Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

BIOTEKNOLOGI
“APLIKASI BIOTEKNOLOGI DALAM BIDANG KESEHATAN “

Dosen Pengampu :
Rusdianto, S.Pd., M.Kes
Ulin Nuha, S.Pd., M.Pd.
Rizka Elan Fadillah, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh :
Putri Agustin Wahyuningtyas (200210104051)
Ita Harwandini (200210104053)
Prihatining Intan Permata Sari (200210104107)
Intan Nurhayati (200210104114)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2023
PEMBAHASAN

A. Pengertian Stem Cell


Stem cell atau juga dikenal dengan sebutan sel punca dapat diartikan sebagai awal
mula. Hal ini dikarenakan sel punca adalah sel awal dan berbeda dengan sel-sel lain penyusun
tubuh karena mempunyai karakteristik yang unik, yaitu sel yang belum berdiferensiasi menjadi
sel penyusun tubuh apapun. Karakteristik inilah yang menyebabkan stem cell berbeda dengan
sel-sel penyusun tubuh lainnya. Adapun karakteristik stem cell antara lain dapat
memperbanyak diri (self renewal) dan berdiferensiasi menjadi lebih dari satu jenis sel bersifat
multipotent maupun pluripotent (Safitri, et al., 2019).

Gambar: Stem Cell


Stem cell dapat dieksplorasi dari embryonal maupun dari individu dewasa (adult
system cell) yang berarti individu yang sudah terlahir. Stem cell yang berasal dari embryonal
dapat berkembang menjadi semua sel dan organ sebagai individu. Sifat stem cell tersebut
disebut dengan totipotent karena sel dieksplorasi berasal dari stadium blastula 3-5 hari setelah
fertilisasi. Sementara itu, stem cell dewasa bersifat pluripotent karena dapat berkembang untuk
membentuk individu tetapi lebih terbatas dibandingkan dengan stem cell yang berasal dari
embryonal. Stem cell dewasa dapat dieksplorasi dari berbagai macam organ seperti bone
marrow, papula gigi, jantung bagian pericard, dan otak bagian ventrikel. Selain itu, stem cell
juga dapat dieksplorasi dari bagian adiposa, folikel rambut, preputium, pancreas, atrium

2
jantung, testis, peripheral blood mononuclears cell (PBCs), umbilicle coord blood (UCB),
membran plasenta, membran amnion, dan epitel uretra (Rantam, et al., 2014).

Gambar: Proses Pembentukan Stem Cell


Proses eksplorasi stem cell dapat dilakukan dengan cara mengaktifkan stem cell dari
dalam tubuh sendiri dengan menginisiasi stem cell menjadi aktif yang kemudian disebut
dengan aktivasi endogenous stem cell. Metode eksplorasi ini ditujukan untuk mendapatkan
stem cell dengan jumlah yang besar jika dibandingkan dengan metode alami. Metode ini juga
merupakan salah satu metode yang paling banyak digunakan saat ini, terutama pada kasus
eksplorasi stem cell yang berasal dari PBMCs. Stem cell dapat dibentuk melalui tiga tahapan
yaitu tahap quiscent, nische, dan aktif. Quiscent atau maintenance merupakan tahap
pembentukan stem cell yang dipengaruhi oleh nutrien. Selanjutnya yaitu nische yang
merupakan tahap penempatan stem cell ke tempat yang sesuai dengan lingkungan mikronya.
Ketika pada tahap ini berhasil terjadi stimulasi secara intrinsik maupun ekstrinsik, maka stem
cell akan menjadi aktif sehingga dapat melangsungkan mekanisme proliferasi atau implifikasi
sel dan berdiferensiasi menjadi sel progenitor yang bersifat oligopoten matur sesuai dengan
lingkungan mikro (Rantam, et al., 2014).
B. Karakteristik Stem Cell
Stem cell memiliki kemampuan untuk membelah asimetri (asymmetric division) atau
bisa melakukan pembaruan pada dirinya sendiri (self-renewal) dan menghasilkan salinan sel
yang persis sama dengan dirinya melalui pembelahan sel atau progenitor dan berdiferensiasi.
Sebagian besar sel dalam tubuh mempunyai bentuk dan fungsi yang tidak dapat diubah.

3
Sebagai contoh, sel saraf sudah berkembang sedemikian rupa sehingga mempunyai bentuk dan
fungsi yang khusus dan tidak dapat diubah bentuk dan fungsinya menjadi sel lain. Stem cell
mempunyai karakteristik yang berbeda dengan sel tubuh yang sudah matang, stem cell
merupakan sel yang berada pada stadium awal perkembangan sel, belum mempunyai bentuk
dan fungsi yang khusus. Stem cell mampu berkembang (berdiferensiasi) menjadi sel yang
lainnya, misalnya sel saraf, sel otot jantung, sel otot rangka, sel pankreas, dan lain-lain. Di
dalam tubuh, pembelahan stem cell sangat jarang terjadi, tetap pada kondisi tidak aktif dan
dormant dalam waktu yang panjang sampai mereka mendapat sinyal yang sesuai untuk
memulai dan akhirnya berhenti membelah. Kontrol yang ketat pada proses self-renewal in vivo
dibutuhkan untuk memastikan stem cell tidak membelah tanpa kontrol, yang akan
mengakibatkan pertumbuhan berlebihan dan menjadi kanker. Karena alasan tersebut, stem cell
di dalam jaringan atau organ jumlahnya sangat sedikit (Purwati, 2020: 5; Hartono, 2016: 73).
C. Macam-Macam Stem Cell
Macam-macam stem cell yang dihasilkan oleh tubuh dibedakan berdasarkan tingkat
kematangan dari jaringan penyusunnya. Berdasarkan tingkat kematangan jaringan
penyusunnya, stem cell terbagi menjadi dua jenis, yaitu stem cell dewasa atau disebut adult
stem cell (ASC) dan stem cell embrional atau disebut embryonic stem cell (ESC).
1. Stem Cell Embryonal
Stem cell embryonal diambil dari suatu kelompok sel yang disebut inner cell mass,
yang merupakan bagian dari embrio awal (hari keempat sampai kelima) disebut dengan
blastokista. Setelah diambil dari blastokista, sel-sel dari inner cell mass dapat dikultur
menjadi stem cell embryonal. Stem cell embryonal ini bukanlah embrio. Dalam
kenyataannya, bukti yang ada menunjukkan bahwa sel-sel ini di laboratorium tidak bersifat
seperti dalam embrio yang berkembang, berarti kondisi di mana sel berkembang dalam
kultur tampaknya berbeda dengan pada embrio yang berkembang secara in vivo (Eichmann
et al., 1997; Keller, 2005).
Kemampuan untuk membentuk tipe sel terdiferensiasi disebut sebagai plastisitas
stem cell, misalnya unipoten yang terbatas pada pembentukan hanya satu tipe sel
terdiferensiasi, multipoten yang membentuk beberapa tipe sel, dan pluripoten yang
membentuk tipe sel yang berkembang dari tiga lapisan germinal (mesoderm, endoderm, dan
ektoderm) dari mana semua sel tubuh berasal. Satu-satunya sumber stem cell pluripoten
yang diketahui adalah yang diisolasi dan dikultur dari embrio manusia yang awal dan dari
jaringan janin yang ditakdirkan akan menjadi bagian gonad. Totipoten adalah kemampuan
yang membentuk semua jaringan post-natal serta jaringan ekstra embrional seperti plasenta,
4
secara esensial mampu untuk meregenerasi suatu embrio komplit baru dan organisme
lengkap (Jiang et al., 2002; Marsbrom & Jeise, 2008).

