Kultur sel merupakan perpindahan sel dari manusia, hewan, atau tanaman ke
dalam medium terkontrol yang sesuai untuk menumbuhkan sel tersebut. Kultur sel dapat
berupa kultur sel primer maupun cell line. Kultur sel primer merupakan kultur yang
dimulai dari sel, jaringan, organ yang diperoleh langsung dari organisme asalnya,
sedangkan cell line ialah kultur yang diperoleh dari subkultur pertama dari kultur primer.
Kultur primer mempunyai kesamaan kromosom dan sifat biokimia seperti aslinya, walau
dengan waktu hidup pendek dan ketahanan yang lebih renta. Cell line mudah untuk
ditumbuhkan dan dimanipulasi, serta kondisi yang homogeny. Namun cell line
mempunyai ploidi yang kadang berbeda dengan sumbernya uga sifat biokimianya. Teknik
kultur secara enzimatik(tripsin, kolagenasi, pronase),mekanik, maupun cara kimia. Dalam
kultur harus diperhatikan medium dari PH, buffer, osmolaritas, dan liquiditas. Nutrisi dan
growth factor, kadar gas, dan container yang digunakan harus diperhatikan untuk tiap
jenis selnya. kultur sel dapat diaplikasikan pada proses stem sel, teknologi IVF (In Vitro
Fertilization), mengetahui biologi sel kanker, produksi antibodi monoklonal, produksi
protein rekombinan, terapi gen, pembuatan vaksin, seleksi dan pengembangan obat baru.
Salah satu keuntungan utama dari kultur sel adalah dapat dilakukan manipulasi
fisikokimia (seperti suhu, pH, tekanan osmotik, kadar udara) dan manipulasi lingkungan
fisiologis (seperti hormon dan konsentrasi nutrien). Selain itu dapat dilakukan studi
dengan kondisi sel yang homogeny. Keterbatasan
Kultur Sel, mudahnya kontaminasi dari
mikroorganisme, dan ketidakstabilan genotip dan
fenotip dari sel (Khumairoh dan Puspitasari, 2016).
Lingkungan in vitro yang homogen bisa menjadi
kekurangan dengan hasil yang kadang berbeda dengan
in vivo. Terdapat transwell cell culture, dimana 1
tabung yang dibuat bertingkat dengan 2 sel yang
berbedan untuk pendekatan kondisi in vivo. Contoh penelitiannya monosit diaktifkan
menjadi makrofag M2 dan dikultur bersama dengan sel kanker MCF-7. Hasilnya hibrida
MCF-7/makrofag dihasilkan secara spontan dengan laju rata-rata 2% dan menunjukkan
fenotipik juga sifat genetik dari kedua sel induk (Shabo, et al 2015)
Kultur eksplan adalah teknik untuk membiakkan sel dari sepotong atau potongan
jaringan dari tumbuhan atau hewan. Istilah eksplan karena sampel diperoleh dari bagian
mana pun dari organisme. kultur biasanya dapat digunakan selama dua hingga tiga
minggu. Aplikasi yang luas termasuk memperoleh sel punca yang dapat digunakan
sebagai terapeutik, penelitian kanker, rekayasa genetika, produksi vaksin, skrining obat
dan pengujian toksikologi. Peran gen tertentu, ekspresi gen, dan mekanisme aksi
semuanya dapat dipelajari dengan kultur eksplan juga. Juga dapat mengamati faktor yang
berkontribusi terhadap pertumbuhan dapat diidentifikasi selama embriogenesis. Berikut
contoh penelitian eksplan kultur, dimana cardiac stem cells (CSC) berhasil diisolasi dari
sampel miokard yang dikultur dipertahankan tidak terdiferensiasi atau terdiferensiasi
(Torella, et al, 2007).
Eksplan dapat diperoleh melalui pembedahan menggunakan peralatan steril.
Jaringan dipotong diletakkan cawan petri dengan medium tanpa serum. Diptong sekitar
1x1 mm, kumpulkan potongan dicuci dalam tabung sentrifus dan biarkan potongan
mengendap , bisa diulang 2 atau 3 kali. Budidaya Eksplan dengan ditempatkan secara
aseptik pada permukaan yang dilapisi media kultur , media minimal basal, Dulbecco's
Modified Eagle Medium (DMEM) atau Minimum Essential Medium Eagle (MEM) yang
dilengkapi dengan 10-15% serum. dalam kondisi kultur jaringan standar (pH 7,2-7,4,
suhu 37°C, 5% CO2 dan kelembaban untuk memungkinkan migrasi dan proliferasi sel.
Mengganti media setiap 3 hari juga tergantung usia jaringan, sel baru tumbuh dari
eksplan dalam waktu 15-30 hari. Setelah pertumbuhan sel dimulai , tambahkan 5 mL
medium ke dalam labu pada hari-hari berikutnya. Subkultur Sel line dilakukan setelah
eksplan benar-benar dikelilingi oleh sel, menggunakan konsentrasi tripsin yang lebih
rendah (misalnya <0,25% tripsin selama 5 menit). Dengan ukuran labu yang sesuai untuk
penyemaian, tergantung pada jumlah sel yang diperoleh.Pertumbuhan efektif dari donor
yang sehat dan lebih muda. Karena sel yang lebih muda membelah dan tumbuh lebih
cepat, juga mempertahankan pertumbuhan karakteristiknya secara in vitro, sehingga
peluang untuk mendapatkan sel-sel dengan cepat dari eksplan sangat tinggi. Kontaminasi
eksplan dapat dihindari dengan mencelupkan potongan jaringan ke dalam larutan
povidone-iodine selama 2 sampai 3 menit. Kelebihan diantarnya dapat membuat berbagai
cell line dari sumber yang berbeda, lebih mirip dengan situasi sel in vivo,Jaringan eksplan
mempertahankan sitokin dan faktor pertumbuhannya sendiri , proliferasi yang terjadi
tidak terlalu menimbulkan stres secara biologis. Kelemahannya, tidak ada waktu yang
cukup untuk mempelajari penyakit kronis. tidak untuk eksperimen yang membutuhkan
pengamatan jangka panjang.
