Anda di halaman 1dari 63

 Mengapa suatu sel menjadi ganas  fungsi

normal dari pertumbuhan dan reproduksi sel


 Proses normal siklus sel dan bagaimana
proses tersebut berjalan  mekanisme yang
memicu terjadinya kanker
 Loss of control dari siklus sel merupakan
tahap kritis perkembangan kanker
 Karakteristik sel sel kanker : merupakan sel
abnormal dimana terjadi gangguan terhadap
pengaturan pembentukan sel-sel yang
normal  sel kanker bekembang dari hanya
sekedar berubah dari sel normal sampai ke
tahap abnormalnya fungsi sel
 Perubahan ini bisa disebabkan oleh mutasi
yang diturunkan yang dipicu oleh faktor-
faktor lingkungan seperti sinar UV, X-rays,
bahan kimia, tembakau dan virus
 Sebagian besar tidak disebabkan oleh hanya
satu faktor saja
 Suatu sel memerlukan tahapan dari
premalignan menjadi invasif
KANKER

suatu penyakit sel dengan kegagalan mekanisme


pengatur multiplikasi dan fungsi homeostasis
lainnya pada organisme multiseluler
 Sistem kontrol normal yang mencegah
terjadinya overgrowth dan invasi ke jaringan
lain tidak dapat terjadi
 sel-sel ini membelah dan tumbuh tanpa
membutuhkan sinyal yang dibutuhkan
layaknya sel normal
 Tumbuh dengan karakter yang baru :
perubahan struktur, menurunnya adesi sel,
produksi enzim-enzim baru  menyebar dan
menginvasi sekitarnya
 Biasanya akibat dari mutasi di gen protein-
encoding yang mengatur pembelahan sel 
seiring waktu semakin bermutasi oleh karena
gen-gen yang membuat protein tersebut pada
keadaan normal memperbaiki kerusakan pada
DNA, tidak dapat berfungsi normal karena juga
telah mengalami mutasi  mutasi dimulai 
abnormalitas lanjutan pada sel dan sel-sel hasil
pembelahan selanjutnya
 Selama masih berada dalam lokasi asal,
cenderung benign, bila sudah invasi disebut
ganas  bermetastase, mengirimkan sel-
selnya ke bagian tubuh yang lain 
terbentuk tumor baru
 Faktor lingkungan : radiasi, sinar UV light,
bahan kimia  merusak DNA  replikasinya
eror  sistem repair tidak berjalan mutasi
 sistem perbaikan tidak terjadi  mutasi
lanjutan
 Memiliki dua fase utama, yakni fase S (sintesis) dan
fase M (mitosis)
 Fase S : terjadi replikasi DNA kromosom dalam sel
 Fase M : terjadi pemisahan 2 set DNA kromosom tersebut
menjadi 2 sel
▪ Gap : Fase yang membatasi kedua fase utama
▪ Gap-1 (G1) sebelum fase S :sel melakukan persiapan untuk sintesis
DNA (ekspresi dan sintesis protein ), fase awal siklus sel . Pada akhir
fase G1 terjadi peningkatan RNA disusul dengan fase S yang
merupakan saat terjadinya replikasi DNA
Gap-2 (G2) setelah fase S : sel melakukan sintesis lebih lanjut untuk
proses pembelahan pada fase M, ciri: sel berbentuk tertaploid,
mengandung DNA dua kali lebih banyak daripada sel fase lain dan
masih berlangsungnya sintesis RNA dan protein
 Fase M : kromosom berpisah di dalam nukleus dan terjadi
pembelahan sitoplasma (sitokin)
 Setelah itu sel dapat memasuki interfase untuk kembali
memasuki fase G1, saat sel berpoliferasi, atau memasuki
fase istirahat (Go)
 G0 : sel tidak dalam proses pembelahan (sebagian besar
sel dewasa)
 Sel dalam fase Go yang masih potensial untuk
berpoliferasi disebut sel klonogenik atau sel induk (stem
cell)
 Jadi yang menambah jumlah sel kanker ialah sel yang
dalam siklus proliferasi dan dalam fase Go
S G2 M
Fase Sintesis pramitosis Fase mitosis

