Anda di halaman 1dari 45

Kultur Sel sebagai Pondasi Dasar Riset

dan Diagnosis Penyakit Infeksi

oleh:
Prof. Dr. drh. Aris Haryanto, M.Si.

Departemen Biokimia dan Biologi Molekuler


Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta

Vetwebinar Seri #4 (22 Agustus 2020)


Contains
• Pengetahuan Dasar tentang
Kultur Sel, Jaringan

• Cell lines untuk riset


Hepadnavirus (HBV)

• Cell lines untuk riset Coronavirus (Covid-19)


Pengantar
• Kultur sel adalah proses menumbuhkan sel prokariotik,
eukariotik atau sel tumbuhan dalam kondisi artificial
tertentu yang terkontrol secara in vitro.
• Namun dalam perkembangannya, hal ini mengacu pada
kultur sel yang berasal dari sel hewan.
• Wilhem Roux (1885) untuk pertama kalinya berhasil
memelihara sel embrionik ayam secara in vitro.
• Kultur sel pertama kali dilakukan dengan sukses oleh Ross Harrison (1907) dikenal
sebagai: father of cell culture. Karena berhasil mengkulturkan sel saraf katak dalam
gumpalan limfe yang dipreparasi dengan metode “hanging drop” dan mengamati
pertumbuhan serabut syaraf secara in-vitro dalam beberapa minggu.
Kultur Sel dan Kultur Jaringan
• Kultur sel dimulai ketika suatu sel di-removed dari potongan jaringan atau organ
kemudian dipisahkan dari sel-sel tetangga untuk ditempatkan dalam lingkungan
artificial yang terkontrol sehingga dapat bertahan hidup dan
tumbuh (in vitro).
• Kultur jaringan adalah istilah umum untuk tindakan me-remove
sel, jaringan atau organ yang berasal dari hewan atau tumbuhan,
yang selanjutnya ditempatkan dalam lingkungan artificial yang
mendukung untuk proses pertumbuhan dan perkembangan sel.
• Lingkungan artificial terdiri dari sebuah bejana plastik atau gelas
yang memadai yang berisi medium pertumbuhan yang mensuplai
nutrien essensial untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan sel.
• Kultivasi sel, jaringan or organ dilakukan secara in vitro pada suhu
tertentu menggunakan inkubator CO2 dan dilengkapi dengan medium
yang mengandung nutrien sel dan growth factors .
Hal yang Mendukung Perkembangan Kultur Sel
1. Penggunaan antibiotik yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri
yang kemungkinan mengkontaminasi kultur sel
misal: penicillin, streptomisin, gentamisin,
nistatin, kanamisin.

2. Penggunaan Tripsin untuk men-remove sel-sel


adherent untuk men-subkultur (Passage) lebih
lanjut dalam bejana kultur.

3. Penggunaan medium kultur sel yang diperkaya dengan berbagai


supplemen kimiawi.
Gambaran Kultur Sel
Flask Kultur sel

Medium Kultur sel

Sel yang dikultur


Substrat Kolagen
or Gelatin

37oC
5% CO2
Alasan Penggunaan Kultur Sel dalam Riset
• Sistem Pemodelan
Untuk mempelajari dasar-dasar Biologi Sel, interaksi antara
agen penyebab penyakit dan sel, mempelajari efek obat pada
sel, mempelajari proses dan pemacu penuaan, dan lain-lain.
• Toxicity testing
mempelajari efek dari obat-obatan baru.
• Cancer research
Mempelajari fungsi dari berbagai macam senyawa kimia, virus dan radiasi yang memicu perubahan sel
normal menjadi sel kanker.
• Virologi
Kultivasi virus untuk memproduksi vaksin, digunakan juga untuk mempelajari siklus infeksiusnya.
• Rekayasa Genetika
Produksi protein komersial dalam skala yang besar
Produksi vaksin dari virus, misalnya vaksin Polio, Rabies, Chicken pox, Hepatitis B dan Measles
• Gene therapy
Sel mempunyai gen fungsional yang dapat di-replaced menjadi sel yang tdk mempunyai gen fungsional.
Jenis-jenis Kultur Sel
Kultur sel dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Primary Cells (Sel Primer)

