Anda di halaman 1dari 5

1.

Memahami dan menjelaskan sel punca


1.1 Definisi
Sel punca (stem cell) adalah sel induk yang menjadi asal dari segala jenis sel di
tubuh manusia. Karena sifat tersebut, sel punca diyakini dapat digunakan untuk
memperbaharui jaringan yang rusak akibat berbagai penyakit degeneratif,
autoimun dan keganasan, misalnya, memperbaiki sel otot dan jaringan jantung
yang mati pada pasien serangan jantung, menumbuhkan sel pada jaringan otak
atau saraf dan pembuluh darah baru pada pasien stroke, memperbaharui organ
ginjal yang rusak, terapi anti penuaan dan mengganti kulit pada pasien luka bakar.
Penemuan sel punca pada tubuh manusia memberikan harapan baru bagi
pengobatan penyakit regeneratif dan penyakit yang tidak ada obatnya, seperti
kanker, autoimun, kerusakan syaraf tulang belakang, sakit persendian, diabetes,
cerebral palsy, alzheimer, penyakit jantung, penyakit kelainan genetik dan lain-
lain.
1.2 Tipe-tipe
Berdasarkan kemampuannya untuk berdifferensiasi sel punca dibedakan
menjadi
1. totipotent : sel punca yang mampu berdifferensiasi menjadi berbagai
jenis sel baik sel intraembrionik maupun sel ekstraembrionik termasuk
plasenta dan tali pusat
2. pluripotent : sel punca yang mampu berdifferensiasi menjadi berbagai
sel intraembrionik saja. Sel punca ini mampu berdiferensiasi menjadi sel
yang membentuk tiga lapisan embrionik (ektoderm, mesoderm, dan
endoderm)
3. multipotent : sel punca yang mampu berdiferensiasi menjadi berbagai
sel pada satu lapis embrionik.
4. unipotent : sel yang hanya dapat menghasilkan satu jenis sel tertentu.
Berbeda dengan non-stem cell, stem cell unipoten mempunyai sifat
dapat memperbaharui atau meregenerasi diri (self-regenerate/self-
renew)

Berdasarkan sumbernya sel punca dibagi menjadi :


1. Zigot : pada tahap sesaat setelah sperma bertemu ovum (fertilisasi)
2. Embryonic stem cells : sel-sel stem yang diperoleh dari inner cell mass dari
suatu blastocyst. Embryonic stem cells biasanya didapatkan dari sisa
embrio yang tidak dipakai dari IVF (in vitro fertilization). Penggunaan
embryonic stem cells ini hingga kini masih menjadi isu etik yang
kontroversial.
3. Fetus : diperoleh dari klinik aborsi
4. Stem cell darah tali pusat : stem cell yang diambil dari darah plasenta dan
tali pusat segera setelah bayi lahir. Sampai saat ini ada 2 tipe stem cells
yang telah ditemukan dalam darah tali pusat yaitu hematopoetic stem cells
dan mesenchymal stem cells.
5. Adult stem cells : stem cells yang diambil dari jaringan dewasa, misalnya :
a. Sumsum tulang
Ada 2 jenis stem cells pada sumsum tulang yaitu
1. hematopoetic stem cells : stem cells yang akan berkembang
menjadi berbagai jenis sel darah.
2. stromal stem cells atau disebut juga mesenchymal stem cell
b. Jaringan lain pada dewasa seperti pada susunan saraf pusat, adiposa
(jaringan lemak), otot rangka, pancreas
- Induce pluoripotent stem cell

1.3 Mekanisme
Sel punca mesenkim (SPM) dapat berdiferensiasi menjadi osteoblas, kondrosit,
adiposit, sel hepatik, neuron, dan lain-lain. SPM berpotensi besar untuk
pengobatan penyakit degeneratif dan menjadi terobosan besar pada bidang
kedokteran modern. SPM dapat diisolasi dari berbagai sumber seperti sumsum
tulang, jaringan lemak, jaringan ektra-fetus (Wharton jelly dan darah tali pusat),
gigi dan kulit. SPM memiliki efek imunomodulasi sehingga dapat mempengaruhi
kerja sel limfosit T dan B, sel natural killer (NK) dan sel antigen precenting cells
(APC) namun bersifat hipoimmunogenik

2. Memahami dan menjelaskan terapi sel punca


2.1 Terapi sel allogeneic
Dalam transplantasi alogenik, pasien menerima sel punca dari donor yang tidak
terkait. Dengan transplantasi alogenik, sel punca yang berasal dari donor
dianggap “cocok” untuk pasien. Proses menemukan kecocokan disebut
pengetikan jaringan atau pengetikan antigen leukosit manusia. HLA adalah
protein di permukaan sel darah. Semakin cocok “HLA marker” antara pasien dan
calon donor, semakin besar kemungkinan transplantasi akan berhasil.
Keuntungan dari transplantasi sel induk alogenik adalah sel induk donor membuat
sel kekebalannya sendiri, yang dapat membantu menghancurkan sel kanker yang
mungkin tersisa setelah pengobatan dosis tinggi. Ini disebut efek graft-versus-
cancer.

2.2 Terapi sel autologous


Dalam transplantasi autologus, pasien bertindak sebagai donor mereka sendiri,
yaitu menggunakan sel puncanya sendiri lalu dibekukan untuk digunakan nanti.
Setelah pasien menerima kemoterapi atau radiasi, sel induk dicairkan dan
dimasukkan kembali ke dalam tubuh pasien. Prosedur ini dapat dilakukan satu
atau beberapa kali, tergantung kebutuhan. Kadang-kadang dokter akan
menggunakan kemoterapi dosis ekstra tinggi selama pengobatan untuk
membunuh sebanyak mungkin sel kanker.
2.3 Manfaat dan resiko
Keuntungan dari transplantasi autologus adalah kecil kemungkinan
penolakannya dan risiko terbesar adalah kanker yang baru saja diangkat dapat
kembali masuk ke dalam tubuh. Transplantasi sel induk alogenik bermanfaat bagi
pasien karena efek graft-versus-cancer. Inilah yang membedakan alogenik dari
autologus, yang mana autologous dapat memperpanjang hidup seseorang, tetapi
tidak dapat menghentikan penyebaran penyakit seperti yang dapat dilakukan oleh
transplantasi alogenik. Pasien dengan kanker seperti multiple myeloma dan
leukemia limfoblastik akut akan mendapatkan hasil yang lebih baik jika mereka
diobati dengan sel induk alogenik.

Risiko terapi sel punca :

1. Risiko kardiovaskular & penyakit jantung

2. Komplikasi paru

3. Komplikasi sistem ndokrin


4. Penyakit ginjal kronis
5. Infertilitas
6. Gangguan penglihatan
7. kematian dini

3. Memahami dan menjelaskan ADSC


3.1 Ciri-ciri
Sel induk jaringan adiposa (ASC), atau dikenal sebagai sel induk multipoten, paling
sering digunakan dalam aplikasi klinis beberapa tahun terakhir. Jaringan adiposa
memiliki keunggulan dalam memanen, isolasi, dan ekspansi ASC, terutama dalam
jumlah stem cell yang lebih banyak dibandingkan dengan sumsum tulang. ASC
dapat ditemukan pada fraksi vaskular stroma (SVF) yang dapat diperoleh dengan
memisahkannya dari jaringan adiposa.

3.2 Marker/identifikasi
Sel induk jaringan adiposa diklasifikasikan berdasarkan marker spesifik pada
permukaan sel berdasarkan aliran cytometry. Kualitas dan kuantitas ASC
bergantung pada metode isolasi. Menariknya, sebagian besar penelitian
menunjukkan ASC adalah suatu populasi heterogen yang ditandai dengan marker
di permukaan, yang mengandung MSC, sel stroma adiposa, sel endotel, sel
progenitor, pericytes dan sel hematopoetik.
3.3 Cara pengambilan
metode enzimatik klasik 
protokol oleh Zuk et al. masih dianggap sebagai metode yang paling banyak
digunakan untuk beberapa modifikasi isolasi ASC. Proses isolasi secara bertahap
adalah sebagai berikut:

1. Pencucian
2. Pencernaan
3. Netralisasi
4. RBC lysis
5. Filtering, dan seeding untuk kultur sel

Metode non-enzimatis
Isolasi ASC menggunakan metode non-enzimatis dijelaskan oleh beberapa
kelompok :

 Bianchi et al menggunakan jaringan adiposa yang rusak secara mekanis


dalam sistem tertutup untuk mengurangi lipoaspirates. 
 Shah et al mengkonfirmasi ASCs yang diisolasi oleh protokol pencucian
lipoaspirate berdasarkan analisis pemilahan sel yang diaktifkan fluoresensi
memiliki imunofenotipe yang berbeda dan berpotensi relatif
menguntungkan terhadap ASC melalui protokol pencernaan kolagenase.
Namun, teknik ini memakan waktu yang lama dibandingkan dengan isolasi
enzimatik klasik ASC.
 Busser et al menyarankan metode non-enzimatik baru untuk mengisolasi
ASC dari lipoaspirate. Metode ini lebih mudah, lebih aman, lebih cepat, dan
lebih murah daripada metode kolagenase. Sel yang diperoleh dengan
metode ini memiliki dukungan hematopoietik jangka panjang yang lebih
baik daripada metode enzimatik klasik.

metode isolasi inovatif


 Zhu et al melaporkan teknologi inovatif berdasarkan pencucian dengan
filtrasi dalam sistem tertutup memberikan viabilitas jaringan yang lebih
tinggi dan lebih sedikit kontaminannya untuk lipograft. 
 Tremolada et al menemukan pengambilan lemak non-enzimatik dengan
manipulasi minimal melalui tindakan mekanis yang ditandai dengan sel SVF
utuh, komposisi eksosom tidak berubah, dan efek penyembuhan jaringan
dari jaringan mikro-terfragmentasi.
REFERENSI

ASPEK BIOLOGI, PEMROSESAN DAN APLIKASI KLINIS SEL PUNCA MESENKIMAL.


Retrieved from :
https://staff.ui.ac.id/system/files/users/decky/publication/buku_aspek_biologi_pemrosesan_dan_
aplikasi_klinis_sel_punca_mesenkimal.pdf Diakses pada tanggal 1 Oktober 2020, pukul 7.24

Noviantari A, Khariri. 2020. Various research and development of isolation and culture


of mesenchymal stem cells from several sources. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 6:
586-593.

Aulia Jusuf, Ahmad. 2009. Sel Punca (Stem Cells) dan Peranannya di Masa Depan. Bagian
Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
T, Jeevani. (2011). Stemcell Transplantation- Types, Risks and Benefits. Journal of Stem Cell
Research & Therapy. 01. 10.4172/2157-7633.1000114.

Erwin, Hailey, "Medical Advantages of Allogeneic vs Autologous Stem Cell Transplants as


Treatment in Blood Related Cancer Patients" (2018). Academic Festival. 131.

Bhatia S. Long-term health impacts of hematopoietic stem cell transplantation inform


recommendations for follow-up. Expert Rev Hematol. 2011;4(4):437-454.
doi:10.1586/ehm.11.39

ISOLATION OF ADIPOSE DERIVED STEM CELLS. Retrieved from:


https://www.oatext.com/pdf/GMO-3-161.pdf Diakses pada tanggal 3 Oktober 2020, pukul 21.27

Anda mungkin juga menyukai