G1
pascamitosis

Go
Fase istirahat
 Untuk menjamin bahwa DNA berduplikasi dengan
akurat dan separasi dari kromosom terjadi dengan
benar
 Kerusakan DNA  cell cycle arrest sementara atau
permanen
 Checkpoint pada fase G1 akan dapat dilalui jika ukuran
sel memadai, ketersediaan nutrien mencukupi, dan
adanya faktor pertumbuhan (sinyal dari sel yang lain)
 Checkpoint pada fase G2 terjadi ketika ada kerusakan
DNA yang akan mengaktivasi beberapa kinase, dapat
dilewati jika ukuran sel memadai, dan replikasi
kromosom terselesaikan dengan sempurna
 checkpoint pada fase M (mitosis) terjadi jika
benang spindle tidak terbentuk atau jika semua
kromosom tidak dalam posisi yang benar dan
tidak menempel dengan sempurna pada spindle
 Kontrol checkpoint menjaga stabilitas genomik
 Kesalahan checkpoint  meloloskan sel untuk
berkembang biak meskipun terdapat kerusakan
DNA atau replikasi yang tidak lengkap atau
kromosom tidak terpisah sempurna 
kerusakan genetik
 Bila mekanisme cell cycle arrest tidak cukup
menjamin DNA yang rusak diduplikasi
eliminasi dengan apoptosis
 Sistem keseimbangan : apoptosis berlebih 
fungsi menurun, proliferasi berlebih  massa
tumor
 adalah kematian sel melalui mekanisme genetik
dengan kerusakan/fragmentasi kromosom atau
DNA
 Ada 2 ; fisiologis dan apoptosis patologis
 Apoptosis fisiologis adalah kematian sel yang
diprogram (programmed cell death)
berhubungan dengan enzim telomerase
Sel normal, telomer akan memendek saat
pembelahan  pada ukuran tidak
membelah lagi  apoptosis fisiologis
Sel ganas  pemendeken telomer tidak
terjadi
 Apoptosis patologis : kematian sel karena
rangsangan (aktivitas p53, jalur sitotoksik,
disfungsi mitokondria, dan kompleks fas dan
ligan pada gen yang cacat (lingkungan, virus
dll)
 Tahapan pertumbuhan tumor : hiperplasia,
displasia dan anaplasia
 Hiperplasia : pembelahan sel yang tidak
terkontrol, sel terlihat normal meskipun telah
terjadi perubahan karena pertumbuhan yang
loss of control
 Displasia : koloni sel lebih besar, perubahan
genetik lanjutan, peningkatan mobilisasi
 Anaplasia : sel mulai kehilangan fungsi aslinya,
bila masih in situ (di lokasi awal)  benign, bila
sudah invasif  malignan
 5 jenis tumor :
• Karsinoma : sel epitelial, sebagian kanker
adalah karsinoma
• Sarkoma : otot, tulang, lemak atau
jaringan ikat
• Leukemia : sel-sel darah putih
• Limfoma : sistem limfe berasal dari
sumsul tulang
• Mieloma : sel darah putih khusus yang
memproduksi antibodi
 Meski pertumbuhannya tidak tergantung
pada kontrol normal, sel kanker tetap butuh
nutrisi dan oksigen
 Pertumbuhan sel tumor  pembuluh darah
baru (untuk dapat menginvasi jaringan lain)
 Angiogenesis : sel tumor membuat growth
factor sendiri  formasi pembuluh darah
baru  membelah karena pengaruh faktor
angiogenik dari sel tumor
 Sel tumor yang non-angiogenik bersifat
dorman ketika berada di jaringan lain
 Sel tumor yang angiogenik memproduksi
pembuluh darah baru  rapid growth
 DNA virus (dikenal sebagai virus saja ) dan
RNA virus (retrovirus)
 Virus : HPV, hepatitis B, Epstein-Barr,human
T-cell leukemia dll
 Memasukkan DNA pada satu kromosom sel host
 mutasi proto menjadi onkogen
 Retrovirus : mempunyai onkogen (serupa
dengan protoonkogen pada hewan
 Age-agen karsinogenik
 Bisa terlibat langsung atau tidak  membuat
lebih sensitif untuk terjadinya kanker
 Pertumbuhan berlebihan umumnya
berbentuk tumor
 Gangguan diferensiasi dari sel dan jaringan
 Bersifat invasif, mampu tumbuh di jaringan
sekitarnya
 Bersifat metastatik, menyebar ke tempat lain
dan menyebabkan pertumbuhan baru
 Memiliki heriditas bawaan (turunan)
 Pergeseran metabolisme ke arah
pembentukan makromolekul dari nukleosida
dan asam amino serta peningkatan
katabolisme karbohidrat untuk energi sel
 Desakan akibat pertumbuhan tumor
 Penghancuran jaringan tempat tumor
berkembang
 Gangguan sistemik lainnya sebagai
akibat sekunder dari pertumbuhan sel
kanker
1. Memperlihatkan toksisitas selektif terhadap fase-
fase tertentu dari siklus sel dan disebut zat Cell
Cycle-Specific (CSS). Misalnya vinkristin,
vinblastin, merkaptopurin, hidroksi urea,
metotreksat, dan asparaginase.

