Anda di halaman 1dari 24

MATERI

DISKUSI

Selamat malam semua... 🤓 🙏 Terimakasih mbak Wina dan kawan-kawan di WLS yang sudah
mengundang saya untuk berbagi di WAG ini 🙏 Kesempatan berbagi di WAG ini adalah yang pertama
kali saya lakukan 😅 Jadi mohon maaf kalau agak kagok yaaa 😅

Tampaknya ada beberapa kawan yang sudah kenal saya di WAGs ini 😅 dan ada beberapa ahli yang
sudah paham tentang POPs dan isu yang akan saya share di sini 🤓 Mohon ijin untuk share yaaa 🙏
dan mohon bantuan untuk menambahkan kalau ada yang terlewat atau terlalu sulit untuk dipahami
🤓

Sebagai perkenalan, ijinkan saya memperkenalkan diri dalam 3 slides berikut ini. Sepuluh tahun
terakhir saya bermukim di Inggris, perjalanan hidup tidak bisa kita atur 😅 Saya mengalir aja 😅 Saya
ibu dari 2 gadis smart and tough, which I am proud of, yang sudah tumbuh dewasa. Saya juga juga
sudah punya satu cucu, yang insyaallah tumbuh sebagai Gen Alpha yang sehat, cerdas, dan tangguh,
bebas racun! 😅 😘 💪




Mohon maaf lagi sebelumnya, kalau nanti ada istilah-istilah dalam bahasa Inggris ya... 🙏

Untuk pengantar, silakan tengok video 6 menit tentang POPs yang diproduksi oleh IPEN (International
Pollutants Elimination Network): Tentang POPs.
https://youtu.be/2sW2pBl9R1A



POPs atau Persistent Organic Pollutants adalah senyawa dan campuran kimia-kimia yang digunakan
secara luas di sektor pertanian, industri, consumer good, toys dan elektronik. Fungsinya sebagian
besar adalah untuk membuat suatu produk tahan api, tahan air, mematikan hama, dan lain-lain.

Karena sifatnya global, digunakan di seluruh dunia, maka ada perjanjian internasional yang
mengaturnya, namanya Konvensi Stockholm. Sejak 2008 ketiga perjanjian international yang
mengatur kimiawi berbahaya dan limbah, bergabung menjadi satu, disebut Sinergi BRS (Basel,
Rotterdam and Stockholm Conventions). Websitenya di sini:
http://chm.pops.int/Home/tabid/2121/Default.aspx

POPs awal ada 12, lalu pada periode 2010- sekarang betambah lagi 16 POPs.




Pencetus POPs menjadi isu global ada beberapa peristiwa/events: Rachel Carlson yang mengamati
dampak pestisida terhadap kehidupan mikroorganisme dan lingkungan. Suasana musim semi di tahun
10940-1950 menjadi sepi karena burung-burung yang biasa berkicau menyambut spring, mati akibat
pesticide spray. Lalu saat perang Vietnam, AS menyemprotkan Agent Orange yang mengandung
dioxins untuk meluruhkan daun-daun agar pasukan Vietnam bisa keluar dari lubang-lubang
persembunyian. Dan peristiwa berikutnya adalah ditemukannya PCBs dan kimia-kimia lain di dalam
ASI ibu-ibu di Alaska, tempat yang jauh dari kwasan industri.

Karakteristik POP: Bioakumulasi dalam tubuh dan di lingkungan, bisa berjalan jauh dari sumber polusi,
dan biomagnifikasi dalam rantai makanan. Manusia sebagai ujung terakhir rantai makanan,
mengakumulasi semua racun. Penyakit2 yang ditimbulkan adalah kelompok-kelompok penyakit tidak
menular, seperti gangguan hormonal, diabetes, darah tinggi, kanker, lupus, dll.




Indonesia meratifikasi Konvensi Stockholm tahun 2009. Sebagai negara pihak dari Konvensi
Stockholm, Indonesia harus menyusun dan mengirimkan Rencana Implementasi Nasional (National
Implementation Plan/NIP) kepada Sekretariat Konvensi Stockholm. Yang pertama dikirimkan adalah
NIP tahun 2009 yang mencakup 12 POPs pertama (dirty dozen), lalu tahun 2014 setelah ada tambahan
POPs baru. Tahun ini seharusnya Indonesia menyusun dan mengirimkan NIP updae yang memasukkan
POPs baru, tetapi mungkin baru tahun depan bisa diselesaikan KLHK.

Tahun 2017, BaliFokus/Nexus3 dan Women Engage for Common Future (WECF), jaringan LSM
perempuan yang berkantor pusat di Jerman, melakukan kajian dimensi Gender dan Bahan-bahan
Kimia Berbahaya Beracun yang diatur dalam 3 konvensi BRS. Mohon maaf kami belum membuat
laporan versi Bahasa Indonesia-nya. Mungkin tahun depan kami terjemahkan 🙏

POPs di Indonesia ditemukan dalam berbagai produk dan biomarker (rambut, urin, darah, ASI) dan
tersebar di lingkungan serta dalam rantai makanan (dari semprotan pestisida dan pembakaran
terbuka seperti temuan dioksind alam telur di Jawa Timur). Beberapa studi terakhir juga sudah
mengidentifikasi POPs di udara dan dalam debu (studi BPPT: debu di Jakarta Pusat mengandung PBDEs
lebih tinggi daripada di luar Jakarta, diduga berasal dari computer-kompoter di gedung-gedung
perkantoran).