Sumber: usd.ac.id
Stem cell embryonal diambil dari inner cell mass atau epiblas dari blastosit dan
mampu mengalami suatu pembelahan simetris tak terbatas tanpa diferensiasi membentuk
endoderm, ektoderm, dan mesoderm. Embryonic stem cell (ES) mampu berkoloni di garis
germinal dan membentuk sel telur atau sperma tikus transgenik dan klonogenik diambil dari
sel ES tunggal (Keller, 2005). Stem cell embryonal dapat diarahkan menjadi semua jenis sel
yang dijumpai pada organisme dewasa, seperti sel darah, sel otot, sel hati, sel ginjal, dan
sel-sel lainnya.
2. Stem Cell Dewasa (Adult Stem Cell)
Suatu stem cell dewasa adalah suatu sel yang belum terdiferensiasi yang berada
dalam suatu jaringan terdiferensiasi, memperbaharui dirinya sendiri (self-renewal), dan
menjadi terspesialisasi untuk menghasilkan semua tipe sel matur dari jaringan tempatnya
berasal. Sumber stem cell dewasa meliputi sumsum tulang belakang, darah, kornea dan
retina mata, otak, otot rangka, pulpa dentalis, hepar, kulit, lapisan traktus gastrointestinal,
dan pankreas. Stem cell (somatik) dewasa berfungsi untuk mengganti dan memperbaiki
suatu jaringan spesifik, mempertahankan homeostasis, tetapi potensi diferensiasi dan
proliferasi lebih terbatas dibanding dengan sel ES. Stem cell dewasa mungkin memiliki
potensi tersembunyi. Penelitian selama 6 tahun terakhir telah menunjukkan plastisitas

5
perkembangan luas stem cell spesifik-jaringan, tapi sebagian besar masih kontroversial
(Toma et al., 2000; Wobus & Boeler, 2005).
Kesamaan antara stem cell dewasa dan embryonal di antaranya mampu
memperbarui diri dan dapat menyatu dengan jaringan sekitar, berproliferasi, serta
berdiferensiasi menjadi sel terspesialisasi setelah transplantasi. Perbedaannya, stem cell
embryonal bisa saja tidak ditemukan dalam embrio, keberadaan stem cell dewasa telah
dikonfirmasi menjadi beberapa garis keturunan. Stem cell embryonal bersifat pluripoten,
sedangkan stem cell dewasa umumnya bersifat multipoten, oligopoten, atau unipoten. Stem
cell embryonal dapat diekspansi dalam laboratorium sedangkan kebanyakan stem cell
dewasa gagal berproliferasi pada batasan tertentu. Stem cell embryonal cenderung
berdiferensiasi dengan pembelahan sel simetris. Stem cell embryonal dapat membentuk
teratokarsinoma in vivo dan juga meliputi rambut, gigi, tulang, dan sebagainya. Stem cell
dewasa terbagi menjadi stem cell hematopoetik dan stem cell mesenkimal.
D. Aplikasi Stem Cell
1. Stem Cell Pluripontent Manusia (Human Pluripotent Stem Cell Hpscs) dan Stem
Cell Mesenkimal (Mesenchymal Stem Cell/Mscs) untuk Terapi Age-Related
Degenerative Macular (AMD)
Ciri-ciri penyakit degeneratif retina dan makuler yaitu hilangnya fotoreseptor
secara progresif yang menyebabkan mengalami kebutaan dan kerusakaan visual. Seperti
beberapa kasus, penglihatan disebabkan oleh disfungsi, degenerasi, hilangnya sel epitel
berpigmen di bawa retina (retinal pigment epithel/RPE) dan disertai oleh tidak
berfungsinya fotoreseptor. Memanfaatkan stem cell untuk terapi ditujukan untuk
menggantikan sel-sel yang rusak, meningkatkan fungsi retina, dan mencegah kebutaan.
Human embryonic stem cell (hESCs) dan induced pluripotent stem cell (iPSCs)
dimungkinkan menjadi sumber atau donor reseptor dan sel-sel RPE untuk transplantasi
regenerasi retina. Pada umumnya di antara degenerasi retina yang disebabkan oleh
hilangnya sel RPE atau fungsinya, age-related macular degenerations (AMD)
merupakan keadaan paling sering yang menjadi penyebab utama disabilitas penglihatan
di negara-negara barat (Idelson & Reubinoff, 2012).
Sel-sel fotoreseptor menangkap cahaya foton dan mengubah energi menjadi
sinyal listrik oleh suatu mekanisme yang disebut fototransduser. Pigmen visual yang
digunakan pada proses ini berada di bagian luar diskus membran fotoreseptor yang mana
bagian ini terus menerus mengalami pembentukan diskus yang baru. Proses penyerapan
cahaya oleh fotoreseptor ini yaitu dengan meneruskan cahaya dari interneuron retina ke
6
sel ganglion yang akan mengantarkan impuls melewati akson ke otak dan membentuk
nervus optikus (Idelson & Reubinoff, 2012).
Human embryonic stem cells (hESCs) dan induced pluripotent stem cells
(iPSCs) memiliki kemampuan untuk menghasilkan berbagai tipe sel retina yang dapat
digunakan untuk terapi transplantasi kerusakan retina. Terdapat beberapa keuntungan
transplantasi menggunakan RPE yang sehat jika dibandingkan dengan transplantasi
neural retina. Kemampuan transplantasi RPE dalam memperbaiki struktur dan fungsi
retina telah dilakukan pada tahapan clinical trial dibuktikan dengan hasil transplantasi
yang dapat meningkatkan fungsi penglihatan pada pasien AMD (Royal College Surgeon
Rat Model).
2. Induced Pluripotent Stem Cell (Ipsc) Dan Stem Cell Embrionik untuk Terapi
Penyakit Neurogeneratif
Terapi penyakit neurodegeneratif, khususnya penyakit Parkinson yang sudah
berkembang sekitar 30 tahun yang mana hal ini menunjukkan hasil yang cukup
memuaskan. Terdapat beberapa kendala yang dihadapi pada terapi jenis berbasis sel yaitu
pertimbangan etik, penyebaran protein agen infeksi ke jaringan yang dicangkok,
penolakan sistem imun, dan resiko timbulnya tumorigenesis pada jaringan transplan.
Penelitian menggunakan cangkok mesencephalon fetus pada tahap pre klinis dan klinis
telah dilakukan dan memperoleh hasil yang baik (Stoker & Barker, 2016).
Parkinson yaitu penyakit neurodegeneratif kronis yang dicirikan oleh
degenerasi populasi neuron tertentu dengan simtom utama bradikinesia, rigidity, dan rest
tremor. Parkison adalah penyakit neurodegeneratif kedua terbanyak setelah alzheimer.
Simptom pada penyakit Parkinson disebabkan oleh hilangnya neuron dopaminergic (DA)
yang berada di bagian substansia nigra sampai striatum. Beberapa terapi telah dilakukan
guna mengatasi penyakit Parkinson yaitu pemberian dopamin prekursor levodopa secara
oral, sintesis gen dopamin, L-aminoacid decarboxylase yang dimediasi vektor
adenoassociated viral (AAV), bedah saraf, dan stimulasi otak, meskipun demikian masih
terdapat beberapa kelemahan pada terapi-terapi ini. Penelitian mengenai stem cell
sebagai terapi Parkinson yang diisolasi dari otak atau jaringan lain lalu berfdiferensiasi
akhir-akhir ini memberikan harapan baru di dunia kedokteran. Selama beberapa dekade
terakhir telah dilakukan perkembangan terapi berbasis sel untuk mengatasi penyakit
neurodegeneratif, akan tetapi masih terdapat masalah etik. Induced pluripotent stem cell
(iPSC) yang dikembangkan oleh Takahashi & Yamanka pada tahun 2006 telah
memberikan bakal terapi berbasis sel dengan meminimalkan masalah etik dengan
7
memprogram kembali sel somatik tikus menggunakan 4 faktoryakni Oct3/4, Sox2. C-
Myc, dan Kif4. Induced pluripotent stem cell (iPSC) mempunyai kemampuan self-
renewal dan sifat pluripotent seperti stem cell embrionik. Sel neuron yang dihasilkan dari
iPSC manusia atau tikus dapat bertahan hidup pada otak rodensia setelah transplantasi
dan berhasil mencegah defisiensi mtorik yang dinduksi 6-hidroksidopamin intracerebral.
Kemudian, penemuan Caiazzo tahun 2011 menunjukkan bahwa neuron dopaminergik
fungsional dapat dihasilkan dari sel fibroblast tikus atau manusia menggunakan 3 faktor
transkripsi yaitu Mash1, Nurr1, dan Lmx1a. Dengan demikian, sel-sel yang diinduksi
oleh dopaminergik (DA) akan menjadi harapan baru bagi terapi penyakit Parkinson
(Mochizuki & Yasuda, 2012).
3. Stem Cell Mesenkimal (Mesenchymal Stem Cells/Mscs) untuk Terapi Kanker
Kontrol homeostasis mensyaratkan sel-sel pada organ untuk melakukan
proliferasi hal ini bertujuan untuk mempertahankan jumlah dan tipe sel sesuai dengan
kebutuhan. Tragedi kehilangan sel tidak bisa dihindari karena sel-sel selalu terpapar
dengan dunia luar dan berhadapan dengan bagian-bagian perusak. Selain itu, proses
penuaan menyebabkan jumlah sel menjadi berkurang. Proses kontrol ini tercapai melalui
suatu mekanisme pembelahan dan perkembangan sel yang bersifat multipoten
berdiferensiasi yang selanjutnya terspesialisasi menjadi tipe sel tertentu. Sel-sel yang
memiliki peranan sama akan terkomitmen untuk menyusun jaringan atau organ matur
tertentu, yang mana saat hal ini dapat dicapai selakan kehilangan kapasitas untuk
terspesialisasi menjadi sel lain. Proses ini dikendalikan oleh sinyal ektrinsik dan sinyal
intrinsik perkembangan sel, sinyal intrinsik ini meliputi profil epigenetik dan proses
transkripsi. Hal ini memegang peranan yang penting karena akan berpengaruh terhadap
proses perkembangan sehingga mampu mengubah hasil akhir diferensiasi sel, dimana
perubahan yang mampu mempengaruhi proses ini berupa perubahan yang berasal dari
lingkungan dan faktor yang lebih penting terhadap terjadinya perubahan yaitu perubahan
pada aras genetik dan epigenetik.
Stem cell mesenkimal (mesenchymal stem cells/MSCs) merupakan tim adult
stem cell yang dapat dikatakan istimewa karena selain dapat berdiferensiasi ke multiple
lineage seperti tulang, kartilago, dan adiposit, juga dikatakan memiliki potensi self-
renewal karena sel ini dapat dipelihara pada kultur dalam jangka waktu yang panjang.
MSC memiliki perangkat kemotaktik yang sama dengan sel lain dan mampu merespon
terhadap luka dan tempat inflamasi yang berhubungan dengan letak kemokin dan
molekul lain dalam kadar yang tinggi. MSC mengekspresikan reseptor molekul adhesi,
8
hal ini menyebabkan MSC mampu berespon terhadap faktor-faktor terlarut yang
dihasilkan oleh sel tumor maupun sel normal. Selain itu,MSC yang diproduksi oleh
TRAIL anggota TNF-super family mampu menghasilkan matriks metalloproteinase kare
stimulasi sitokinin inflamatori seperti TNF-α, TGF-β, dan IL-1β, hal ini dapat
menginduksi apoptosis sel target (melalui aktivasi reseptor kematian sel), mekanisme ini
telah menunjukkan bahwa terdapat efek antitumor MSC pada beberapa tipe kanker
seperti rhabdomyosarcoma, karsinoma, serviks, dan payudara (animal model) (Ramires
& Castro, 2012).

