NIM : 1908109010012
Kelas : A
Jurnal 1
Judul : Tissue engineering : strategies, stem cells and scaffolds
- Rekayasa jaringan adalah penerapan prinsip dan teknik ilmu hayati untuk melakukan
perkembangan pengganti zat atau sel biologis yang digukan untuk pengobatan, pertahanan,
atau peningkatan fungsi jaringan dan organ pada makhluk hidup. Rekayasa jaringan
menggunakan scaffolds atau peyokong (perancah) untuk memberikan dukungan struktural,
faktor pertumbuhan, dan pembentukan jaringan tubuh setelah proses transplantasi. Scaffolds
memiliki dua fungsi dalam rekayasa genetika yaitu sebagai berikut.
1. perangkat pendukung sel, mendukung sel yang didorong untuk meletakkan matriks
sebagai fondasi jaringan untuk transplantasi
2. faktor pertumbuhan atau perangkat pengiriman obat, perancah digabungkan dengan
faktor pertumbuhan, kemudian sel sel tubuh implantasi dari tubuh makhluk hidup ditarik
ke perancah, sehingga membentuk jaringan di seluruh matriks. Scaffold mengantarkan
obat ke lokasi perbaikan, sehingga mempercepat proses pemulihan. Namun terdapat
masalah dalam penggunaanya, yaitu menjaga konformasi dan fungsi protein selama
proses pembuatan, kontrol pelepasan faktor pertumbuhan agar sesuai dengan kinetka
proses fisiologis, dan pelepasan independen banyak faktor pada tahap yang berbeda. Saat
ini, telah ditemukan sebuah alternatif, yaitu mengintegrasikan plasmid DNA yang
mengkode gen dan promotor mamalia ke dalam polimer, sehingga transfeksi dengan
program DNA sel untuk menghasilkan faktor pertumbuhannya sendiri.
- Penggabungan scaffold ini harus disesuaikan karena topografi, komposisi dan arsitektur
scaffold dapat mempengaruhi perilaku sel dan pembentukan jaringan berikutnya.
- Sumber sel (sel punca) yang dapat digunakan dalam rekayasa jaringan adalah sebagai
berikut.
1. Sel induk embrionik (ES)
Keuntungan penggunaan sel ES adalah tahan untuk periode kultur yang lama (tidak
terbatas), sehingga dapat menyediakan sejumlah besar sel untuk pembentukan jaringan.
Pembentukan teratoma membuktikan bahwa sel ES memiliki sifat berpotensi majemuk,
sehingga dapat merekayasa beberapa jenis jaringan. Diferensiasi sel ES telah dicapai
menggunakan metode modifikasi dari BM-MSC, sehingga sel ES dapat digunakan untuk
mengekspresikan ciri-ciri tulang, terutama akumulasi mineral. Namun, terdapat
keganjalan dalam penggunaan sel ES yaitu pembentukan tubuh embrioid yang membantu
pembentukan linear ektodermal, endodermal, dan mesodermal sebelum diferensiasi
dimulai. Saat ini, banyak sel punca dibudidayakan pada sel pengumpan, tetapi ada
implikasi untuk transmisi bahan xenogenik sehingga sedang diusahakan pembentukan
sel punca tanpa sel pengumpan.
2. Sel punca mesenkim turunan dari sumsum tulang (BM-MSCs)
Sel ini dapat digunakan untuk menstabilkan sendi pinggul buatan atau pada cacat kritis
pada tulang yang sulit disembuhkan. BM-MSCs dewasa merupakan jenis sel induk yang
digunakan untuk perbaikan tulang dan tulang rawan.
3. Sel punca mesenkim turunan dari tali pusat (UC-MSCs)
Darah pada tali pusat banyak mengandung MSC yang dapat mengalami diferensiasi multi
garis, sehingga banyak penelitian yang mengaplikasikannya, contohnya pembuatan sel
punca mesenkim yang selanjutnya akan digunakan untuk rekayasa jaringan.
- Asam polihidroksil seperti PLA dan asam poli laktat-koglikolat (PLGA) saat ini telah
banyak digunakan untuk rekayasa jaringan, karena dapat terdegradasi secara massal dengan
hidrolisis, memberikan pelepasan obat yang terkendali, dan profil degradasi yang sesuai
dengan pertumbuhan jaringan. Beberapa jenis scaffold yang dapat digunakan dalam
rekayasa jaringan antara lain bertekanan tinggi, berbusa, injeksi, dan kustom baru. Jenis
scaffold ini selanjtnya akan dimodifikasi agar sesuai saat digabungkan dengan faktor
pertumbuhan.
- Scaffold yang digunakan ortopedi adalah injectabone, yaitu scaffold yang dapat terurai
secara hayati, partikulat, dan dapat disuntikkan langsung ke trauma tulang.
- Polimer karbon dioksida superkritis dapat diproses menjadi scaffold dalam rekayasa
jaringan retikulasi karena dapat digabungkan dengan obat peptida dengan kerusakan
minimal, namun jika terpapar sebentar cukup inert untuk memasukkan sel sel hidup dengan
plastisisasi scaffold di sekitar sel.
- Scaffold dapat dibentuk dari informasi 3D yang berasal dari pemindaian pasien atau dari
simulasi komputer. Scaffold juga dapat dicetak untuk memasukkan sel menggunakan sistem
seperti gel sekering dan sistem manik sel.
Jurnal 2
Judul : Tissue engineering : The use of stem cells in regenerative medicine