.... dan dalam ASI karena POPs menempel di jaringan lemak. Beberapa negara yang ikut melakukan
pemantauan POPs juga menemukan POPs dalam ASI. Indonesia tidak ikut dalam pemantauan global
tersebut karena Kementerian Kesehatan tidak mengijinkan sampel ASI diperiksa di luar negeri,
padahal di Indonesia belum ada laboratorium yang dapat memeriksa beberapa parameter POPs,
terutama dioxins. Namun demikian, ibu-ibu tetap disarankan memberikan ASI kepada bayi dan
balitanya karena manfaat ASI jauh lebih tinggi dibandingkan penggantinya/susu formula.

Beberapa produk yang mengandung Bahan-bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang diatur dalam
Basel, Rotterdam dan Stockholm serta Minamata Conventions dapat dilihat di sini. Saya lupa, ada
produk-produk yang mengandung TEFLON yang harus ibu-bapak BUANG, karena kimia anti lengket ini
ternyata karsinogenik. Jadi saya sarankan segera ganti alat masak (terutama) yang mengandung
teflon, segera diganti dengan alat masak keramik atau stainless steel.


SESI TANYA JAWAB

Q : “Boleh juga bertanya mengenai hasil penelitian Ibu Yuyun mengenai kandungan dioksin dalam
tahu dan tempe yang lumayan membuat heboh kolom2 berita di Indonesia.”

A : Terimakasih mbak Wina 🤓 Soal tahu dan tempe yang mengandung dioxins, saya tidak ikuta
bertanggung jawab 😅 karena kami TIDAK MEMERIKSA sampel tahu dan tempe. Coba dicheck lagi
siapa yang menyebarkan gosip itu 😅 Yang kami periksa hanya TELUR ayam kampung, BUKAN telur
ayam ras dari peternakan-peternakan di Indonesia... 🤓

Laporannya bisa diunduh di sini 🤓 : https://ipen.org/sites/default/files/documents/indonesia-egg-
report-v1_8-id-web.pdf

Q : “Bu Yuyun, apakah laporan ini boleh dishare?”

A : “Silakan. 😅 You have the right to copy and share the report widely 🤓 🙏 ”


Q : “malam ibu Yuyun, saya Anisyah. Jadi untuk makanan yang plant based, akan lebih tidak beresiko
mengandung POPs ya? bagaimana dg lemak nabati? apakah lebih mudah ditempeli POPs juga?”

A : “Plant based baik asalkan kita tau berasal mana. Ada beberapa pertanian organik yang di sekitarnya
masih pakai pestisida berbahaya. Lemak nabati lebih baik daripada lemak hewan, asalkan tidak
disemprot pestisida atau dekat lahan2 pertanian yang masih konvensional.”


Q : “Terima kasih bu Yuyun atas sharing ilmu ini. Saya ambil kesimpulan, berarti mau tidak mau kita
memang sudah terpapar POPs secara tidak sadar, karena dunia modern sudah terlalu jauh
mencampuri cara kerja alam.

Apakah ada penelitian yang menerangkan bahwa suatu daerah tertentu dianggap lebih "pure" dan
layak huni dibanding daerah-daerah lainnya? Apakah hasil-hasil penelitian ini menjadi rujukan
pemerintah untuk membuat regulasi tertentu terhadap dunia industri? Sudah sekuat apa pengaruh
dan implementasinya Bu?

A : “Terimakasih 🤓 Sayangnya saat ini tidak ada atau belum ada studi yang menunjukkan daerah
mana yang 'bersih' dan mana yang tidak natural. Mungkin yang paling gampang adalah pakai app Air
Visual yang menunjukkan konsentrasi kualitas udara PM2.5

Lobi industri (hampir semua sektor) sangat kuat. Untuk pelarangan pestisida berbahaya beracun yang
di seluruh dunia juga didesak untuk dilarang lewat Konvensi Stockholm, Indonesia belum bersedia
stop/larang karena produsennya di Indonesia sangat kuat menempeli pemerintah.”

Q : “Barusan malah saya lihat di IGTV mongabay.id katanya Google mau buat formula untuk
mempunahkan nyamuk 😅 ”

A : “Ouch...! 😖 Saya percaya semua mahluk hidup, besar, kecil, punya fungsi masing-masing dalam
rantai kehidupan. Memunahkan nyamuk akan mengganggu keseimbangan organisma”


Wina : “mengenai kadar PM 2.5 ini apakah ibu tau standar maksimum di udara sebaiknya berapa? dan
standar yang berlaku di indonesia berapa? Mengenai PM2.5 ini agak mencuat kemarin ketika terjadi
kebakaran hutan yang hebat.

