Anda di halaman 1dari 56

Bahan Rekayasa

Jaringan
DRG. SEFTY ARYANI HARAHAP, M. SI.
Tujuan Umum :
Pada akhir modul ini mahasiswa mampu merencanakan material kedokteran gigi
penunjang laboratorium dan klinik.

Tujuan Khusus :
 Menjelaskan tentang Autograft, Allograft, Xenograft, dan Alloplast
 Menjelaskan tentang metode rekayasa jaringan
 Menjelaskan tentang pengertian rekayasa jaringan
 Menjelaskan tentang biomaterial dan scaffold
 Menjelaskan tentang stem sel
 Sel → unit terkecil dari individu.
 Jaringan → kumpulan dari beberapa sel yang sejenis dan memiliki
fungsi yang sama.
 Biomaterial → suatu material tak-hidup (non-vital) yg berinteraksi
dengan sistem biologis di dalam atau pada tubuh manusia.
 Dental material yg dimasukkan ke dalam rongga mulut →
biomaterial.
 Karena adanya interaksi → biomaterial harus biokompatibel.
 Biokompatibilitas → kemampuan material untuk bekerja selaras
dengan tubuh tanpa menimbulkan efek lain yang berbahaya.
 Transplantasi (graft) → pemindahan langsung jaringan ataupun organ dari satu
tempat ke tempat lain.

Klasifikasi jaringan/organ yg
ditransplantasi berdasarkan sumber

autograft allograft xenograft alloplast


 Autograft adalah suatu jaringan atau organ yang dipindahkan dari satu tempat ke
tempat lain pada satu individu. Autograft biasanya untuk transplantasi jaringan
seperti rambut, darah, dan bahkan sejumlah kulit dan tulang yang terbatas.
Jaringan ini meregenerasi sampai batas tertentu, memperbaiki kekosongan yang
ditinggalkan setelah perpindahannya. Metode transplantasi ini menghindari
komplikasi immunologis dan dianggap sebagai “gold standard” (standar emas)
untuk keberhasilannya.
 Allografts adalah jaringan atau organ yang dipindahkan dari satu individu ke
individu lain dari spesies yang sama. Secara rutin, jaringan dan organ dipindahkan
dari individu yang sudah mati (sama seperti donor hidup) dan dipindahkan ke
individu yang berbeda. Darah, tulang, kulit, kornea, ligamen, dan tendon yang
dikumpulkan pada tempat penyimpanan dan suasana beku, untuk digunakan pada
prosedur bedah yang akan datang.
 Xenograft adalah pencangkokan, implantasi, atau infus sel hidup kepada manusia
yang berasal dari jaringan, atau organ hewan atau cairan, sel, jaringan, atau organ
tubuh manusia yang telah memiliki kontak ex vivo dengan sel, jaringan, atau
organ hewan hidup. Regimen terapi ini telah digunakan dalam eksperimen untuk
mengobati gangguan neurodegenerative, kegagalan hati, dan diabetes, ketika
bahan kompatibel manusia tidak tersedia. Xenograft yang sekarang umum dalam
kedokteran gigi. Dua contohnya adalah BioOss (produk yang berasal dari tulang
sapi) dan BioCoral (produk corraline) yang digunakan untuk menambah cacat
pada maksilla dan mandibula.
 Alloplasts adalah cangkokan yang dibuat dari bahan sintetis, membuat mereka
sangat berbeda dari tiga jenis cangkokan yang lain, karena tidak ada komponen
hidup yang digunakan. Alloplasts, seperti implan gigi, yang menjadi semakin
umum di kedokteran gigi. Implan gigi palsu dari logam dan keramik yang
dianggap restoratif perawatan rutin di banyak negara. Bahan-bahan ini
mengintegrasikan dengan tulang dan membantu mengembalikan fungsi untuk
pasien, keberhasilan. jangka panjang akan sangat baik. Tulang autograft
ditempatkan dalam perbaikan struktur kraniofasial dapat ditambah dengan kaca
keramik dan bioaktif. Alloplast ini tersedia dalam kuantitas yang hampir tak
terbatas dengan tidak menimbulkan reaksi imunologis. Keuntungannya adalah
bahwa cangkok ini tidak menimbulkan risiko transmisi penyakit dari satu individu
lain.
 Beda transplantasi/graft dengan rekayasa jaringan :
Transplantasi (graft) → pemindahan langsung jaringan ataupun organ dari satu
tempat ke tempat lain.
Rekayasa jaringan → pembentukan jaringan dgn menumbuhkan sel agar terjadi
regenerasi.
 Rekayasa jaringan dan biomaterial (biomaterial and tissue engineering)
→ ilmu yg menggabungkan prinsip dasar biologi, kedokteran dan
teknik.

