Anda di halaman 1dari 6

Sejarah penemuan virus dimulai tahun 1883 oleh ilmuwan Jerman bernama Adolf Meyer.

Adolf meneliti tanaman tembakau. Adolf menemukan tembakau dengan daun yang tidak
normal. Daun tersebut berwarna kekuning-kuningan dan setelah diamati terdapat cairan atau
lendir. Daun tersebut menderita penyakit mosaik. Penyakit ini menyebabkan tanaman kerdil dan
daunnya belang-belang. Menurut Adolf Meyer, penyakit mosaik tembakau dapat menular. Adolf
membuktikan dengan menyemprotkan ekstrak daun tembakau yang terkena penyakit mosaik ke
tanaman yang normal. Hasilnya, daun yang semula normal menjadi berwarna hijau kekuning-
kuningan. Berdasarkan hasil penelitiannya penyakit ini disebabkan oleh mikroba yang kecil
sekali dan untuk melihatnya harus menggunakan mikroskop elektron.

Dimitri Ivanovsky melakukan penelitian yang serupa. Dimitri berhasil menemukan alat
penyaring bakteri. Dalam penelitiannya, Ivanovsky mengoleskan hasil saringan daun tembakau
yang terkena penyakit mosaik ke daun tanaman yang normal. Hasilnya, tanaman tersebut
tertular. Dimitri menyimpulkan mikroba penyebab penyakit tersebut bersifat patogen dan
ukurannya lebih kecil daripada bakteri. Pada tahun 1987, M. Beljerinck, menemukan fakta
bahwa mikroorganisme yang menyerang tembakau tersebut dapat melakukan reproduksi dan
tidak dapat dibiakkan pada medium untuk bakteri serta mikroorganisme tersebut tidak mati
walaupun dimasukkan ke dalam alkohol. Pada tahun 1935, ilmuwan Amerika, Wendell M.
Stanlye, berhasil mengkristalkan mikroorganisme penyebab penyakit mosaik pada tembakau.
Makhluk itu kemudian dinamakan TMV (Tobaco Mosaic Virus) atau Virus Mosaik Tembakau.
(Kurnia 2012)

Ciri-ciri TMV

Tobacco mosaic virus atau TMV mempunyai partikel berbentuk batang panjang dengan ukuran
300 x 18 nm. Memiliki genom RNA saja. Meskipun kisaran inang yang luas telah dilaporkan
untuk TMV (199 spesies dari 30 famili) , selain host Solanaceae mungkin satu-satunya yang
penting dalam sumber-sumber oculum untuk tanaman tembakau. Beberapa serangga mampu
menularkan TMV, tetapi tidak efisien. Karena virus TMV mempunyai ketahanan yang tinggi dan
sangat mudah ditularkan secara mekanik dengan sap tanaman sakit, serangga tidak dianggap
penting dalam penyebaran virus. Sampai sekarang belum diketahui vektor penular TMV. (Shew
1990)

Kisaran Inang

Penyakit mosaik pada tembakau di pertanaman dapat ditemukan pada berbagai jenis tembakau.
Salah satu tanaman yang menjadi inang TMV adalah dari famili solanaceae, amaranthaceae,
azoaceae dan scrophulariaceae. Selain menyerang tanaman tembakau, TMV mempunyai cukup
banyak inang antara lain tomat, cabai, mentimun, terong, dan ceplukan.

Bioekologi

TMV diketahui salah satu virus yang stabil terhadap panas, dan memiliki titik panas aktivasi
hingga 93º C dalam cairan perasan tanaman. Virus pada daun yang terinfeksi, pada kondisi
kering masih mampu menginfeksi walaupun telah dipanaskan sampai pada suhu 120º C selama
30 menit. TMV yang menginfeksi tanaman tembakau berisi 4 g virus per liter cairan perasan
tanaman, dan virus masih infektif walaupun telah diencerkan hingga perbandingan 1:1.000.000.
Virus menjadi tidak aktif setelah 4-6 minggu dalam cairan perasan biasa, tetapi pada cairan
perasan virus yang bebas bakteri (steril) mungkin dapat bertahan hingga 5 tahun, dan TMV pada
daun terinfeksi yang dikeringkan di laboratorium selama lebih dari 50 tahun masih infektif. Pada
tanaman yang terinfeksi, beberapa menit setelah virus menginfeksi jaringan tanaman, RNA
mulai disintesis dan partikel baru berkembang dalam sitoplasma dan menyebar dari sel ke sel
melalui plasmodesmata.