Apabila racun-racun (by-product) yang dihasilkan dari kebakaran hutan sudah masuk ke aliran darah,
apa ada obatnya bu? karena teman-teman relawan banyak yang badannya "sakit" setelah terpapar
membantu memadamkan wildfires. salah satunya sahabat kami, Bang Daurie”

A : “Kalau mengacu pada standar WHO, batas aman tahunan PM2.5 adalah 10 µg/m3 dan batas aman
hariannya 25 µg/m3. Dalam PM2.5 sebetulnya ada komposisi zat2 kimia dan logam berat juga. PM2.5
akibat kebakaran hutan angkanya bisa mencapai diatas 1000 µg/m3 dan yang paling serem adalah
komposisi chemicals dalam PM2.5 particles.

Partikel halus dalam PM2.5 bisa masuk langsung dalam jaringan paru2 paling dalam (gelembung
alveoli paru) dan masuk ke peredaran darah. Detox-nya saya belum tau metoda apa yang paling baik
tapi kemungkinan harus kombinasi treatment dan hindari pergi lagi ke lokasi wild fires. Kekuatiran ini
pernah saya sampaikan juga kepada kawan-kawan Greenpeace terutama proteksi untuk para
relawan.”

Wina : “Chemical apa saja bu? bisa dijelaskan? Karena teman-teman banyak yang daerah tempat
tinggalnya terdampak asap karhutla. meski nggak di lokasi kebakaran, tapi bila asap menyebar hingga
ke daerah mereka, sebetulnya mereka terpapar partikel2 ini juga kah bu? Kenapa pemerintah nggak
ngasih warning atau edukasi yang lengkap mengenai ini ya?”

A : “😖 So sorry... 😖 Ada beberapa paper tulisan Prof Muhayatun Santoso BATAN yang mempreteli
kandungan bahan kimia dalam PM2.5. Nanti saya cari.”

Daurie : “Thanks Wina sudah ditanyakan 🙏
Iya bu Yuyun saya dan kawan-kawan relawan yang intens ke daerah kebakaran lahan / hutan,
merasakan efeknya bukan cuma sesak napas aja. Namun sakit kepala, mual, pusing, black out, dll.
Kadar PM 2.5 di kalteng pernah sampai 4000 saat kabut asap pekat 🙏 ”

A : “Untuk para petugas pemadam kebakaran, ada kimia lainnya lagi yang harus dilarang dan tidak
digunakan lagi: PFAS dalam fire fighting foam ☠ Untuk fire fighting foam AFFF, ini ada beberapa
laporannya. Penggantinya sudah ada kok, cuma tergantung peraturan negara aja. Mau melindungi
petugas pemadam kebakaran atau tidak. https://ipen.org/documents/global-pfas-problem-fluorine-
free-alternatives-solutions

Untuk laporan di Indonesia, bisa dibaca di sini https://16edd8c0-c66a-4b78-9ac3-
e25b63f72d0f.filesusr.com/ugd/13eb5b_40f350e287f642f79942fbe159a0832a.pdf
Maaf yang versi Bahasa Indonesia belum kelar 🙏

PFAS juga ada dalam pembungkus makanan yang anti minyak.”


Q : “Kalau wajannya bahan cast iron bagaimana Bu Yuyun?”

A : “Cast iron should be fine.”


Q : “Selamat malam bu Yuyun, saya Maya, kebetulan saya salah satu peracik natural skincare. Tapi
pertanyaan saya kali ini berkenaan dengan peralatan memasak. Sejauh mana residu timbal di dalam
peralatan memasak ini dapat masuk ke tubuh kita bu? Karena saya biasa menyeduh jamu di teko
"blirik" tempo dulu yang bahannya disebut dengan enamel. Apakah sekiranya antioxidant di dalam
rempah-rempah jamu saya sanggup menangkal residu si timbal dari tekonya?”

A : “Halo mbak Maya. Sebaiknya jangan pakai alat masak yang mengandung timbal atau teflon karena
dengan pemanasan, senyawa-senyawa tertentu bisa ikut berpindah ke dalam makanan/concoction
yang dibuat. Saya juga pernah cari2 referensi tentang alat masakah yang aman, yang paling mudah
dicerna ada di sini https://gimmethegoodstuff.org/safe-product-guides/cookware/

Q : “Thanks bu. Iya sudah tidak ber Teflon-an lagi, stainless steel sdh 2 tahunan. cuma masih si teko
blirik ini. Baru keingat tadi pagi. Stop deh besok.”


Q : “Untuk Kak Wina terima kasih banyak selama ini sudah memperkenalkan kami pada narasumber2
hebat dengan informasi yang kami butuhkan lewat grup ini hingga jadi lebih aware. Terima kasih
banyak Bu' Yuyun atas penelitiannya dan seluruh pihak terkait hingga kami bisa dipaparkan perihal
dampak nyata POPs di bbrapa wilayah Indonesia dan negara lainnya. Saya dapat ilmu baru dan mulai
takut kalau semua makanan sudah tercemar secara diam-diam. Saya baru mau konfirmasi soal
penelitian tentang tahu, Bu, tapi ternyata sudah diklarifikasi 😁 dan terkait soal besaran dampak
pncemaran dioxin, apakah akan ada penelitian lanjut, Bu? Di luar pulau jawa atau misalnya di
Sulawesi? Saya ririn, asal dari Makassar. Terima kasih sekali lagi atas informasinya.”