2. Cell Strains (Sel Strain)


3. Cell Lines
1. Primary Culture (Kultur Primer)
• Bila sel di-removed dari suatu organisme melalui proses
pembedahan, kimiawi dan ditempatkan ke dalam lingkungan
yang sesuai, maka sel akan attach, grow dan divide.
• Kebanyakan sel kultur primer secara in vitro mempunyai
masa hidup yang terbatas sekitar 5-10 generasi.
• Karena umurnya yang terbatas tersebut, para peneliti
tidak dapat melakukan percobaan jangka panjang dengan
sel primer ini.
• Sel primer secara fisiologis lebih mirip jika dibandingkan dengan cell lines untuk
penelitian secara in-vitro.
1. Primary Culture …………….. lanjutan
Ada 2 Metode dasar untuk mendapatkan Kultur Sel
Primer, yaitu:

1. Explant cultures:
• Sepotong kecil jaringan di-attached pada gelas atau
bejana kultur plastic yang sudah ditreated dan
diredam dalam medium kultur sel.
• Setelah beberapa hari secara individu akan
berpindah dari jaringan eksplan ke permukaan
bejana kultur atau substrat dimana sel-sel akan
mulai tumbuh dan membelah.
1. Primary Culture …………lanjutan
2. Enzymatic dissociation:
• Metode yang digunakan secara lebih luas.
• Proses dipercepat dengan menambahkan enzim
proteolitik, mis tripsin atau kolagenase pada
potongan jaringan untuk melarutkan zat yang
menyatukan sel.
• Membuat suspensi sel tunggal yang kemudian
ditempatkan ke dalam bejana kultur yang berisi
media kultur, sel tersebut kemudian dibiarkan
tumbuh dan membelah.
2. Cell Strains
• Cell Strain merupakan sel yang telah diadaptasi untuk
dikulturkan, namun tidak seperti Cell line, cell strain
memiliki potensi pembelahan yang terbatas.
• Sel primer setelah melalui transformasi secara serial
dan seleksi bertahap dapat terjadi sampai jenis sel tertentu
menjadi predominan.
• Jika sel-sel ini terus tumbuh pada laju yang konstan dan
sekuensial, maka sel-sel primer tersebut berubah menjadi
Cell Strain
• Secara in vitro, Cell strain mempunyai waktu hidup berkisar 40-60 generasi.
• Cell strains dimanfaatkan untuk memproduksi vaksin.
3. Cell Lines
• Jika Cell Strain mengalami proses transformasi (perubahan
spontan atau diinduksi kariotipe, morfologi atau sifat
pertumbuhannya), maka sel tersebut menjadi immortal
(mampu membelah tanpa batas), sehingga berubah menjadi
Cell line.
• Meski tidak diketahui bagaimana strain sel diploid berubah
menjadi cell line, proses ini dapat terjadi karena infeksi
virus onkogenik atau akibat paparan zat kimia karsinogen.
• Cell line mempunyai jumlah kromosom yang abnormal dan mungkin bersifat tumorigenik
bila diinokulasikan pada hewan yang rentan.
• Cell line yang berasal dari tumor sering tidak menunjukkan contact-inhibition
(penghambatan pertumbuhan pada kondisi konfluen), namun terus menumpuk.
Transformasi Sel
• Sel mengalami transformasi, pembelahan tak terbatas, menjadi
established
• Sel berubah dari normal menjadi sel dengan karakter sel kanker.
• Beberapa Cell line sebenarnya berasal dari sel tumor, atau sel
yang mengalami transformasi secara spontan dalam kultur
karena proses mutasi.
• Sel-sel yang di-treated secara kimiawi atau dengan sinar Gamma berubah
menjadi immortal dengan kehilangan faktor faktor penghambat pertumbuhan.
• Infeksi virus dengan antigen T pada SV-40 dapat menginsersikan faktor oncogene
dan mengarah ke terjadi gene alteration.
• Sel yang mengalami transformasi akan mengalami perubahan fungsional,
morfologi dan sifat pertumbuhannya.
Sistem Kultur Sel
Sel-sel yg dikultur dapat dibagi menjadi 2 jenis utama:

