Phthalates
Pthalate adalah kelompok bahan kimia yang paling umum digunakan untuk melunakan PVC
( plastik polyvinyl chloride). Pada industri tekstil bahan-bahan ini digunakan dalam
pembuatan kulit buatan, karet dan PVC, serta beberapa pewarna. Ada kekhawatiran besar
terhadap kadar racun dari Pthalate seperti DEHP (Bis (2-ethylhexyl) Pthalate ) yang bersifat
toksik bagi reproduksi mamalia, karena dapat menganggu perkembangan testis di awal
kehidupan.
DEHP dan DBP (Dibutyl Pthalate) digolongkan sebagai toksik bagi sistem reproduksi di
Eropa dan penggunaannya dibatasi. Dibawah Undang Undang Uni Eropa REACH, DEHP ,
BBP (Benzyl butyl Phthalates) dan DBP dijadwalkan pelarangannya pada tahun 2015.
- Adakah manfaat dari Phthalate itu sendiri? Jika ada apakah manfaatnya yang dapat
terkandung dalam Phthalate?
Manfaat penggunaan phthalate adalah sebagai bahan pelentur plastic (plasticizer). Dengan
penambahan plasticizer ini maka plastic (yang memiliki bahan dasar polimer, bersifat rigid
dan kaku), akan memiliki sifat plastis dan mudah dibentuk. Penambahan plasticizer juga
akan menurunkan suhu proses pembuatan produk, yang artinya adalah bisa menurunkan
konsumsi energi dan menghindari resiko kerusakan produk karena prosesnya bisa dilakukan
pada suhu yang lebih rendah.
- Adakah efek negatif yang ditimbulkan oleh Phthlate? Jika ada, apakah efek negatifnya?
Menurut penelitian ada potensi mingrasi phthalate dari plastic/resin jika plastic tersebut
digunakan tidak pada tempatnya. Mainan anak-anak yang mengandung phthalate juga
berpotensi termigrasi ketubuh anak-anak jika anak-anak menggigit-gigit mainan tersebut.
Jika phthalate telah termigrasi ke tubuh manusia maka ada kemungkinan munculnya
penyakit-penyakit seperti kanker (karsinogenik), gangguan system syaraf, liver, dan
gangguan system reproduktivitas.
- Adakah zat berbahaya yang terkandung dalam Phthalate? Jika ada, apakah nama zat
berbahaya tersebut?
Senyawa phthalate yang paling banyak digunakan (hampir lebih dari 70%) pada plastik
jenis vinyl adalah dioctyl phthalate (DOP) atau bisa disebut juga dengan 2-diethyl hexyl
phthalate (DEHP).
- Pernahkan bapak menemukan kasus tentang penggunaan Phthalate yang berlebihan
yang menyebabkan efek negatif terhadap penggunanya? Jika ada, mohon bapak
ceritakan kepada kami.
Sampai saat ini penelitian tentang efek negative phthalate terhadap kesehatan baru pada
tahap uji ke binatang dan hasilnya bahwa phthalate memang toxicology pada binatang
tersebut, phthalate memang memiliki efek negative berupa karsinogen, mutagen,
reproductive effector dan penyebab gangguan-gangguan lain seperti system syaraf dan liver.
Karena belum ada bukti langsung efek negatifnya terhadap manusia, maka disebagian besar
negara didunia belum melarang total penggunaan phthalate.
- Apakah di Indonesia sendiri telah dilakukan penelitian tentang bahaya Phthalate?
Indonesiamasih belum melakukan penelitian tentang bahaya phthalate. Yang pernah
dilakukan HPI (Himpunan Polimer Indonesia) adalah melakukan penelitian seberapa jauh
proses migrasi phthalate pada plastic vinyl resin.
- Sebuah penghapus juga menggunakan Phthlate sebagai bahan baku utama,
berdasarkan keputusan dari Komisi Eropa yang menyatakan bahwa melarang
penggunaan Phthalate, karena Phthalate sendiri telah diklarifikasikan sebagai racun.
Tentunya hal tersebut sangat berbahaya bagi anak-anak yang merupakan pengguna
utama dari penghapus. Bagaimana pendapat bapak tentang hal ini?
Di Indonesia sendiri karena belum ada korban, maka belum adanya pula larangan tentang
penggunaan phthalate ini. Seperti yang kita ketahui Indonesia lebih menganut paham seperti
yang diberlakukan di Amerika, yaitu paham dimana akan melakukan sesuatu jika ada
jatuhnya korban. Berbeda dengan yang dilakukan Pemerintah Uni Eropa, paham yang
mereka anut itu mengarah kepada tindakan pencegahan sebelum terjadi sesuatu hal yang
buruk. Sehingga penggunaan phthalate yang mempunyai sifat racun didalamnya telah
diklarifikasikan sebagai racun dan berbahaya.
Setelah mengadakan penelitian kini terbukti sudah Penghapus Faber-Castell bebas dari
Phthlate (racun), maka terbukti sudah penghapus Faber-Castell bebas dari Phthalate (racun).
Faber-Castell mengeluarkan rangkaian baru dan lengkap dari penghapus bebas phthalate.
Mari kita sebagai orang tua memberikan hal-hal terbaik bagi anak-anak kita karena mereka
layak untuk mendapatkan hal yang terbaik dan aman dari orang tuanya.
Plasticizer (Phthalates)
1. Phthalates adalah sekelompok zat cair tak berbau yang digunakan sebagai
plasticizer, yaitu salah satu additive PVC untuk menghasilkan produk PVC yang
bersifat lunak/fleksibel seperti.kulit imitasi, sepatu, taplak meja transparan, dan lainlain. Jenis plasticizer yang populer digunakan diantaranya DEHP/DOP, DINP,
DIDP.
2. Selain digunakan dalam sebagian produk dari bahan PVC, phthalates juga
digunakan dalam produk-produk lain seperti karet, cat, tinta cetak, adhesive,
lubricant dan beberapa jenis kosmetika.
3. Tak ada satupun dari phthalates yang terbukti bersifat karsinogen (dapat
menyebabkan penyakit kanker).
4. Rumor yang juga banyak beredar adalah bahwa phthalates dapat menyebabkan
tumor. Sumber dari rumor ini adalah suatu penelitian dimana tikus-tikus diberi
makanan yang mengandung DOP dalam jumlah beribu-kali lipat dari yang mungkin
terkonsumsi dalam kehidupan sehari-hari seekor tikus. Akibat dari konsumsi DOP
dalam jumlah yang luar biasa besar ini adalah timbulnya tumor pada hati tikus.
Ketika dalam percobaan lain DOP diberikan kepada beberapa jenis monyet, ternyata
tidak mengakibatkan kelainan apapun. Monyet dianggap memiliki metabolisme yang
lebih menyerupai metabolisme manusia. Saat ini dunia ilmiah mengakui bahwa
phthalates dapat menyebabkan tumor pada tikus melalui mekanisme metabolisme
yang tidak terdapat pada tubuh manusia.
5. Rumor yang beredar juga menyebutkan bahwa phthalate dapat menyebabkan
gangguan fungsi hormon, berkurangnya jumlah sperma pada pria dan gangguan
reproduksi lainnya. Sumber dari rumor ini adalah suatu hipothesa bahwa ada zat-zat
kimia yang dapat menyerupai fungsi hormon wanita (estrogen). Zat-zat inilah yang
diduga menyebabkan banyak kasus berkurangnya jumlah sperma pada pria. Akan
tetapi hingga hari ini hipothesa tersebut masih berupa hipothesa, tanpa dapat
dibuktikan kebenarannya. Banyak studi telah dilakukan pada species tikus, dengan