A : “Halo Ririn dari Makassar 🤓 Terimakasih untuk pertanyaannya. Kebetulan hari Jumat kemarin
kami mengeluarkan Press Release 😅 Dioxins: dari dua desa ke duabelas kota ☠ 😈 Silakan dibaca di
sini ya: https://www.nexus3foundation.org/single-post/2019/11/28/SIARAN-PERS-Dioksin-Dari-dua-
desa-ke-duabelas-kota

Sayangnya saat ini belum ada laporan pemantauan POPs, kata mas Anton BCRC SEA kemarin waktu
ngobrol di Geneva, mungkin pertengahan tahun depan hasil analisa lab-nya keluar, meskipun titik
sampling yang diambil hanya 1 titik, dari stasiun BMKG di Kemayoran.”

Q : “Oh iya terima kasih informasinya, semoga penelitian Ibu selanjutnya berjalan lancar, sehat selalu,
Bu.”

A : “Trimakasih Ririn 🤓 Kamu juga yaaa... Titip pasang mata rencana insinerator di Makassar yaaa...
Kalo dekat rumahmu, JANGAN mauuuu 😖 ”


Q : “Bu Yuyun, sekiranya bu, apa yang ibu makan kesehariannya jika ibu sedang di Indonesia? Saya
menangkap saran ibu untuk kurangi lemak. Namun di slide atas juga diterangkan di susu, telur, ikan,
grains. Maaf jika pertanyaan saya receh sekali Bu🙏 ”

A : “Di Indonesia saya biasanya sarapan tahu, tempe dan telur ceplok 😅 gak terlalu banyak yoghurt,
susu, atau keju karena badan saya tidak terlatih mencerna dairy produk. Tahu dan tempe berasal dari
soya/kedelai, kandungan lemaknya tidak tinggi.”


Afif ABN (Q) : Terima kasih Ibu Yuyun atas penjelasannya, dan info Bu untuk pengujian dioksin
sekarang di Indonesia sudah ada Bu Laboratorium Saraswanti mereka sudah bisa melakukan analisa
ini.”

A : Siaaap...! Dikirim ke luar negeri atau dianalisa di Jakarta? Pakai metoda apa?”

Afif ABN : “Dianalisa di Bogor Bu, dia menggunakan metode ekstraksi untuk memisahkan lemak
dilanjutkan dengan fraksinasi Bu dan di lanjutkan ke Cromatography Gas atau LC”

A : “I see... OK. Mungkin kita bisa japril lebih detail soal ini.”

Wina : “Pakai Dextech?”

Afif ABN : “Iya Bu betul untuk proses fraksinasinya.”


Q : “Apakah jika POP masuk ke tubuh manusia, bisa diekskresikan oleh tubuh? Dan bagaimana cara
mendeteksi POP yang terakumulasi dalam tubuh? Apakah di Indonesia ada alat kesehatan yang dapat
mendeteksi POP di dalam tubuh?”

A : “Halo Isna 🤓 Sebetulnya kalau kita hentikan sumber pajanannya, sebagian besar polutan bisa
keluar dari tubuh kita. Tetapi mau detox atau pakai obat-obatan belum tentu juga bisa mengeluarkan
racun POPs dari dalam tubuh, karena POPs tidak bisa dieksresikan segera. Mungkin bisa dikeluarkan
tetapi pelan-pelan dan lama sekali, itu pun kalau kita pindah ke tempat yang steril.

Kalau alat kesehatan, rasanya belum ada ya? Harus periksa darah.”


Q : “Selamat malam Ibu Yuyun. Terima kasih atas penjelasannya mengenai POPs, sangat mudah
dipahami. Mengenai POPs yang terkandung pada ASI, apakah negara lain cukup tinggi presentasinya?
Dan apa dampak langsung pada bayi? Terima kasih 😊

A : Ada beberapa studi POPs dlm ASI. Yang ini dari Belgia. Di pedesaan, yang terdeteksi DDT, di urban
BDE (Flame retardants).




Yang ini di Stockholm, dioxinnya turun tapi PBDE (flame retardants meningkat).



Dampak terhadap bayi/anak belum bisa dideteksi karena:
- bayi masih rentan utk diambil biomarkernya
- butuh waktu utk melihat dampak

Yang mungkin akan terlihat a.l:
- gangguan hormon
- autistic
- ADHD
- leukimia
- dll


Childhood/infant leukimia adl kasus kanker yang paling banyak ditemukan di Eropa. Tapi hubungan
causal relationship masih belum banyak.”


Q : “sekaligus menyesakkan dada (tapi kita memang perlu tau, sepahit apapun kenyataannya).

Saya mau tanya, apakah sudah ada respon ke dari pemerintah daerah ataupun pusat terkait hasil
penelitian di Tropodo? Apakah mereka menerima atau menolak penelitian ini?

Saya pernah hadir di seminar KLHK, dimana salah satu pejabatnya menolak hasil studi Jambeck
(indonesia penghasil sampah plastik di laut nomor 2 dunia) & jg hasil pantauan AQI Jakarta dgn alasan
samplingnya tidak akurat.