1. Kultur Sel Suspensi (Anchorage-independent)


• berasal dari sel yang dapat membelah dan bertahan hidup
tanpa melekat di permukaan bejana kultur,
• Misalnya sel-sel dari garis keturunan haemopoietik
• Dapat dipelihara di dalam bejana kultur sel yang
bukan tissue-culture treated,
• Membutuhkan agitasi untuk keperluan pertukaran gas
yang memadai.
• Lebih mudah di-passage (sub-kultur)
Sistem Kultur Sel …………….. lanjutan
2. Kultur Sel Adherent (Anchorage-dependent)
• Harus melekat di permukaan untuk bertahan hidup
• Bersifat Monolayer
• Mis. Sel-sel yang berasal dari berbagai jenis jaringan
(breast, liver)
• Pertumbuhan dibatasi oleh area permukaan bejana
• Sel akan berhenti membelah setelah menjadi
Konfluen (benar-benar menutupi permukaan bejana
kultur sel )
• Sel dapat dipisahkan/dilepaskan dari permukaan bejana
secara enzimatis atau mekanis.
Morfologi Sel
• Sel-sel yang dikulturkan dideskripsikan berdasarkan
morfologinya (bentuk dan tampilannya), yaitu:
1. Epithelial-like:
• Sel-sel yang berbentuk pipih dan polygonal.
2. Fibroblast-like:
• Sel-sel yang tampak pipih dan memanjang. Human Conjunctival Epithelial Cells
3. Limfoblast-like (HConEpiC) - Phase contrast, 100x.
- Sel-sel berbentuk spherik, tumbuh dalam
suspensi, tanpa melekat pada permukaan

• Kondisi kultur memainkan peranan yang penting


dalam menentukan bentuk sel.
• Banyak sel kultur yang mampu menunjukkan
beberapa morfologi berbeda

Homo sapiens, human, Foreskin


Persyaratan Dasar untuk Mengkultur Sel yang Baik
1. Fasilitas kultur sel yang well-established dan kelengkapan penunjang yang baik.
2. Menerapkan teknik mengkultur sel yang steril (Aseptik)
3. Menggunakan peralatan, kemikalia, kit dan reagen yang tepat dan terkontrol kualitasnya.
4. Pemahaman pengetahuan tentang teknik dasar yang baik untuk mengkultur sel.
Medium Kultur Sel
• Sel memiliki kebutuhan nutrisi kompleks yang harus dipenuhi
untuk memungkinkan perbanyakannya secara in vitro
• Jenis sel yang berbeda memiliki kebutuhan pertumbuhan yang
berbeda.
• Sejumlah formulasi kimiawi telah dikembangkan untuk mensupport
pertumbuhan berbagai Cell lines yang sudah establish.
• Meskipun telah tersedia dipasaran medium bebas serum dan
berbagai Cell lines telah dimodifikasi untuk dapat tumbuh pada
medium tertentu.
• Kebanyakan Cell lines memerlukan tambahan 5-10% serum
sebagai suplemen untuk memacu multiplikasi seluler.
• Fetal Bovine Serum (FBS) adalah pilihan terbaik
Medium Kultur Sel ………...……… lanjutan
1. Berbagai nutrien yang diperlukan sel adalah:
• glucose,
• fats and fatty acids,
• lipids, phospholipids and sphingolipids,
• ATP and amino acids
• Vitamins
• Minerals

2. Serum:
• Serum menyediakan berbagai macam growth factors, hormon dan
faktor-faktor lain yang dibutuhkan oleh kebanyakan sel mamalia
untuk pertumbuhan jangka panjang dan proses metabolism sel.
Jenis-jenis Medium Kultur Sel
• Eagle’s Minimum Essential Medium (EMEM)
• Dulbecco’s Modified Eagle’s Medium (DMEM)
- Low glucose
- High glucose
• RPMI-1640
• Ham’s Nutrient Mixtures
• DMEM/F12
• Iscove’s Modified Dulbecco’s Medium (IMDM)
Penggunaan Medium Kultur Sel
Media Tissue or cell line
IMDM Bone marrow, hematopoietic progenitor cells, human lymphoblastoid leukemia cell lines
Chick embryofibroblast, CHO cells, embryonic nerve cells, alveolar type cells, endothelium,
MEM
epidermis, fibroblast, glia, glioma, human tumors, melanoma
Mesenchymal stem cell, chondrocyte, fibroblast, Endothelium, fetal alveolar epithelial type II
cells, cervix epithelium, gastrointestinal cells, mouse neuroblastoma, porcine cells from thyroid
DMEM
glands, ovarian carcinoma cell lines, skeleton muscle cells, sertoli cells, Syrian hamster
fibroblast
T cells and thymocytes, hematopoietic stem cells, human tumors, human myeloid leukemia
RPMI-1640 cell lines, human lymphoblastoid leukemia cell lines, mouse myeloma, mouse leukemia, mouse
erythroleukemia, mouse hybridoma, rat liver cells
Nutrient
Chick embryo pigmented retina, bone, cartilage, adipose tissue, embryonic lung cells, skeletal
mixture F-10
muscle cells
and F-12
Buffering pada Kultur Sel
• Indikator pH dapat dimasukkan di dalam formulasi untuk pengamatan secara langsung
pH dari medium.
• pH optimal untuk sel mammalian umumnya berkisar antara 7.2 - 7.4