TMV merupakan parasit oblige atau jaringan sel yang hidup. Virus ini menginfeksi tanaman
melalui luka. Bagian tanaman yang rentan jika kontak dengan TMV akan segera terinfeksi. TMV
dapat bertahan selama berbulan-bulan pada tanah bekas penanaman, di air dan tanah di hutan.
Sejumlah strain TMV pada tanaman obat-obatan telah diuraikan hampir diseluruuh dunia,
dimana virus ini dapat dibedakan dari yang lainnya melalui reaksi inang, tetapi tidak pada
tembakau. (Wardanah 2007)

Cara Penularan
Penularan virus dapat berlangsung secara kontak langsung, melalui aphid, tanah dan benih.
Kontaminasi langsung terjadi melalui luka pada tanaman akibat aktivitas pemeliharaan tanaman,
binatang, dan pelaksana di lapangan, ataupun sebab yang lain. Kontaminasi secara langsung
dapat disebabkan oleh alat-alat pertanian yang digunakan dalam pemangkasan, pengendalian
gulma, dan pembajakan. Kontaminasi pada benih dapat terjadi pada buah yang sakit. Lokasi
virus terdapat pada external mucilage, testa, dan endosperma. Virus juga bersifat stabil dan
mudah ditularkan dari benih ke pembibitan maupun pertanaman.

TMV masih menular walalupun setelah penyimpanan 50 tahun di laboratorium di 4 ° C/40 ° F.


TMV memasuki sel tanaman melalui luka-luka ringan. Setelah TMV memasuki sel, partikel
virus membongkar dengan cara yang terorganisasi untuk mengekspos TMV RNA. Virus RNA
positif, atau “+ “, dan menyajikan secara langsung messenger RNA (mRNA) yang diterjemahkan
menggunakan host ribosom. Terjemahan dari replicase-terkait protein dimulai dalam beberapa
menit setelah infeksi. Segera setelah protein ini telah disintesis, replicase mengaitkan dengan 3′
akhir TMV RNA positif untuk produksi RNA Negatif. RNA negatif adalah template untuk
menghasilkan keduanya full-length genom + RNA serta + subgenomic RNA (sgRNAs).
SgRNAs yang diterjemahkan oleh ribosom inang untuk menghasilkan protein dan mantel
protein. Mantel protein kemudian berinteraksi dengan disintesis +TMV RNA untuk perakitan
progeni virion. Partikel-partikel virus ini sangat stabil dan di beberapa titik ketika sel-sel rusak
atau daun mengering, mereka dibebaskan untuk menginfeksi tanaman baru. Sebagai alternatif, +
TMV RNA dibungkus dalam protein, dan kompleks ini dapat menginfeksi sel-sel yang
berdekatan. TMV menggunakan protein yang menyebar dari sel-sel melalui plasmodesmata,
yang menghubungkan sel. Biasanya plasmodesmata terlalu kecil untuk bagian partikel TMV
utuh.

Pergerakan protein (mungkin dengan bantuan inang belum teridentifikasi protein) membesar
bukaan plasmodesmatal sehingga TMV RNA dapat pindah ke sel-sel yang berdekatan,
melepaskan gerakan protein dan host protein, dan memulai babak baru infeksi. Seperti virus
bergerak dari sel ke sel, akhirnya mencapai sistem vaskular tanaman (vena) untuk cepat sistemik
menyebar melalui phloem ke akar dan tips tanaman tumbuh. Siklus penyakit TMV dan
epidemiologi yang saling berkait karena virus sepenuhnya tergantung pada host untuk replikasi
dan menyebar. Ada variasi luas dalam insiden penyakit, tergantung pada waktu memempelnya
penyakit di bidang dan tanam praktek. TMV tanaman menghubungi tanaman yang sehat, atau
oleh peralatan atau pekerja. TMV juga dapat bertahan hidup. Praktek-praktek pertanian, seperti
tanam terus-menerus, memiliki potensi untuk menjadi masalah tertentu, terutama di fasilitas
rumah kaca, di mana TMV inoculum mungkin meningkat pada lebih dari satu jenis tanaman.

Gejala Penyakit

Gejala penyakit mosaik adalah klorotik di sekitar tulang daun, semakin lama daun menajdi
berwarna belang (mosaik), daun yang berwarna hijau akan lebih tua warnanya, dan pertumbuhan
daun terhambat (ukurannya menjadi lebih kecil). Pada daun terjadi bercak-bercak hijau muda
atau kuning yang tidak teratur. Bagian yang berwarna muda tidak dapat berkembang secepat
bagian hijau yang biasa, sehingga daun menjadi berkerut atau terpuntir. Jika semai terinfeksi
segera setelah muncuk, semai dapat mati. Jika tanaman terinfeksi setelah dewasa pengaruhnya
dapat lemah sekali. Infeksi mosaik pada buah mungkin tidak menimbulkan gejala. Namun jika
tanaman terinfeksi sejak awal, buah hanya menjadi kecil, bentuknya menyimpang, dan pada
dinding buah mungkin terjadi bercak-bercak nekrotik.
Jika mosaik tembakau dan mosaik mentimun mengdakan infeksi secara bersamaaan, pada batang
dan buah akan terjadi garis-garis hitam yang terdiri atas jaringn mati.