A : “Memang gampang2 susah untuk menyampaikan informasi-informasi penting seperti ini kepada
publik. Di satu sisi kita ingin pemerintah seharusnya melindungi warganya tanpa menimbulkan
keresahan, di lain pihak, konsekuensi berikutnya dari hasil temuan akan meminta keseriusan lebih
jauh dan dana yang tidak sedikit. Jadi kadang dalam bbrp hal, mungkin (mungkin lho ya 😅 ), lebih baik
tidak menanggapi release/pertanyaan/temuan karena yang berwenang jadi harus kerja extra untuk
mengklarifikasi, membuktikan, mengambil tindakan mitigasi dan preventif. 😅

Waktu di Geneva minggu lalu, kami dari IPEN mengambil inisiatif mengundang ibu Menteri KLHK dan
delegasi Indonesia untuk menjelaskan laporan telur dioksin yang menghebohkan 😅 Sayangnya bu
menteri dan bu DirJen PSLB3 tidak bisa ikut hadir langsung tetapi mendelegasikannya kepada DIrektur
B3 KLHK, BCRC SEA dan beberapa kawan anggota delegasi RI (DELRI). Kami menjelaskan secara rinci
apa yang kami lakukan dan DELRI menerima penjelasan kami/IPEN.”


Q : “Malam Bu saya Afif Bu, ingin menanyakan adakah NAB (Nilai Ambang Batas) untuk POPs ini Bu?”

A : “Ada, terutama dalam makanan, ada di BPOM kok. Standarnya di Indonesia sama dengan di Eropa,
udah ketat, tapi TIDAK ADA PEMANTAUAN 😅 ”

Q : “Hehehe iya Bu betul, isu dioksin sdh pernah saya dengar sejak 2014 waktu itu BPOM membuat
klasifikasi ini. Tetapi memang pengawasannya yang mungkin belum maksimal, mungkin harus dimulai
dari kita ya Bu yang peduli atas itu.”


Q : “Malam bu, mau tanya, ini belum diperiksa saja yg telur dari peternakan, atau ada alasan tertentu
kenapa tidak diperiksa (misal : dianggap lbh aman)? Jadi keder mau konsumsi telur 😅 ”

A : “Hehehe… iya. Biasanya ayam ras khan gak jalanjalan. Ayam kampung (free-range chicken) yang
seneng jalan-jalan dan bebas berkeliaran. Kalau di kampung dan di luar negeri, free range chicken
lebih mahal karena asumsinya ayamnya lebih sehat, lebih happy dan makanannya natural. Tapi kalau
ayam kampung/free-range chicken-nya diternakkan di sebelah incinerator, atau dekat tempat open
burning seperti di Desa Bangun atau dekat-dekat TPA sampah kota yang sering kebakaran atau di
sebelah pabrik tahu seperti di Tropodo, yajadi pada makan biji-bijian yang tercemar dioxin dari asap
pembakaran plastic.

Ayam ras dari peternakan2 biasanya gak lari2, dikerem di kandang (kadang padat, tidak berperi
kehewanan). tapi di Eropa 10 tahun yang lalu pernah ada kasus pakan ayamnya dari biji2an yang


tercemar dioxins. Sehingga ribuan semua telur yang sedianya akan diekspor ke UK, harus
dimusnahkan.”

Q : “Perancis bukan bu?”

A : “Belgium https://www.farminguk.com/news/new-dioxin-egg-scare-hits-belgium_53681.html
dan Germany”


Q : “Kenapa kanker sudah seperti flu jaman gini”

A : “Yup! Itu lah... Kalau di negara lain selalu akan dicari kaitan sebab-akibatnya. Di Kemenkes harusnya
kajian dan kebijakan ada di bawah Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Non-
Communicable Diseases/NCDs) tapi baik di KLHK maupun di Kemenkes, kandungan kimia dalam
produk, tidak ada yang urus. Jadi kami juga pusing kalau mengadvokasi isu2 terkait temuan hazardous
chemicals in products, kudu samaikan kepada siapa karena seringkali diping-pong terus... 😒 Lalu nanti
komentarnya: ah LSM bikin heboh aja sebar berita hoax... 😒 ”

Sarah : “Anyway Bu Yuyun, temen saya ada yg study tentang data-data kanker dunia. Indonesia bukan
termasuk di 50 besar memang... Malah (lebih) tinggian singapura. Si temen aku ini curious "Mae, kl di
SG apa ada insenerasi masif ya, tapi samar, senyap ga keliatan gitu hasil bakarannya" Aku belum bisa
jawab.”


Q : “Secara umum, hal apa saja yg ibu & anak-anak ibu jauhkan dari sang cucu? (Terkait dgn POP &
toksin lain). Anak saya umur 7 & 2 thn, tentunya concern utama ibu-ibu kaya saya adalah keamanan
& kesehatan anak-anak.”

A : “Hmm.. sekarang ini informasi tentang food safety sudah banyak ya. Saya berikan anak-anak saya
kebebasan untuk mencari informasi sendiri. Tapi karena mereka anak-anak saya, udah pada ngerti
dan cermat memilih produk 😅 😘 ❤ Apalagi anak sulung saya punya alergi dan ada krucil yang
kemungkinan juga ada alergi tertentu (generik dari bapak dan ibu). Sebaiknya check dulu apakah
tubuh kalian punya alergi tertentu atau imun sistem yang tidak normal, setelah itu baru pilih produk
sesuai kondisi kesehatan masing-masing.”


Q : “Untuk kontaminasi pada ikan apakah tinggi juga bu?”

A : “Kontaminasi POPs pada ikan belum banyak studinya, tapi logam berat seperti merkuri dalam ikan
dan produk laut, sudah banyak 😖 😖 Ini juga yang tidak mekanismenya di pemerintah: siapa yang
harus mengumumkan kepada publik bahwa ikan jenis tertentu dari daerah anu tidak aman dikonsumsi
😖 Kami juga diping-pong terus waktu menyampaikan temuan yang mengkhawatirkan tapi belum bisa
kami rilis. 😖 ”





PENUTUP

Baik. saya sudahi berbagi hari ini tentang POPs. Semoga menambah pengetahuan kawan2, bapak2,
ibu2 Terimakasih banyak kepada mbak Wina dan kawan2 di WAG White Label Skincare
Semoga lain waktu bisa berbagi lagi untuk isu lain. Dalam situasu tidak ada arahan atau himbauan dari
pemerintah, kita sebagai konsumen harus cerdas dan berusaha sendiri, bertanya kepada banyak
pihak, kritis dan cermat, agar kesehatan keluarga kita terjaga.




LAMPIRAN

1Lbo9 l..

Breast Milk Monitoring


HighlightsF
as they do in the environment. Breast milk the studies described below, more is known
Programs (BMMPs): mimics sediments of rivers or lakes as a about the breast milk contamination and
Worldwide Early Warning storage reservoir for POPs, serves as an POP body burdens of the mother, infant,
System for Polyhalogenated indicator of past human exposures or envi- and child living in Ukraine or Kazakhstan
POPs and for Targeting Studies ronmental conditions, and complements than, for example, about similar groups liv-
in Children's Environmental environmental monitoring data in air, ing in California (Figure 2) (11).
Health water, soil, and food. What do the studies in Ukraine and
POPs can be especially hazardous Kazakhstan show? First, they are the first
(See Gladen et al., p. 459) because, once released into the environment, robust assessments of POP body burdens
they invariably end up in breast milk and in in former Soviet Union countries, albeit
Dniprodzerzhinsk, Kyiv, and Qzyl-Orda, the infant. 2,3,7,8-Tetrachlorodibenzo-p- with different objectives and study designs.
names unfamiliar to most of us, are cities dioxin (TCDD) levels, for example, in the Second, they demonstrate the versatile and
located literally on the other side of the infant at birth are 25% of the maternal levels valuable role of breast milk analysis in
globe, 12 time zones away, in the former (4). Breast-fed infants typically ingest exposure assessment. Third, the contami-
Soviet Union countries of the Caucasus or TCDD at 50-100-fold higher levels than nation measured was not as severe as antic-
Central Asia. Two exposure assessments of adults, on a body-weight basis (5,6). Infants ipated, although body burdens of some
polychlorinated persistent organic pollutants absorb 90% of the ingested TCDD (7) and POPs were 5- to 30-fold higher than in
(POPs), including the organochlorine pesti- may exceed the adult acceptable daily intake. European countries.
cides (OCPs), polychlorinated biphenyls Breast milk monitoring programs In the Ukraine study, Gladen et al.
(PCBs), and polychlorinated dibenzodioxins (BMMP) are valuable as early warning sys- measured levels of several POPs in a large
and furans (PCDDs/PCDFs), are part of tems for POPs. BMMPs, using standardized number (200) of participants in a reproduc-
longer term studies of children's health in collection and analytical protocols estab- tion/child health study of urban popula-
these regions, and are described in this and lished by the World Health Organization tions in which samples of colostrum (milk
recent issues of EHP (1-3). These studies (8), operate in several European countries < 5 days after birth) were collected and
use breast milk as a convenient, noninvasive including Sweden, Germany, and the archived from the two major cities of
means of estimating body burdens of these Netherlands. Time-trend data from Dniprodzerzhinsk and Kyiv. Mothers were
POPs in the mother, fetus, infant, and BMMPs indicate the effectiveness of regula- selected without regard to parity, with half
child. They illustrate the global interest in tory actions and provide early warning of under 30 years of age (81% primiparae)
children's environmental health, particularly POP chemicals of emerging concern. Time- and half older (33% primiparae). The small
from exposures to POPs, whose stability trend data, for example, from BMMPs (5 mL) sample volume and use of gas chro-
makes them intrinsically hazardous, and indicate that POP levels are declining in matography with electron-capture detector
hint at the formidable challenges, both sci- many Western European countries (Figure (GC/ECD) limited chemical analysis to
entific and nonscientific, that await 1) (9,10), indicating effective regulation. major POPs that were present at high
researchers undertaking such studies. Recent published results from a Swedish (nanograms per gram of fat) levels, includ-
Breast milk is an ideal medium for BMMP show a dramatic 5-fold increase ing 9 common chlorinated pesticides and
assessing exposures to POPs. POPs enter over the past decade in contaminant levels 18 major PCB congeners. Using GC/ECD,
humans largely as contaminants of dietary of a polybrominated diphenyl ether large numbers of samples can be analyzed
animal products, where they sequester in (PBDE), a flame retardant, in breast milk relatively cheaply.
adipose tissue, serum, and breast milk and (Figure 1) (9), indicating a new chemical of Viable comparisons with European
equilibrate at similar levels on a fat weight concern. There are no BMMPs to deter- countries could be made because POP lev-
basis. With long (5-10 year) half-lives, mine past or present PBDE levels or time els in colostrum and milk had been shown
POPs persist in humans and in breast milk trends in the United States. As seen from to be similar in earlier studies: median levels
. 100
4,000
l0
'D/PCDF/PCB) Breast milk

3,000

w 0

40

LU
20

20
1972 1976 1980 1984 1990 1992 1996 World* United Californiab KZ urban' KZ villagesc KZ state Seveso'
Statesa farmsd
Figure 1. Persistent organochlorine pollutant levels in breast milk in Figure 2. TCDD levels in breast milk and serum from residential populations. KZ,
Stockholm, Sweden. Abbreviations: PBDE, polybrominated diphenyl ether; Kazakhstan. Numbers above bars indicate numbers of donors.
PCDD/PCDF/PCB, polychlorinated dibenzo-p-dioxin and dibenzofuran and aData from the International Agency for Research on Cancer ( 10). bStockton, California;
polychlorinated biphenyl; TEQ, toxic equivalent. Adapted from Noren and data from Hooper et al. ( 11). cData from Hooper et al. (2). dData from Hooper et al. (31 [n = 17
Merironyte (9) with permission from Organohalogen Compounds in zone A (53 pg/g) and n = 23 in zone B (21 pg/g)l. eSerum geometric mean from zone A res-
(Ecoinforma Press). idents sampled in 1992-1993; data from Landi et al. (14).

Environmental Health Perspectives - Volume 07, Number 6, June 1999 429

Research Highlights

of some PCBs and dichlorodiphenyl- TCDD as the dominant congener, resembled organochlorine pesticides in southern Kazakstan.
dichloroethylene (DDE) in milk 6 weeks the "signature" profile for the defoliants Environ Health Perspect 105:1250-1254 (1997).
2. Hooper K, Petreas MX, Chuvakova T, Kazbekova G,
after birth were 80-90% of levels measured 2,4,5-T and Agent Orange (50% 2,4,5-T). Druz N, Seminova G, Sharmanov T, Hayward D, She
in colostrum (12). Most chlorinated pesticides TCDD-contaminated batches of 2,4,5-T were J, Visita P, et al. Analysis of breast milk to assess
and PCB congeners in the Ukraine were com- produced in Russia in the 1960s. The rural exposure to chlorinated contaminants in Kazakstan:
region lies in the fourth largest cotton-growing high levels of 2,3,7,8-tetrachlorodibenzo-p-dioxin
parable to levels of Western Europe, but DDE (TCDD) in agricultural villages of southern Kazakstan.
was 2- to 5-fold higher, and 3-hexachlorocy- region in the world, and defoliants were Environ Health Perspect 106:797-806 (1998).
clohexane (P-HCH) levels were 3-1 0-fold reportedly aerially applied on cotton for 20 3. Hooper K, Chuvakova T, Kazbekova G, Hayward D,
higher. POP levels were higher in the industri- years, from 1965 to 1985 (3). Tulenova A, Petreas MX, Wade TJ, Benedict K,
Cheng YY, Grassman J. Analysis of breast milk to
al city of Dniprodzerzhinsk than in the capital Congener-specific profiles and ratios assess exposure to chlorinated contaminants in
city of Kyiv. More importantly, Gladen et al. pinpointed TCDD contamination to a clus- Kazakhstan: sources of 2,3,7,8-tetrachlorodibenzo-p-
show the utility and convenience of colostrum ter of cotton-growing state farms adjoining dioxin (TCDD) exposures in an agricultural region of
southern Kazakhstan. Environ Health Perspect
as a monitoring medium, with the advantage an agricultural catchment basin (3). The 107:447-457 (1999).
of collection at hospitals. food supply was widely contaminated. The 4. Koppe JG, Olie K, van Wijnen J. Placental transport
The Kazakhstan study (1-3) was the exposure, apparently chronic and long term of dioxins from mother to fetus. Dev Pharmacol Ther
18:9-13 (1992).
first comprehensive, congener-specific eval- (> 20 years), still persists. Future efforts 5. Lindstrom G, Hooper K, Petreas M, Stephens R,
uation of polychlorinated contaminants in a focus on identifying the major sources of Gilman A. Workshop on perinatal exposure to dioxin-
former Soviet Union country, analyzing the TCDD exposures (e.g., fish in the adjacent like compounds. I. Summary. Environ Health
Perspect 103(suppl 2):135-142 (1995).
17 PCDDs/PCDFs and 40 dioxinlike co- reservoir) and on adverse health outcomes in 6. Patandin S, Dagnelie PC, Mulder PGH, Op de Coul E,
planar PCBs in breast milk by gas chro- women, infants, and children. van der Veen JE, Weisglas-Kuperus N, Sauer PJJ.
matography-high resolution mass spectrom- As seen in these studies, BMMPs perform Dietary exposure to polychlorinated biphenyls and
etry (HRGC/HRMS), and 19 OCPs by valuable functions: they identify areas of POP dioxins from infancy until adulthood: a comparison
between breast-feeding, toddler, and long-term
GC/ECD (1-3). Congener-specific analyses contamination; they assess maternal and peri- exposure. Environ Health Perspect 107:45-51 (1999).
of PCDDs/PCDFs and PCBs by HRGC/ natal body burdens; and they identify at-risk 7. Abraham K, Knoll A, Ende M, Papke 0, Helge H.
HRMS, in contrast to the Ukraine study, populations of mothers, infants, and children Intake, fecal excretion, and body burden of polychlo-
rinated dibenzo-p-dioxins and dibenzofurans in
required large individual volumes (100 mL) in need of follow-up health outcome studies. breast-fed and formula-fed infants. Pediatr Res
of breast milk and cost 5-fold more than They also evaluate the effectiveness of regula- 40:671-679 (1996).
GC/ECD. Thus, selection of participants tory strategies for POPs, including pollution 8. WHO. Levels of PCBs, PCDDs and PCDFs in Breast
Milk: Results of WHO-coordinated Interlaboratory
was critical. POP levels in breast milk preventioni and hazardous waste manage- Duality Control Studies and Analytical Field Studies
change with age and parity of the mother; ment, and provide data for successful regula- (Yrjanheikki EJ, ed). Environmental Health Series Rpt
TCDD, for example, increases with age of tory decision making. BMMPs are needed in 34. Copenhagen:World Health Organization Regional
Office for Europe, 1989.
the mother and decreases with increasing the United States for data gaps, especially for 9. Noren K, Meironyte D. Contaminants in Swedish
parity (roughly 20-25% with each breast- PCDDs/PCDFs, PCBs, PBDEs, and other human milk. Decreasing levels of organochlorine
fed child) (13). Selection of the study popU- emerging POPs of interest. A network of and increasing levels of organobromine compounds.
lations (n = 145) controlled for parity health care providers could function as a Organohalogen Compounds 38:1-4 (1998).
10. IARC. Polychlorinated dibenzo-para-dioxins. In: IARC
(primiparae) and lactation period (2-8 national BMMP, with maternity health Monographs on the Evaluation of Carcinogenic Risks
weeks) and avoided economic and cultural maintenance organizations collecting to Humans. Vol 69: Polychlorinated Dibenzo-dioxins
selection biases. colostrum samples to assess POP levels in the and Dibenzofurans. Lyon: International Agency for
Research on Cancer, 1997;33-636.
POP levels were similar to those of general population. Lower income groups 11. Hooper K, Petreas MX, She J, Visita P, Winkler J,
Western Europe, except that 3-HCH levels may have higher risks for POP exposures. McKinney M, Cheng YY, Reisberg B, Ruhstaller K.
were 2-40-fold higher and levels of TCDD The Supplemental Nutrition Program for Analysis of Breast Milk to Assess Exposure to
Chlorinated Contaminants in Ethnically Diverse
were remarkably high in samples from rural Women, Infants, and Children (WIC) Populations of Stocktom, California. HML Report.
villages in a southern cotton-growing region Centers could collect milk samples to assess Berkeley, CA:Hazardous Materials Laboratory, 1999.
(1,2). The TCDD levels, 20-fold higher levels in these underserved populations. 12. Rogan WR, Gladen BC, McKinney JD, Carreras RN,
Hardy P, Thullen J, Tingelstad J, Tully M.
than U.S. levels, approached present levels Polychlorinated biphenyls (PCBs) and dichloro-
found in trichlorophenol or 2,4,5-trichloro- Kim Hooper diphenyl dichloroethane (DDE) in human milk: effects
phenoxyacetic acid (2,4,5-T) production Hazardous Materials Laboratory of maternal factors and previous lactation. Am J
Public Health 76:172-177 (1986).
workers with past occupational exposures California Environmental 13. Beck H, Dross A, Mathar W. PCDD and PCDF expo-
(10) or in residents contaminated by an Protection Agency sure and levels in humans in Germany. Environ
industrial explosion in zone A of Seveso, Berkeley, California Health Perspect 102(suppl ):173-185 (1994).
Italy (14) (Figure 2). 14. Landi MT, Consonni D, Patterson DG Jr, Needham LL,
Lucier G, Brambilla P, Cazzaniga MA, Mocarelli P,
Congener-specific analysis was powerful in REFERENCES AND NOTES Pesatori AC, Bertazzi PA, et al. 2,3,7,8-Tetrachloro-
identifying the center of the TCDD contami- dibenzo-p-dioxin plasma levels in Seveso 20 years
after the accident. Environ Health Perspect
nation in Kazakhstan and the likely source of 1. Hooper K, Petreas MX, She J, Visita P, Winkler J,
McKinney M, Mok M, Sy F, Garcha J, Gill M, et al. 106:273-277 (1998).
exposure. The distinctive PCDD/PCDF con- Analysis of breast milk to assess exposure to chlori-
gener profile found in the milk samples, with nated contaminants in Kazakstan: PCBs and

430 Volume 107, Number 6, June 1999 * Environmental Health Perspectives

Anda mungkin juga menyukai