9
DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, R., N. Mahmudah., E. D. Risanti. 2019. Biologi Molekuler. Surakarta: Muhammadiyah


University Press
Hartono, B. 2016. Sel Punca : Karakteristik, Potensi dan Aplikasinya. Jurnal Kedokteran
Meditek 22(60): 73.
Purwati. 2020. Basic Science Stem Cell Dan Metabolit. Surabaya: Airlangga University Press.
Rantam, F. A., Ferdiansyah, dan Purwati. 2014. STEM CELL: Mesenchymal, Hematopoetik,
dan Model Aplikasi. Surabaya: Airlangga University Press.
Safitri, E., M. Hariadi, dan H. Prasetyo. 2019. STEM CELL: Kultur Kondisi Hipoksia, Upaya
Peningkatan Viabilitas, dan Pemeliharaan Jangka Lama Sel Punca Diam. Surabaya:
Airlangga University Press.

10
x

Mata Kuliah : Bioteknologi Anggota Kelompok 6 :


Kelas :C 1. Putri Agustin Wahyuningtyas (200210104051)
Tim Dosen Pengampu : 2. Ita Harwandini (200210104053)
1. Rusdianto, S.Pd., M.Kes 3. Prihatining Intan Permata Sari (200210104107)
2. Ulin Nuha, S.Pd., M.Pd. 4. Intan Nurhayati (200210104114)
3. Rizka Elan Fadillah, S.Pd., M.Pd.

ANALISIS ARTIKEL TENTANG APLIKASI BIOTEKNOLOGI DALAM BIDANG KESEHATAN


Penulis, Tahun,
Judul, Sumber Scientific
Tujuan Landasan Teori Metode Penelitian Hasil Penelitian
(Nama Jurnal, Level
text)
Oktariana, D., L. Laporan Untuk mengetahui ● Stem cell adalah sel Kuantitatif : Penelitian dasar dan
Legiran, P. Liana, Penelitia aplikasi dan manusia khusus yang melalui penelitian klinis yang intens
K. Y. n implementasi mampu berkembang kuantitatif yang dimulai dibutuhkan untuk
Rahadiyanto, G. Hematopoietic stem menjadi berbagai jenis sel. dari Identifikasi Sumber menerjemahkan ilmu
D. Prasasty, E. cell transplant (HSCT) ● Terapi stem cell pada Stem Cell, menentukan tentang stem cell
Lusiana, dan N. S. dengan mesenchymal keganasan hematologi yang Lokasi Sumber Stem menjadi terapi yang
Tamzil. 2022. stem cells (MSC) dalam disebut juga terapi Cell, Mendapatkan pasti sehingga dapat
Transplantasi transplantasi sumsum transplantasi sumsum Sumber Stem Cell, diterapkan untuk

11
Stem Cell untuk tulang dan pemulihan tulang, merupakan Memobilisasi Stem Cell, mengobati berbagai
Keganasan kekebalan pada modalitas utama untuk kemudian diaplikasikan penyakit. Adapun terapi
Hematologi. gangguan hematologi pengobatan gangguan dan diimplementasikan stem cell pada
eJournal hematologi dan keganasan Stem Cell Transplantasi keganasan hematologi
Kedokteran yang memungkinkan HSC, sehingga dapat berupa kombinasi HSC
Indonesia. pemulihan komponen digunakan untuk Terapi dengan ko-terapi MSC
10(02): 186-193. seluler darah, termasuk MSC pada Transplantasi menawarkan metode
monosit, limfosit, basofil, untuk Keganasan yang menjanjikan untuk
eosinofil, neutrofil, eritrosit, Hematologi meningkatkan
dan trombosit. efektivitas transplantasi.
● Sumber stem cell dapat
diperoleh dari transplantasi
syngeneic, allogeneic, dan
autologous. Transplantasi
synegeic merupakan
transplantasi dari donor
kembar identik,
transplantasi allogeneic
adalah transplantasi dari
donor keluarga atau donor
manusia lainnya dan

12
transplantasi autologus
merupakan transplantasi
dari tubuh pasien sendiri
bila masih didapatkan stem
cell yang sehat.
● MSC di daerah vaskular
sumsum tulang, berfungsi
sebagai pendukung seluler
untuk niche HSC. Istilah
niche pertama kali
dikemukakan oleh
Schofield. Niche adalah
lingkungan mikro tempat
stem cell berada dan
berinteraksi dengan tipe sel
lain. Niche menyediakan
lingkungan mikro fasilitatif
yang mendukung
pembaruan diri dan
diferensiasi HSC

13
● Hematopoiesis dihasilkan
dari HSC, yaitu sel
multipoten yang
memperbaharui diri.9 HSC
terletak di sumsum tulang
dewasa individu sehat di
niche tertentu.
● HSC umumnya terletak di
daerah sumsum tulang yang
relatif hipoksia di dekat
endosteum. Sumsum tulang
juga merupakan rumah bagi
MSC. Meskipun MSC juga
dapat berada di area
endosteum, sebagian besar
stem cell terletak di sisi
abluminal sinus sentral di
area yang relatif hiperoksik.
Habitat bersama MSC dan
HSC di rongga sumsum
penting karena MSC

14
menimbulkan osteoblas dan
stroma, yang mencari
tempat tinggal di dekat
endosteum dan mendukung
fungsi HSC.
● MSC terletak di
perivaskular dan
berdiferensiasi menjadi
osteoblas yang
menyediakan lingkungan
mikro pendukung untuk
niche HSC. Niche HSC
berada di dekat area
endosteal di wilayah tinggi
CXCL12. Setelah
berinteraksi dengan MSC,
breast cancer cell (BCC)
bermigrasi ke endosteum
dan terlibat dalam
pensinyalan
CXCL12/CXCR4 yang