Cell line Optimal pH


Mammalian cell lines 7.2 - 7.4
Transformed cell lines 7.0 – 7.4
Normal fibroblast cell lines 7.4 – 7.7
Insect cell lines 6.2
Buffering pada Kultur Sel …….…. lanjutan
• Indikator pH pada medium kultur sel, umumnya adalah phenol red yang digunakan
untuk menganalisis pH lingkungan pada tempat sel tumbuh

• Sifat Phenol red yaitu:


• yellow in acidic medium (pH 6.8),
• tomato red at neutral pH (7.0),
• red at an alkaline pH (7.4)
• and blue at increased basicity (pH 7.6)
• and finally purple at high pH
Supplemen pada Medium Kultur Sel
• Serum
• Mengandung Nutrien-nutrien dasar
• Mengandung Growth factors and hormones
• Mengandung Binding proteins
• Memacu attachment sel pada substrat
• Mengandung protease inhibitors
• Penyedia mineral, misalnya Na+, K+, Zn2+, Fe2+, dll.
• Melindungi sel dari kerusakan mekanis selama proses agitasi suspensi kultur
• Berfungsi sebagai buffer
• Antibiotika
• BSA
• Na-bicarbonate
• Na-pyruvate
• HEPES
• Growth factors
Temperatur dan Kelembaban
• Temperatur
• Temperatur optimal diperlukan agar sel kultur tumbuh dengan baik.
• Temperatur optimal pada sel mamalia adalah 37oC.

Cell line Temperatur Optimal


Human and mammals 36°C - 37°C
Insect cells 27°C
Avian cell lines 38.5°C
Cold-blooded animals (e.g., amphibians, cold-water fish) 15°C - 26°C

• Kelembaban
• Kelembaban yang sesuai penting untuk pertumbuhan sel kultur, karena
distribusi kelembaban secara tidak langsung dapat mempengaruhi pada suhu
• Untuk pertumbuhan sel, kelembapan 80-100% sangat penting untuk
mengurangi proses evaporasi.
Passage atau Sub-kultur

Cell dissociated
from flask

Split 1 in 2
Culture Vessels (Bejana Kultur Sel)
• Bejana kultur sel berfungsi sebagai barrier terhadap kontaminasi untuk
melindungi kultur sel dari lingkungan eksternal sekaligus untuk menjaga
lingkungan internal dengan baik.
• Untuk sel yang anchorage-dependent, bejana menyediakan permukaan yang
sesuai dan konsisten untuk perlekatan sel
• Karakteristik lain dari bejana kultur adalah kemudahan akses ke kultur sel dengan
penglihatan yang jernih secara optic pada permukaan bejana.
Culture Vessels
• Flasks
• Flasks plastik tersedia dipasaran dengan berbagai growing
areas tumbuh, berbagai bentuk, dengan berbagai desain
leher yang berbeda
• Permukaan flasks secara khusus di-treated untuk
menumbuhkan sel yang adheren.

Description Growth area (cm²) Recommended Cell yield*


working
volume (mL)
T-25 25 5 – 10 2.5 x 106
T-75 75 15 – 25 7.5 x 106
T-150 150 30 - 50 15 x 106
T-175 175 35 - 60 17.5 x 106
T-225 225 45 - 75 22.5 x 106
*Cell line dependent. Based upon a density of 1 × 10⁵ cells/cm².
Culture Vessels
• Cell culture dishes
• Dish kultur sel menawarkan nilai ekonomis terbaik
dan akses ke growth surface.
• Permukaan Dish kultur sel secara khusus di-treated
untuk menumbuhkan sel yang adherent.