2. Cell Cycle Non-Specific (CCNS) Misalnya zat


alkilator, antibiotik antikanker (daktinomisin,
daunorubisin, doksorubisin,plikamisin, mitomisin),
sisplatin, prokarbazin, dan nitrosourea
 OPERATIF : isolated solid
 KEMOTERAPI : sebagian besar kasus, sering
dikombinasi
 RADIOTERAPI
 PALIATIF
 Alkilator
 Antimetabolit
 Produk ilmiah
 Hormon dan antagonis
 Lain-lain
Klasifikasi obat kanker
1. Alkilator
Sub Golongan Obat
Mustar Nitrogen Mekloretamin
Siklofosfamid
Ifosfamid
Melfalan
Klorambusil
Etilenamin Trietilen melamim (TEM)
Thiopeta
Metilhidrazin Prokarbazin
Alkil sulfonat Busulfan
Nitrosourea Karmustin (BCNU)
Lomustin (CCNU)
Semustin (metil CCNU)
Streptozotozin
platinum Sisplatin
Karboplatin
Oksaloplatin
 Melalui pembentukan ion karbonium (alkil)
atau kompleks lain yang sangat reaktif.
 Gugus alkil ini kemudian berikatan secara
kovalen dengan berbagai nukleofilik penting
dalam tubuh misalnya fosfat, amino, sulfihidril,
hidroksil, karboksil atau gugus imidazol.
 Efek sitostatik maupun efek sampingnya
berhubungan langsung dengan terjadinya
alkilasi DNA
 Resistensi sel kanker terhadap alkilator dapat
terjadi melalui berbagai mekanisme antara lain
peningkatan kemampuan memperbaiki DNA
yang rusak, penurunan permeabelitas sel
terhadap alkilator, dan peningkatan produksi
glutation yang dapat menonaktifkan zat
alkilator
a. Siklofosfamid
 Adalah alkilator yang paling banyak digunakan dan
merupakan ester fosfamid siklik mekloretamin
 Bersifat non spesifik terhadap siklus sel dan efektif
terhadap penyakit hodgkin stadium III dan IV, serta
limfoma non hodgin terutama dengan kombinasi
bersama kortikosteroid dab vinkristin
 Merupakan salah satu obat primer terhadap
neuroblastoma pada anak
• Sebagai imunosupresan sering digunakan pada atritis
reumatoid, sindrom nefrotik pada anak,
granulomastosis wegener dan pada pasien yang akan
menjalani transplantasi sumsum tulang
• Siklofosfamid merupakan prodrug yang dalam tubuh
mengalami konversi oleh enzim sitokrom P-450
menjadi 4-hidroksisiklofosfamid dan aldofosfamid
yang merupakan obat aktif
• Efek samping:
– Leukopenia berat
– Sististis hemoragik
– Anoreksia, disertai mual, muntah.
– Amenore, stomatitis aftosa, hipepigmentasi kulit,
enterokolitis, ikterus, dan hipoprotombinemia
– miokarditis
 Merupakan mustar nitrogen yang kerjanya
paling lambat dan paling tidak toksik
 INDIKASI: Pengobatan paliatif leukemia
lomfositik kronik dan penyakit hodgkin,
