Anda di halaman 1dari 5

SOAL TTM Ke-1

Mata Kuliah Materi & Pembelajaran IPD SD

1. Di areal pertanian kentang di dieng kabupaten wonosobo, banyak tanaman kentang yang
mati akibat busuk daun apabila terkena kabut. Padahal, biasanya turunnya kabut tidak
menyebabkan kerusakan pada tanaman kentang. Dari peristiwa ini, susunlah langkah-
langkah metode ilmiah untuk mengatasi permasalah tersebut !
2. Beras merupakan makanan pokok yang dikonsumsi sebagian besar orang Indonesia. Fakta
di lapangan menunjukkan bahwa konsumen pada umumnya mencari dan membeli beras
yang putih dan bersih. Hasil sudah petugas BPOM menemukan beras yang mengandung zat
pengawet, seperti formalin, boraks, dan zat pemutih seperti klorin. Hal ini tentu sangat
merugikan konsumen dari segi kesehatan dan kualitas beras. Bagaimana langkah-langkah
metode ilmiah yang dapat dilakukan konsumen untuk mengetahui kandungan zat pemutih
pada beras?
3. Apakah kelebihan dan kekurangan pembelajaran kontruktivisme?Berikan contoh penerapan
pembelajaran kontruktivisme dalam pembelajaran IPA di SD!
4. Dalam klasifikasi makhluk hidup dikenal tingkatan-tingkatan takson. Jelaskan tingkat takson
dalam klasifikasi makhluk hidup, beserta contohnya !
5. Jelaskan macam –macam adaptasi beserta contohnya ( minimal 5 ) !

==============================================================

JAWAB

1. Metode ilmiah dari peristiwa tersebut adalah:


1. Melakukan Observasi
Di areal pertanian kentang di Dieng Kabupaten Wonosobo banyak tanaman kentang yang
mati akibat busuk daun apabila terkena kabut. Padahal biasanya turunnya kabut tidak
menyebabkan kerusakan pada tanaman kentang.
2. Merumuskan masalah
Rumusan masalah yang diambil adalah "Apakah kabut berpengaruh terhadap kematian
tumbuhan kentang di Dieng Kabupaten Wonosobo?"
3. Pengumpulan Data
Tempat penanaman kentang kentang di Dieng Kabupaten Wonosobo terdapat di kaki
gunung Sindoro dan Sumbing yang masih aktif (Gunung Berapi). Disana terdapat banyak
kandungan belerang atau sulfur yang berasal dari gunung berapi tersebut. Sulfur dapat
bereaksi dengan oksigen membentuk sulfur dioksida dan nitrogen oksida. Zat-zat tersebut
berdifusi ke atmosfer dan bereaksi dengan air untuk membentuk asam sulfat dan asam
nitrat yang mudah larut sehingga jatuh bersama air hujan yanh disebut hujan asam. Air
hujan yang asam tersebut akan meningkatkan kadar keasaman tanah dan air permukaan
yang terbukti berbahaya bagi kehidupan ikan dan tanaman. Hujan asam sangat tidak baik
bagi tanaman karena menjadikan tanaman menjadi busuk hingga mati.
4. Hipotesis
Dari data diatas maka hipotesis penelitian dapat berupa: Tidak ada pengaruh kabut
terhadap kematian tumbuhan kentang di Dieng Kabupaten Wonosobo.
5. Eksperimen  
 Alat dan Bahan:
a. Tanaman Kentang
b. Sulfur(Belerang) secukupnya
c. Air
 Praktikum:
a. Mencampurkan air dan Sulfur(Belerang) secukupnya.
b. Cipratkan/siram tanaman menggunakan larutan yang sudah dicampurkan
tersebut.
c. Amati tanaman selama beberapa hari.
6. Mengolah Hasil Data
Ternyata, setelah beberapa hari, tanaman kentang membusuk dan mati. Dari eksperimen
diatas, terbukti bahwa matinya dan busuknya tanaman Kentang di Dieng Kabupaten
Wonosobo disebabkan oleh hujan asam yang terjadi di daerah tersebut.
7. Kesimpulan  
Hujan asam terjadi karena bereaksinya sulfur dan oksigen yang membentuk sulfur
dioksida dan nitrogen dioksida. Zat-zat tersebut sangat berbahaya bagi tanaman. Zat-zat
tersebut membuat tanaman membusuk dan akhirnya mati. Salah satu cara mencegah
hujan asam adalah menyemprotkan kapur agar menetralkan hujan asam karena kapur
bersifat basa.