15
berpotensi membentuk
dormansi di sumsum tulang.
● Fungsi HSC diatur oleh
molekul adhesi sel yang
bergantung pada kalsium
yang dikenal sebagai
cadherin. Meskipun masih
belum jelas bagaimana
cadherin mendukung niche
HSC, N-cadherin terbukti
penting untuk ketenangan
HSC, pemeliharaan
pluripotensi, kemampuan
pembaruan diri serta
menahan HSC dan
progenitornya di daerah
endosteal. N-cadherin
terlibat dalam interaksi
antar sel dua arah antara sel
progenitor hematopoietik
dan sel stroma sumsum

16
tulang serta penting dalam
homing seluler ke rongga
sumsum.
● Sumsum biasanya diperoleh
dari krista iliaka anterior
dan posterior donor dengan
anestesi spinal atau umum,
biasanya diperoleh sumsum
total 10 - 15 ml/kg berat
donor. Dari setiap tempat
aspirasi dibatasi 3 - 5 ml
untuk menghindari
pengenceran berlebihan
dengan darah perifer.
● Regulasi niche HSC
melibatkan beragam
mekanisme pensinyalan
yang mengatur homing dan
mobilisasi. Homing
mengacu pada proses
masuknya sel perifer ke

17
sumsum tulang dan
mobilisasi mengacu pada
proses keluarnya sel dari
rongga sumsum. Setelah
meninggalkan niche
sumsum tulang, HSC dapat
menjadi sel amplifikasi
sementara dan progenitor
yang berkomitmen. Proses
homing dan mobilisasi
dikontrol ketat di sumsum
tulang.
● Hematopoietic stem cell
transplant (HSCT)
digunakan untuk
menggantikan sistem imun
pasien dengan disfungsi
imun, seperti gangguan
hemofagositik, penyakit
autoimun, defisiensi imun
gabungan yang parah, dan

18
defek imun bawaan lainnya.
Allogeneic stem cell
transplant (alloSCT)
melibatkan transplantasi
sumsum tulang donor dari
manusia yang secara
genetik tidak identik dan
digunakan sebagai terapi
kuratif pasien dengan
keganasan hematologis.

19
20
21
Desi Oktariana, et al eJKI Vol. 10, No. 2, Agustus 2022

Tinjauan Pustaka

Transplantasi Stem Cell untuk Keganasan Hematologi

Desi Oktariana,1* Legiran Legiran,2 Phey Liana,1 Kemas Y. Rahadiyanto,1


Gita D. Prasasty,3 Evi Lusiana,4 Nia S. Tamzil4

Bagian Patologi Klinik, Sains Biomedik, 2Bagian Anatomi, Sains Biomedik, 3Bagian Parasitologi, Sains
1

Biomedik, 4Bagian Farmakologi, Sains Biomedik, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya, Palembang

*Korespondensi: desioktariana@fk.unsri.ac.id
Diterima 10 Februari 2022; Disetujui 31 Agustus 2022
http://doi.org/10.23886/ejki.10.123.186

Abstrak
Insiden keganasan hematologi terus bertambah serta memiliki tingkat morbiditas dan mortalitas yang
tinggi. Keganasan hematologi adalah kondisi sel-sel hematologi seperti eritrosit, leukosit, dan trombosit,
tumbuh tidak terkendali dan tidak mengalami kematian sehingga mendominasi populasinya dan tidak dapat
berfungsi normal. Terapi stem cell pada keganasan hematologi yang disebut juga terapi transplantasi sumsum
tulang, merupakan modalitas terapi utama untuk gangguan hematologi dan keganasan yang memungkinkan
pemulihan komponen seluler darah, termasuk monosit, limfosit, basofil, eosinofil, neutrofil, eritrosit, dan
trombosit. Stem cell yang dapat digunakan pada keganasan hematologi adalah kombinasi hematopoietic stem
cell (HSC) dan mesenchymal stem cells (MSC) untuk transplantasi sumsum tulang dan pemulihan kekebalan
untuk gangguan hematologi. Penggunaan HSC dengan ko-terapi MSC dapat memfasilitasi kelangsungan
hidup cangkok dari transplantasi HSC.
Kata kunci: keganasan, hematologi, stem cell.

Stem Cell Transplantation for Hematology Malignancy

Abstract
The incidence of hematological malignancies continues to increase and has a high rate of morbidity and
mortality. Hematological malignancies are conditions of hematological cells such as erythrocytes, leukocytes,
and platelets, growing uncontrollably and not dying so that they dominate the population and cannot work
normally. Stem cell therapy in hematological malignancies, also known as bone marrow transplantation therapy,
is the main therapeutic modality for hematological disorders and malignancies that supports the restoration
of cellular components of blood, including monocytes, lymphocytes, basophils, eosinophils, neutrophils,
erythrocytes, and platelets. Stem cells that can be used in hematological malignancies are a combination of
hematopoietic stem cells (HSC) and mesenchymal stem cells (MSC) for bone marrow transplantation and
immune restoration for hematological disorders. The use of HSCs with MSC co-therapy can help revive grafts
from HSC transplants.
Key words: malignancy, hematology, stem cell.

186
Transplantasi Stem Cell untuk Keganasan Hematologi eJKI Vol. 10, No. 2, Agustus 2022

Pendahuluan HSC.5 Persiapan stem cell meliputi identifikasi,


Keganasan hematologi terdiri atas kumpulan mobilisasi, isolasi, panen, pengolahan, aplikasi dan
kondisi heterogen yang berasal dari sel-sel implementasi.
sumsum tulang dan sistem limfatik. Terdapat tiga
kelompok besar keganasan hematologi, yaitu Identifikasi Sumber Stem Cell
leukemia, limfoma, dan neoplasma sel plasma. Untuk keganasan hematologi, terapi stem cell
Insiden keganasan hematologi meningkat tetapi yang digunakan adalah transplantasi sumsum
perilaku epidemiologinya sulit digambarkan secara tulang karena banyak mengandung HSC. Sumber
konsisten.1 stem cell dapat diperoleh dari transplantasi
Stem cell adalah sel manusia khusus yang syngeneic, allogeneic, dan autologous.
mampu berkembang menjadi berbagai jenis sel.2 Transplantasi synegeic merupakan transplantasi
Terapi stem cell pada keganasan hematologi yang dari donor kembar identik, transplantasi allogeneic
disebut juga terapi transplantasi sumsum tulang, adalah transplantasi dari donor keluarga atau
merupakan modalitas utama untuk pengobatan donor manusia lainnya dan transplantasi autologus
gangguan hematologi dan keganasan yang merupakan transplantasi dari tubuh pasien sendiri
memungkinkan pemulihan komponen seluler bila masih didapatkan stem cell yang sehat.6
darah, termasuk monosit, limfosit, basofil, eosinofil, Transplantasi sumsum tulang telah
neutrofil, eritrosit, dan trombosit.3 Masalah dipraktikkan selama beberapa dekade untuk
utama penggunaan transplantasi sumsum terapi gangguan hematologi dengan tujuan
tulang untuk pengobatan gangguan hematologi mentransplantasikan HSC. Terapi imunosupresif
adalah perkembangan fenomena imunologi telah menjadi andalan, tetapi tingkat keparahan
seperti penolakan transplantasi dan graft vs host efek samping menjadikannya pilihan yang tidak
disease (GvHD).4 Stem cell yang digunakan pada diinginkan.7 MSC di daerah vaskular sumsum
transplantasi sumsum tulang untuk keganasan tulang, berfungsi sebagai pendukung seluler untuk
hematologi adalah jenis hematopoietic stem cell niche HSC. Niche adalah lingkungan mikro tempat
(HSC). stem cell berada dan berinteraksi dengan tipe sel
Artikel ini membahas mesenchymal stem cells lain.8 Terapi kombinasi HSC dengan MSC terbukti
(MSC) untuk transplantasi sumsum tulang dan memfasilitasi pengikatan sel hematopoietik dengan
pemulihan kekebalan pada gangguan hematologi. graft vs host disease (GvHD). Sifat penekan
HSC dengan ko-terapi MSC dapat memfasilitasi kekebalan MSC telah dieksplorasi pada terapi
kelangsungan hidup cangkok dari transplantasi gangguan inflamasi dan autoimun. Mekanisme

Gambar 1. Potongan Melintang Sumsum Tulang untuk Menggambarkan


Lokasi Relatif Niche MSC dan HSC.5

187
Desi Oktariana, et al eJKI Vol. 10, No. 2, Agustus 2022

MSC menekan GvHD tidak jelas, namun bukti yang berlebihan di setiap niche untuk regulasi fungsi
eksperimental menunjukkan sebagian terjadi HSC.17 Misalnya, ekspresi CXCL12 di osteoblas
akibat modulasi respons imun seperti induksi sel dapat menjadi penting dalam mempertahankan
T regulator.7 HSC di relung osteoblastik dan pensinyalannya
menjadi penting untuk mengatur fungsi HSC.
Lokasi Sumber Stem Cell Fungsi HSC diatur oleh molekul adhesi sel
Hematopoiesis dihasilkan dari HSC, yaitu sel yang bergantung pada kalsium yang dikenal
multipoten yang memperbaharui diri.9 HSC terletak sebagai cadherin. Meskipun masih belum jelas
di sumsum tulang dewasa individu sehat di niche bagaimana cadherin mendukung niche HSC,
tertentu. Istilah niche pertama kali dikemukakan N-cadherin terbukti penting untuk ketenangan HSC,
oleh Schofield.10 Niche menyediakan lingkungan pemeliharaan pluripotensi, kemampuan pembaruan
mikro fasilitatif yang mendukung pembaruan diri diri serta menahan HSC dan progenitornya di daerah
dan diferensiasi HSC.11 HSC umumnya terletak endosteal. N-cadherin terlibat dalam interaksi antar
di daerah sumsum tulang yang relatif hipoksia di sel dua arah antara sel progenitor hematopoietik
dekat endosteum. Sumsum tulang juga merupakan dan sel stroma sumsum tulang serta penting dalam
rumah bagi MSC. Meskipun MSC juga dapat homing seluler ke rongga sumsum.10 N-cadherin
berada di area endosteum, sebagian besar stem berperan penting sehingga dianggap sebagai
cell terletak di sisi abluminal sinus sentral di area anggota tak ternilai dari niche hematopoietik.
yang relatif hiperoksik.10 Habitat bersama MSC Lingkungan mikro sumsum telah dipelajari dalam
dan HSC di rongga sumsum penting karena MSC model tiga dimensi untuk memahami migrasi,
menimbulkan osteoblas dan stroma, yang mencari diferensiasi, dan pembaruan diri HSC.15
tempat tinggal di dekat endosteum dan mendukung
fungsi HSC (Gambar 1). Lingkungan mikro HSC Cara Mendapatkan Sumber Stem Cell
sebagian bergantung pada keturunan seluler MSC. Sumsum biasanya diperoleh dari krista iliaka
MSC terletak di perivaskular dan berdiferensiasi anterior dan posterior donor dengan anestesi spinal
menjadi osteoblas yang menyediakan lingkungan atau umum, biasanya diperoleh sumsum total 10
mikro pendukung untuk niche HSC. Niche HSC - 15 ml/kg berat donor. Dari setiap tempat aspirasi
berada di dekat area endosteal di wilayah tinggi dibatasi 3 - 5 ml untuk menghindari pengenceran
CXCL12. Setelah berinteraksi dengan MSC, berlebihan dengan darah perifer. Sumsum heparin
breast cancer cell (BCC) bermigrasi ke endosteum disaring melalui saringan 0,3 mm dan 0,2 mm untuk
dan terlibat dalam pensinyalan CXCL12/CXCR4 menghilangkan spikula tulang dan lemak. Sumsum
yang berpotensi membentuk dormansi di sumsum mungkin memerlukan perawatan in vitro lebih lanjut
tulang.12 untuk menghilangkan sel yang tidak diinginkan
Disarankan dua niche berbeda untuk termasuk menghilangkan sel darah merah donor
mendukung HSC yang ditransplantasikan di untuk menghindari reaksi transfusi hematolitik dalam
sumsum tulang yaitu niche perivaskular yang pengaturan transplantasi yang tidak kompatibel
berisi MSC dan niche endosteal yang berisi dengan ABO dan sel T donor untuk mencoba
osteoblas.13 Niche perivaskular berfungsi sebagian menghindari graft vs host disease (GVHD) atau sel
melalui pensinyalan CXCL12; terdiri atas sel tumor dari sumsum autologus. Risiko dalam donor
endotel sumsum tulang dan sel retikuler.9 HSC sumsum kecil.18development of stem cell therapies
di niche perivaskular berhubungan dengan and basic hematopoietic research, test systems for
siklus sel. Dalam niche perivaskular, sel endotel hematopoietic stem cells are required to monitor
mendukung pembaruan diri HSC untuk mendukung the intrinsic and ex vivo-induced properties of these
hematopoiesis.14 Niche osteoblastik, bertindak cells. In vitro assays for primitive hematopoietic cells
melalui adhesi seluler dan faktor terlarut seperti (colony-forming units-blast, cobblestone area-forming
angiopoietin dan osteopontin untuk mengatur cells, long-term culture-initiating cells [LTC-IC]
fungsi HSC.15 HSC di niche osteoblastik umumnya Peripheral blood stem cells dikumpulkan
diam karena interaksi fisik dengan osteoblas.10 menggunakan teknik continuous flow apheresis
Niche tersebut memberikan isyarat penting untuk dari donor yang sebelumnya diberikan faktor
menentukan apakah HSC harus memperbarui pertumbuhan hematopoietik saja atau setelah
diri untuk mempertahankan pluripotensi atau kemoterapi. Engraftment yang konsisten dan cepat
berdiferensiasi menjadi progenitor.16 Niche tidak diperoleh ketika dosis sel minimum terpenuhi, yaitu
saling eksklusif karena mungkin ada sifat seluler minimal 5 × 106 CD34+ sel/kg.19

188
Transplantasi Stem Cell untuk Keganasan Hematologi eJKI Vol. 10, No. 2, Agustus 2022

HSC tunggal mampu merepopulasi seluruh dan mobilisasi. Homing mengacu pada proses
sistem hematopoietik yang membutuhkan masuknya sel perifer ke sumsum tulang dan
pembaruan diri tidak terbatas serta kemampuan mobilisasi mengacu pada proses keluarnya sel
untuk berdiferensiasi menjadi setiap jenis sel dari rongga sumsum. Setelah meninggalkan niche
hematopoietik. Pada manusia, hematopoiesis sumsum tulang, HSC dapat menjadi sel amplifikasi
terjadi di rongga sumsum tulang tempat HSC sementara dan progenitor yang berkomitmen.
berada. Uji in vitro telah dikembangkan untuk Proses homing dan mobilisasi dikontrol ketat di
mengevaluasi sel hematopoietik yang belum sumsum tulang.15 Cedera atau stres di lingkungan
matang secara fungsional.20 hematopoietik dapat menyebabkan hilangnya
Berbagai metode analisis in vitro telah dormansi.23 Sekitar 1-5% HSC memasuki perifer
dikembangkan untuk identifikasi dan kuantifikasi per hari. Mekanisme pengaturan penting niche
sel hematopoietik yang belum matang. Metode HSC adalah interaksi stromal cell-derived factor-1
tercepat, analisis flow cytometric, adalah satu- (SDF-1, CXCL12) dan chemokine receptor 4
satunya metode yang secara prospektif dapat (CXCR4). Sumbu pensinyalan memunculkan jalur
mengidentifikasi dan mengisolasi HSC, namun transduksi sinyal intraseluler yang terlibat dalam
metode ini tidak menyediakan data fungsional. Uji kelangsungan hidup sel, proliferasi, homeostasis,
colony forming cell (CFC) adalah uji fungsional in dan pergerakan limfosit.24 Ekspresi CXCL12 tinggi
vitro yang mewakili metode paling cepat kedua untuk di area endosteal dan interaksinya dengan CXCR4
mengidentifikasi progenitor hematopoietik. Uji CFC memungkinkan pemeliharaan ketenangan HSC
memberikan analisis fungsional terbatas karena dan perekrutan sel inflamasi lainnya ke sumsum
membentuk koloni multi-lineage membutuhkan tulang.
kemampuan berdiferensiasi serta pembaruan diri Interaksi CXCL12 dan CXCR4 penting karena
yang terbatas. Uji lain yang memerlukan waktu terapi yang melibatkan HSC menggunakan sel
lebih lama adalah cobblestone area-forming cells dari sumsum tulang atau darah perifer; mobilisasi
(CAFC) dan long-term culture initiating cells (LTC- pertama harus dicapai.25 Granulocyte colony
IC). Uji tersebut digunakan untuk mewakili populasi stimulating factor (G-CSF) secara tradisional
sel hematopoietik paling primitif yang dapat diuji telah digunakan untuk memobilisasi sel ke
secara fungsional in vitro. Kedua pengujian itu perifer, tetapi terkadang gagal untuk menginduksi
membutuhkan kapasitas pembaruan diri yang lebih mobilisasi.24 Antagonis terhadap sumbu CXCL12/
luas daripada pengujian CFC.20 CXCR4 menghasilkan mobilisasi sel induk dan
Untuk mendapatkan stem cell yang sehat, sel progenitor.26 Penghambatan farmakologis
penting untuk mengidentifikasi penanda permukaan dengan antagonis reseptor CXCR4, AMD3100,
sel yang dapat membedakan HSC normal dan misalnya, menyebabkan mobilisasi sel induk yang
leukaemia stem cells (LSC). Fenotipe molekuler dapat digunakan dalam transplantasi alogenik dan
HSC berhubungan dengan banyak fitur di berbagai autologus. Inhibitor molekul kecil CXCR4 seperti
kompartemen seluler. Di era penyortiran sel berbasis BKT140 dan pleriksafor, menjadi berharga dalam
flow cytometry, pemanfaatan penanda permukaan pengobatan keganasan.26
sel memberikan kenyamanan tingkat tinggi untuk Peran sumbu pensinyalan pada keganasan
isolasi HSC. HSC normal biasanya memiliki sangat signifikan karena banyak sel kanker
fenotipe CD34+/CD38−/CD13−/CD33+/CD90+/ yang mengekspresikan CXCR4 sehingga
CD123−lo/CD117+/CD71+.21 Fenotipe permukaan memungkinkan homing keganasan ke organ target
yang menyimpang dari sel induk AML biasanya yang mengekspresikan CXCL12 seperti sumsum
tidak memiliki ekspresi CD90, CD117, dan HLA-DR tulang.27 Pada sel kanker, pensinyalan CXCL12/
tetapi ekspresinya kuat untuk CD123, CD96, CD44, CXCR4 menghasilkan perkembangan tumor,
C-type lectin-like molecule-1 (CLL-1) atau CD47. metastasis, angiogenesis, dan kelangsungan hidup
Ada beberapa perdebatan tentang ekspresi molekul sel.24 Sel kanker payudara yang mengekspresikan
CD33 pada LSC AML dan pentingnya untuk terapi CXCR4 tingkat tinggi cenderung meningkat
anti-AML. Menariknya, tidak seperti HSC biasa, untuk metastasis ke tulang (Gambar 1).12 Studi
LSC terkadang tidak memiliki ekspresi CD34.22 awal (laboratorium) menunjukkan AMD3100
mengganggu interaksi MSC dan sel kanker
Cara Memobilisasi Stem Cell payudara, yang memiliki implikasi signifikan
Regulasi niche HSC melibatkan beragam dalam kebangkitan kanker payudara dari
mekanisme pensinyalan yang mengatur homing sumsum tulang bertahun-tahun setelah dormansi.

189
Desi Oktariana, et al eJKI Vol. 10, No. 2, Agustus 2022

Genom yang dipersonalisasi ikut berperan ketika unggul dalam kemanjuran dibandingkan donor yang
mempertimbangkan bahwa pasien yang berbeda tidak terkait HLA. Pencocokan HLA adalah salah
mungkin memiliki tingkat produksi CXCL12 yang satu faktor personalisasi terpenting yang harus
bervariasi di sumsum tulang. Sel kanker payudara dipertimbangkan untuk mencapai engraftment
dari pasien dengan tingkat CXCL12 tinggi memiliki terbaik. Beberapa derajat ketidakcocokan mungkin
kemungkinan tinggi untuk metastasis jauh ke bermanfaat pada fenomena graft-versus-tumor.
endosteal tulang. Sekresi CXCL12 oleh sel stellata Terdapat kekurangan yang harus
hati terbukti memfasilitasi inisiasi kanker usus besar dipertimbangkan karena Allo-SCT dikaitkan
ke hati.28 Sumbu CXCL12/CXCR4 penting secara dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi ketika
klinis karena antagonis farmakologis menggunakan diberikan bersama dosis standar total iradiasi dan
AMD3100 terbukti mengurangi kecenderungan kemoterapi;30 misalnya, kematian 20-60% pada
metastasis sel karsinoma kolorektal.28 tahun pertama pengobatan. Hal tersebut mungkin
Tingkat engraftment bergantung pada sumber karena prosedur transplantasi umumnya invasif.
stem cell, penggunaan hematopoietic growth factor, Pemberian bersama dosis rendah agen seperti
dan pilihan profilaksis terhadap GvHD. Engraftment melfalan, fludarabin, atau busulfan meningkatkan
paling cepat terlihat di peripheral blood stem cells toleransi. Infeksi jamur invasif mempersulit
yakni pemulihan jumlah granulosit 100/mm3 transplantasi HSC dan mengakibatkan kematian
biasanya pada hari ke-10 dan 500/mm3 pada hari yang tinggi. Respons graft-versus-host di allo-SCT
ke-12. Jika sumsum yang digunakan dibandingkan biasanya diatasi dengan agen imunosupresif yang
darah tepi, jumlah granulosit biasanya mencapai dapat menyebabkan komplikasi terkait penekanan
100/mm3 pada hari ke-16 dan 500/mm3 pada hari kekebalan. Karena allo-SCT membawa risiko
ke-22 yang dapat dipercepat 4-6 hari dengan G-CSF signifikan, keputusan melakukan transplantasi
atau GM-CSF pasca- transplantasi. Penggunaan atau tidak harus dipertimbangkan dengan hati-hati
metotreksat setelah transplantasi alogenik menunda berdasarkan status remisi pasien, ada atau tidaknya
pemulihan dengan rerata 4 hari.29 penyakit residual minimal, usia pasien, ketersediaan
donor, komorbiditas. dan fenotipe imun. Dengan
Aplikasi dan Implementasi Stem Cell demikian, kompatibilitas farmakogenomik dapat
Transplantasi HSC menentukan hasil transplantasi sumsum tulang
Hematopoietic stem cell transplant (HSCT) antar individu.
digunakan untuk menggantikan sistem imun Auto-SCT melibatkan penanaman kembali
pasien dengan disfungsi imun, seperti gangguan sumsum tulang pasien sendiri. Terapi stem cell
hemofagositik, penyakit autoimun, defisiensi imun tersebut berhasil untuk multiple myeloma.33
gabungan yang parah, dan defek imun bawaan Kemoterapi ajuvan setelah auto-SCT untuk
lainnya.30 Allogeneic stem cell transplant (allo- multiple myeloma dikaitkan dengan peningkatan
SCT) melibatkan transplantasi sumsum tulang kelangsungan hidup bebas penyakit dan
donor dari manusia yang secara genetik tidak kemungkinan remisi lengkap dibandingkan
identik dan digunakan sebagai terapi kuratif pasien kemoterapi saja. Perbandingan allo-SCT dan
dengan keganasan hematologis.30 Keuntungan auto-SCT dalam terapi multiple myeloma telah
allo-SCT dibandingkan kemoterapi konvensional mengungkapkan kelebihan dan kekurangan
adalah terdapat risiko yang lebih rendah untuk masing-masing terapi. Penggunaan allo-SCT
resurgensi dan peningkatan kemungkinan survival. memungkinkan pemasangan efek graft-versus-
Allo-SCT dianggap terapi paling penting untuk tumor untuk menghilangkan sisa penyakit
pasien leukemia limfositik akut terutama yang yang minimal dan mengabaikan kemungkinan
positif untuk kromosom philadelphia karena tingkat menanamkan cangkok penuh tumor yang berlaku
kekambuhan relatif tinggi dengan kemoterapi.31 untuk auto-SCT sehingga tingkat kekambuhan
Transplantasi alogenik sering diberikan untuk auto-SCT adalah 100% karena penerima berfungsi
menyembuhkan pasien dengan leukemia mieloid sebagai sumber selnya sendiri untuk transplantasi.34
akut, sindrom mielodisplastik, limfoma sel T kulit,
sindrom sezary, dan mielofibrosis. Allo-SCT Terapi MSC pada Transplantasi untuk
berfungsi menggantikan sistem hematopoietik Keganasan Hematologi
inang termasuk yang memiliki sel displastik dengan Terjadi peningkatan efisiensi engraftment
HSC sehat.32 Donor saudara kandung yang cocok hematopoietik ketika MSC ditransplantasikan
dengan antigen leukosit manusia (HLA) lebih bersama.35 Keberhasilan tersebut dikaitkan dengan

190
Transplantasi Stem Cell untuk Keganasan Hematologi eJKI Vol. 10, No. 2, Agustus 2022

mekanisme yang kompleks yaitu MSC adalah anemia aplastik pada 1 pasien.4 Pada uji klinis
sumber osteoblas yang terdiri atas salah satu niche yang menilai efek MSC pada GvHD, pemberian
HSC utama di sumsum tulang dekat endosteum MSC meringankan manifestasi kulit, hati, dan
dan MSC bersifat imunosupresif sehingga gastrointestinal pada 6 dari 8 pasien.39 Pada uji
memfasilitasi pemasangan HSC.7 Studi klinis klinis fase II/III untuk GvHD yang melibatkan 10
tentang hematopoietik engraftment menunjukkan subjek, terapi MSC menghasilkan respons lengkap
efek imunomodulator MSC yang dapat menghambat pada 1 pasien, respons parsial pada 6 pasien, dan
beragam aspek sistem imun termasuk respons tidak ada respons pada 3 pasien.40 MSC darah tali
imun bawaan dan adaptif.36 Secara in vitro efek pusat menunjukkan keamanan dan efikasi pada
MSC alogenik dapat menghambat proliferasi sel T GvHD akut; namun uji klinis tersebut memiliki
dan menginduksi hyporesponsiveness. keterbatasan jumlah sampel yang rendah.41 Terapi
MSC dapat meningkatkan toleransi graft dan gabungan transplantasi HSC dengan MSC adalah
mencegah penolakan jaringan yang dimediasi oleh metode yang menjanjikan untuk meningkatkan
kekebalan. Mekanisme MSC menekan penolakan efektivitas transplantasi karena MSC dapat
graft adalah dengan menurunkan regulasi sitokin menekan GvHD.
proinflamasi sambil menginduksi produksi Treg.
Dalam model transplantasi jantung alogenik, Kesimpulan
pra-infus MSCs in vivo meningkatkan toleransi Penelitian dasar dan klinis yang intens
graft semi-alogenik melalui peningkatan produksi diperlukan untuk menerjemahkan ilmu mengenai
Treg dan penurunan aktivasi respons Th1. MSC stem cell menjadi terapi yang pasti dan dapat
mengurangi proliferasi sel T melalui produksi Treg diterapkan. Terapi stem cell pada keganasan
yang dikenal sebagai sumber sitokin imunosupresif hematologi berupa kombinasi HSC dengan ko-
IL-10 dan TGF-β. Temuan tersebut berkorelasi terapi MSC menawarkan metode yang menjanjikan
dengan pengurangan sitokin proinflamasi TNF-α.37 untuk meningkatkan efektivitas transplantasi.
Faktor utama imunosupresi yang dimediasi
MSC adalah sitokin IFN-γ. Pada tingkat molekular Daftar Pustaka
IFN-γ berperan bimodal dalam efek imunologi 1. Rodriguez-Abreu D, Bordoni A, Zucca E.
MSC untuk menekan atau menginduksi penyakit Epidemiology of hematological malignancies. Ann
graft-versus-host sekaligus meningkatkan efek Oncol. 2007;18(SUPPL. 1):3–8. doi:10.1093/annonc/
graft-versus-leukemia berdasarkan sifat anti-tumor. mdl443
2. De Luca M, Aiuti A, Cossu G, Parmar M, Pellegrini
Peran bimodal IFN-γ disebabkan efek pada ekspresi
G, Robey PG. Advances in stem cell research and
MHC-II pada MSC. Kadar IFN-γ yang rendah
therapeutic development. Nat Cell Biol [Internet].
menyebabkan upregulasi MHC-II sementara kadar 2019;21:801–11. http://dx.doi.org/10.1038/s41556-
tinggi menurunkan regulasi MHC kelas II. Dengan 019-0344-z
demikian, IFN-γ dapat melisensikan MSC untuk 3. Raanani P, Gafter-Gvili A, Paul M, Ben-Bassat I,
memberikan efek imunosupresif sebagaimana MSC Leibovici L, Shpilberg O. Immunoglobulin prophylaxis in
knockout reseptor IFN-γ di tikus gagal menekan hematological malignancies and hematopoietic stem cell
penyakit graft-versus-host in vivo. Memahami transplantation. Cochrane Database Syst Rev. 2008..
interaksi MSC dan IFN-γ sangat penting karena https://doi.org/10.1002/14651858.CD006501.pub2
kadar IFN-γ dapat berfluktuasi pada berbagai tahap 4. Le Blanc K, Samuelsson H, Gustafsson B, Remberger
peradangan sehingga mengubah aktivitas MSC. M, Sundberg B, Arvidson J, et al. Transplantation of
Dosis rendah IL-10 meniadakan efek imunosupresif mesenchymal stem cells to enhance engraftment of
hematopoietic stem cells. Leukemia. 2007;21:1733–
MSC sehingga lingkungan sitokin sangat penting
8. doi:10.1038/sj.leu.240477
dalam menentukan efek MSC.38
5. A Patel S, Rameshwar P. Stem cell transplantation
Uji klinis mengenai terapi MSC telah dicoba for hematological malignancies: prospects for
selama beberapa tahun terakhir berdasarkan sifat personalized medicine and co-therapy with
imunosupresif MSC. Pada penelitian tahun 2003- mesenchymal stem cells. Curr Pharmacogenomics
2007, MSC dari donor identik-HLA dan haploidentik Pers Med (Formerly Curr Pharmacogenomics).
diberikan kepada 3 pasien untuk mencegah 2011;9:229–39. doi: 10.2174/187569211796957548
penolakan transplantasi dan mempercepat 6. Appelbaum FR. The use of bone marrow and
engrafment HSC. Terapi MSC menghasilkan peripheral blood stem cell transplantation in the
engraftment cepat dengan pemulihan neutrofil treatment of cancer. CA Cancer J Clin. 1996;46:142–
dan trombosit pada 3 pasien dan pemulihan 64. https://doi.org/10.3322/canjclin.46.3.142

191
Desi Oktariana, et al eJKI Vol. 10, No. 2, Agustus 2022

7. A. Patel S, Rameshwar P. Stem Cell Transplantation 18. Bock TA. Assay systems for hematopoietic stem
for Hematological Malignancies: Prospects for and progenitor cells. Stem Cells. 1997;15(SUPPL.
Personalized Medicine and Co-therapy with 1):185–95. https://doi.org/10.1002/stem.5530150824
Mesenchymal Stem Cells. Curr Pharmacogenomics 19. Bensinger WI, Longin K, Appelbaum F, Rowley S,
Person Med. 2012;9:229–39. https://doi. Weaver C, Lilleby K, et al. Peripheral blood stem cells
org/10.2174/187569211796957548 (PBSCs) collected after recombinant granulocyte
8. Artini IGA. Cancer Stem Cell-Targeted Therapi: colony stimulating factor (rhG‐CSF): an analysis of
Harapan Baru Terapi Kanker. Indones J Cancer. factors correlating with the tempo of engraftment after
2015;9:127–32. Available from: httpwww. transplantation. Br J Haematol. 1994;87:825–31.
indonesianjournalofcancer.or.ide-journalindex. https://doi.org/10.1111/j.1365-2141.1994.tb06744.x
phpijocarticleview381 20. Frisch BJ, Calvi LM. Hematopoietic stem cell cultures and
9. Chitteti BR, Cheng Y, Streicher DA, Rodriguez‐ assays. In: Skeletal Development and Repair. Springer;
Rodriguez S, Carlesso N, Srour EF, et al. Osteoblast 2014. p. 315–24. doi: 10.1007/978-1-62703-989-5_24
lineage cells expressing high levels of Runx2 21. Chan W-I, Huntly BJP. Leukemia stem cells in
enhance hematopoietic progenitor cell proliferation acute myeloid leukemia. In: Seminars in oncology.
and function. J Cell Biochem. 2010;111:284–94. doi: Elsevier; 2008. p. 326–35. https://doi.org/10.1053/j.
10.1002/jcb.22694 seminoncol.2008.04.003
10. Hosokawa K, Arai F, Yoshihara H, Iwasaki H, 22. Zagozdzon R, Golab J. Cancer stem cells in
Nakamura Y, Gomei Y, et al. Knockdown of haematological malignancies. Wspolczesna Onkol.
N-cadherin suppresses the long-term engraftment 2015;1A:A1–6. https://doi.org/10.5114/wo.2014.47127
of hematopoietic stem cells. Blood, J Am Soc 23. Trumpp A, Essers M, Wilson A. Awakening dormant
Hematol. 2010;116:554–63. https://doi.org/10.1182/ haematopoietic stem cells. Nat Rev Immunol.
blood-2009-05-224857 2010;10:201–9. https://doi.org/10.1038/nri2726
11. Patel N, Castillo M, Rameshwar P. An in vitro method 24. Teicher BA, Fricker SP. CXCL12 (SDF-1)/CXCR4
to study the effects of hematopoietic regulators during pathway in cancer. Clin cancer Res. 2010;16:2927–
immune and blood cell development. Biol Proced 31. doi: 0.1158/1078-0432.CCR-09-2329
Online. 2007;9:56–64. doi:10.1251/bpo133 25. Raos M, Nemet D, Bojanić I, Sertić D, Batinić
12. Andre F, Xia W, Conforti R, Wei Y, Boulet T, Tomasic D, Dušak V, et al. Collection and composition of
G, et al. CXCR4 expression in early breast cancer and autologous peripheral blood stem cells graft in
risk of distant recurrence. Oncologist. 2009;14:1182– patients with acute myeloid leukemia: influence on
8. https://doi.org/10.1634/theoncologist.2009-0161 hematopoietic recovery and outcome. Coll Antropol.
13. Celso C Lo, Fleming HE, Wu JW, Zhao CX, Miake-Lye 2010;34:105–15.
S, Fujisaki J, et al. Live-animal tracking of individual 26. Pusic I, DiPersio JF. Update on clinical experience
haematopoietic stem/progenitor cells in their niche. with AMD3100, an SDF-1/CXCL12–CXCR4 inhibitor,
Nature. 2009;457:92–6. doi: 10.1038/nature07434 in mobilization of hematopoietic stem and progenitor
14. Dimmeler S. Regulation of bone marrow-derived cells. Curr Opin Hematol. 2010;17:319–26. doi:
vascular progenitor cell mobilization and maintenance. 10.1097/MOH.0b013e328338b7d5
Arterioscler Thromb Vasc Biol. 2010;30(6):1088–93. 27. Imai H, Sunaga N, Shimizu Y, Kakegawa S, Shimizu
doi: 10.1161/ATVBAHA.109.191668 K, Sano T, et al. Clinicopathological and therapeutic
15. De Barros APDN, Takiya CM, Garzoni LR, Leal- significance of CXCL12 expression in lung cancer. Int
Ferreira ML, Dutra HS, Chiarini LB, et al. Osteoblasts J Immunopathol Pharmacol. 2010;23:153–64.
and bone marrow mesenchymal stromal cells control 28. Matsusue R, Kubo H, Hisamori S, Okoshi K, Takagi
hematopoietic stem cell migration and proliferation in H, Hida K, et al. Hepatic stellate cells promote liver
3D in vitro model. PLoS One. 2010;5:e9093. https:// metastasis of colon cancer cells by the action of SDF-
doi.org/10.1371/journal.pone.0009093 1/CXCR4 axis. Ann Surg Oncol. 2009;16:2645–53.
16. Mishima S, Nagai A, Abdullah S, Matsuda C, Taketani https://doi.org/10.1245/s10434-009-0599-x
T, Kumakura S, et al. Effective ex vivo expansion 29. Nemunaitis J, Buckner CD, Appelbaum FR,
of hematopoietic stem cells using osteoblast‐ Higano CS, Mori M, Bianco J, et al. Phase I/II trial
differentiated mesenchymal stem cells is CXCL12 of recombinant human granulocyte-macrophage
dependent. Eur J Haematol. 2010;84:538–46. https:// colony-stimulating factor following allogeneic bone
doi.org/10.1111/j.1600-0609.2010.01419.x marrow transplantation. Blood. 1991;77:2065-71.
17. Butler JM, Nolan DJ, Vertes EL, Varnum-Finney https://doi.org/10.1182/blood.V77.9.2065.2065
B, Kobayashi H, Hooper AT, et al. Endothelial cells 30. Casper J, Wolff D, Knauf W, Blau IW, Ruutu T, Volin L,
are essential for the self-renewal and repopulation et al. Allogeneic hematopoietic stem-cell transplantation
of Notch-dependent hematopoietic stem cells. Cell in patients with hematologic malignancies after
Stem Cell. 2010;6:251–64. https://doi.org/10.1016/j. dose-escalated treosulfan/fludarabine conditioning.
stem.2010.02.001 J Clin Oncol. 2010;28:3344–51. doi: 10.1200/
JCO.2009.23.3429.

192
Transplantasi Stem Cell untuk Keganasan Hematologi eJKI Vol. 10, No. 2, Agustus 2022

31. Terwey TH, Kim TD, Arnold R. Allogeneic hematopoietic 37. Ye Z, Wang Y, Xie H-Y, Zheng S-S. Immunosuppressive
stem cell transplantation for adult acute lymphocytic effects of rat mesenchymal stem cells: involvement
leukemia. Curr Hematol Malig Rep. 2009;4:139–47. of CD4+ CD25+ regulatory T cells. Hepatobiliary
doi: 10.1007/s11899-009-0020-7 Pancreat Dis Int HBPD INT. 2008;7:608–14.
32. Meletis J, Terpos E. Transplantation strategies for 38. Renner P, Eggenhofer E, Rosenauer A, Popp FC,
the management of patients with myelodysplastic Steinmann JF, Slowik P, et al. Mesenchymal stem
syndromes. J BUON. 2009;14:551–64. cells require a sufficient, ongoing immune response
33. Oyan B, Koc Y, Ozdemir E, Kars A, Turker A, Tekuzman to exert their immunosuppressive function. In:
G, et al. High complete remission rate and durable Transplantation proceedings. Elsevier; 2009. p.
remissions achieved with rational use of autologous 2607–11. doi:10.1016/j.transproceed.2009.06.11
stem‐cell transplantation, thalidomide maintenance, 39. Ringdén O, Uzunel M, Rasmusson I, Remberger M,
and non‐myeloablative allogeneic transplantation Sundberg B, Lönnies H, et al. Mesenchymal stem
in patients with multiple myeloma. Clin Transplant. cells for treatment of therapy-resistant graft-versus-
2009;23:839–47. https://doi.org/10.1111/j.1399- host disease. Transplantation. 2006;81:1390–7.
0012.2008.00950.x 10.1097/01.tp.0000214462.63943.14
34. Li M, Gao C, Li H, Wang Z, Cao Y, Huang W, et al. 40. Pérez-Simon JA, López-Villar O, Andreu EJ, Rifón
Allogeneic haematopoietic stem cell transplantation J, Muntion S, Campelo MD, et al. Mesenchymal
as a salvage strategy for relapsed or refractory nasal stem cells expanded in vitro with human serum
NK/T-cell lymphoma. Med Oncol. 2011;28:840–5. for the treatment of acute and chronic graft-
https://doi.org/10.1007/s12032-010-9532-1 versus-host disease: results of a phase I/II clinical
35. Masuda S, Ageyama N, Shibata H, Obara Y, Ikeda trial. Haematologica. 2011;96:1072. https://doi.
T, Takeuchi K, et al. Cotransplantation with MSCs org/10.3324/haematol.2010.038356
improves engraftment of HSCs after autologous 41. Wu K-H, Chan C-K, Tsai C, Chang Y-H, Sieber
intra-bone marrow transplantation in nonhuman M, Chiu T-H, et al. Effective treatment of severe
primates. Exp Hematol. 2009;37:1250–7. https://doi. steroid-resistant acute graft-versus-host disease
org/10.1016/j.exphem.2009.07.008 with umbilical cord-derived mesenchymal stem
36. Casiraghi F, Azzollini N, Cassis P, Imberti B, Morigi M, cells. Transplantation. 2011;91:1412–6.doi: 10.1097/
Cugini D, et al. Pretransplant infusion of mesenchymal TP.0b013e31821aba18
stem cells prolongs the survival of a semiallogeneic
heart transplant through the generation of regulatory
T cells. J Immunol. 2008;181:3933–46. doi: 10.4049/
jimmunol.181.6.3933

193

Anda mungkin juga menyukai