell suicide by several protein clusters and pathways, one of the protective
pathway is P13K/AKT pathway; another is Ras/MEK/ERK pathway. Kadang-kadang gen di
sepanjang jalur pelindung ini bermutasi sedemikian rupa sehingga membuatnya "aktif" secara
permanen, membuat sel tidak mampu melakukan bunuh diri saat tidak lagi dibutuhkan. Ini
adalah salah satu langkah yang menyebabkan kanker dalam kombinasi dengan mutasi lainnya.
Contoh :
biasanya, proteinPTEN mematikan jalur PI3K/AKT saat sel siap untuk kematian sel terprogram.
Pada beberapa kanker payudara, gen untuk protein PTEN bermutasi, sehingga jalur PI3K/AKT
terhenti pada posisi "on", dan sel kanker tidak melakukan mutasi RNA bunuh diri.

RNA mutation
Proteinlah yang benar-benar melakukan pekerjaannya. Produksi protein adalah mekanisme
yang sangat teratur dan kompleks: mesin seluler membaca fragmen DNA yang menyusun gen,
mentranskripsikannya menjadi RNA dan, dari RNA, membuat protein. Pada RNA juga bukannya
tidak mungkin terjadinya mutasi, seperti kesalahan pada saat transkripsi DNA (pengganti A-T-G-
C), delesi dan/atau insersi sehingga terbentuk suatu protein yang tidak normal. Protein tersebut
bisa saja salah melipat sehingga akhirnya tidak terekspresi, ataupun protein tersebut tidak
bekerja dengan yang seharusnya, sehingga membuat sel memiliki fungsi baru yang tidak
seharusnya. Jika tumor suppressor atau repair DNA protein yang mengalami mutasi, maka
tumor suppressor protein tidak dapat menjalankan fungsi sebagaimana mestinya sehingga
kerusakan DNA tidak dapat dideteksi, yang pada akhirnya akan membawa pertumbuhan sel
neoplastik (terus membelah diri)
Protein yang tidak normal juga dapat disebabkan oleh adanya alternative splicing pada mRNA.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan splicing alternatif menyebabkan hilangnya
domain protein fungsional secara umum, tim menemukan bahwa perubahan splicing alternatif
yang terjadi pada fungsi protein dampak kanker dengan cara yang mirip dengan yang dijelaskan
sebelumnya untuk mutasi genetik. perubahan fungsi protein ini akan menyebabkan perubahan
morfologi dan fungsi sel, memberikan karakteristik sel tumor, seperti potensi proliferatif yang
tinggi atau kemampuan untuk menghindari kematian sel terprogram, yang pada akhirnya akan
membawa pertumbuhan sel neoplastik (terus membelah diri)

https://www.longdom.org/open-access/rna-mutations-source-of-life-2329-6682.1000112.pdf
https://www.cancer.net/navigating-cancer-care/cancer-basics/genetics/genetics-cancer

5. Compare the mechanisms producing inhibition and stimulation of growth


Producing inhibition
Immune checkpoint adalah bagian normal dari sistem kekebalan tubuh. Peran mereka adalah
mencegah respons imun menjadi begitu kuat sehingga menghancurkan sel-sel sehat di dalam
tubuh.
Immune checkpoint terlibat ketika protein pada permukaan sel kekebalan yang disebut sel T
mengenali dan mengikat protein mitra pada sel lain, seperti beberapa sel tumor. Protein ini
disebut protein immune checkpoint. Ketika checkpoint dan partner protein mengikat bersama,
mereka mengirimkan sinyal “off" ke sel T. Ini dapat mencegah sistem kekebalan
menghancurkan kanker.
Obat imunoterapi yang disebut immune checpoint inhibitors bekerja dengan menghalangi
protein checkpoint agar tidak berikatan dengan protein pasangannya. Ini mencegah pengiriman
sinyal "off", memungkinkan sel T untuk membunuh sel kanker.
Salah satu obat tersebut bekerja melawan protein checkpoint yang disebut CTLA-4. Inhibitor
checkpoint kekebalan lainnya bertindak melawan protein checkpoint yang disebut PD-1 atau
protein partnernya PD-L1. Beberapa tumor menolak respon sel T dengan memproduksi banyak
PD-L1.
PD-1 memainkan dua peran yang berlawanan, karena dapat bermanfaat dan berbahaya.
Mengenai efek menguntungkannya, ia memainkan peran kunci dalam mengurangi regulasi
respons imun yang tidak efektif atau berbahaya dan menjaga toleransi imun. Namun, PD-1
menyebabkan pelebaran sel ganas dengan mengganggu respon imun protektif.
Selain itu, PD-L1 diekspresikan oleh sel tumor sebagai “mekanisme imun adaptif” untuk
menghindari respons antitumor. PD-L1 bertindak sebagai faktor pro-tumorigenik dalam sel
kanker melalui pengikatan pada reseptornya dan mengaktifkan jalur pensinyalan proliferatif
dan kelangsungan hidup . Temuan ini lebih lanjut menunjukkan bahwa PD-L1 terlibat dalam
perkembangan tumor selanjutnya. Selain itu, PD-L1 telah terbukti mengerahkan efek
proliferatif non-imun pada berbagai jenis sel tumor.
Protein checkpoint, seperti PD-L1 pada sel tumor dan PD-1 pada sel T, membantu menjaga
respons imun tetap terkendali. Pengikatan PD-L1 ke PD-1 mencegah sel T membunuh sel tumor
di dalam tubuh (panel kiri). Memblokir pengikatan PD-L1 ke PD-1 dengan penghambat immune
checkpoint (anti-PD-L1 atau anti-PD-1) memungkinkan sel T untuk membunuh sel tumor (panel
kanan).

Simulation for growth


Proses ini dipicu oleh mutasi somatik, yang memberikan keuntungan kelangsungan hidup dan
pertumbuhan yang cukup besar bagi sel yang diinisiasi
(1) GF seperti EGF dan IGF1 mendukung perluasan klon pembawa mutasi
(2) sering menyebabkan lesi intraluminal
(3) seperti karsinoma in situ atau neoplasia intraepitel, yang dikelilingi oleh membran basal.
(4) mengacu pada migrasi dan penetrasi sel kanker ke jaringan tetangga. Proses ini melibatkan
hilangnya polaritas epitel, perolehan motil, fenotip mirip mesenkimal, dan sekresi protease.
Baik onkogen dan penekan tumor, bersama dengan sekelompok besar GF, mengendalikan fase
kritis perkembangan tumor ini. Sel kanker masuk (ekstravasasi) dan keluar (intravasasi) limfatik
dan menyebar ke pembuluh darah
(5) dan bermetastasis ke organ jauh. Ekstra dan intravasasi memerlukan fungsi pendukung
makrofag, trombosit, dan sel endotel. mikrometastasis yang dihasilkan
(6) biasanya menunjukkan kepekaan terhadap kemoterapi dan radioterapi. Namun, perolehan
mutasi baru dan kemampuan sel kanker untuk menghasilkan GF (autokrin loop) mendorong
pertumbuhan klon yang resisten.
(7). Angiogenesis
(8) sangat penting untuk pembentukan tumor sekunder yang lebih besar dari 1 ml. Tunas
pembuluh yang ada dan rekrutmen sel progenitor endotel yang diturunkan dari sumsum tulang
distimulasi oleh GF yang disekresikan oleh sel tumor dan stroma. Pada fase akhir, metastasis
relatif besar
(9) mengisi satu set organ target yang berbeda. Perhatikan bahwa periode latensi selama
beberapa tahun dapat mendahului fase akhir ini. CSF-1, faktor perangsang koloni 1; EGF, faktor
pertumbuhan epidermal; FGF, faktor pertumbuhan fibroblas; HB-EGF, EGF pengikat heparin;
NRG, neuregulin; TGF, mengubah faktor pertumbuhan; VEGF, faktor pertumbuhan endotel
vaskular.

https://www.cancer.gov/about-cancer/treatment/types/immunotherapy/checkpoint-inhibit
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3062054/
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7136921/

6. Explain the difference between meiosis and mitosis

Anda mungkin juga menyukai