Tujuan utama

Restorasi/perbaikan, pemeliharaan
ataupun peningkatan fungsi jaringan
dan organ.
 Rekayasa jaringan (tissue engineering)
Teknik pembentukan jaringan dgn menggunakan sel yg
dikombinasi dgn scaffold utk memfasilitasi pertumbuhan dan
diferensiasi sel (regenerasi sel).
Trias rekayasa jaringan

Kerangka/
penyanga/
scaffold

Molekul signal
Sel (faktor
pertumbuhan)

Rekayasa
Jaringan
 Komponen-komponen dalam rekayasa jaringan :

1. Sel
2. Kerangka/penyangga/scaffold
3. Molekul signal (faktor pertumbuhan)
1. Sel

Biasanya stem sel/sel punca (sel yg dpt berproliferasi sendiri dan


berdiferensiasi mjd paling sedikit dua tipe sel yg berbeda).
Stem sel dpt berdiferensiasi mjd sel yg sesuai dgn jaringan yg akan
direkonstruksi.
Misal : stem sel pulpa utk rekonstruksi tulang alvolar.
2. kerangka/scaffold

Biomaterial 3 dimensi yg berfungsi :


 sbg media tumbuh kembang sel
 tempat melekatnya sel utk pembentukan jaringan
 cetakan/template dari pembentukan jaringan baru
 agen pembawa (delivery vehicle) molekul bioaktif

Syarat utama scaffold : memiliki pori yg saling berhubungan dan


biodegradable.
1.) memiliki pori (sifat porositas tinggi dan ukuran pori memadai) → migrasi
sel, vaskularisasi jaringan, perlekatan dan penjangkaran sel dan transport
cairan dan nutrisi.
Ukuran pori hrs sesuai dgn sel yg akan ditumbuhkan.
Contoh : ▪ sel fibroblast dan endotelial : diameter pori 5-90 µm.
▪ sel otot polos : diameter pori 63-150 µm.
▪ utk pertumbuhan jar. Tulang : diameter optimum pori 200-350 µm.
Microporosity (<8 µm) → pertumbuhan kapiler & interaksi antara sel dan
matriks.
Macroporosity (250-350 µm) → suplai nutrisi dan pembuangan sisa
metabolisme sel.
 Ukuran pori harus cukup besar → agar sel dpt bermigrasi ke
struktur dan berikatan dgn ligan (molekul reseptor sel) pd scaffold,
namun tdk terlalu besar agar densitas ligan minimal shg tjd ikatan
yg efisien antara sel dgn scaffold.

 Jaringan yg dihasilkan dari scaffold dgn struktur pori yg seragam


→ sifat biomekanik lbh baik drpd jaringan dari scaffold dgn
struktur yg tdk seragam.
 Sel cenderung mengikuti geometri scaffold.
2.) Biodegradable
Diharapkan : saat sel membentuk matriks pengikat, scaffold dapat
memberi dukungan struktural dan setelah jaringan terbentuk barulah
scaffold terdegradasi.

Besarnya degradasi berkaitan dgn derajat porosity.


Contoh : scaffold poliester → porosity yg tinggi dpt mengurangi
resiko akumulasi produk2 degradasi asam.
 Syarat tambahan dari scaffold : memiliki 3 dimensi, biokompatibel,
memiliki adhesi thdp sel, memilki mechanical stregth, non-toxic,
non-alergenik, non-iritan, non-karsinogenik.