Tissue culture merupakan jaringan dengan struktur 3 dimensi yang masih intak
dan tidak terurai yang dihidupkan dalam media. Contoh penelitiannya yaitu untuk
menghasilkan sperma dari sel germ-line stem (GS) secara in vitro, dikembangkan metode
disebut 'transplantasi in vitro' (IVT). Sel GS disuntikkan ke dalam tubulus seminiferus
dari testis inang yang diangkat, diikuti dengan inkubasi fragmen jaringan di bawah
kondisi kultur. Dalam perkembangannya, sel GS membentuk koloni di tubulus
seminiferous eksplan dan berdiferensiasi menjadi spermatid dan sperma in vitro. Sperma
kompeten secara fungsional, sehingga menghasilkan keturunan yang sehat melalui
inseminasi mikro. Metode IVT memiliki beberapa keunggulan dibandingkan metode
transplantasi in vivo biasa. Dimana dimungkinkan untuk mengamati sel-sel yang
ditransplantasikan kronologis setiap hari atau setiap minggu. Sehingga IVT berguna
untuk mempelajari perilaku spermatogonial stem cells (SSC) secara rinci, seperti
perkembangan proses spermatogenik, IVT bermanfaat untuk menghindari penolakan
imunologis atau efek lainnyabila
dilakukan secara in vivo. Protokol
mudah dilakukan, meskipun
memerlukan latihan untuk
menguasai injeksi SSC ke dalam
tubulus seminiferus dari testis yang
diekstraksi dari tikus (Sato, et al
2013). Selain itu aplikasi terapeutik
seperti kultur jaringan kulit, dimana
kulit pasien dalam kondisi sehat
dipindahkan ke area kulit yang
hilang atau terbakar. Sehingga akan
memicu pertumbuhan kulit baru
dengan adanya factor pertumbuhan
dan Vascular endothelial growth
factor (VEGF).
Kultur organoid adalah versi miniatur dari organ yang diproduksi secara in vitro
yang menunjukkan mikro-anatomi realistis, mampu memperbarui diri dan mengatur diri
sendiri, dan menunjukkan fungsi yang sama seperti jaringan asal. Organoid dari kultur
primer dapat ditanam sebagai lapisan tunggal dalam labu kultur jaringan. Kemudian
berkembang menjadi bentuk 3D seperti bentukan berongga. Organoid dapat dihasilkan
dari adult tissue-derived stem cells (ASCs), embryonic (ESCs) dan induced pluripotent
stem cells (iPSCs). Para peneliti telah menemukan metode untuk menghasilkan model
organoid yang relevan secara fisiologis untuk banyak organ, termasuk usus, paru-paru,
otak, hati, paru-paru, pankreas, dan jantung. Organoid relatif mudah tumbuh dan
menghasilkan gambaran fungsional yang dapat diamati menggunakan teknik molekuler,
seluler, dan pencitraan. Contoh penitian kultur organoid yaitu organoid epitel usus yang
dapat dihasilkan dari kriptus yang diisolasi Lgr5+ stem selnya. Juga organoid mesenkimal
epitel usus dari pluripotent stem sel ditambah kriptus usus. Sehingga terbukti kriptus
mempunyai fungsi majemuk dalam memproduksi organoid yang berbeda (Chusilp, et al
2020).
Multiplex PCR, dua atau lebih set primer yang dirancang untuk amplifikasi target
yang berbeda dimasukkan dalam reaksi PCR yang sama. Lebih dari satu urutan target
dalam spesimen klinis dapat diamplifikasi dalam satu tabung. Sehingga teknik ini dapat
menghemat waktu dan tenaga. Primer yang digunakan dalam reaksi multipleks harus
dipilih dengan hati-hati untuk memiliki suhu anealling yang sama dan tidak boleh
menjadi komplementer satu sama lain. Amplikon yang dihasilkan juga harusnberbeda
ukuran untuk membentuk band yang berbeda ketika divisualisasikan dengan gel
elektroforesis. Multipleks PCR dapat dirancang baik dalam reaksi PCR template tunggal
yang menggunakan beberapa set primer untuk mengamplifikasi daerah tertentu dalam
template, atau reaksi PCR multi-template, yang menggunakan beberapa template dan
beberapa set primer dalam tabung reaksi yang sama. Kelemahannya PCR multipleks lebih
rumit untuk dikembangkan dan seringkali kurang sensitif dibandingkan PCR primer-
tunggal. Keuntungan dari multiplex PCR adalah satu set primer dapat digunakan sebagai
kontrol internal, sehingga kita dapat menghilangkan kemungkinan positif atau negatif
palsu. Selain itu, PCR multipleks dapat menghemat polimerase dan template yang mahal
(Shen, 2019).
Referensi :