2. Metode ilmiah dari peristiwa tersebut adalah:


1. Melakukan Observasi
Di Indonesia konsumen pada umumnya mencari dan membeli beras yang putih dan
bersih. Hasil petugas BPOM menemukanberas yang mengandung zat pengawet, seperti
formalin, boraks, dan zat pemutih seperti klorin. Hal ini tentu sangat merugikan
konsumen dari segi kesehatan dan kualitas beras.
2. Merumuskan masalah
Rumusan masalah yang diambil adalah "Apa yang dapat dilakukan konsumen untuk
mengetahui kandungan zat pemutih pada beras?"
3. Pengumpulan Data
Mengumpulkan sejumlah fakta dari berbagai sumber dipercaya, tentang bahayanya
mengkonsumsi beras yang mengandung zat pemutih.
4. Hipotesis
Membuat hipotesis tentang pengaruh penggunaan zat pemutih, seperti klorin dalam beras
yang dapat membahayakan tubuh manusia. Sehingga para konsumen harus lebih teliti dan
waspada terhadap pemilihan beras yang akan dikonsumsi dengan cara tidak memilih
beras yang terlalu putih dan terlalu pucat,berbau menyengat, serta tidak ada campuran
dedek ataupun batu kerikil akan tetapi lebih akuratnya harus melalui uji laboratorium.
5. Eksperimen  
 Alat dan Bahan:
Beras
Iodine
 Praktikum:
Beras di tetesi dengan iodine
6. Mengolah Hasil Data
Sampel beras positif mengandung klorin jika setelah penambahan dengan betadine
menghasilkan warna putih keruh.
7. Kesimpulan  
konsumen harus lebih teliti dan waspada terhadap pemilihan beras yang akan dikonsumsi
dengan cara memilih beras yang memilki BPOM, tidak memilih beras yang terlalu putih
dan terlalu pucat,berbau menyengat, serta tidak ada campuran dedek ataupun batu kerikil
akan tetapi lebih akuratnya harus melalui uji laboratorium.

3. Kelebihan pembelajaran konstruktivisme : melibatkan konsepsi siswa, ada interaksi sosial,


terjadi konflik kognitif, siswa mendapat kesempatan untuk mengklarifikasi konsepsi baru
dan konsepsinya melalui kegiatan (pengamatan, percobaan, penyelidikan, mencari sumber
bacaan atau sumber lainnya. Kekurangan pembelajaran konstruktivisme : waktu lebih
panjang, guru perlu memperkirakan konsepsi awal siswa melalui apersepsi dan
menggunakan untuk membantu siswa membangun konsep atau peengetahuannya.
Contoh penerapan pembelajaran konstruktivisme dalam pembelajaran IPA di SD :
Contohnya mengenai cecak atau cacing tanah. Mereka menduga cecak atau cacing tanah
hanya satu macam, padahal keduanya terdiri lebih dari satu genus. Berikut model yang akan
dicontohkan mengenai cacing tanah melalui 3 tahap dalam pembelajaran konstruktivisme .
1. Fase Eksplorasi
a. Diperlihatkan tanah berisi caacing dan diajukan pertanyaan: “Apa yang kamu ketahui
tentang cacing tanah?”.
b. Semua jawaban siswa ditampung (ditulis di papan tulis jika perlu).
c. Siswa diberi kesempatan untuk memeriksa keadaan yang sesungguhnya dan diberi
kesempatan untuk merumuskan hal-hal yang tidak sesuai dengan jawaban mereka
semula.
2. Fase Klarifikasi
a. Guru memperkenalkan macam- macam cacing dan spesifikasinya.
b. Siswa merumuskan kembali pengetahuan mereka tentang cacing tanah.
c. Guru memberikan masalah berupa pemilihan cacing yang cocok untuk
dikembangbiakkan.
d. Siswa mendiskusikannya secara berkelompok dan merencanakan penyelidikannya.
e. Secara berkelompok siswa melakukan penyelidikan untuk menguji rencananya.
f. Siswa mencari tambahan rujukan tentang manfaat cacing tanah dulu dan sekarang.
3. Fase Aplikasi
a. Secara berkelompok siswa melaporkan hasilnya, dilanjutkan dengan penyajian oleh
wakil kelompok dalam diskusi kelas.
b. Secara bersama-sama siswa merumuskan rekomendasi untuk para pemula yang ingin
ber-“ternak” cacing tanah.
c. Secara perorangan siswa membuat tulisan tentang peri kehidupan jenis cacing tanah
tertentu sesuai hasil pengamatannya.

4. Tingkat takson dalam klasifikasi makhluk hidup beserta contohnya sebagai


berikut:
1. Kingdom
Kingdom merupakan tingkatan takson tertinggi dengan jumlah anggota takson
terbesar. Organisme di bumi dikelompokan menjadi beberapa kingdom, antara lain
kingdom animalia (hewan), kingdom plantae (tumbuhan), kingdom fungi (jamur),
kingdom monera (organisme uniseluler tanpa nukleus), dan kingdom protista
(eukariotik yang memiliki jaringan sederhana).
2. Filum atau Divisio
Filum atau divisio meupakan tingkatan takson yang menghimpun beberapa kelas
yang memiliki persamaan ciri-ciri. Filum digunakan untuk takson hewan, sedangkan
Divisio digunakan untuk takson tumbuhan. Contoh filum adalah filum chordata ,
filum echidermata (hewan berduri), filum platyhelminthes (cacing pipih).
3. Kelas
Kelas atau Classis adalah suatu tingkat atau takson dalam klasifikasi ilmiah hewan
dan tumbuhan dalam biologi. Beberpa ordo yang memiliki persamaan ciri
dimasukkan dalam satu kelas. Contohnya, mamalia adalah kelas untuk hewan
vertebrata, di mana filumnya adalah chordata (hewan dengan tulang belakang) dan
familianya adalah karnivora (hewan pemakan daging).
4. Ordo (bangsa)
Ordo adalah tingkatan takson yang menghimpun beberapa famili. Famili Canidae
(kelompok serigala), famili Felidae (kelompok kucing), dan famili Ursidae
(kelompok beruang) membentuk ordo Carnivora (bangsa pemakan daging)
5. Famili (suku)
Famili adalah tingkatan takson yang anggotanya terdiri dari beberapa genus (marga).
Genus Solanum (marga kentang) bersama-sama dengan genus Capsicum (marga
cabai) dimasukkan dalam suku Solanaceae (suku terung-terungan).
6. Genus (marga)
Beberapa jenis atau spesies yang memiliki kesamaan ciri dimasukkan dalam genus
yang sama. Genus adalah tingkatan takson yang memiliki beberapa spesies sebagai
anggotanya. Misalnya kuda (Equus cabalus) dan kedelai (Equus asinus) berbeda
spesies, tetapi mereka masih dalam satu genus yaitu genus Equus yang artinya
kelompok hewan berkuku satu.
7. Spesies (jenis)
Spesies atau jenis merupakan takson yang menjadi satuan atas unit dasar klasifikasi.
Anggota takson spesies memiliki paling banyak persamaan ciri. Organisme
dimasukkan dalam satu spesies yang sama jika organisme-organisme tersebut dapat
melakukan perkawinan alami dan menghasilkan keturunan yang fertil. Keturunan
yang fertil artinya dapat melakukan perkawinan antar sesamanya dan menghasilkan
keturunan kembali.
Contohnya padi rojolele, padi begawan, padi IR merupakan spesies yang sama yaitu
Oryza Sativa. Spesies Equus cabullus (kuda).

5. Macam –macam adaptasi beserta contohnya sebagai berikut :


1. Adaptasi morfologi
Adaptasi morfologi merupakan suatu penyesuaian makhluk hidup terhadap
lingkungannya berkaitan dengan bentuk dan struktur organ tubuh yang tampak dari
luar dan mudah diamati.
Contoh :
 Bentuk kaki atau cakar yang adaptif pada burung dapat dibedakan menjadi
tipe perenang, pemanjat, petengger, pejalan dan pencengkeram.
 Bentuk mulut serangga dapat dibedakan menjadi tipe pengigit, penusuk, dan
pengisap dan penjilat.
 Bentuk paruh yang adaptif pada burung dapat dibedakan menjadi tipe-tipe
pemakan biji, pemakan daging, pemakan ikan dan pengisap madu.
 Tumbuhan darat yang adiptif pada lingkungan kurang air (kering) disebut
xerofit contohnya kaktus. Tumbuhan kaktus memiliki batang tebal, daun yang
teredukasi menjadi duri untuk mengurangi penguapan serta akar yang panjang
da tersebar luas.
 Tumbuhan darat adiptif pada lingkungan lembab disebut higrofit contohnya
lumut. Tumbuhan lumut memiliki daun yang lebar dan relatif tipis.
 Tumbuhan yang adiptif pada lingkungan air disebut hidrofit,contohnya teratai.
Tumbuhan tersebut memiliki daun lebar dan tipis dengan banyak stomata
yang terdapat dipermukaan daun bagian atas untuk mempercepat penguapan.
Batang berongga berisi udara untuk dapat terapung di atas dan akar serabut
halus yang relatif panjang.
2. Adaptasi fisiologi
Adaptasi fisiologi merupakan penyesuaian fungsi fisiologi alat-alat atau organ-organ
tubuh terhadap lingkungannya.
Contoh :
 Tubuh manusia mengeluarkan keringat ketika kepanasan. Dengan keluarnya
keringat, tubuh akan dingin. Hal ini karena panas tubuh diambil untuk
penguapan keringat di permukaan tubuh manusia.
 Penyesuaian fungsi kerja sel-sel retina mata terhadap rangsangan cahaya.
Mata dapat menyesuaikan dengan intensias cahaya yang berubah dari gelap ke
terang atau sebaliknya.
 Beberapa jenis jamur seperti jamur Penicilium dapat menghasilkan zat
antibiotika sehingga jamur jenis ini dapat hidup ditempat yang kotor.
 Cacing Teredo Navalis yang hidup di kayu galangan kapal dapat mencerna
kayu dengan bantuan enzim selulase.
 Ketajaman indra pelihatan burung hantu di malam hari.
3. Adaptasi tingkah laku
Adaptasi tingkah laku merupakan penyesuaian makhluk hidup terhadap
lingkungannya melalui tingkat laku.
Contoh :
 Setiap 30 menit sekali ikan paus muncul ke permukaan air untuk menghirup
oksigen sambil memancarkan air yang merupakan uap air sudah jenuh.
 Bunglon merubah warna tubuhnya sesuai dengan warna lingkungannya untuk
mengaburkan pandangan musuh. Perubahan ini disebut mimikri.
 Cecak memutuskan ekor dan meninggalkannya bila ada hewan yang
memangsanya, sehingga cecak selamat dari ancaman hewan pemangsa.
Peristiwa pemutusan sebagian tubuhnya disebut autotomi.
 Daun jagung menggulung apabila udara sangat panas.
 Rayap yang baru menetas dari telurnya, bakal menjilati dubur induknya guna
mendapatkan enzim flagellata. Flagellata dibutuhkan rayap untuk memahami
kayu, sebab flagellata dapat menghasilkan enzim selulase.

Anda mungkin juga menyukai