 Contoh scaffold : hidroksiapatit, natural polymer (kolagen,


chitosan, glikosaminoglikan, silk fibroin, agarose, alginate, starch),
polimer sintetik.
 Sifat scaffold dipengaruhi oleh biomaterial yang digunakan dan harus spesifik dan
selaras dengan lingkungan asli untuk memastikan bahwa daerah defect diganti
dengan jaringan fungsional yg sehat sesuai dengan yang asli (biomimetik), tanpa
pembentukan bekas luka reparatif. Secara umum, scaffold harus menunjukkan
hidrofilisitas, kekasaran, dan permukaan topografi spesifik yang adekuat baik
dlm skala mikro maupun submikrometer harus dikembangkan untuk meniru
proses alami regenerasi tulang. Nanotopografi meningkatkan luas keseluruhan
permukaan, rasio permukaan terhadap volume dan kekasaran permukaan, yang
meningkatkan adhesi antara osteoblas dan permukaan scaffold. Dalam skala
mikro, scaffold memfasilitasi penetrasi sel, vaskularisasi, dan difusi nutrisi dan
memicu pertumbuhan sel dan produksi matriks ekstraseluler yang lebih baik.
 Karakteristik desain penting lainnya adalah porositas, ukuran pori, dan
interkonektivitas. Tulang cancellous manusia menunjukkan porositas antara 30%
dan 90%, setiap konstruksi scaffold dgn void dalam kisaran ini dianggap cocok
untuk regenerasi tulang. Namun, porositas yg sangat tinggi dapat menurunkan
sifat mekanik. Untuk regenerasi tulang alveolar, porositas harus 70%, diameter
pori antara 150 μm dan 500 μm yg dpt memfasilitasi vaskularisasi dan penetrasi
jaringan baru sedangkan tanpa mengorbankan kekuatan mekanik scaffold atau
infiltrasi sel ke permukaan dalam. Hal ini ditentukan oleh adanya jaringan pori
yang saling berhubungan, yang penting untuk pertumbuhan sel ke dalam interior
scaffold untuk mencegah nekrosis inti. Agar tercapai keberhasilan regenerasi
tulang, scaffold harus menunjukkan kekuatan mekanis yg mirip dgn jaringan
aslinya. Regenerasi harus seimbang dgn degradasi scaffold. Untuk rekonstruksi
dentoalveolar, degradasi terjadi dlm waktu 5-6 bulan.
 Ukuran pori harus cukup besar agar sel dpt bermigrasi ke struktur dan berikatan
dgn ligan (molekul reseptor sel) pd scaffold, namun tdk terlalu besar agar densitas
ligan minimal shg tjd ikatan yg efisien antara sel dgn scaffold. Jaringan yg
dihasilkan dari scaffold dgn struktur pori yg seragam sifat biomekanik lbh baik
drpd jaringan dari scaffold dgn struktur yg tdk seragam. Selain harus memiliki
pori yg cukup besar, scaffold harus bersifat biodegradable yaitu saat sel
membentuk matriks pengikat, scaffold dapat memberi dukungan struktural dan
setelah jaringan terbentuk barulah scaffold terdegradasi.
 Biomaterial yg digunakan dlm pembuatan scaffold 3D utk regenerasi tulang alveolar,
yaitu :
 1. Polimer : A.) Polimer alami biodegradable, antara lain protein dan polisakarida yg
memiliki biokompatibilitas yg tinggi, pengenalan sel yg baik, peningkatan interaksi sel
pd lingkungan sekitar dan hidrofilisitas. Contoh protein yg berasal dari tubuh manusia
adalah kolagen. Matriks kolagen mendorong adhesi sel, proliferasi dan diferensiasi
osteogenik, meningkatkan adhesi osteoblast, migrasi dan mineralisasi. Contoh
polisakarida adalah kitosan yg menunjukkan aktivitas antibakteri dan antifungi,
pembentukan pembekuan darah dan bersifat analgetik, dpt mempercepat penyembuhan
luka yg dpt meminimalkan resiko kontaminasi scaffold dan infeksi postoperatif shg
mencegah kegagalan scaffold. Contoh polisakarida lain adalah alginate. Alginate dan
kitosan tdk ada dlm tubuh manusia tp menunjukkan kemiripan dgn glikosaminoglikan
yg ditemukan dlm matriks ekstraseluler jaringan tubuh manusia seperti tulang, yg
membuatnya sesuai utk rekayasa jaringan. Polimer alami ini memiliki bioaktivitas yg
rendah shg biasanya dikombinasi dgn material bioaktif (misal : biokeramik) ataupun
polimer sintetik tergantung aplikasinya pd daerah load bearing atau tdk.
 B.) Polimer sintetik biodegradable, contohnya adalah poliester alfatik seperti
polycaprolactone (PCL), polylactic acid (PLA), polyglycolic acid (PGA), dan
kopolimernya poly(lactic-co-glycolic) acid (PLGA). Pd aplikasi medis, yg sering
digunakan adalah polycaprolactone (PCL) misalnya utk perbaikan craniofacial
krn memiliki sifat biokompatibel, sesuai utk berbagai teknik pembuatan scaffold,
laju degradasi rendah dan stabil secara mekanis. Polimer sintetik terdegradasi dgn
hidrolisis yg dpt terbentuk pd degradasi bulk ataupun erosi permukaan. Poliester
alifatik melepaskan produk sisa asam selama degradasi yg menyebabkan nekrosis
jaringan dan kegagalan scaffold, shg biasanya dikombinasi dgn biokeramik yg
meningkatkan bioaktifitas konstruksi dan cenderung menetralkan produk sisa
asam dgn menaikkan nilai pH keseluruhan pd scaffold utk mempertahankan
kesehatan jaringan. Utk meniadakan produk sisa asam dan membuffer pH dpt
dilakukan dgn cara mengkombinasi poliester dgn logam.
 2. Biokeramik, yaitu biomaterial anorganik misalnya biokeramik kalsium fosfat
dan bioactive glass yg digunakan sbg pengisi tulang di bidang kedokteran gigi.
Biokeramik kalsium fosfat meliputi hydroxyapatite (HAp),
tricalciumphosphate (𝛼-TCP dan 𝛽-TCP), dan biphasic calcium phosphate
(BCP), yg semuanya dpt berbentuk pasta injectable yg mudah dimanipulasi dan
dpt mengeras. Biokeramik bersifat biokompatibel, bioaktif, ketersediaan tdk
terbatas, hidrofilik, mirip dgn komponen anorganik tulang asli, osteokonduktif
dan dilaporkan kemungkinan osteoinduktif yg mampu merangsang pembentukan
tulang ektopik dgn menginstruksi lingkungan in vivo sekitarnya utk
melakukannya. Permukaan biokeramik dpt mengabsorbsi dan melepas ion
kalsium dan fosfat ke lingkungan sekitarnya dan menstimulasi diferensiasi sel
progenitor mjd osteoblast. Hydroxyapatite (HAp) paling banyak digunakan krn
memiliki komposisi kimia yg sama yg dpt berpengaruh positif pd adhesi dan
proliferasi osteoblast.
 Namun, HAp terdegradasi lambat jika dlm bentuk “crystalline form” in vivo, yg
menyebabkan partikel sisa mengganggu pembentukan tulang dgn sempurna dan
meningkatkan resiko infeksi dan terpapar pd regio oral dan maxillofacial, shg
aplikasi crystalline Hap digantikan dgn amorphous hydroxyapatite, yg memiliki
laju degradasi yg lbh cepat. Modifikasi laju degradasi HAp jg dpt dilakukan dgn
mengkombinasinya dgn biomaterial lain yg secara kinetik lbh cpt seperti polimer
alami. Yg kedua paling banyak digunakan adalah 𝛽-tricalcium phosphate (𝛽-
TCP) krn kemampuannya membentuk ikatan tulang-kalsium fosfat yg kuat dan
laju degradasi yg lbh cepat. Jika dikombinasi dgn HAp, campurannya disebut
biphasic calcium phosphate (BCP) yg bioaktifitasnya terkontrol, stabil dan laju
degradasi dpt dikendalikan. Laju degradasi BCP lbh tinggi drpd HAp, tp lbh
lambat drpd 𝛽-TCP.
 Biomaterial lain yg termasuk dlm biokeramik adalah bioactive glass (BG), yg
merupakan silicon oxide dgn calcium substitusi. Jika terpapar dgn cairan
tubuh, lapisan kalsium fosfat terbentuk di atas permukaan bioactive glass, yg
secara kimia berikatan dgn tulang. Bioglass jenis spesifik memiliki laju degradasi
yg sangat lambat krn berubah mjd material seperti Hap. Biokeramik terdegradasi
melalui berbagai mekanisme : pelarutan fisiokimia dgn transformasi fasa yg
mungkin, degradasi multinucleated cell-mediated, dan fragmentasi mekanis
krn kehilangan integritas struktur oleh dua mekanisme sebelumnya. Namun,
biokeramik bersifat brittle (getas) dan sulit dibentuk mjd struktur yg diinginkan
krn sifat stiffness dan fleksibilitas yg rendah. Sifat mekanik dan fracture
toughness rendah shg membatasi aplikasinya pd area non-load-bearing. Jika
dikombinasi dpt menghasilkan biomaterial yg kuat seperti dgn poliester sintetik
atau logam.
 3. Logam, memiliki sifat mekanik yg sangat baik seperti strength, toughness, dan
hardness, dibandingkan dgn polimer dan keramik shg dpt diaplikasikan pd area
load bearing. Logam dpt meningkatkan sifat mekanik scaffold dgn mengurangi
ukuran pori. Titanium dan titanium alloy digunakan pd regenerasi tulang krn
biokompatibel, sifat mekanik dan elasticity yg baik. Scaffold titanium-based 3D
menunjukkan hidrofilisitas yg tinggi yg dpt meningkatkan deposisi mineral dan
mendorong perlekatan dan proliferasi sel dan pembentukan tulang baru tanpa
tanda-tanda inflamasi ataupun nekrosis, namun material ini kurang biodegradable.
Sedangkan magnesium dan magnesium alloy memiliki sifat mekanik yg mirip
dgn tulang asli dan terbiodegradasi dgn sempurna. Meskipun material ini
terdegradasi oleh korosi, produk sisanya termasuk biokompatibel dan tdk
menimbulkan efek samping pd jaringan sekitarnya. Magnesium dan alloynya
bersifat osteoconduktif, berperan dlm perlekatan sel dan cenderung meningkatkan
ekspresi osteogenicmarker in vitro. Namun, magnesium murni memiliki degradasi
in vivo yg cepat, hal ini dpt dikendalikan dgn penggunaan alloy magnesium
ataupun dgn melapisi (coating) magnesium murni dgn titanium atau keramik.
Sama seperti polimer alami dan sintetik, logam jg kurang bioaktif.
 Scaffold yg terbuat dari kombinasi dua biomaterial yg berbeda atau lebih disebut
komposit atau hibrid di mana ada yg berperan sbg matriks dan ada yg berperan
sbg filler, seperti polimer/keramik, keramik/logam dan polimer/logam utk
mendapatkan sifat yg diinginkan.
Teknik pembuatan
scaffold
1. Salt leaching
Porogen atau kristal garam (misal : NaCl) diletakkan kedlm mold dan polimer
ditambahkan utk mengisi ruang yg kosong. Polimer mengeras dan garam
terlarut dlm pelarut seperti air atau alkohol. Polimer mengeras dgn pori-pori yg
akan terbentuk setelah semua garam leaching/luruh. Ukuran pori scaffold dpt
dikontrol melalui ukuran porogen yg digunakan. Porosity dan ukuran pori
scaffold jg dpt dikontrol dgn memvariasikan jumlah dan ukuran partikel
garam.
Keuntungan utama : penggunaan polimer dlm jlh kecil dpt meminimalkan
pemborosan polimer.
Kerugian : lubang antarpori dan bentuk pori scaffold tdk terkontrol.
Solusi : kombinasi teknik salt leaching dgn teknik lain.
2. Gas foaming
Gas digunakan sbg porogen. Disc polimer padat seperti poliglikolida dan
poli-L-laktida yg pertama terbentuk melalui compression molding pd gas
CO2 suhu tinggi melalui disc selama bbrp hari sebelum menurunkan
tekanan ke level tekanan atmosfir.
Keuntungan : eliminasi penggunaan pelarut kimia yg keras, dgn demikian
tahap leaching tdk ada dlm proses pembuatan shg dpt menghemat waktu.
Porosity yg didapat hingga 93% dan ukuran pori hingga 100 µm dpt dibuat.
Kerugian : sulit menjamin konektivitas pori dan mengontrol ukuran pori.
3. Phase separation (pemisahan fasa)
Umumnya, polimer pertama kali larut dlm pelarut yg sesuai lalu
ditempatkan dlm mold yg akan didinginkan secara cepat sampai pelarut
membeku. Pelarut kemudian dibuang dgn freeze-drying dan pori akan
tertinggal di belakang polimer.
Keuntungan : tdk perlu tahap extra leaching
Kerugian : Penambahan pelarut organik seperti ethanol atau methanol
menghambat penggabungan molekul bioaktif atau sel-sel selama
pembuatan scaffold. Ukuran pori kecil.
4. Freeze-drying
Jika material di-freeze-dried, air yg beku disublimasi langsung mjd fasa gas
yg menghasilkan pembentukan pori. Porosity dan ukuran pori scaffold
tergantung parameter seperti rasio air terhadap polimer dan viskositas
emulsi. Struktur pori dpt dikontrol dgn memvariasikan suhu freezing.
Proses freeze drying hrs dikontrol utk mengurangi freezing heterogen utk
meningkatkan homogenitas scaffold.
Keuntungan : eliminasi bbrp tahap shg menghemat waktu.
5. 3D printing
Lapisan-lapisan material utk membentuk model 3D shg dpt memperoleh ukuran
pori yg terkontrol, morfologi pori dan porosity matriks dibandingkan dgn metode
lain. Larutan pengikat (binder solution) ditambahkan pada powder bed dari inkjet
print head. Lapisan 2D akan diprint dan lapisan powder baru terpasang. Proses ini
berulang dan lapisan-lapisan akan bersatu jika larutan fresh binder setiap kali
mengendap. Komponen akhir akan dibuang dan powder yg tdk terikat akan
tertinggal. Teknik ini membentuk 3D kompleks dgn resolusi tinggi dan struktur
internal yg terkontrol. 2 tipe pori yg terbentuk : pori melalui desain dan pori
melalui proses.
Hanya sedikit polimer yg dpt dibuat dgn metode ini krn metode ini menggunakan
suhu tinggi. Scaffold keramik dgn metode ini memiliki kekuatan mekanis yg lbh
baik tp butuh proses sintering yg kedua pd suhu tinggi utk meningkatkan brittle
toughness. Prepprocessing biomaterial dasar perlu krn biasanya tdk dlm btk
powder.
6. Selective laser sintering (SLS)
bagian pd powder bed disatukan lapis demi lapis menggunakan sinar laser
yg dikontrol oleh komputer membtk massa padat 3D. Biomaterial powder
akan bersatu tp tdk terurai krn sinar laser dpt digunakan dlm metode ini.
SLS → proses cepat dan cost effective tp kenaikan suhu memerlukan input
energi lokal yg tinggi.
Degradasi material misalnya chain scission, cross-linking dan proses
oksidasi dpt terjadi krn paparan thdp sinar laser.
7. Stereolitografi
Merupakan teknik rapid prototyping, melibatkan penggunaan UV laser utk
mempolimerisasi resin liquid UV curable fotopolimer layer by layer lalu
memadat membtk model 3D. Sisa resin akan didrainase setelah model
curing sempurna di dlm oven.
Pembuatannya cepat dgn btk material yg berbeda2. resolusi tiap lapisannya
tergantung pd resolusi lapisan elevator dan ukuran spot laser. Namun pd
hasil akhir tjd shrinkage.
8. Fused deposition modeling
Extruder yg dikontrol dgn suhu kecil digunakan agar material termoplastik
mengendap pd platform dgn cara layer by layer utk membtk material 3D.
Platform dasar akan ada di bawah pd akhir tiap lapisan agar lapisan
selanjutnya dpt ditambahkan di atasnya. Seperti metode rapid prototyping
lain, fused deposition modeling menggunakan komputer utk menghasilkan
model padat ataupun permukaan utk memungkinkan pengendapan yg
tepat/presisi dari lapisan tipis polimer semi-molten (semi cair).
Kekurangan : penggunaan suhu tinggi yg membatasi jenis biomaterial yg
digunakan.
9. Electrospinning
Voltase diberikan utk menghasilkan perbedaan yg potensial antara larutan polimer dan
collecting target. Poliimeric jet cairan dikeluarkan dari spinneret atau tip kapiler ketika
surface tension cairan dicegah oleh muatan listrik.
Macromolecular entanglements yg terdapat pd larutan polimer akan menyebabkan fluid
jet ditarik ke arah collector shg twisting terjadi krn adanya kepadatan muatan permukaan
yg lbh tinggi. Tautan fiber electrospun akan dikumpulkan. Diameter tiap fiber dpt
dikontrol dgn mengubah konsentrasi dan flow rate larutan polimer dan memvariasikan
jarak antara needle dan collector.
Ukuran pori rata2 scaffold electrospun meningkat seiring meningkatnya diameter fiber.
Keuntungan : area permukaan yg tiinggi utk perlekatan sel dan porosity yg tinggi utk
memfasilitasi nutrisi dan waste exchange. Pembuatannya sederhana dan tdk mahal dan
sebagian besar larutan polimer dpt diguunakan.
Kerugian : melibatkan pelarut organik yg toksik yg dpt merusak sel.
Solusi : penggunaan Electrospinning cair krn tdk melibatkan pelarut organik krn
dipanaskan dgn pemanas listrik atau laser CO2 di atas suhu transisi glass dan
meltingnya, tp berat jenis (kepadatan) muatan lbh rendah dan lbh kental drpd larutannya,
fiber yg didpt dari proses Electrospinning cair lbh tebal drpd Electrospinning larutan.
10. Cell encapsulation
Melibatkan entraping (penjebakan) sel dlm material yg biasanya digunakan utk
melindungi sel dari sistem imun. Sel dicampur dgn encapsulation material
sebelum terjadi gelasi. Sel secara individual dpt dikemas (encapsulated) dan dpt
dibuat dlm volume tertentu dlm btk spherical atau fiber.
Keterbatasan : keseimbangan antara koefisien difusi yg sesuai utk transport
oksigen dan nutrisi pd sel dgn retensi sifat imunoprotektif.
Penggunaan lapisan coating dpt memodifikasi porosity atau permeabilitas
material encapsulation. Material yg dpt digunakan adalah superporous hydrogel
(SPHs) drpd nonporous hydrogel (NPHs) krn sifat difusinya lbh baik.
SPH memiliki arsitektur pori internal yg memberikan perlekatan sel dan
proliferasi. Pd NPH, sel hanya akan melekat pd permukaan krn tdk ada pori
internal. Pd cell encapsulation, sel akan disebar pd NPH tp hanya akan ada dlm
interpore connection dgn SPH.
Keuntungan : kemungkinan immunoshielding pd sel dan kemungkinan
pembuatan dlm btk injectable.
Scaffold sintetis
3. Molekul signal (faktor pertumbuhan)

Berfungsi merangsang proliferasi dan mengarahkan diferensiasi sel.


Contoh : BMPs (Bone Morphogenetic Proteins) → utk rekayasa
jaringan tulang.
Rekayasa jaringan dgn biopsi jaringan utk menghasilkan suspensi sel
Injeksi sel (cells injection)

Regenerasi jaringan terarah


Strategi (guided tissue regeneration
)
rekayasa
Induksi sel (cells
jaringan induction)

Sel pada matriks scaffold


 METODE REKAYASA JARINGAN
 Beberapa metode untuk membentuk jaringan dan organ baru telah dikembangkan, yaitu:
Penyuntikan sel (injection of cells)
 Metode ini menyuntikkan sel-sel yang berpisah pada tahap yang belum berdiferensiasi kepada resipien.
Metode ini disebut juga stem sel. Sel-sel ini mampu membentuk jaringan baru dengan satu atau lebih
fenotip. Metode ini sudah berhasi di dalam meregenerasi tulang rawan pada sendi temporomandibula.
Regenerasi jaringan terarah (guided tissue regeneration)
 Regenerasi jaringan terarah merupakan prosedur bedah untuk meregenerasi jaringan dengan
meningkatkan kesempatan satu jenis sel berpopulasi pada area yang memiliki panduan untuk
menumbuhkan sel. Jenis sel yang diinginkan akan berpopulasi pada daerah yang telah ditentukan tanpa
adanya persaingan dengan sel jenis lain, karena sel-sel yang tidak diinginkan sudah dibuang. Metode ini
umum digunakan pada perawatan periodontal untuk meregenerasi jaringan periodontal yang hilang,
seperti tulang, ligamen periodontal dan perlekatan jaringan konektif yang mendukung gigi.
 Induksi sel (cell induction)
 Pada metode ini, induk jaringan penyambung sudah ada pada daerah dimana
jaringan baru diinginkan dan menginduksi sel tersebut untuk membentuk jaringan
yang diinginkan.

Sel dengan matriks scaffold (cells with scaffold matrices)


 Scaffold meningkatkan pembentukan jaringan baru dengan menyediakan
permukaan dan porus yang mendukung perlekatan, migrasi, proliferasi dan
diferensiasi progenitor jaringan penyambung melalui daerah tempat jaringan baru
diinginkan.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai