Anda di halaman 1dari 15

Poppy Ayu Namira

1711011040
1. Definisi Stem Cell
Stem cell diperkenalkan sebagai sel-sel “undifferentiated” karena belum dapat
berkembang dan membentuk jaringan atau organ yang lebih spesifik. Sel punca, sel
induk, sel batang (bahasa Inggris: stem cell) merupakan sel yang belum berdiferensiasi
dan mempunyai potensi yang sangat tinggi untuk berkembang menjadi banyak jenis sel
yang berbeda di dalam tubuh. Proses perubahan stem cell menjadi tipe sel yang spesifik
dikenal sebagai “differentation”.
Selain berfungsi untuk membentuk jaringan atau organ yang lebih spesifik, stem
cell juga berfungsi sebagai sistem perbaikan untuk mengganti sel-sel tubuh yang telah
rusak demi kelangsungan hidup organisme. Saat stem cell terbelah, sel yang baru
mempunyai potensi untuk tetap menjadi stem cell atau menjadi sel dari jenis lain dengan
fungsi yang lebih khusus, misalnya sel otot, sel darah merah atau sel otak.

Gambar 1. Sifat/karakter sel punca yaitu differentiate dan self regenerate/renew

1|Stem cell
Sel Punca mempunyai 2 sifat yang khas yaitu:
1) Differentiate yaitu kemampuan untuk berdifferensiasi menjadi sel lain. Sel Punca
mampu berkembang menjadi berbagai jenis sel yang khas (spesifik) misalnya sel
saraf, sel otot jantung, sel otot rangka, sel pankreas dan lain-lain
2) Self regenerate/self renew yaitu kemampuan untuk memperbaharui atau
meregenerasi dirinya sendiri. Stem cells mampu membuat salinan sel yang persis
sama dengan dirinya melalui pembelahan sel.
2. Penggolongan Stem Cell
Berdasarkan pada kemampuannya untuk berdifferensiasi sel punca
dikelompokkan menjadi:
1) Totipoten yaitu sel punca yang dapat berdifferensiasi menjadi semua jenis sel. Yang
termasuk dalam sel punca totipoten adalah zigot dan morula. Sel-sel ini merupakan
sel embrionik awal yang mempunyai kemampuan untuk membentuk berbagai jenis
sel termasuk sel-sel yang menyusun plasenta dan tali pusat. Karenanya sel punca
kelompok ini mempunyai kemampuan untuk membentuk satu individu yang utuh.

Gambar 2. Sel Punca totipoten dan pluripoten


2) Pluripoten yaitu sel punca yang dapat berdifferensiasi menjadi 3 lapisan germinal
(ektoderm, mesoderm, dan endoderm) tetapi tidak dapat menjadi jaringan

2|Stem cell
ekstraembrionik seperti plasenta dan tali pusat. Yang termasuk sel punca pluripoten
adalah sel punca embrionik (embryonic stem cells).
3) Multipoten yaitu sel punca yang dapat berdifferensiasi menjadi berbagai jenis sel
misalnya sel punca hemopoetik (hemopoetic stem cells) yang terdapat pada sumsum
tulang yang mempunyai kemampuan untuk berdifferensiasi menjadi berbagai jenis
sel yang terdapat di dalam darah seperti eritrosit, lekosit dan trombosit. Contoh
lainnya adalah sel punca saraf (neural stem cells) yang mempunyai kemampuan
berdifferensiasi menjadi sel saraf dan sel glia.
4) Unipotent yaitu sel punca yang hanya dapat berdifferensiasi menjadi 1 jenis sel.
Berbeda dengan non sel punca, sel punca mempunyai sifat masih dapat
memperbaharui atau meregenerasi diri (self-regenerate/self renew). Contohnya
erythroid progenitor cells hanya mampu berdifferensiasi menjadi sel darah merah.

Gambar 3. Multipotent dan unipotent stem cell pada sumsum tulang

Berdasarkan sel induk yang ditemukan dalam berbagai jaringan tubuh, maka sel
induk dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu :

3|Stem cell
1. Sel induk embrio (embryonic stem cell) adalah sel induk yang diambil dari
embrio pada fase blastosit yang terdiri dari 50-150 sel (berumur 5-7 hari setelah
pembuahan). Pada saat ini massa sel bagian dalam mengelompok dan
mengandung sel-sel induk embrionik. Selanjutnya sel-sel diisolasi dari massa sel
bagian dalam dan dikultur secara in vitro di laboratorium. Sel induk embrional
dapat diarahkan menjadi semua jenis sel yang dijumpai pada organisme dewasa,
seperti sel-sel darah, sel-sel otot, sel-sel hati, sel-sel ginjal, dan sel-sel lainnya.
Embryonic stem cell biasanya didapatkan dari sisa embrio yang tidak dipakai pada
IVF (in vitro fertilization). Akan tetapi saat ini telah dikembangkan teknik
pengambilan sel induk embrionik (embryonic stem cell) yang tidak
membahayakan embrio tersebut, sehingga dapat terus hidup dan tumbuh. Untuk
masa dapan hal ini mungkin dapat mengurangi kontroversi etis terhadap
embryonic stem cell.

Gambar 4. Pembuatan kultur sel induk embrio

2. Sel induk dewasa (adult stem cells) adalah sel induk dewasa yang mempunyai dua
karakteristik. Karakteristik pertama adalah sel-sel tersebut dapat berfroliferasi
untuk periode yang panjang untuk memperbaharui diri. Karakteristik kedua, sel-

4|Stem cell
sel tersebut dapat berdiferensiasi untu menghasilkan sel-sel khusus yang
mempunyai karakteristik morfologi dan fungsi yang spesial. Salah satu macam
sel induk dewasa adalah sel induk hematopoietik (hematopoietik stem cell), yaitu
sel induk pembentuk darah yang mampu membentuk sel darah merah, sel darah
putih, dan keeping darah yang sehat. Sumber sel induk hematopoietik dapat
ditransplantasikan dari beberapa organ seperti: sumsum tulang, sel darah tepi, dan
darah tali pusar.
 Transplantasi sel induk dari sumsum tulang (bone marrow transplantation).
Sumsum tulang adalah jaringan spons yang terdapat dalam tulang-tulang
besar seperti tulang pinggang, tulang dada, tulang punggung dan tulang rusuk.
Sumsum tulang merupakan sumber yang kaya akan sel induk hematopoietik.
Sejak dilakukan pertama kali kira-kira 30 tahun yang lalu, transplantasi
sumsum tulang digunakan sebagai bagian dari pengobatan leukemia, limfoma
jenis tertentu, dan anemia aplastik. Karena teknik dan angka keberhasilannya
semakin meningkat, maka pemakaian transplantasi sumsum tulang sekarang
ini semakin meluas. Pada transplantasi ini prosedur yang dilakukan cukup
sederhana, yaitu biasanya dalam keadaan teranastesi total. Sumsum tulang
(sekitar 600 cc) diambil dari tulang panggul donor dengan bantuan sebuah
jarum suntik khusus, kemudian sumsum tulang itu disuntikkan ke dalam vena
resipien. Sumsum tulang donor berpindah dan menyatu di dalam tulang
resipien dan sel-selnya mulai berfroliferasi. Pada akhirnya, jika semua
berjalan lancar, seluruh sumsum tulang resipien akan tergantikan dengan
sumsum tulang yang baru. Namun, prosedur transplantasi sumsum tulang
memiliki kelemahan karena sel darah putih resipien telah dihancurkan oleh
terapi radiasi dan kemoterapi. Sumsum tulang yang baru memerlukan waktu
sekitar 2-3 minggu untuk menghasilkan sejumlah sel darah putih yang
diperlukan guna melindungi resipien terhadap infeksi. Transplantasi sel induk
dari sumsum tulang (bone marrow transplantation).
 Transplantasi sel induk darah tepi (peripheral blood stem cell transplantation)
seperti halnya sumsum tulang, peredaran darah tepi merupakan sumber sel
induk walaupun jumlah sel induk yang dikandung tidak sebanyak pada

5|Stem cell
sumsum tulang. Untuk mendapatkan jumlah sel induk yang jumlahnya
mencukupi untuk suatu transplantasi, biasanya pada donor diberikan
granulosyte coloni stimulating factor (G-CSF) untuk menstimulasi sel induk
hematopoietik bergerak dari sumsum tulang ke peredaran darah.
Transplantasi ini dilakukan dengan proses yang disebut aferesis. Jika resipien
membutuhkan sel induk hematopoietik, pada proses ini darah lengkap diambil
dari donor dan sebuah mesin akan memisahkan darah menjadi komponen-
komponennya, secara selektif memisahkan sek induk dan mengembalikan
sisa darah ke donor. Transplantasi sel induk darah tepi pertama kali berhasil
dilakukan pada tahun 1986. Keuntungan transplantasi sel induk darah tepi
adalah lebih mudah didapat. Selain itu pengambilan sel induk darah tepi tidak
menyakitkan dan hanya membutuhkan sekitar 100cc. Keuntungan lain sel
induk darah tepi lebih mudah tumbuh. Namun, sel induk darah tepi lebih
rentang tidak setahan sumsum tulang. Sumsum tulang juga lebih lengkap,
selain mengandung sel induk juga ada jaringan penunjang untuk pertumbuhan
sel. Karena itu, transplantasi sel induk darah tepi tetap perlu dicampur dengan
sumsum tulang.
 Transplantasi sel induk darah tali pusat. Pada tahun 1970-an para peneliti
menemukan bahwa darah plasenta manusia mengandung sel induk yang sama
dengan sel induk yang ditemukan dalam sumsum tulang. Karena sel induk
dalam sumsum tulang telah berhasil mengobati pasien-pasien dengan
penyakit-penyakit kelainan darah yang mengancam jiwa seperti leukemia dan
gangguan-gangguan sistem kekebalan tubuh, maka para peneliti percaya
bahwa mereka juga dapat menggunakan sel induk dari darah tali pusat untuk
menyelamatkan jiwa pasien mereka. Darah tali pusat mengandung sel induk
yang bermakna dan memiliki keunggulan diatas transplantasi sel induk dari
sumsum tulang atau dari darah tepi bagi pasien-pasien tertentu. Transplantasi
sel induk dari darah tali pusat telah mengubah bahan sisa dari proses
kelahiran menjadi suatu sumber yang dapat menyelamatkan jiwa.
Transplantasi sel induk darah tali pusat pertama kali dilakukan di Prancis
pada penderita anemia fanconi tahun 1988 pada tahun 1991, darah tali pusat

6|Stem cell
di transplantasikan pada penderita Chronic Myelogenous Leukimia. Kedua
trasnplantasi ini berhasil dengan baik. Sampai saat ini telah dilakukan kira-
kira tiga ribu transplantasi darah tali pusat.

3. Penggunaan
Gambar 5. Transplantasi sel induk darah tali pusat Kultur
Stem Cell
dalam Bidang Bioteknologi
Stem cell dapat digunakan untuk keperluan baik dalam bidang riset maupun
pengobatan. Adapun penggunaan kultur stem cell adalah sebagai berikut:
3.1. Pemanfaatan Stem Cell Dalam Riset
a) Terapi gen
Stem cell (dalam hal ini hematopoietic stem cell) digunakan sebagai alat pembawa
transgen ke dalam tubuh pasien dan selanjutnya dapat dilacak jejaknya apakah
stem cell ini berhasil mengekspresikan gen tertentu dalam tubuh pasien. Dan
karena stem cell mempunyai sifat self-renewing, maka pemberian pada terapi gen
tidak perlu dilakukan berulang-ulang, selain itu hematopoietic stem cell juga dapat
berdiferensiasi menjadi bermacam-macam sel, sehingga transgen tersebut dapat
menetap di berbagai macam sel.

7|Stem cell
b) Mengetahui proses biologis, yaitu perkembangan organisme dan perkembangan
kanker. Melalui stem cell dapat dipelajari nasib sel, baik sel normal maupun sel
kanker.
c) Penemuan dan pengembangan obat baru, yaitu untuk mengetahui efek obat
terhadap berbagai jaringan.
d) Terapi sel (cell-based therapy). Stem cell dapat hidup diluar tubuh manusia,
misalnya di cawan petri. Sifat ini dapat digunakan untuk melakukan manipulasi
pada stem cells yang akan ditransplantasikan ke dalam organ tubuh untuk
menangani penyakit-penyakit tertentu tanpa mengganggu organ tubuh.
Ada beberapa alasan mengapa stem cell merupakan calon yang bagus dalam cell-based
therapy:
o Stem cell tersebut dapat diperoleh dari pasien itu sendiri. Artinya transplantasi
dapat bersifat autolog sehingga menghindari potensi rejeksi. Berbeda dengan
transplantasi organ yang membutuhkan organ donor yang sesuai (match),
transplantasi stem cell dapat dilakukan tanpa organ donor yang sesuai.
o Mempunyai kapasitas proliferasi yang besar sehingga dapat diperoleh sel dalam
jumlah besar dari sumber yang terbatas. Misalnya pada luka bakar luas, jaringan
kulit yang tersisa tidak cukup untuk menutupi lesi luka bakar yang luas. Dalam
hal ini terapi stem cell sangat berguna.
o Mudah dimanipulasi untuk mengganti gen yang sudah tidak berfungsi lagi melalui
metode transfer gen. Hal ini telah dijelaskan dalam penjelasan mengenai terapi
gen di atas.
o Dapat bermigrasi ke jaringan target dan dapat berintegrasi ke dalam jaringan serta
berinteraksi dengan jaringan sekitarnya.

3.2. Penggunaan Stem Cell Dalam Pengobatan Penyakit


Para ahli saat ini sedang giat melakukan berbagai penelitian untuk menggunakan stem
cell dalam mengobati berbagai penyakit. Penggunaan stem cell untuk mengobati
penyakit dikenal sebagai Cell Based Therapy. Prinsip terapi yang dimaksud adalah
dengan melakukan transplantasi stem cell pada organ yang rusak. Tujuan dari
transplantasi stem cell ini adalah sebagai berikut.

8|Stem cell
 Mendapatkan pertumbuhan dan perkembangan sel-sel baru yang sehat pada
jaringan atau organ tubuh pasien.
 Menggantikan sel-sel spesifik yang rusak akibat penyakit atau cidera tertentu
dengan sel-sel baru yang ditranspalantasikan.
Sel induk embrio (Embryonic stem cell) sangat plastik dan mempunyai kemampuan
untuk dikembangkan menjadi berbagai macam jaringan sel seperti neuron,
kardiomiosit, osteoblast, fibroblast, sel-sel darah dan sebagainya, sehingga dapat
dipakai untuk menggantikan jaringan yang rusak. Sel induk dewasa (adult stem cells)
juga dapat digunakan untuk mengobati berbagai penyakit degeneratif, tetapi
kemampuan plastisitasnya sudah berkurang. Keuntungan dari penggunaan sel stem
dewasa yaitu tidak atau kurang menimbulkan masalah dan kontroversi etika.
 Penggunaan sel punca embrionik untuk mengobati cidera pada medula spinalis
(spinal cord)
Cidera pada medula spinalis disertai demielinisasi menyebabkan
hilangnya fungsi neuron. Sel punca dapat mengembalikan fungsi yang hilang
dengan cara melakukan remielinisasi. Percobaan dengan sel punca embrionik
tikus dapat menghasilkan oligodendrosit yang kemudian dapat menyebabkan
remielinisasi akson yang rusak.
 Penggunaan sel punca pada penyakit stroke
Pada penyakit stroke dicoba untuk menggunakan sel punca mesenkim
(mesenchymal stem cell) dari sumsum tulang autolog. Penelitian ini didasarkan
pada hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Mesenchymal stem
cells diperoleh dari aspirasi sumsum tulang. Setelah disuntikkan perifer MSC
akan melintas sawar darah otak pada daerah otak yang rusak. Pemberian MSC
intravenous akan mengurangi terjadinya apoptosis dan menyebabkan proliferasi
sel endogen setelah terjadinya stroke.
 Penggunaan sel punca dalam pengobatan diabetes
Pada diabetes, terjadi kekurangan insulin atau kurangnya kepekaan
terhadap insulin. Dalam hal ini transplantasi sel pulau Langerhans diharapkan
dapat memenuhi kebutuhan insulin. Pada awalnya, kira-kira 10 tahun yang lalu,
hanya 8% transplantasi sel pulau Langerhans yang berhasil. Hal ini terjadi

9|Stem cell
karena reaksi penolakannya besar sehingga diperlukan sejumlah besar steroid;
padahal makin besar steroid yang dibutuhkan, makin besar pula kebutuhan
metabolik pada sel penghasil insulin. Namun, baru-baru ini penelitian yang
dilakukan oleh James Shapiro dkk. di Kanada, berhasil membuat protokol
transplantasi sel pulau Langerhans dalam jumlah banyak dengan metode
imunosupresi yang berbeda dengan yang sebelumnya. Pada penelitian tersebut,
100% pasien yang diterapi transplantasi sel pulau Langerhans pankreas tidak
memerlukan injeksi insulin lagi dan gula darahnya tetap normal setahun setelah
transplantasi. Penelitian-penelitian yang sudah dilakukan untuk diabetes ini
mengambil sumber stem cell dari kadaver, fetus, dan dari embryonic stem cell.
Selanjutnya, masih dibutuhkan penelitian untuk menemukan cara membuat
kondisi yang optimal dalam produksi insulin, sehingga dapat menggantikan
injeksi insulin secara permanen.
 Penggunaan sel punca untuk skin replacement
Dengan bertambahnya pengetahuan mengenai stem cell, maka peneliti
telah dapat membuat epidermis dari keratinosit yang diperoleh dari folikel
rambut yang dicabut. Hal ini memungkinkan transplantasi epidermis autolog,
sehingga menghindari masalah penolakan. Pemakaian skin replacement ini
bermanfaat dalam terapi ulkus vena ataupun luka bakar.
 Penggunaan sel punca dalam penyakit Parkinson
Pada penyakit Parkinson, didapatkan kematian neuron-neuron nigra-
striatal, yang merupakan neuron dopaminergik. Dopamin merupakan
neurotransmiter yang berperan dalam gerakan tubuh yang halus. Dengan
berkurangnya dopamin, maka pada penyakit Parkinson terjadi gejala-gejala
gangguan gerakan halus. Dalam hal ini transplantasi neuron dopamin
diharapkan dapat memperbaiki gejala penyakit Parkinson. Tahun 2001,
dilakukan penelitian dengan menggunakan jaringan mesensefalik embrio
manusia yang mengandung neuron-neuron dopamin. Jaringan tersebut
ditransplantasikan ke dalam otak penderita Parkinson berat dan dipantau dengan
alat PET (Positron Emission Tomography). Hasilnya setelah transplantasi
terdapat perbaikan dalam uji-uji standar untuk menilai penyakit Parkinson,

10 | S t e m c e l l
peningkatan fungsi neuron dopamin yang tampak pada pemeriksaan PET;
perbaikan bermakna ini tampak pada penderita yang lebih muda. Namun setelah
1 tahun, 15% dari pasien yang ditransplantasi ini kambuh setelah dosis
levodopa dikurangi atau dihentikan.
 Penggunaan sel punca dalam pengobatan HIV.
Pada awalnya pengobatan HIV/AIDS ditemukan tidak sengaja dalam
pengobatan penyakit leukemia dengan sistem stem sel. Dimana HIV/AIDS
menyerang sistem kekebalan tubuh sehingga tubuh menjadi rentan terhadap
gangguan virus atau penyakit. Dengan sel punca maka sel-sel yang mengalami
degradasi akan tergantikan sehingga kekebalan tubuh pengidap akan berangsur
pulih. Namun setelah itu terjadi mutasi gen yang mengakibatkan sel darah
menjadi resisten terhadap virus HIV. Mutasi tersebut terjadi pada reseptor yang
dikenal sebagai CCR5, yang secara normal ditemukan pada permukaan T cell –
sel pada sistem kekebalan tubuh yang diserang oleh virus HIV. Gen yang telah
bermutasi tersebut dikenal sebagai CCR5 delta 32, dan ditemukan pada 1% -
3% populasi orang kulit putih di Eropa. Virus HIV menggunakan CCR5
sebagai co-reseptor untuk merusak sistem kekebalan tubuh. Sejak CCR5
bermutasi menjadi CCR5 delta 32, virus HIV tidak lagi mampu menyerang sel
sehingga terjadi kekebalan tubuh alami pada orang yang mengalami mutasi gen.

4. Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Sel Induk (Stem Cell)


Dalam penggunaannya stem cell memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan
antara lain:
1) Penggunaan sel induk embrionik (embryonic stem cell) pada terapi sel.
 Kelebihan penggunaan sel induk embrionik antara lain:
a. Mudah didapatkan, biasanya dapat diperoleh dari klinik fertilitas.
b. Bersifat pluripotent artinya mempunyai kemampuan untuk berdifferensiasi
menjadi berbagai macam sel yang merupakan turunan ketiga lapis
germinal (ektoderm, mesoderm dan endoderm), tetapi tidak dapat
membentuk selubung embrio.

11 | S t e m c e l l
c. Immortal artinya dapat berumur panjang sehingga dapat memperbanyak
diri ratusan kali pada media kultur.
d. Reaksi penolakan tehadap imunitas rendah.
 Kekurangan penggunaan sel induk embrionik adalah:
a) Dapat bersifat karsinogenik artinya setiap kontaminasi dengan sel yang
tidak berdifferensiasi dapat menimbulkan kanker.
b) Selalu bersifat allogenik yaitu sel induk yang diambil berasal dari
pendonor yang cocok, umumnya keluarga atau orang lain yang cocok
sehingga berpotensi menimbulkan terjadinya rejeksi immunitas.
c) Secara kode etik masih kontroversial, di mana yang menjadi kontroversi
dalam penggunaan stem cell embrio yakni sumber sel tersebut (embrio).
Pengklonan embrio manusia untuk memperoleh stem cell menimbulkan
kontroversi karena pengklonan manusia tersebut ditentang oleh semua
agama, hal ini dikarenakan adanya anggapan bahwa embrio berstatus sama
dengan manusia menyebabkan hal tersebut tidak dapat diterima. Selain itu
status moral embrio, apakah embrio harus diperlakukan sebagai manusia
atau sebagai sesuatu yang berpotensi untuk menjadi manusia atau sebagai
jaringan hidup tubuh lainnya masih menjadi kontroversi.
2) Penggunaan sel induk dewasa (adult stem cell)
 Kelebihan penggunaan sel induk dewasa adalah:
a. Dapat diperoleh dari sel pasien sendiri sehingga dapat menghindari
terjadinya penolakan imun.
b. Sel induk dewasa sudah terspesialisasi sehingga induksi menjadi lebih
sederhana.
c. Penggunaan sel induk dewasa tidak terlalu menimbulkan problem etika.
 Kekurangan dari penggunaan sel induk dewasa antara lain:
a. Sel induk dewasa ditemukan dalam jumlah kecil di 12 tempat yang
berbeda dalam tubuh (otak, darah, kornea, retina, jantung, lemak, kulit,
daerah gigi, pembuluh darah pada sumsum tulang belakang, otot
tengkorak, dan usus). sehingga sulit mendapatkan sel induk dewasa dalam
jumlah banyak.

12 | S t e m c e l l
b. Masa hidupnya tidak selama sel induk embrionik.
c. Bersifat multipotent, yaitu dapat berdiferensiasi menjadi lebih dari satu
macam sel sehingga differensiasi tidak seluas sel induk embrionik yang
bersifat pluripotent.
3) Penggunaan sel induk dari darah tali pusat.
 Kelebihan penggunaan sel induk dari darah tali pusat adalah:
a. Mudah diperoleh, karena sudah tersedia di bank darah tali pusat.
b. Siap pakai, karena telah melalui proses prescreening, testing dan
pembekuan.
c. Kontaminasi virus sangat minimal dibandingkan dengan sel induk yang
berasal dari sumsum tulang.
d. Cara pengambilannya mudah, tidak beresiko dan menyakiti donor.
 Kekurangan penggunaan sel induk dari darah tali pusat adalah:
a. Kemungkinan terkena penyakit genetik. Ada beberapa penyakit genetik
yang terdeteksi saat lahir sehingga diperlukan pengamatan setelah donor
meningkat menjadi dewasa.
b. Jumlah sel induk relatif terbatas sehingga ada ketidaksesuaian antara
jumlah sel induk yang diperlukan resipien dengan jumlah yang tersedia
dari donor.

13 | S t e m c e l l
Daftar Pustaka

Brooks, Geo.F, dkk.1996. Mikrobiologi Kedokteran Edisi 20. Jakarta.EGC


Campbell, Neil A., dkk. 2002. Biologi Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga
Citrawathi, Desak Made, dkk. 2001. Anatomi dan Fisiologi Manusia.Singaraja: Jurusan
Pendidikan Biologi Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
D. Enger, Eldon, dkk. 2007.Consepts In Biology. New York: The McGraw-Hill Companies
Kalthoff, Klaus. 2001. Analysis of Biological Development. Evenue of The Americans: Mc Graw
Hill Higher Education
Setiawan, Benjamin. 2006. Aplikasi Terapeutik Sel Stem Embrionik pada Berbagai Penyakit
Degeneratif. Jakarta: Cermin Dunia Kedokteran No.153, (online) (diakses pada tanggal 19
Maret 2011)

Voyles, Bruce A. 2002. The Biology of Viruses Second Edition. New York: McGraw-Hill

14 | S t e m c e l l

Anda mungkin juga menyukai