Description Growth area (cm²) Recommended Cell yield*


working
volume (mL)
35 8 1-2 0.8 x 106
60 21 4-5 2.1 x 106
100 55 10 - 12 5.5 x 106
150 148 28 - 32 14.8 x 106
*Cell line dependent. Based upon a density of 1 × 10⁵ cells/cm².
Culture Vessels
• Multiwell plates
• Multiwell plates menawarkan penghematan space, medium, dan reagen yang
signifikan jika dibandingkan dengan culture vessels (flask, dish) yang lain
Culture Vessels
Pelapis Permukaan (Surface Coatings)
• Bekerja dengan kultur sel kebanyakan menggunakan bejana polystryrene yang
disposable.
• Permukaan bejana di-treated sedemikian rupa sehingga menjadi bersifat hidrofilik
• Cell lines kebanyakan dikultivasi pada permukaan bejana plastik yang sudah di-treated
didalam dishes atau flasks
• Beberapa Cell line yang fastidious (rewel) membutuhkan treatment lebih lanjut pada
growth surface nya sebelum Cell line dapat melekat dan berproliferasi.
• Metode yang umum untuk melapisi growth surface adalah dengan serum, collagen,
laminin, gelatin, poly-L-lysine, atau fibronectin.
Cell Lines yang sering digunakan
1. Human cell lines
• MCF-7 : Breast cancer
• HL 60 : Leukemia
• HEK-293 : Human embryonic kidney
• HeLa : Henrietta lacks
• Huh-7 : Hepatocellular carcinoma
• HepG2 : Hepatocelullar carcinoma

2. Primate cell lines


• Vero : African green monkey kidney epithelial cells
• Cos-7 : African green monkey kidney cells
• And others such as CHO from hamster, sf9 dan sf21 from insect cells
Jenis-jenis Cell Line dan Aplikasinya di Bidang Riset
Cell Line Jenis Species Medium Applications
MEM+ 2mM Glutamine+ 10% FBS + 1% Non Tumourigenicity and virus
HeLa B Epithelial Human
Essential Amino Acids (NEAA) studies
HL60 Lymphoblast Human RPMI 1640 + 2mM Glutamine + 10-20% FBS Differentiation studies
DMEM + 2mM Glutamine +5% New Born Calf Tumourigenicity and virus
3T3 clone A31 Fibroblast Mouse
Serum (NBCS) + 5% FBS studies
Gene expression and virus
COS-7 Fibroblast Monkey DMEM+ 2mM Glutamine + 10% FBS
replication studies
Nutritional and gene
CHO Epithelial Hamster Ham′s F12 + 2mM Glutamine + 10% FBS
expression studies
EMEM (EBSS) + 2mM Glutamine + 1% Non
HEK 293 Epithelial Human Transformation studies
Essential Amino Acids (NEAA) + 10% FBS
HUVEC Endothelial Human F-12 K + 10% FBS + 100 µg/ml Heparin Angiogenesis studies
Jurkat Lymphoblast Human RPMI-1640 + 10% FBS Signaling studies
HBV Research using Cell Lines

Genome Organisation of HBV


Figure modified from Kann and Gerlich (2005)

HBV and subviral particles


Fig.ure modified from Kann and Gerlich (1997)
Life cycle of HBV. Figure modified from Kann and Gerlich (2005)
Huh-7 Cell Line
• Cell line HuH-7 di-established pada 1982 oleh H. Nakabayshi dan
J. Sato dari hepatosit yang telah berhasil terdifferensiasi dengan baik.
• Huh-7 berasal dari cellular carcinoma sel kanker hepar seorang
pria Jepang yang berusia 57 tahun.
• Huh-7 mempunyai kerentanan tinggi terhadap HCV, sehingga sering
digunakan sebagai sel model untuk penelitian hepatoma dan HCV.
• HuH dapat digunakan untuk sistem replikon HCV, yang memungkinkan produksi partikel
HCV yang infeksius secara in vitro dan untuk penelitian obat antivirus terhadap HCV.
• Huh-7 juga dapat digunakan untuk penelitian Hepadnavirus (HBV)
HepG2 Cell Line
• HepG2 adalah cell line immortal yang berasal dari
jaringan liver seorang anak laki-laki berusia 15 tahun
keturunan Afro-American penderita hepatocellular
carcinoma yang telah well-differentiated.
• HepG2 merupakan sel epitelial mempunyai jumlah
kromosom 55 dan tidak bersifat tumorigenik pada nude mice.
• HepG2 mampu mensekresikan berbagai protein plasma utama, misalnya albumin,
fibrinogen, α-macroglobulin, α1-antitrypsin, transferrin dan plasminogen.
• HepG2 tumbuh dengan sangat baik pada sistem kultivasi dalam skala besar.
• HepG2 akan merespon stimulasi dengan human growth hormone.
• HepG2 cell line cocok untuk system model secara in vitro untuk studi human
hepatocytes yang terpolarisasi.
Huh-7 Cell lines for HBV Research

• Haryanto, A and Kann, M. 2005. Nuclear import analysis of two


different fluorescent marker proteins into hepatocyte cell lines
Cytoplasm (Huh-7 Cell). I.J. Biotech. 10 (2): 807-813.
(45 %) • Haryanto, A. 2006. Expression and Intracellular localization
study of wild type HBV core protein and its mutants which
block nucleocapsid envelopment in Huh-7 cells. I.J. Biotech. 11
(1).: 862-869.
Nucleus • Haryanto, A., Wijayanti, N. and Kann M. 2010. Effect of nuclear
(54 %) export inhibitor Leptomycin B on the intracellular localization
of HBV Core protein into hepatocytes cell line Huh-7 and
HepG2. I. J. Biotech. Vol. 15. (2): 79-85.

Both
(1 %)
HepG2 Cell lines for HBV Research

• Haryanto, A., Wijayanti, N. and Kann, M. 2007. Effect of


Staurosporine on the intracellular localization of Hepatitis B
Cytoplasm
Virus core protein. I. J. Biotech. 12. (1): 958-966.
(26 %)
• Haryanto, A., Wijayanti, N. and Kann, M. 2007. Effect of the
HBV capsid asembly inhibitor Bayer 41-4109 on the
Intracellular localization of EGFP-Core fusion protein. I. J.
Biotech. 12. (2): 998-1004.
Nucleus • Haryanto, A., Wijayanti, N. and Kann M. 2010. Effect of
(71 %) nuclear export inhibitor Leptomycin B on the intracellular
localization of HBV Core protein into hepatocytes cell line
Huh-7 and HepG2. I. J. Biotech. Vol. 15. (2): 79-85.

Both
(3 %)
Cell Line Related to Covid-19 Research
• Penemuan senyawa baru yang bersifat antiviral,
• Memproduksi vaksin terhadap SARS-CoV2,
• Penelitian tentang interaksi SARS-CoV2 dengan sel,
• Penelitian respon hospes terhadap infeksi SARS-CoV2.
dan lain-lain

Spesies host yang berbeda, organ yang berbeda,


Jenis-jenis Cell Line untuk Riset Coronavirus
Human origin

Replikasi SARS-CoV dan SARS-CoV2


antara lain pada:
• Calu-3 (sel pulmo)
• Huh-7 (sel hepar )
• Caco-2 sel instestinal)
• 293T (sel ginjal)
• U251 (neuronal)

SARS-CoV2 tetapi bukan SARS-CoV tumbuh secara


moderate pada sel U251.

Chu et al., (Lancet, April, 2020)


Cell Lines untuk Riset Coronavirus

Chu et al., Lancet, April 2020

Virus SARS-CoV & SAR-CoV2 infeksikan pada sel Calu3 (pulmo) dan Caco2 (intestinal)
• SARS-CoV terlihat bereplikasi lebih baik pada sel Caco2,
• SARS-CoV2 bereplikasi lebih baik pada sel Calu3.
Cell Lines untuk Riset Coronavirus
Replikasi SARS-CoV dan SARS-CoV-2 pada
sel ginjal hewan antara lain:
1. Primata:
• VeroE6
• FRhK4
• LLCMK2

2. Non primata:
• CRFK (cat)
• RK-13 (rabbit)
• PK-15 (pig)
Chu et al., Lancet, April 2020
Cell lines yang berasal dari non-human
Kepekaan Berbagai Jenis Sel Epithel

Sel 16HBE (human bronchial epithelial


cells) mengekspresikan ACE2
Yiu-Wing Kam et al., PLoS ONE (2009)

Pengujian beberapa jenis sel epitel pada saluran pernafasan dengan infeksi pseudotype
SARS-CoV.
• 16HBE (human bronchial epithelial cells)
• BEAS-2B (human non-tumorigenic lung epithelial cell)
• A549 (adenocarcinoma human alveolar basal epithelial cells)
Terima Kasih

Email: arisharyanto@ugm.ac.id
HP. 085868216070

Anda mungkin juga menyukai