limfoma non-hodgikin, kombinasi untuk
karsinoma testin dan ovarium
 ES: depresi sumsum tulang, leukepenia,
trombositopenia dan anemia.
Merupakan suatu derivat metil hidrazin
Mekanisme kerjanya diduga berdasarkan
alkilasi asam nukleat
Bersifat non spesifik terhadap siklus sel
INDIKASI: penyakit hodgkin stadium IIIB dan
IV, terutama dengan kombinasi dengan
mekloretamin, vinkristin dan prednison
ES: mual dan muntah, anoreksia, stomatitis,
disfagia, dan diare. Depresi sumsum tulang
belakang, pendarahan akibta
trombositopenia, depresi SSP dan gangguan
neurologik, dermatitis, pruritus
• Interaksi: prokarbazin meningkatkan efek
obat-obat penghambat susunan saraf pusat
(barbiturat, fenotiazin, narkotik).
• Hal ini karena penurunan kadar sitokrom P-
450 oleh prokarbazin. Prokarbazin merupakan
penghambat enzim MAO sehingga
penggunaaanya bersama simpatomimetik,
antidepresi dan makanan yang mengandung
tiramib harus dihindarkan.
 Merupakan obat paliatif pilihan pada
leukemia mielositik kronik dan leukemia
granulositik kronik. Juga berguna pada
polisitemia vera dan mielofibrosis dengan
metaplasia mieloid
 ES: depresi sumsum tulang, hiperpigmentasi,
katarak, fibrosis ovarium, amenore, atrofi
testis, aspermia, ginekomastia, resiko
gangguan ginjal.
 Merupakan antibiotik yang mengandung metil
nitrosourea (MNU).
 Obat ini memiliki afinitas yang tinggi terhadap
sel-sel pulau langerhans pankreas, dan
menyebabkan diabetes pada hewan coba.
 Obat ini menunjukkan toksisitas yang minimal
terhadap sumsum tulang.
 INDIKASI: Pengobatan karsinoma pangkreas,
dan tumor karsinoid maligna.
 Merpukan metal inorganik.
 Golongan obat ini membunuh sel pada semua siklus
pertumbuhannya, menghambat biosintesis DNA dan
berikatan dengan DNA membentuk ikatan silang.
 Tempat ikatan utama adalah N7 pada guanin, namun
juga terbentuk ikatan kovalen dengan adenin dan
sitosin.
 INDIKASI: karsinoma paru, kanker esofagus, gaster,
leher dan kepala, genito urinaria
 ES: nefrotoksisitas. Hidrasi yang cukup dengan garam
fisiologis dapat mengurangi nefrotoksisitas
 Adalah analog platinum generasi kedua dengan
mekanisme kerja dan spektrum aktivitas yang
sama dengan sisplastin
 Banyak digunakan menggantikan sisplastin
karena toksisistas ginjal dan saluran cerna yang
lebih ringan dibandingkan sisplastin
 Pemberian karboplatin tidak memerlukan
hidrasi berlebihan
2. ANTIMETABOLIT
Sub Golongan Obat
ANALOG PIRIMIDIN 5-Fluorourasil
Sitarabin
6-azauridin
Floksuridin
Gemsitabin

ANALOG PURIN 6 merkaptopurin


6 tioguanid
Fludarabin,
pentostatin

ANTAGONIS FOLAT
Metotreksat
pemetreksed
Antipurin dan anti pirimidin mengambil
tempat purin dan pirimidin dalam
pembentukan nukleosida, sehingga
mengganggu berbagai reaksi penting dalam
tubuh.
Penggunaannya sebagai obat kanker
didasarkan pada bahwa metabolisme purin
dan pirimidin lebih tinggi pada sel kanker
dari sel normal
 Misalnya 5 flurourasil dalam tubuh diubah
menjadi 5-fluoro 2-deoksiuridin 5 monofosfat
yang menghambat timidilat sintetase dengan
akibat hambatan sintesis DNA.
 Fluorourasil juga diubah menjadi fluorouridin
monofosfat yang langsung mengganggu sintesis
RNA. Sitarabin diubah menjadi nukleosida yang
berkompetisi dengan metabolit normal untuk
kemudian masuk ke dalam DNA
 Misalnya merkaptopurin, merupakan
antagonis kompetitif dari enzim yang
menggunakan senyawa purin sebagai
substrat.
 Suatu alternatif lain dari mekanisme
kerjanya ialah pembentukan 6-metil
merkaptopurin yang menghambat
biosintesis purin, akibatnya sintesi RNA,
CoA, ATP dan DNA terhambat.
 Misalnya metrotreksat menghambat dihidrofolat
reduktase dengan kuat dan berlangsung lama
 Dihidrofolat reduktase ialah enzim yang
mengkatalis dihidrofolat menjadi tetrahidrofolat.
 Tetrahidrofolat merupakan metabolit aktif dari
asam folat yang berperan sebagai kofaktor
penting berbagai reaksi transfer satu atom karbon
pada sintesis protein dan asam nukleat
 Antagonis folat membasmi sel dalam fase S,
terutama pada fase pertumbuhan yang pesat
 Adalah analog 4 amino N10 metil asam folat
 INDIKASI: Koriokarsinoma, korioadenoma
dsetruens dan mola hidatidosa.
Kombinasi dengan klorambusil efektif
terhadap karsinoma testis, limfoma
limfositik stadium III dan IV, leukemia
limfoblastik akut pada anak
ES: toksisitas saluran cerna, sumsum tulang
dan mukosa mulut, gangguan hati berat,
fibrosis, sirosis
• Pengobatan dengan metrotreksat harus dihentikan
bila stomatitis dan diare muncul karena enteritis
hemoragik dan perforasi dapat terjadi
• Metrotreksat tidak boleh diberikan pada trimester
pertama kehamilan karena menyebabkan abortus
 Banyak digunakan sebagai terapi paliatif untuk
karsinoma kolorektal diseminata dan
karsinoma mama.
 Hanya berguna pada tumor padat
 Juga berguna pada karsinoma ovarium,
prostat, kepala, leher, pangkrea, esofagus, dan
hepatoma
 ES: leukopenia, stomatitis aftosa, alopesia,
hiperpigmentasi, ataksia sereberal dapat
terjadi
 suatu nukleosid sintetik yang merupakan analog
pirimidin
 Dalam tubuh sitarabin dirubah menjadi derivat
nukleosid trifosfat yang menghambat enzim DNA
polimerase dan di inkorporasikan ke dalam DNA
sehingga terjadi teriminasi pembetukan rantai
DNA. Efek ini terjadi pada fase S dalam siklus sel
 INDIKASI: leukemia mielostatik akut, limfoma
non hodgkin
 ES: leukopenia, trombositopenia, anemia,
megaloblastosis, gangguan fungsi hati.
 Digunakan untuk pengobatan leukemia dan
bekerja sebagai analog purin. Dalam tubuh
masing-masing mengalami konversi menjadi 6-
tioguanosin 5 monofosfat dan 6 tionisin 5
monofosfat (T-IMP). T-IMP menghambat
sintesis de novo basa purin.
 Pembentukan ribosil 5 monofosfat dan konversi
IMP menjadi adenin dan guanin juga dihambat.
 ES: supresi sumsum tulang, anemia,
granulositopenia, trombositopenia, anoreksia,
mual dan muntah
3. PRODUK ILMIAH
Sub Golongan Obat
ALKALOID VINKA Vinblastin
Vinkristin
Vinorelbin
TAKSAN Plaktitaksel
Dosetaksel
EPIPODOFILOTOKSIN Etoposid
Teniposid
KAMPTOTESIN Irinoteksan
Topotekan
ANTIBIOTIK Daktinomisin
Antrasiklin
aktimiosin
ENZIM L-asparaginase
1. ALKALOID VINKA
Berikatan secara spesifik dengan tubulin,
komponen protein mikrotobulus, spindel
mitotik, dan memblok polimerasenya.
Akibatnya terjadi disolusi mikrotobulus,
sehingga sel terhenti dalam metafase.
Kelompok obat ini disebut juga sebagai spindel
poison
2. TAKSAN
Bekerja dengan mekanisme yang sama dengan
mekanisme alkaloid vinka. Yaitu sebagai racun
spindel
3. Epidofilotoksin
Membentuk kompleks tersier dengan topoisomerase II
dan DNA sehingga mengganggu penggabungan
kembali DNA yang secara normal dilakukan oleh
topoisomerase. Enzim tetap terikat pada ujung
bebas DNA dan menyebabkan akumulasi potongan-
potongan DNA. Selanjutnya terjadi kematian sel.
4. Kamptotesin
Merupakan bahan alami yang berasal dari tanaman
campotecha acuminata yang bekerja menghambat
topoisomerase I, enzim yang bertanggung jawab
dalam proses pemotongan dan penyambuang
kembali rantai tunggal DNA. Hambatan ini
menyebabkan kerusakan DNA.
5. Antibiotik
Antrasiklin: berinteraksi dengan DNA sebagai template
dan pertukaran sister kromatid terganggu dan untai
DNA putus. Antrasiklin juga bereaksi dengan
sitokrom P-450 reduktase yang dengan adanya
MADPH membentuk zat perantara yang kemudian
bereaksi dengan oksigen menghasilkan radikal
bebas yang menghancurkan sel.
Aktimiosin: menghambat polimerase RNA yang
dependen terhadap DNA, karena terbentuk
kompleks antara obat dengan DNA. Selain itu
aktimiosin juga menyebabkan putusnya rantai
tunggal DNA mungkin berdasarkan terbentuknya
radikal bebas atau akibat kerja topoisomerase II
Bleomisin bersifat sitotoksik berdasarkan
kemampuannya memecahkan DNA. In vitro
bleomisin menyebabkan akumulasi sel pada fase G2
dan banyak sel memperlihatkan aberasi kromosom
termasuk fragmentasi dan translokasi kromatid
6. ENZIM
Asparaginase merupakan katalisator enzim yang
berperan dalam hidrolisis asparagin menjadi asam
aspartat dan amonia, dengan demikian sel kanker
kekurangan asparagin yang berkibat kematian sel
4. Hormon
Sub Golongan Obat
Adrenokortikosteroid Prednison
Hidrokortison
Progestin Hidroksiprogesteron kaproat
Megestrol asetat
Estrogen Dietilstilbestrol
Etinil estradiol
Anti estrogen Tamoksifen, teromifen
Androgen Testosteron propinat
Anti androgen Flutamid

Analog GRH Leuprolid


Penghambat aromatase Anastrazol,leutrozol,eksemestan
5. Lain-lain

Sub Golongan Obat


Subsitusi urea Hidroksi urea
Derivat metilhidrazin Prokarbazin
Diferentiating agent Tretinoin, arsen trioksida
Penghambat tirosin kinase Imatinib
Gefitinib
Penghambat preteosom Bortezumib
Modulator respon biologik Interferon alfa, inteleukin 2
Antibodi monoklonal

Anda mungkin juga menyukai