Upaya Pengendalian

Usaha pengendalian penyakit mosaik dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut:

Pemilhan lahan, menghindari lahan-lahan bekas tanaman inang yang terserang penyakit TMV.

Sanitasi bertujuan membersihkan inokulum dengan mencabut tanaman yang sakit, tanaman
inang lain, dan membersihkan peralatan. Tembakau yang terkena penyakit kemudian dicabut,
dikumpulkan, dan dibakar, tanahnya diberi campuran ZA : kapur tohor (1:10) dan disiram air
(Hartana, 1998 dalam buku Prosiding Semiloka Teknologi Tembakau). Pencabutan tanaman
sakit dan gulma inang mampu menekan serangan TMV.

Untuk mengurangi infeksi tanaman dengan TMV semua alat harus dicuci dengan sabun atau
larutan 10% disinfektan untuk menonaktifkan virus. Tanah terkontaminasi oleh TMV harus
dibuang. Untuk menghindari memancarkan virus dari tanaman terinfeksi ke tanaman yang sehat,
selang penyiraman atau pengairan seharusnya tidak boleh kontak langsung dengan
tanaman. Perawatan harus lebih intensif yakni membuang dari dedaunan mati dan tanaman tua,
karena daun kering, terinfeksi TMV dapat tertiup yang kemudian dapat menginfeksi tanaman
yang sehat jika mereka terluka.

Disinfeksi tangan para pekerja

Dianjurkan pemakaian sabun hijau, rinso 0,4-0,6%, atau detergent fosfat 1% (Trinatrium fospat)
secara intensif untuk pencuci tangan semua orang yang memasuki area perkebunan tembakau
serta para pekerja pada waktu penggantian petak atau pekerjaan, terutama bagi yang
pekerjaannya berhubungan langsung dengan penyakit tembakau mozak.

Varietas tahan.

Memilih varietas-varietas yang tahan akan penyakit TMV. Seperti yang telah dilakukan oleh
Balitas Malang telah mengidentifikasi beberapa tanaman tembakau yang tahan akan serangan
penyakit TMV. Beberapa varietas tanaman tembakau yang tahan TMV yakni Coker 51, Coker
86, dan SC 72.

Rotasi dengan tanaman bukan inang.

Rotasi bertujuan untuk memutus rantai makanan atau memberi kondisi lingkungan yang tidak
cocok bagi patogen sehingga populasinya turun. Beberapa tanaman yang untuk rotasi
pengendalian penyakit TMV yaitu jagung, kapas, Fescue, kacang tanah, kentang, kedelai, dan
ketela rambat.

Penyemprotan vektor Myzus persicae dengan insektisida, antara lain imidakloprid, dimetoat.

Vaksinasi dengan vaksin carna-5 untuk pengendalian CMV.

Untuk tindakan pengamanan pada bibit dilakukan hal-hal sebagai berikut :

Merumput dan menyiang bibit

Dilakukan sewaktu bibit masih muda, pekerja yang berhubungan dengan pekerjaan ini
diusahakan selalu mencuci tangan dengan larutan sabun, jangan menyisip bibit, jangan mencari
ulat tapi semprot saja dengan insektisida.
Pemberantasan penyakit dan hama

Pemberantasan penyakit dan hama dipertanaman dilakukan juga dengan hal sama seperti point 1.
Usahakan sesedikit mungkin kontak dengan tanaman, apalagi bila di sekitar tanaman telah
terserang penyakit mosaik. Lakukan pencabutan pada daun atau tanaman yang terserang penyakit
mosaik.

DAFTAR PUSTAKA

Akin HM. 2006. Virologi Tumbuhan. Yogyakarta (ID): Kanisius.

[Bappeda] Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah. Tentang


Tembakau. http://bappeda.kendalkab.go.id/lahan/content.php?query=tentang_tembakau.
[Diunduh 10 Desember 2014].

Dalmadiyo G. 1999. Prosiding Semiloka Teknologi Tembakau. Pengendalian Penyakit


Tembakau Secara Terpadu. Malang : Balai Penelitian Tembakau dan Tanaman Serat.

Erwin. 2000. Hama dan Penyakit Tembakau Deli. Medan (ID):Balai Penelitian Tembakau Deli.

Kurnia D. 2012. Tobacco Mosaic Virus. https://www.scribd.com/doc/88337968/13010052-


Tobacco-Mosaic-Virus. [Diunduh 10 Desember 2014].

Pitoyo S. 2006. Penangkaran Benih Tomat. Yogyakarta (ID): Kanisius.

Shew HD dan Lucas GB, ed. 1990. Compendium of Tobacco Disease. Amerika (USA) : Aps
Press.

Wardanah T. 2007. Pemanfaatan Bakteri Perakaran Pemacu Pertumbuhan Tanaman Plant


Growth-Promoting Rhizobacteria) Untuk Mengendalikan Penyakit Mosaik Tembakau (Tobacco
Mosaic Virus) Pada Tanaman Cabai [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai