Anda di halaman 1dari 27

BIOTEKNOLOGI

“SEL PUNCA PEDIATRIK DAN SEL PUNCA PADA


PENGOBATAN KANKER”

Dosen Pengampu
apt. Asih Triastuti, M.Pharm, Ph.D

Anggota 1 Anggota 2
A. M. Bagas Trianloka Syifa Maulidia Rizqi
22924004 22924023

Program Studi S2 Farmasi


Universitas Islam Indonesia
2022
SEL PUNCA

Sel punca, sel induk, sel batang (stem cell) merupakan sel yang belum berdiferensiasi dan mempunyai
potensi yang sangat tinggi untuk berkembang dijadikan banyak macam sel yang berlainan di dalam
tubuh. Sel punca juga berfungsi sebagai sistem perbaikan untuk mengganti sel-sel tubuh yang telah
rusak demi kelangsungan hidup organisme.

Sel punca memiliki dua sifat penting yang sangat berlainan dengan sel yang lain :
• Sel punca belum merupakan sel dengan spesialisasi fungsi tetapi bisa memperbaharui diri dengan
pembelahan sel bahkan setelah tidak aktif dalam waktu yang panjang.
• Dalam situasi tertentu, sel punca bisa diinduksi untuk dijadikan sel dengan fungsi tertentu seperti sel
jaringan maupun sel organ yang mempunyai tugas tersendiri.
SEL PUNCA

Beberapa terminologi yang digunakan untuk menjelaskan karakteristik berbagai jenis sel punca :
• Sel punca totipoten: memiliki kemampuan untuk berdifferensiasi menjadi seluruh sel dan jaringan
yang membangun embrio dan mendukung perkembangan fetus, misalnya zigot atau ovum yang
dibuahi. Sel punca totipoten memiliki potensi untuk berdiferensiasi dijadikan semua macam sel, yaitu
sel ekstraembrionik, sel somatik, dan sel seksual. Macam sel ini bisa bertumbuh dijadikan organisme
baru bila diberikan dukungan maternal yang memadai. Sel punca bertotipotensi diperoleh dari sel
punca embrio, hasil pembuahan sel telur oleh sel sperma.
• Sel punca pluripoten: merupakan sel-sel yang bisa berdiferensiasi dijadikan semua macam sel dalam
tubuh, namun tidak bisa membentuk suatu organisme baru. Memiliki potensial untuk berkembang
menjadi sel yang berasal dari ketiga lapisan germinal, misalnya sel punca embrionik.
SEL PUNCA

• Sel punca multipoten: merupakan sel-sel yang bisa berdiferensiasi dijadikan beberapa macam sel
dewasa, memiliki kemampuan menghasilkan sejumlah sel spesifik yang berdifferensiasi sesuai
tempatnya, misalnya sel punca somatik atau sel punca dewasa.
• Sel punca unipoten: merupakan sel punca yang hanya bisa menghasilkan satu macam sel tertentu,
tetapi memiliki kemampuan memperbarui diri yang tidak dimiliki oleh sel yang bukan sel punca,
memiliki kemampuan berdifferensiasi menjadi satu jenis sel, misalnya sel punca epidermal.
SEL PUNCA

Keuntungan penggunaan transplantasi stem cells untuk mengobati penyakit adalah


• Tidak perlu adanya kecocokan donor
• Transplantasi autologous lebih baik untuk digunakan
• Untuk mencegah terjadinya reaksi penolakan jaringan dapat digunakan metoda somatic cell nuclear
transfer) atau terapi kloning.

Terapi dengan sel punca memiliki kelemahan antara lain perlu investasi biaya yang besar, kultur sel yang
mahal, proses handling sel yang tidak mudah, serta ketidaknyamanan pada saat prosedur pengambilan
sel dari individu.

Berbagai macam metode dikembangkan untuk propagasi sel punca dan isolasi beberapa diantaranya
adalah: penggunaan fibroblas sel mencit sebagai sel feeders, penggunaan matrijel atau laminin,
penggunaan serum pengganti FBS (Foetal Bovine Serum) dan penggunaan Fibroblast Growth Factor
(FGF).
PERKEMBANGAN
SEL PUNCA
JENIS SEL PUNCA

sel pluripoten, dapat


berdiferensiasi ‘somatik’
menjadi semua jenis (somatic stem
sel kecuali plasenta
(pluripoten).
cell/SSC)

multipoten dan dapat


‘embrionik’ berdiferensiasi menjadi tipe sel
(embryonic stem apa pun dengan garis turunan
tertentu, termasuk neural stem
cells/ESC) cells (NSC), mesenchymal stem
cells (MSC), hematopoietic stem
cells (HSC), dan lainnya
Embryonic Stem Cells
Neural Stem Cells
Mesenchymal Stem Cells

MSC berasal dari sumsum tulang dan mampu


memperbarui diri sendiri serta berdiferensiasi
menjadi sel mesodermal, termasuk tulang
rawan, tulang, jaringan adiposa, stroma, otot,
jaringan ikat, dan tendon
Hematopoietic Stem Cells

Jenis sel darah yang paling primitif, sebagian


besar ditemukan di sumsum tulang, dan
menghasilkan sel darah matang melalui proses
proliferasi dan diferensiasi

Cancer Stem Cells

CSC ini mengalami mutasi, mengekspresikan


gen stemness, memperbarui diri,
berdiferensiasi menjadi sel kanker lainnya, dan
cukup resisten terhadap pengobatan kanker
konvensional
TRAUMATIC BRAIN
INJURY

Cedera otak traumatis (Traumatic Brain Injury, TBI) adalah salah satu penyebab utama kematian
dan kecacatan di kalangan populasi anak-anak. Di Amerika Serikat, TBI mempengaruhi setengah juta
anak di bawah usia 14 tahun setiap tahunnya. Namun, hingga saat ini masih terdapat kekurangan pada
terapi yanag ditargerkan (targeted therapies) untuk membatasi defisit kognitif, psikososial, dan
emosional seumur hidup yang terjadi pada kasus TBI pasien pediatrik.

Studi praklinis yang menggunakan terapi transplantasi sel punca telah menunjukkan efektifitas dalam
mengurangi patologi cedera otak dalam berbagai model TBI dewasa dan baru-baru ini, pada cedera otak
pediatrik.
TRAUMATIC BRAIN
INJURY

Terdapat 2 sel punca yang berperan dalam proses penyembuhan TBI yakni Neural Stem Cell (NSC) dan
Mesenchymal Stromal Cells (MSCs).
• Respon NSC terhadap cedera kepala pada neonatus belum diketahui secara spesifik dan kompleks.
Namun pada fase awal pasca cedera, peningkatan aktivitas mitosis di zona subventrikular (SVZ) dapat
diamati.
• sumsum tulang belakang merupakan pusat bagi sel punca hematopoietic yang responsif terhadap
cedera otak pediatrik dan berperan dalam proliferasi sel punca, mobilisasi, dan migrasi. Beberapa
penelitian telah menemukan bahwa cedera kepala neonatus memobilisasi MSCs dalam darah perifer
yang bermigrasi ke lokasi jaringan yang terluka di mana mereka dapat berpotensi membantu dalam
perbaikan dan regenerasi jaringan.
TRAUMATIC BRAIN
INJURY
Uji pada tikus lab dengan cedera kepala yang diberikan NSC dalam kurun waktu 1 hingga 3 hari
setelah cedera menunjukkan penurunan volume infark dan menurunkan jumlah sel apoptosis di
hipokampus dan korteks. Pemberian MSC 24-48 jam setelah cedera otak pada tikus neonatal secara
signifikan mengurangi patologi saraf kortikal dan tingkat kehilangan jaringan. Selain itu, tikus yang
diberikan MSC juga menunjukkan peningkatan ketebalan korteks dan corpus callosum serta
meningkatnya kepadatan neuron dalam hippocampus. Administrasi MSC menunjukkan efek anti
inflamasi yang kuat, menurunkan jumlah mikroglia yang diaktifkan di hipokampus dan korteks dan
menghambat ekspresi sitokin pro-inflamasi serta meningkatkan ekspresi sitokin anti-inflamasi di otak
yang terluka.

• NSC : Mengurangi volume infark, menurunkan jumlah sel apoptosis di hipokampus dan korteks.
• MSC : Mengurangi patologi saraf kortikal dan tingkat kehilangan jaringan, meningkatkan ketebalan
korteks dan corpus callosum, meningkatkan kepadatan neuron dalam hipokampus, memberikan efek
anti inflamasi.
TRAUMATIC BRAIN
INJURY

• Hewan yang diberi MSC menunjukkan peningkatan fungsi motorik dalam tes rotarod dan balok
berjalan antara 2 dan 4 minggu setelah cedera otak.
• Administrasi intranasal MSC 3 hari setelah cedera otak pada tikus neonatal juga dapat memperbaiki
penurunan fungsi kognitif dalam tes pengenalan objek 5 minggu setelah cedera otak.
• Pemberian MSC ke dalam hemisphere otak yang terluka 24 jam setelah cedera juga meningkatkan
kemampuan belajar spasial tikus setelah 4 minggu.
• Perawatan dengan NSC juga meningkatkan pembelajaran spasial dan memori serta meningkatkan
fungsi motorik 2-6 bulan setelah cedera otak.
TRAUMATIC BRAIN
INJURY

• Kemampuan pembaruan diri NSC dan potensi bawaannya untuk berdiferensiasi menjadi neuron dan
sel glial memberikan potensi untuk peningkatan regenerasi dan neurogenesis di otak yang terluka.
NSC dapat mengeluarkan faktor neurotropik seperti faktor pertumbuhan saraf (Nerve Growth Factor,
NGF) dan faktor neurotropik yang diturunkan dari otak (brain-derived neurotrophic factor, BDNF)
yang dapat meningkatkan proses perbaikan dan plastisitas otak.

• Di sisi lain, MSCs menguntungkan karena kemampuannya untuk menembus sawar darah otak,
bermigrasi ke tempat cedera, dan mengeluarkan faktor anti-inflamasi dan faktor trofik serta efek
antioksidan yang dapat meredakan peradangan sistemik dan melindungi dari kematian sel. Efek-efek
tersebut menunjukkan bahwa terapi sel punca efektif dalam mengurangi kematian sel saraf dan
kaskade inflamasi setelah TBI, menghasilkan peningkatan pemulihan fungsi kognitif dan motorik.
TRAUMATIC BRAIN
INJURY

Terapi berbasis sel punca dapat memanfaatkan kapasitas proliferasi dan plastisitas yang kuat dari
otak yang belum matang, sehingga memiliki potensi untuk menjadi pengobatan yang efektif untuk TBI
pada pediatrik. Walaupun efek menguntungkan dari terapi sel punca telah banyak diterapkan di kasus
TBI pada pasien dewasa dan model stroke, penelitian tambahan diperlukan untuk menentukan apakah
manfaat terapi sel induk ini dapat diaplikasikan dengan baik untuk TBI pediatrik, dikarenakan perbedaan
spasial dan dinamika temporal otak setelah cedera pada dewasa vs pediatrik.

Misalnya, sel punca eksogen sering ditransplantasikan langsung ke dalam rongga kosong akibat TBI di
otak orang dewasa. Namun, cara ini kurang ideal pada pediatrik karena kecil kemungkinan terdapat
rongga kosong atau lesi pada otak pediatrik yang mengalamai TBI.

Oleh karena itu, pemberian sel punca secara sistemik melalui intravena atau metode intranasal lebih
umum digunakan dalam model cedera otak anak. Pemberian intravena adalah juga lebih dipilih karena
dapat dengan mudah diaplikasikan ke secara klinis sebagai metode non-invasif untuk memberikan sel
punca.
KANKER
1
Kanker merupakan jaringan yang terbentuk akibat penyimpangan
2 dalam pertumbuhannya dan kemungkinan terjadi sebagai respon
terhadap kerusakan jaringan. Sel punca (stem cell) yang secara normal
diperlukan dalam perbaikan jaringan yang rusak, kini

3 dipertimbangkan memiliki peran dalam pembentukan, pertumbuhan,


dan pemeliharaan sel tumor.
Pengobatan utama kanker pada umumnya menggunakan reseksi
bedah, radioterapi, dan kemoterapi. Namun, efek samping terkait
4 pengobatan, efek yang tidak sesuai target, dan resistensi obat menjadi
hambatan dalam mencapai keberhasilan pengobatan.

5
MEKANISME KERJA
SEL PUNCA Terapi enzim/prodrug
PA D AT E R A P I K A N K K E R
Cytosine deaminase (CD) adalah enzim utama
yang saat ini digunakan dalam terapi
enzim/prodrug. CD mengubah prodrug 5-
fluorocytosine (5-FC) menjadi varian 5-
fluorouracil (5FU)
Secreted Agent

TNF-α related apoptosis inducing ligand


(TRAIL) adalah salah satu agen terapeutik yang
paling banyak digunakan, disekresikan dan
menginduksi apoptosis sel tumor.
MEKANISME KERJA
SEL PUNCA Terapi Virus
PA D AT E R A P I K A N K K E R
oHSV yang diproduksi oleh MSC secara
dinamis menginfeksi sel GBM, membunuh sel
tumor secara in vitro. Menggabungkan oHSV
dengan TRAIL mungkin juga secara efektif
mencegah resistensi pada tumor.
Pembawa Nano Partikel
Membran sel MSC dapat diisi dengan kandungan
doxorubicin nanorattles silika berpori untuk terapi
tumor-tropik. Pendekatan ini meningkatkan dan
memperpanjang distribusi obat intra tumor dan
meningkatkan apoptosis sel tumor lebih besar
dibandingkan pemberian obat konvensional
MEKANISME KERJA
SEL PUNCA Obat regeneratif
PA D AT E R A P I K A N K K E R
IPSC sehat yang berasal dari jaringan pasien secara
teoritis dapat digunakan untuk regenerasi tumor atau
jaringan rusak akibat pengobatan. Dalam pengobatan
regeneratif, berbagai jaringan dapat diproduksi
menggunakan iPSC
Immunoterapi

Memunculkan gen yang mengode chimeric antigen


receptors (CAR) atau T cells receptors (TCR) yang
ditujukan untuk melawan antigen terkait tumor,
membuat iPSC ataupun HSC dipakai dalam imunoterapi
kanker.
MEKANISME KERJA
SEL PUNCA Menargetkan CSC
PA D AT E R A P I K A N K K E R

CSC dapat menarik sel punca normal,


sehingga berpotensi sebagai target
dalam terapi kanker. Interaksi antara sel
punca dan CSC, dapat menekan
proliferasi tumor, angiogenesis, dan
metastasis
FA K TO R - FA K TO R YA N G
MEMPENGARUHI
KEBERHASILAN TERAPI SEL
PUNCA
1. Jenis sel punca 2. Rute transplantasi 3. Jumlah sel dan waktu
transplantasic
TA N TA N G A N PA D A T E R A P I S E L
PUNCA

1. Kekhawatiran potensi tumorigenesis

2. Tingginya biaya terapi sel punca


KESIMPULAN

Teknologi sel punca membuka pintu baru untuk


terapi kanker. Sel punca bermigrasi menuju tumor,
memfasilitasi kondisi anti-tumor spesifik. Sel punca
dapat direkayasa untuk mengekspresikan berbagai
agen anti-tumor, seperti terapi prodrug, secreted
agents, virus onkolitik, nanopartikel, imunoterapi.
Namun, untuk mengatasi keterbatasan terapi sel
punca dibutuhkan penelitian tambahan untuk
memvalidasi berbagai temuan praklinis.
DAFTAR PUSTAKA

1. National Institutes of Health, 2006. Stem cell basics [Stem cell


information].
2. Bongso, A. and Lee, E.H., 2005. Stem cells: from bench to bedside.
3. Du, H. and Taylor, H.S., 2009. Reviews: stem cells and female
reproduction. Reproductive Sciences, 16(2), pp.126-139.
4. Lengel, D., Sevilla, C., Romm, Z.L., Huh, J.W. and Raghupathi, R.,
2020. Stem cell therapy for pediatric traumatic brain
injury. Frontiers in Neurology, 11, p.601286.
5. Wijaya, H.M. and Gondhowiardjo, S.A., 2020. Perkembangan Terapi
Sel Punca pada Kanker Solid. Radioterapi & Onkologi
Indonesia, 11(1), pp.24-31.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai