Oleh :
Kelompok : 4
Kelas :B
Anggota :
1. Zahrah Yulindra 1711011032
2. Ramzaliati 1711011036
3. M. Yasin Abdullah 1711011038
4. Popy Ayu Namira 1711011040
5. Swari Tirtania 1711011042
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2020
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT, karena atas bimbingan
dan petunjuk-Nya, serta berkat rahmat, nikmat, dan karunia-Nya sehingga kami
dapatmenyelesaikan makalah “Interprofessional Collaboration (Ipc)” ini dengan
tepat waktu. Shalawat beserta salam semoga tercurahkan pada baginda Rasulullah
SAW yang kita nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Makalah ini disusun sebagai usaha untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pengkajian resep dan dispensing. Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-
teman yang telah berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah
ini bisa disusun dengan baik dan rapi.
Penulis
i
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ................................................................................ 12
B. Saran .......................................................................................... 12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Interprofessional Collarobartion(IPC) ?
2. Apa saja hal yang dapat memacu dan menghambat IPC ?
3. Apa saja kolaborasi yang dapat dilakukan dalam tim kesehatan ?
4. Apa sajakah yang tujuan dan manfaat yang didapatkan dari kolaborasi ?
C. Tujuan
1. Memahami maksud dari Interprofessional Collarobartion(IPC).
1
2. Mengetahui hal yang dapat memacu dang menghambat IPC.
3. Mengetahui kolaborasi yang dapat dilakukan dalam tim kesehatan.
4. Memahami tujuan dan manfaat yang didapatkan dari kolaborasi.
2
BAB II
ISI
A. PENGERTIAN IPC
3
praktisi, pasien/ klien/ keluarga serta masyarakat untuk mengoptimalkan
pelayanan kesehatan.
B. PENDUKUNG IPC
1. Dosen
4
Persiapan dosen yang baik merupakan salah satu pokok penting untuk
keberhasilan suatu inisiasi dari model pembelajaran IPE. Persiapan yang
diperlukan antara lain pengetahuan serta pengalaman dosen mengenai IPE.
Beberapa peran dosen dalam pembelajaran IPE yang sudah teridentifikasi antara
lainmembantu mahasiswa untuk dapat mendalami situasi kasus yang dihadapi dan
menarik elemen-elemen yang relevan, melakukan diskusi interaktif, menstimulasi
antusiasme serta motivasi belajar mahasiswa. Dosen diharapkan juga berperan
dalam memberikan dukungan moral kepada mahasiswa denganmembantu
mengatasi perasaan-perasaan negatif mahasiswa terhadap role-playyang akan
mereka laksanakan, memperkirakan adanya perasaan tidak nyaman dari
mahasiswa akan pelaksanaan peran dengan anggota tim dari latar belakang yang
berbeda, menumbuhkan kepercayaan serta membangun kredibilitas. Ketika dosen
dari berbagai profesi bekerja sama sebagai satu tim dalam diskusi dengan
mahasiswa, dosen dapat mengemukakan perbedaanperspektif dari keprofesiannya
untuk memperkaya proses IPE dan menghubungkan berbagai pengalaman profesi
yang berbeda-beda.
2. Mahasiswa
Sulit untuk memilih pelatihan yang relevan bagi siswa dari profesi
kesehatan yang berbeda; kebanyakan studi membatasikompleksitas dengan hanya
menyertakantidak lebih dari 4 kelompok profesi.
3. Klien
4. Konten
5
Keterampilan berbasis tim seperti komunikasi dan kepemimpinan penting
dalam keberhasilan IPE, dan pelatihan dalam keterampilan non-teknis ini menjadi
prioritas tinggi. Diperlukan sebuah sistem pembelajaran yang membutuhkan
kerjasama tim dan komunikasi dalam memecahkan masalah klien.
6. Tempat pelaksanaan
7. Pengembangan fakultas
8. Logistik
9. Strategi pembelajaran
10. Evaluasi
6
Penilaian yang memadai untuk hasil pembelajaran IPE, terutama yangnyangkut
kerja sama tim dan keterampilan praktek kolaboratif, merupakan tantangan besar
bagi para pendidik.
C. HAMBATAN
1) Tujuan bersama.
2) Pengakuan dan penghormatan terhadap kekuatan masing-masing dan
perbedaan.
3) Pengambilan keputusan yang adil dan efektif.
4) Fokus pada pasien.
5) Komunikasi yang jelas dan teratur.
7
o Pasien dan keluarga sebagai pemberian keputusan dalam masalah
kesehatannya.
2. Mutual respect and trust
o aling percaya dengan memahami pembagian tugas dan kompetensinya
masing – masing.
o Saling menghormati dan menghargai masing-masing profesi.
3. Clear communication
o Komunikasi efektif antara tenaga kesehatan.
o Rekam medis atau catatan lain yang ditulis dengan lengkap.
4. Clarification of roles and scopes of practice
o Memahami lingkup kerja dan tanggung jawab masing-masing sebagai
tenaga kesehatan.
o Lingkup pekerjaan dalam kolaborasi kesehatan dijelaskan dalam job
description dan kontrak pegawai.
o Pasien juga dilibatkan untuk memahami peranannya dalam mewujudkan
kesehatan.
5. Clarification of accountability and responsibility
o Bertanggung jawab dengan perawatan terhadap pasien yang ditanganinya.
6. Liability protection for all member of the team
o Setiap anggota tim kesehatan memiliki perlindungan atau jaminan formal
untuk mengakomodasi tugasnya.
7. Sufficient human resources and infrastructure
o Mengefektif kerja dari tim kolaborasi kesehatan. Untuk itu, pemerintah
membantu menambah jumlah tenaga kesehatan.
o Mengaplikasikan teknologi untuk membantu kolaborasi kesehatan.
8. Sufficient payment and payment arragement
o Tim kolaborasi tidak mendasari pekerjaannya sebatas upah yang
diterimanya.
o Pemerintah membantu secara finansial dan teknis dalam mengembangkan
kolaborasi.
9. Supportive education system
o Pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan efektivitas kolaborasi
kesehatan.
10. Research and evaluation
8
o Evaluasi dengan melihat kenyataan lapangan dari kolaborasi kesehatan
memperbaiki standar kualitas yang ada . (Riyanto et al, 2008)
Terdapat beberapa bentuk atau jenis dari kolaborasi tim kesehatan secara umum
yang dapat terjadi, seperti :
1. Fully integrated major.
Bentuk kolaborasi yang setiap bagian dari tim tersebut memiliki tanggung jawab
dan kontribusi yang sama besar untuk mewujudkan tujuan bersama.
2. Partially integrated major.
Bentuk kolaborasi yang setiap bagian dari tim memiliki tanggung jawab yang
berbeda. Dalam hal ini ada satu atau lebih profesi di bidang kesehatan yang
memiliki kontribusi yang lebih sedikit dibandingkan profesi kesahatan lainnya
dalam tim tersebut.
3. Joint program office
Tidak memiliki tujuan yang sama tetapi disatukan oleh hubungan pekerjaan yang
akan lebih menguntungkan bila dikerjakan bersama.
4. Joint partnership with affliated programming
Kerjasama memberikan jasa dan umumnya tidak untuk mencari suatu
keuntungan. (CHRSF, 2006)
9
h. Perawatan manula.
i. Pengobatan dan rehabilitasi bagi pecandu obat – obatan terlarang. (CHRSF,
2006)
E. TUJUAN
F. MANFAAT
10
jawab dan keahlian, dan orang-orang dari jenis petugas kesehatan lain;
komunikasi meliputi pengekspresikan pendapat seseorang kompeten untuk rekan,
mendengarkan anggota tim; belajar dan refleksi kritis meliputi cermin kritis pada
hubungan sendiri dalam tim, mentransfer IPEuntuk pengaturan kerja; hubungan
dengan pasien, dan mengakui kebutuhan pasien meliputi bekerja sama dalam
kepentingan terbaik dari pasien, terlibat dengan pasien, keluarga mereka, penjaga
dan masyarakat sebagai mitra dalam manajemen perawatan; praktek etis meliputi
pemahaman pandangan stereotip dari petugas kesehatan lain yang dimiliki oleh
diri dan orang lain, mengakui bahwa setiap tenaga kesehatan memiliki pandangan
yang sama-sama sah dan penting.Proses IPE membentuk proses komunikasi, tukar
pikiran, proses belajar, sampai kemudian menemukan sesuatu yang bermanfaat
antar para pekerja profesi kesehatan yang berbeda dalam rangka penyelesaian
suatu masalah atau untuk peningkatan kualitas kesehatan (Thistlethwaite dan
Moran, 2010)
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kolaborasi interprofesi terjadi ketika profesional kesehatan bekerja sama
dengan rekan kerja, profesi lain, pasien dan dengan keluarga mereka.
2. Yang mendukung terjalinnya IPC utamanya dosen,
klien,konten,mahasiswa tempat pelaksanaan.
3. Kolaborasi dalam tim kesehatan memiliki 5 prinsip.
4. Tujuan IPE yaiut mengutamakan keselamatan pasien dan
peningkatankualitas pelayanan kesehatan.
B. Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
13